Peran perawat dalam pemberian Obat Setiadi
Pendahuluan Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari cara kerja obat dalamtubuh. Obat adalah senyawa atau campuran senyawa untuk mencegah, mengurangi gejala atau menyembuhkan penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia (joenoes,2001). Penentuan obat untuk pasien adalah wewenang dari dokter, tetapi para perawat dituntut untuk turut bertanggung jawab dalam pengelolaan obat tersebut. Mulai dari memesan obat sesuai order dokter, menyimpan dan meracik obat sesuai order hingga memberikan obat kepada pasien. Memastikan bahwa obat tersebut aman bagi pasien dan mengawasi akan terjadinya efek samping dari pemberian obat tersebut pada pasien. Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan baik didalam maupun diluar negeri sesuai dengan peraturan perundang- undangan (Permenkes, 2010). Perawat adalah seorang yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan (UU kesehatan No 23 tahun 1992). Perawat harus mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan mempertanyakan perintah tersebut jika tidak lengkap atau tidak jelas atau dosis yang diberikan di luar batas yang direkomendasikan . Secara hukum perawat bertanggung jawab jika mereka memberikan obat yang diresepkan dan dosisnya tidak benar atau obat tersebut merupakan kontraindikasi bagi status kesehatan klien. Cara pemberian obat yang benar akan memberikan efek dan dampak yang bagus dan efektif kepada proses penyembuhan penyakit. Pemberian obat yang tepat dan sesuai dengan dosis adalah salah satu tanggung jawab penting bagi seorang perawat yang dilakukan di tempat pelayanan kesehatan seperti hal nya rumah sakit dan puskesmas Penggunaan Obat di Rumah Sakit Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia termasuk obat tradisional.
1. Peran Dokter, dokter bertanggaung jawab atas diagnosis dan terapi dengan peran sebagai pemesan dengan menulis resep. 2. Peran Apoteker, apoteker bertanggung jawab atas pasokan dan distribusi obat. Selain itu apoteker bertanggung jawab atas pembuatan sejumlah besar produk farmasi seperti larutan antiseptik, dan lain-lain. Peran penting lainnya ialah sebagai narsumber informasi obat.Apoteker bekerja sebagai konsultan spesialis untuk profesi kedokteran, dan memberi nasihat kepada staf keperawatan dan profesi kesehatan lainmengenai semua aspek penggunaan obat, dan memberi konsultasi kepada pasian tentang oabtnya (bila diminta). 3. Peran Perawat, Perawat adalah mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada pasien. Perawat yang bertanggung jawab bahwa obat itu diberikan dan memastikan bahwa obat itu benar diminum. Bila ada obat yang diberikan kepada pasien, Peran perawat dalam pemberian obat
1
hal ini harus menjadi bagian integral dari rencana keperawatan. Perawat adalah tenaga kesehatan yang paling tahu tentang kebutuhan dan respons pasien terhadap pengobatan. Misalnya, pasien yang sukar menelan, muntah atau tidak dapat minum obat tertentu (bentuk kapsul), pasien ini harus diperhatikan. Faktor gangguan visual, pendengaran, intelektual, atau motorik, yang mungkin membuat pasien sukar makan obat, harus dipertimbangkan. Rencana perawatan harus mencakup rencana pemberian obat, bergantung pada hasil pengkajian, pengetahuan tentang kerja dan interaksi obat, efek samping, lama kerja, dan program dokter.
Prinsip-Prinsip Legal dalam Praktek Keperawatan 1. Malpraktek Malpraktek adalah praktek kedokteran yang salah atau tidak sesuai dengan standar profesi atau standar prosedur operasional. Untuk malpraktek dokter dapat dikenai hukum kriminal dan hukum sipil. Malpraktek kedokteran terdiri dari 4 hal yaitu: a. Tanggung jawab kriminal b. Malpraktek secara etik c. Tanggung jawab sipil d. Tanggung jawab publik Tindakan yang termasuk malpraktek: a. Kesalahan diagnosa b. Penyuapan c. Penyalahgunaan alat-alat kesehatan d. Pemberian dosis obat yang salah e. Alat-alat yang tidak memenuhi standar kesehatan atau tidak steril f. Salah pemberian obat kepada pasien g. Kesalahan prosedur operasi Dampak Malpraktek: a. Merugikan pasien terutama pada fisiknya bisa menimbulkan cacat yang permanen. b. Bagi petugas kesehatan mengalami gangguan psikologisnya, karena merasa bersalah. c. Dari segi hukum dapat dijerat hukum pidana. d. Dari segi sosial dapat dikucilkan oleh masyarakat . e. Dari segi agama mendapat dosa f. Dari etika keperawatan melanggar eitka keperawatan bukan tindakan profesional. 2. Kelalaian Kelalaian bukanlah suatu kejahatan, dimana jika seorang dokter lalai dan acuh tak acuh dengan tidak memperhatikan kepentingan orang lain sebagaimana lazimnya. Adapun yang menjadi tolak ukur dari timbulnya kelalaian dapat ditinjau dari beberapa hal: a. Tidak melakukan kewajiban dokter yaitu tidak melakukan kewajiban profesinya untuk merpergunakan segala ilmu dan keterampilanya. b. Menyimpang dari kewajiban yaitu menyimpang dari apa yang seharusnya dilakukan. c. Adanya hubungan sebab akibat yaitu adanya hubungan langsung antara penyebab dengan kerugian yang dialami pasien sebagai akibatnya. 3. Pertanggungugatan dan pertanggungjawaban Pertanggung gugatan adalah suatu tindak gugatan apabila terjadi suatu kasus tertentu. Contoh ketika dokter memberi instruksi kepada perawat untuk memberikan obat kepada pasien tapi ternyata obat yang diberikan itu salah dan mengakibatkan penyakit pasien menjadi tambah parah dan dapat merenggut nyawanya, maka pihak keluarga pasien berhak menggugat dokter atau perawat tersebut . Peran perawat dalam pemberian obat
2
Pertanggungjawaban adalah suatu konsekuensi yang harus diterima seseorang. Contoh ada seorang ibu hamil yang menderita penyakit jantung dan jika ibu tersebut memaksa untuk menahan kehamilanya sampai janin itu lahir, hal ini sangat membahayakan jiwa ibu tersebut. Untuk itu petugas kesehatan menyarankan agar ibu itu melakukan aborsi. Pada kasus diatas pertanggung jawaban apabila terjadi sesuatu pada ibu tersebut setelah melakukan aborsi sepenuhnya ada pada petugas kesehatan. Dan pertanggung gugatan ada pada si pasien dan keluarga pasien.
Bentuk obat 1. Kaplet, yaitu bentuk dosis padat untuk pemberian oral; bentuk seperti kapsul bersalut, sehingga mudah ditelan 2. Tablet, yaitu bentuk dosis bubuk yang dikomperesi ke dalam cakram atau slinder yang keras; selain obat utama, mengandung zat pengikat (perakat untuk membuat bubuk menyatu), zat pemisah ( untuk meningkatkan pelarutan tablet), lubrika (supaya mudah dibuat di pabrik), dan zat pengisi (supaya ukuran tablet cocok) 3. Tablet enterik bersalut, yaitu tablet untuk pemberian oral,yang dilapisi bahan yang tidak larut dalam lambung; lapisan larut di dalam usus, tempat obat diabsorbsi. 4. Tablet isap (troche, lozenge) : bentuk dosis datar, bundar mengandung obat, citarasa, gula, dan bahan perekat cair; larut dalam mulut untuk melepas obat 5. Kapsul, yaitu bentuk dosis padat untuk pemberian oral; obat dalam bentuk bubuk, cairan, atau minyak dan dibungkus oleh selongsong gelatin, kapsul diwarnai untuk membantu identifikasi produk 6. Eliksir, yaitu cairan jernih berisi air dan alkohol; dirancang untuk penggunaan oral; biasanya di tambah pemanis 7. Ekstrak, yaitu bentuk obat pekat yang dibuat dengan memindahkan bagian aktif obat dari komponen lain obat tersebut (misalnya, ekstrak cairan adalah obat yang dibuat menjadi larutan dari sumber sayur-sayuran ) 8. Gliserit : larutan obat yang di kombinasi dengan gliserin untuk penggunaan luar, berisi sekurang-kurangnya 50% gliserin 9. Cakram intraokular (intraocular disk), yaitu bentuk oval, fleksibel berukuran kecil terdiri dari dua lapisan luar yang lunak dan sebuah lapisan tengah berisi obat. Saat dilembabkan oleh cairan okuler (mata), cakram melepas obat sampai satu minggu 10. Obat gosok (liniment), yaitu preparat biasanya mengandung alkohol, minyak atau pelembut sabun yang dioles pada kulit 11. Losion, yaitu obat dalam cairan, suspensi yang di oles pada kulit untuk melindunginya 12. Salep : semisolid (agak padat), preparat yang di oles pada kulit, biasanya mengandung satu atau lebih obat 13. Pasta, yaitu preparat semisolid, lebih kental dan lebih kaku dari pada salep; diabsorbsi melalui kulit lebih lambat dari pada salep 14. Pil, yaitu bentuk dosis padat berisi satu atau lebih obat, dibentuk kedalam bentuk tetesan, lonjong, atau bujur; pil yang sesungguhnya jarang digunakan karena telah digantikan oleh tablet 15. Larutan, yaitu preparat cairan yang dapat digunakan per oral, parenteral, atau secara eksternal; dapat juga dimasukkan ke dalam organ atau rongga tubuh (mis. Irigasi kantong kemih); berisi air dan mengandung satu atau lebih senyawa terlarut; harus steril untuk penggunaan parenteral Peran perawat dalam pemberian obat
3
16. Supositoria, yitu bentuk dosis padat yang di campur dengan gelatin dan dibentuk dalam bentuk peluru untuk dimasukkan ke dalam rongga tubuh (rektum atau vagina); meleleh saat mencapai suhu tubuh, melepas obat untuk diabsorbsi 17. Suspense, yaitu partikel obat yang dibelah sampai halus dan larut dalam media cair, saat dibiarkan, partikel berkumpul di bagian bawah wadah; umumnya merupakan obat oral dan tidakdiberikan perintravena 18. Sirup, yaitu obat yang larut dalam larutan gula pekat, mengandung perasa yang membuat obat terasa lebih enak 19. Cakram atau lempeng transdermal, yaitu obat beradadalam cakram (disks) atau patch membrane semipermeable yang membuat obat dapat diabsorbsi perlahan-lahan melalui kulit dalam periode waktu yang lama 20. Tingtura, yaitu alkohol atau larutan obat air-alkohol Prinsip Dasar Pemberian Obat Data tentang kesalahan obat di Indonesia belum dapat ditemukan karena tidak terekspos oleh media masa. Prinsip enam benar dalam memberikan obat sangat diperlukan dalam memberikan obat dengan tepat. Lima benar pada zaman dahulu sudah mulai ditinggalkan. Perawat harus memberikan berbagai macam obat kepada pasien yang berbeda maka dalam memberikan obat perawat harus melakukan dengan aman. Dimana hal ini sebagai pertanggung jawaban perawat terhadap tindakan yang dilakukan. Dalam pemberian obat yang aman perawat perlu memperhatikan lima tepat (five rights) yang kemudian dikenal dengan istilah lima benar oleh perawat. Istilah lima benar menurut Tambayong yaitu (1) pasien yang benar; (2) obat yang benar; (3) dosis yang benar; (4) cara / rute pemberian yang benar; dan (5) waktu yang benar. Dewasa ini prinsip tersebut mulai ditinggalkan setelah munculnya prinsip 6 benar dalam pemberian obat yang dianggap lebih tepat untuk perawat. Joyce 1996 menyebutkan prinsip enam benar yaitu : (1) klien yang benar, (2) obat yang benar, (3) dosis yang benar, (4) waktu yang benar, (5) rute yang benar dan ditambah dengan (6) dokumentasi yang benar. Hal ini diperlukan pleh perawat sebagai pertanggunggugatan secara legal tindakan yang dilakukannya. Mengingat di ruang rawat inap seorang perawat harus memberikan berbagai macam obat kepada beberapa pasien yang berbeda. Berikut adalah beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan untuk menjamin keamanan dalam pemberian obat antara lain: 1. Tepat obat Obat yang benar berarti klien menerima obat yang telah diresepkan. Perintah pengobatan mungkin diresepkan oleh seorang dokter, dokter gigi, atau pemberi asuhan kesehatan yang memiliki izin praktik dengan wewenang dari pemerintah. Perintah melalui telepon untuk pengobatan harus ditandatangani oleh dokter yang menelepon dalam waktu 24 jam. Komponen dari perintah pengobatan adalah : (1) tanggal dan saat perintah ditulis, (2) nama obat, (3) dosis obat, (4) rute pemberian, (5) frekuensi pemberian, dan (6) tanda tangan dokter atau pemberi asuhan kesehatan. Meskipun merupakan tanggung jawab perawat untuk mengikuti perintah yang tepat, tetapi jika salah satu komponen tidak ada atau perintah pengobatan tidak lengkap, maka obat tidak boleh diberikan dan harus segera menghubungi dokter tersebut untuk mengklarifikasinya. Peran perawat dalam pemberian obat
4
Sebelum mempersiapkan obat ke tempatnya petugas harus memperhatikan kebenaran obat sebanyak 3x, yakni : ketika memindahkan obat dari tempat penyimpanan obat, saat obat di programkan, dan mengembalikan obat ketempat penyimpanan. Perawat harus ingat bahwa obat-obat tertentu mempunyai nama yang bunyinya hampir sama dan ejaannya mirip, misalnya digoksin dan digitoksin, quinidin dan quinine, Demerol dan dikumarol, dst. Tindakan – tindakan dalam Tepat obat : - Menegecek program terapi pengobatan dari dokter - Menanyakan ada tidaknya alergi obat - Menanyakan keluhan pasien sebelum dan setelah memberikan obat - Mengecek label obat 3 kali ( saat melihat kemasan, sebelum menuangkan, dan setelah menuangkan obat) sebelum memberikan obat - Mengetahui interaksi obat - Mengetahui efek samping obat - Hanya memberikan obat yang disiapkan sendiri 2. Tepat dosis Dosis yang benar adalah dosis yang diberikan untuk klien tertentu. Dalam kebanyakan kasus, dosis diberikan dalam batas yang direkomendasikan untuk obat yang bersangkutan. Perawat harus menghitung setiap dosis obat secara akurat, dengan mempertimbangkan variable berikut : (1) tersedianya obat dan dosis obat yang diresepkan (diminta), (2) dalam keadaan tertentu, berat badan klien juga harus dipertimbangkan, misalnya 3 mg/KgBB/hari. Sebelum menghitung dosis obat, perawat harus mempunyai dasar pengetahuan mengenai rasio dan proporsi. Jika ragu-ragu, dosis obat harus dihitung kembali dan diperiksa oleh perawat lain. Waktu yang benar adalah saat dimana obat yang diresepkan harus diberikan. Dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari, seperti b.i.d ( dua kali sehari ), t.i.d ( tiga kali sehari), q.i.d (empat kali sehari), atau q6h ( setiap 6 jam ), sehingga kadar obat dalam plasma dapat dipertahankan. Jika obat mempunyai waktu paruh (t ½ ) yang panjang, maka obat diberikan sekali sehari. Obat-obat dengan waktu paruh pendek diberikan beberapa kali sehari pada selang waktu yang tertentu . Beberapa obat diberikan sebelum makan dan yang lainnya diberikan pada saat makan atau bersama makanan. Untuk menghindari kesalahan dalam pemberian obat,maka penentuan dosis harus diperhatikan dengan menggunakan alat standar seperti obat cair harus dilengkapi alat tetes, gelas ukur, spuit atau sendok khusus : alat untuk membelah tablet; dan lain-lain. Dengan demikian,perhitungan dosis benar untuk diberikan ke pasien. Tindakan – tindakan dalam Tepat dosis : - Mengecek program terapi pengobatan dari dokter - Mengecek hasil hitungan dosis dengan perawat lain (double check) - Mencampur / mengoplos obat sesuai petunjuk panda label / kemasan obat - Berikan obat pada saat yang khusus. Obat-obat dapat diberikan ½ jam sebelum atau sesudah waktu yang tertulis dalam resep. - Berikan obat-obat yang terpengaruh oleh makanan seperti captopril, sebelum makan - Berikan obat-obat, seperti kalium dan aspirin, yang dapat mengiritasi perut ( mukosa lambung ) bersama-sama dengan makanan. Peran perawat dalam pemberian obat
5
-
Tanggung jawab perawat untuk memeriksa apakah klien telah dijadwalkan untuk pemeriksaan diagnostik, seperti endoskopi, tes darah puasa, yang merupakan kontraindikasi pemberian obat. - Periksa tanggal kadaluarsa. Jika telah melewati tanggalnya, buang atau kembalikan ke apotik ( tergantung peraturan ). - Antibiotika harus diberikan dalam selang waktu yang sama sepanjang 24 jam ( misalnya setiap 8 jam bila di resep tertulis t.i.d ) untuk menjaga kadar darah terapeutik. 3. Tepat pasien Obat yang diberikan hendaknya benar pada pasien yang di programkan. Hal ini dilakukan dengan mengidentifikasi identitas kebenaran obat, yaitu mencocokan nama, nomor register, alamat, dan program pengobatan pada pasien. Tindakan – tindakan dalam Tepat pasien: - Mengecek program terapi pengobatan dari dokter - Memanggil nama pasien yang akan diberikan obat (beberapa klien akan menjawab dengan nama sembarang atau tidak berespon, maka gelang identifikasi harus diperiksa pada setiap klien pada setiap kali pengobatan. Pada keadan gelang identifikasi hilang, perawat harus memastikan identitas klien sebelum setiap obat diberikan) - Mengecek identitas pasien pada papan / kardeks di tempat tidur pasien yang akan diberikan obat 4. Tepat Jalur Pemberian Kesalahan rute pemberian dapat menimbulkan efek sistematik yang fatal pada pasien. Untuk itu,cara pemberiannya adalah dengan cara melihat cara pemberian atau jalur obat pada label yang ada sebelum memberikannya ke pasien. Rute yang benar perlu untuk absorpsi yang tepat dan memadai. Rute yang lebih sering dari absorpsi adalah (1) oral ( melalui mulut ): cairan , suspensi ,pil , kaplet , atau kapsul . ; (2) sublingual ( di bawah lidah untuk absorpsi vena ) ; (3) topikal ( dipakai pada kulit) ; (4) inhalasi ( semprot aerosol ) ; (5)instilasi (pada mata , hidung , telinga , rektum atau vagina) ; dan empat rute parenteral : intradermal , subkutan , intramuskular , dan intravena. Tindakan – tindakan dalam Tepat jalur atau cara pemberian : - Mengecek program terapi pengobatan dari dokter - Mengecek cara pemberian pada label / kemasan obat - Pemberian per oral : mengecek kemampuan menelan, menunggui pasien sampai meminum obatnya - Pemberian melalui intramuskular : tidak memberikan obat > 5 cc pada satu lokasi suntikan - Pergunakan teknik aseptik sewaktu memberikan obat . Teknik steril dibutuhkan dalam rute parenteral . - Berikan obat- obat pada tempat yang sesuai . - Tetaplah bersama klien sampai obat oral telah ditelan. 5. Tepat waktu Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengan waktu yang diprogamkan,karena berhubungan dengan kerja obat yang dapat menimbulkan efek terapi dari obat Peran perawat dalam pemberian obat
6
Tindakan – tindakan dalam Tepat waktu: - Mengecek program terapi pengobatan dari dokter - Mengecek tanggal kadaluarsa obat - Memberikan obat dalam rentang 30 menit sebelum sampai 30 menit setelah waktu yang diprogramkan 6. Tepat pendokumentasi Dokumentasi snagat penting, jadi setelah memberikan obat kita harus segera memberikan obat ke format dokumentasi dengan benar. Fungsi dokumentasi adalah sebagai catatan perkembangan pasien dan sebagai alat untuk bukti melakukan tindakan. Dokumentasi yang benar membutuhkan tindakan segera dari seorang perawat untuk mencatat informasi yang sesuai mengenai obat yang telah diberikan . Ini meliputi nama obat , dosis , rute , waktu dan tanggal , inisial dan tanda tangan perawat . Respon klien terhadap pengobatan perlu di catat untuk beberapa macam obat seperti (1) narkotik – bagaimana efektifitasnya dalam menghilangkan rasa nyeri – atau (2) analgesik nonnarkotik, (3) sedativa, (4) antiemetik (5) reaksi yang tidak diharapkan terhadap pengobatan, seperti irigasi gastrointestinal atau tanda – tanda kepekaan kulit. Penundaan dalam mencatat dapat mengakibatkan lupa untuk mencatat pengobatan atau perawat lain memberikan obat itu kembali karena ia berpikir obat itu belum diberikan Tindakan – tindakan dalam Tepat dokumentasi - Mengecek program terapi pengobatan dari dokter - Mencatat nama pasien , nama obat, dosis, cara dan waktu pemberian obat - Mencantumkan nama/ inisial dan paraf - Mencatat keluhan pasien - Mencatat penolakan pasien - Mencatat jumlah cairan yang digunakan untuk melarutkan obat ( pada pasien yang memerlukan pembatasan cairan) - Mencatat segera setelah memberikan obat Universal precaution 1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah memberikan obat 2. Menggunakan sarung tangan ketika memberikan obat secara parenteral 3. Membuang jarum suntik bekas pada tempat khusus dalam keadaan terbuka (14)
Implikasi Keperawatan dalam Farmakologi Implikasi keperawatan dalam kajian farmakologi mencakup hal-hal yang berkaitan dengan proses keperawatan yaitu pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. 1. Pengkajian Beberapa hal yang perlu dikaji dalam pengelolaan farmakologi : a. Keadaan pasien/identifikasi pasien - Usia : bayi, anak-anak , dewasa dan lansia - Reaksi : bagaimana reaksi pasein setelah minum obat. - Pola kebiasaan : kebiasaan pasien pada waktu minum obat, misalnya dengan memakai air minum, pisang dan lain-lain. Peran perawat dalam pemberian obat
7
b.
c. d.
e.
f.
- Persepsi pasien tentang obat : khasiat obat, sugesti terhadap obat. Keadaan obat / identifikasi obat - Dosis obat sesuai umur pasien - Bentuk obat apakah padat , cair suspensi - Pengunaan obat : oral, sub-lingual, ditelan atau dikunyah. Efek samping obat (side effect) Etiket - Obat luar atau obat dalam (obat dalam diberi etiket putih, obat luar diberi ektiket biru). - Tanggal/bulan/tahun kadaluarsa obat. - Jenis obat (sedative, antihistamine, antibiotic, deuresis dll). Keadaan pasien Hal yang perlu dikaji adalah apakah pasien sedang menjalani terapi khusus : - Penderita TBC Aktif - Penderita Kusta Aktif - Penderita Epilepsi - Penderita Malnutrisi Ada tidaknya riwayat alergi obat Bila mana ada pasien yang tidak tahan akan jenis obat tertentu maka harus ditulis dengan jelas pada status pasien dengan tinta merah, agar dokter dapat memilih obat lain yang lebih aman.
Hal-Hal yang Perlu diperhatikan dalam Pelaksanaan Kolaborasi Pemberian Obat 1. Perawat yang membagi obat harus bekerja dengan penuh konsentrasi dan tenang. 2. Setelah mengecek perintah pengobatan, bacalah tabel tiga kali ketika mempersiapkan obat : a. Saat mengambil obat b. Saat membuka/menuang atau mencampur c. Saat mengembalikan. 3. Obat yang sudah lama, lebih-lebih yang sudah hilang etiketnya atau tidak jelas jangan dipakai 4. Cara pemberian obat harus memperhatikan prinsip 12 benar 5. Perhatikan pasien waktu minum obat, jangan meninggalkan obat diatas meja. 6. Jangan sekali-kali memberikan obat-obatan yang telah disiapkan orang lain, kecuali jelas ditugaskan kepada kita. 7. Perhatikan reaksi pasien setelah minum obat. 8. Mencatat atau membubuhkan paraf pada waktu atau pada status pasien setelah memberikan obat. 9. Obat-obatan harus disimpan sesuai dengan syarat-syarat penyimpanan masing-masing obat, misalnya : Lemari es, tempat yang sejuk, gelap dan lain-lain. 10. Obat-obat yang dibeli sendiri oleh pasien harus disimpan dalam lemari obat pada tempat khusus, dengan etiket nama yang jelas. 11. Menuangkan obat-obatan cair, jangan pada sisi yang ada etiketnya dan sejajar dengan mata. 12. Setiap kali selesai mengambil obat, tempat obat ditutup kembali. Peran perawat dalam pemberian obat
8
13. Bila terjadi kesalahan dalam memberikan obat harus segera dilaporkan kepada yang bertanggung jawab. 14. Usahakan agar tangan selalu bersih, ketika akan memberikan obat-obatan. Peran dan Tanggung jawab perawat sehubungan dengan pemberian obat: 1. Perawat harus mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang memadai mengenai obat. 2. Mendukung keefektivitasan obat. 3. Mengobservasi efek samping dan alergi obat 4. Menyimpan, menyiapkan dan administrasi obat 5. Melakukan pendidikan kesehatan tentang obat 6. Perawatan, pemeliharaan dan pemberian banyak obat-obatan merupakan tanggung jawab besar bagi perawat. Dokumentasi Perawat dalam Hal Obat Dokumentasi yang benar membutuhkan tindakan segera dari seorang perawat untuk mencatat informasi yang sesuai mengenai obat yang telah diberikan, ini meliputi: - nama obat, - dosis, - rute, - waktu dan tanggal, - inisial dan tanda tangan perawat . - Respon klien terhadap pengobatan perlu di catat untuk beberapa macam obat seperti o narkotik – bagaimana efektifitasnya dalam menghilangkan rasa nyeri – atau o analgesik non-narkotik, o sedativa, o antiemetik - reaksi yang tidak diharapkan terhadap pengobatan, seperti irigasi gastrointestinal atau tanda – tanda kepekaan kulit. Penundaan dalam mencatat dapat mengakibatkan lupa untuk mencatat pengobatan atau perawat lain memberikan obat itu kembali karena ia berpikir obat itu belum diberikan Hak – Hak Klien dalam Pemberian Obat 1. Hak klien mengetahui alasan pemberian obat Hak ini adalah prinsip dari memberikan persetujuan setelah mendapatkan informasi (informed concent), yang berdasarkan pengetahuan individu yang diperlukan untuk membuat suatu keputusan. 2. Hak Klien untuk Menolak Pengobatan Klien dapat menolak untuk pemberian suatu pengobatan . Adalah tanggung jawab perawat untuk menentukan, jika memungkinkan, alasan penolakan dan mengambil langkah- langkah yang perlu untuk mengusahakan agar klien mau menerima pengobatan. Jika suatu pengobatan ditolak, penolakan ini harus segera didokumentasikan. Perawat yang bertanggung jawab, perawat primer, atau dokter harus diberitahu jika pembatalan pemberian obat ini dapat membahayakan klien, seperti dalam pemberian insulin. Tindak lanjut juga diperlukan jika terjadi perubahan pada hasil pemeriksaan laboratorium, misalnya pada pemberian insulin atau warfarin. Peran perawat dalam pemberian obat
9
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, jelaslah bahwa pemberian obat pada klien merupakan fungsi dasar keperawatan yang membutuhkan ketrampilan teknik dan pertimbangan terhadap perkembangan klien. Perawat yang memberikan obat-obatan pada klien diharapkan mempunyai pengetahuan dasar mengenai obat dan prinsip-prinsip dalam pemberian obat.
Cara Menghitung Obat Dengan Cepat Setiap perawat diwajibkan harus bisa menghitung dosis obat, baik mengitung dosis obat tablet, obat kaplet, obat syrup, obat serbuk, baik yang akan diberikan melalui mulut, melalui subkutan atau melalui intravena (IV). 1. Menghitung Dosis Obat Tablet atau Pil atau Kaplet
Obat tablet adalah adalah obat bubuk yang terdiri dari satu atau lebih macam obat yang dipadatkan dalam bentuk lonjong atau lempengan yang hanya dapat biberikan melalui oral atau mulut dan sublingual (bawah lidah). adapun rumus yang dapat digunakan untuk menghitung dosis obat tablet atau pil atau kaplet ini sangatlah mudah yaitu:
Contoh 1: Dokter meminta memberikan paracetamol tablet 250 mg, satu kaplet obat memiliki sediaan 500mg. Jawab: 250 mg / 500 mg = 1/2 tablet Catatan: Kalau untuk menghitung dosis obat tablet bagi bagi anak-anak, remaja atau dewasa mungkin gampang, tapi kadang agak sedikit susah jika kita akan menghitung dosis obat tablet pada bayi. Contoh 2 : Dokter meminta memberikan order resep "luminal tablet 5 mg, 3 dd 1 pulvus no. X. Jawab: Dalam hal ini dokter ingin agar kita membagi satu obat tablet luminal 5 mg menjadi sepuluh bagian. order sederhana dari resep diatas adalah luminal tablet 0,5 mg, sedangkan sediaan obat adalah 5 mg. Kita dapat menghitung dosis obat tablet diatas dengan menggunakan rumus: order dokter/ sediaan obat 5 mg/10 = 0,5 mg
Peran perawat dalam pemberian obat
10
DAFTAR PUSTAKA Potter-Perry.Fundamental of Nursing. 6 Th edition.Elsever Mosby . USA.2005 Pemberian obat oleh perawat diambil tanggal 8 juli 2009 dari http : // nersdora. Multiply com./ jurnal / item 14 Peran perawat dalam pemberian obat diambil dari http : // fikunpad. Unpad . ac .id Prinsip enam benar dalam pemberian obat, Jurnal keperawatan Indonesia volume 9 no 1 Maret 2005 Kuntarti 2005 Tingkat Penerapan Prinsip Enam Tepat dalam pemberian obat oleh Perawat 2005 FKUI (Taylor, Lillis and LeMone, 1993 ; Kee and Hayes, 1996 ). http://www.fkep.unpad.ac.id/2008/11/peran-perawat-dalam-pemberian-obat/ 16-08-2013, 19.12 WIB http://meetabied.blogspot.com/2010/03/hal-hal-yang-perlu-diketahui-dalam.html (diakses 16 Agustus 2013) http://www.fkep.unpad.ac.id/2008/11/peran-perawat-dalam-pemberian-obat/ (diakses 16 Agustus 2013) http://materifarmakologi.blogspot.com/2012/03/pengorganisasian-farmakologi.html (diakses 16 Agustus 2013) http://akper1a2010.blogspot.com/2011/08/peran-perawat-dalam-pemberian-obat.html (diakses 16 Agustus 2013) http://www.scribd.com/doc/147563675/Peran-Kolaborasi-Perawat-Dalam-FelaksanaanFarmakologi (diakses 16 Agustus 2013) Sumber text book : Anne Collins Abrams, RN, MSN. 2005. Clinical Drug Therapy
Pendahuluan Penggunaan Obat di Rumah Sakit Prinsip-Prinsip Legal dalam Praktek Keperawatan
Bentuk obat Prinsip Dasar Pemberian Obat
Implikasi Keperawatan dalam Farmakologi Hal-Hal yang Perlu diperhatikan dalam Pelaksanaan Kolaborasi Pemberian Obat Peran dan Tanggung jawab perawat sehubungan dengan pemberian obat: Dokumentasi Perawat dalam Hal Obat Peran perawat dalam pemberian obat
11
Hak-Hak Klien dalam Pemberian Obat Cara Menghitung Obat Dengan Cepat
Peran perawat dalam pemberian obat
12