KEPADATAN, KESESAKAN, PRIVASI, DAN KEPUASAN LINGKUNGAN KELUARGA DI PEMUKIMAN MARJINAL KOTA BOGOR
EVI OKTAVIYANTI
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kepadatan, Kesesakan, Privasi, dan Kepuasan Lingkungan Keluarga di Pemukiman Marjinal Kota Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Evi Oktaviyanti NIM I24110047
ABSTRAK EVI OKTAVIYANTI. Kepadatan, Kesesakan, Privasi, dan Kepuasan Lingkungan Keluarga di Kota Bogor. Dibimbing oleh EUIS SUNARTI. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kepadatan, kesesakan, privasi terhadap kepuasan lingkungan keluarga di pemukiman marjinal Kota Bogor. Disain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Penelitian dilakukan di Kelurahan Balumbang Jaya, Kecamatan Bogor Barat dan Kelurahan Kebon Pedes, Kecamatan Tanah Sareal. Penelitian ini melibatkan 160 keluarga lengkap yang memiliki anak remaja yang dipilih secara simple random sampling. Contoh di masing-masing kelurahan sebanyak 80 keluarga lengkap yang memiliki anak remaja. Data dikumpulkan dengan teknik wawancara menggunakan kuesioner. Data dianalisis menggunakan uji korelasi, uji regresi, dan uji PLS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik lingkungan fisik keluarga dan kepadatan berhubungan dengan kepuasan lingkungan. Penelitian ini juga menemukan bahwa kepuasan lingkungan dipengaruhi oleh karakteristik lingkungan dan kepadatan. Hasil uji PLS menunjukkan bahwa karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal dan kepadatan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan lingkungan. Kata kunci : karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kepadatan, kesesakan, kepuasan lingkungan, privasi
ABSTRACT EVI OKTAVIYANTI. Density, Crowded, Privacy and Environmental Satisfaction of Marginalized Settlement In Bogor. Supervised by EUIS SUNARTI. This study aimed to analyze the effect between density, crowded, and privacy toward family environmental satisfaction in marginalized settlement. The design of this research was the cross sectional. This research was conducted in Balumbang Jaya Sub-District, Bogor Barat District and Kebon Pedes Sub-District, Tanah Sareal District. This research involved 160 intact families with adolescent that choosed by using simple random sampling method. The sample in each SubDistrict chosen as much as 80 intact families with adolescent. The data was collected by interview using questionnaire research. Data were analyzed using correlation test, regression test and PLS test. The result showed that characteristic physical environment residence and density correlation with environmental satisfaction. The study also revealed environmental satisfaction were influenced by characteristic physical environment residence dan density. The result PLS test showed that characteristic physical environment and density significant influenced environmental satisfaction. Keywords : characteristic physical environment residence, crowded, density, environmental satisfaction, privacy
KEPADATAN, KESESAKAN, PRIVASI, DAN KEPUASAN LINGKUNGAN KELUARGA DI PEMUKIMAN MARJINAL KOTA BOGOR
EVI OKTAVIYANTI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
Judul Skripsi : Kepadatan, Kesesakan, Privasi, dan Kepuasan Lingkungan Keluarga di Pemukiman Marjinal Kota Bogor Nama : Evi Oktaviyanti NIM : I24110047
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Euis Sunarti, MSi Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Ujang Sumarwan, MSc Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
Tanggal Lulus :
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat, hidayah dan kesehatan dari-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Kepadatan, Kesesakan, Privasi, dan Kepuasan Lingkungan Keluarga di Pemukiman Marjinal Kota Bogor”. Penulis menyadari dalam penyusunan tugas akhir penelitian ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Prof Dr Ir Euis Sunarti, MSi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing, memberikan saran dan masukan, serta arahan sehingga skripsi dapat terselesaikan dengan baik. 2. Dr Tin Herawati, SP MSi dan Ir Moh. Djemdjem Djamaludin, MSc selaku dosen penguji skripsi penulis yang telah memberikan masukan untuk perbaikan skripsi ini. 3. Dr Tin Herawati, SP MSi selaku dosen pemandu seminar hasil yang telah memandu jalannya seminar dan memberikan saran untuk perbaikan skripsi ini. 4. Ir Moh. Djemdjem Djamaludin, MSc selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menempuh pendidikan di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen. 5. Orang tua (Bapak Maridin dan Ibu Arsih), kakak-kakak (Erni Anggraeni, Erna Wati. dan Samsudin) dan saudara-saudara atas doa, dorongan dan semangat yang diberikan kepada penulis. 6. Teman-teman seperjuangan dalam penelitian payung (Shelly Nur Cahya Rosandy, Riska Anggraeni, Afro Malika, dan Siti Maesaroh) yang telah bekerja sama dengan baik selama proses penyusunan skipsi. 7. Teman-teman IKK 48, teman dekat (Ana Dwi Aptiana, Maesaroh, dan Maria Ulfa), dan keluarga besar Kost PCH yang telah membantu, memberikan semangat dan dukungan kepada penulis. 8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Dalam hal ini, penulis juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam menulis penelitian. Untuk itu penulis memohon maaf apabila ada kekurangan dan kesalahan dalam tulisan ini. Bogor, Agustus 2015
Evi Oktaviyanti
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
x
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
3
Manfaat Penelitian
3
KERANGKA PIKIR
3
METODE
4
Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian
4
Jenis, Data, dan Cara Pengumpulan Data
6
Teknik Pengambilan Contoh
5
Pengolahan dan Analisis Data
7
Definisi Operasional
9
HASIL DAN PEMBAHASAN
10
Hasil
10
Pembahasan
24
SIMPULAN DAN SARAN
28
Simpulan
28
Saran
28
DAFTAR PUSTAKA
29
LAMPIRAN
31
RIWAYAT HIDUP
37
DAFTAR TABEL 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
9.
10.
11. 12. 13. 14.
15.
Variabel, skala, dan sumber kuesioner Sebaran karakteristik keluarga contoh Sebaran kepadatan Sebaran contoh (%) menurut tingkat kesesakan Sebaran contoh (%) memperoleh privasi Sebaran contoh (%) menurut tingkat kepuasan lingkungan Sebaran contoh (%) menurut tingkat kepuasan lingkungan (Lanjutan) Koefisien korelasi karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kepadatan, kesesakan, dan privasi dengan kepuasan lingkungan Koefisien regresi karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kepadatan, kesesakan, dan privasi yang signifikan terhadap kepuasan lingkungan Koefisien regresi karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kepadatan, kesesakan, dan privasi yang signifikan terhadap kepuasan lingkungan (Lanjutan) Hasil penilaian kriteria dan standar nilai mode reflektif Hasil penilaian kriteria dan standar nilai mode reflektif (Lanjutan) Nilai inner model Koefisien korelasi karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kepadatan, kesesakan, dan privasi dengan kepuasan lingkungan Koefisien regresi karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kepadatan, kesesakan, dan privasi yang berpengaruh signifikan terhadap kepuasan lingkungan
6 11 11 12 13 13 14
15
15
16 18 19 20
22
23
DAFTAR GAMBAR 1. Kerangka pikir karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik 2. 3. 4. 5.
tempat tinggal, kepadatan, kesesakan, privasi, dan kepuasan lingkungan Teknik penarikan contoh Model awal penelitian Model akhir penelitian Hasil bootstrapping
4 5 17 18 21
DAFTAR LAMPIRAN 1. 2. 3. 4.
Sebaran kesesakan Sebaran kepuasan lingkungan Uji asumsi klasik regresi linier Hasil uji regresi karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kepadatan, kesesakan, dan privasi terhadap kepuasan lingkungan
31 32 32 34
5. Hasil uji regresi karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik
6.
7.
8. 9. 10. 11.
tempat tinggal, kepadatan, kesesakan, dan privasi terhadap kepuasan lingkungan Hasil uji regresi karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kepadatan, dimensi kesesakan, dan dimensi privasi terhadap kepuasan lingkungan Hasil uji regresi karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kepadatan, dimensi kesesakan, dan dimensi privasi terhadap kepuasan lingkungan Cross loadings Average variance extracted (AVE) Composite reliability Path coeficient
34
35
35 36 36 36 36
PENDAHULUAN Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk pada suatu negara tumbuh sangat cepat. Sekitar 7 milyar penduduk dunia 82 persen merupakan penduduk yang tinggal di negara-negara berkembang (Harmadi et al. 2011). Indonesia sebagai negara berkembang mengalami peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya. Pada tahun 2010 jumlah penduduk mencapai 237,6 juta jiwa dan diperkirakan pada tahun 2013 jumlah penduduk mencapai 250 juta jiwa. Peningkatan jumlah penduduk menimbulkan permasalahan yaitu adanya kenyataan bahwa luas lahan tidak akan terus bertambah, dan pada saat bersamaan jumlah penduduk terus meningkat yang mengakibatkan daya dukung lingkungan menurun (Harmadi et al. 2011). Luas wilayah yang terus berkurang dengan jumlah penduduk yang terus meningkat menjadi permasalahan yang perlu diperhatikan. Pada kondisi tersebut akan berdampak pada penurunan daya dukung lingkungan sehingga menyebabkan sulitnya memeroleh lingkungan fisik dan lingkungan sosial berkualitas (Sunarti 2015). Data tahun 2013 menunjukkan besarnya keluarga Pra-Sejahtera dan Keluarga Sejahtera 1 belum memiliki rumah (20.5%), densitas rumah kurang 7.2 m² perkapita (11.8%), sulit memeroleh air layak (32%), dan sanitasi layak (39%) (Sunarti 2015). Kepadatan penduduk merupakan salah satu dampak dari kondisi lingkungan dengan jumlah penduduk yang tidak sebanding dengan luasan wilayah. Kota Bogor dengan luas wilayah 118.5 Km² memiliki kepadatan penduduk mencapai 8549 orang per Km². Kondisi tersebut memicu munculnya kawasan pemukiman yang kurang memenuhi kehidupan layak seperti pemukiman marjinal. Pemukiman marjinal diduga memiliki kepadatan bangunan yang sangat tinggi dalam luasan yang sangat terbatas. Kondisi pemukiman marjinal dengan kepadatan yang cukup tinggi berkontribusi menimbulkan permasalahan yang berdampak bagi keluarga yang tinggal didalamnya. Lingkungan merupakan aspek yang erat dengan keluarga dikarenakan keluarga sebagai institusi terkecil dalam masyarakat senantiasa berinteraksi dengan lingkungan yang lebih luas (Sunarti 2007). Kehidupan yang layak, tempat tinggal yang nyaman, dan kondisi lingkungan yang memadai tentu yang sangat diharapkan oleh setiap keluarga. Hal tersebut berkontribusi menciptakan kepuasan keluarga terhadap lingkungannya. Kepadatan yang tinggi dengan luasan yang terbatas memberikan keterbatasan ruang untuk beraktifitas. Kondisi kepadatan yang tinggi memberikan kontribusi timbulnya perasaan sesak pada diri individu (Hermawan 2014). Perasaan sesak dan keterbatasan ruang juga memberikan kontribusi timbulnya potensi ketidaknyamanan dan memberikan penghalang privasi bagi individu (Stokols 1972). Beberapa penelitian juga menemukan bahwa kesesakan rumah berpengaruh terhadap perilaku dan kesehatan individu (Gomez-Jacinto dan Hombrados-Mendieta 2002). Selain itu, kesesakan yang timbul akibat kepadatan berkontribusi terhadap kualitas hidup menjadi rendah, trauma pada anak, munculnya penyakit, serta menimbulkan interaksi berlebihan sehingga semuanya akan berpengaruh terhadap fungsi keluarga (Melson dalam Fatwa 2014). Dan pada akhirnya, kondisi lingkungan seperti itu akan memberikan ketidaknyamanan
2 dan kepuasan terhadap lingkungan menjadi rendah. Terkait hal tersebut, pengkajian dan analisis terkait kepadatan, kesesakan, privasi dan kepuasan lingkungan perlu dilakukan pada pemukiman marjinal. Perumusan Masalah Tempat tinggal atau rumah menjadi salah satu syarat penting bagi kehidupan manusia (Notoatmodjo 2007). Masyarakat maupun pemerintah belum sepenuhnya mampu menyediakan sarana dan prasarana yang baik dari segi pemukiman yang layak bagi masyarakat. Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) mengungkapkan bahwa Indonesia mencapai angka 7.9 juta unit rumah tidak layak huni (RTLH) dan diprediksi angka ini akan terus meningkat setiap tahunnya (Okezone 2014). Jika tidak ditangani secara serius kondisi tersebut tentu akan menimbulkan permasalahan seperti kesehatan, psikologis, sanitasi kurang memadai, kepadatan rumah tinggi hingga muncul pemukiman marjinal dan kumuh (Fatwa 2014). Kepadatan penduduk akan memberikan dampak pada penyempitan luas tanah tempat tinggal. Tempat tinggal penduduk kota dengan proposi luas tanah semakin sempit akan menyebabkan kepadatan dan ruang untuk keperluan individu dan kelompok juga semakin menyempit (Hasnida 2002). Kondisi lingkungan kota dengan kepadatan yang cukup tinggi menimbulkan kesesakan, sifat egois, dan asosial (Halim 2008). Kepadatan dan kesesakan berkaitan dengan kesehatan mental, hubungan sosial, kualitas anak, dan kesehatan fisik (Cove et.al 1979 dalam Rodgers 1980). Suasana padat dan sesak berkontribusi memunculkan berbagai penyakit baik fisik maupun psikis. Kepadatan yang tinggi dapat mengarahkan pada berkurangnya ketertarikan baik pada orang lain maupun pada suatu tempat, sehingga menyebabkan individu menjadi kurang peduli terhadap lingkungan disekitarnya (Yudha dan Christine 2005). Selain itu, kepadatan dan kesesakan tempat tinggal akan mempengaruhi terganggunya privasi individu dan kepadatan juga memiliki pengaruh negatif terhadap aspek kepuasan lingkungan (Duval, Charles, dan Veitch 2002 dalam Danielsson 2008). Keluarga yang tinggal di pemukiman marjinal harus mampu menciptakan kondisi lingkungan secara baik agar tercipta kenyamanan bagi anggotanya sehingga kepuasan keluarga terhadap lingkungan dapat tercapai. Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian tentang kepadatan, kesesakan, privasi dan kepuasan lingkungan pada keluarga di pemukiman marjinal. Dengan demikian dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kepadatan, kesesakan, privasi dan kepuasan lingkungan keluarga di pemukiman marjinal? 2. Apakah terdapat hubungan antara karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kepadatan, kesesakan, privasi dengan kepuasan lingkungan pada keluarga di pemukiman marjinal? 3. Apakah karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kepadatan, kesesakan, dan privasi berpengaruh terhadap kepuasan lingkungan di pemukiman marjinal?
3 Tujuan Penelitian Tujuan umum Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kepadatan, kesesakan, privasi, dan kepuasan lingkungan keluarga di pemukiman marjinal Tujuan khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kepadatan, kesesakan, privasi dan kepuasan lingkungan keluarga di pemukiman marjinal; 2. Menganalisis hubungan karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kepadatan, kesesakan, dan privasi dengan kepuasan lingkungan keluarga di pemukiman marjinal; 3. Menganalisis pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kepadatan, kesesakan, dan privasi terhadap kepuasan lingkungan keluarga di pemukiman marjinal; Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan informasi bagi berbagai pihak. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai kepadatan, kesesakan, privasi, dan kepuasan lingkungan keluarga khususnya di pemukiman marjinal. Penelitian ini juga diharapkan mampu memperkaya pengetahuan ilmu keluarga dan memperluas wawasan masyarakat serta lembaga pemerintah mengenai kepadatan, kesesakan, privasi, dan kepuasan lingkungan.
KERANGKA PIKIR Kerangka pikir penelitian disajikan pada Gambar 1 yang menjelaskan tentang kepadatan, kesesakan, dan privasi terhadap kepuasan lingkungan keluarga di pemukiman marjinal. Keluarga sebagai suatu sistem yang didalamnya memiliki fungsi dan peran, dan berinteraksi dengan lingkungan. Penelitian ini dilandasi oleh teori struktural fungsional menjelaskan empat konsep dasar yaitu sistem, struktur sosial, fungsi dan keseimbangan. Teori ini menjelaskan bagaimana dalam proses aksi dan reaksi yang berkelanjutan (Sunarti 2001). Teori ini juga memandang tidak ada individu dan sistem yang berfungsi secara independen, melainkan dipengaruhi dan mempengaruhi orang lain dan sistem lain (Winton dalam Sunarti 2001). Selain itu, teori ekologi keluarga menjelaskan bagaimana interaksi keluarga dengan lingkungan, serta menjelaskan bagaimana teori ini digunakan untuk mengkaji berbagai masalah berkaitan dengan keluarga dalam hubungannya dengan beragam lingkungan dan interaksi yang dilakukan merupakan bentuk dari adaptasi keluarga dengan lingkungannya (Sunarti 2007). Keluarga yang tinggal di pemukiman marjinal diduga memiliki masalah yang berhubungan dengan lingkungan. Kondisi lingkungan yang padat dan kumuh akan mengganggu keluarga dalam mencapai kepuasan terhadap lingkungan. Penurunan daya dukung alam dan daya tampung lingkungan mengakibatkan
4 semakin sulit memeroleh lingkungan fisik dan sosial yang berkualitas (Sunarti 2015). Kepadatan juga dapat mengakibatkan kesesakan dan privasi seseorang terganggu. Selain itu beberapa penelitian menemukan bahwa atribut lingkungan berpengaruh terhadap kepuasan tempat tinggal (Andriaanse 2007). Tingkat kepuasan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya berkaitan dengan karakteristik fisik rumah dan lingkungan (Galster dan Hesser 1981 dalam Andriaanse 2007). Karakteristik keluarga 1. Usia istri 2. Usia suami 3. Pendidikan istri 4. Pendidikan suami 5. Besar keluarga 6. Pendapatan perkapita
Kepadatan Kesesakan
Karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal 1. Jumlah ruang 2. Tipe dinding 3. Langit-langit rumah 4. Tipe lantai 5. Tipe atap
Kepuasan Lingkungan 1. Rumah 2. Tetangga 3. Lingkungan
Privasi
Keterangan : Variabel yang diteliti Berhubungan Gambar 1 Kerangka pikir karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kepadatan, kesesakan, privasi, dan kepuasan lingkungan
METODE Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung yang berjudul “Lingkungan Spasial, Modal Sosial, Perkembangan Remaja, dan Kesejahteraan Keluarga di Pemukiman Marjinal Kota Bogor”. Penelitian ini menggunakan disain cross sectional study, yakni penelitian yang dilakukan pada satu waktu untuk meneliti variabel tertentu. Penelitian ini menggunakan teknik wawancara
5 dengan menggunakan kuesioner. Penelitian dilakukan di Kelurahan Balumbang Jaya, Kecamatan Bogor Barat dan Kelurahan Kebon Pedes, Kecamatan Tanah Sareal. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara purposive. Pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Mei 2015. Teknik Pengambilan Contoh Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga lengkap yang bertempat tinggal di pinggir sungai atau bantaran kereta api. Contoh dalam penelitian adalah 160 keluarga memiliki anak usia remaja usia 12-19 tahun dengan teknik simple random sampling di masing-masing kelurahan. Contoh diambil dari dua kelurahan yaitu Kelurahan Balumbang Jaya dan Kelurahan Kebon Pedes. Data populasi keluarga diperoleh dari Kelurahan, RW dan RT Balumbang Jaya dan Kebon Pedes. Penentuan jumlah contoh yang diambil dari populasi menggunakan rumus Slovin. Adapun kerangka teknik penarikan contoh dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Keterangan : n = Jumlah keluarga yang diambil (dijadikan contoh) N = Jumlah keluarga lengkap memiliki anak remaja di Kelurahan Balumbang Jaya dan Kelurahan Kebon Pedes e = Batas kesalahan pengambilan contoh
Kota Bogor
Kecamatan Tanah Sareal, Kelurahan Kebon Pedes N = 5961
Kecamatan Bogor Barat, Kelurahan Balumbang Jaya N = 2767
n=173
n=144
n=80
n=80
Gambar 2 Teknik penarikan contoh
Purposive
Keluarga lengkap memiliki anak remaja Simple random sampling
6 Jenis Data dan Cara Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan sekunder. Jenis data primer yang diambil meliputi: karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kepadatan, kesesakan, privasi dan kepuasan lingkungan. Data tersebut dikumpulkan dengan teknik wawancara menggunakan alat bantu kuesioner. Table 1 Variabel, skala, dan sumber kuesioner Variabel
Data
Skala
Intrumen
Kepadatan
Kepadatan
Rasio
Kesesakan
- Kesesakan ruang - Kesesakan sosial - Fisik lingkungan - Non fisik lingkungan - Rumah - Tetangga - Lingkungan
Interval
Lunik dan Altman dalam GomezJacinto dan Hombrados-Mendieta 2002 Diacu dan dimodifikasi dari Anjani 2006 Diacu dan dimodifikasi dari Fatwa 2014 Diacu dan dimodifikasi dari Andriaanse 2007 (Residential environmental satisfaction scale (RESS)) dan Amerigo & Aragones 1990
Privasi Kepuasan lingkungan
Interval Interval
Data sekunder yang digunakan adalah keadaan umum lokasi penelitian, data jumlah keluarga per RW serta data jumlah anak usia remaja. Data primer aspek karakteristik keluarga meliputi usia suami dan usia istri, lama pendidikan suami dan lama pendidikan istri, besar keluarga, dan pendapatan perkapita. Karakteristik keluarga terdapat beberapa pengolahan. Usia suami dan usia istri dikategorikan menjadi dewasa awal (18-40 tahun), dewasa madya (41-60 tahun), dan dewasa akhir (> 60 tahun). Lama pendidikan suami dan lama pendidikan istri dikategorikan menjadi < 9 tahun dan ≥ 9 tahun. Besar keluarga dikategorikan menjadi keluarga kecil 0-4 orang, keluarga sedang 5-7 orang, dan keluarga besar ≥ 8 orang. Pendapatan perkapita per bulan suami dan istri dikategorikan menjadi < Rp 360.518 dan ≥ Rp 360.518 berdasarkan garis kemiskinan Kota Bogor 2013. Aspek kepadatan untuk mengukur tinggi rendahnya kepadatan yang diukur berdasarkan luas rumah dibagi dengan jumlah penghuni rumah. Tingkat persepsi kesesakan menggunakan skala semantik 0-5 (intensitas dari sangat rendah hingga tinggi) sebanyak 20 pertanyaan yang dibagi menjadi dua dimensi yaitu, kesesakan ruang dan kesesakan sosial. Pada variabel kesesakan skala dibagi menjadi empat kategori yaitu, skala 0 (sangat rendah), skala 1 dan 2 (rendah), skala 3 (sedang) dan skala 4 dan 5 (tinggi). Instrumen kesesakan diacu dan dimodifikasi dari Anjani 2006 dengan nilai cronbach alpha 0.673. Setelah dilakukan pengolahan ternyata terdapat data pencilan sehingga peneliti melakukan cleaning data yaitu item pertanyaan dimensi kesesakan ruang nomor 1 dan nomor 6, sehingga item yang digunakan sebanyak 18 pertanyaan dengan cronbach alpha 0.694. Privasi diperoleh berdasarkan jawaban pertanyaan (ya) dan (tidak) sebanyak 10 pertanyaan, dibagi menjadi dua dimensi yaitu privasi fisik lingkungan dan privasi non fisik lingkungan. Instrumen privasi diacu dan dimodifikasi dari Fatwa (2014) dengan cronbach alpha 0.607. Instrumen kepuasan menggunakan skala semantik
7 0-5 (intensitas dari sangat rendah hingga tinggi) sebanyak 25 pertanyaan, dibagi menjadi tiga dimensi yaitu rumah, tetangga, dan lingkungan. Pada variabel kepuasan lingkungan skala dibagi menjadi empat kategori yaitu, skala 0 (sangat rendah), skala 1 dan 2 (rendah), skala 3 (sedang) dan skala 4 dan 5 (tinggi). Instrumen kepuasan diacu dan dimodifikasi dari Andriaanse (2007) Residential Environmental Satisfaction Scale (RESS) dan Amerigo & Aragones (1990) dengan cronbach alpha 0.882. Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh diolah dan dianalisis. Data diolah dengan menggunakan program Microsoft Excel dan Statistical package for Social Science (SPSS). Pengolahan data dilakukan melalui proses editing, coding, scoring, entry, cleaning, dan analyzing. Selain itu, data diolah dengan menggunakan analisis Structural Equation Model with Partial Least Squares (SmartPLS 3.0 for Windows). Setelah data diolah menggunakan PLS hasil penelitian data diolah kembali menggunakan Statistical package for Social Science (SPSS). Sedangkan pengkategorian disesuaikan dengan jenis variabel yang diteliti. Analisis data yang akan digunakan pada penelitian adalah sebagai berikut: 1. Analisis deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik keluarga (usia istri, usia suami, lama pendidikan istri, lama pendidikan suami, pendapatan perkapita, dan besar keluarga), kepadatan, kesesakan, privasi dan kepuasan lingkungan. 2. Analisis inferensia yaitu uji korelasi dan uji regresi. Uji korelasi digunakan untuk melihat hubungan anatara karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kepadatan, kesesakan, privasi dengan kepuasan lingkungan. Sedangkan uji regresi digunakan untuk melihat pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kepadatan, kesesakan, dan privasi terhadap kepuasan lingkungan keluarga. Sebelum melakukan uji regresi, data penelitian harus memenuhi syaratsyarat untuk melakukan uji regresi. Uji regresi dilakukan untuk melihat faktorfaktor yang berpengaruh terhadap kepuasan lingkungan. Syarat untuk melakukan uji regresi adalah dengan melakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji multikolineritas, dan autokorelasi. Uji normalitas yang digunakan pada penelitian ini adalah uji P-Plot. Pinsip pengujiannya adalah dengan melihat penyebaran data (titik) di sekitar garis diagonal grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Data dikatakan menyebar normal jika menyebar di sekitar garis diagonal atau pada grafik histogram menunjukkan model lonceng. Jika data (titik) menyebar sejauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti antargaris diagonal maka pola distribusinya tidak normal, sehingga model regresi dikatakan tidak memenuhi asumsi normalitas (Ghozali 2011). Uji multikolieritas merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antarvariabel bebas yang diteliti. Variabel yang diharapkan dari uji tersebut agar dapat memenuhi syarat untuk melakukan uji regresi adalah variabel yang tidak terjadi multikolineritas. Cara untuk mengetahui apakah terdapat multikolineritas atau tidak pada model regresi adala dengan melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai Tolerance
8 dibawah 0.1 dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) di atas 10 maka terdapat multikolineritas (Ghozali 2011). Uji heterokdesitas dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika tidak terjadi heterokdesitas, maka uji regresi dapat dilakukan. Model regresi dikatakan memiliki heterokdesitas apabila nilai signifikansinya di bawah 0.05 dan pada grafik scatterplot titik-titik tidak menyebar di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y (Ghozali 2011). Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah pada model regresi ada korelasi antara kesalahan pengguna pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (Ghozali 2011). Cara untuk mengetahui ada atau tidaknya autokorelasi pada variabel yang diteliti adalah dengan melihat Durbin-Watson dari model regresi. Apabila model Durbin-Watson mendektai +2 maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi autokorelasi pada model regresi. Adapun model regresi yang digunakan : Y1 = α + β₁X₁ + β₂X₂ + β₃X₃ + β₄X₄ + ε Y2 = α + β₁X₁ + β₂X₂ + β₃X₃ + β₄X₄ + β₅₋₁₀X₅₋₁₀ + ε Y3 = α + β₁X₁ + β₂X₂ + β₃aX₃a + β₃bX₃b + β₄a X₄a + β₄bX₄b + ε Y4 = α + β₁X₁ + β₂X₂ + β₃aX₃a + β₃bX₃b + β₄aX₄a+ β₄bX₄b + β₅₋₁₀X₅₋₁₀ + ε
Keterangan : Y α β₁-β₁₄ X₁ X₂ X₃ X₃a X₃b X₄ X₄a X₄b X₅₋₁₀ ԑ
3.
: Kepuasan lingkungan : Konstanta regresi : Koefisien regresi : Karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal : Kepadatan : Kesesakan : Kesesakan ruang : Kesesakan sosial : Privasi : Privasi fisik lingkungan : Privasi non fisik lingkungan : Usia (Suami dan Istri), Pendidikan (Suami dan Istri), Besar keluarga, dan Pendapatan perkapita : Error
Analisis Structural Equation Model (SEM) dengan menggunakan SmartPLS 3.0 for Windows digunakan untuk mengkonfirmasi ada tidaknya hubungan antarvariabel (prediction) yaitu variabel karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kepadatan, kesesakan, privasi dan kepuasan lingkungan. Analisis PLS SEM terdiri dari dua submodel yaitu model pengukuran atau sering disebut outer model dan model struktural atau sering disebut inner model. Partial Least Squares merupakan metoda analisis yang powerfull dan sering disebut juga sebagai soft modeling karena meniadakan asumsi-asumsi OLS (Ordinary Least Squares) regresi, seperti data harus terdistribusi normal secara multivariate dan tidak adanya problem multikolonieritas antar variabel eksogen (Wold dalam Ghazali dan Latan 2015).
9 Definisi Operasional Kepadatan adalah pengukuran dengan luas rumah dibagi dengan jumlah penghuni rumah Kesesakan adalah persepsi contoh terhadap kondisi rumah seperti ruangan yang ada di dalam rumah dan kondisi lingkungan Kesesakan ruang adalah kesesakan yang disebabkan karena kondisi ruang yang sempit dan kurang memadai Kesesakan sosial adalah kesesakan yang diakibatkan karena kondisi ruang yang terlalu ramai Privasi adalah keinginan dan kecenderungan seseorang untuk tidak diganggu kesendiriannya oleh orang lain Privasi fisik lingkungan adalah privasi dengan menggunakan fisik lingkungan Privasi non fisik lingkungan adalah privasi tidak menggunakan fisik lingkungan Kepuasan lingkungan adalah persepsi kepuasan terhadap lingkungan tempat tinggal baik internal maupun eksternal yang dijelaskan oleh tiga kategori yaitu lingkungan, rumah, dan tetangga Kepuasan rumah adalah kepuasan terhadap kondisi rumah Kepuasan tetangga adalah kepuasan terhadap sikap tetangga di sekitar rumah Kepuasan lingkungan adalah kepuasan terhadap kondisi dan fasilitas yang ada di lingkungan Karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal adalah keadaan lingkungan tempat tinggal meliputi jumlah ruang, tipe dinding, langit-langit rumah, tipe lantai dan tipe atap. Jumlah ruang adalah banyaknya ruang yang ada di dalam rumah. Tipe dinding adalah jenis bahan yang digunakan keluarga sebagai pelindung dan pembatas. Langit-langit rumah adalah jenis bahan yang digunakan keluarga sebagai pelindung langit rumah, dikategorikan menjadi dua yaitu memiliki langitlangit dan tidak memiliki langit-langit. Tipe lantai adalah jenis bahan yang digunakan sebagai lantai rumah. Tipe atap adalah jenis bahan yang digunakan keluarga sebagai atap rumah. Karakteristik keluarga adalah ciri-ciri keluarga yang tinggal di permukiman marjinal meliputi usia istri, usia suami, lama pendidikan istri, lama pendidikan suami, besar keluarga, pendapatan perkapita. Keluarga di pemukiman marjinal adalah susunan orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan darah atau adopsi, terdiri dari suami, istri, anak, serta anggota keluarga lainnya yang bertempat tinggal di daerah marjinal Usia istri adalah jumlah tahun lengkap istri sejak lahir. Usia suami adalah jumlah tahun lengkap suami sejak lahir. Lama pendidikan istri adalah lama waktu pendidikan yang ditempuh istri. Lama pendidikan suami adalah lama waktu pendidikan yang ditempuh suami. Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah, dikategirikan menjadi 3 yaitu keluarga kecil (anggota keluarga ≤ 4 orang), keluarga sedang (5-6 orang), keluarga besar (≥ 8 orang).
10 Pendapatan per kapita adalah total pendapatan dalam satu bulan yang diperoleh keluarga dari seluruh pendapatan keluarga baik dari bekerja utama maupun tambahan dibagi jumlah anggota keluarga. Pemukiman marjinal adalah pemukiman yang berada di bantaran sungai, sepanjang rel kereta api, dimana penduduknya sebagian tidak bekerja, memilki jarak antar rumah kurang dari 1 m², kurang tersedianya tempat pembuangan sampah dan rawan bencana, termasuk didalamnya pemukiman kumuh dan liar.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Balumbang Jaya terletak di wilayah Kecamatan Bogor Barat dan Kelurahan Kebon Pedes terletak di wilayah Kecamatan Tanah Sareal. Kelurahan Balumbang Jaya memiliki luas wilayah sebesar 124.595 Ha dengan jumlah RW sebanyak 13 dan RT sebanyak 45. Letak geografis Kelurahan Balumbang Jaya 200 M di atas permukaan laut dengan curah hujan 3000-4000 mm. Kelurahan Balumbang Jaya memiliki batas wilayah sebelah Utara dengan Kelurahan Situ Gede, sebelah Selatan dengan Kelurahan Marga Jaya, dan sebelah Barat dengan Desa Babakan Kecamatan Dramaga. Kelurahan Kebon Pedes terletak di wilayah Tanah Sareal. Kelurahan Kebon Pedes memiliki luas 104 Ha dengan jumlah RW sebanyak 13 dan RT sebanyak 74. Letak geografis Kelurahan Kebon Pedes berada pada ketinggian 250 M dengan curah hujan 3500-4000 mm. Kelurahan Kebon Pedes memiliki batas wilayah sebelah Utara dengan Kelurahan Kedung Badak, sebelah Selatan dengan Kelurahan Cibogor, dan sebelah Barat dengan Kelurahan Ciwaringin. Kedua kelurahan berada di bantaran sungai, pemukiman rawan bencana, memiliki kepadatan yang tinggi dengan jarak rumah kurang dari satu meter. Berdasarkan ciri-ciri tersebut, maka lokasi penelitian termasuk dalam wilayah pemukiman marjinal. Kualitas pemukiman dengan kepadatan yang cukup tinggi berkontribusi terhadap timbulnya kesesakan dan akan terganggunya privasi individu. Selain itu, hal tersebut akan berkontribusi terhadap kepuasan lingkungan menjadi rendah. Karakteristik Keluarga Hasil penelitian (Tabel 2) menunjukkan bahwa persentasi terbesar suami (59.4%) dan istri (84.4%) berada pada kategori dewasa madya (40-60 tahun). Lebih dari separuh istri (55.6%) dan suami (53.1%) belum memenuhi wajib belajar 9 tahun. Besar keluarga diukur berdasarkan jumlah anggota keluarga. persentase terbesar (58.1%) merupakan keluarga sedang (jumlah anggota 4-7 orang). Berdasarkan garis kemiskinan Kota Bogor 2013, lebih dari separuh keluarga contoh (60.6%) berada pada kategori miskin, dengan rata-rata pendapatan perkapita kurang dari Rp 360518.
11 Table 2 Sebaran karakteristik keluarga contoh Karakteristik Usia istri Usia suami Lama pendidikan istri Lama pendidikan suami Besar keluarga Pendapatan (Rp/kapita/bulan)
Rata-rata±sd
Min-Maks
41.94±5.82 46.49±7.13 7.72±2.82 8.14±2.77 4.88±1.07 350.068±187.131
32-66 32-74 0-16 0-15 3-9 1.000-1.375
Karakteristik Lingkungan Fisik Tempat Tinggal Karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal meliputi jumlah ruang, tipe dinding, tipe langit-langit rumah, tipe lantai dan tipe atap. Rata-rata jumlah ruang yang dimiliki keluarga di pemukiman marjinal adalah 4 ruang (ruang bersama, kamar tidur, dapur, dan kamar mandi). Lebih dari separuh keluarga sudah memiliki dinding yang memadai (85.0%) yaitu dinding berjenis tembok. Sebesar (79.4%) rumah keluarga di pemukiman marjinal belum memiliki langit-langit rumah. Rumah keluarga sudah memiliki lantai yang cukup baik (44.4%) yaitu berlantai keramik dan lebih dari separuh keluarga (81.2%) memiliki atap dengan jenis genteng. Kepadatan Kepadatan didefinisikan sebagai suatu kondisi fisik terkait dengan keterbatasan spasial yang disebabkan oleh banyaknya jumlah individu dalam satu unit ruang seperti per meter, per ruangan atau per tempat tinggal (Yudha dan Christie 2005). Kepadatan dalam penelitian ini dihitung dengan perhitungan luas rumah dibagi jumlah penghuni rumah. Kepadatan rumah keluarga di pemukiman marjinal, lebih dari separuh (71.2%) memiliki rumah dengan densitas di atas standar ideal yaitu lebih dari 8 m² per orang. Luasan maksimum yang diperoleh yaitu sebesar 30 m² per orang dan luasan minimum yaitu 1 m² per orang. Hal tersebut menunjukkan bahwa keluarga di pemukiman marjinal sudah mampu memenuhi kebutuhan luas rumah sesuai jumlah penghuni rumah atau keluarga di pemukiman marjinal dalam penelitian ini mengalami ketidakpadatan. Table 3 Sebaran kepadatan Variabel Kepadatan
Rata-rata±sd 11.11±5.54
Min-Maks 1-30
Kesesakan Kesesakan adalah suatu hasil dari persepsi individu atas adanya keterbatasan spasial-fisik (Bonnes dan Secchiaroli 1995 dalam Yudha, Christine 2005). Penelitian ini membagi kesesakan menjadi dua dimensi yaitu kesesakan ruang dan kesesakan sosial. Kesesakan ruang adalah kesesakan yang disebabkan karena kondisi ruang yang sempit dan kurang memadai. Hasil penelitian menunjukkan
12 bahwa pada kesesakan ruang, lebih dari separuh merasa sesak akibat keramaian lingkungan (73.1%) dan kepadatan rumah di lingkungan (75.0%). Sedangkan, kesesakan sosial adalah kesesakan yang diakibatkan kondisi runag yang terlalu ramai. Pada kesesakan sosial menunjukan bahwa keluarga cenderung pergi tidur untuk menghindari emosi, stress dan sumpek (32.4 %). Table 4 Sebaran contoh (%) menurut tingkat kesesakan Kesesakan
Sangat rendah
Kesesakan ruang Sesak berada di dalam rumah Sulit beraktifitas di dalam rumah Keadaan rumah membuat mudah stres Emosi berada di dalam rumah Jarak antar rumah Jalan atau gang di lingkungan Sesak karena tidak ada penghijauan Keramaian lingkungan Kepadatan rumah Tata letak rumah Kesesakan sosial Anak agresif ketika di dalam rumah Suasana hati yang tidak menentu saat di dalam rumah Enggan berinteraksi dengan orang lain Tidur untuk menghindari emosi, stress, dan sumpek Situasi rumah membuat hasil kerja tidak optimal Keramaian di dalam rumah Merasa terganggu ketika tetangga berkunjung ke rumah Merasa sulit mengadakan acara di rumah
Rendah
Sedang
Tinggi
8.8 8.8 11.2 10.0 3.3 1.9 5.6 0 1.2 2.5
30.6 35.0 32.5 36.2 49.3 50.6 26.8 4.4 4.4 29.4
28.7 33.8 38.1 35.0 29.4 30.6 33.1 22.5 19.4 43.8
31.9 22.5 18.1 18.7 20.6 16.8 34.4 73.1 75.0 24.3
10.6 10.0
41.9 43.1
23.8 33.8
23.8 13.1
14.4 14.4
51.2 26.3
22.5 26.9
11.9 32.4
10.0
40.6
41.2
8.1
2.5 15.0
27.5 55.0
40.6 25.0
29.4 5.0
11.2
37.5
28.7
22.5
Privasi Privasi adalah keinginan atau kecenderungan seseorang untuk tidak diganggu kesendiriannya (Fatwa 2014). Privasi dibagi kedalam dua dimensi yaitu privasi menggunakan fisik lingkunga dan privasi non fisik lingkungan. Hasil penelitian pada (Tabel 4) menunjukkan bahwa pada dimensi privasi fisik lingkungan sebesar (76.9%) keluarga selalu mengunci pintu ketika akan pergi ke luar rumah dan sebesar (73.8%) keluarga merasa perlu memiliki ruangan khusus. Pada dimensi privasi non fisik lingkungan menunjukkan bahwa sebesar (80.0%) untuk memperoleh privasi keluarga berbicara pelan dengan anggota keluarga dan sebesar (80.0%) tidak terlalu banyak bicara ketika ada masalah dan tidak ingin diganggu.
13
Table 5 Sebaran contoh (%) memperoleh privasi Privasi
Ya
Lingkungan fisik Selalu mengunci pintu saat di dalam rumah Selalu mengunci pintu ketika akan pergi ke luar rumah Menutup pintu saat sedang sendiri di dalam kamar Merasa perlu ruang khusus Merasa terganggu ketika anggota keluarga masuk tiba-tiba ketika berada di dalam rumah Non fisik lingkungan Berbicara pelan dengan anggota keluarga Ekspresi wajah yang tidak enak apabila sedang ada masalah Enggan terbuka dengan orang lain tentang diri saya Tidak ingin anggota dan orang lain mencapuri masalah saya Tidak terlalu banyak bicara ketika ada masalah dan tidak ingin digangu
35.6 76.9 58.8 73.8 47.5
80.0 59.4 73.1 78.8 80.0
Kepuasan Lingkungan Pada penelitian ini kepuasan dibagi menjadi tiga dimensi yaitu kepuasan rumah, kepuasan tetangga, dan kepuasan lingkungan. Hasil penelitian pada (Tabel 6 dan Tabel 7) menunjukkan dimensi kepuasan rumah yaitu pada tingkat sedang sebesar (49.4%) keluarga kecukupan penyinaran cahaya matahari pada siang hari dan sebesar (48.8%) merasa nyaman dengan rumah. Pada dimensi kepuasan tetangga pada tingkat sedang sebesar (53.1%) puas dengan tetangga dan sebesar (50.6%) puas dengan perlakuan antarwarga. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa dimensi kepuasan lingkungan tingkat sedang sebesar (51.9%) puas dengan suasana tempat tinggal, sebesar (52.5%) puas dengan penerangan lampu pada malam hari, dan sebesar (56.9%) puas dengan pemeliharaan tempat tinggal. Table 6 Sebaran contoh (%) menurut tingkat kepuasan lingkungan Kepuasan Lingkungan Rumah Puas dengan tempat tinggal Luas rumah (sempit-longgar) Kualitas bangunan rumah Kenyamanan rumah Kelonggaran dapur rumah Cahaya pada siang hari Tetangga Puas dengan tetangga Perlakuan antarwarga Orang-orang di lingkungan cenderung mengenal satu sama lain Kontak dengan tetangga
Sangat rendah
Rendah Sedang Tinggi
1.2 1.2 3.1 0 1.2 0.6
28.1 46.9 43.1 15.6 54.4 20.0
43.1 35.0 38.8 48.8 32.5 49.4
27.5 16.9 15.0 35.6 11.8 30.0
0.6 0 0
8.8 11.3 10.0
53.1 50.6 47.5
37.5 38.1 42.5
0.6
10.0
47.5
41.8
14 Table 7 Sebaran contoh (%) menurut tingkat kepuasan lingkungan (Lanjutan) Kepuasan Lingkungan Lingkungan Puas dengan lingkungan rumah Tidak terganggu dengan lingkungan saat ini Puas dengan perbedaan suku Keinginan keluar dari lingkungan ini Tinggal di lingkungan yang nyaman Ragu terhadap lingkungan untuk membesarkan anak Tempat pembungangan sampah Merasa terganggu dengan bau sampah Suasana tempat tinggal Penerangan lampu pada malam hari yang Aman dari berbagai bencana Luas jalan atau gang di lingkungan (sempit-longgar) Pemeliharaan tempat tinggal
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
0 5.0
23.1 20.6
47.5 47.5
39.4 26.9
15.0 10.6 0 5.6
17.5 33.8 15.7 33.1
38.1 11.9 41.9 16.9
29.4 43.8 42.5 44.3
5.6 20.6 0 0 3.1 1.2
44.4 38.2 12.6 20.0 31.9 36.9
34.4 20.0 51.9 52.5 33.1 45.0
15.6 21.2 35.6 27.5 31.9 16.9
0
23.7
56.9
19.4
Hubungan Karakteristik Keluarga, Karakteristik Lingkungan Fisik Tempat Tinggal, Kesesakan, Kepadatan, dan Privasi dengan Kepuasan Lingkungan Analisis korelasi (Tabel 8) menunjukkan adanya hubungan negatif signifikan antara besar keluarga, kesesakan, kesesakan ruang, kesesakan sosial dengan komponen kepuasan lingkungan rumah. Artinya, semakin kecil besar keluarga, semakin rendah kesesakan, dimensi kesesakan ruang dan dimensi kesesakan sosial maka akan meningkatkan kepuasan lingkungan rumah. Selain itu, adanya hubungan negatif signifikan antara kepadatan dan hubungan positif signifikan antara karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal dengan kepuasan lingkungan rumah. Artinya, semakin rendah kepadatan dan semakin baik karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal maka akan meningkatkan kepuasan lingkungan rumah. Lama pendidikan istri, lama pendidikan suami, pendapatan perkapita memiliki hubungan negatif signifikan dengan dimensi kepuasan lingkungan tetangga. Artinya, semakin rendah lama pendidikan istri, lama pendidikan suami dan pendapatan perkapita maka akan meningkatkan dimensi kepuasan lingkungan tetangga. Selain itu, kesesakan dan kesesakan sosial berhubungan positif dengan dimensi kepuasan lingkungan tetangga. Artinya, semakin tinggi kesesakan dan dimensi kesesakan sosial, maka akan meningkatkan kepuasan lingkungan tetangga. Selain itu, kepadatan berhubungan negatif dengan kepuasan lingkungan dan karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal berhubungan positif signifikan dengan dimensi kepuasan lingkungan lingkungan dan dengan kepuasan lingkungan. Artinya, semakin rendah kepadatan dan semakin baik karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal maka akan meningkatkan dimensi kepuasan lingkungan lingkungan dan kepuasan lingkungan.
15 Tabel 8 Koefisien korelasi karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kepadatan, kesesakan, dan privasi dengan kepuasan lingkungan Variabel Usia istri Usia suami Lama pendidikan istri Lama pendidikan suami Pendapatan perkapita Besar keluarga Karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal Kepadatan Kesesakan Ruang Sosial Privasi Fisik lingkungan Non fisik lingkungan
KLR -0.032 0.027 -0.013 0.024 -0.091 -0.140* 0.367***
KLT -0.039 -0.010 -0.145* -0.201** -0.210*** 0.087 -0.102
KLL -0.002 0.044 -0.057 -0.141 -0.056 -0.073 0.183**
KL -0.025 0.033 -0.068 -0.106 -0.118 -0.084 0.243***
-0.362*** -0.233*** -0.198** -0.196** 0.009 0.023 0.008
-0.128 0.173** 0.138 0.156** 0.082 0.120 0.012
-0.196** -0.072 -0.060 -0.062 0.071 -0.041 0.147
-0.242*** -0.108 -0.093 -0.089 0.059 0.016 0.075
Ket : ***) signifikan pada p<0.01, **) signifikan pada p<0.05, *) signifikan pada p<0.1, KLR : kepuasan lingkungan rumah, KLT : kepuasan lingkungan tetangga. KLL : kepuasan lingkungan lingkungan, dan KL : kepuasan lingkungan
Pengaruh Karakteristik keluarga, Karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, Kepadatan, kesesakan, dan privasi terhadap kepuasan lingkungan Hasil uji regresi (Tabel 9 dan Tabel 10) dari keseluruhan model regresi menunjukkan bahwa karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal berpengaruh positif terhadap kepuasan lingkungan dan kepadatan berpengaruh negatif terhadap kepuasan lingkungan. Artinya, Semakin baik karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal dan semakin rendah kepadatan maka kepuasan lingkungan akan terpenuhi. Table 9 Koefisien regresi karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kepadatan, kesesakan, dan privasi yang signifikan terhadap kepuasan lingkungan Model
Beta
Sig
Model 1 Y₁ = α + β₁X₁ + β₂X₂ + β₃X₃ + β₄X₄ + ε Konstanta regresi 0.000 Karakteristik lingkungan fisik tempat 0.185 0.031* tinggal Kepadatan -0.175 0.035* Model 2 Y₂ = α + β₁X₁ + β₂X₂ + β₃X₃ + β₄X₄ + β₅₋₁₀X₅₋₁₀ + ε Konstanta regresi 0.000 Karakteristik lingkungan fisik tempat 0.209 0.016* tinggal Kepadatan -0.192 0.024* Ket : **signifikansi pada p<0.01; * signifikansi pada P<0.05
F
Adjusted R-square
3.902
0.068
2.549
0.089
16 Table 10 Koefisien regresi karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kepadatan, kesesakan, dan privasi yang signifikan terhadap kepuasan lingkungan (Lanjutan) Model
Beta
Sig
F
Adjusted R-square
Model 3 Y₃ = α + β₁X₁ + β₂X₂ + β₃aX₃a + β₃bX₃b + β₄a X₄a + β₄bX₄b + ε Konstanta regresi 0.000 2.593 0.057 Karakteristik lingkungan fisik tempat 0.190 0.030* tinggal Ketpadatan -0.172 0.040* Model 4 Y₄ = α + β₁X₁ + β₂X₂ + β₃aX₃a + β₃bX₃b + β₄aX₄a+ β₄bX₄b + β₅₋₁₀X₅₋₁₀ + ε Konstanta regresi 0.000 2.144 0.079 Karakteristik lingkungan fisik tempat 0.217 0.014* tinggal Kepadatan -0.185 0.031* Ket : **signifikansi pada p<0.01; * signifikansi pada P<0.05
Uji regresi karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kepadatan, kesesakan, dan privasi terhadap kepuasan lingkungan diperoleh nilai adjusted Rsquare sebesar 0.068 berarti model yang digunakan dalam penelitian ini dapat menjelaskan 6.8 persen variabel yang berpengaruh terhadap kepuasan lingkungan dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain. Karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan lingkungan dan kepadatan berpengaruh negatif terhadap kepuasan lingkungan. Hasil ini mengindikasikan bahwa kepuasan lingkungan akan meningkat jika karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal baik dan kepuasan akan meningkat jika mengalami ketidakpadatan. Uji regresi karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kepadatan, kesesakan, dan privasi terhadap kepuasan lingkungan diperoleh nilai adjusted R-square sebesar 0.089 berarti model yang digunakan dalam penelitian ini dapat menjelaskan 8.9 persen variabel yang berpengaruh terhadap kepuasan lingkungan dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain. Karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal berpengaruh positif dan kepadatan berpengaruh signifikan negatif terhadap kepuasan lingkungan. Hasil ini mengindikasikan bahwa kepuasan lingkungan meningkat jika karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal baik dan jika mengalami ketidakpadatan. Berdasarkan hasil uji regresi karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kepadatan, komponen kesesakan, dan komponen privasi terhadap kepuasan lingkungan diperoleh nilai adjusted R-square sebesar 0.057 berarti model yang digunakan dalam penelitian ini dapat menjelaskan 5.7 persen variabel yang berpengaruh terhadap kepuasan lingkungan dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain. Karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal berpengaruh positif dan kepadatan berpengaruh signifikan negatif terhadap kepuasan lingkungan. Hasil ini mengindikasikan bahwa kepuasan lingkungan meningkat jika karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal baik dan jika mengalami ketidakpadatan. Selain itu, uji regresi karkteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kepadatan, komponen kesesakan, dan komponen privasi terhadap kepuasan lingkungan diperoleh nilai adjusted R-square sebesar 0.079 berarti
17 model yang digunakan dalam penelitian ini dapat menjelaskan 7.9 persen variabel yang berpengaruh terhadap kepuasan lingkungan dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain. Karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal dan kepadatan berpengaruh signifikan positif terhadap kepuasan lingkungan. Hasil ini mengindikasikan bahwa kepuasan lingkungan meningkat jika karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal baik dan jika mengalami ketidakpadatan. Analisis Menggunakan Partial Least Square (PLS) Alat analisis yang digunakan adalah Partial Least Square (PLS) yang merupakan salah satu jenis Structural Equation Modeling (SEM). Variabel laten (konstruk) dalam penelitian ini berjumlah lima variabel yaitu, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kepadatan, kesesakan, privasi dan kepuasan lingkungan. Setiap variabel memiliki beberapa variabel manifest (indikator) yang reflektif terhadap setiap variabel latennya. Model dalam PLS dibagi menjadi dua yaitu, model pengukuran atau sering disebut dengan outer model dan model struktural atau sering disebut dengan inner model. Outer model menunjukkan variabel manifest yang mempresentasikan variabel laten untuk diukur. Apabila nilai loading factor pada masing-masing indikator > 0.7 maka ukuran reflektif indikator terhadap variabel latennya dapat dikatakan tinggi. Sedangkan, inner model menunjukkan kekuatan estimasi antar variabel laten atau kontruk. Evaluasi Model Pengukuran (Outer Model) Gambar 3 menunjukkan model awal penelitian. Masing-masing direfleksikan oleh 9 indikator yang berasal dari 6 variabel laten yaitu, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kesesakan, kepadatan, privasi, dan kepuasan lingkungan.
Kepadatan
Kepadatan
Gambar 3 Model awal penelitian
18
Variabel dapat dikatakan reliabel apabila memiliki nilai loading factor lebih dari 0.6 atau 0.7. Berdasarkan model awal penelitian terdapat beberapa indikator yang memiliki nilai loading factor kurang dari 0.6 atau 0.7 yaitu, usia istri, usia suami, pendidikan istri, pendidikan suami, pendapatan perkapita, privasi fisik lingkungan, kepuasan lingkungan tetangga. Sehingga, perlu melakukan dropping terhadap indikator variabel tersebut. Gambar 4 merupakan hasil setelah dilakukan dropping.
Kepadatan
Kepadatan
Gambar 4 Model akhir penelitian Pada outer model ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi agar model dapat dikatakan valid dan reliabel. Kriteria tersebut diantaranya adalah Loding factor, Average Variace Extracted (AVE), akar kuadrat AVE, cross loading, dan composite reliability (Ghozali dan Latan 2015). Pada tabel 8 diketahui bahwa outer model pada penelitian telah memenuhi lima kriteria tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa model memiliki validitas dan reliabilitas yang baik. Table 11 Hasil penilaian kriteria dan standar nilai mode reflektif No 1.
Kriteria Loading factor
Penjelasan Kekuatan indikator merefleksikan laten
Standar > 0.7
Hasil Besar keluarga = 1 Karakteritik lingkungan fisik tempat tinggal = 1 Kepadatan = 1 Kesesakan ruang = 0.843 Kesesakan sosial = 0.842 Non fisik lingkungan = 1 Rumah = 0.801 Lingkungan = 0.947
19 Table 12 Hasil penilaian kriteria dan standar nilai mode reflektif (Lanjutan) No 2.
Kriteria Average Variance Extracted (AVE)
Penjelasan Validitas kontruk
Standar
3.
Akar kuadrat AVE
Validitas diskriminan
Lebih besar dari nilai korelasi antar variabel
4.
Cross Loding
Validitas diskriminan
Setiap indikator memiliki LF lebih tinggi untuk setiap laten yang diukur dibandingkan dengan indikator untuk laten lainnya.
5.
Composite reliability
Konsistensi internal
>0.7
>0.5
Hasil Besar keluarga = 1 Karakteritik lingkungan fisik tempat tinggal = 1 Kepadatan = 1 Kesesakan = 0.709 Privasi = 1 Kepuasan lingkungan = 0.769 Semua nilai kuadrat AVE laten lebih besar dari korelasi peubah laten lainnya Setiap indikator memiliki LF yang lebih tinggi dibandingkan indikator untuk laten lainnya.
Besar keluarga = 1 Karakteritik lingkungan fisik tempat tinggal = 1 Kepadatan = 1 Kesesakan = 0.830 Privasi = 1 Kepuasan lingkungan = 0.869
Evaluasi Model Struktural (Inner Model) Evaluasi model struktural dapat dilihat dari nilai R square yang merupakan uji goodness-fit model. Model penelitian memiliki nilai R square sebesar 0.180 yang dapat dipresentasikan bahwa variabilitas kontruk kepuasan lingkungan dapat dijelaskan dari variabilitas kontruk karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kepadatan, kesesakan, dan privasi sebesar 18.0% 82.0% dan dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti. Hasil Bootstrapping diperoleh nilai T-Statistik sebagai acuan menilai signifikansi statistik model penelitian untuk setiap jalur hubungan. Berdasarkan Tabel 13 dan Gambar 5 diketahui bahwa hanya dua dari lima variabel yang memiliki pengaruh signifikan (T-Statistik > T-Tabel) yaitu, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal dan kepadatan. Variabel karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal memiliki koefisien parameter 0.247 yang berarti terdapat
20 pengaruh positif karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal terhadap kepuasan lingkungan. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin baik karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal maka semakin baik pula kepuasan lingkungan dengan nilai T-Statistik sebesar 2.609 (T-Tabel signifikansi 5% = 1.96). Variabel kepadatan memiliki koefisien parameter -0.227 yang berarti terdapat pengaruh negatif kepadatan terhadap kepuasan lingkungan. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin rendah kepadatan maka semakin tinggi kepuasan lingkungan dengan nilai T-Statistik sebesar 2.564 (T-Tabel signifikansi 5% = 1.96). Kepadatan memiliki pengaruh negatif terhadap kepuasan lingkungan sebesar 0.227 dapat diinterpretasikan bahwa setiap peningkatan pengaruh faktor kepadatan sebesar 1% maka akan meningkatkan kepuasan lingkungan sebesar 22.7%. Karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal memiliki pengaruh positif terhadap kepuasan lingkungan sebesar 0.247 dapat diinterpretasikan bahwa setiap peningkatan faktor karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal sebesar 1% maka akan meningkatkan kepuasan lingkungan sebesar 24.7%. Sedangkan, variabelvariabel lain seperti besar keluarga, kesesakan dan privasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan lingkungan. Table 13 Nilai inner model No 1.
Kriteria R² dari peubah laten endogen
2.
Estimasi koefisien jalur
Penjelasan Variabilitas konstruk endogen yang dapat dijelaskan oleh variabilitas kontruk eksogen Konsistensi internal
Standar R² sebesar 0.67=substansial; 0.33=moderat; 0.19 =lemah (Chin dalam Ghozali dan Latan 2015) Signifikan apabila T-Statistik > TTabel. 1.96 (significance level = 5 %)
Hasil R² = 0.180
T-Statistik : Karakteristik keluarga (Besar keluarga) = 0.835 Karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal = 2.609 Kepadatan = 2.564 Kesesakan = 0.502 Privasi = 0.425 Nilai Koefisien : Karakteristik keluarga (Besar keluarga) = 0.072 Karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal = 0.247 Kepadatan = -0.227 Kesesakan = -0.042 Privasi = 0.035
21
Kepadatan
Kepadatan
Gambar 5 Hasil bootstrapping Hasil uji korelasi dan regresi setelah melakukan uji PLS Hubungan Karakteristik Keluarga, Karakteristik Lingkungan Fisik Tempat Tinggal, Kesesakan, Kepadatan, dan Privasi dengan Kepuasan Lingkungan Analisis korelasi (Tabel 14) menunjukkan adanya hubungan yang positif signifikan antara karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal dengan kepuasan lingkungan. Artinya, semakin baik karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal maka akan meningkatkan dimensi kepuasan lingkungan rumah. Selain itu, besar keluarga, kepadatan, kesesakan, kesesakan ruang dan kesesakan sosial berhubungan negatif signifikan dengan dimensi kepuasan lingkungan rumah. Artinya, semakin rendah kepadatan, besar keluarga, kesesakan, kesesakan ruang dan kesesakan sosial maka akan meingkatkan dimensi kepuasan lingkungan rumah. Terdapat hubungan positif signifikan antara karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal dengan kepuasan lingkungan. Artinya, semakin tinggi karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal maka akan meningkatkan dimensi kepuasan lingkungan lingkungan. Kepadatan berhubungan negatif dengan kepuasan lingkungan. Artinya, semakin rendah kepadatan maka akan meningkatkan kepuasan lingkungan. Sedangkan, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal berhubungan positif siginifikan dengan kepuasan lingkungan. Artinya, semakin tinggi karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal maka akan meningkatkan kepuasan lingkungan. Selain itu, kepadatan, kesesakan dan dimensi kesesakan ruang berhubungan negatif signifikan dengan kepuasan lingkungan. Artinya,
22 semakin rendah kepadatan, kesesakan dan dimensi kesesakan ruang maka akan meningkatkan kepuasan lingkungan. Table 14 Koefisien korelasi karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kepadatan, kesesakan, dan privasi dengan kepuasan lingkungan Variabel Karakteristik keluarga (besar keluarga) Karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal Kepadatan Kesesakan Ruang Sosial Privasi
KLR -0.140* 0.367*** -0.362*** -0.233*** -0.198** -0.196** -0.008
KLL -0.037 0.183** -0.196** -0.072 -0.060 -0.062 0.147
KL -0.119 0.306*** -0.310*** -0.168** -0.142* -0.142 0.083
Ket : ***) signifikan pada p<0.01, **) signifikan pada p<0.05, *) signifikan pada p<0.1, KLR : kepuasan lingkungan rumah, KLT : kepuasan lingkungan tetangga. KLL : kepuasan lingkungan lingkungan, dan KL : kepuasan lingkungan
Pengaruh Karakteristik keluarga, Karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, Kepadatan, kesesakan, dan privasi terhadap kepuasan lingkungan Hasil uji regresi (Tabel 15) dari keseluruhan model regresi menunjukkan bahwa variabel yang konsisiten signifikan berpengaruh terhadap kepuasan lingkungan adalah karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal dan kepadatan. Semakin baik karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal dan semakin tinggi kepadatan maka kepuasan lingkungan akan terpenuhi. Uji regresi karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kepadatan, kesesakan, dan privasi terhadap kepuasan lingkungan diperoleh nilai adjusted Rsquare sebesar 0.125 berarti model yang digunakan dalam penelitian ini dapat menjelaskan 12.5 persen variabel yang berpengaruh terhadap kepuasan lingkungan dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain. Karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal berpengaruh positif dan kepadatan berpengaruh negatif signifikan terhadap kepuasan lingkungan. Hasil ini mengindikasikan bahwa kepuasan lingkungan akan meningkat jika karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal baik dan kepuasan akan meningkat jika mengalami ketidakpadatan. Uji regresi karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kepadatan, kesesakan, dan privasi terhadap kepuasan lingkungan diperoleh nilai adjusted R-square sebesar 0.125 berarti model yang digunakan dalam penelitian ini dapat menjelaskan 12.5 persen variabel yang berpengaruh terhadap kepuasan lingkungan dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain. Karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal berpengaruh signifikan positif dan kepadatan bepengaruh signifikan negatif terhadap kepuasan lingkungan. Hasil ini mengindikasikan bahwa kepuasan lingkungan meningkat jika karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal baik dan jika terjadi mengalami ketidakpadatan. Berdasarkan hasil uji regresi karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kepadatan, komponen kesesakan, dan komponen privasi terhadap kepuasan lingkungan diperoleh nilai adjusted R-square sebesar 0.120 berarti model yang digunakan dalam penelitian ini dapat menjelaskan 12.0 persen variabel yang berpengaruh terhadap kepuasan lingkungan dan sisanya dipengaruhi oleh variabel
23 lain. Karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal berpengaruh signifikan positif dan kepadatan berpengaruh signifikan negatif terhadap kepuasan lingkungan. Hasil ini mengindikasikan bahwa kepuasan lingkungan meningkat jika karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal baik dan jika mengalami ketidakpadatan. Selain itu, uji regresi karkteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kepadatan, komponen kesesakan, dan komponen privasi terhadap kepuasan lingkungan diperoleh nilai adjusted R-square sebesar 0.119 berarti model yang digunakan dalam penelitian ini dapat menjelaskan 19.9 persen variabel yang berpengaruh terhadap kepuasan lingkungan dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain. Karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal berpengaruh signifikan positif dan kepadatan bepengaruh signifikan negatif terhadap kepuasan lingkungan. Hasil ini mengindikasikan bahwa kepuasan lingkungan meningkat jika karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal baik dan jika mengalami peningkatan ketidakpadatan. Table 15 Koefisien regresi karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kepadatan, kesesakan, dan privasi yang berpengaruh signifikan terhadap kepuasan lingkungan Model
Beta
Model 1 Y₂ = α + β₁X₁ + β₂X₂ + β₃X₃ + β₄X₄ + ε Konstanta regresi
Sig
Adjusted R-square
6.696
0.125
5.524
0.125
Kepadatan -0.205 0.013* Model 3 Y₃ = α + β₁X₁ + β₂X₂ + β₃aX₃a + β₃bX₃b + β₄a X₄a + β₄bX₄b + ε Konstanta regresi 0.001 5.332
0.120
Karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal keluarga
0.001
F
0.220 0.008**
Kepadatan -0.221 0.006** Model 2 Y₂ = α + β₁X₁ + β₂X₂ + β₃X₃ + β₄X₄ + β₅₋₁₀X₅₋₁₀ + ε Konstanta regresi 0.001 Karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal
Karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal
0.231 0.006**
0.223 0.009**
Kepadatan -0.220 0.007** Model 4 Y₄ = α + β₁X₁ + β₂X₂ + β₃aX₃a + β₃bX₃b + β₄aX₄a+ β₄bX₄b + β₅₋₁₀X₅₋₁₀ + ε Konstanta regresi 0.001 4.580 0.119 Karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal Kepadatan
0.234 0.006** -0.205 0.014*
Keterangan : ** signifikansi pada p<0.01; * signifikansi pada P<0.05
Uji regresi karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kepadatan, kesesakan, dan privasi terhadap kepuasan lingkungan diperoleh nilai adjusted Rsquare sebesar 0.125 berarti model yang digunakan dalam penelitian ini dapat menjelaskan 12.5 persen variabel yang berpengaruh terhadap kepuasan lingkungan dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain. Karakteristik lingkungan
24 fisik tempat tinggal berpengaruh positif dan kepadatan berpengaruh negatif signifikan terhadap kepuasan lingkungan. Hasil ini mengindikasikan bahwa kepuasan lingkungan akan meningkat jika karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal baik dan kepuasan akan meningkat jika mengalami ketidakpadatan. Uji regresi karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kepadatan, kesesakan, dan privasi terhadap kepuasan lingkungan diperoleh nilai adjusted R-square sebesar 0.125 berarti model yang digunakan dalam penelitian ini dapat menjelaskan 12.5 persen variabel yang berpengaruh terhadap kepuasan lingkungan dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain. Karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal berpengaruh signifikan positif dan kepadatan bepengaruh signifikan negatif terhadap kepuasan lingkungan. Hasil ini mengindikasikan bahwa kepuasan lingkungan meningkat jika karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal baik dan jika terjadi mengalami ketidakpadatan. Berdasarkan hasil uji regresi karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kepadatan, komponen kesesakan, dan komponen privasi terhadap kepuasan lingkungan diperoleh nilai adjusted R-square sebesar 0.120 berarti model yang digunakan dalam penelitian ini dapat menjelaskan 12.0 persen variabel yang berpengaruh terhadap kepuasan lingkungan dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain. Karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal berpengaruh signifikan positif dan kepadatan bepengaruh signifikan negatif terhadap kepuasan lingkungan. Hasil ini mengindikasikan bahwa kepuasan lingkungan meningkat jika karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal baik dan jika mengalami ketidakpadatan. Selain itu, uji regresi karkteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kepadatan, komponen kesesakan, dan komponen privasi terhadap kepuasan lingkungan diperoleh nilai adjusted R-square sebesar 0.119 berarti model yang digunakan dalam penelitian ini dapat menjelaskan 19.9 persen variabel yang berpengaruh terhadap kepuasan lingkungan dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain. Karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal berpengaruh signifikan positif dan kepadatan bepengaruh signifikan negatif terhadap kepuasan lingkungan. Hasil ini mengindikasikan bahwa kepuasan lingkungan meningkat jika karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal baik dan jika mengalami peningkatan ketidakpadatan. Pembahasan Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyaraka kehidupannya tidak terlepas dari lingkungan. Keluarga dan lingkungannya selalu melakukan proses transaksi timbal balik. Transaksi yang dilakukan antara keluarga dan lingkungan menunjukkan bahwa keluarga sebagai sistem terbuka yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungannya (Sunarti 2011). Kondisi lingkungan yang memadai tentu yang diharapkan oleh setiap keluarga karena akan memberikan kepuasan dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap kesejahteraan keluarga. Pemenuhan akan rumah yang layak dan lingkungan yang memadai merupakan komponen yang akan mempengaruhi kehidupan keluarga selanjutnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi fisik lingkungan tempat tinggal keluarga di pemukiman marjinal sudah cukup memadai. Rata-rata bangunan tempat tinggal memiliki dinding, dan jenis atap yang cukup baik. Lebih dari separuh contoh memiliki rumah dengan jenis dinding tembok dan berlantai
25 jenis keramik. Hal tersebut menunjukkan bahwa kualitas bangunan di pemukiman marjinal sudah cukup baik. Seperti yang dikatakan oleh Yudhohusodo dalam Poedjietami 2005 bahwa kualitas bangunan di pemukiman marjinal tidak selalu buruk, terkadang kualitas bangunan sudah cukup baik dan permanen. Kesesakan dalam penelitian dibagi menjadi dua dimensi yaitu kesesakan ruang dan kesesakan sosial. Kesesakan ruang merupakan kesesakan yang disebabkan karena kondisi ruang yang sempit dan kurang memadai Capaian komponen kesesakan ruang menunjukkan bahwa keluarga cukup merasakan kesesakan disebabkan oleh kondisi lingkungan yang padat dan ramai. Hal ini sejalan dengan Halim 2008, yang mengatakan bahwa persepsi kesesakan terjadi karena kepadatan yang dirasakan oleh individu. Keramaian dan kepadatan yang dirasakan keluarga dikarenakan lingkungan tempat tinggal terlalu banyak dengan orang dan banyaknya rumah di lingkungan. Jumlah rumah yang terlalu banyak dengan jarak antar rumah yang terlalu sempit serta kondisi jalan yang sempit mejadikan keluarga cukup merasakan kesesakan. Sedangkan, kesesakan sosial merupakan kesesakan yang diakibatkan kondisi ruang yang terlalu ramai. Untuk menghindari perasaan emosi, stress dan sumpek yang diakibatkan oleh kesesakan ruang keluarga cenderung pergi tidur untuk terhindar dari hal tersebut. Capaian komponen privasi menunjukkan bahwa secara keseluruhan terkategori sedang. Untuk menjaga privasinya keluarga menggunakan lingkungan fisik dengan selalu mengunci pintu rumah ketika ingin keluar untuk pergi walau hanya sebentar saja dan untuk menjaga privasi keluarga merasa perlu memerlukan ruangan khusus untuk mereka. Sedangkan, untuk menjaga privasi keluarga dengan menggunakan non fisik lingkungan keluarga cenderung berbicara pelan dengan anggota keluarga apabila ada hal yang tidak ingin diketahui membicaraannya dengan anggota keluarga yang lain. Dan keluarga cenderung tidak terlalu banyak bicara ketika sedang ada masalah dan apabila sedang tidak ingin diganggu. Kepuasan lingkungan dalam penelitian ini merupakan kepuasan keluarga terhadap lingkungan baik kepuasan terhadap rumah, tetangga maupun lingkungan sekitar. Capaian kepuasan lingkungan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa hampir sebagian keluarga mengaku sudah cukup puas dengan kenyamanan rumah yang ditempati dan kecukupan cahaya pada siang hari. Kepuasan lingkungan dimensi tetangga menunjukkan bahwa kepuasan terhadap tetangga dan puas dengan perlakuan warga yang sudah cukup baik. Sejalan dengan penelitian Andriaanse 2007, bahwa faktor iklim sosial yaitu persepsi individu tentang bagaimana orang lain memperlakukannya menjadi faktor penting dalam menciptakan kepuasan lingkungan. Kepuasan keluarga terhadap lingkungan sendiri menunjukkan bahwa sebagian keluarga sudah cukup puas dengan penerangan pada malam hari, puas dengan suasana tempat tinggal dan puas dengan pemeliharaan tempat tinggal yang sudah cukup baik. Kualitas bangunan rumah yang cukup baik tentu akan memberikan rasa aman kepada penghuninya. Kenyamanan tersebut nantinya akan memberikan kepuasan keluarga terhadap rumah yang ditempati dan kepuasan terhadap lingkungan sekitar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal berhubungan positif dengan kepuasan lingkungan. Artinya kondisi bangunan rumah yang baik seperti atap rumah, dinding, lantai dan sebagainya, akan memberikan kenyaman bagi penghuni yang pada akhirnya akan tercipta kepuasan bagi penghuninya. Apabila hunian membuat pemiliknya terlihat
26 lebih baik dan nyaman, maka mereka akan merasa puas dengan tempat tinggalnya (Halim 2008). Kepuasan lingkungan juga berhubungan negatif dengan kepadatan. Hal ini menunujkkan bahwa semakin rendah kepadatan suatu rumah maka semakin tinggi pula kepuasan keluarga terhadap lingkungannya. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa kesesakan dan kesesakan sosial memiliki hubungan positif dengan kepuasan lingkungan tetangga. Hal ini menunjukkan bahwa dengan kepadatan yang cukup tinggi keluarga di pemukiman marjinal masih tetap merasakan kepuasan terhadap lingkungan tetangga. Kemampuan keluarga untuk melakukan adaptasi terhadap lingkungan tetangganya menjadikan keluarga tidak begitu terpengaruh oleh kondisi lingkungan yang cukup sesakan. Hal tersebut menunjukkan bahwa keluarga sebagai sustu system dalam masyarakat mampu menyesuaikan diri dengan kondisi di lingkungan tempat tinggal menuju keseimbangan untuk kelangsungan hidup. Seperti yang diungkapkan oleh Kingsburg dan Scanzoni dalam Sunarti 2001, menjelaskan bahwa salah satu ciri keluarga sebagai sistem adalah memiliki suatu kecenderungan menuju keseimbangan atau homoestasis. Homoestasis diartikan sebagai kemampuan untuk memelihara stabilitas agar kelangsungan sistem tetap terjaga (Winton dalam Sunarti 2001). Hasil uji regresi linier menunjukkan bahwa karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal berpengaruh positif terhadap kepuasan lingkungan. Penelitian ini sejalan dengan (Mustikawati dan Ernawati 2014) yang menyatakan bahwa aspek arsitektur seperti tampilan bangunan, dimensi bangunan, dan kekokohan bangunan merupakan hal penting untuk menciptakan kepuasan. Selain itu kualitas bangunan mempunyai kontribusi paling besar terhadap tingkat kepuasan penghuni rumah (Kwanda, Rahardjo dan Wibowo 2003). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kepadatan berpengaruh negatif terhadap kepuasan lingkungan. Dimana kepadatan dalam penelitian ini dihitung dengan perhitungan luas rumah dibagi dengan jumlah penghuni rumah. Kecukupan luasan rumah untuk masing-masing penghuni rumah di pemukiman marjinal telah terpenuhi yaitu lebih dari 8 m² per individu. Hal tersebut menunjukkan bahwa kepadatan masih tergolong rendah. Hasil ini sejalan dengan Hedge et.al dalam Duval, Charles, dan Veitch 2002 bahwa kepadatan menurun atau rendah akan meningkatkan kepuasan lingkungan. Selain itu pentingnya ruang bagi perkembangan atau kehidupan individu dalam keluarga, maka tingkat kepadatan (densitas) minimal seseorang individu untuk bisa hidup nyaman seringkali dijadikan sebagai salah satu indikator kesejahteraan keluarga (Sunarti 2007). Namun, hasil uji regresi menunjukkan bahwa kesesakan dan privasi tidak berpengaruh terhadap kepuasan lingkungan. Hal ini dimungkinkan karena keluarga telah mampu berdapatasi dengan kondisi lingkungan tempat tinggal. Seperti yang diungkapkan oleh beberapa keluarga yang mengaku bahwa mereka sudah merasa puas dengan kondisi lingkungan tempat tinggal mereka. Meskipun mereka terkadang merasa sesak atau sumpek dan merasa terganggu privasi dengan kondisi lingkungan tempat tinggal. Keluarga di pemukiman marjinal sebagian besar telah mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan tempat tinggal mereka. Keluarga sebagai suatu sistem yang selalu mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungannya tentu senantiasa melakukan berbagai cara salah satunya beradaptasi dengan segala perubahan yang terjadi di lingkungan untuk melanjutkan kelangsungan hidup mereka. Seperti yang diungkapkan oleh Sunarti
27 2011, bahwa keluarga sebagai sistem adaptif yang senantiasa dinamis dan beradaptasi terhadap perubahan lingkungannya. Kelenturan individu atau keluarga memungkinkan melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan untuk kelangsungan hidup mereka. Selain itu, rutinitas kebiasan warga menjadikan keluarga atau individu yang tinggal di pemukiman marjinal memiliki kelekatan dengan lingkungannya. Dimana rutinitas mereka membangun kesadaran kognitif yang menjadikan psikologis individu menyatu dengan lingkungannya (Andriaanse 2007). Uji PLS dalam penelitian ini digunakan untuk mengkonfirmasi hasil penelitian kepadatan, kesesakan, privasi dan kepuasan lingkungan. Secara kontruk penelitian ini melibatkan beberapa dimensi yaitu dimensi kesesakan sosial, dimensi kesesakan ruang, dimensi privasi fisik lingkungan, dimensi non fisik lingkungan, dimensi kepuasan rumah, dimensi kepuasan tetangga, dimensi kepuasan lingkungan, karakteristik lingkungan fisik dan karakteristik keluarga. Hasil uji PLS menunjukkan bahwa terhadap dua dimensi dalam penelitian yang tidak cukup valid dan reliabel yaitu dimensi privasi fisik lingkungan dan kepuasan lingkungan dimensi tetangga, serta pada karakteristik keluarga seperti usia istri, usia suami, lama pendidikan istri, lama pendidikan suami, dan pendapatan perkapita tidak cukup valid dan reliabel untuk menunjukkan keterhubungan dengan kepuasan lingkungan. Sehingga dilakukan dropping pada dimensi tersebut agar menghasilkan model yang baik. Setelah dilakukan dropping, hasil menunjukkan bahwa karakteristik keluarga (besar keluarga), karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, dimensi kesesakan ruang, dimensi kesesakan ruang, dimensi privasi non fisik lingkungan memiliki hubungan untuk menjelaskan kepuasan lingkungan yaitu kepuasan rumah dan kepuasan lingkungan. Selain itu, terdapat pengaruh signifikan positif yaitu, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal dan pengaruh signifikan negatif kepadatan dengan kepuasan lingkungan. Hal tersebut berarti semakin baik karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal dan semakin rendah kepadatan rumah akan berpengaruh terhadap peningkatan kepuasan lingkungan. Untuk melihat perubahan dari hasil penelitian dilakukan uji ulang korelasi dan regresi. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa nilai variabel kesesakan (p<0.05) berhubungan negatif dengan kepuasan lingkungan. Variabel karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal (p<0.01) berhubungan positif dan kepadatan (p<0.01) berhubungan negatif dengan kepuasan lingkungan. Karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal berhubungan positif dan besar keluarga, kepadatan, kesesakan, dimensi kesesakan ruang, dimensi kesesakan sosial berhubungan positif signifikan dengan dimensi kepuasan rumah. Pada dimensi kepuasan lingkungan memiliki keterhubungan negatif dengan kepadatan dan memiliki keterhubungan dengan karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal. Sedangkan, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal memiliki hubungan positif dengan variabel kepuasan lingkungan dan kepadatan, kesesakan, dimensi kesesakan ruang memiliki hubungan negatif signifikan dengan variabel kepuasan lingkungan. Hasil uji regresi menunjukkan bahwa nilai Adjusted R-square mengalami meningkatan dari uji regresi sebelumnya untuk setiap model regresi dengan variabel karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal dan kepadatan yang berpengaruh terhadap kepuasan lingkungan.
28
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa besar keluarga di pemukiman marjinal rata-rata merupakan keluarga sedang yaitu 5-7 orang. Istri dari keluarga marjinal lebih banyak menjadi ibu rumah tangga dengan pendidikan yang kurang memadai, yaitu kurang dari sembilan tahun atau setara SMP. Usia responden rata-rata berada pada dewasa madya (41-60 tahun). Keluarga pemukiman marjinal tergolong miskin. Kepadatan rumah di pemukiman marjinal tergolong rendah, hal ini terlihat dari luasan rumah yang dimiliki per individu/penghuni sudah cukup memadai yaitu lebih dari 8 m² per orang. Kesesakan yang paling banyak dirakan keluarga akibat kondisi lingkungan yang ramai dan padat. Namun untuk menghindari emosi, stres dan sumpek dengan pergi tidur. Upaya untuk memeroleh privasi, keluarga selalu mengunci pintu ketika ke luar rumah walau hanya sebentar dan merasa memerlukan ruangan khusus untuk menjaga privasi mereka. Selain itu, untuk menjaga privasi keluarga tidak terlalu banyak bicara ketika sedang ada masalah atau ketika sedang tidak ingin diganggu dan berbicara pelan dengan anggota keluarga yang lain. Kepadatan dan karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal mempengaruhi kepuasan lingkungan keluarga di pemukiman marjinal. Dalam penelitian ini kepadatan menggambarkan luasan rumah yang didapatkan setiap individu berpengaruh negatif terhadap kepuasan lingkungan. Apabila luasan rumah setiap masing-masing individu telah terpenuhi maka akan memberikan kepuasan keluarga terhadap lingkungannya. Selain itu karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal berpengaruh positif terhadap kepuasan lingkungan. Hal ini menunjukkan bahwa karakteristik lingkungan rumah yang baik seperti memiliki lantai, dinding, atap, jumlah ruang, dan langit-langit rumah dengan kualitas baik akan memberikan pengaruh terhadap kepuasan lingkungan. Hasil uji lanjut yaitu, analisis mengunakan Partial Least Square menunjukkan perlu dilakukan dropping indikator pada variabel penelitian agar menghasilkan model yang cukup baik. Dropping dilakukan pada indikator privasi menggunakan fisik lingkungan dan kepuasan lingkungan tetangga. Hasil uji lanjut yaitu analisis inferensia juga menunjukkan adanya perubahan hasil uji dimana pada uji korelasi variabel kesesakan berpengaruh negatif dengan kepuasan lingkungan. Sedangkan uji regresi, menunjukkan bahwa kepadatan memiliki pengaruh negatif terhadap kepuasan lingkungan dan karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal berpengaruh positif terhadap kepuasan lingkungan. Saran Berdasarkan hasil penelitian bahwa kepadatan dan karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal berpengaruh positif terhadap kepuasan lingkungan. Oleh karenanya, keluarga di pemukiman marjinal perlu memperhatikan kualitas rumah maupun lingkungan untuk menciptakan kepuasan keluarga terhadap lingkungannya. Untuk pemerintah diharapkan untuk meningkatkan program kegiatan masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan khususnya di pemukiman marjinal yang akan memberikan dampak terhadap
29 kepuasan lingkungan. Penelitian selanjutnya disarankan untuk mengkaji lebih lanjut mengenai kepadatan, kesesakan, privasi dan kepuasan lingkungan, serta menggali lebih dalam mengenai persepsi kesesakan dan privasi keluarga.
DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Jumlah penduduk, persentase penduduk miskin dan garis kemiskinan,1970-2013. Jakarta (ID): BPS. [internet]. [27 Juni 2015] tersedia dari bps.go.id Andrianase CCM. 2007. Measuring residential satisfaction: a residential environmental satisfaction scale (RESS). J Housing Built Environ. 22:287-304.doi: 10.1007/s1-007-9082-9. Anjani FF. 2006. Pengaruh kepadatan terhadap interaksi sosial warna rumah susun Apron Kemayoran, Jakarta Pusat. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Amerigo M, Aragones JI. 1990. Residential satisfaction in council housing. Journal of Environmental Psychology. 10 (313-325). Danielsson CB. 2008. Differences in perception of noise and privacy in different office types. Acoustics 08 Paris. Duval C.L, Charles K.E, Veitch J.A. 2002. Open-plan office density and environmental satisfaction. IRC RR-150. Fatwa N. 2014. Kepadatan, kesesakan, privasi, dan kesejahteraan subjektif keluarga di pemukiman marginal [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Ghozali I. 2011.Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Semarang (ID): Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Ghozali I dan Latan H. 2015. Partial Least Square Konsep, teknik, dan Aplikasi menggunakan SmartPLS 3.0 Edisi 2. Semarang (ID) : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gomez-Jocinto L, Hombrados-Mendieta I. 2002. Multiple effects of community and household crowding. Journal of Environmental Psychology. 22 (233246). Halim DK. 2008. Psikologi Lingkungan Perkotaan. Jakarta (ID) : Bumi Aksara Harmadi SHB, Handayani D, Hidayat Z, Saputra M, dan Mariun BN. 2011. Pembangunan Berwawasan Kependudukan. Harmasdi SHB, editor. Jakarta (ID) : BKKBN dan Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Hasnida. 2002. Crowding (kesesakan) dan density (Kepadatan). Sumatera (ID) : Universitas Sumatera Utara (USU). Hermawan PC. 2014. Studi mengenai gambaran crowding stress pada warga berusia remaja di pemukiman padat penduduk Kelurahan Babakan Asih Kota Bandung (skripsi). Kwanda T, Rahardjo J, Wibowo B R. 2003. Analisis kepuasan penghuni rumah sederhana tipe 36 dikawasan Sidoarjo. Dimensi Teknik Arsiktektur. Volume 31(2) : 124-132. Mustikawati T, Ernawati J. 2014. Variabel, aspek, kepuasan berhuni di lingkungan hunian perkotaan, Kota Malang. RUAS. Volume 12 (1).
30 Notoatmodjo S. 2007. Kesehatan masyarakat. Ilmu dan Seni. Jakarta. Rineka Cipta. Poedjioetami. 2005. Lokasi strategi sebagai potensi ketahanan hidup di pemukiman marjinal. Surabaya (ID). Jurnal Rekayasa Perencanaan (2:1) Okezone. 2014. Rumah tidak layak huni di Indonesia mencapai 7 juta unit [Internet]. [diunduh pada 2015 Februari 10]. Tersedia pada http://www.m.okezone.com/read/2014/06/03/471/993209. Rodgers WL. 1980. Density, crowding, and satisfaction with the residential environment. Social Indicators Research. 10 (1981) 75-102. Suanrti E. 2001. Studi ketahanan keluarga dan ukurannya. Telaah kasus pengaruhnya terhadap kualitas kehamilan.[disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Sunarti E. 2007. Ekologi Keluarga,Ekologi Manusia. Adiwibowo,editor.Fakultas Ekologi Manusia IPB(ID) : FEMA IPB. Sunarti E. 2011. Optimalisasi Transaksi Materi Dan Energy Keluarga Dengan Lingkungannya. Fakultas Ekologi Manusia IPB (ID) : FEMA IPB. Sunarti E. 2015. Orasi Guru Besar IPB: Ketahanan Keluarga Indonesia, dari Kebijakan dan Penelitian Menuju Tindakan. Bogor (ID): IPB pr. Yudha PT dan Christine. 2005. Hubungan antara Kesesakan dan Konsep Diri dengan Intensi Perilaku Agresi: Studi pada remaja di pemukiman kumuh Kelurahan Angke Jakarta Barat. Jurnal Psikologi Universitas Tarumanagara Volume 3 No. 1.
31
LAMPIRAN Lampiran 1 Sebaran kesesakan No
Pertanyaan
Kesesakan ruang 1. Sesak berada di dalam rumah 2. Sulit beraktifitas di dalam rumah 3. Keadaan rumah membuat mudah stres 4. Emosi berada di dalam rumah 5. Jarak antar rumah 6. Jalan atau gang di lingkungan 7. Sesak karena tidak ada penghijauan 8. Keramaian lingkungan 9. Kepadatan rumah 10. Tata letak rumah Kesesakan sosial 1. Anak agresif ketika di dalam rumah 2. Suasana hati yang tidak menentu saat di dalam rumah 3. Enggan berinteraksi dengan orang lain 4. Tidur untuk menghindari emosi, stress, dan sumpek 5. Situasi rumah membuat hasil kerja tidak optimal 6. Keramaian di dalam rumah 7. Merasa terganggu ketika tetangga berkunjung ke rumah 8. Merasa sulit mengadakan acara di rumah
Persentase (%) 0
1
2
3
4
5
8.8 8.8 11.2 10.0 0.6 1.9 5.6 0 1.2 2.5
11.2 16.9 15.6 16.2 21.2 20.0 11.2 2.5 0.6 12.5
19.4 18.1 16.9 20.0 28.1 30.6 15.6 1.9 3.8 16.9
28.7 33.8 38.1 35.0 29.4 30.6 33.1 22.5 19.4 43.8
21.9 17.5 15.6 15.6 14.4 11.2 29.4 45.6 53.1 13.1
10.0 5.0 2.5 3.1 6.2 5.6 5.0 27.5 21.9 11.2
10.6 10.0
12.5 14.4
29.4 28.7
23.8 33.8
14.4 11.9
9.4 1.2
14.4 14.4
22.5 13.8
28.7 12.5
22.5 26.9
9.4 26.2
2.5 6.2
10.0
16.2
24.4
41.2
5.6
2.5
2.5 15.0
6.9 32.5
20.6 22.5
40.6 25.0
19.4 3.1
10.0 1.9
11.2
20.0
17.5
28.7
14.4
8.1
32 Lampiran 2 Sebaran kepuasan lingkungan No
Pertanyaan
Rumah 1. Puas dengan tempat tinggal 2. Luas rumah (sempit-longgar) 3. Kualitas bangunan rumah 4. Kenyamanan rumah 5. Kelonggaran dapur rumah 6. Ventilasi rumah yang cukup 7. Kelonggaran kamar 8. Cahaya pada siang hari Tetangga 1. Puas dengan tetangga 2. Perlakuan antar warga 3. Orang-orang di lingkungan cenderung mengenal satu sama lain 4. Kontak dengan tetangga Lingkungan 1. Puas dengan lingkungan rumah 2. Tidak terganggu dengan lingkungan saat ini 3. Puas dengan perbedaan suku 4. Keinginan keluar dari lingkungan ini 5. Tinggal di lingkungan yang nyaman 6. Ragu terhadap lingkungan untuk membesarkan anak 7. Tempat pembungangan sampah cukup 8. Merasa terganggu dengan bau sampah 9. Suasana tempat tinggal 10. Penerangan lampu pada malam hari yang cukup 11. Aman dari berbagai bencana 12. Luas jalan atau gang di lingkungan (sempit-longgar) 13. Pemeliharaan tempat tinggal
Presentase (%) 0
1
2
3
4
1.2 1.2 3.1 0 1.2 0 1.9 0.6
10.6 19.4 15.6 8.1 26.9 16.9 18.8 7.5
17.5 27.5 27.5 7.5 27.5 18.8 28.1 12.5
43.1 35.0 38.8 48.8 32.5 40.0 32.5 49.4
16.9 11.9 11.2 30.0 11.2 20.6 13.8 25.0
10.6 5.0 3.8 5.6 0.6 3.8 5.0 5.0
0.6 0 0
3.8 3.8 1.9
5.0 7.5 8.1
53.1 50.6 47.5
28.7 30.6 35.0
8.8 7.5 7.5
0.6
2.5
7.5
47.5
35.6
6.2
0 5.0
13.1 9.4
10.0 11.2
47.5 47.5
32.5 24.4
6.9 2.5
15.0 10.6 0 5.6
5.0 14.4 3.8 10.0
12.5 19.4 11.9 23.1
38.1 11.9 41.9 16.9
25.0 16.9 31.9 28.7
4.4 26.9 10.6 15.6
5.6
19.4
25.0
34.4
13.1
2.5
20.6
18.8
19.4
20.0
16.2
5.0
0 0
3.8 7.5
8.8 12.5
51.9 52.5
31.2 25.0
4.4 2.5
3.1 1.2
14.4 11.9
17.5 25.0
33.1 45.0
22.5 13.1
9.4 3.8
0
6.2
17.5
56.9
16.9
2.5
Lampiran 3 Uji asumsi klasik regresi linier Uji Normalitas
5
33 Uji Multikoleniaritas Coefficientsa
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B (Constant)
Std. Error
50.625
6.045
Kpdt
.471
.154
Ind_Kes
.007
Ind_Priv
.025
Beta
Collinearity Statistics t
Sig.
Tolerance
VIF
8.374
.000
.240
3.054
.003
.971
1.029
.092
.006
.074
.941
.973
1.028
.040
.049
.628
.531
.998
1.002
a. Dependent Variable: Idk_Kep
Uji Heterokdesitas
Uji Autokorelasi Model Summaryb Std. Error of the Model 1
R
R Square .246a
Adjusted R Square
.061
a. Predictors: (Constant), Ind_Priv, Ind_Kes, Kpdt b. Dependent Variable: Idk_Kep
.043
Estimate 10.6030838
Durbin-Watson 1.518
34 Lampiran 4 Hasil uji regresi karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kepadatan, kesesakan, dan privasi terhadap kepuasan lingkungan Kepuasan Lingkungan
Variabel Independen
β
B
Sig.
Konstanta regresi
37.443
0.000
Kepadatan
19.729
-0.185
0.031
Kerakteristik lingkungan fisik tempat tinggal
0.342
0.175
0.035
Kesesakan
-0.008
-0.007
0.932
Privasi
0.031
0.060
0.432
F
3.902
Sig.
0.005
R² Adj. R²
0.091 0.068
Lampiran 5 Hasil uji regresi karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kepadatan, kesesakan, dan privasi terhadap kepuasan lingkungan Kepuasan Lingkungan
Variabel Independen
β
B
Sig.
Konstanta regresi
48.144
Karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal
22.289
0.209
0.016
Kepadatan
0.376
-0.192
0.024
Kesesakan
-0.011
-0.010
0.909
0.025
0.048
0.534
-0.264
-0.142
0.312
Usia suami
0.206
0.135
0.334
Lama pendidikan istri
0.004
0.001
0.992
Lama pendidikan suami
-0.608
-0.155
0.123
Pendapatan perkapira
-7.333
-0.127
0.128
Besar keluarga
-0.934
-0.092
0.281
Privasi Usia istri
0.000
F
2.549
Sig.
0.007
R² Adj. R²
0.146 0.089
35 Lampiran 6 Hasil uji regresi karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kepadatan, dimensi kesesakan, dan dimensi privasi terhadap kepuasan lingkungan Kepuasan lingkungan
Variabel Independen
β
B
Sig.
Konstanta regresi
36.954
Karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal
20.253
0.190
0.030
0.336
-0.172
0.040
Dimensi kesesakan ruang
-0.016
-0.017
0.846
Dimensi kesesakan sosial
0.014
0.016
0.856
Dimensi privasi fisik lingkungan
0.008
0.019
0.812
Dimensi privasi non fisik lingkungan
0.022
0.055
0.505
Kepadatan
0.000
F
2.593
Sig.
0.020
R² Adj. R²
0.092 0.057
Lampiran 7 Hasil uji regresi karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kepadatan, dimensi kesesakan, dan dimensi privasi terhadap kepuasan lingkungan Kepuasan Lingkungan
Variabel Independen B Konstanta regresi
β
Sig.
47.360
0.000
Karakteristik keluarga Usia istri
-0.250
-0.134
0.342
0.197
0.130
0.359
Lama pendidikan istri
-0.020
0.005
0.960
Lama pendidikan suami
-0.613
-0.156
0.128
Pedapatan perkapita
-7.982
-0.138
0.106
Besar keluarga
-1.051
-0.103
0.236
23.149
-0.217
0.014
0.362
0.185
0.031
Dimensi kesesakan ruang
0.002
0.002
0.982
Dimensi kesesakan sosial
0.024
0.027
0.767
-0.006
-0.014
0.862
0.029
0.073
0.385
Usia suami
Kepadatan Kerakteristik lingkungan fisik tempat tinggal Kesesakan
Privasi Dimensi privasi fisik lingkungan Dimensi privasi non fisik lingkungan F
2.144
Sig.
0.017
R² Adj. R²
0.149 0.079
36 Lampiran 8 Cross loadings Karakteristi k keluarga
Karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal
Kepuasan lingkungan
Kesesaka n
Kepadata n
Privasi
1.000
-0.010
-0.130
0.240
-0.209
0.058
-0.010
1.000
0.338
-0.334
0.340
-0.028
Kepadatan Kesesakan ruang Kesesakan sosial Non fisik lingkungan Rumah
-0.209
0.340
0.339
-0.228
1.000
0.099
0.216
-0.207
-0.167
0.843
-0.197
-0.203
0.189
-0.356
-0.167
0.842
-0.187
0.000
0.058 -0.140
-0.028 0.367
0.052 0.947
-0.120 -0.234
0.099 0.362
1.000 -0.008
Lingkungan
-0.073
0.183
0.801
-0.073
0.196
0.147
Variabel Besar keluarga Karakteristik lingkungan
Lampiran 9 Average variance extracted (AVE) Variabel
AVE
Karakteristik keluarga
1.000
Karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal
1.000
Kepuasan lingkungan
0.769
Kesesakan
0.709
Kepadatan Privasi
1.000 1.000
Lampiran 10 Composite reliability Composite Reliability Karakteristik keluarga
1.000
Karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal
1.000
Kepuasan lingkungan
0.869
Kesesakan
0.830
Kepadatan Privasi
1.000 1.000
Lampiran 11 Path coeficient
Karakteristik keluarga -> Kepuasan lingkungan Karakteristik lingkungan fisik > Kepuasan lingkungan Kesesakan -> Kepuasan lingkungan Ketidakpadatan -> Kepuasan lingkungan Privasi -> Kepuasan lingkungan
Original Sample (O)
Sample Mean (M)
Standard Error (STERR)
T Statistics (|O/STER R|)
PValue
-0.072
-0.063
0.087
0.835
0.404
0.247
0.242
0.095
2.609
0.009
-0.042
-0.064
0.084
0.502
0.616
0.227
0.225
0.088
2.564
0.011
0.035
0.026
0.083
0.425
0.671
37
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bekasi pada tangga 18 Oktober 1992 dari pasangan Maridin dan Arsih. Penulis merupakan lulusan dari SMA 11 Bekasi. Penulis melanjutkan pendidikan tinggi pada tahun 2011-1015 di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN Undangan. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif sebagai staf Himpunan Ilmu Keluarga (HIMAIKO) pada tahun 2013-2014. Penulis juga aktif dalam kegiatan kepanitiaan, salah satunya kepanitiaan dalam kegiatan Deklarasi Keluarga Indonesia pada tahun 2014. Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga.