1
MANAJEMEN STRES DAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF KELUARGA DI PERMUKIMAN MARJINAL
AFROMALIKA
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
2
3
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manajemen Stres dan Kesejahteraan Subjektif di Permukiman Marjinal adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2015 Afromalika NIM I24110027
4
5
ABSTRAK AFROMALIKA. Manajemen stres dan kesejahteraan subjektif keluarga di permukiman marjinal. Dibimbing oleh EUIS SUNARTI. Keluarga di permukiman marjinal dituntut untuk melakukan serangkaian adaptasi terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di luar sistemnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis manajemen stres dan kesejahteraan subjektif keluarga di permukiman marjinal. Disain penelitian cross sectional dengan lokasi penelitian di Kelurahan Balumbang Jaya dan Kelurahan Kebon Pedes, Kota Bogor. Masing-masing kelurahan dilakukan simple random sampling, sehingga diperoleh total sebanyak 160 keluarga lengkap memiliki anak remaja. Sumber stres tertingi pada keluarga di permukiman marjinal adalah bersumber dari ketegangan dalam keluarga dan masalah keuangan bisnis. Strategi koping tertinggi yang dilakukan adalah menerima semua yang telah terjadi dan sadar tidak bisa dirubah kembali. Gejala stres dengan intentensitas tertinggi adalah seringnya merasakan pusing atau sakit kepala. Tingkat kesejahteraan subjektif keluarga dimensi fisik ekonomi berada paling rendah dengan tingkat ketidakpuasan tertinggi terhadap tabungan yang dimiliki. Hasil uji regresi menunjukkan bahwa lama menikah memengaruhi secara negatif terhadap gejala stres. Sumber stres dan strategi koping berfokus pada masalah memengaruhi secara positif terhadap gejala stres. Masalah keuangan dan bisnis serta besar keluarga memengaruhi secara negatif pada kesejahteraan subjektif, sedangkan perubahan dan masalah pekerjaan keluarga memengaruhi secara positif terhadap kesejahteraan subjektif keluarga. Kata kunci: Gejala Stres, Kesejahteraan Subjektif Keluarga, Strategi Koping, Sumber Stres ABSTRACT AFROMALIKA. Stres management and family subjective well-being in marginal area. Supervised by EUIS SUNARTI Families in marginal area are forced to make various adaptation to every changes happening outside their system. This study aimed to analyze family’s stress management and subjective well-being in marginal area. This crosssectional study located at Kelurahan Balumbang Jaya and Kelurahan Kebon Pedes, Bogor City. Simple random sampling was used on each region obtained 160 intact families which have adolescent. The highest distress source of marginal families’ are from tension in family and financial and business problems. The highest coping strategies done by families are accepting everything that already happened and realized anything can’t be change. Distress symptoms with highest intensity was frequently feeling dizzy or having headache. Families subjective well-being in physic-economic dimension at lowest level with highest level of dissatisfaction on owned savings. Result showed that marriage period negatively affecting distress symptoms. Financial and business problems along with number of family members negatively affecting subjective well-being meanwhile families’ job changes and problems affecting positively on families’ subjective well-being.
Keywords: Distress Symptoms, Family Subjective Well-Being, Distress Source , Coping Strategies,
6
7
MANAJEMEN STRES DAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF KELUARGA DI PERMUKIMAN MARJINAL
AFROMALIKA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
8
9
Nama NIM
Judul Skripsi : Manajemen Stres dan Kesejahteraan Subjektif Keluarga di Permukiman Marjinal : Afromalika : I24110027
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Euis Sunarti, MSi Pembimbing
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Ujang Sumarwan, MSc Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
Tanggal Lulus :
10
11
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena dengan karunia rahmat, berkah, hidayah dan kesehatan dari-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Manajemen Stres dan Kesejahteraan Subjektif Keluarga di Daerah Pemukiman Marjinal Kota Bogor”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat yang harus ditempuh untuk menyelesaikan program sarjana (S1) Jurusan Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Prof Dr Ir Euis Sunarti, MSi selaku dosen pembimbing skripsi penulis yang telah memberi nasihat, saran, bimbingan, dan motivasi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini. 2. Ibu Megawati Simanjuntak, SP MSi dan Ir M.D Djamaludin, MSc selaku dosen penguji skripsi penulis yang telah memberikan saran, nasihat, dan bimbingan untuk penyelesaian skripsi penulis. 3. Dr Ir Diah K. Pranadji, MS Selaku pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menempuh pendidikan di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen. 4. Seluruh dosen Ilmu Keluarga dan Konsumen yang telah memberikan banyak ilmu dan pemahamannya kepada penulis. 5. Keluarga besar H. Mazid dan H. Rahbini atas doa, dorongan, motivasi, dan semangat selama penulis menempuh dan menyelesaikan studi di IPB. 6. Teman-teman IKK 48 dan sahabat yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas kebersamaan, semangat, dan dukungannya selama 4 tahun di IPB. 7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Kesempurnaan hanya milik Allah swt. Penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa. Masukan, saran, dan arahan sangat penulis harapkan untuk menjadi lebih baik. Penulis berharap semoga skripsi penelitian ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2015
Afromalika
12
13
DAFTAR ISI PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
3
Manfaat Penelitian
3
KERANGKA PEMIKIRAN
3
METODE
5
Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian
5
Data dan Teknik Pengumpulan Data
5
Teknik Pengambilan Contoh
6
Pengolahan dan Analisis Data
7
Definisi Operasional
9
HASIL DAN PEMBAHASAN
11
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
11
Karakteristik Keluarga
11
Sumber Stres
11
Ketegangan dalam Keluarga 12 Ketegangan Pasangan Suami Istri 12 Masalah Keuangan dan Bisnis
12
Perubahan dan Masalah Pekerjaan Keluarga 13 Masalah Penyakit dan Perawatan Keluarga 13 Strategi Koping Gejala Stres Kesejahteraan Subjektif
13 15 15
Hubungan Karakteristik Keluarga, Sumber Stres, Strategi Koping dan Gejala Stres
15
Hubungan Karakteristik Keluarga, Sumber Stres, Strategi Koping Gejala Stres, dam Kesejahteraan Subjektif
16
14
Pengaruh Karakteristik Keluarga, Sumber Stres, Strategi Koping terhadap Gejala Stres
17
Pengaruh Karakteristik Keluarga, Sumber Stres, Strategi Koping, Gejala Stres terhadap Kesejahteran Subjektif
18
PEMBAHASAN
19
KESIMPULAN DAN SARAN
22
DAFTAR PUSTAKA
23
LAMPIRAN
26
RIWAYAT HIDUP
35
DAFTAR TABEL 1 Variabel, skala, dan sumber kuisioner Nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata dan standar deviasi 2 karakteristik keluarga 3 Sebaran contoh (%) sumber stres ketegangan dalam keluarga 4 Sebaran contoh (%) sumber stres ketegangan pasangan suami istri 5 Sebaran contoh (%) sumber stres masalah keuangan dan bisnis 6 Sebaran contoh (%) sumber stres perubahan dan masalah pekerjaan keluarga 7 Sebaran contoh (%) sumber stres masalah penyakta dan perawatan keluarga 8 Sebaran contoh (%) berdasarkan strategi koping yang dilakukan 9 Sebaran skor (%) berdasarkan kategori intensitas gejala stres 10 Sebaran skor (%) berdasarkan kategori intensitas kesejahteraan subjektif 11 Koefisien korelasi karakteristik keluarga, sumber stres, strategi koping, dan gejala stres 12 Koefisien korelasi karakteristik keluarga, sumber stres, strategi koping gejala stres, dan kesejahteraan subjektif 13 Pengaruh karakteristik keluarga, sumber stres, strategi koping, terhadap gejala stres 14 Pengaruh karakteristik keluarga, sumber stres, strategi koping, gejala stres, terhadap kesejahteraan subjektif
6 11 12 12 12 13 13 14 15 15 16 17 18 19
DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka Pemikiran karakteristik keluarga, manajemen stres dan kesejahteraan subjektif keluarga 2 Teknik Penarikan Contoh
5 7
15
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Laju pertumbuhan penduduk Indonesia terus meningkat. Menurut BPS (2014) pada tahun 2014 jumlah penduduk Indonesia meningkat mencapai 1,49 persen. Peningkatan jumlah penduduk yang tidak diikuti dengan peningkatan daya tampung lingkungan dan juga keterbatasan ekonomi menimbulkan berbagai masalah, salah satunya adalah munculnya permukiman-permukiman kumuh atau permukiman marjinal di wilayah yang tidak layak untuk ditempati. Menurut UU No. 4 pasal 22 tahun 1992 tentang perumahan dan permukiman, bahwa permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni antara lain karena berada pada lahan yang tidak sesuai dengan peruntukkan atau tata ruang, kepadatan bangunan yang sangat tinggi dalam luasan yang sangat terbatas, rawan penyakit sosial dan penyakit lingkungan. Pendapat lain tentang permukiman marjinal menurut Wicaksono (2011) adalah wilayah dengan kualitas umum bangunan rendah, tidak terlayani prasarana lingkungan yang memadai, membahayakan keberlangsungan kehidupan dan penghuninya. Lingkungan dimana keluarga menetap turut memengaruhi kondisi dan perkembangan keluarga karena keluarga juga merupakan bagian dari sistem sosial yang lebih luas (Bronfenbrenner 1979; Berns 1985; Klein & White 1996 dalam Islamia 2012). Keluarga perlu memiliki keterampilan dalam menghadapi tekanan-tekanan yang terjadi. Hal ini sesuai dengan pernyataan McCubbin dan Thompson (1987) bahwa tekanan-tekanan seperti masalah yang terjadi dalam keluarga dapat menjadi sumber stres atau stressor yaitu pemicu awal aktifnya proses stres pada keluarga. Jika semakin berat beban atau bobot permasalahan yang menimpa dan harus ditanggung keluarga, maka dapat menyebabkan keadaan tingkat stres yang semakin tinggi pada keluarga. Situasi ini menuntut keluarga untuk beradaptasi demi kelangsungan kehidupan keluarga dan anggota keluarga (Syahrini 2010). Bentuk adaptasi keluarga dapat dilihat dari strategi koping keluarga terhadap tekanan-tekanan yang dihadapi oleh keluarga. Ketika pada situasi stres, efek negatif yang dapat dilihat yaitu gejala stres yang akan berpengaruh pada sistem keluarga yang semakin tidak seimbang. Keluarga sebagai unit terkecil masyarakat memiliki peran penting dalam terciptanya manusia yang sehat yang mendorong keluarga dalam mencapai kesejahteraan, karena kesejahteraan merupakan tujuan utama dan akhir yang harus dicapai oleh keluarga (Sunarti 2013). Jika keluarga sejahtera, maka individu yang berada di dalamnya akan mampu mengembangkan dirinya dengan baik, dan sistem yang lebih besar yang dibentuk oleh keluarga yaitu masyarakat akan turut berkembang (Islamia 2012). Terdapat dua bagian dalam pengukuran kesejahteraan yaitu kesejahteraan objektif dan kesejahteraan subjektif. Kesejahteraan objektif diukur berdasarkan kecukupan kebutuhan dasar, sedangkan kesejahteraan subjektif diukur berdasarkan kepuasan dari terpenuhinya kesejahteraan objektif (Sunarti 2006). Hal ini menunjukkan kesejahteraan subjektif merupakan kepuasan seseorang terhadap pemenuhan kebutuhan hidup. Upaya keluarga untuk mencapai kesejateraan dengan melakukan peran dan fungsinya tidak terlepas dari tantangan. Tantangan yang dihadapi keluarga salah satunya adalah tekanan. Bentuk tekanan-tekanan dalam keluarga diakibatkan dari
2
internal maupun eksternal. Dari segi internal keluarga, misalnya, konflik orang tua dan anak, memikirkan masa depan anak, kehilangan anggota keluarga (Mc Cubbin 1988), kematian pasangan, cerai, perpisahan, kematian keluarga dekat, perkawinan, perubahan kesehatan anggota keluarga, bertengkar dengan pasangan, anak meninggalkan rumah (Kozier & Erb 1983 dalam Rasmun 2004). Pengaruh lingkungan eksternal, misalnya, kekacauan hubungan sosial dan keluarga, konflik sosial dan budaya, bencana alam, perpindahan tempat tinggal (Esperanza 1997 dalam Rasmun 2004). Lingkungan tempat tinggal juga menjadi salah satu faktor yang berkaitan dengan kesejahteraan subjektif (Halim 2008 dalam Fatwa 2014). Melihat kondisi keluarga yang tinggal di pemukiman marjinal tentu memiliki segi karakteristik yang berbeda, serta tekanan yang dihadapi, dan kesejahteraan subjektifnya dibandingkan keluarga yang tinggal di permukiman biasa. Oleh karena itu, pengkajian manajemen stres keluarga terhadap tekanan yang dihadapi dan kesejahteraan subjektif perlu dilakukan di wilayah permukiman marjinal untuk mengetahui kondisi keluarga dari sudut pandang sosial dan psikologisnya. Perumusan Masalah Perkembangan penduduk yang meningkat telah memberikan indikasi adanya masalah terhadap lingkungan yaitu timbulnya permukiman marjinal. Proses keberlangsungan hidup keluarga yang tinggal di permukiman marjinal tentu memiliki caranya sendiri dalam beradaptasi dengan lingkungannya. Sesuai dengan pernyataan Sunarti (2007) bahwa lingkungan sekitar tempat tinggal berhubungan erat dengan keluarga dikarenakan keluarga senantiasa melakukan interaksi dengan lingkungan yang lebih luas. Keluarga yang tinggal di wilayah permukiman marjinal dengan berbagai tekanan yang terjadi membuat keluarga semakin terpapar dengan permasalahan. Keluarga di permukiman marjinal harus dituntut untuk melakukan serangkaian adaptasi terhadap tekanan-tekanan yang terjadi dalam keluarga. Adanya tekanan-tekanan yang memicu timbulnya stres dan strategi koping yang dilakukan oleh keluarga, maka hal ini dapat dikaitkan dengan kesejahteraan subjektif yang lebih berdasarkan kepada kepuasan akan kehidupan. Keluarga di permukiman marjinal membutuhkan keterampilan dalam menghadapi tekanan-tekanan yang dapat memicu terjadinya sumber stres. Hasil penelitian Sunarti dan Syahrini (2011), sumber stres akibat ketegangan dalam keluarga serta akibat masalah keuangan dan bisnis merupakan total sumber stres tertinggi di kawasan rawan bencana, dimana penelitian ini juga berlokasi di permukiman marjinal yang rawan terhadap banjir. Guna mencegah terjadinya distres maka proses keluarga melalui strategi koping dan adaptasi dalam menghadapi kesulitan secara positif sangatlah penting (McCubbin dan Thompson 1987). Kesejahteraan keluarga merupakan tingkat pemenuhan kebutuhan dasar dan kebutuhan perkembangan keluarga (Sunarti 2013), kesejahteraan subjektif merupakan bagian penting dalam keluarga karena menunjukkan evaluasi secara keseluruhan atas pencapaian kehidupan yang dijalani (Diener 1984). Berkaitan dengan kesejahteraan subjektif, keluarga dengan tekanan sumber stres yang semakin tinggi dan keterampilan strategi koping yang minim, diduga akan memiliki kesejahteraan subjektif yang rendah. Apabila dilihat berdasarkan lokasi wilayah penelitian yaitu permukiman marjinal, maka kesejahteraan subjektifnya akan rendah. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai manajemen
3
stres dan kesejahteraan subjektif keluarga di wilayah permukiman marjinal. Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana karakteristik keluarga, sumber stres, strategi koping, gejala stres, dan kesejahteraan subjektif keluarga di permukiman marjinal? 2. Apakah terdapat hubungan antara karakteristik keluarga, sumber stres, strategi koping, dan gejala stres dengan kesejahteraan subjektif keluarga di permukiman marjinal? 3. Apakah karakteristik keluarga, sumber stres, strategi koping, dan gejala stres berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif keluarga di permukiman marjinal? Tujuan Penelitian Tujuan Umum Menganalisis manajemen stres dan kesejahteraan subjektif keluarga di permukiman marjinal. Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi karakteristik keluarga, sumber stres, strategi koping, gejala stres, dan kesejahteraan subjektif keluarga di permukiman marjinal 2. Menganalisis hubungan antara karakteristik keluarga, sumber stres, strategi koping, gejala stres, dan kesejahteraan subjektif keluarga di permukiman marjinal 3. Menganalisis pengaruh karakteristik keluarga, sumber stres, strategi koping, dan gejala stres terhadap kesejahteraan subjektif keluarga di permukiman marjinal Manfaat penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menyediakan informasi terkait keuarga di permukiman marjinal, yaitu sumber stres, strategi koping, gejala stres, dan kesejahteraan subjektif. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kesempatan untuk mengembangkan pemikiran dan keilmuan yang telah diterima dibangku kuliah terutama dalam bidang keluarga. Bagi institusi IKK (Ilmu Keluarga Konsumen), penelitian ini diharapkan dapat menyediakan informasi dan data baru guna pengembangan pendidikan khususnya bidang keluarga.
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka berpikir manajemen stres dan kesejahteraan subjektif keluarga di pemukiman marjinal disajikan pada Gambar 1. Menurut Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009, ketahanan dan kesejahteraan keluarga adalah kondisi keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta mengandung kemampuan fisik materil guna hidup mandri dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan, kebahagiaan lahir dan batin. Penelitian ini di dasari oleh teori struktur fungsional. Asumsi-asumsi yang mendasari teori struktural fungsional ini adalah keluarga harus memiliki struktur
4
tertentu agar dapat melaksanakan fungsinya secara optimal. Salah satu aspek penting dari perspektif teori ini adalah keluarga memiliki pembagian peran dan fungsi yang jelas dan teori ini memandang tidak ada individu dan sistem yang berfungsi secara independen, melainkan dipengaruhi dan pada gilirannya mempengaruhi orang lain atau sistem lain (Winton 1995). Teori struktural fungsional menjelaskan tentang sistem, struktur sosial, fungsi, dan keseimbangan di dalam keluarga. Teori ini membahas bagaimana perilaku seseorang dipengaruhi orang lain dan oleh institusi sosial, dan bagaimana perilaku tersebut pada gilirannya memengaruhi orang lain dalam proses aksi-reaksi berkelanjutan (Sunarti 2001). Middle-range theory pada penelitian ini yakni teori ekologi keluarga (lingkungan sekitar keluarga memengaruhi kehidupan dan keberfungsian keluarga), teori ketangguhan keluarga yaitu dalam hal manajemen stres keluarga berupa tekanan keluarga dan strategi koping keluarga (Sunarti 2001). Keluarga merupakan sistem unit sosial terkecil dalam masyarakat. Keluarga mengalami berbagai perubahan (baik secara alami maupun bukan) sepanjang kehidupannya, sehingga keluarga membutuhkan persiapan untuk menjalaninya dengan baik (Sunarti 2013). Kemampuan keluarga bervariasi dalam mengelola sumber daya dan masalah-masalah yang dimilikinya dalam upaya mencapai kesejahteraan. Kemampuan ini dapat disebabkan karena faktor internal dan eksternal keluarga, diantaranya karakteristik keluarga serta lingkungan dimana keluarga tinggal. Karakteristik keluarga yang diteliti meliputi; usia suami dan istri, lama pendidikan suami dan istri, besar keluarga, lama menikah, dan pendapatan per kapita/bulan. Karakteristik ini kemudian dikaitkan dengan wilayah permukiman marjinal. Melihat karakteristik keluarga dan wilayah permukiman marjinal, hal ini diduga berpengaruh terhadap manajemen stres dan kesejahteraan subjektif yang dihadapi keluarga. Upaya mencapai kesejahteraan, keluarga melakukan peran dan fungsinya tidak terlepas dari adanya tantangan. Tantangan yang dihadapi keluarga adalah adanya tekanan-tekanan yang dapat menimbulkan stres. Upaya keluarga dalam menghadapi tantangan yang muncul dalam keluarga dilihat dari aksi manajemen stres yang akan diteliti pada penelitian ini, dimana menurut Sunarti (2013) manajemen stres keluarga adalah kemampuan keluarga manangani masalah, tekanan/stressor agar tidak menyebabkan distress. Berdasarkan teori stres menurut McCubbin dan Thompson (1988) memandang bahwa keluarga perlu melakukan adaptasi terhadap perubahan yang terjadi dengan kemampuan yang dimiliki. Teori stres dipandang bahwa perlu adanya kemampuan keluarga atau keterampilan keluarga dalam beradaptasi dan mempertahankan keseimbangan keluarga dalam menghadapi perubahan yang memicu terjadinya gejala stres yang tidak terduga (McCubbin & Thompson 1987). Strategi koping menggambarkan proses pengelolaan stres yang dilakukan keluarga. Strategi koping yang dilakukan individu oleh Lazarus et al. (1984) terbagi menjadi dua bentuk, yaitu strategi berfokus pada masalah dan strategi berfokus pada emosi. Setelah melalui proses tersebut, kemudian dilihatlah gejala stres yang dialami keluarga dengan ibu sebagai responden. Gejala stres merupakan suatu tanda masalah sosial, beberapa contoh pada penelitian Sunarti (2001) mendapatkan hasil bahwa wanita lebih banyak menderita distress dibandingkan pria. Gejala stres merupakan bentuk stres negatif yang kemudian memiliki dua komponen yaitu komponen mood dan malaise (Mirrowsky & Ross 1987). Pada akhirnya akan didapatkan gambaran
5
manajemen stres keluarga guna menghadapi tekanan-tekanan krisis yang tidak dapat diduga dan guna mencapai kesejahteraan dalam berkeluarga. Berdasarkan hal tersebut, maka diperoleh model kerangka pemikiran manajemen stres dan kesejahteraan subjektif keluarga. Karakteristik Keluarga : - Usia Istri dan Suami - Lama Pendidikan Istri dan Suami - Besar Keluarga - Lama Menikah - Pendapatan Perkapita
Manajemen Stres Keluarga : Sumber stres
Strategi koping
Kesejahteraan Subjektif Keluarga : - Dimensi Fisik Ekonomi - Dimensi Sosial - Dimensi Psikologis
Gejala stres Gambar 1 Kerangka pikir manajemen stres dan kesejahteraan subjektif keluarga di permukiman marjinal
METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung yang berjudul “Lingkungan Spasial, Modal Sosial, Perkembangan Remaja, dan Kesejahteraan Keluarga di Pemukiman Marjinal Kota Bogor”. Penelitian ini menggunakan disain cross sectional study, yakni penelitian yang dilakukan pada satu waktu untuk meneliti variabel tertentu. Penelitian ini menggunakan teknik wawancara dengan menggunakan kuesioner. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Bogor Barat dan Tanah Sareal, yaitu Kelurahan Balumbang Jaya dan Kelurahan Kebon Pedes. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara purposive Pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Mei 2015. Data dan Teknik Pengumpulan Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Data primer yang diperoleh dengan bantuan kuesioner meliputi keadaan umum keluarga, sumber stres, strategi koping, gejala stres dan kesejahteraan subjektif keluarga di
6
pemukiman marjinal dikumpulkan dengan melakukan wawancara menggunakan kuesioner. Adapun variabel, skala data dan sumber instrument dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1 Variabel, skala, dan sumber kuesioner Variabel
Skala
Sumber Stres
Ordinal
Strategi Koping
Ordinal
Gejala Stres
Interval
Kesejahteraan Subjektif
Interval
Sumber Kuesioner & Pengolahan Data Mengacu dan modifikasi dari instrument FILE McCubbin & Patterson (1987) α = 0. 936 Mengacu dan Modifikasi dari Lazarus & Folkman (1984) α = 0.745 Mengacu dan modofikasi dari Mirrowsky & Ross (1987) α = 0.887 Diacu dan dimoddifikasi dari (Sunarti 2001) α = 0.907
Data sekunder yang diambil berupa gambaran umum lokasi penelitian dan data penduduk kelurahan Bogor Barat dan Tanah Sareal serta dokumen-dokumen lembaga/instansi yang berhubungan dengan penelitian ini. Data primer aspek karakteristik keluarga meliputi usia suami-istri, besar keluarga, lama pendidikan suami-istri, dan pendapatan perkapita per bulan. Karakteristik keluarga terdapat beberapa pengolahan. Usia suami dan istri dikategorikan menjadi dewasa awal (18-40 tahun), dewasa madya (41-60 tahun), dan dewasa akhir (> 60 tahun). Lama pendidikan suami dan istri dikategorikan menjadi < 9 tahun dan ≥ 9 tahun. Besar keluarga dikategorikan menjadi keluarga kecil 0-4 orang, keluarga sedang 5-7 orang, dan keluarga besar ≥ 8 orang. Pendapatan per kapita per bulan suami dan istri dikategorikan menjadi < Rp 360 518 dan ≥ Rp 360 518. Aspek sumber stres diperoleh berdasarkan penilaian jawaban nol untuk pilihan jawaban “tidak” dan satu untuk pilihan jawaban “ya” sebanyak 38 pertanyaan yang dibagi kedalam lima dimensi yaitu dimensi ketegangan dalam keluarga, ketegangan pasangan suami istri, masalah keuangan dan bisnis, perubahan dan masalah pekerjaan keluarga, dan masalah penyakit dan perawatan keluarga. Aspek strategi koping diperoleh dengan menggunakan pilihan jawaban nol (tidak) dan satu (ya) sebanyak 30 item pertanyaan yang dibagi kedalam dua dimensi yaitu berfokus pada masalah dan berfokus pada emosi. Aspek gejala stres diperoleh dengan menggunakan skala semantik 0-5 dari tidak pernah sampai sering menggunakan 27 item pertanyaan yang terbagi kedalam dua dimensi yaitu dimensi malaise dan dimensi mood. Aspek kesejahteraan subjektif diperoleh dengan menggunakan skala semantik 0-5 dari sangat tidak puas sampai sangat puas menggunakan 19 item pertanyaan yang terbagi kedalam tiga dimensi yaitu dimensi kesejahteraan fisik ekonomi, dimensi sosial, dan dimensi psikologis. Teknik Pengambilan Contoh Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga lengkap bertempat tinggal di pinggiran sungai atau bantaran rel kereta api. Contoh dalam penelitian adalah 160 keluarga memiliki anak remaja usia 12-19 tahun dengan teknik simple random sampling di masing-masing kelurahan. Contoh diambil dari dua kelurahan, Kebon Pedes dan Balumbang Jaya. Data populasi diperoleh dari Kelurahahan, RW, dan
7
RT Kebon Pedes dan Balumbang Jaya. Unit analisis dalam penelitian ini keluarga, dan responden penelitian ibu. Penentuan jumlah contoh yang diambil dari populasi tersebut menggunakan rumus Slovin:
=
n=
= 159.75 ≈ 160 orang
Keterangan : n = jumlah keluarga yang diambil (dijadikan contoh) N = jumlah keluarga lengkap memiliki anak remaja di Kelurahan Kebon Pedes dan Balumbang Jaya e = batas kesalahan pengambilan contoh Kota Bogor
Kelurahan Kebon Pedes Kecamatan Tanah Sareal N = 5961
Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat N = 2767
n = 144
n = 173 n = 80
n = 80
Purposive Keluarga lengkap memiliki anak remaja Simple Random Sampling
Gambar 2 Teknik penarikan contoh Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperolah dalam penelitian ini kemudian diolah menggunakan program Misrosoft Excel for windows dan SPSS 16.00 for windows. Pengolahan data dilakukan melaluii proses editing, coding, scoring, entry, cleaning, analyzing, serta interpretasi data. Data kemudian dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan analisis inferensia. Skala data yang digunakan dalam kuesioner meliputi skala nominal, ordinal, dan rasio. Sedangkan pengkategorian di selesaikan dengan jenis variabel yang diteliti. Analisis statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan karakteristik contoh (usia suami-istri, lama menikah, besar keluarga, lama pendidikan suami istri, dan pendapatan perkapita). Variabel sumber stres, strategi koping, gejala stres, dan kesejahteraan subjektif dikompositkan dengan mentransformasi nilai skor yang telah diperoleh menjadi skor indeks. Hal ini dilakukan agar memperoleh nilai minimum 0 dan nilai maksimum 100. Skor indeks yang dicapai dimasukkan ke dalam kategorikan berdasarkan kelas. Skor dikategorikan
8
menjadi tiga kategori, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Untuk menentukan cut off variabel dibutuhkan interval kelas. 2. Analisis inferensia yang digunakan meliputi uji korelasi dan uji regresi. Analisis korelasi dilakukan untuk menganalisis hubungan antara karakteristik keluarga, sumber stres, strategi koping, gejala stres dengan kesejahteraan subjektif. Sedangkan uji regresi dilakukan untuk menganalisis pengaruh karakteristik keluarga, sumber stres, strategi koping, gejala stres, terhadap kesejahteraan subjektif keluarga. Sebelum melakukan uji regresi, data penelitian harus memenuhi syaratsyarat untuk melakukan uji regresi. Uji regresi dilakukan untuk melihat faktorfaktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif keluarga. Syarat untuk melakukan uji regresi adalah dengan melakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji multikolineritas, dan autokorelasi. Uji normalitas yang digunakan pada penelitian ini adalah uji P-Plot. Pinsip pengujiannya adalah dengan melihat penyebaran data (titik) di sekitar garis diagonal grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Data dikatakan menyebar normal jika menyebar di sekitar garis diagonal atau pada grafik histogram menunjukkan model lonceng. Jika data (titik) menyebar sejauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti antargaris diagonal maka pola distribusinya tidak normal, sehingga model regresi dikatakan tidak memenuhi asumsi normalitas (Ghozali 2011). Uji multikolineritas merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antarvariabel bebas yang diteliti. Variabel yang diharapkan dari uji tersebut agar dapat memenuhi syarat untuk melakukan uji regresi adalah variabel yang tidak terjadi multikolineritas. Cara untuk mengetahui apakah terdapat multikolineritas atau tidak pada model regresi adala dengan melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation Fctor (VIF). Jika nilai Tolerance dibawah 0.1 dan nilai Variance Inflation Fctor (VIF) di atas 10 maka terdapat multikolineritas (Ghozali 2011). Uji heterokdesitas dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika tidak terjadi heterokdesitas, maka uji regresi dapat dilakukan. Model regresi dikatakan memiliki heterokdesitas apabila nilai signifikansinya di bawah 0.05 dan pada grafik scatterplot titik-titik tidak menyebar di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y (Ghozali 2011). Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah pada model regresi ada korelasi antara kesalahan pengguna pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (Ghozali 2011). Cara untuk mengetahui ada atau tidaknya autokorelasi pada variabel yang diteliti adalah dengan melihat Durbin-Watson dari model regresi. Apabila model Durbin-Watson mendektai +2 maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi autokorelasi pada model regresi. Adapun model regresi yang digunkan adalah: Model Regresi Gejala Stres : Y1 = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ε Y2 = α + β1X1 + β2X2 + β3X3a + β4X3b + β5X3c + β6X3d + β7X3e + ε Y3 = α + β1X1a + β2X1b + β3X1c + β4X1d + β5X1e + β6X2a + β7X2b + ε Y4 = α + β1X1a + β2X1b + β3X1c + β4X1d + β5X1e + β6X2a + β7X2b + β8X3a + β9X3b + β10X3c + β11X3d + β12X3e + ε Keterangan: Y = Gejala Stres
9
α β1- β12 X1
= Konstanta Regresi = Koefisien Regresi = Sumber Stres X1a = Sumber stres item ketegangan dalam keluarga X1b = Sumber stres item ketagangan pasangan suami istri X1c = Sumber stres item masalah keuangan dan bisnis X1d = Sumber stres item perubahan dan masalah pekerjaan keluarga X1e = Sumber stres item masalah penyakit dan perawatan keluarga X2 = Strategi Koping X2a = Strategi koping berfokus pada masalah X2b = Strategi koping berfokus pada emosi X3a- X3e = Lama pendidikan suami, lama pendidikan istri, besar keluarga, lama menikah, pendapatan perkapita Ε = Eror Model Regresi Kesejahteraan Subjektif : Y1 = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ε Y2 = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4a + β5X4b + β6X4c + β7X4d + β8X4e + ε Y3 = α + β1X1a + β2X1b + β3X1c + β4X1d + β5X1e + β6X2a + β7X2b + β8X3a + β9X3b + ε Y4 = α + β1X1a + β2X1b + β3X1c + β4X1d + β5X1e + β6X2a + β7X2b + β8X3a + β9X3b + β10X4a + β11X4b + β12X4c + β13X4d + β14X4e + ε Keterangan: Y = Kesejahteraan Subjektif α = Konstanta Regresi β1- β15 = Koefisien Regresi X1 = Sumber Stres X1a = Sumber stres item ketegangan dalam keluarga X1b = Sumber stres item ketagangan pasangan suami istri X1c = Sumber stres item masalah keuangan dan bisnis X1d= Sumber stres item perubahan dan masalah pekerjaan keluarga X1e = Sumber stres item masalah penyakit dan perawatan keluarga X2 = Strategi Koping X2a = Strategi koping berfokus pada masalah X2b = Strategi koping berfokus pada emosi X3 = Gejala Stres X3a = Gejala stres malaise X3b = Gejala stres mood X4a-X4e = Lama pendidikan suami, lama pendidikan istri, besar keluarga, lama menikah, pendapatan perkapita Ε = Eror Definisi Operasional Stres adalah tekanan, ketegangan pada contoh yang timbul ketika dihadapkan pada peristiwa yang dapat mengganggu kesehatan fisik dan psikologis. Manajemen stres kemampuan keluarga dalam berupaya melakukan strategi koping untuk menangani masalah sumber stres yang mengakibatkan gejala stres
10
Sumber stres adalah kejadian/peristiwa dalam keluarga yang menjadi faktorfaktor timbulnya stres berupa ketegangan dalam keluarga, ketegangan pasangan suami istri, masalah keuangan dan bisnis, perubahan dan masalah pekerjaan keluarga, serta masalah sakit dan perawatan keluarga Strategi koping pengelolaan contoh dalam menghadapi peristiwa/kejadian yang menimbulkan stres Strategi terfokus masalah upaya contoh dengan melakukan aksi/tindakan dalam memecahkan dan menyelesaikan masalah yang dihadapi Strategi terfokus emosi adalah usaha mencegah emosi negatif dan mencegah tindakan keliru dalam memcahkan masalah. Gejala stres adalah bentuk stres negatif atau distres yang mencakup gejala psikis, fisik, dan perilaku sebagai akibat dari permasalahan yang dihadapi Gejala stres malaise berkaitan dengan gejala stres seperti stres fisik Gejala stres mood berkaitan dengan gejala stres psikologis Kesejahteraan subjektif adalah penilaian kepuasan contoh terhadap pemenuhan kebutuhan objektif. Keluarga adalah tempat berkumpulnya sekelompok orang yaitu suami/bapak, istri, dan anak, atau suami dan istri, atau ibu dan anak yang dipersatukan oleh ikatan perkawinan, darah, atau pun adopsi. Permukiman marjinal adalah pemukiman yang berada di bantaran sungai, sepanjang rel kereta api, dimana penduduknya sebagian besar tidak bekerja memiliki jarak antar rumah kurang dari 1 meter, kurang tersedianya tempat pembuangan sampah dan rawan bencana, termasuk di dalamnya pemukiman kumuh dan pemukiman liar. Keluarga di permukiman marjinal adalah susunan orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan darah atau adopsi, terdiri dari suami, istri, anakanak, serta anggota keluarga lainnya yang bertempat tinggal di daerah marjinal Karakteristik keluarga adalah kondisi keluarga sebagai warga yang menetap di pemukiman marjinal meliputi; umur suami dan istri, lama pendidikan suami dan istri, pendapatan per kapita/bulan, lama menikah, dan besar keluarga. Usia adalah usia suami dan isteri saat dilakukan wawancara dan dinyatakan dalam tahun. Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah atau yang masih menjadi tanggungan orang tua dalam memenuhi kebutuhan hidup. Lama pendidikan adalah lama waktu pendidikan yang ditempuh oleh suami atau istri. Pendapatan per kapita keluarga adalah rata-rata penghasilan per bulan yang diperoleh dari pekerjaan utama maupun tambahan ayah dan ibu yang dinilai dengan uang. Lama menikah jumlah waktu lengkap sejak pertama kali berubah status menjadi istri atau suami
11
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Balumbang Jaya terletak di wilayah Bogor Barat dan Kelurahan Kebon Pedes terletak di wilayah Tanah Sareal. Kelurahan Balumbang Jaya memiliki luas wilayah sebesar 124.595 Ha dengan jumlah RW sebanyak 13 dan RT sebanyak 45. Letak geografis Kelurahan Balumbang Jaya 200 M di atas permukaan laut dengan curah hujan 3000-4000 mm. Kelurahan Balumbang Jaya memiliki batas wilayah sebelah Utara dengan Kelurahan Situ Gede, sebelah Selatan dengan Kelurahan Marga Jaya, dan sebelah Barat dengan Desa Babakan Kecamatan Dramaga. Kelurahan Kebon Pedes terletak di wilayah Tanah Sareal. Kelurahan Kebon Pedes memiliki luas 104 Ha dengan jumlah RW sebanyak 13 dan RT sebanyak 74. Letak geografis Kelurahan Kebon Pedes berada pada ketinggian 250 M dengan curah hujan 3500-4000 mm. Kelurahan Kebon Pedes memiliki batas wilayah sebelah Utara dengan Kelurahan Kedung Badak, sebelah Selatan dengan Kelurahan Cibogor, dan sebelah Barat dengan Kelurahan Ciwaringin. Pemilihan lokasi penelitian berdasarkan wilayah marjinal dengan faktor lingkungan rumah (densitas), lingkungan eksternal (tingkat intensitas bencana alam banjir dan longsor), pengelolaan sampah, dan memiliki tingkat kepadatan tinggi dengan jarak antar rumah kurang dari satu meter. Karakteristik Keluarga Data pada Tabel 2 menunjukkan rata-rata usia istri yaitu 41.94 tahun dan rata-rata usia suami 46.49 tahun, berada pada kategori dewasa madya yaitu rentang usia 40 sampai 60 tahun (Hurlock 1980). Rata-rata lama pendidikan suami sebesar 8.14 tahun dan rata-rata pendidikan istri sebesar 7.72 tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa rata-rata pendidikan istri dan suami belum memenuhi wajib belajar 9 tahun. Rata-rata besar keluarga di permukiman marjinal yaitu 4.82 orang yang termasuk dalam kategori sedang (5-7) orang. Rata-rata pendapatan perkapita keluarga perbulan Rp 350.068 per bulan hal ini berarti pendapatan keluarga di permukiman marjinal berada pada kategori miskin dengan rata-rata pendapatan perkapita kurang dari Rp 360.518 (BPS 2013). Rata-rata keluarga lama menikah 21.47 tahun. Tabel 2 Sebaran karakteristik keluarga contoh berdasarkan minimum, maksimum, rata-rata, dan standar deviasi Karakteristik keluarga Usia suami (tahun) Usia istri (tahun) Lama pendidikan suami (tahun) Lama pendidikan istri (tahun) Besar keluarga (orang) Pendapatan perkapita (ribu rupiah) Lama menikah (tahun)
Min-Maks 32-74 32-66 0-15 0-16 3-9 100-1375 4-40
Rata-rata±sd 46.49±7.13 41.94±5.81 8.14±2.77 7.72±2.82 4.82±1.07 350.068±187.131 21.47±6.02
Sumber Stres Menurut McCubbin, Patterson dan Wilson (1979) dalam Islamia (2012), Family Inventory Life Efents and Change (FILE) mengukur setumpuk peristiwa
12
yang dialami keluarga dan dikembangkan sebagai indeks stres keluarga. Perubahan keluarga adalah hal-hal yang terjadi dalam keluarga, dan diantaranya merupakan sumber stres (stressor) bagi keluarga (McCubin dan Thompson 1987). Sumber stres keluarga dapat bersifat interpersonal (di dalam atau di luar keluarga), lingkungan, ekonomi, maupun peristiwa atau pengalaman sosial. Tabel 3 Sebaran contoh (%) sumber stres ketegangan dalam keluarga No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pernyataan Waktu suami di luar rumah meningkat Waktu istri di luar rumah meningkat Anggota keluarga memiliki masalah emosional Konflik antara suami dan istri meningkat Konflik antar anak dalam keluarga meningkat Konflik dengan keluarga luas dan kerabat meningkat Meningkatnya masalah yang tidak dapat diselesaikan Meningkatnya tugas yang tidak dapat dilakukan keluarga Aktivitas yang diikuti anak di luar rumah meningkat Anak sulit diatur
Ya 55.0 38.1 51.2 40.6 61.9 31.2 41.9 41.9 71.2 70.0
Hasil penelitian pada sumber stres akibat ketegangan dalam keluarga menunjukkan bahwa pencapaian sumber stres tertinggi disebabkan oleh aktivitas yang diikuti anak di luar rumah meningkat (71.2%), anak yang sulit di atur (70.0%) dan konflik antar anak dalam keluarga meningkat (61.9%). Contoh mengalami stres akibat meningkatnya waktu suami di luar rumah meningkat dengan pencapaian 55.0 persen. Tabel 4 Sebaran (%) sumber stres ketegangan pasangan suami istri No 1 2 3 4
Pernyataan Pertengkaran yang mengarah pada perceraian Pasangan egois dan menyimpan rahasia Sulit berkomunikasi dan berdiskusi Kesulitan berhubungan seks dengan pasangan meningkat
Ya 26.9 25.0 29.4 22.0
Hasil penelitian sumber stres akibat ketegangan pasangan suami istri menunjukkan bahwa capaian tertinggi terjadi akibat sulit berkomunikasi dan berdiskusi (29.4%). Hasil capaian terbesar kedua dan ketiga adalah pertengkaran yang mengarah perceraian (26.9%) dan pasangan egois dan menyimpan rahasia (25.0%). Capaian terkecil terjadi karena kesulitan berhubungan seks dengan pasangan meningkat (22.0%). Tabel 5 Sebaran contoh (%) sumber stres masalah keuangan dan bisnis No 1 2 3 4 5 6 7
Pernyataan Pengeluaran keluarga meningkat untuk biaya pengobatan Pengeluaran keluarga meningkat untuk biaya pendidikan Pengeluaran keluarga meningkat karena biaya makan, pakaian, dan perbaikan rumah Anggota keluarga membeli barang mewah (motor, mobil) Membeli atau membangun rumah Menunda biaya kebutuhan anak dan pembayaran peminjaman Perubahan kondisi (ekonomi, politik, cuaca) berdampak buruk pada pendapatan keluarga
Ya 43.1 78.8 62.5 36.2 44.4 58.1 78.1
Hasil penelitian sumber stres akibat masalah keuangan dan bisnis (Tabel 5) menunjukkan bahwa capaian tertinggi yaitu pengeluaran keluarga meningkat
13
untuk biaya pendidikan (78.8%). Capaian tertinggi kedua adalah akibat perubahan kondisi (ekonomi, politik, cuaca) berdampak buruk pada pendapatan keluarga (78.1). Capaian tertinggi ketiga yaitu dengan pengeluaran keluarga meningkat karena biaya makan, pakaian, dan perbaikan rumah adalah 62.5 persen. Hasil penelitian pada sumber stres perubahan dan masalah pekerjaan keluarga (Tabel 6) menunjukkan bahwa contoh mengalami stres akibat anggota keluarga kehilangan atau berhenti bekerja (55.0%). Contoh mengalami stres akibat anggota keluarga tidak bekerja dalam waktu yang lama (53.1%). Pencapaian terendah terhadap sumber stres terjadi pada anggota keluarga pindah ke rumah baru dengan pencapaian 25.6 persen. Tabel 6 Sebaran contoh (%) sumber stres perubahan dan masalah pekerjaan keluarga No 1 2 3 4 5 6 7 8
Pernyataan Anggota keluarga pindah ke pekerjaan baru Anggota keluarga kehilangan atau berhenti bekerja Anggota keluarga tidak bekerja dalam waktu yang lama Anggota keluarga mulai atau kembali bekerja Ketidakpuasan terhadap pekerjaan Sering terjadi ketidakcocokan dengan rekan kerja Anggota keluarga diberikan tanggung jawab yang lebih besar pada pekerjaan Keluarga pindah ke rumah baru
Ya 33.8 55.0 53.1 32.5 46.2 30.6 39.4 25.6
Sumber stres akibat penyakit dan masalah perawatan keluarga (Tabel 7), data menunjukkan bahwa contoh mengalami stres ketika kesulitan dalam merawat anak dengan pencapaian sebesar 50.0 persen. Kejadian yang menjadi sumber stres terendah adalah anak menderita sakit serius dan anggota keluarga mengalami sakit serius. Contoh mengalami sumber stres akibat keseluruhan dengan pencapaian sebesar 43.19 persen. Tabel 7 Sebaran contoh (%) sumber stres masalah penyakit dan perawatan keluarga No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pernyataan Pasangan (suami atau istri) menderita sakit serius Anak menderita sakit serius Kesulitan dalam merawat anak Teman dekat mengalami sakit serius Anggota keluarga menderita cacat fisik Kesulitan dalam merawat anggota keluarga yang menderita penyakit serius atau cacat fisik Member bantuan keuangan untuk kerabat yang sakit Anggota keluarga harus dirawat secara intensif Kerabat harus dirawat secara intensif
Ya 41.9 41.2 50.0 34.4 41.2 45.0 45.6 45.6 42.5
Strategi Koping Menuurt Lazarus dan Folkman (1984), terdapat dua pola strategi koping yaitu berfokus pada masalah dan berfokus pada emosi. Jenis strategi koping berfokus pada masalah adalah tindakan yang diambil seseorang untuk memecahkan dan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi, sedangkan jenis strategi koping berfokus pada emosi adalah upaya yang dilakukan untuk
14
mengurangi emosi negatif yang timbul dari masalah atau tekanan yang dihadapi. Data penelitian menunjukkan bahwa strategi koping yang dilakukan berfokus pada masalah adalah dengan membuat perencanaan untuk masa depan seperti keuangan, pendidikan dll. dengan pencapaian terbanyak sebesar 93.1 persen. Contoh ketika menghadapi sumber stres menerima simpati dan pengertian dari orang lain (90.0%). Strategi koping berfokus pada emosi dilakukan dengan istri bisa menerima semua yang telah terjadi dan tidak bisa dirubah lagi sebesar 99.4 persen. Rata-rata contoh melakukan strategi koping berfokus pada masalah sebesar 64.21 persen dan berfokus pada emosi sebesar 79.3 persen. Contoh melakukan strategi koping secara keseluruhan dengan sebesar 71.75 persen. Tabel 8 Sebaran contoh (%) berdasarkan strategi koping yang dilakukan No
Strategi Koping Berfokus pada masalah 1 Istri berusaha lebih tenang dari biasanya 2 Membuat perencanaan untuk masa depan seperti keuangan, pendidikan dll 3 Istri berkonsentrasi terhadap apa yang harus dilakukan 4 Menjual aset/barang yang masih dimiliki 5 Mencari pinjaman kepada tetangga 6 Mengubah kebiasaan supaya menjadi lebih baik 7 Berusaha menghubungi orang yang bertanggung jawab terhadap masalah 8 Istri membiarkan perasaan atau emosi keluar 9 Mengambil suatu kesempatan yang besar walaupun itu sangat beresiko missal: meminjam uang ke bank/rentenir 10 Istri mencoba melakukan sesuatu walaupun tidak yakin akan berhasil, tetapi paling tidak istri telah melakukan sesuatu 11 Istri berusaha bertanya pada orang-orang yang pernah mengalami hal sama 12 Istri berusaha meminta nasihat kepada saudara atau tetangga tentang 13 Istri berusaha berbicara pada seseorang untuk mencari informasi bantuan 14 Istri berusaha membicarakan permasalahan kepada orang yang lebih mengerti 15 Istri menerima simpati dan pengertian dari orang lain Berfokus pada emosi 1 Istri lebih lebih mendekatkan diri pada Allah SWT 2 Istri percaya Allah mendengarkan doa ibu 3 Musibah ini merubah istri menjadi orang yang lebih baik 4 Mengkritik/instropeksi diri sendiri 5 Istri menyadari permasalahan ini terjadi karena kesalahan sendiri 6 Istri belajar hidup dalam kondisi seperti ini 7 Istri bisa menerima semua yang telah terjadi dan tidak bisa dirubah lagi 8 Istri berfikir terlebih dahulu apa yang ingin istri lakukan 9 Istri tidak mau memikirkan permasalahan yang dihadapi terlalu serius 10 Bersikap biasa saja, seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa 11 Istri mencoba untuk melupakan segalanya 12 Istri berharap ada keajaiban yang terjadi 13 Istri berusaha menenangkan perasaan dengan hal-hal negatif 14 Melemparkan permasalahan yang dihadapi kepada orang lain 15 Melupakan permasalahan yang dihadapi dengan tidur lebih lama
Ya 87.5 93.1 81.2 23.8 49.4 66.2 23.8 60.0 28.7 68.8 80.0 85.0 76.9 48.8 90.0 98.8 98.8 96.9 91.2 88.1 94.4 99.4 94.4 78.8 78.1 80.6 95.6 24.4 11.2 58.8
15
Gejala Stres Stres yang terjadi pada seseorang dapat dilihat dari gejala stres (Sunarti 2001). Mengacu pada Mirrowsky & Ross (1989), gejala stres dibedakan menjadi dua komponen yaitu malaise dan mood. Pada komponen malaise berkaitan dengan gejala stres seperti stres fisik, sedangkan pada komponen mood berkaitan dengan dengan gejala stres psikologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gejala stres komponen malaise dan komponen mood berada pada kategori sedang dengan pencapaian sebesar 69.4 persen dan 73.8 persen. Berdasarkan hasil dari sebaran contoh gejala stres yang sering dialami dengan intensitas gejala stres yang tinggi pada komponen malaise adalah merasa pusing atau sakit kepala tanpa alasan yang jelas. Gejala stres malaise laiannya dirasakan dengan intensitas sering dirasakan lebih dari 10.0 persen pada contoh diantaranya kehilangan nafsu makan dan sulit tidur atau tidur tidak nyenyak. Sedangkan gejala stres pada komponen mood contoh sering merasa sedih hingga sendu dan pilu dengan perubahan atau tekanan yang sedang dirasakan (Lampiran 1). Tabel 9 Sebaran skor (%) berdasarkan kategori intensitas gejala stres No
Dimensi Gejala stres
1 2
Malaise Mood
Kategori Pembobotan Gejala stres Rendah Sedang Tinggi 26.2 69.4 4.4 33.5 73.8 3.8
Kesejahteraan Subjektif Kesejahteraan merupakan tujuan utama dan akhir yang ingin dicapai oleh setiap keluarga (Sunarti 2013). Berdasarkan hasil kesejahteraan subjektif diketahui bahwa dimensi psikologis merupakan dimensi dengan kategori tertinggi sebesar (87.5%). Tingkat ketidakpuasan tertinggi pada dimensi fisik ekonomi ditunjukkan pada pernyataan keadaan tabungan yang dimiliki. Tingkat kepuasan tertinggi berada pada item pernyataan kepuasan terhadap makanan yang dikonsumsi selama ini. Pada dimensi sosial kesejahteraan subjektif, item yang tingkat kepuasannya tinggi adalah hubungan antar anggota keluarga dan hubungan keluarga besar. Tingkat ketidakpuasan tertinggi adalah bantuan yang diberikan kepada orang lain. Pada dimensi psikologis tingkat ketidakpuasan tertinggi adalah pelaksanaan fungsi dan peran suami, sedangkan tingkat kepuasan tertinggi yaitu perasaan yang nyaman terhadap keluarga saat ini (Lampiran 1). Tabel 10 Sebaran skor (%) berdasarkan kategori per dimensi kesejahteraan subjektif No
Dimensi kesejahteraan Subjektif
Kategori Pembobotan Kesejahteraan subjektif Rendah Sedang Tinggi 1 Dimensi fisik ekonomi 6.9 71.2 21.9 2 Dimensi sosial 0.6 37.5 61.9 3 Dimensi psikologi 0.6 11.9 87.5 Hubungan antara Karakteristik Keluarga, Sumber Stres, Strategi Koping, dan Gejala Stres Uji hubungan menunjukkan bahwa terdapat Karakteristik keluarga yang berhubungan negatif dengan gejala stres yaitu lama pendidikan suami dan lama menikah. Hal ini bermakna bahwa semakin tinggi lama pendidikan suami dan
16
semakin lama usia pernikahan maka akan menurunkan tingkat gejala stres ibu. Uji hubungan menunjukkan bahwa terdapat hubungan sangat signifikan positif gejala stres dengan Ketegangan dalam keluarga, Ketegangan pasangan suami istri, Masalah Keuangan dan bisnis, Perubahan dan masalah pekerjaan keluarga, Masalah penyakit dan perawatan keluarga, Sumber stres, berfokus pada masalah, berfokus pada emosi, strategi koping (Lampiran 5). Uji hubungan antarvariabel sumber stres, strategi koping dan gejala stres menunjukkan ada hubungan positif signifikan antara sumber stres ketegangan dalam keluarga dengan sumber stres ketegangan pasangan suami istri. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi ketegangan pasangan suami istri akan meningkatkan ketegangan dalam keluarga. Hubungan signifikan positif pada sumber stres dan gejala stres bermakna bahwa meningkatnya sumber stres akan menaikkan gejala stres. Hubungan signifikan positif pada strategi koping dan gejala stres bermakna bahwa meningkatnya gejala stres akan menaikkan strategi koping. Tabel 11 Koefisien korelasi antara karakteristik keluarga, sumber stres, strategi koping, dan gejala stres Variabel 1 2 3 4 5 Gejala stres -.057 -.158* .138 -.171* .002 Malaise -.098 -.168* .066 -.189* .033 Mood -.006 -.125 .193* -.126 -.032 Ketegangan dalam -.002 -.168* .161* -.045 -.030 keluarga Ketegangan -.039 -.189* .045 .042 .038 pasangan suami istri Masalah keuangan -.090 -.222** .105 -.070 -.033 dan bisnis Perubahan dan -.010 -.191* .064 .068 -.171* masalah pekerjaan keluarga Masalah penyakit -.023 -.130 .039 -.068 -.125 dan perawatan keluarga Sumber stres -.034 -.218** .106 .011 -.081 Berfokus pada .019 -.051 .243** -.036 -.088 masalah Berfokus pada -.023 .014 .000 -.018 .001 emosi Strategi koping .005 -.035 .192* -.036 -.070 Ket: *korelasi signifikan (p<0.05) **kolerasi sangat signifikan (p<0.01) 1 = Lama pendidikan istri; 2 = Lama pendidikan suami; 3 = Besar keluarga; 4 = Lama menikah; 5 = Pendapatan perkapita
Hubungan antara Karakteristik Keluarga, Sumber Stres, Strategi Koping, Gejala Stres, dan Kesejahteraan Subjektif Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan positif strategi koping dimensi berfokus pada emosi dan kesejahteraan subjektif bermakna bahwa meningkatnya strategi koping berfokus pada emosi yang dilakukan maka akan menaikkan tingkat kesejahteraan subjektif. Hasil uji korelasi lainnya adalah terdapat hubungan signifikan negatif kesejahteraan subjektif
17
dimensi fisik ekonomi dan besar keluarga, hal ini berarti semakin kecil besar keluarga maka kesejahteraan subjektif dimensi fisik ekonomi semakin tinggi. Tabel 12 Koefisien korelasi antara karakteristik keluarga, sumber stres, strategi koping, gejala stres, dan kesejahteraan subjektif Variabel
Kesejahteraan Subjektif Dimensi fisikDimensi Dimensi ekonomi Sosial Psikologis -.020 -.068 -.046
Kesejhateraan Subjektif Total -.047
Lama pendidikan suami (tahun) Lama pendidikan istri -.036 -.075 -.069 -.067 (tahun) Besar keluarga -.199* -.023 -.068 -.144 Lama menikah -.022 .047 -.017 -.007 Pendapatan perkapita .043 -.265** -.142 -.093 Ketegangan dalam .068 .003 -.027 .028 keluarga Ketegangan pasangan -.059 -.125 -.091 -.098 suami istri Masalah keuangan dan -.272** -.095 -.142* -.233** bisnis Perubahan dan masalah .050 .112 .129 .103 pekerjaan keluarga Masalah penyakit dan .122 .019 .110 .114 perawatan keluarga Sumber stres total .018 .002 .027 .019 Berfokus pada masalah .030 .053 -.091 -.008 Berfokus pada emosi .154 .151 .084 .156* Strategi koping .087 .104 -.038 .058 Malaise -.001 -.051 -.036 -.025 Mood -.001 -.066 -.027 -.027 Gejala stres -.001 -.063 -.034 -.028 Kesejahteraan subjektif .890** .602** .416** 1 total Dimensi kesejahteraan .702** .594** 1 .864** psikologis Dimensi kesejahteraan .864** 1 .594** .702** sosial Dimensi kesejahteraan 1 .416** .602** .890** fisik ekonomi Ket: **= Korelasi sangat signifikan pada p<0.01 , *=Korelasi signifikan pada p<0.05
Pengaruh Karakteristik Keluarga, Sumber Stres, Strategi Koping, terhadap Gejala Stres Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel sumber stres dan strategi koping berpengaruh signifikan positif terhadap gejala stres, lama menikah berpengaruh signifikan negatif terhadap gejala stres (pada model 1 dan model 2). Hal ini menunjukkan bahwa lama menikah berpengaruh signifikan sebesar (p<0.05), variabel sumber stres berpengaruh signifikan sebesar (p<0.05) dan strategi koping berpengaruh sangat signifikan (p<0.01) terhadap gejala stres (tabel 3). Model ini menjelaskan sebesar 31.9 persen dan 34.3 persen berpengaruh terhadap gejala stres, sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.
18
Model 3 dan 4 dimunculkan agar dapat melihat lebih detil mengenai komponen variabel yang berpengaruh terhadap gejala stres. Data menunjukkan bahwa lama menikah berpengaruh signifikan negatif terhadap gejala stres dan strategi koping dimensi berfokus pada masalah berpengaruh signifikan positif terhadap gejala stres. Hal ini menunjukkan bahwa lama menikah berpengaruh signifikan sebesar (p<0.05) dan strategi koping dimensi berfokus pada masalah berpengaruh sangat signifikan (p<0.01) terhadap gejala stres. Model ini menjelaskan sebesar 34.5 persen dan 36.3 persen berpengaruh terhadap gejala stres, sisanya dipengaruhi oleh variabel yang tidak diteliti. Hal ini menunjukkan bahwa lama menikah, variabel sumber stres, dan strategi koping dimensi berfokus pada masalah konsisten berpengaruh terhadap gejala stres dalam proses manajemen stres. Tabel 13 Koefisien regresi hasil ringkasan model pengaruh karakteriatik keluarga, sumber stres, strategi koping, yang berpengaruh signifikan terhadap gejala stres (penjabaran tabel pada Lampiran 2) Variabel Beta Sig F Adj R2 Model 1 Y1 = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ε Konstanta 1.561 .764 38.262 .319 Sumber stres .087 .020* Strategi koping .531 .000** Model 2 Y2 = α + β1X1 + β2X2 + β3X3a + β4X3b + β5X3c + β6X3d + β7X3e + ε Konstanta 10.454 .174 12.869 .343 Lama menikah -.372 .015* Sumber stres .076 .046* Strategi koping .521 .000** Model 3 Y3 = α + β1X1a + β2X1b + β3X1c + β4X1d + β5X1e + β6X2a + β7X2b + ε Konstanta 14.466 0.54 12.952 .345 Berfokus pada masalah .360 .000** Model 4 Y4 = α + β1X1a + β2X1b + β3X1c + β4X1d + β5X1e + β6X2a + β7X2b + β8X3a + β9X3b + β10X3c + β11X3d + β12X3e + ε Konstanta 25.974 .008** 8.541 .363 Lama menikah -.351 .022* Berfokus pada masalah .359 .000** Ket: **=Regresi signifikan pada p<0.01 , *=Regresi signifikan pada p<0.05
Pengaruh Karakteristik Keluarga, Sumber Stres, Strategi Koping, dan Gejala Stres terhadap Kesejahteraan Subjektif Hasil penelitian yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif yaitu besar keluarga berpengaruh signifikan negatif terhadap kesejahteraan subjektif pada model 2. Hal ini menunjukkan bahwa besar keluarga berpengaruh signifikan sebesar (p<0.05). Model ini menjelaskan hanya sebesar 0.3 persen berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif, sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Model 3 terdapat dua dimensi dari variabel sumber stres yang memengaruhi kesejahteraan subjektif yaitu masalah keuangan dan bisnis berpengaruh signifikan negatif terhadap kesejahteraan subjektif dan perubahan dan masalah pekerjaan berpengaruh signifikan positif terhadap kesejahteraan subjektif, namun, pada model 4 hanya dimensi masalah keuangan dan bisnis saja yang berpengaruh signifikan negatif terhadap kesejahteraan subjektif. Hal ini menunjukkan bahwa masalah keuangan dan bisnis berpengaruh sangat signifikan
19
(p<0.01) dan perubahan dan masalah pekerjaan berpengaruh signifikan sebesar (p<0.05). Model ini menjelaskan sebesar 10.8 persen dan 11.6 persen berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif, sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Tabel 14 Koefisien Regresi Hasil Ringkasan Model Pengaruh Karakteriatik Keluarga, Sumber Stres, Strategi Koping, Gejala Stres, Yang Berpengaruh Signifikan Terhadap Kesejahteraan Subjektif Variabel Beta Sig F Adj R2 Model 1 Y1 = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ε Konstanta 60.727 .000** .448 -.011 Model 2 Y2 = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4a + β5X4b + β6X4c + β7X4d + β8X4e + ε Konstanta 72.371 .000** 1.066 .003 Besar keluarga -1.783 .024* Model 3 Y3 = α + β1X1a + β2X1b + β3X1c + β4X1d + β5X1e + β6X2a + β7X2b + β8X3a + β9X3b +ε Konstanta 59.813 .000** 3.147 .108 Masalah keuangan dan bisnis -.134 .000** Perubahan dan masalah .067 .050* pekerjaan Model 4 Y4 = α + β1X1a + β2X1b + β3X1c + β4X1d + β5X1e + β6X2a + β7X2b + β8X3a + β9X3b + β10X4a + β11X4b + β12X4c + β13X4d + β14X4e + ε Konstanta 73.674 .000** 2.483 .116 Masalah keuangan dan bisnis -.140 .000** Ket: **=Regresi signifikan pada p<0.01 , *=Regresi signifikan pada p<0.05
Pembahasan Manajemen stres merupakan serangkaian pengelolaan terhadap stres yang dialami individu. Stres dapat terjadi dikarenakan dari ketidakseimbangan antara kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, dan krisis merupakan bagian dari disorganisasi sistem keluarga, melibatkan kebutuhan keluarga untuk mengembalikan keseimbangan dan keberfungsian keluarga (McCubbin & Thompson 1987). Hal yang sama pada kutipan dari McCubbin, Thompson, dan Pirner (1988) bahwa faktor yang memengaruhi gejala stres individu, diantanya adalah : keterpaparan sumber stres (stressor), persepsi terhadap stressor dan sumberdaya yang dimiliki, serta strategi koping yang dilakukan. Gejala stres dapat diprediksi berdasarkan kerentanan seseorang terhadap stres (Sunarti et al. 2005). Terdapat keterkaitan hasil sumber stres tertinggi dari dimensi ketegangan dalam keluarga dengan masalah penyakit dan perawatan keluarga. Pada dimensi ketegangan anak dalam keluarga, capaian tertinggi sumber stres adalah disebabkan oleh aktivitas anak di luar rumah meningkat dan anak yang sulit di atur. Pada dimensi masalah penyakit dan perawatan keluarga, capaian tertinggi yaitu kesulitan dalam merawat anak. Hal ini menandakan bahwa anak merupakan inti dari suatu sistem keluarga (Hastuti, 2009). Sejalan dengan penelitian Mistry et al. (2002) bahwa keluarga dengan ekonomi kurang memiliki kesulitan dalam mendisiplinkan anak. Pada sumber stres ketegangan pasangan suami istri, dapat dilihat bahwa masalah sulitnya berkomunikasi dan berdiskusi antar suami istri sering dirasakan oleh keluarga di permukiman marjinal dan data lainnya adalah pertengakaran antar suami istri yang mengarah pada perceraian. Hal ini
20
mengakibatkan tingginya ketegangan antara suami istri berdampak pada distress sang istri. Jenis koping yang digunakan dan bagaimana dampaknya, sangat bergantung pada jenis stres atau masalah yang dihadapi. Keberhasilan atau kegagalan dari koping yang digunakan akan menentukan apakah reaksi akan menurun dan terpenuhinya berbagai tuntutan yang diharapkan. Strategi koping yang banyak dilakukan contoh pada dimensi berfokus pada masalah adalah membuat perencanaan untuk masa depan seperti keuangan, pendidikan dan lainlain. Pernyataan lainnnya dimana capaian strategi koping berfokus pada masalah adalah keluarga menerima simpati dan pengertian dari orang lain dan ibu berusaha lebih dari biasanya. Hasil ini sesuai dengan penelitian Syahrini (2010) dan Khasanah (2011) bahwa keluarga tinggal di wilayah rawan bencana saling memberikan simpati dan berusaha lebih dari biasanya dalam menghadapi masalah seperti bencana dan tekanan dalam keluarga. Strategi koping berfokus pada emosi pada sebaran contoh terbesar adalah kemampuan individu bisa menerima semua yang telah terjadi dan tidak bisa dirubah kembali. Strategi koping berfokus pada emosi yang dilakukan contoh lainnya adalah istri lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT dan percaya bahwa Allah maha mendengar. Hal ini sesuai dengan penelitian Syahrini (2010) dan Khasanah (2011) dimana seseorang yang melakukan koping ini akan menerima segala sesuatu yang terjadi saat ini sebagaimana mestinya dan mampu menyesuaikan diri dengan kondisi yang sedang dialami. Hasil ini pula sesuai dengan penelitian Sari (2014) bahwa keluarga dengan orang tua yang bekerja dan tinggal di wilayah lingkungan bukan marjinal melakukan strategi koping dengan menilai sesuatu secara lebih positif yaitu mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sesuai pula dengan pernyataan menurut Lazarus & Folkman (1984) individu yang melakukan koping ini akan bereaksi dengan menumbuhkan kesadaran akan peran diri dalam permasalahan yang dihadapi. Gejala stres komponen malaise berada pada kategori sedang, dimana contoh sering merasa pusing atau sakit kepala tanpa alasan yang jelas . Gejala stres malaise lainnya dirasakan dengan intensitas yang sering dirasakan pada contoh adalah kehilangan nafsu makan dan sulit tidur atau tidur tidak nyenyak. Capaian tertinggi pada gejala stres komponen mood adalah contoh sering merasa sedih hingga sendu dan pilu dengan perubahan atau tekanan yang sedang dirasakan. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yakni pada penelitian Rakhmawati (2014) bahwa gejala stres keluarga di permukiman marjinal selalu berdampak terhadap apa yang dirasakan dirinya sendiri dan tidak melampiaskan kepada orang lain. Sesuai dengan Mirrowsky dan Ross (1989) yaitu membagi gejala stres kedalam dua komponen yaitu malaise dan mood sebagai bentuk reaksi akibat adanya perubahan atau tekanan yang muncul pada individu atau keluarga. Pada penelitian ini kesejahteraan subjektif dimensi psikologis dan dimensi sosial merupakan dimensi dengan kategori tinggi, sedangkan dimensi fisik ekonomi berada pada kategori sedang. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kesejahteraan subjektif dimensi fisik ekonomi, keluarga merasa puas dengan makanan yang selama ini dikonsumsi dan keluarga di permukiman marjinal tidak puas dengan tabungan yang dimiliki saat ini. Hal ini sesuai pada penelitian Fatwa (2014), Kharisma (2013), dan Islamia (2012) yaitu kondisi
21
keluarga dengan latar belakang ekonomi yang rendah merasa puas terhadap makanan yang dikonsumsi meskipun kondisi tabungannya kecil. Hal ini berarti keluarga di permukiman marjinal memiliki pendapatan yang diperoleh belum mencukupi untuk menanggulangi apabila ada keperluan yang tidak terduga. Oleh karena itu, kesejahteraan subjektif merupakan salah satu bagian penting dari keluarga, yang tidak dapat diukur hanya dengan sekedar mengetahui penghasilan tetapi bagaimana keluarga menilai kondisinya saat ini (Diener 1984). Pada dimensi sosial kesejahteraan subjektif, item yang tingkat kepuasannya tinggi adalah hubungan antar anggota keluarga dan hubungan keluarga besar. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kekeluargaan di wilayah permukiman marjinal masih tinggi dan berdasarkan hasil wawancara dengan keluarga bahwa lebih baik hidup atau tinggal kumpul bersama-sama meskipun susah dibandingkan harus berjauhan dengan sanak saudara. Capaian tingkat ketidakpuasan tertinggi pada dimensi sosial adalah bantuan yang diberikan kepada orang lain. Pada dimensi psikologis capaian tingkat ketidakpuasan tertinggi di permukiman marjinal adalah pelaksanaan fungsi dan peran suami, sedangkan capaian tingkat kepuasan tertinggi yaitu perasaan yang nyaman terhadap keluarga saat ini. Hasil tingkat kepuasan tertinggi pada dimensi psikologis memiliki hasil yang konsisten dengan hasil tingkat kepuasan pada dimensi sosial yaitu memiliki kepuasan terhadap keluarga. Lazarus dan Folkman (1984) mengatakan bahwa keadaan stres yang dihadapi seseorang akan menimbulkan efek yang kurang menguntungkan baik secara fisiologis maupun psikologis. Uji hubungan menunjukkan bahwa terdapat hubungan sangat signifikan positif gejala stres dengan Ketegangan dalam keluarga, Ketegangan pasangan suami istri, Masalah Keuangan dan bisnis, Perubahan dan masalah pekerjaan keluarga, Masalah penyakit dan perawatan keluarga, Sumber stres, berfokus pada masalah, berfokus pada emosi, strategi koping. Hubungan signifikan positif pada sumber stres dan gejala stres bermakna bahwa meningkatnya sumber stres akan menaikkan gejala stres . Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan positif strategi koping pada dimensi berfokus pada emosi dan kesejahteraan subjektif bermakna bahwa meningkatnya strategi koping berfokus pada emosi yang dilakukan maka akan menaikkan tingkat kesejahteraan subjektif. Hasil uji korelasi lainnya adalah terdapat hubungan signifikan negatif kesejahteraan subjektif dimensi fisik ekonomi dan besar keluarga , hal ini berarti semakin kecil besar keluarga maka kesejahteraan subjektif dimensi fisik ekonomi semakin tinggi. Hasil uji pengaruh pada manajemen stres kelurga di permukiman marjinal menunjukkan bahwa strategi koping secara konsisten berpengaruh siginifikan positif dengan gejala stres. Sumber stres juga berpengaruh signifikan positif terhadap gejala stres, hasil ini sejalan dengan penelitian Sunarti et al. (2005), Syahrini (2010), dan Rakhmawati (2014) yang dilakukan di wilayah yang rawan terhadap bencana, menyatakan bahwa sumber stres berpengaruh pada gejala/tingkat stres. Strategi koping berfokus pada masalah berpengaruh sangat signifikan positif terhadap gejala stres, yaitu kenaikan satu satuan strategi koping berfokus pada masalah menyebabkan kenaikan gejala stres. Hal ini sesuai pada penelitian Syahrini (2010) dimana strategi koping merupakan variabel yang melekat pada masalah itu sendiri, sehingga tingginya strategi koping berfokus
22
pada masalah menunjukkan banyak dan besarnya masalah yang dihadapi keluarga. Hasil uji regresi karakteristik keluarga terhadap gejala stres, dapat ditemukan bahwa lama menikah berpengaruh signifikan negatif terhadap gejala stres. Hal ini berarti, semakin lama usia pernikahan maka gejala stres yang dialami contoh semakin rendah. Hasil ini sesuai berdasarkan bentuk strategi koping berfokus pada emosi yaitu contoh dapat menerima keadaan yang sudah terjadi dan tidak dapat dirubah kembali. Berdasarkan wawancara, setelah sekian lama menikah hidup bersama maka semakin pula dapat menerima keadaan yang sudah terjadi sebagai bentuk adapatasi dalam berkeluarga. Hasil uji pengaruh pada kesejahteraan subjektif keluarga di permukiman marjinal menunjukkan bahwa besar keluarga berpengaruh signifikan negatif terhadap kesejahteraan subjektif. Keluarga dengan besar keluarga yang lebih kecil memiliki peluang untuk lebih sejahtera karena beban tanggungan berkurang dibandingkan dengan keluarga yang memiliki jumlah anggota lebih besar (Hatmadjil & Anwar (1993) dalam Iskandar (2007), Sunarti & Firdaus (2009), Muflikhati et al. (2010), Islamia (2012), dan Kharisma (2013). Hasil ini menunjukkan keluarga dengan jumlah anggota yang besar akan memiliki beban yang besar pula untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Pada hasil uji regresi ini terdapat dimensi dari variabel sumber stres yang memengaruhi kesejahteraan subjektif yaitu masalah keuangan dan bisnis berpengaruh signifikan negatif serta perubahadan dan masalah pekerjaan keluarga berpengaruh signifikan positif terhadap kesejahteraan subjektif keluarga. Berdasarkan pada dimensi masalah keuangan dan bisnis keluarga berpengaruh signifikan negatif terhadap kesejahteraan subjektif, hal ini berarti setiap kenaikan satu satuan masalah keuangan dan bisnis keluarga dapat menurunkan tingkat kesejahteraan subjektif keluarga. Hasil pada dimensi perubahan dan masalah pekerjaan keluarga berpengaruh signifikan positif terhadap kesejahteraan subjektif, hal ini sesuai denga item pertanyaan pada dimensi tersebut dimana terdapat pernyataan mengenai kesempatan bekerja yang dimiliki oleh keluarga. Hal ini dikarenakan bahwa keluarga dengan memiliki pekerjaan akan menaikkan kesejahteraan subjektif keluarga (Sunarti 2013). Berdasarkan hasil wawancara, meskipun jenis pekerjaan bukanlah pekerjaan tetap, namun keluarga selalu berusaha untuk mendapatkan pekerjaan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sunarti (2001) bahwa Keluarga dengan berbagai proses pengelolaan baik masalah maupun sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan utama, yakni kesejahteraan keluarga. Penelitian ini akan lebih bermakna apabila dilakukan dengan menambahkan pandangan manajemen stres dan kesejahteraan subjektif dari aspek bapak, sehingga dapat lebih maksimal dalam memotret keluarga di permukiman marjinal. Beberapa komponen stres pada manajemen stres yang diteliti hanya sumber stres, strategi koping, dan gejala stres saja dan untuk melihat sumberdaya koping dapat di lihat pada aset yang dimiliki keluarga dari karakteristik keluarga namun tidak diteliti lebih dalam.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rentang usia suami dan istri berada pada rentang usia dewasa madya yaitu 41-60 tahun. Berdasarkan lama
23
rata-rata pendidikan, sebagian besar suami menyelesaikan pendidikan SMP, sedangkan sebagian besar istri menyelesaikan pendidikan SD. Jumlah anggota keluarga rata-rata termasuk keluarga sedang yaitu berjumlah antara lima sampai tujuh orang. Rata-rata keluarga contoh telah menikah selama 21.47 tahun. Keluarga di permukiman marjinal merasa bahwa selama ini sumber stres tertinggi adalah diakibatkan dari anak yang sulit di atur dan waktu anak di luar rumah meningkat. Strategi koping yang sering dilakukan keluarga di permukiman marjinal adalah dengan menerima keadaan yang sudah terjadi dan tidak dapat berubah kembali. Gejala stres keluarga contoh komponen malaise dan mood berada pada kategori sedang. Pada hasil uji pengaruh menunjukkan bahwa lama menikah, variabel sumber stres, dan strategi koping dimensi berfokus pada masalah berpengaruh terhadap gejala stres dalam proses manajemen stres. Berdasarkan tiga dimensi kesejahteraan subjektif diketahui bahwa dimensi psikologis dan dimensi sosial merupakan dimensi yang berada kategori tinggi sedangkan dimensi fisik ekonomi berada pada kategori rendah. Pada dimensi fisik ekonomi merasa sangat tidak puas terhadap kondisi tabungan yang dimiliki, hal ini berarti keluarga di permukiman marjinal memiliki banyak kekurangan sehinga belum mampu untuk memiliki tabungan. Pada hasil uji pengaruh menunjukkan bahwa besar keluarga, Masalah keuangan dan bisnis dan Perubahan dan masalah pekerjaan memengaruhi kesejahteraan subjektif keluarga. Saran Berdasarkan hasil penelitian bahwa tingginya strategi koping yang dilakukan menunjukkan bahwa sumber stres yang dialami keluarga pun tinggi, sehingga memengaruhi gejala stres dan kesejahteraan subjektif keluarga di permukiman marjinal. Oleh karenanya disarankan kepada beberapa pihak sebagai berikut: 1. Keluarga diharapkan dapat meningkatkan keterampilan untuk pengelolaan stres dan mampu meningkatkan kesejahteraan subjektif keluarga, 2. Stakeholder/pemerintah diharapkan dapat menyediakan konsultan keluarga yang dapat terjun langsung di permukiman marjinal maupun wilayah lainnya, 3. Penelitian berikutnya dapat mengambil hasil wawancara manajemen stres bukan hanya dari pandangan istri saja melainkan dari pandangan suami.
DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Indonesia. http://bps.go.id [22 Desember 2014] [BPS] Badan Pusat Statistik Indonesia. Jumlah dan persentase penduduk miskin, garis kemiskinan, indeks kedalaman kemiskinan (P1), dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menurut provinsi. Jakarta (ID): BPS. [Internet]. [2 Januari 2015] Tersedia pada http://bps.go.id Diener Ed. 1984. Subjective well-being: American Psycological Association, Inc. Psychological Bulletin (95): 542-475 Fatwa N. 2014. Kepadatan, kesesakan, privasi, dan kesejahteraan subjektif keluarga di pemukiman marginal [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
24
Ghozali I. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Semarang (ID): Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hastuti D. 2014. Pengasuhan: Teori dan Aplikasinya di Indonesia. Departemen. Ilmu Keluarga dan Konsumen: Institut Pertanian Bogor. Iskandar A. 2007. Analisis praktek manajemen sumberdaya keluarga dan dampaknya terhadap kesejahteraan keluarga di Kabupaten dan Kota Bogor. Media Gizi dan Keluarga 31(1): 1-12. Islamia I. 2012. Tekanan sosial, tekanan psikologis, dan kesejahteraan subjektif keluarga di wilayah perdesaan dan perkotaan [skripsi]. Bogor (ID): Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor. Kharisma N. 2013. Tipologi keluarga dan kesejahteraan subjektif keluarga di pedesaan dan perkotaan [skripsi]. Bogor (ID): Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor. Kasanah N. 2011. Permasalahan, kelentingan dan strategi koping keluarga korban bencana longsor di kabupaten bogor [skripsi]. Bogor (ID): Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor. Lazarus RS, Folkman S. 1984. Stress, Appraisal, and Coping. New York (US): McGraw-Hill,Inc. McCubbin IH, Thompson A, Pirner P. 1988. Family Types and Strengths (A Life Cycle and Ecological Perspective). USA (ID): Bellwether Press McCubbin IH, A Thompson. 1987. Family Assessment Inventory for Research and Practice. University of Wisconsin-Madison: Wisconsin Mirrowsky J, CE Ross. 1989. Social Cause of Psychological; Distress. Aldine de Gryuter. New York. Mistry R, Vandewater E, Huston A, McLoyd V. 2002. Economic well-being and children’s social adjustment: the role of family process in an ethnically diverse low-income sample. Child Development (73): 935-951 Muflikhati I, Hartoyo, Sumarwan U, Fahrudin A, Puspitawati H. 2010. Kondisi sosial ekonomi dan tingkat kesejahteraan keluarga: Kasus di wilayah Pesisir Jawa Barat. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen, 3(1): 1-10. Puspitawati H., Herawati T. 2013. Metode Penelitian Keluarga. Bogor (ID): IPB Pres. Rakhmawati Z. 2014. Manajemen stres keluarga di permukiman marjinal [skripsi]. Bogor (ID): Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor. Rasmun. 2004. Stres, Koping, dan Adaptasi. Jakarta: Sagung Seto. Sari I. 2014. Pengaruh kerepotan keluarga sehari-hari (Family Daily Hassles) dan strategi koping terhadap kesejahteraan subjektif keluarga dengan ayah dan ibu bekerja [skripsi]. Bogor (ID): Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor. Sunarti E. 2001. Studi ketahanan keluarga dan ukurannya: telaah kasus pengaruhnya terhadap kualitas kehamilan [disertasi]. Bogor. Departemen Gizi Masyarakat Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor
25
________, Qori I, Ika D, Sri H. 2005. Ketahanan keluarga, manajemen stres, dan pemenuhan fungsi ekonomi dan fungsi sosialisasi keluarga korban kerusuhan Aceh. Media Gizi dan Keluarga. 29 (1) : 41-49 _______. 2006. Indikator Keluarga Sejahtera: Sejarah Pengembangan, Evaluasi, dan Keberlanjutannya. Bogor (ID): IPB Press. ________. 2007. Ekologi Keluarga, Ekologi Manusia. Adiwibowo, editor Fakultas Ekologi Manusia IPB (ID). FEMA IPB ________, Firdaus. 2009. Hubungan Antara Tekanan Ekonomi dan Mekanisme Koping dengan Kesejahteraan Keluarga Wanita Pemetik Teh. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen. 2 (1): 21-31 ________, Syahrini JS. 2011. Pengelolaan Stres pada Keluarga Korban Bencana Alam di Kabupaten Bogor. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen. 4 (2): 111-120 ________. 2013. Work stability, economic pressure and family welfare. Paper presented at 5th International Work and Falimy Conference, University of Sydney. _______. 2013. Ketahanan Keluarga. Bogor: IPB Press Syahrini JS. 2010. Pengelolaan stres pada keluarga korban bencana longsor: analisis sumber stres, regenerative family, sumberdaya dan strategi koping keluarga [skripsi]. Bogor (ID): Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor. Wicaksono T. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perubahan Pemanfaatan Perumahan untuk Tujuan Komersial di Kawasan Tlogosari Kulon, Semarang [skripsi]. Semarang (ID): Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang. Winton CA. 1995. Frameworks for Studying Families. The Duskin Publishing Group, Inc. Connecticut.
26
LAMPIRAN Lampiran 1 Sebaran pencapaian (%) contoh berdasarkan intensitas gejala stres dan kesejahteraan subjektif Tabel 1 Sebaran contoh (%) contoh berdasarkan intensitas gejala stres No Gejala Stres Komponen Malaise 1 Kehilangan nafsu makan 2 Sulit berkonsentrasi (terhadap apa yang dikerjakan) 3 Sulit tidur atau tidur tidak nyenyak 4 Ketidakaturan detak jantung (berdenyut cepat) 5 Ketidakaturan dalam bernafas 6 Merasa dingin dan berkeringan lebih banyak dari biasanya 7 Mengalami kejang otot atau tangan gemetaran 8 Pusing atau sakit kepala tanpa alasan yang jelas 9 Pingsan 10 Seluruh tubuh terasa panas tanpa alasan yang jelas 11 Berdiam diri di rumah 12 Sulit mengingat/menjadi pelupa 13 Menjadi lebih pendiam 14 Peningkatan pengeluaran tenaga Komponen Mood 1 Merasa sedih 2 Merasa sendu dan pilu 3 Tidak bersemangat dalam melakukan aktifitas 4 Merasa kesepian 5 Merasakan kegagalan hidup 6 Merasa kebuntuan (terhadap masalah yang dihadapi) 7 Merasa terganggu (peningkatan ketidaknyamanan) 8 Merasa ingin mati 9 Merasa cemas 10 Menjadi mudah marah 11 Menjadi mudah takut 12 Menjadi khawatir 13 Menjadi tegang
0 18.1 8.8
1 10.6 14.4
Skor 2 3 10.6 21.2 16.2 36.9
4 26.9 19.4
5 12.5 4.4
10.0 24.4
12.5 21.9
9.4 16.2
21.9 18.1
33.8 14.4
12.5 5.0
28.7 30.6
21.9 18.8
11.2 16.2
22.5 24.4
12.5 8.1
3.1 1.9
39.4
19.4
16.2
16.2
7.5
1.2
8.1
2.5
6.2
31.2
36.2
15.6
84.4 31.9
4.4 17.5
2.5 18.8
5.6 25.0
2.5 6.9
0.6 0
11.2 26.9 11.9 16.2
9.4 10.6 14.4 15.6
20.6 15.0 16.2 12.5
26.2 24.4 30.6 36.2
23.8 19.4 21.2 16.9
8.8 3.8 5.6 2.5
3.8 9.4 11.9
4.4 7.5 9.4
9.4 11.2 11.9
51.2 37.5 41.2
20.6 23.8 21.9
10.6 10.6 3.8
30.0 38.8 36.9
13.1 16.2 17.5
15.0 18.1 18.1
23.8 21.9 21.2
15.0 5.0 5.6
3.1 0 0.6
26.9
15.0
21.2
21.9
13.8
1.2
79.4 7.5 10.6 8.1 4.4 13.1
6.2 8.8 8.8 9.4 7.5 14.4
3.1 10.0 8.8 16.2 11.2 12.5
8.8 53.1 44.4 44.4 48.1 43.8
2.5 18.8 26.2 19.4 23.1 13.8
0 1.9 1.2 2.5 5.6 2.5
27
Tabel 2 Sebaran contoh (%) contoh berdasarkan butir Kesejahteraan Subjektif No 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4
1 2 3 4 5 6 7
Kesejahteraan subjektif Dimensi Fisik Ekonomi Makanan yang dikonsumsi selama ini Pakaian yang dimiliki dan digunakan Kondisi rumah yang ditempati Kemampuan membiayai kesehatan Kemampuan membiayai pendidikan anak Pendapatan yang diperoleh selama ini Aset atau harta lain yang dimiliki Keadaan tabungan yang dimiliki Dimensi Sosial Hubungan dengan tetangga Hubungan antar anggota keluarga Hubungan dengan keluarga besar Bantuan yang diberikan kepada orang lain Dimensi Psikologis Perasaan nyaman dengan keluarga saat ini Pelaksanaan ibadah sehari-hari Kondisi mental keluarga Pelaksanaan fungsi dan peran sebagai istri Pelaksanaan fungsi dan peran sebagai ibu Pelaksanaan fungsi dan peran sebagai masyarakat Pelaksanaan fungsi dan peran suami
0 0 0 0 1.9 1.2
1 1.9 2.5 10.0 5.6 6.9
2 6.9 6.2 21.9 13.8 18.1
Skor 3 58.8 55.6 44.4 62.5 55.6
1.2 11.2 25.6
6.9 13.8 21.2
28.1 33.8 25.6
50.0 28.1 18.8
8.8 10.6 8.1
5.0 2.5 0.6
0.6 0 0 1.9
3.1 0.6 1.2 7.5
6.9 0.6 3.1 30.6
48.8 20.0 23.1 38.8
34.4 55.6 49.4 16.2
6.2 23.1 23.1 5.0
0
2.5
3.1
28.1
50.0
16.2
0 0 0
1.9 0 0.6
4.4 4.4 5.0
45.6 51.9 23.8
35.6 38.8 58.1
12.5 5.0 12.5
0
0.6
5.6
23.1
58.8
11.9
0
1.2
7.5
50.0
35.6
5.6
0.6
1.9
6.9
30.6
52.5
7.5
4 21.2 26.2 16.9 15.0 13.1
5 11.2 9.4 6.9 1.2 5.0
Lampiran 2 Uji regresi karakteristik keluarga, sumber stres dan strategi koping, terhadap gejala stres Tabel 1 Koefisien regresi sumber stres, sumber stres dan strategi koping, terhadap gejala stres (model 1) Variabel
β Unstandardized 1.561 .087 .531
Gejala Stres β Standardized
Konstanta Sumber stres .166 Strategi koping .489 F 38.262 Sig .000** 2 R .328 Adj. R2 .319 Ket: **=Regresi signifikan pada p<0.01 , *=Regresi signifikan pada p<0.05
Sig. .764 .020* .000**
28
Tabel 2 Koefisien regresi karakteristik keluarga, sumber stres, dan strategi koping, terhadap gejala stres (model 2) Variabel
β Unstandardized 10.454 -.118 -.579 .824 -.372 5.766E-6 .076 .521
Gejala Stres Β Standardized
Konstanta Lama pendidikan istri -.024 Lama pendidikan suami -.115 Besar keluarga .072 Lama menikah -.163 Pendapatan perkapita .079 Sumber stres .145 Strategi koping .479 F 12.869 Sig .000** R2 .372 Adj. R2 .343 Ket: **=Regresi signifikan pada p<0.01 , *=Regresi signifikan pada p<0.05
Sig. .174 .788 .200 .299 .015* .255 .046* .000**
Tabel 3 Koefisien regresi item dimensi sumber stres dan item strategi koping terhadap gejala stres (model 3) Variabel
β Unstandardized 14.466 .068 .004 .023 -.015 .003 .360 .020
Gejala Stres Β Standardized
Konstanta Ketegangan dalam keuarga .147 Ketegangan pasangan suami istri .011 Masalah keuangan dan bisnis .004 Perubahan dan masalah pekerjaan -.038 Masalah penyakit dan perawatan .009 Berfokus pada masalah .525 Berfokus pada emosi .015 F 12.952 Sig .000** R2 .374 2 Adj. R .345 Ket: **=Regresi signifikan pada p<0.01 , *=Regresi signifikan pada p<0.05
Sig. 0.54 .108 .893 .573 .679 .918 .000** .825
29
Tabel 4 Koefisien regresi karakteristik keluarga, item dimensi sumber stres dan item strategi koping terhadap gejala stres (model 4) Variabel
β Unstandardized 25.974 -.206 -.497 .337 -.351 5.411E-6 .056 .002 .001 -.002 .007 .359 .014
Gejala Stres Β Standardized
Konstanta Lama pendidikan istri -.042 Lama pendidikan suami -.099 Besar keluarga .029 Lama menikah -.153 Pendapatan perkapita .074 Ketegangan dalam keuarga .121 Ketegangan pasangan suami istri .006 Masalah keuangan dan bisnis .001 Perubahan dan masalah pekerjaan -.004 Masalah penyakit dan perawatan .019 Berfokus pada masalah .523 Berfokus pada emosi .010 F 8.541 Sig .000** R2 .411 Adj. R2 .363 Ket: **=Regresi signifikan pada p<0.01 , *=Regresi signifikan pada p<0.05
Sig. .008 .636 .270 .675 .022* .293 .185 .944 .985 .964 .828 .000** .883
Lampiran 3 Uji regresi karakteristik keluarga, sumber stres, strategi koping, dan gejala stres, terhadap kesejahteraan subjektif keluarga Tabel 1 Koefisien regresi sumber stres, strategi koping, dan gejala stres terhadap kesejhateraan subjektif (model 1) Kesejahteraan subjektif β β Unstandardized Standardized Konstanta 60.727 Sumber stres .005 .012 Strategi koping .088 .102 Gejala stres -.070 -.088 F .448 Sig .719 R2 .009 Adj. R2 -.011 Ket: **=Regresi signifikan pada p<0.01 , *=Regresi signifikan pada p<0.05 Variabel
Sig. .000** .892 .302 .366
30
Tabel 2 Koefisien regresi karakteristik keluarga, sumber stres, strategi koping, dan gejala stres terhadap kesejhateraan subjektif (model 2) Variabel
β Unstandardized 72.371 .088 -.249 -1.783 -.015 -7.906E-6 -.002 .112 -.064
Kesejahteraan subjektif β Standardized
Konstanta Lama pendidikan istri .023 Lama pendidikan suami -.062 Besar keluarga -.195 Lama menikah -.008 Pendapatan perkapita -.136 Sumber stres -.004 Strategi koping .129 Gejala stres -.080 F 1.066 Sig .390 R2 .053 2 Adj. R .003 Ket: **=Regresi signifikan pada p<0.01 , *=Regresi signifikan pada p<0.05
Sig. .000** .838 .577 .024* .922 .115 .967 .196 .423
Tabel 3 Koefisien regresi item dimensi sumber stres, item strategi koping, dan item gejala stres terhadap kesejahteraan subjektif (model 3) Variabel
β Unstandardized 59.813 .032 -.058 -.134 .067 .047 -.031 .128 -.022 .002
Kesejahteraan subjektif β Standardized
Konstanta Ketegangan dalam keuarga .087 Ketegangan pasangan suami istri -.189 Masalah keuangan dan bisnis -.330 Perubahan dan masalah pekerjaan .210 Masalah penyakit dan perawatan .169 Berfokus pada masalah -.056 Berfokus pada emosi .121 Malaise -.029 Mood .002 F 3.147 Sig .002** R2 .159 Adj. R2 .108 Ket: **=Regresi signifikan pada p<0.01 , *=Regresi signifikan pada p<0.05
Sig. .000** .421 .057 .000** .050* .108 .570 .140 .798 .983
31
Tabel 4 Koefisien regresi karakteristik keluarga, item dimensi sumber stres, item strategi koping, dan item gejala stres terhadap kesejhateraan subjektif (model 4) Kesejahteraan subjektif β β Unstandardized Standardized Konstanta 73.674 Lama pendidikan istri -.026 -.007 Lama pendidikan suami -.391 -.097 Besar Keluarga -1.352 -.148 Lama menikah -.080 -.044 Pendapatan Perkapita -4.517E-6 -.078 Ketegangan dalam keuarga .038 .104 Ketegangan pasangan suami istri -.058 -.189 Masalah keuangan dan bisnis -.140 -.345 Perubahan dan masalah pekerjaan .058 .180 Masalah penyakit dan perawatan .046 .165 Berfokus pada masalah -.006 .011 Berfokus pada emosi .116 .110 Malaise -.060 -.081 Mood .022 .030 F 2.483 Sig .003 R2 .193 Adj. R2 .116 Ket: **=Regresi signifikan pada p<0.01 , *=Regresi signifikan pada p<0.05 Variabel
Sig. .000** .951 .359 .078 .586 .354 .339 .061 .000** .102 .117 .917 .180 .491 .794
Lampiran 4 Analisis uji asumsi klasik regresi linear berganda Uji Normalitas
32
Uji Multikoleniaritas Coefficientsa Standardize d Coefficient s
Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant )
60.727
5.056
ind_varsu m
.005
.037
ind_skop
.088
ind_gs -.070 a. Dependent Variable: ind_ks
Collinearity Statistics
Beta
t
Sig.
Toleranc e
VIF
12.011
.000
.012
.136
.892
.832
1.202
.085
.102
1.036
.302
.659
1.517
.078
-.088
-.906
.366
.672
1.487
Uji Heterokdesitas
Uji Autokorelasi Model Summaryb Model 1
R
R Square .092a
.009
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
-.011
a. Predictors: (Constant), ind_gs, ind_varsum, ind_skop b. Dependent Variable: ind_ks
11.0799184
1.285
1
Lampiran 5 Nilai Koefisien korelasi antara karakteristik keluarga dimensi sumber stres, dimensi strategi koping, dan gejala stres Tabel 1 koefisien korelasi antar dimensi sumber stres, strategi koping, dan gejala stres 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 1 2 .578** 1 3 .455** .430** 1 4 .543** .510** .467** 1 5 .567** .488** .405** .635** 1 6 .819** .712** .659** 824** .847** 1 7 .397** .315** .214** .322** .313** .404** 1 8 .179* .153 -.089 .114 .109 .129 .317** 1 9 .387** .312** .133 .301** .292** .373** .921** .661** 1 10 .311** .261** .150 .207** .234** .299** .545** .183* .506** 1 11 .376** .236** .248** .249** .245** .349** .552** .193* .516** .717** 1 12 .369** .268** .213** .245** .258** .349** .592** .203* .551** .931** .922** 1 Ket: **=Korelasi sangat signifikan pada p<0.01, *=Korelasi signifikan pada p<0.05 1 = Ketegangan dalam keluarga; 2 = Ketegangan pasangan suami istri; 3 = Masalah Keuangan dan bisnis; 4 = Perubahan dan masalah pekerjaan keluarga; 5 = Masalah penyakit dan perawatan keluarga; 6 = Sumber stres; 7 = berfokus pada masalah; 8 = berfokus pada emosi; 9 = straetegi koping; 10 = malaise; 11 = mood; 12 = gejala stres
33
34
35
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kota Serang, pada tangal 22 Desember 1992. Ia merupakan putri ke-2 dari pasangan Bapak A. Taufiq dan Ibu Funayah. Ia merupakan putri satu-satunya dari empat bersaudara. Memiliki kakak bernama Abbas Alhasani dan dua adik yaitu Fahad Maulana dan M. Nabil Ghomri. Penulis merupakan lulusan dari SDN Kejaban, SMP N 162 Jakarta dan SMA N 73 Jakarta. Melalui jalur SNMPTN undangan dan berkesempatan mendapatkan beasiswa BIDIKMISI, penulis dapat melanjutkan studi S1 di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor 2011-2015. Selama kuliah penulis aktif dalam beberapa UKM dan beberapa organisasi, antara lain UKM Panahan IPB, marketing Majalah Komunitas FEMA IPB, organisasi IKK sebagai ketua divisi eksternal Public Relation Himpunan Mahasiswa Ilmu Keluarga dan Konsumen (HIMAIKO) pada tahun 2013-2014. Selain itu, penulis juga aktif dalam kegiatan kepanitiaan acara di kampus-kampus IPB. Selain kuliah mayor dari IKK, penulis juga berkesempatan mengambil minor Pengembangan Masyarakat dari departemen Sains Komunikasi Pengembangan Masyarakat (SKPM). Pada kegiatan magang, penulis mendapatkan kesempatan bekerja di Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (2015). Korespondensi: [087873002804],
[email protected].