Jurnal Ilmiah Mahasiswa Prodi PGSD FKIP Unsyiah Volume 1 Nomor 1, 116-128 Agustus 2016
KENDALA GURU DALAM MENGGUNAKAN MODEL GROUP INVESTIGASI PADA SUBTEMA 2 INDONESIAKU BANGSA YANG BERBUDAYA DI KELAS V SD NEGERI 51 BANDA ACEH Oleh: Ledi Iwan Teniro , Tati Fauziah2, Mahmud HR3 FKIP, PGSD Universitas Syiahkuala e-mail:
[email protected] 1
Abstrak: Dalam konteks ini Kendala guru dalam menggunakan model group investigasi pada subtema 2 Indonesiaku bangsa yag berbudaya di kelas V SD Negeri 51 Banda Aceh”. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah (1) Apakah guru mengalami kendala dalam menggunakan model Group Investigation pada subtema 2 Indonesiaku bangsa yang berbudaya di kelas V SD Negeri 51 Kota Banda Aceh. (2) Bagaimana tanggapan guru terhadap penggunaan model Group Investigation pada subtema 2 Indonesiaku bangsa yang berbudaya di kelas V SD Negeri 51 Kota Banda Aceh.Penelitian ini bertujuan (1) Untuk mengetahui apakah guru mengalami kesulitan dalam menggunakan model Group Investigation pada subtema 2 Indonesiaku bangsa yang berbudaya di kelas V SD Negeri 51 Banda Aceh. (2) Untuk mengetahui bagaimana tanggapan guru terhadap penggunaan model Group Investigation pada subtema 2 Indonesiaku bangsa yang berbudaya di kelas V SD Negeri 51 Kota Banda Aceh. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas Va dan Vb SD Negeri 51 Banda Aceh yang berjumlah 44 orang siswa diantaranya kelas Va berjumlah 23 orang siswa yang terdiri dari 15 siswa perempuan dan 8 siswa laki-laki, kelas Vb berjumalah 21 orang siswa yang terdiri dari 10 siswa perempuan dan 11 siswa laki-laki. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi, dan wawancara. Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif deskriptif non statistik, dimana komponen reduksi data, dan sajian data dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data setelah data terkumpul maka tiga komponen analisis. berinteraksi. Hasil penelitian yang didapat pada penelitian ini adalah kendala-kendala yang dialami oleh siswa dalam proses pembelajaran Indonesiaku bangsa yang berbudaya dengan menggunakan model kooperatif tipe Group Investigation oleh guru kelas V SD Negeri 51 Kota Banda Aceh. PENDAHULUAN Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pangetahuan, keterampilan, atau sikapnya. Pendidikan secara umum, merupakan suatu usaha untuk menambah pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk kelangsungan hidup serta mencapai tujuan hidup. Belajar mengajar sebagai salah satu proses, merupakan suatu sistem yang tidak terlepas dari komponen-komponen lain yang saling berinteraksi di dalamnya. Salah satu komponen dalam proses tersebut adalah sumber belajar. Djamarah, Saiful (2006:72) menyatakan, satu Guru, usaha Group yang tidak pernah guru tinggalkan adalah, bagaimana memahami Kata Kunci:salah Kendala Investigasi, Indonesiaku Bangsa yang Berbudaya kedudukan model sebagai salah 116
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Prodi PGSD FKIP Unsyiah Volume 1 Nomor 1, 116-128 Agustus 2016
satu komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Penggunaan model yang tepat akan turut menentukan efektivitas dan efisiensi pembelajaran. Sehubungan dengan itu dalam proses peningkatan pengalaman pengetahuan diperlukan model yang tepat. Dengan sumber yang ada dapat digunakan guru dalam mengajar, dapat menghubungkan pokok pembicaraannya dengan gambaran atau kenyataan objek yang di bicarakan. Oleh karena itu model yang digunakan guru harus cocok dan sesuai dengan materi pembelajaran yang akan diajarkan yang menjadi objek pembicaraannya. Oleh karena itu, pembelajaran pada materi ini memerlukan model pembelajaran yang tepat. Ini dikarenakan materinya yang sebagian besar merupakan bahan yang bersifat informatif. Oleh karena itu untuk melatih agar anak memiliki kecakapan-kecakapan terhadap materi tersebut perlu diadakan latihan-latihan melalui penggunaan model group investigation. Menurut Rusman, (2012:221) “pengembangan model Group Investigation didasarkan atas suatu premis bahwa proses belajar di sekolah menyangkut kawasan dalam domain sosial dan intelektual sehingga proses yang terjadi merupakan penggabungan nilai-nilai kedua domain tersebut”. Oleh karena itu Group Investigation tidak dapat diimplementasikan ke dalam lingkungan pendidikan yang tidak mengacu kepada dimensi sosial afektif pembelajaran. Aspek sosial afektif kelompok, pertukaran intelektual dan materi yang bermakna merupakan sumber yang cukup penting dalam memberikan dukungan terhadap usaha-usaha belajar siswa. Dalam model Group Investigation selalu ada pokok permasalahan yang perlu dipecahkan. Oleh karena itu, penggunaan model Group Investigation bertujuan agar peserta didik tidak merasa bosan, jemu dan jenuh. Dalam pembelajaran pokok bahasan masalah-masalah sosial di lingkungan setempat juga harus menggunakan model yang dapat menumbuhkan minat dan motivasi anak untuk mengikuti pelajaran dengan baik dengan harapan prestasi belajar peserta didik dapat meningkat. Dengan adanya model yang tepat dalam proses pembelajaran tentu akan membangkitkan minat siswa dalam belajar dan hal ini akan mempengaruhi pencapaian prestasi yang baik, dimana prestasi yang baik adalah keinginan setiap siswa. Model pembelajaran merupakan salah satu faktor yang penting diperhatikan oleh guru dalam menyampaikan materi. Model pembelajaran berfungsi untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dan juga akan membantu siswa atau anak didik dalam memahami materi pelajaran yang disajikan. Berdasarkan observasi peneliti di SD Negeri 51 Kota Banda Aceh dan pengalaman langsung dilapangan, adanya kesenjangan yang terjadi antara keinginan dan harapan yang akan dicapai. Salah satu masalah utama dalam pembelajaran adalah tidak aktif siswa, terlalu diam, tidak semangat belajar, tidak termotivasi saat belajar. Kendala lain yang dialami oleh guru yaitu keributan siswa saat belajar sehingga menuntut kemampuan guru dalam mengatasinya, dengan merancang sendiri bagaimana cara agar proses belajar mengajar dapat berlangsung semenarik mungkin sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan sesuai dengan tujuan. Permasalahan-permasalahan yang dialami guru di atas, dapat berpengaruh pada pencapaian hasil belajar. Fonomena yang terjadi di atas harus cepat diatasi. Karena peranan guru sangat menentukan keberhasilan anak didik. Karena itu guru harus mengatasi kendala-kendala yang dialaminya dalam menggunakan model pembelajaran khususnya pembelajaran agar anak dapat menunjukkan kemampuan dalam belajar. Mengingat pentingnya masalah tersebut penulis merasa tertarik untuk mengadakan suatu penelitian tentang “Kendala guru dalam menggunakan model group investigasi pada subtema 2 Indonesiaku bangsa yag berbudaya di kelas V SD Negeri 51 Banda Aceh”. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : (1) Apakah guru mengalami kendala dalam menggunakan model Group Investigation
117
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Prodi PGSD FKIP Unsyiah Volume 1 Nomor 1, 116-128 Agustus 2016
pada subtema 2 Indonesiaku bangsa yang berbudaya Kelas di kelas V SD Negeri 51 Kota Banda Aceh. (2) Bagaimana tanggapan guru terhadap penggunaan model Group Investigation pada subtema 2 Indonesiaku bangsa yang berbudaya di kelas V SD Negeri 51 Kota Banda Aceh. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui apakah guru mengalami kendala dalam menggunakan model Group Investigasi pada subtema 2 Indonesiaku bangsa yang berbudaya di kelas V SD Negeri 51 Banda Aceh. (2) Untuk mengetahui bagaimana tanggapan guru terhadap penggunaan model Group Investigation pada subtema 2 Indonesiaku bangsa yang berbudaya di kelas V SD Negeri 51 Kota Banda Aceh. Manfaat dari Penelitian ini yaitu : (1) Manfaat bagi peneliti adalah menambah wawasan serta dengan adanya penelitian ini, di kemudian hari peneliti siap menjadi guru yang profesional dan inovatif dalam mengajarkan di Sekolah Dasar. (2) Bagi siswa, untuk meningkatkan motivasi, kreatifitas, minat dan prestasi belajar pada pembelajaran. (3) Bagi guru, dapat menjadi bahan pertimbangan serta masukan dalam mengatasi kendala-kendala yang selama ini menjadi masalah dalam pembelajaran. (4) Bagi sekolah, dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan mutu sekolah. METODE PENELITIAN Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Menurut Margono (2005:36) mengatakan: “penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Sukardi (2005:157) mengatakan: “penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterprestasikan objek sesuai apa adanya”. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada 2 orang guru dan siswa kelas Va dan Vb SD Negeri 51 Kota Banda Aceh. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester II tahun ajaran 2015-2016 selama 1 minggu selama bulan Januari sampai dengan Februari 2016. Subjek Penelitian Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah 2 orang guru dan siswa kelas V yaitu 44 orang diantaranya kelas Va dan kelas Vb SD Negeri 51 Kota Banda Aceh. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data, maka digunakan alat yang tepat yaitu melalui teknik observasi dan wawancara yang diisi oleh responden (guru dan siswa) ditempat penelitian. Observasi Observasi merupakan “Pengamatan untuk mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki” (Narbuko dan Achmadi, 2009:70). Observasi yang dilakukan dalam penelitiaan ini merupakan observasi langsung terhadap 2 Orang guru mengenai tentang kendala guru dalam menggunakan model Group Investigation pada Materi Keragaman suku Bangsa dan Budaya di kelas Va dan Vb SD Negeri 51 Kota Banda Aceh. Wawancara Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan jalan Tanya jawab sepihak yang dilakukan secara sistematis dan berlandaskan kepada tujuan penelitian (Lerbin, 1992 dalam Hadi, 2007). Tanya jawab ‘sepihak’ berarti bahwa pengumpulan data yang aktif bertanya,
118
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Prodi PGSD FKIP Unsyiah Volume 1 Nomor 1, 116-128 Agustus 2016
sementara pihak yang ditanya aktif memberikan jawaban atau tanggapan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode wawancara langsung dengan 2 orang guru untuk mendapatkan informasi atau data tentang kendala guru dalam menggunakan Group Investigasi yang dinginkan. Patton (dalam Hasan, 2002: 97) “mengemukakan analisis data adalah proses mengatur urutan dan mengorganisasikannya kedalam suatu pola kategori dan satuan uraian dasar”. Analisis data dilakukan terbatas pada teknik pengolahan datanya, seperti pada pengecekan data dan tabulasi, dalam hal ini sekedar membaca tabel-tabel, grafik-grafik atau angka-angka yang tersedia kemudian melakukan uraian dan penafsiran (Hasan, 2002: 98). (Sudjana, 2010: 45) Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif deskriptif non statistik, dimana komponen reduksi data, dan sajian data dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data setelah data terkumpul maka tiga komponen analisis (reduksi data, sajian data, penarikan kesimpulan) berinteraksi. Ini untuk menjawab permasalahan pertama dari penelitian. Maka dapat dijabarkan langkah-langkah analisis kualitatif deskriptif adalah sebagai berikut: 1) Pengumpulan data Pengumpulan data adalah mencari, mencatat dan mengumpulkan semua data secara objektif dan apa adanya sesuai dengan hasil observasi dan wawancara dilapangan yaitu pencapaian data yang diperlukan terhadap jenis data dan berbagai bentuk data yang ada dilapangan yang diturunkan penulis serta malakukan pencatatan dilapangan. 2) Reduksi data Data yang telah dibutuhkan benar-benar terkumpul dipilih dan dikelompokkan berdasarkan data yang mirip atau sama. Kemudian data ini di organisasikan untuk mendapatkan kesimpulan data sebagai bahan penyajian data. (Racman, 1999: 103) Penyusunan data dilakukan dengan pertimbangan penyusunan data sebagai berikut: (a) Hanya memasukkan data yang penting data benar. (b) Hanya memasukkan data yang benar-benar objektif. (c) Hanya memassukkan data autentik. (d) Membedakan antara data informasi dengan pesan pribadi responden. 3) Penyajian data Setelah diorganisasikan selanjutnya data disajikan dalam uraian-uraian naratif disertai dengan bagan atau tabel untuk memperjelaskan penyajian data. 4) Penarikan kesimpulan dan Verifikasi Setelah data disajikan maka dilakukan penarikan kesimpulan atau verifikasi untuk lebih jelasnya proses pengumpulan data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi serta interaksi dari ketiga keomponen tersebut. HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan setelah mendapat kan izin dari kepala sekolah Dasar Negeri 51 Kota Banda Aceh berdasarkan surat permohonan izin penelitian dari Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unsyiah Pada Dinas Pendidikan Banda Aceh. Penelitian dilaksanakan dimulai tanggal 19 – 23 Februari 2016. Peneliti mengobservasi gambaran umum sekolah, keadaan guru, keadaan Siswa dan mewawancarai sejumlah guru yang telah peneliti tetapkan sebagai sampel pada Bab III yaitu Sebanyak 2 Orang Guru dan siswa Kelas Va dan Vb yang akan memberikan Informasi untuk memperoleh data juga menjawab permasalahan penelitian ini.Berikut ini adalah hasil temuan penelitian yang penulis dapatkan ketika melakukan penelitian. Pengumpulan Data Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah berupa wawancara dengan responden Kelas Va dan kelas Vb tentang kendala-kendala yang dihadapi oleh guru dalam menggunakan Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigasi pada pembelajaran Indonesiaku bangsa yang berbudaya di kelas V SD Negeri 51 Kota Banda Aceh. Deskripsi Lokasi Penelitian Sekolah Dasar Negeri 51 kota Banda Aceh dipilih berdasarkan kemudahan pelaksanaan penelitian yang beralamat di Jln. Soekarno Hatta. Sekolah Dasar Negeri 51 Banda
119
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Prodi PGSD FKIP Unsyiah Volume 1 Nomor 1, 116-128 Agustus 2016 Aceh berlokasi dikawasan perkotaan, sehingga : (a) siswanya relatif mudah untuk disosialisasikan dengan perubahan model pembelajaran. (b) sekolah tersebut adalah tempat peneliti melakukan PPL, sehingga telah terjadi adaptasi antara peneliti dengan lingkungan sekolah, dan juga sudah terdapat komitmen dari sekolah untuk mengizinkan penelitian dilaksanakan disekolah tersebut. Sekolah Dasar Negeri 51 Kota Banda Aceh mempunyai visi “Unggul dalam mutu berbasis pada Agama” dan Misi “Meningkatkan pelaksanaan proses belajar mengajar dan bimbingan secara efektif sertta mengembangkan potensi sekolah, meningkatkan mutu dalam rangka meraih potensi memasuki sekolah menegah meningkatkan kedisplinan warga sekolah, memupuk kerja sama antar warga sekolah, memupuk rasa kebersamaan dalam mengembangkan budi pekerti bertaqwa cerdas terampil, inovatif, dinamis dan bertanggung jawab. Melaksanakan proses belajar mengajar secara billinggual dalam rangka menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. memperlancar kegiatan sholat dzhuhur berjamaah. Keadaan Guru Sekolah Dasar Negeri 51 Kota Banda Aceh terdiri dari dua yaitu guru tetap dan tidak tetap. Data jumlah keseluruhan guru tetap/tidak tetap dan tenaga usaha adalah guru tetap berjumlah 13 orang laki-laki 1 orang dan perempuan 12 orang, guru tidak tetap berjumlah 3 orang 1 laki-laki dan 2 perempuan, Tata Usaha berjumlah 1 orang, Tata Usaha tidak tetap berjumlah 1 orang juga, penjaga sekolah satu orang, Sumber Data berdasarkan Tata Usaha SD Negeri 51 Kota Banda Aceh. Hasil Observasi Permasalahan guru sendiri, dari hasil observasi terhadap guru-guru kelas V yang mengajar di SD Negeri 51 Kota Banda Aceh, kendala guru dalam kegiatan belajar mengajar menggunakan Grup Investigasi adalah tidak semua siswa mampu berkonsentrasi dalam waktu relatif lama. Daya serap pada siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan juga bermacam-macam, ada yang tepat, ada yang sedang dan ada yang lambat. Cepat lambatnya penerimaan siswa terhadap materi pelajaran membutuhkan model pembelajaran yang bervariasi. Model pembelajaran yang digunakan guru dalam setiap kali pertemuan bukanlah asal pakai, tetapi setelah melalui seleksi yang berkesesuaian dengan perumusan tujuan yang ingin dicapai. Demikian permasalahan yang dapat ditemukan peneliti di lapangan, dari uraian diatas dapat di simpulkan bahwa masalah yang dihadapi guru dalam penerapan model pembelajaran dua macam kelas SD Negeri 51 Kota Banda Aceh yang di jabarkan dalam dua sub masalah di bawah ini, yaitu pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang berbeda-beda, ada yang cepat menanggapi, ada yang lambat dalam menanggapinya dan adapula yang tidak mau menanggapi. Hasil Wawancara Hasil Belajar Siswa Setelah Diterapkannya Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI (Group Investigation) Pada Pembelajaran Indonesiku bangsa yang berbudaya. Peneltian ini dimulai pada tanggal 18 Februari 2016 dan peneliti memilih SD Negeri 51 kota Banda Aceh sebagai tempat untuk penelitian. Pada pertanyaan pertama yaitu “Dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa, apakah Bapak/Ibu selalu menggunakan model pembelajaran yang tepat pada saat mengajar di sekolah?” peneliti mendapat jawaban dari responden guru kelas Va bahwa dia telah menggunakan model pembelajaran yang tepat walaupun tidak selalu digunakan pada saat pembelajaran berlangsung. Begitu juga halnya dengan guru Vb jawaban yang hampir sama juga peneliti memperoleh dari hasil wawancara tentang penggunaan model pembelajaran yang tepat beliau menambahkan yaitu kami sebagai guru kelas SD Negeri 51 Banda Aceh di dalam memilih dan menganalisis model pembelajaran, terdapat hal-hal yang perlu kami perhatikan antara lain: Keadaan murid yang mencakup pertimbangan tentang tingkat kecerdasan, kematangan, perbedaan individu lainnya. Tujuan yang hendak dicapai, jika tujuannya pembinaan ranah kognitif maka metode driil kurang tepat digunakan.Situasi yang mencakup hal yang umum seperti situasi kelas, situasi lingkungan. Bila jumlah murid begitu besar, maka model pembelajaran agak sulit digunakan apalagi bila ruangan yang tersedia kecil. Saat penjelasan materi harus mempertimbangkan antara lain jangkauan suara guru. Alat-alat yang tersedia akan mempengaruhi pemilihan model yang akan digunakan. Bila model Kooperatif yang akan dipakai, maka alat-alat untuk harus tersedia, dipertimbangkan
120
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Prodi PGSD FKIP Unsyiah Volume 1 Nomor 1, 116-128 Agustus 2016 juga jumlah dan mutu alat itu. Kemampuan pengajar tentu menentukan, mencakup kemampuan fisik, keahlian. Guru yang mudah payah, kurang kuat menjelaskan materi dalam waktu yang lama. Dalam hal ini ia sebaiknya menggunakan model yang lain yang tidak memerlukan tenaga yang banyak. Model pembelajaran lain misalanya model kooeratif tipe NHT, Make Match dan lainnya menuntut keahlian guru yang agak tinggi, karena informasi yang diperlukan dalam model tersebut kadangkadang lebih banyak dari pada sekedar bahan yang diajarkan.. Ada bahan pelajaran yang lebih baik disampaikan lewat model pembelajaran kooperatif, ada yang lebih baik dengan mengguanakan ceramah, dan sebagainya. Demikianlah beberapa pertimbangan dalam menentukan model yang akan digunakan dalam proses interaksi belajar mengajar. Guru kelas Vb juga menambahkan lagi bahwa model pembelajaran apapun yang digunakan oleh pendidik atau guru dalam proses pembelajaran, yang perlu diperhatikan adalah akomodasi menyeluruh terhadap prinsip-prinsip kegiatan belajar mengajar antara lain berpusat kepada anak didik, guru harus memandang anak didik sebagai sesuatu yang unik, tidak ada dua orang anak didik yang sama, sekalipun mereka kembar. Pada pertanyaan wawancara selanjutnya yaitu pada pertanyaan “Apakah menurut Bapak / Ibu model Group Invetigation selalu tepat digunakan dalam proses pembelajaran di sekolah ?” pada pertanyaan wawancara ini para responden (guru Va dan Vb) memberikan jawaban yang berbedabeda kepada peneliti antara kedua responden tersebut. Responden pertama guru kelas Va mengatakan “tidak semua topik cocok dengan model pembelajaran kooperatif tipe Group Invetigation, model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation cocok diterapkan pada suatu topik yang menuntut siswa untuk memahami suatu bahasan dari pengalaman yang dialaminya sendiri misalnya pada materi mengenal bagian tubuh tumbuhan dan Hewan, kemudian model kooperatif Group Invetigation memiliki sedikitnya materi yang tersampaikan karena terdapat satu kali pertemuan Namun responden yang kedua guru kelas Vb memberikan jawaban berbeda bahwa model kooperatif Group Investigasi tepat digunakan dalam setiap pembelajaran karena jika Secara Pribadi (a) dalam proses belajarnya dapat bekerja secara bebas, (b) memberi semangat untuk berinisiatif, kreatif, dan aktif, (c) rasa percaya diri dapat lebih meningkat, (d) dapat belajar untuk memecahkan, menangani suatu masalah. Secara Sosial / Kelompok: (a) meningkatkan belajar bekerja sama (b) belajar berkomunikasi baik dengan teman sendiri maupun guru, (c) belajar berkomunikasi yang baik secara sistematis (d) belajar menghargai pendapat orang lain (e) meningkatkan partisipasi dalam membuat suatu keputusan. Berdasarkan pemaparan mengenai model pembelajaran Group Invetigation tersebut, jelas bahwa model pembelajaran Group Invetigation mendorong siswa untuk belajar lebih aktif dan lebih bermakna. Artinya siswa dituntut selalu berfikir tentang suatu persoalan dan mereka mencari sendiri cara penyelesaiannya. Peneliti selanjutnyamenanyakan kepada responden ”Apakah Menurut Bapak / Ibu dalam pembelajaran Indonesiaku Bangsa yang berbudaya dengan model Group Invetigation ada mengalami kendala?” dari pertanyaan diatas diketahui bahwa para responden mengalami kendalakendala dalam menggunakan model kooperatif tipe Group Invetigation tersebut. Responden kelas Va mengatakan tidak ada masalah yang begitu berarti pada guru saat penguasaan materi Indonesiaku Bangsa yang berbudaya. Materinya tetap sama, hanya pengemasannya yang harus dibuat lebih interaktif dengan melibatkan banyak pengamatan oleh siswa sendiri. Satu hal yang membuat guru repot adalah sistem penilaian yang memiliki terlalu banyak aspek. "Dalam satu kegiatan, masing-masing anak harus dinilai rinci, melibatkan berbagai aspek. Bayangkan kalau di kelas ada 30 murid. Waktu guru hanya akan habis untuk mengamati anak dan menilai aspek-aspek itu," Responden kelas Va mengeluh. Penilaian memang menitik beratkan pada karakter Hal ini membuat Responden kelas Va harus mencermati karakter tiap-tiap murid agar bisa memberi nilai dengan adil. "Hanya saja aspeknya terlalu banyak sehingga menjadi rumit. Ditambah lagi, beda jenis kegiatan beda pula aspek yang harus dilihat," ujar Responden Kelas Va Sementara itu, untuk mengatasi ketiadaan buku, sekolah bekerja sama dengan pihak luar menyediakan lembar kerja siswa (LKS). "Harganya Rp 13 ribu per LKS," kata Responden kelas Va dan Vb di sekolah tersebut. Kendala lain yang ditemui berdsarkan wawancara dengan responden adalah (a) dalam membuat silabus guru mengalami kesulitan dalam penyusunan karena harus dibagi dalam beberapa kelompok siswa (b) Guru telah membuat RPP sesuai dengan kompenen yang ada dalam RPP, 121
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Prodi PGSD FKIP Unsyiah Volume 1 Nomor 1, 116-128 Agustus 2016 namun demikian dalam pengembangannya guru menemui kendala yakni; pertama guru kesulitan untuk menggunakan model kooperatif tipe Group Invetigation dalam pembelajaran yang sesua. Kedua membutuhkan waktu yang lama untuk membuat RPP, (c) buku-buku disekolah masih ada sebahagian mempergunakan buku pelajaran yang bukan kurikulum 2013 terbaru sekarang sehingga menjadi kendala tersendiri bagi guru-guru dalam menyusun RPP dan juga silabus pembelajaran. Beberapa kendala lagi yang diahadapi guru pada saat menggunakan model kooperatif tipe Group Investigasi dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran di SD Negeri 51 Kota Banda Aceh dari ketiga aspek tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: (a) Dari sisi kegiatan awal, seluruh rangkaian pada kegiatan awal pembelajaran telah dilaksanakan oleh guru-guru di Wilayah Kota Banda Aceh namun dalam pelaksanaanya ditemukan beberapa kendala. Kendala tersebut terletak pada kesiapan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran karena banyak siswa yang tidak mempunyai kesiapan untuk mengikuti pembelajaran. (b) Dari sisi kegiatan inti pembelajaran tidak lepas dari adanya kendala yang dihadapi oleh guru. Sehingga kurang memahami keseluruhan materi yang tercakup dalam Pembelajaran. Dari sisi waktu juga menjadi kendala dalam penyampaian materi karena guru dituntut untuk menjelaskan materi pembelajaran yang cakupannya cukup luas dengan ketersedian waktu yang terbatas. Kendala lain yang dihadapi guru adalah dalam penggunaan model Group Investigasi. Penggunaan model pembelajaran yang bervariasi belum dapat diaplikasikan dan siswa kurang mempunyai antusias pada saat pembelajaran berlangsung. Selain penggunaan model Group Investigasi yang belum dapat diapliksakan dalam pembelajaran juga belum sepenuhnya dapat diaplikasikan karena kurangnya waktu, fasiltas, dan alat peraga. Dari sisi penutup kegiatan pembelajaran kedua para responden tidak ada kendala yang dihadapi. Baik dari responden pertama maupun yang kedua. Kendala-kendala guru dan siswa Setelah Diterapkannya Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI (Group Investigation) Pada Pembelajaran Indonesiku bangsa yang berbudaya. Pertanyaan berikutnya peniliti tanya kepada responden mengenai “Kendala-kendala apa saja yang dialami oleh guru, siswa dan sumber belajar dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model Group Investigasi?” sama seperti pertanyaan sebelumnya para responden menjawab kendala yang dialami oleh guru adalah (a) Disaat Pembelajaran siswa terlalu ribut dan berisik. (b) buku pelajaran yang dimiliki sekolah tidak memadai, ada yang sudah terlalu tua, sudah robek membuat kendala guru, dalam membuat program pembelajaran. (c) saat pembelajaran berlangsung siswa-siswa sangat berisik dan ribut, misalnya sibuk dengan mainan, berantam dengan kawan, menggangu sesama teman (d) Model Group Investigasi belum pernah digunakan oleh guru-guru sehingga guru bertanya-tanya dalam menentukan langkah-langkah model Group Investigasi. Kendala dari siswa nya merupakan, dari poin-poin yang didapatkan melalui wawancara kepada responden pertama dan kedua, dapat disimpulkan bahwa masalah utama siswa adalah kurangnya motivasi belajar yang kemudian tergambar melalui kebiasaan siswa itu sendiri, seperti tidak konsentrasi saat belajar, kurangnya pemanfaatan waktu luang, belajar jika ada tugas, atau ulangan, dan lain sebagainya. Mereka mengikuti proses belajar mengajar seperti biasa, tetapi hasil dari proses belajar tersebut terlihat tidak cukup optimal, yang kemudian tergambar melalui nilai akhir yang berada di bawah angka rata-rata kelas. Dalam hal ini kami sebagai guru memiliki kapasitas dan peranan yang besar dalam memotivasi siswa SD Negeri 51 Kota Banda Aceh. Karena salah satu tugas guru yakni sebagai agen pembelajaran, bagaimana seorang guru bisa menciptakan transfer pelajaran sekaligus motivasi kepada siswa-siswa. Peran kami sebagai guru SD Negeri 51 Kota Banda Aceh dalam memotivasi siswa kami lakukan melalui caracara sebagai berikut: (1) Guru-guru SD Negeri 51 Kota Banda Aceh melakukan sosialisasi tentang motivasi kepada siswa, motivasi yang diberikan bisa dalam bentuk ceramah singkat yang diberikan sebelum memulai proses pembelajaran. Selain itu, guru bersama guru mata pelajaran secara aktif berdiskusi dalam rangka menciptakan motivasi sehingga siswa-siswa SD Negeri 51 Kota Banda Aceh tidak mengalami kekurangan motivasi. Guru yang lain seperti guru agama, guru bimpen juga memiliki peranan yang cukup besar dalam hal memotivasi siswa, guru secara berkelanjutan memberikan penyuluhan dan motivasi kepada siswa baik secara perorangan (individu) maupun secara kelompok. (2) Perubahan model belajar sesuai dengan kondisi real siswa. Saat ini, model belajar yang populer di Indonesia yang dikenal dengan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Aktif artinya ketika proses pembelajaran guru harus menciptakan 122
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Prodi PGSD FKIP Unsyiah Volume 1 Nomor 1, 116-128 Agustus 2016 suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif untuk bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Inovatif artinya bagaimana guru menciptakan pembelajaran yang bisa membuat siswanya berpikir bahwa learning is fun, sehingga tertanam didalam pikiran siswanya tidak akan ada lagi perasaan tertekan dengan tenggat waktu pengumpulan tugas dan rasa bosan tentunya. Kreatif artinya agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Efektif artinya bagaimana guru mampu menciptakan apa yang harus dikuasai oleh siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung tanpa menyia-nyiakan waktu. Dan Menyenangkan artinya suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi. Kendala yang lainnya adalah dalam menggunakan sumber dan media belajar yang kurang kreatif, yang tidak mampu menarik perhatian dan memotivasi siswa. Dari kendala tersebut diketahui para responden punya cara tersendiri dalam mengatasi kesulitan tersebut, responden Kelas Vb Mengatakan dengan meminta bantuan kepada guru yang lainnya atau teman sejawat, sedangkan sebagian lainya kadang-kadang meminta langsung bantuan kepada kepala sekolah. Dalam pembelajaran penggunaan perangkat tambahan selain merupakan sarana untuk mempermudah penyampaian guru juga berfungsi sebagai sarana untuk meningkatkan perhatian belajar siswa. Sebab ada siswa yang mampu belajar cepat secara audio visual dan nonaudio visual. Dengan fasilitas sarana dan prasarana yang terbatas guru dituntut agar menjadi lebih kreatif dengan memodifikassi kekurangan alat-alat dalam proses belajar mengajar yang tersedia. Namun dalam hal ini hanya sedikit saja terlihat kreatifitas para responden dalam memodifikasi kekurangankekurangan media dalam hal ini peneliti beranggapan para responden bukan tidak kreatif namun belum memiliki banyak waktu untuk berbuat lebih banyak sehingga sumber dan media yang digunakan pun terkesan asal ada. Keadaan Proses Belajar Mengajar menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI (Group Investigation) Pada Pembelajaran Indonesiku bangsa yang berbudaya. Wawancara yang berikutnya yaitu “Bagaimana menurut Bapak / Ibu dalam proses belajar mengajar model Group Investigasi sangat tepat digunakan pada subtema 2 indonesiaku bangsa yang berbudaya? mengenai pertanyaan ini responden kelas Va memberikan jawaban nya bahwa penggunaan model Group Investigasi sangat tepat pada subtema 2 indonesiaku bangsa yang berbudaya, berdasarkan langkah-langkah model GI yaitu: 1) Mengidentifikasikan topik dan membuat kelompok. (a) Para siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik, dan mengkategorikan saran-saran. (b) Para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik yang telah mereka pilih. (c) Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa dan harus bersifat heterogen. (d) Guru membantu dalam pengumpulan informasi dan memfasilitasi pengaturan. 2) Merencanakan tugas yang akan dipelajari Para siswa merencanakan tugas yang akan dipelajari (apa yang dipelajari?, bagaimana mempelajarinya?, siapa melakukan apa?, untuk tujuan atau kepentingan apa menginvestigasi topik tersebut?) 3) Melaksanakan investigasi (a) Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat kesimpulan. (b) Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan kelompoknya. (c) Para siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi, dan mensintesis semua gagasan. 4) Menyiapkan laporan akhir (a) Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari proyek mereka. (b) Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan, dan bagaimana mereka akan membuat presentasi. (c) Wakil-wakil kelompok membentuk sebuah panitia acara untuk mengkoordinasikan rencanarencana presentasi. 5) Mempresentasikan laporan akhir (a) Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam bentuk. (b) Bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengarnya secara aktif. 123
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Prodi PGSD FKIP Unsyiah Volume 1 Nomor 1, 116-128 Agustus 2016 (c) Para pendengar tersebut mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh seluruh anggota kelas. 6) Evaluasi Para siswa saling memberikan umpan balik menganai topik tersebut, mengenai tugas yang telah mereka kerjakan, mengenai keefektifan pengalaman-pengalaman mereka. Peneliti melakukan wawancara selanjutnya adalah “Menurut bapak/ibu dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan model Group Investigasi apa mengalami kendala? jawaban dari responden guru kelas Vb adalah mereka mengalami kendala diantaranya adalah kami sebagai guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, di samping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu; kemudian agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai, selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, dan saat diskusi kelas, terkadang didominasi oleh seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif. Reponden kelas Va menambahkan bahwa Kendala yang senantiasa terjadi dalam belajar kelompok menggunakan model Group Investigasi adalah dapat menjadi tempat mengobrol. Hal ini terjadi jika anggota kelompok tidak mempunyai kedisiplinan dalam belajar, seperti datang terlambat, mengobrol, membuat waktu berlalu begitu saja sehingga tujuan untuk belajar menjadi sia-sia. Debat sepele juga sering terjadi di dalam kelompok. Debat sepele ini sering berkepanjangan sehingga membuang waktu percuma. Untuk itu, dalam belajar kelompok harus dibuatkan agenda acara. 25 menit mendiskusikan pembelajaran Indonesiaku bangsa yang berbudaya, dan 10 menit mendiskusikan materi selanjutnya Dengan agenda acara ini, maka belajar akan terarah dan tidak terpancing untuk berdebat hal-hal sepele. Jika ada satu anggota kelompok menjelaskan suatu materi dan yang lain percaya sepenuhnya materi itu, dan ternyata konsep itu salah, maka semua anggota kelompok berbuat salah. Untuk menghindarinya, setiap anggota kelompok harus sudah mereview sebelumnya. Kalau membicarakan hal baru dan anggota kelompok lain belum mengetahui, cari konfirmasi dalam buku untuk pendalaman. Responden melanjutkan jawabannya pembelajaran dengan model kooperatif tipe GI hanya sesuai untuk diterapkan di kelas tinggi, hal ini disebabkan karena tipe GI memerlukan tingkatan kognitif yang lebih tinggi. Kontribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang dan siswa yang memiliki prestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan, hal ini disebabkan oleh peran anggota kelompok yang pandai lebih dominan. Adanya pertentangan antar kelompok yang memiliki nilai yang lebih tinggi dengan kelompok yang memiliki nilai rendah. Untuk menyelesaikan materi pelajaran dengan pembelajaran kooperatif akan memakan waktu yang lebih lama dibandingkan pembelajaran yang konvensional, bahkan dapat menyebabkan materi tidak dapat disesuaikan dengan kurikulum yang ada apabila guru belum berpengalaman. Guru membutuhkan persiapan yang matang dan pengalaman yang lama untuk dapat menerapkan belajar kooperatif tipe GI dengan baik Lanjutan jawaban responden menggunakan model group investigasi apa mengalami kendala adalah (1) Siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation), karena model ini baru pertama kali diterapkan dikelas V SD Negeri 51 Kota Banda Aceh (2) Kemampuan siswa dalam mengungkapkan pendapatnya masih relatif kurang. Karena hal ini sangat erat kaitannya dengan kemampuan berbahasa lisan dari siswa sehingga siswa terbata-bata dalam menyampaikan pendapatnya apalagi kemampuan siswa tersebut masih relatif rendah (3) Masih ada beberapa kelompok yang belum bisa menyelesaikan tugas diskusi dengan waktu yang telah ditentukan (4) Masih ada kelompok yang kemampuan mempresentasikan dan mengklarifikasi hasil diskusinya kurang berhasil (5) Pada saat pembelajaran minat siswa yang kurang dalam mengikuti pembelajaran, masing-masing siswa memiliki kemampuan yang beragam sehingga bagi siswa yang memiliki kemampuan rendah daya serap siswa terhadap pembelajaran menjadi kurang baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan tinggi (6) Siswa sulit menyatukan pendapat ketika berdiskusi sehingga belum bisa menyelesaikan tugas sesuai waktu yang ditentukan (7) pada saat guru kekurangan waktu dalam mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe GI sehingga materi pembelajaran tidak diterima secara utuh oleh siswa.
124
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Prodi PGSD FKIP Unsyiah Volume 1 Nomor 1, 116-128 Agustus 2016
Peran Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI (Group Investigation) Pada Pembelajaran Indonesiku bangsa yang berbudaya Wawancara guru berikutnya “Apakah pembelajaran dengan menggunakan model Group Investigasi dapat membantu guru dalam proses belajar mengajar? Jawab salah guru kelas Vb “model Group Investigasi membantu guru dan siswa dalam belajar diantaranya siswa berani menyumbangkan ide untuk memecahkan permasalahan kelompok, Siswa belajar menghargai pendapat teman. Meningkatkan kerja sama antar siswa dengan membantu teman dalam kelompok untuk memahami meteri dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Saling memberi dorongan pada teman untuk maju. Mengemban tanggung jawab untuk mengelola dan saling memeriksa hasil kerja teman dalam kelompok. Mengurangi tingkat kesenjangan sosial siswa dikelas, siswa yang pandai menyadari bakat yang dimilikinya untuk mau membaginya kepada siswa lain. Guru kelas Va juga memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut siswa dan guru secara aktif melakukan investigasi terhadap suatu topik, sebab Group Investigasi memfokuskan pada investigasi terhadap suatu topik atau konsep. Group Investigasi menyediakan kesempatan kepada siswa untuk membentuk atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan bermakna dan guru memberikan jawaban dengan benar. Group Investigasi efektif dalam membentuk siswa untuk bekerjasama dalam kelompok dengan latar belakang berbeda (misalnya kemampuan, gender, dan etnis). Group Investigasi menyediakan konteks sehingga siswa dapat belajar mengenai dirinya dan orang lain. Pertanyaan berikutnya peneliti melanjutkan “Apakah siswa selalu terlihat aktif dalam proses belajar dengan menggunakan model Group Investigasi menurut Bapak/Ibu ? Jawaban responden Va dan Vb adalah disaat pembelajaran berlangsung siswa terlihat aktif pada pembelajaran indonesiaku bangsa yang berbudaya namun tidak begitu bersemangat, dalam proses belajar dengan menggunakan model Group Investigasi siswa menggunakan kemampuan bertanya dan berpikir, melakukan riset sederhana, mempelajari ide-ide serta konsep-konsep baru dan menantang, memecahkan masalah (problem solving), belajar mengatur waktu dengan baik, melakukan kegiatan pembelajaran secara sendiri atau berkelompok (belajar menerima pendapat orang lain), mengaplikasikan hasil pembelajaran lewat tindakan atau action. Melakukan interaksi sosial (melakukan wawancara, survey, terjun ke lapangan, mendengarkan guest speaker. Banyak kegiatan yang dilakukan dengan berkelompok keterlibatan murid dalam pembelajaran, baik keterlibatan fisik maupun yang utama keterlibatan mental, seperti pengikatan diri (tersitanya perhatian dan pikiran) kepada tugas yang dihadapi, penyelesaian tugas secara tuntas yang melebihi dari apa yang diharapkan, tergugahnya emosi oleh suasana yang tersirat dalam pembelajaran, dan sebagainya. Prakarsa murid dalam pembelajaran, seperti keberanian mengemukakan pendapat tanpadiminta, mengemukakan usul dalam penetapan tujuan dan atau cara kerja, kesediaan mencarialat serta sumber belajar tambahan, dan sebagainya. Wawancara selanjutnya kepada kedua responden adalah “Dalam menggunakan model Group Investigasi pada pembelajaran indonesiaku bangsa yang berbudaya apakah hasil belajar siswa memuaskan menurut Bapak/Ibu? Responden kelas Va menjawab “berdasarkan analisis hasil belajar siswa nilai hasil belajar siswa baik, daya serap yang bagus dengan jumlah siswa yang tuntas lebih banyak dari yang belum tuntas. Pembelajaran dikatakan berhasil dan memuaskan karena ketuntasan individual siswa memperoleh nilai 80 Jadi kriteria keberhasilan pembelajaran secara klasikal dan secara individual belum tercapai karena masih beberapa orang siswa yang masih belum tuntas secara individual”. Responden kelas Vb menambahkan beberap orang siswa yang masih belum tuntas secara individual dikarenakan dalam proses pembelajaran masih ada beberapa kendala yang terjadi selama pembelajaran, yaitu: (1) Siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigasi. (2) Kemampuan siswa dalam mengungkapkan pendapatnya masih relatif kurang. (3) Masih ada kelompok yang kemampuan mempresentasikan dan mengklarifikasi hasil diskusinya kurang berhasil. Pertanyaan terakhir kepada kedua responden adalah “Apakah kenyamanan kelas akan selalu terlihat dengan menggunakan model Group Investigasi menurut Bapak/Ibu ? jawab responden Va dan Vb “Suasana kelas nyaman, hanya saja sedikit berisik dengan suara-suara siswa pada saat berdiskusi, dan siswa yang sedang mengobrol dengan temannya pada saat belajar”. Pembahasan
125
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Prodi PGSD FKIP Unsyiah Volume 1 Nomor 1, 116-128 Agustus 2016 Menurut Burn (dalam Rusman, 2010: 220) menyebutkan bahwa Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dikembangkan oleh Shlomo Sharan dan Yael Sharan. Secara umum perencanaan pengorganisasian siswa dengan menggunakan teknik kooperatif Goup Investigasi adalah kelompok dibentuk oleh siswa itu sendiri dengan beranggotakan 2-6 orang, tiap kelompok bebas memilih subtopik dari keseluruhan unit materi yang akan diajarkan, dan kemudian membuat atau menghasilkan laporan kelompok. Kendala utama terjadi dalam menggunakan model Group Investigasi adalah berdasarkan jawaban guru Vb yaitu salah satu dapat menjadi tempat mengobrol. Hal ini terjadi jika anggota kelompok tidak mempunyai kedisiplinan dalam belajar, seperti datang terlambat, mengobrol, membuat waktu berlalu begitu saja sehingga tujuan untuk belajar menjadi sia-sia. Debat sepele juga sering terjadi di dalam kelompok. Debat sepele ini sering berkepanjangan sehingga membuang waktu percuma. Untuk itu, dalam belajar kelompok harus dibuatkan agenda acara. 25 menit mendiskusikan pembelajaran Indonesiaku bangsa yang berbudaya, dan 10 menit mendiskusikan materi selanjutnya Dengan agenda acara ini, maka belajar akan terarah dan tidak terpancing untuk berdebat hal-hal sepele. Jika ada satu anggota kelompok menjelaskan suatu materi dan yang lain percaya sepenuhnya materi itu, dan ternyata konsep itu salah, maka semua anggota kelompok berbuat salah. Untuk menghindarinya, setiap anggota kelompok harus sudah mereview sebelumnya. Kalau membicarakan hal baru dan anggota kelompok lain belum mengetahui, cari konfirmasi dalam buku untuk pendalaman. Responden melanjutkan bahwa pembelajaran dengan model kooperatif tipe GI hanya sesuai untuk diterapkan di kelas tinggi, hal ini disebabkan karena tipe GI memerlukan tingkatan kognitif yang lebih tinggi. Kontribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang dan siswa yang memiliki prestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan, hal ini disebabkan oleh peran anggota kelompok yang pandai lebih dominan. Adanya pertentangan antar kelompok yang memiliki nilai yang lebih tinggi dengan kelompok yang memiliki nilai rendah. Untuk menyelesaikan materi pelajaran dengan pembelajaran kooperatif akan memakan waktu yang lebih lama dibandingkan pembelajaran yang konvensional, bahkan dapat menyebabkan materi tidak dapat disesuaikan dengan kurikulum yang ada apabila guru belum berpengalaman. Guru membutuhkan persiapan yang matang dan pengalaman yang lama untuk dapat menerapkan belajar kooperatif tipe GI dengan baik Adapun yang menjadi kendala utama dalam pembelajaran model kooperatif tipe Group Investigation menurut (Setiawan, 2006 : 9) yaitu: (1) tidak semua siswa tuntas memahami materi prasyarat dalam pembelajaran model penggunaan tipe Group Investigation (2) tidak semua topik cocok dengan model pembelajaran Group Investigation, akan tetapi model Group Investigation jelas bahwa mendorong siswa untuk belajar lebih aktif dan lebih bermakna. Artinya siswa dituntut untuk selalu berfikir tentang suatu persoalan dan mereka mencari sendiri cara penyelesaiannya (3) diskusi kelompok biasanya berjalan kurang efektif (4) pada saat pelajaran berlangsung guru kekurangan waktu dalam mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation sehingga materi pembelajaran tidak diterima secara utuh oleh siswa. Hasil wawancara guru tentang penggunaan model Group Investigasi apakah dapat membantu guru dalam proses belajar mengajar, Jawab salah guru kelas Vb adalah “model Group Investigasi membantu guru dan siswa dalam belajar diantaranya siswa berani menyumbangkan ide untuk memecahkan permasalahan kelompok, Siswa belajar menghargai pendapat teman. Meningkatkan kerja sama antar siswa dengan membantu teman dalam kelompok untuk memahami meteri dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Saling memberi dorongan pada teman untuk maju. Mengemban tanggung jawab untuk mengelola dan saling memeriksa hasil kerja teman dalam kelompok. Mengurangi tingkat kesenjangan sosial siswa dikelas, siswa yang pandai menyadari bakat yang dimilikinya untuk mau membaginya kepada siswa lain. Kemudian siswa dan guru secara aktif melakukan investigasi terhadap suatu topik, sebab Group Investigasi memfokuskan pada investigasi terhadap suatu topik atau konsep. Group investigation menyediakan kesempatan kepada siswa untuk membentuk atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan bermakna dan guru memberikan jawaban dengan benar. Group investigation efektif dalam membentuk siswa untuk bekerjasama dalam kelompok dengan latar
126
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Prodi PGSD FKIP Unsyiah Volume 1 Nomor 1, 116-128 Agustus 2016 belakang berbeda (misalnya kemampuan, gender, dan etnis). Group investigation menyediakan konteks sehingga siswa dapat belajar mengenai dirinya dan orang lain. Berdasarkan hasil wawancara dengan para responden maka dapat kita simpulkan (1) Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Grup Investigasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 51 Kota Banda Aceh. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa pada saat pembelajaran (2) Kendala-kendala yang dialami oleh siswa dalam proses pembelajaran Indonesiaku bangsa yang berbudaya dengan model kooperatif tipe Grup Investigasi. Hal ini dapat dilihat dari berbagai upaya yang peneliti lakukan untuk memaksimalkan proses pembelajaran yaitu dengan menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan dengan cara memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih aktif lagi dalam pembelajaran, mengaktifkan seluruh anggota kelompok dalam mengemukakan pendapat, menekankan pada siswa bahwa setiap langkah dalam kegiatan pembelajaran selalu ada penilaian baik kognitif, afektif, dan psikomotor, dan sebagainya. PENUTUP Simpulan Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigasi dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas V SD Negeri 51 Kota Banda Aceh tahun. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas belajar siswa pada saat pembelajaran berlangsung mengalami peningkatan yang sangat signifikan dan memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Kendala-kendala yang dialami oleh siswa dalam proses pembelajaran Indonesia bangsa yang berbudaya dengan menggunakan model kooperatif tipe Grop Investigasi. Hal ini dapat dilihat dari berbagai upaya yang peneliti lakukan untuk memaksimalkan proses pembelajaran yaitu dengan menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan dengan cara memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih aktif lagi dalam pembelajaran, mengaktifkan seluruh anggota kelompok dalam mengemukakan pendapat, menekankan pada siswa bahwa setiap langkah dalam kegiatan pembelajaran selalu ada penilaian baik kognitif, afektif, dan psikomotor, dan sebagainya. Saran Berdasarkan simpulan diatas dapat menyampaikan beberapa saran, sebagai acuan untuk melakukan penelitian yaitu sebagai berikut: (1) Bagi guru khususnya guru yang mengupayakan peningkatkan hasil dan aktivitas belajar siswa dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe GI. (2) Bagi kepala sekolah model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigasi dapat dijadikan sebagai alternatif dan bahan acuan untuk memperbaiki hasil dan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran lainnya. (3) Bagi peneliti lain model pembelajaran kooperatif tipe GI dapat digunakan sebagai acuan atau referensi dalam melakukan penelitian pada suatu materi pembelajaran.
127
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Prodi PGSD FKIP Unsyiah Volume 1 Nomor 1, 116-128 Agustus 2016
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Peraktis. Jakarta : Rineka Cipta. Djamarah Syaiful Bahri. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Asdi Mahasatya. http://www.eurekapendidikan.com/2015/02/model-pembelajaran-group investigation.html Istarani. 2011. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada. Mulyasa. (2009). Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Penerbit PT Bumi Aksara, Jakarta. Margono, S. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Nur, Asma. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta : PT Rineka Cipta. Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grasindo Persada. .2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta : Rajawali Pers. Setiawan. 2006. Rancangan Model-Model Pembelajaran. Jakarta : PT Rineka Cipta Sugijono. 2009. Statistik untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta. Sukardi. 2005. Pendidikan orang Dewasa. Jakarta: PT Bumi Aksara. Sudijono, Anas. 2010. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Sudjana. 2002. Metode Statistika. Bandung : Tarsito. Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-progresif. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Wina Sanjaya. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.
128