PESONA DASAR
Vol. 1 No. 3, April 2014
ISSN: 2337-9227
STUDI TENTANG KINERJA GURU SEKOLAH DASAR DALAM MENGAJAR IPA DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DI SD NEGERI 16 BANDA ACEH Alfiati Syafrina Dosen PGSD FKIP Usyiah Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara mengikuti penataran guru, kreatifitas guru dan motivasi berprestasi guru secara bersama-sama dengan kinerja guru sekolah dasar. Penelitian dilakukan di SD negeri 16 Banda Aceh. Metode penelitian yang digunakan adalah survei. Populasi penelitian adalah guru SD yang mengajar IPA di SD Negeri 16 Banda Aceh. Sampelnya adalah guru sekolah dasar yang mengajar IPA di kelas III, IV, V dan VI di SD Negeri 16 Banda Aceh yang berjumlah 8 orang. Instrumen penelitian adalah angket yang terdiri dari tiga buah yang digunakan untuk mengukur penataran guru, kreativitas dan motivasi berprestasi guru. Sedangkan pengukuran kinerja guru dalam mengajar IPA dilakukan dengan pedoman observasi teknik analisis statistik yang digunakan adalah regresi serta korelasi sederhana dan ganda pada taraf signikansi α= 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara (1) Penataran guru dengan kinerja guru sekolah dasar dalam mengajar IPA; (2) Kreativitas dengan kinerja guru sekolah dasar dalam mengajar IPA; (3) motivasi berprestasi dengan kinerja guru sekolah dasar dalam mengajar IPA serta (4) Penataran guru, kreativitas, dan motivasi berprestasi secara bersama-sama dengan kinerja guru sekolah dasar dalam mengajar IPA. Variabel penataran guru, Kreativitas dan motivasi berprestasi secara bersama-sama memberi sumbangan sebesar 54,76 % terhadap kinerja guru sekolah dasar dalam mengajar IPA. Sedangkan masing-masing variabel memberikan sumbangan efektif terhadap variansi kinerja guru sebesar 47,61%, 51,84%, dan 33,64%. Penelitian menyimpulkan bahwa kinerja guru sekolah dasar dalam mengajar IPA dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan/mengembangkan penataran guru, kreativitas dan motivasi berpretasi. Pendahuluan 1.
Latar belakang masalah Mutu lulusan dipengaruhi oleh mutu kegiatan belajar mengajar (KMB), sedangkan mutu KMB ditentukan oleh berbagai faktor, diantaranya meliputi mahasiswa, kurikulum, tenaga kependidikan, sarana-prasarana, dana, manajemen, dan lingkungan (Romiszowki, 1984). Di sekolah dasar, tenaga kependidikan, Khususnya guru merupakan unsur manusiawi yang sangat dekat hubungannya dengan peserta didik dalam upaya pendidikan sehai-hari di sekolah.
Seringkali peserta didik menjadikan guru sebagai tokoh indentitas, sehingga guru dapat mengarahkan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar, yang pada akhirnya banyak menentukan keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan pendidikan. Oleh karena itu, dari belbagai faktor di atas, peranan tenaga kependidikan, khususnya guru merupakan salah satu faktor yang paling menentukan dalam kegiatan belajar mengajar, terutama di SD. Namun demikian, belbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja guru dalam mengajar Ilmu Pengetahuan 1
PESONA DASAR
Vol. 1 No. 3, April 2014
Alam sangat memprihatinkan, seperti hasil penelitian jiyono (1993) yang secara khusus mengkaji kemampuan guru SD dalam IPA, menentukan bahwa rata-rata guru IPA hanya menguasai 45% bahan ajaran IPA yang harus disampaikannya kepada Anak. Selanjutnya hasil penelitian moegiadi (1990), menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kemampuan guru dengan kemampuan siswa terpandai dikelas yang bersangkutan. Keadaan mutu guru di nanggro Aceh Darussalam juga demikian halnya. Hasil penelitian Hafnati Rahmatan (2005) me-nemukan bahwa: 1) tingkat ketrampilan mengajar guru IPA di SD se kecamatan Kuta Alam berkatagori sedang; 2) bila dilihat perkomponen, maka ketrampilan menjelaskan dan ketrampilan mengadakan variasi, penguasaan guru dalam katagori sedang; dan 3) komponen yang penguasaannya berkatagori kurang adalah ketrampilan membuka serta menutup pelajaran. Begitu pula hasil penelitian yang dilakukan mawardi (2002) mengungkapkan dahwa dari 9 variabel mengajar yang seharusnya dikuasai guru, rata guru hanya mampu menguasainya 4-5 variabel, sedangkan dalam variabel lainnya penguasaan guru lemah. Selanjutnya, usaha untuk meningkatkan kinerja guru dalam mengajar IPA perlu diupayakan. Untuk itu perlu diteliti faktor-faktor apa saja yang secara empiris menjadi faktor penentu kebehasilan guru dalam mengajar. Sehubungan dengan ini banyak faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan guru dalam mengajar. Dalam hal ini penulis menduga faktor mengikuti penataran, beban mengajar dan motivasi berprestasi secara empiris dapat berpangaruh terhadap kinerja mengajar guru. Sehubungan dengan ini Ibnu Suud (1986) menemukan bahwa semakin sering guru mengikuti penataran, maka semakin meningkat ketrampilan dalam mengajar. Jadi dapat diharapkan semakin lama atau
ISSN: 2337-9227
semakin sering guru mengikuti penataran semakin meningkat ketrampilan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Selanjutnya, hasil penelitian akman (2001) menemukan adanya hubungan yang berarti antar lama penataran yang diikuti dengan ketrampilan mengajar guru pada taraf kepercayaan 95%. Selain faktor mengikuti penataran, beban mengajar agar dalam melaksanakan tugas dapat berhasil dengan baik, guru diharapkan selalu berusaha meningkatkan kemampuannya semakin mungkin dalam semua aktifitas dengan menggunakan Standar keunggulan (Standard of excellence). Dorongan untuk selalu berusaha mencapai standar keunggulan ini, oleh Hechausen (1967) disebut sebagai motivasi berprestasi. Berdasarkan uraian di atas timbul pertanyaan bagi penulis, apakah rendahnya kinerja mengajar guru di propinsi Nanggroe Aceh Darussalam selama ini disebabkan oleh penataran/ pelatihan yang pernah diikuti guru, beban mengajar yang diterima oleh guru dan motivasi berprestasi? Dan seberapa besar pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap kinerja mengajar guru khususnya guru SD. Untuk menjawab pertanyaan ini, maka penelitian yang mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru perlu dilakukan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran. 2. Perumusan masalah Berdasarkan uraian di atas yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Apakah terdapat hubungan antara mengikuti penataran dengan kinerja guru sekolah dasar? 2) Apakah terdapat hubungan antara kreativitas guru dengan kinerja guru sekolah dasar? 3) Apakah terdapat hubungan antar motivasi berprestasi dengan kinerja guru sekolah dasar?
2
PESONA DASAR
Vol. 1 No. 3, April 2014
4) Apakah terdapat hubungan antara mengikuti penataran kreativitas, dan motivasi berprestasi secara bersama-sama dengan kinerja guru sekolah dasar? Tinjauan Pustaka 1. Hubungan antara penataran guru dengan kinerja guru sekolah dasar Penataran guru yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penataran yang diikuti guru dalam bidang, maka guru tersebut akan lebih profesional dalam menjalankan tugas-tugasnya. Hal ini tersebut sesuai dengan pendapat Manulang (2001) dengan latihan seseorang lebih mudah melaksanakan tugasnya. Adanya latihan menjamin terjadinya tenaga-tenaga dalam perusahaan untuk mempunyai keahlian. Lagi pula orang yang terlatih atau terdidik dapat mempergunakan pikiran secara kritis. Guru selalu dituntut untuk senantiasa tanggap terhadap perubahan yang terjadi dalam masyarakat, sebagai akibat kemajuan sistem informasi dan perkembangan iptek. Sejalan dengan kemajuan tersebut guru harus berusaha untuk mengembangkan propesinya . Salah satu usaha yang harus dilakukan adalah penataran guru dalam pendalaman materi dari mata pelajaran yang diasuhnya. Penataran/pelatihan memberikan peran penting terhadap kemajuan kemampuan guru yang akan dikembangkan untuk melakukan tugas-tugasnya. Guru pada hakekatnya memiliki wewenang yang amat besar untuk melakukan inovasi kurikulum, menguji cobakannya dalam kelas, lalu mereka memiliki kurikulum operasional yang kuat untuk diterapkan dalam proses pembelajar an. Dengan demikian penataran daalm pendalaman materi adalah untuk meningkatkan penguasaan terhadap materi baik menyangkut konsep maupun materi. Pendalaman materi ini lebih diutamakan pada materi-materi yang dianggap sulit dicerna atau dikuasai oleh guru maupan oleh siswa. Sehubungan dengan ini
ISSN: 2337-9227
Akman (2001) mengatakan pengalaman guru juga dapat diperoleh guru dari mengikuti penataran. Salah satunya adalah penataran kependidikan yang umumnya bertujuan untuk meningkatkan mutu tenaga mengajar dibidang pengetahuan. 2. Hubungan antara kreativitas dengan kinerja guru sekolah dasar dalam mengajar IPA
Istiah kreativitas didefinisikan oleh ahli secara berbeda-beda. Sedemikian beragam definisi, sehingga pengertian kreatifitas tergantung pada bagaimana orang mendefinisikannya. Dari berbagai definisi yang diajukan oleh para ahli, kreativitas pada dasarnya dapat dibedakan ke dalam dimensi pribadi, pendorong, proses dan produk, sehingga sering disebut sebagai the four of creativity (Vicencio, 1992); (Urban, 1996) atau ,, konsep 4P” (Utami munadar, 1988). Menurut Clark (1983) Kreatifitas adalah kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibbilitas) dan orisinalitas dalam berfikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya dan merinci) suatu gagasan. Sementara itu, didalam melaksanakan KBM, seringkali keputusan yang perlu diambil guru merupakan sesuatu yang cukup sulit dan rumit sehingga memaksanya untuk mengambil keputusan atau alternatif tindakan yang menyimpang dari perencanaan mengajar yang telah disusun semula, sehingga menuntut kreatifitas guru, tanpa memiliki kreativitas yang tinggi, guru akan kesulitan dalam melaksanakan tugasnya. Dengan demikian, dapat diduga bahwa semakin tinggi kreativitas guru sekolah dasar, maka semakin tinngi pula kinerjanya dalam mengajar IPA. 3. Hubungan antara motivasi berprestasi dengan kinerja guru sekolah dasar dalam mengajar IPA
McClelland (1967) memberi istilah motivasi berprestasi sebagai,,need for 3
PESONA DASAR
Vol. 1 No. 3, April 2014
achievement, yaitu motivasi yang mendorong seseorang untuk mencapai sukses dengan tujuan untuk berhasil dalam persaingan yang didasarkan pada suatu ukuran keunggulan (Standard of Exceleence). Ukuran keunggulan ini dapat berupa prestasi sendiri sebelumnya da dapat pula berupa prestasi orang lain. Sementara itu, agar dalam melaksanakan KBM dapat berhasil dengan baik, guru diharapkan selalu berusaha atau berjuang untuk meningkatkan atau memelihara kemampuannya setinggi mungkin dalam semua aktivitas dengan standar keunggulan. Dengan kata lain, untuk dapat melaksanakan tugas dengan baik, guru diharpkan memiliki motivasi berprestasi tinggi. Dengan demikian, dapat diduga bahwa semakin tinggi motivasi berprestasi guru sekolah dasar, semakin tinggi pula kinerjanya dalam mengajar IPA. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertjuan untuk mengetahui: 1) Hubungan Antara penataran guru dengan kinerja guru sekolah dasar. 2) Hubungan antara kreativitas guru dengan kinerja guru sekolah dasar. 3) Hubungan antara motivasi berprestasi dengan kinerja guru sekolah dasar. 4) Hubungan Antara bakat, Kreativitas dan motivasi berprestasi secara bersama-sama dengan kinerja guru sekolah dasar. 2. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini sangat bermanfaat sebagai bahan masukan kepada pihak pengelola pendidikan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya dalam upaya meningkatkan kinerja mengajar guru. Metode Penelitian 1. Populasi dan sampel penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDN 16 Banda Aceh. Populasi penelitian
ISSN: 2337-9227
adalah guru SDN 16 Banda Aceh. Sampelnya adalah guru kelas III, IV, V dan VI yang mengajar IPA berjumlah 8 Orang. 2. Instrumen penelitian Instrumen dalam penelitian ini adalah angket dan observasi. Angket diberikan kepada guru yang terpilih menjadi sampel penelitian untuk mengetahui frekwensi guru dalam mengikuti penataran, kreativitas guru dan motivasi berprestasi guru. Selanjutnya, pengukuran kinerja guru dalam mengajar IPA dilakukan dengan mengunakan pedoman Observasi alat penilaian kemampuan guru (APKG). Dalam penelitian ini yang diobservasi hanya pedoman APKG 2 yang digunakan untuk melihat kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran. Lembar observasi APKG2 tersebut diadaptasi dari APKG 2 yang dikembangkan oleh UPP PPL FKIP Unsyiah tahun 2002. Berdasarkan uraian di atas. Variabel dalam penelitian ini dibedakan antara variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas ada tiga buah yaitu: (1) Penataran guru (X1), (2) Kreativitas (X2), (3) Motivasi berprestasi (X3) Sedangkan varibel terikat dalam penelitian ini adalah kinerja guru SD dalam mengajar IPA (Y). 3. Analisis data Untuk mengetahui hubungan antara penataran guru SD terhadap kinerja guru, hubungan antara kreativitas guru dengan kinerja guru dan hubungan antara motivasi berprestasi dengan kinerja guru, masing-masing dicari dengan menggunakan rumus korelasi product moment pearson. Sedangkan untuk mengetahui hubungan antara penataran guru, kreativitas guru, motivasi berprestasi guru secara bersama-sama terhadap kinerja guru digunakan rumus Regresi Linear Multiple.
4
PESONA DASAR
Vol. 1 No. 3, April 2014
Data pada tabel 1 dan dikaitkan dengan criteria yang dikemukakan oleh Hasruddin (dalam Muklis, 2005) menunjukkan bahwa guru D berkatagori sangat baik dalam mengajar IPA dengan perolehan rerata skore 4,6. Guru dengan kode F,G dan H, berkategori baik. Sedangkan guru dengan kode A,B,C dan E berkategori cukup. Berdasarkan hasil pengolahan di atas, ditemukan 4 orang guru dengan kode D, F,G dan H kinerjanya sudah berhasil dalam mengajar IPA. Sedangkan 4 orang guru lagi kinerja mereka dalam mengajar IPA perlu ditingkatkan, sehingga upaya dalam meningkatkan mutu pendidikan khususnya pendidikan anak SD dalam mata pelajaran IPA dapat tercapai.
Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Kinerja guru SD dalam mengajar IPA
Kinerja guru SD dalam mengajar IPA diperoleh melalui pengamatan langsung terhadap 12 orang guru yang terpilih menjadi sampel penelitian. Dalam melakukan pengamatan tersebut peneliti menggunakan pedoman observasi APKG2. Data kenerja guru mengelola pembelajaran dinalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dengan skor ratarata sebagaimana dikemukakan oleh Hasruddin ( dalam mukhlis, 2005) sebagai berikut: 1,00 ≤ TKG < 1,50 tidak baik 1,50 ≤ TKG < 2,50 kurang Baik 2,50 ≤ TKG < 3,50 cukup 3,50 ≤ TKG < 4,50 baik 4,50 ≤ TKG < 5,00 sangat baik
Setelah dilakukan observasi langsung terhadap guru yang terpilih menjadil sampel penelitian maka diperoleh hasil olahan data berikut. Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan Rerata Skore Kinerja Guru Dalam Mengajar IPA No
1.
2. 3. 4. 5.
6.
7. 8. 9.
Komponen Kinerja Guru Mengelola tugas rutin, fasilitas belajar dan waktu Menggunakan strategi pembelajaran Komunikasi dengan siswa Mendemontrasi kan metode mengajar
Penguasaan materi pelajaran Mendorong keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran Melaksanaka n evaluasi Menutup pembelajaran Kesan umum pelaksanaan pembelajaran Rerata skore
ISSN: 2337-9227
Kode Guru A
B
C
D
E
F
G
H
4
4
3
5
3
4
4
4
3
2
3
3
3
3
4
4
3
2
3
5
3
4
4
3
2
3
3
4
3
3
3
2
4
4
3
5
3
5
4
4
3
4
2
4
3
5
4
4
3
4
3
5
4
4
3
3
4
4
3
5
4
5
4
4
4
4
4
5
4
5
3
4
3,3
3,4
3
4,6
3,1
4,2
3,7
3,6
2. Pengaruh antara penataran guru dengan kineja guru SD dalam mengajar IPA Hipotesis pertama yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara seringnya mengikuti penataran dengan kinerja mengajar guru khusus dalam mata pelajaran IPA. Pengujian hipotesis tersebut menggunakan korelasi parsial. Berdasarkan hasil analisis korelasi parsial menunjukkan bahwa koefisien antara frekwensi penataran (X1) dengan kinerja guru SD dalam melaksanakan pembelajaran IPA (Y), sebesar 0,69. Setelah diadakan pengujian keberartian korelasi dengan Uji-t, didapatkan th sebesar 7, 02. Harga tt pada distribusi t untuk dk = 10 (N-2) dan taraf signifikan 5% diperoleh tt sebesar 3,17. Karena th > tt yaitu 7,02 > 3,17 maka koefisien korelasi antara mengikuti penataran dengan kinerja guru dalam mengajar IPA adalah signifikan. Dengan demikian anatar frekwensi penataran yang diikuti guru dan kinerja guru dalam mengajar IPA terdapat hubungan positif dan signifikan. Dengan kata lain semakin sering penataran yang diikuti oleh guru semakin baik pula kinerja mengajar yang dilakukan guru 5
PESONA DASAR
Vol. 1 No. 3, April 2014
dalam mata pelajaran yang diasuh. Konstribusi yang diberikan oleh mengikuti penataran terhadap kinerja mengajar guru ditentukan oleh koefisisen deteminasi yang besarnya r2 =0,4761. Ini berarti kinerja guru ditentukan oleh seringnya mengikuti penataran sebesar 47,61%. Dengan kata Lain semakin sering mengikuti penataran maka semakin baik pula kinerja guru dalam mengajar khususnya dalam mengajar IPA. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Faridah Yahya (2007) yang menemukan juga terdapat hubungan positif antara mengikuti penataran dengan manajemen pembelajaran yang dilakukan guru dengan korelasi sebesar 0,064 pada taraf signifikansi 5%. Sehubungan dengan ini juga Akmam (2001) mengatakan dalam mengikuti penataran guru dapat berikteraksi dengan teman sepropesi dan sebidang ilmu, Sehingga mereka diharapkan mendapat tambahan pengetahuan dan ketrampilan baru yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Pada penataran guru secara bersama- sama mencari jalan keluar apabila ditemui kelemahan dalam kegiatan yang telah berlangsung. Apabila cara ini dilaksanakan secara terus menerus, dengan sendirinya ketrampilan dan kemampuan guru dalam mengajar akan bertambah. 3. Pengaruh kreativitas guru terhadap kinerja guru sekolah dasar dalam mengajar IPA
Hipotesis kedua yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kreativitas yang dimiliki guru dengan kinerja mengajar guru khusus dalam mata pelajaran IPA. Berdasarkan hasil perhitungan korelasi product moment didapatkan koefisien korelasi antara kreativitas (X2) dengan kinerja guru sekolah dasar dalam mengajar IPA (Y) sebesar 0,72. Setelah diadakan pengujian keberartian korelasi
ISSN: 2337-9227
dengan uji-t, didapatkan th sebesar 7,63. Harga tt pada distribusi t untuk dk = 10 (N-2) dan taraf signitikan 5% diperoleh tt sebesar 3.17. Karena th > tt yaitu 7,63 >3,17 maka koefisien korelasi antara kreatifitas guru dengan kinerja guru dalam mkegajar IPA adalah signifikan. Dengan demikian antara kreativitas guru dan kinerja guru dalam mengajar IPA terdapat hubungan positif dan signifikan. Dengan kata lain semakin tinggi kreativitas yang dimiliki guru maka semakin baik pula kinerja guru dalam mengajar IPA. Konstribusi yang diberikan oleh kreativitas guru terhadap kinerja mengajar guru ditentukan oleh koefisien determinasi yang besarnya r2 = 0,5184. Ini berarti kinerja guru ditentukan oleh kreativitas sebesar 51, 84%. Dengan kata lain semakin tinggi kreativitas yang dimiliki guru maka semakin baik pula kinerja mengajar yang dilakukan guru dalam mata pelajaran yang diasuh. Sehubungan dengan ini hasil penelitian Handayani (2007) menemukan bahwa antara kreativitas guru dengan prestasi siswa terdapat pengaruh yang positif, yang signifikan dengan r sebesar 0,75. Kreativitas guru memberikan sumbangan yang positif dan signifikan terhadap prestasi belajar siswa di MIN Lhong Raya Banda Aceh sebesar 56, 3%. 4. Pengaruh antara motivasi berprestasi dengan kinerja guru dalam mengajar IPA
Hipotesis ketiga yang diajukan adalah “terdapat pengaruh yang positif dan sig nifikan antara motivasi berprestasi dengan kinerja mengajar IPA oleh guru SD”. Berdasarkan hasil perhitungan korelasi product Moment didapatkan koefisien korelasi antara motivasi berprestasi (X3) dengan kinerja guru sekolah dasar dalam mengajar IPA (Y) sebesar 0,58. Setelah diadakan pengujian keberartian korelasi dengan uji-t, didapatkan th sebesar 6,03. Harga tt pada distribusi t untuk dk = 10 (N-2) dan taraf signifikan 5% diperoleh tt sebesar 3,17. 6
PESONA DASAR
Vol. 1 No. 3, April 2014
ISSN: 2337-9227
Karena th > tt yaitu 6,03 > 3,17 maka koefisien korelasi antara motivasi berprestasi dengan kinerja guru dalam mengajar IPA adalah signifikan. Dengan demikian antara motivasi berprestasi dan kinerja guru dalam mengajar IPA terdapat hubungan positif dan signifikan. Dengan kata lain semakin tinggi motivasi berprestasi yang dimiliki guru maka semakin baik pula kinerja guru dalam mengajar IPA. Adapun kontribusi yang diberikan oleh motivasi kerja terhadap kinerja guru dalam mengajar IPA ditentukan oleh koefisien determinasi yang besarnya r = 0,3364. Artinya kinerja mengajar guru ditentukan oleh motivasi kerja guru sebesar 33, 64%. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Cut Aminar (2006) yang juga menemukan bahwa antara motivasi kerja dengan prestasi kerja guru terdapat pengaruh positif yang signifikan . Sumbangan yang diberikan oleh motivasi kepada prestasi kerja guru tersebut 51,84%.
mengikuti penataran, semakin tinggi pula kinerjanya dalam mengajar IPA. Selanjutnya berdasarkan koefisien korelasi ganda di atas, diperoleh koefisien determinasi hubungan antara mengikuti penataran (X1), kreativitas (X2) dan motivasi berprestasi (X3) secara bersamasama terhadap kinerja guru sekolah dasar dalam mengajar IPA (Y) sebesar 0,5476. Hal ini berarti 54,76% variabilitas kecendrungan kinerja guru sekolah dasar dalam mengajar IPA dapat dijelaskan oleh mengikuti penataran, Kreativitas dan motivasi berprestasi secara bersama-sama. Dengan kata lain, mengikuti penataran, kreativitas dan motivasi berprestasi secara bersama-sama memberi sumbangan efektif cukup besar terhadap kinerja guru sekolah dasar dalam mengajar IPA. Sumbangan paling besar diberikan oleh kreativitas (X2) sebesar 51,84%, kemudian diikuti oleh mengikuti penataran (X1) sebesar 47,61% dan yang paling kecil adalah motivasi berprestasi yakni X3 sebesar 33, 64%.
5. Pengaruh mengikuti penataran (X1), kreativitas (X2), dan motivasi berprestasi (X3) secara bersama- sama dengan kinerja guru sekolah dasar dalam mengajar IPA (Y)
Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan Berdasarkan analisis data seperti dikemukan di atas, dapat diketengahkan beberapa kesimpulan di bawah ini. 1) Terdapat hubungan positif yang signifikan antara mengikuti penataran dengan kinerja guru sekolah dasar dalam mengajar IPA. Hal ini menunjukkan bahwa semakin sering mengikuti penataran maka kinerja guru sekolah dasar dalam mengajar IPA juga akan meningkat. 2) Terdapat hubungan positif yang signifikan antara kreativitas dengan kinerja guru sekolah dasar dalam mengajar IPA. Hal ini menunjukkan bahwa jika kreativitas ditingkatkan maka kinerja guru sekolah dasar dalam mengajar IPA juga akan meningkat. 3) Terdapat hubungan positif yang signifikan antara motivasi berprestasi
Analisis korelasi ganda antara X1, X2, X3 dengan Y menghasilkan koefisien korelasi ganda (Ry.123) sebesar 0,74. Uji keberartian koefisien korelasi ganda menghasilkan Fh sebesar 43,24. Dari daftar distribusi F dengan dk pembilang 3 dan dk penyebut 8 pada taraf signifikan 5% diperoleh Ft sebesaar 4,07. Dengaan demikian nilai Fh lebih dari pada nilai Ft yakni 43,24 > 4,07. Hal ini menunjukkan bahwa fh signifikan. Oleh karena itu, koefisien korelasi ganda sebesar 0,74 juga signifikan . Kesimpulannya ialah terdapat hubungan positif yang signifikan antara mengikuti penetaran, Kreativitas dan motivasi berprestasi secara bersama-sama dengan kinerja guru sekolah dasar dalam mengajar IPA. Artinya semakin sering
7
PESONA DASAR
Vol. 1 No. 3, April 2014
dengan kinerja guru sekolah dasar dalam mengajar IPA. Hal ini menunjukkan bahwa Jika motivasi berprestasi ditingkatkan maka kinerja guru sekolah dasar dalam mengajar IPA juga akan meningkat. 4) Terdapat hubungan positif yang signifikan antara penataran, Kreativitas dan motivasi berprestasi secara bersama-sama dengan kinerja guru sekolah dasar dalam mengajar IPA. Hal ini menunjukkan bahwa jika mengikuti penataran, Kreatifitas dan motivasi berprestasi secara bersamasama ditingkatkan maka kinerja guru sekolah dasar dalam mengajar IPA juga akan meningkat. Variabel mengikuti penataran, kreativitas dan motivasi berprestasi secara bersama-sama memberikan sumbangan efektif sebesar 54,76 % terhadap variabilitas kinerja guru sekolah dasar dalam mengajar IPA. Sedangkan 45,24% lainnya ditentukan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam studi ini. Adapun sumbangan efektif terbesar diberikan oleh variabel kreativitas kemudian diikuti oleh frekwensi mengikuti penataran dan yang paling kecil adalah motivasi berprestasi. 2. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat ditengahkan beberapa saran dibawah ini: 1) Agar didalam pelaksanaan tugas mengajar dapat berlangsung secara efektif serta peserta didik menjadi kreatif maka perlu diupayakan peningkatan/pengembangan kreativitas guru melalui berbagai cara, diantaranya adalah adanya promosi, Hadiah dan insentif bagi guru-guru yang kreatif dan tersedianya sarana-prasarana yang memadai. 2) Agar dalam pelaksanaan tugas dapat berhasil dengan baik, perlu dilakukan upaya-upaya peningkatan/pengembangan
motivasi
berprestasi
ISSN: 2337-9227
berbagai cara, antara lain memberikan hasil kerja yang telah dicapai kapad dan mengadakan persaingan yang sehat. Daftar Pustaka Bennet, G.K. 1952. A. Manual for Differential Aplitude Tset. New York: Psychological cooperation
Branca, A.A. 1965. Psychology the Science of behavior. Boston: Allyn and bacon, Inc Briggs, Leslie. 1977. Instructuonal Designs, Principles. New Jersey: Educational Tecnology Publications Clark, Barbara. 1983. Growing up Gifted. Ohio: Charles E, Merril Gagne, Robert M. 1974. Essensials of Learning for Instruction. London: Scott, Foresman and Company. Hafnati Rahmatan. 2005. Keterampilan mengajar guru SD dalam pembelajaran IPA. Jurnal Wacana Kependidikan. Vol 6. No. 3 September 2005. Harahap, Baharuddin. 1983. Supervisi pendidikan yang dilaksanakan oleh guru, Kepala sekolah, penilik dan pengawas sekolah. Jakarta: damai Jaya Heckhousen, H. 1967. The Achievement Motivation. Academic Press.
Anatomy of New York:
Jiyono 1992. Kemampuan/Pemahaman Guru tentang Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar. Jakarta: Puslit Dikbud. Balitbang Dikbud. Kemp, J.E. 1977. Instructional Design: A Plan for Unit AND Course Development. Belmont, california: Fearon Pitment Publisher. Mawardi. 2002. Profil Kemampuan Mengajar Lulusan D-II PGSD FKIP Universitas Syiah Kuala. Jurnal Mon. Mata. Vol 4 No. 2 September 2002 Moegiadi, dkk., 1990. Studi kesesuiaan Kurikulum LPTK dengan Kemampuan Guru. Jakarta. Pustaka Sinar Harapan. Mc Clelland, david. 1967. The Achieving Society. New York: The Fee Press Perrot, Elizaberh.1916. Effective teaching: A Practical guide to Improving your Teaching. New York : Longman Group UK Limited Romiszowki. 1988. Develoving Instruction Systems. London: Kogan Page
guru melalui 8
PESONA DASAR
Vol. 1 No. 3, April 2014
ISSN: 2337-9227
9