1
Analisis Hubungan Faktor Pembentuk Efikasi Mengajar Guru Sekolah Dasar (SD) di Kabupaten Jember Ferdiana Rosyidah, Vita Ratnasari Jurusan Statistika, Fakultas MIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
[email protected]
Abstrak— Guru memegang peranan penting dalam proses belajar-mengajar di sekolah. Guru memiliki tugas sebagai pendidik, pemimpin dan pembimbing. Kadar kualitas guru merupakan penentu kadar kualitas output di suatu sekolah. Kabupaten Jember memiliki catatan bahwa 90 persen guru yang mengikuti UKG (Uji Kompetensi Guru) dinyatakan tidak lulus. Hasil tersebut mengakibatkan adanya isu bahwa guru SD tidak kompeten. Efikasi mengajar guru SD diteliti sebagai akibat dari kompetensi guru berdasarkan status sertifikasi (nonsertifikasi dan bersertifikasi). Model efikasi mengajar dibentuk menggunakan SEM (Structural Equation Modeling). Dimensi partisipasi siswa tidak dapat dikonfirmasi sehingga hanya dimensi manajemen kelas dan strategi instruksi yang digunakan untuk menentukan efikasi mengajar. Model struktural efikasi mengajar yang didapat dikategorikan sebagai model yang dapat diterima. Kata Kunci—Efikasi Mengajar, Sertifikasi, Analisis Faktor Konfirmatori, SEM.
Jember. Kabupaten Jember merupakan kabupaten dengan jumlah penduduk terbesar ketiga di Jawa Timur setelah Kota Surabaya dan Kabupaten Malang, dengan jumlah total 2.346.498 jiwa [4]. Kabupaten Jember memiliki catatan bahwa 90 persen guru yang mengikuti UKG dinyatakan tidak lulus (tingkat kelulusan UKG hanya 10 persen). Berbeda dengan kondisi rata-rata di Indonesia, jumlah guru yang tidak lulus UKG sebanyak 80 persen [5]. Dengan demikian maka persentase kelulusan guru di Jember lebih rendah daripada persentase nasional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik guru di Jember, menganalisis hasil konfirmatori model pengukuran dan membuat model struktural terbaik untuk menjelaskan keterkaitan pengalaman, keprofesian, kepedulian dan kompetensi terhadap efikasi mengajar. salah satu hal yang dapat dicapai adalah analisa dini guru SD pada efikasi mengajar masing-masing serta sebagai acuan dinas pendidikan terkait tentang kompetensi dan efikasi mengajar guna membuat kebijakan lebih lanjut.
II. I. PENDAHULUAN
G
uru adalah figur manusia yang memegang peranan penting dalam kegiatan proses belajar-mengajar. Guru memiliki tugas sebagai pendidik, pemimpin dan pembimbing. Guru sebagai pemimpin hendaklah selalu memikirkan keberhasilan peserta didiknya. Guru sebagai pembimbing artinya mengawasi dan membina anak didik kepada arah peningkatan kualitas maupun kuantitas keilmuan bagi peserta didiknya. Dengan demikian kadar kualitas guru merupakan penentu kadar kualitas output di suatu sekolah [1]. Caprara dan teman-temannya menggunakan metode SEM untuk menunjukkan bahwa efikasi seorang guru dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan kepuasan terhadap profesi guru [2]. Selaian itu, Erawan melakukan penelitian serupa dengan hasil adanya penga-ruh signifikan pengalaman (praktik mengajar) terhadap persiapan program pengajaran dan persepsi keberhasilan pengajaran. Efektivitas persiapan pengajaran tidak memiliki pengaruh signifikan untuk sikap terhadap profesi mengajar, namun keduanya berpengaruh signifikan terhadap efikasi mengajar [3]. Efikasi mengajar diteliti sebagai akibat dari adanya kompetensi guru pada Uji Kompetensi Guru (UKG) di setiap kabupaten/kota di Indonesia, salah satunya adalah Kabupaten
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu Penelitian tentang efikasi guru dan efikasi mengajar telah banyak dilakukan sejak adanya penelitian Bandura pada tahun 1977. Penelitian Bandura menghasilkan teori pengukuran tentang efikasi diri yang kemudian berkembang menjadi efikasi kerja dan salah satunya adalah efikasi mengajar. Salah satu hasil penelitian mengatakan bahwa telah ditemukan tiga faktor utama untuk mengukur efikasi guru, yaitu strategi instruksi, manajemen kelas dan keterlibatan murid [6]. Penelitian dari Skaalvik dan Skaalvik memiliki tujuan untuk menjelaskan hubungan antara efikasi guru dalam konteks sekolah, efikasi (pada umumnya), efikasi kolektif guru, guru teladan, kepuasan kerja guru dan kepercayaan terhadap faktor eksternal dalam mengajar [7]. Hasil dari penelitian Hadjman dan Widiharso adalah faktor efikasi mengajar memiliki peranan terhadap performansi mengajar lebih besar daripada faktor kepribadian. Faktor yang digunakan adalah kepribadian (keuletan dan keterbukaan), efikasi mengajar dan performasi mengajar [8].
2 B. Efikasi Mengajar Terdapat tiga faktor penentu efikasi guru, yaitu strategi pemberian instruksi, manajemen kelas dan keterlibatan murid [6]. Strategi pemberian instruksi terbentuk dari cara guru menjelaskan materi, memberikan pertanyaan hingga memberikan penilaian terhadap murid. Manajemen kelas terbentuk dari kecakapan guru untuk memastikan murid mengikuti seluruh aktifitas pembelajaran serta menjaga keseimbangan kelas (menjaga ketertiban kelas dari murid yang menyimpang). Keterlibatan murid juga merupakan salah satu tolok ukur efikasi mengajar dimana terbentuk dari keterlihatan siswa berperan aktif dalam kelas [6]. Beberapa faktor pembentuk efikasi mengajar diantaranya adalah pengalaman mengajar, keprofesian, kompetensi dan kepedulian. Dalam hal kompetensi, Undangundang Republik Indonesia No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Bab IV Pasal 8 menyatakan bahwa “Guru wajib memiliki kualifikasi akademik kompetensi, sertifikasi pendidikan, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”. Dijelaskan pula bahwa kompetensi guru dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi [9]. Pengalaman mengajar merupakan rangkuman pemahaman seseorang terhadap hal-hal yang dialami dalam mengajar. Pengalaman kerja akan membuat pengetahuan dan keterampilan seseorang bertambah, terutama tentang bidangnya. Bukti-bukti statistik menunjukkan bahwa pengajaran yang disertai dengan pengetahuan dan tindakan (pengalaman) memberi pengaruh terhadap pembelajaran murid [10]. Keuntungan dari adanya kepedulian dari segi guru adalah meningkatkan kepuasan kerja guru. terdapat tiga kunci aspek sosial dan emosional yang digunakan, yaitu adanya koneksi antara guru dan murid, pemberian materi ajar yang dapat dijangkau oleh siswa serta komunikasi [11]. C. Analisis Faktor Konfirmatori Analisis faktor konfirmatori atau yang biasa disebut sebagai Confirmatory Factor Analysis (CFA) digunakan untuk menguji dimensionlitas suatu konstruk. Peneliti terlebih dahulu harus melakukan pengukuran model untuk menguji validitas dan reliabilitas dari indikator-indikator pembentuk konstruk laten dengan menggunakan analisis faktor konfirmatori. Terdapat dua persamaan dalam analisis faktor konfirmatori, yaitu persamaan eksogen dan persamaan endogen.kedua persamaan tersebut adalah sebagai berikut. Persamaan eksogen (1) X = λxξ + δ Persamaan endogen (2) Y = λ yη + ε Uji reliabilitas konstrak didapat dengan rumus sebagai berikut. 2
n ∑ λi i =1 ρc = 2 n n ∑ λi + ∑ V (δ i ) i =1 i =1
Analisis konfirmatori faktor juga digunakan untuk mencari indikator yang berpengaruh signifikan terhadap variabel laten. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut. H0: λi =0 (faktor loading tidak signifikan dalam mengukur konstruk atau laten) H1: λi ≠0 (faktor loading signifikan dalam mengukur konstruk atau laten) ∧
t=
λi
∧ S λ i dengan: ∧
λi ∧2
dimana
∧2
σ
2
∑in=1 xi − x
= taksiran parameter hubungan kausal
σ
= varians dari variabel X
xi
= data variabel X ke-i = rata-rata variabel X
x
∧ S λ i =
Uji T lebih lanjut dibandingkan dengan nilai T tabelyaitu sebesar 1,645. Hipotesis nol dapat ditolak jika nilai estimasi T lebih besar dari nilai T tabel. Harapan dari uji T adalah penolakan hipotesis nol sehingga indikator termaksud dapat digunakan untuk mengukur variabel laten dan dapat digunakan untuk analisis lebih lanjut. Nilai reliabilitas konstrak digunakan untuk melihat konsistensi dari satu konstrak yang terbentuk. D. Structural Equation Modeling (SEM) Model persamaan struktural merupakan suatu teknik analisis multivariat generasi kedua yang menggabungkan antara analisis faktor dan analisis jalur sehingga memungkinkan peneliti untuk menguji dan mengestimasi secara simultan hubungan antara multipel eksogen dan endogen variabel dengan banyak indikator [12]. Weston dan gore (2006) dalam Latan (2012) menyatakan bahwa SEM merupakan teknik analisis hibrida dari analisis faktor dan analisis jalur yang memungkinkan peneliti untuk membangun, menguji dan mengonfirmasi model dengan hubungan yang komplek. Persamaan umum model struktural adalah sebagai berikut. η = Γξ + Bη + ζ η - Bη = Γξ + ζ ( I − B)η = Γξ + ζ
η = ( I − B) -1 Γξ + ( I − B) −1ζ
(3) Nilai estimasi matriks kovarians untuk variabel dependen jika terdapat 1 variabel dependen adalah: Σ yy (θ ) = E ( yy ' )
= Λ y E (ηη ')Λ y '+Θε
= Λ y E [(Γξ + ζ )(Γξ + ζ )']Λ y '+Θε
= Λ y E [(Γξ + ζ )(ξ ' Γ'+ζ ')]Λ y '+Θε (2)
= Λ y [ΓE (ξξ ')Γ'+ E (ζζ ')]Λ y '+Θε
= Λ y (ΓΦΓ '+ Ψ )Λ y '+Θε
(4) Nilai estimasi matriks kovarians untuk variabel dependenindependen adalah sebagai berikut.
3
Σ yx (θ ) = E ( yx' )
[ = E [Λ ηξ ' Λ
]
= E (Λ yη + ε )(Λ x ξ + δ )' y
x
]
'+εξ ' Λ x '+ Λ yηδ '+εδ '
= Λ y E (ηξ ')Λ x
= Λ y E [(Γξ + ζ )ξ ']Λ x ' = Λ y E (Γξξ '+ζξ ')Λ x '
= Λ y ΓE (ξξ ')Λ x '+ Λ y E (ζξ ')Λ x ' = Λ y ΓΦΛ x '
(5) Asumsi yang harus dipenuhi dalam pemodelan struktural menggunakan SEM diantaranya adalah ukuran sampel besar, tidak terdapat missing data, data memiliki distribusi normal multivariate, tidak terdapat outlier serta tidak terdapat multikolinearitas. Uji kebaikan model struktural yang terbentuk menggunakan Absolute Fit Indices, Incremental Fit Indices, Parsimonious Fit Indices. Absolute Fit Indices digunakan untuk membandingkan antara fit model secara teoritis dengan data yang dikumpul-kan. Pengujian yang digunakan diantaranya adalah Chi-kuadrat dan GFI. Incremental Fit Indices digunakan untuk membandingkan fit model secara teoritis, relatif dengan alternatif baseline model (H0). Parsimonious Fit Indices merupakan ukuran untuk menghubungkan Goodness of Fit model dengan sejumlah koefisien estimasi yang diperlukan untuk mencapai model. Tabel 1 Nilai Cut Off dari Goodness of Fit
Goodness of Fit Chi kuadrat GFI, AGFI, NFI PGFI [12][13].
Nilai cut off Diharapkan kecil >0,9 >0,6
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Sumber Data dan Sampel Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data sekunder yang digunakan adalah data Kabupaten Jember Dalam Angka 2010 dengan jumlah total 31 kecamatan dan jumlah 12.204 orang. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah klaster satu tahap dan proporsional. Klaster satu tahap digunakan untuk memilih 20 persen kecamatan di Kabupaten Jember. Jumlah sampel masing-masing kecamatan dihitung menggunakan sampling proporsional. Jumlah sampel minimal menggunakan alfa 10 persen dan batas kesalahan 6 persen adalah 177 responden. Sampel minimal dari masing-masing kecamatan terdapat pada tabel 1. Tabel 2 Jumlah Responden
No Urut Kecamatan 020 050 130 140 180 200 720
Nama Kecamatan Gumukmas Ambulu Balung Umbulsari Tanggul Panti Sumbersari
Jumlah Guru SD 416 551 407 415 451 266 511
B. Variabel Penelitian Variabel penelitian yang digunakan adalah karakteristik guru SD Kabupaten Jember dan variabel penentu efikasi mengajar. Pengujian validitas dan reliabilitas dilakukan untuk mengetahui variabel yang signifikan terhadap variabel laten dan konsistensi dari variabel laten. Pengujian validitas menggunakan korelasi dengan batas minimal 1,4 (α=0,05 dan df=200). Tabel 3 Variabel Penelitian Variabel Laten Keterangan Karakteristik Demografi responden, yaitu pendidikan terakhir, masa mengajar, usia responden, golongan PNS dan status kepegawaian. Efikasi Mengajar Bersumber dari penelitian Moran dan Hoy (2001), terdiri dari 3 dimensi yang terbagi dalam 11 indikator. Kepedulian Bersumber dari Laitao dan Waugh (2007), terdiri dari 2 dimensi yang terbadi dalam 9 indikator. Kompetensi Bersumber dari Kementerian Pendidikan Nasional (2008), terdiri dari 4 dimensi yang terbagi dalam 11 indikator. Keprofesian Bersumber dari UU tentang guru dan dosen yang terbagi dalam 8 indikator. Pengalaman Terbagi dalam 5 indikator. Jumlah total indikator yang digunakan adalah 44 indikator. Indikator yang tidak signifikan tidak diikutkan dalam analisa selanjutnya
Sampel Minimal 25 33 24 25 27 16 30
A. Uji Asumsi Data Pengecekan asumsi data dilaksanakan sebelum pembua-tan model struktural dikarenakan menggunakan estimasi maksimum likelihood. Metode ini mengharuskan semua asumsi model struktural terpenuhi. Tabel 4 Uji Distribusi Normal Multivariat
Variabel laten Hasil pengujian distribusi normal Efikasi d= 0.557214 (distribusi multinormal) Kepedulian d= 0.537313 (distribusi multinormal) Kompetensi d= 0.547264 (distribusi multinormal) Keprofesian d= 0.567164 (distribusi multinormal) Pengalaman d= 0.547264 (distribusi multinormal) Table 4 menunjukkan bahwa data dari masing-masing variabel laten telah mengikuti sebaran distribusi normal. Tabel 5 Uji Determinan Dimensi dan Laten
Laten Eksogen Det Keprofesian 0,201 Pengalaman 0,365 Nilai determinan dari masing-masing variabel laten tidak mendekat ke nol (0), di atas 0,001, sehingga dapat dikatakan tidak terdapat mul-tikolinearitas dalam model. B. Analisis Faktor Konfirmatori Analisis faktor konfirmatori dilakukan pada masingmasing variabel laten dengan tujuan untuk mencari tahu signifikansi indicator pembentuk variabel laten.
4 Lanjutan tabel 9.
Tabel 6 Analisis Konfirmatori Efikasi Mengajar
Hubungan Loading factor Varians eror Nilai T EFI -->E4 0,461 0,79 EFI -->E5 0,539 0,71 4,780 EFI -->E6 0,525 0,72 4,718 EFI -->E7 0,467 0,78 4,418 EFI -->E8 0,376 0,86 3,843 EFI -->E9 0,728 0,47 5,347 EFI -->E10 0,534 0,71 4,758 variabel laten efikasi mengajar terdiri dari tujuh indicator yang dinyatakan signifikan. Signifikansi dapat dilihat dari nilai T yang lebih besar dari 1,645. Nilai kontribusi dari masing-masing indicator bernilai positif dengan rentang 0,3 hingga 0,73. Nilai varians eror dari masing-masing indicator berada pada rentang 0,1 hingga 0,55. Nilai reliabilitas dari variabel efikasi mengajar adalah 0,87 yang menunjukkan tingginya konsistensi dari masing-masing indikator. Hasil penelitian Moran dan Hoy (2001) menunjukkan bahwa manajemen kelas, partisipasi siswa dan strategi instruksi merupakan 3 dimensi utama penentu efikasi mengajar. Penelitian efikasi mengajar di Jember tidak dapat mengonfirmasi dimensi partisipasi siswa. Partisipasi siswa dihilangkan dari analisis bukan dikarenakan hubungan yang tidak valid, namun lebih karena nilai kontribusi yang sangat kecil, yaitu kurang dari 0,3. Tabel 7 Analisis Konfirmatori Pengalaman
Hubungan Loading factor Varians eror Nilai T PGL --> P1 0,409 0,83 PGL --> P2 0,490 0,76 4,343 PGL --> P3 0,509 0,74 4,421 PGL --> P4 0,712 0,49 5,007 PGL --> P5 0,810 0,34 5,062 Variabel laten pengalaman disusun oleh lima indikator yang masing-masing telah signifikan yaitu dilihat dari nilai T yang lebih besar dari 1,645. Kontribusi masing-masing indikator adalah positif antara 0,4 hingga 0,82 dengan varians eror antara 0,2 hingga 0,7. Reliabilitas variabel pengalaman adalah 0,81 yang artinya konsistenti indikator pembentuk adalah tinggi. Tabel 8 Analisis Konfirmatori Keprofesian
Hubungan Loading factor Varians eror Nilai T KPR-->F7 0,384 0,85 KPR-->F6 0,626 0,61 4,655 KPR-->F5 0,343 0,88 3,485 KPR-->F4 0,846 0,28 4,909 KPR-->F3 0,672 0,55 4,755 KPR-->F2 0,410 0,83 3,868 Variabel laten keprofesian terbentuk dari enam indikator yang dinyatakan signifikan dengan nilai T lebih besar dari 1,645. Kontribusi dari masing-masing indikator bernilai positif antara 0,3 hingga 0,85 dengan varians eror antara 0,1 hingga 0,45. Konsistensi masing-masing indikator dinyatakan tinggi dengan nilai 0,84. Tabel 9 Analisis Konfirmatori Kompetensi
Hubungan Loading factor Varians eror Nilai T KP-->KP1 KP-->KP2 KP-->KP3 KP-->KP4 KD-->KD1
0,506 0,594 0,387 0,612 0,459
0,74 0,65 0,85 0,63 0,79
4,554 3,661 4,576 -
Hubungan Loading factor Varians eror Nilai T KD-->KD2 0,265 0,93 2,830 KD-->KD3 0,690 0,52 4,893 KD-->KD4 0,553 0,69 4,583 KD-->KD5 0,442 0,8 4,078 KD-->KD6 0,481 0,77 4,275 Variabel kompetensi memiliki dua dimensi yaitu kompetensi diri dan kompetensi profesi. Indikator masingmaisng dimensi dinyatakan signifikan dengan nilai T berada di atas 1,645. Kontribusi masing-masing indikator bernilai positif antara 0,2 hingga 0,77 dengan varians eror antara 0,1 hingga 0,6. Konsistensi indikator pembentuk kompetensi adalah tinggi dengan nilai reliabilitasnya 0,92. Tabel 10 Analisis Konfirmatori Kepedulian
Hubungan Loading factor Varians eror Nilai T KM-->KM4 0,394 0,84 KM-->KM2 0,725 0,47 6,744 KM-->KM1 0,636 0,60 6,514 KM-->KK4 0,670 0,55 KM-->KK3 0,566 0,68 6,374 KM-->KK2 0,520 0,73 5,938 KM-->KK1 0,530 0,72 6,032 Variabel laten kepedulian memiliki dua dimensi yaitu pemberian materi dan komunikasi. Indikator dari dua dimensi dinyatakan valid dengan nilai T lebih dari 1,645. Kontribusi masing-masing indikator bernilai positif antara 05 dan 1 sedangkan varians eror berada antara 0,1 hingga 1. Nilai reliabilitas kepedulian adalah 0,89 yang menunjuk-kan tingginya konsistensi masing-masing indikator. C. Model Struktural Efikasi Mengajar Efikasi mengajar merupakan tujuan utama dari penelitian ini. Terdapat dua model efikasi mengajar yang dibandingkan yaitu model untuk guru non sertifikasi dan model efikasi mengajar guru yang telah bersertifikasi. Pembedaan menurut sertifikasi didasarkan pada salah satu kualifikasi guru dan dosen adalah sertifikasi. Hipotesis kelima menyatakan bahwa pengalaman dapat mempengaruhi efikasi mengajar secara langsung namun hasil yang didapat adalah sebaliknya. Pengalaman tidak dapat mempe-ngaruhi efikasi mengajar secara langsung namun dapat mempengaruhi kepedulian secara langsung. oleh karena itu hubungan antara pengalaman dan efikasi dihilangkan. Tabel 11 Nilai Estimasi Model Efikasi Guru Non Sertifikasi
Hubungan Keprofesian-->Kompetensi Pengalaman-->Kepedulian Kompetensi-->Kepedulian Kompetensi-->Efikasi Kepedulian-->Efikasi
Koefisien jalur γ11=0,795 γ22=0,457 η21=0,889 η31=-0,124 η32=0,983
Nilai T 2,705 1,530 3,507 -0,365 2,211
Model efikasi mengajar guru non sertifikasi memiliki dua hubungan tidak signifikan dan tiga lainnya signifikan. Hubungan yang tidak signifikan yaitu kompetensi dengan efikasi dan pengalaman dengan kepedulian. Dua hubungan tersebut memiliki nilai T kurang dari 1,645. Model ini menjelaskan kompetensi guru SD non sertifikasi belum dapat mengukur efikasi mengajar dan pengalaman yang dimiliki belum dapat menggambarkan kepeduliannya terhadap siswa.
5
β 32 = 0,983
Efikasi Mengajar (η 3 ) γ 22 = 0,457
Kepedulian (η 2 )
β 21 = 0,889
Keprofesian (ξ1 )
γ 11 = 0,795
Tabel 14 Nilai Estimasi Model Efikasi Guru Besertifikasi
Pengalaman (ξ 2 )
β 31 = −0,124
Kompetensi (η1 )
Gambar 1 Model Struktural Efikasi Mengajar Guru SD Nonsertifikasi
Terdapat dua hubungan tidak signifikan yaitu antara kompetensi dengan efikasi mengajar serta pengalaman dengan kepedulian. Hubungan tidak signifikan digambarkan menggunakan warna merah (2) garis berwarna merah. Penjelasan lebih lanjut terdapat dalam tabel 12. Tabel 12 Karakteristik Guru SD Nonsertifikasi
Variabel Golongan
Item Keterangan 2b-2d 24 persen 3a-3d 12 persen 4a-4b 04 persen Non PNS 60 persen Berdasarkan golongan kepegawaian guru non sertifikasi, guru honorer memiliki persentase tertinggi yaitu 60 persen. Posisi kedua adalah golongan 2 yaitu kurang dari 25 persen. Adanya guru honorer ini dapat dikarenakan tidak terangkatnya guru menjadi pegawai negeri, guru tidak lulus dalam seleksi kepega-waian atau guru tersebut masih menjalani proses perkuliahan tahap sarjana. Persentase guru non sertifikasi semakin kecil sejalan dengan golongan kepegawaian. Semakin tinggi golongan kepega-waian, maka semakin rendah jumlah non sertifikasi-nya. Pemerin-tah setempat hendaknya memperhatikan lagi guru yang belum diangkat sebagai pegawai negeri. Tabel 13 Karakteristik Guru Non Sertifikasi Berdasarkan Usia, Pendidikan dan Masa Mengajar
Masa 00-05 05-10 10-15 SMA 10 14 Diploma 8 4 2 <=30 Sarjana 6 8 Lebih dari 50 SPG/PGA persen. SMA 6 2 Diploma 2 2 30-35 Sarjana 2 SPG/PGA Jika dilihat dari golongan usia, maka guru dengan usia kurang dari 30 tahun memiliki masa mengajar kurang dari 10 tahun dengan 2 persen diantaranya memiliki masa mengajar 10-15 tahun. Guru pada golongan usia 30-35 tahun me-miliki masa mengajar 5-15 tahun. Jumlah total persentase guru kurang dari 35 tahun lebih dari 50 persen. Kategori pendidikan terakhir yang dienyam adalah Diploma, SMA dan Sarjana. Guru lulusan sarjana memiliki kualifikasi yang disyaratkan oleh UU tentang guru. Guru lulusan diploma dan SMA hendaknya berkurang di tahun-tahun depan dikarenakan syarat kualifikasi UU tentang guru adalah sarjana. Usia
Pend
Koefisien Varians Nilai T jalur eror Keprofesian-->Kompetensi γ11=0,692 0,48 3,296 Pengalaman-->Kepedulian γ22=0,783 1,00 3,834 Kompetensi-->Kepedulian η21=0,623 1,00 3,985 Kompetensi-->Efikasi η31=0,300 0,82 1,835 Kepedulian-->Efikasi η32=0,691 0,82 2,951 Hubungan antar variabel laten pada model struktural efikasi mengajar guru bersertifikasi adalah signifikan dengan nilai T lebih dari 1,645. Kontribusi dari masing-masing variabel bernilai positif antara 0,3 hingga 0,8 dengan varians eror antara 0,48 hingga 1. Model ini menunjukkan bahwa kompetensi dan kepedulian guru bersertifikasi dapat mengantarkan kepada efikasi daripada guru non sertifikasi. Selain itu pengalaman guru berserti-fikasi dapat digunakan untuk mengukur kepeduliannya terhadap siswa dan berujung pada efikasi mengajar. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya kompetensi yang tinggi dan jam mengajar serta pengalaman yang banyak. Hubungan
Tabel 15 Karakteristik Guru SD Bersertifikasi
Variabel Item Keterangan Pendidikan SMA 40,18 persen terakhir Diploma 07,14 persen sebelum jadi Sarjana 15,18 persen guru SPG/PGA 37,50 persen Guru bersertifikasi mayoritas adalah tamatan SMA, PGA dan SPG (lebih dari 70 persen). Dimungkinkan lulusan SMA (40,18 persen) adalah guru yang telah memiliki usia diatas 45 tahun, begitu pula dengan lulusan SPG/PGA. Guru bersertifikasi lulusan diploma dan sarjana kurang dari 25 persen, nilai tersebut kurang dari separuh guru dengan pendidikan terakhir SMA dan SPG. Tabel 16 Karakteristik Guru Bersertifikasi Berdasarkan Usia, Pendidikan dan Masa Mengajar
Masa 26-30 31-35 36-40 SMA 5,36 Diploma 0,89 0,89 46-50 Sarjana 2,68 0,89 SPG/PGA 8,93 0,89 SMA 8,93 8,93 1,79 Lebih dari 80 Diploma 1,79 persen. 51-55 Sarjana 2,68 1,79 SPG/PGA 5,36 11,61 SMA 5,36 2,68 Diploma 0,89 56-60 Sarjana 0,89 0,89 0,89 SPG/PGA 0,89 3,57 Tabel 16 menunjukkan bahwa lebih dari 80 persen guru bersertifikasi adalah golongan tua. Hal ini ditunjukkan dengan usia lebih dari 45 tahun dengan masa mengajar lebih dari 25 tahun. Informasi tersebut menunjukkan bahwa guru bersertifikasi dengan usia muda masih kurang. Di sisi lain, salah satu kualifikasi guru menurut peraturan Kementerian Pendidikan Nasional adalah sertifikasi. Oleh karenanya perlu perhatian lebih tentang sertifikasi dan pemerataan antara guru tua dan guru muda sebagai calon pengganti generasi. Usia
Pend
6
β 32 = 0,649
Efikasi Mengajar (η 3 ) γ 22 = 0,611
Kepedulian (η 2 )
β 21 = 0,792
Keprofesian (ξ1 )
γ 11 = 0,711
Pengalaman (ξ 2 )
β 31 = 0,325
Kompetensi (η1 )
Gambar 2 Modifikasi Model Struktural Efikasi Mengajar Guru Bersertifikasi
Gambar 2 merupakan gambar model struktural efikasi yang telah dimodifikasi. Masing-masing jalur hubungan adalah signifikan yang digambarkan dengan garis berwarna hitam. Rentetan angka yang berada di tengah-tengah gambar merupakan nilai korelasi dua varians eror yang ber-fungsi untuk meminimalisir eror. Penelitian ini tidak dapat mendukung penelitian Erawan (2011) yang mengatakan bahwa pengalaman dan persiapan pembelajaran berpengaruh langsung terhadap efikasi mengajar. Pengalaman berpengaruh tidak langsung terhadap efikasi dan berpengaruh langsung terhadap kepedulian. Kontribusi kompetensi terhadap efikasi lebih kecil daripada kontribusi kompetensi terhadap kepedulian. Hasil pengujian model struktural efikasi megajar menunjukkan bahwa model dapat diterima dengan tiga nilai uji kebaikan model telah berada di atas nilai cut off. Nilai RMSEA model adalah 0,039 (diterima jika kurang dari 0,08), nilai PGFI model adalah 0,602 (diterima jika lebih dari 0,6) dan nilai CFI adalah 0,950 (diterima jika lebih dari 0,9). Model akhir efikasi mengajar yang terbentuk adalah sebagai berikut. Kompetensi = 0,711Keprofesian Kepedulian = 0,611Kompetensi+0,792Pengalaman Efikasi = 0,325Kompetensi+0,649Kepedulian
V. KESIMPULAN DAN SARAN Perbedaan karakteristik guru non sertifikasi dan sertifikasi adalah adanya guru honorer (60 persen) pada kelompok non sertifikasi. Hasil analisis faktor konfirmatori efikasi mengajar tidak dapat mendukung hasil penelitian Moran dan Hoy dimana partisipa-si siswa tidak dapat mengukur efikasi mengajar (kontribusi kurang dari 0,3). Hasil efikasi mengajar menunjukkan bahwa indikator penentu dimensi dan variabel laten telah signifikan dengan kontribusi di atas 0,3. Satu hipotesis ditolak baik pada model efikasi mengajar guru bersertifikasi maupun guru non sertifikasi, yaitu hubungan linear langsung antara pengalaman dengan efikasi mengajar. Selain itu masing-masing hubungan linear antar variabel laten dalam model efikasi mengajar guru bersertifikasi telah valid dengan nilai statistik uji di atas 1,645. Berbeda dengan model guru bersertifiksi, dua hubungan tidak signifikan untuk model guru non sertifikasi yaitu antara kompetensi dengan efikasi (statisti uji -0,365) dan antara pengalaman dengan kepedulian (statistik uji 1,530). Hasil ini berbeda dengan penelitian Erawan (terdahulu).
Separuh guru bersertifikasi memiliki efikasi mengajar tinggi dan separuh lagi rendah serta tidak ada hubungan linear antara sertifikasi dengan efikasi mengajar. Guru nonsertifikasi dimana 60 persen diantaranya adalah guru honorer, perlu diberikan pelatihan khusus tentang keprofesian dan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru serta adanya pembimbingan lebih khusus agar hasil mengajar guru non sertifikasi dapat maksimal. Selain itu perlu diperhatikan pula tentang jabatan honorer dan PNS mengingat gaji dan kesejahteraan antara kedua jabatan tersebut adalah berbeda namun tanggung jawab di bawah naungan nama guru adalah sama (baik honorer maupun PNS). Penelitian selanjutnya hendaknya mampu menangkap lebih dalam perbedaan efikasi (tinggi, sedang dan rendah) antara guru non sertifikasi dengan guru bersertifikasi. Selain itu dapat memaksimalkan responden non sertifikasi untuk guru yang telah diangkat menjadi PNS. DAFTAR PUSTAKA [1] Baharuddin. Pendidikan dan Psikologi Perkembangan. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2010. [2] Caprara, Gian Vittorio, dkk. Teachers’ Self-Efficacy Beliefs as Determinants of Job Satisfaction and Students’ Academic Achievement: A Study at The School Level. 2006, School Psychology, pp. 473-490. [3] Erawan, Prawit. A Path Analysis for Factors Affecting Pre-Service Teachers' Teaching Efficacy. 2011, American Journal of Scientific Research, pp. 47-58. [4] Badan Pusat Statistik Jawa Timur. Hasil Sensus Penduduk 2010 Provinsi Jawa Timur, Data Agregat Per Kabupaten/Kota. Surabaya : s.n., 2010. [5] Wirawan, Oryza A. Pendidikan. Diunggah 19 September 2012. Diakses pada 1 Maret 2013 di http://beritajatim.com [6] Moran, Megan Tschannen and Hoy, Anita Woolfolk. Teacher Efficacy: Capturing An Elusive Construct. 2001, Teaching ans Teacher Education, pp. 783-805. [7] Skaalvik, Einar M and Skaalvik, Sidsel.Teacher SelfEfficacy and Teacher burnout: A Study of Relations. 2010, Teaching and Teacher Education, pp. 1059-1069. [8] Hadjam, M Noor Rochman and Widhiarso, Wahyu. Efikasi Mengajar Sebagai Mediator Peranan Faktor Kepribadian Terhadap Performasi Mengajar Guru. 2011, Humanitas, pp. 1-16. [9] Ilhamuddin, HMS Soekardi. Hubungan Kompetensi Pedagogik dengan Efektivitas Hasil Pembelajaran. 2008, Equilibrium, pp. 24-35. [10] Johari, Khalid, dkk. Pengaruh Jenis Latihan Guru dan Pengalaman Mengajar Terhadap Efikasi Guru Sekolah Menengah.. 2009, Jurnal Pendidikan Malaysia, pp. 3-14. [11] Laitao, Natalie and Waugh, Russell F. Students' Views of Teacher-Student Relationships in the Primary School. Fremantle : s.n., 2007. 37th Annual International Educational Research Conference. pp. 1-27. [12] Latan, Hengky. Structural Equation Modeling, Konsep dan Aplikasi Menggunakan Program LISREL 8.80. Bandung : Alfabeta, 2012. [13] Tabachnick, Barbara G and Fidell, Linda S. Using Multivariate Statistics, Fifth Edition. Northridge : Pearson Education Inc, 2007.