HUBUNGAN ANTARA KEBERSYUKURAN DENGAN EFIKASI DIRI PADA GURU TIDAK TETAP DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH NASKAH PUBLIKASI
Diajukan oleh:
ARRIJAL RIAN WICAKSONO F 100 090 117
Kepada : FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013
HUBUNGAN ANTARA KEBERSYUKURAN DENGAN EFIKASI DIRI PADA GURU TIDAK TETAP DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH
NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi
Diajukan oleh:
ARRIJAL RIAN WICAKSONO F 100 090 117
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013
ii
HUBUNGAN ANTARA KEBERSYUKURAN DENGAN EFIKASI DIRI PADA GURU TIDAK TETAP DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH Arrijal Rian Wicaksono Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Abstraksi Tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui kebersyukuran, tingkat efikasi diri, dan mengetahui hubungan antara kebersyukuran dengan efikasi diri guru tidak tetap di Sekolah Dasar (SD) Muhammadiyah di Surakarta. Populasi penelitian ini adalah guru tidak tetap (GTT) di SD Muhammadiyah di Surakarta yang berjumlah kurang lebih 200 GTT yang tersebar ke dalam 21 SD Muhammadiyah di Surakarta, dan pengambilan sampel dengan teknik cluster random sampling, dengan mengacak nama Sekolah dan menggunakan subjek pada Sekolah tersebut sampai mencapai 100 subjek. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini berupa analisis statistik dengan teknik korelasi product moment untuk mencari korelasi antara dua variabel yang terlibat yaitu kebersyukuran dan efikasi diri. Hasil penelitian menunjukkan kebersyukuran memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan efikasi diri pada guru tidak tetap (GTT) di SD Muhammadiyah di Surakarta diketahui dari nilai koefisien korelasi sebesar 0,610; p = 0,000 (p<0,01). Dengan demikian semakin tinggi kebersyukuran seseorang maka semakin tinggi efikasi dirinya, sebaliknya semakin rendah kebersyukuran maka semakin rendah efikasi dirinya. Berdasarkan hasil analisis diketahui variabel kebersyukuran mempunyai rerata empirik (RE) sebesar 70,23 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 52,5 yang berarti kebersyukuran pada subjek tergolong tinggi. Variabel efikasi diri diketahui rerata empirik (RE) sebesar 76,31 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 60 yang berarti kemampuan efikasi diri pada subjek tergolong tinggi. Sumbangan efektif (SE) variabel kebersyukuran terhadap efikasi diri sebesar 37,3% ditunjukan oleh koefisien korelasi (0,610) ² dikali 100%. Berarti masih terdapat 62,7% yang mempengaruhi efikasi diri diluar kemampuan variabel kebersyukuran. Kata kunci: kebersyukuran, efikasi diri, guru tidak tetap
1
dari kemampuan dan keyakinan diri
A. PENDAHULUAN Efikasi diri merupakan konsep
sendiri,
efikasi
diri
tidak
diri yang berkaitan dengan persepsi
mempertimbangkan
seseorang terhadap kemampuan dan
ataupun kegagalan dari suatu tindakan
keahlian
dalam
keadaan.
Hal
mempengaruhi
menghadapi
suatu
yang dilakukannya.
tersebut
akan
Efikasi
bagaimana
cara
keberhasilan
tergantung
kemampuan
pada
individu
dalam
berperilaku individu, pola pikir, serta
memandang suatu tugas atau masalah.
reaksi emosial yang dihadapi. GTT
Oleh
yang memiliki efikasi tinggi akan
individu yang berkemampuan tinggi,
memiliki
atas
memiliki efikasi yang lebih tinggi
pendapatannya
tentang belajar dibandingkan dengan
sehingga orang yang bersangkutan
individu yang berkemampuan rendah
tidak terlalu cemas dalam tindakan-
(Schunk,1994). Dari tulisan di atas
tindakannya, dapat merasa bebas dan
dapat disimpulkan bahwa efikasi diri
tidak terbebani akan pendapatan yang
tergantung dari kemampuan seseorang
rendah dan juga akan bertanggung
tersebut menilai secara kognitif, dapat
jawab dari apa yang dilakukannya.
melebihi, sesuai, ataupun dibawah
GTT dengan efikasi tinggi juga dapat
performansi
menghargai guru lain, semisal guru
Penilaian efikasi diri seseorang juga
tetap yang mempunyai penghasilan
ditentukan oleh pendapat dari orang
yang lebih tinggi dan menerimanya,
lain.
serta tidak iri dan memasalahkan
mempersepsikan itu penting. Seseorang
perbedaan pendapat dari pekerjaan dan
akan mengalami efikasi diri yang lebih
tanggung jawab yang sama. Penilain
tinggi bila diberitahu dirinya mampu
efikasi diri dari individu dapat dilihat
oleh
dari proses penarikan kesimpulan yang
Mekanisme
memperhatikan dan menitikberatkan
penjelasan bagaimana efikasi diri pada
kemampuan
perasaan dan
yakin
2
karena
itu
pada
atau
kemampuannya.
Kredibilitas
sumber
umumnya
orang
yang
efikasi
diri
yang
dipercaya. memuat
individu. Cara individu berperilaku,
menjadi
pola
pekerjaannya.
pikir
seseorang
emosional
yang
serta
mereka
reaksi
terpaksa
melakukan
alami
Dampak dari perasaan bersyukur
ditentukan oleh persepsi diri atas
dapat berkembang menjadi reaksi atau
efikasi yang berlangsung dalam diri
tanggapan
individu.
sikap. Oleh sebab itu, syukur
Seorang GTT yang mempunyai
yang
berwujud
sebuah dapat
mendorong manusia untuk menerima
efikasi diri akan dapat bertahan dalam
keadaan
pekerjaannya dan memiliki pola pikir
dalamnya konsep efikasi diri. Bandura
yang kuat serta yakin pada apa yang
(1997) berpendapat bahwa efikasi diri
dilakukannya.
adalah kemampuan umum yang terdiri
Rasa
kebersyukuran
yang
ada,
atas
efikasi diri pada GTT, seseorang akan
emosional dan perilaku, dan individu
bahagia dan mempunyai rasa terima
harus mampu mengolah aspek-aspek
kasih
dicapainya
itu untuk mencapai tujuan tertentu.
sehingga orang tersebut mau dan
Tetapi Bandura mengingatkan bahwa
mampu
efikasi
apa
untuk
pekerjaannya.
yang
bertahan Meskipun
pada dengan
diri
kognitif,
di
dapat menjadi landasan penting dalam
dari
aspek-aspek
termasuk
merupakan
sosial,
sebuah
instrumen multiguna karena konsep ini
pendapatan yang rendah serta faktor
tidak
eksternal yang kurang mendukung,
kemampuan,
seorang GTT yang memiliki rasa
menumbuhkan
kebersyukuran akan senantiasa bahagia
individu dapat melakukan berbagai hal
menjalani pekerjaannya serta dapat
dalam berbagai kondisi. Dengan kata
mempengaruhi bagaimana seseorang
lain, efikasi diri berlaku sebagai mesin
berperilaku setelahnya. Kurangnya rasa
pembangkit kemampuan manusia. Oleh
kebersyukuran tersebut akan membuat
karena itu, tidaklah mengherankan jika
individu merasa senantiasa kurang
seseorang memiliki efikasi diri yang
dalam berbagai hal. Orang tersebut
kuat, maka ia bermotivasi tinggi dan
kurang memiliki kemauan serta inisiatif
bahkan menunjukkan pandangan yang
untuk berusaha menjadi lebih baik dan
ekstrim
cenderung menerima apa adanya atau
situasi.
3
hanya
berkaitan namun
dalam
dengan
juga
mampu
keyakinan
bahwa
menghadapi
suatu
Robert A. Emmons (University
adalah sangat setuju. Hasil riset mereka
California)
E.
menunjukkan, bahwa rasa syukur itu
McCullough (University of Miami)
mempengaruhi kesejahteraan fisik dan
(2002), melakukan sebuah riset jangka
psikologis. Salah satunya adalah saat
panjang
John
orang yang mendokumentasikan rasa
Templeton Foundation, untuk menggali
syukurnya secara mingguan, mereka
dan mengumpulkan data ilmiah tentang
merasa hidupnya lebih baik dan lebih
sifat, penyebab dan konsekuensi rasa
optimis dalam menghadapi hari-hari
syukur terhadap
dan
berikutnya. Hasil yang lain, hanya
kesejahteraan manusia. Menurut hasil
dalam dua bulan, orang yang membuat
riset
daftar
of
yang
mereka
dan
didanai
Michael
oleh
kesehatan
itu,
rasa
syukur
syukur
lebih
mengalami
adalah faktor yang terlupakan dalam
kemajuan dalam mencapai sasaran dan
riset tentang kebahagiaan (McCullough
tujuan pribadi (akademis, hubungan
& Emmons, 2002). Menurut mereka,
interpersonal, kesehatan). Orang yang
para ilmuwan adalah pihak yang datang
bersyukur
terakhir
konsep
tingkatan yang lebih tinggi dalam
syukur. Sebaliknya, agamawan dan
emosi positif, kepuasan hidup, vitalitas,
para filsuf telah sangat lama berkutat
optimisme, dan lebih rendah dalam
dengannya, dan mendapati kenyataan
tingkat depresi atau stress.
bahwa
dalam
memahami
bersyukur
memiliki
sebentuk
Rasa syukur memperkaya rasa
manifestasi yang tidak bisa dipisahkan
bahagia dalam tingkatan yang lebih
dari standar moral. Rasa syukur juga
tinggi
merupakan komponen integral dari
negatif. Rasa “syukur” lebih membuat
kesehatan, pelengkap kekurangan, dan
bahagia
kesejahteraan. Dalam risetnya, kedua
kesedihan.
pakar itu menggunakan kuesioner GQ-
memposisikan barang-barang materi
6
sebagai tidak terlalu penting. Mereka
(Gratitude
adalah
dilaporkan
Questionnaire)
yang
dari
pada
daripada Orang
emosi
menghilangkan yang
bersyukur
terdiri dari enam item yang harus
lebih
dinilai oleh subjek penelitian dengan
bersama.
memberi skor mulai 1 sampai 7, di
mendengki kepada orang lain, dan
mana 1 adalah sangat tidak setuju dan 7
4
melihatnya
turunnya
Mereka
sebagai milik tidak
mudah
lebih menyukai berbagi dengan orang
berikut: Apakah ada hubungan antara
lain.
kebersyukuran dengan efikasi diri pada Dari uraian di atas dapat ditarik
kesimpulan
bahwa
Guru tidak tetap di Sekolah Dasar
kebersyukuran
mempengaruhi
sikap
efikasi
Kebersyukuran
mampu
Muhammadiyah?
diri.
menambah
Adapun
kekuatan keyakinan diri pada seseorang
adalah:
bahwa ia mampu untuk melakukan
1. Untuk
tujuan
penelitiannya
mengetahui
tingkat
tugas-tugas tertentu. Efikasi diri terdiri
kebersyukuran dari guru tidak
dari kognitif, sosial, perilaku dan
tetap
emosional, dimana aspek emosional
Muhammadiyah?
dapat
dipengaruhi
kebersyukuran
oleh yang
di
2. Untuk mengetahui tingkat efikasi
akan
diri dari guru tidak tetap di Sekolah Dasar Muhammadiyah?
seseorang.
3. Untuk efikasi
diri
Dasar
sikap
memunculkan efikasi yang tinggi pada
Penelitian
Sekolah
yang
antara
mengetahui
hubungan
kebersyukuran
dengan
dikorelasikan dengan kebersyukuran
efikasi diri pada Guru Tidak Tetap
belum ditemui, sehingga bisa dikatakan
di Sekolah Dasar Muhammadiyah.
bahwa penelitian ini baru dan peneliti merasa tertarik untuk melihat, apakah ada
korelasi
antara
B. METODE PENELITIAN
kebersyukuran
Populasi penelitian ini adalah
dengan efikasi diri pada GTT di
guru
Sekolah
Muhammadiyah.
Muhammadiyah di Surakarta yang
Semakin tinggi tingkat religiusitas
berjumlah kurang lebih 267 GTT yang
seseorang, rasa kebersyukuran dan
tersebar
keyakinan diri untuk bisa menghadapi
Muhammadiyah
berbagai
pengambilan sampel dengan teknik
Dasar
situasi
juga
semakin
tidak
tetap
ke
meningkat (McCullough & Emmons,
cluster
2002).
mengacak
(GTT)
dalam di
random nama
di
21
SD
Surakarta,
sampling, Sekolah
SD
dan
dengan dan
Dari penjelasan di atas penulis
menggunakan subjek pada Sekolah
membuat rumusan masalah sebagai
tersebut sampai mencapai 100 subjek.
5
Sementara
untuk
mengambil
60
try
orang
out
akan
sebaliknya
Guru
yang
kebersyukuran
mengajar pada SD Muhammadiyah
setiap
ada
penurunan
disertai
dengan
menurunnya efikasi diri pada GTT.
yang tidak termasuk dalam sampel
Hasil penelitian ini secara umum
penelitian dan akan di ambil dengan
mendukung
cara yang sama yaitu cluster random
dikemukakan oleh Bandura (1997)
sampling. teknik analisis data yaitu
yang mengatakan bahwa efikasi diri
teknik
adalah kemampuan umum yang terdiri
korelasi
Product
Moment.
pendapat
aspek-aspek
yang
Syarat menggunakan teknik korelasi
atas
kognitif,
sosial,
Product Moment dari Pearson.
emosional, dan perilaku, dan individu harus mampu mengolah aspek-aspek
C. HASIL
PENELITIAN
itu untuk mencapai tujuan tertentu
DAN
berupa kesejahteraan diri. Hasil riset
PEMBAHASAN Penelitian yang dioalah dengan
dari McCullough dan Emmons (2002)
menggunakan analisis product moment
menunjukan
menunjukan bahwa ada hubungan yang
mempengaruhi kesejahteraan baik fisik
positif antara kebersyukuran dengan
ataupun
efikasi diri pada guru tidak tetap di SD
mampu menambah kekuatan keyakinan
muhammadiyah. Hal ini menunjukan
diri pada seseorang bahwa ia mampu
bahwa semakin tinggi kebersyukuran
untuk melakukan tugas-tugas tertentu.
maka semakin tinggi pula efikasi diri,
Efikasi diri terdiri dari kognitif, sosial,
dan
rendah
perilaku dan emosional, dimana aspek
kebersyukuran maka efikasi diri pada
emosional dapat dipengaruhi oleh sikap
GTT juga semakin rendah.
kebersyukuran
sebaliknya
semakin
Ada hubungan yang positif antara
rasa
syukur
psikologis.
dapat
Kebersyukuran
yang
akan
memunculkan efikasi yang tinggi pada
kebersyukuran dengan efikasi diri pada
seseorang.
guru tidak tetap di SD Muhammadiyah
kebersyukuran yang semakin tinggi
karisidenan Surakarta cukup jelas,
dapat menumbuhkan efikasi diri yang
artinya
semakin baik.
setiap
ada
peningkatan
Dengan
demikian
kebersyukuran akan disertai dengan
Seorang guru harus memiliki
meningkatnya efikasi diri pada GTT,
efikasi diri yang tinggi sehingga dapat
6
bertahan dan menyesuaikan dengan
dapat menjadi landasan penting dalam
lingkungan kerja yang penuh dengan
efikasi diri pada GTT, seseorang akan
tekanan dan konflik. Gibson dan Denbo
bahagia dan mempunyai rasa terima
(dalam
kasih
Bandura,
1997)
dari
apa
yang
dicapainya
mengungkapkan bahwa guru dengan
sehingga orang tersebut mau dan
efikasi diri yang tinggi dapat mengatasi
mampu
masalah dan memperlakukan siswa
pekerjaannya.
untuk
bertahan
pada
dengan tepat. Sebaliknya guru dengan
Perhitungan mean empirik pada
efikasi yang rendah tidak mampu
variabel efikasi diri sebesar 76,31 dan
berbuat banyak kepada siswa dan tidak
mean hipotetik sebesar 60 yang berarti
bisa bertahan dalam suatu keadaan.
bahwa efikasi diri termasuk tinggi.
Sehingga efikasi diri yang tinggi dapat
Kondisi
meningkatkan
diinterpretasikan
keberhasilan
seorang
guru.
tinggi
ini
dapat
bahwa
subjek
penelitian pada dasarnya Peran guru ini begitu komplek
memiliki
sikap yang terbentuk dari aspek efikasi
dan penuh dengan tanggung jawab
diri yaitu Magnitude
sehingga jika dalam melaksanakan
Individu akan melakukan tindakan
tugas timbul ketidak sesuaian dan
yang
ketidak seimbangan dalam berinteraksi
dilaksanakannya dan akan mereduksi
dengan
pekerjaannya
tugas-tugas yang diperkirakan di luar
maka guru dengan efikasi diri tinggi
batas kemampuan yang dimilikinya.
akan
Generality dengan pengertian beberapa
aspek-aspek
menilai
dirinya
mampu
dirasakan
yang berarti
mampu
untuk
menghadapi tantangan, menghargai dan
pengalaman
menganggap dirinya mampu bertahan
menimbulkan
dalam lingkungan. Guru dengan efikasi
pengharapan pada bidang tugas atau
diri yang tinggi akan bekerja lebih
tingkah laku yang khusus sedangkan
keras dan melakukan perannya dengan
pengalaman
baik. Sedangkan guru dengan efikasi
keyakinan
diri yang rendah akan mudah merasa
tugas. Strength Aspek yang berkaitan
gagal dan tidak mampu bertahan dalam
dengan
suatu keadaan. Rasa kebersyukuran
seorang individu.
7
berangsur-angsur penguasaan
lain yang
kuat
terhadap
membangkitkan meliputi
lemahnya
berbagai
keyakinan
Sedangkan mean empirik pada
D. PENUTUP
variabel kebersyukuran sebesar 70,23
Berdasarkan hasil penelitian dan
dan mean hipotetik sebesar 52,5 yang
pembahasan
berarti
sebelumnya, dapat diambil kesimpulan
bahwa
kebersyukuran
juga
termasuk tinggi. Kondisi tinggi ini
sikap
yang
terbentuk
Ada
memiliki dari
telah
diuraikan
bahwa :
dapat diinterpretasikan bahwa subjek penelitian pada dasarnya
yang
hubungan
positif
yang
sangat signifikan antara kebersyukuran
aspek
dengan efikasi diri pada GTT di SD
kebersyukuran yaitu mengenal nikmat,
Muhammadiyah, ditunjukan oleh nilai
menerima nikmat, dan memujia Allah
koefisien korelasi sebesar 0,610; p =
atas pemberian nikmat.
0,000 (p<0,01) artinya ada hubungan
Sumbangan efektif (SE) variabel
positif yang sangat signifikan antara
kebersyukuran terhadap efikasi diri
kebersyukuran dengan efikasi diri.
sebesar
Semakin
37,3%
ditunjukan
oleh
tinggi
kebersyukuran
koefisien korelasi (0,610) ² dikali
seseorang maka semakin tinggi efikasi
100%. Berarti masih terdapat 62,7%
dirinya, sebaliknya semakin rendah
yang mempengaruhi efikasi diri diluar
kebersyukuran maka semakin rendah
kemampuan variabel kebersyukuran
efikasi dirinya.
seperti persepsi diri, sikap, pengalaman
1. Tingkat sikap kebersyukuran pada
individu, peran individu dan intensif
subjek tergolong tinggi. Hal ini
eksternal.
ditunjukkan oleh rerata empirik
Dalam penelitian ini terdapat kelemahan-kelemahan
antara
sebesar
lain
70,23
sedangkan
rerata
hipotetik sebesar 52,5.
peneliti tidak melakukan observasi
2. Tingkat sikap efikasi diri pada
terhadap guru ketika mengisi skala
subjek tergolong rendah. Hal ini
karena
ditunjukkan oleh rerata empirik
dalam
mengisi
skala
diperbolehkan untuk dibawa pulang
sebesar
sehingga
hipotetik sebesar 60.
peneliti
tidak
menjamin
apakah dalam mengisi skala dilakukan
76,31
sedangkan
rerata
3. Peranan atau sumbangan efektif
dengan serius.
kebersyukuran terhadap efikasi diri sebesar 37,3%. Hal ini berarti masih
8
terdapat 62,7% variabel lain yang
yang bersifat rohani serta memberikan
dapat mempengaruhi efikasi diri di
tunjangan finansial kepada GTT agar
luar variabel kebersyukuran.
taraf
Saran yang dapat disampaikan
tercukupi dan dapat menjadi tenaga
Bagi Guru Tidak Tetap, agar
ekonomi
pada
GTT
dapat
pengajar yang berkualitas.
selalu berusaha bersyukur dengan apa
Penelitian ini menggunakan try
yang dipunyai sekarang dan tidak lupa
out
kepada populasi yang tidak
untuk berterimakasih kepada Allah
menjadi
SWT dengan apa yang diberikan-Nya,
tergolong mendekati populasi yang
tetap mempunyai tingkat efikasi diri
sesungguhnya, yaitu Guru di SD
yang tinggi dengan menjadi guru yang
Muhammadiyah di Surakarta, sehingga
profesional dan tetap fokus pada
untuk peneliti berikutnya uji coba skala
tanggung jawab yang dihadapi, serta
diharapkan langsung kepada target
guru yang tingkat efikasi diri yang
populasi yang sesungguhnya.
kriteria,
namun
masih
Bagi peneliti selanjutnya yang
tinggi hendaknya membagi kisah dan cara-cara agar mampu bertahan kepada
tertarik pada persoalan GTT maupun
rekan-rekan guru yang tingkat efikasi efikasi
dirinya masih rendah. Tidak serta merta pasrah
terhadap
suatu
diri
disarankan
untuk
memperhatikan faktor-faktor lain selain
keadaan,
meningkatkan kualitas diri dan status
kebersyukuran
yang
mempengaruhi
ekonomi dengan berusaha lebih keras efikasi diri. Selain itu ditambahkan
di bidang lain tanpa mengenal kata menyerah
dengan
catatan
metode observasi dan wawancara untuk
tidak
mengganggu kegiatan mengajar.
mendalami fenomena kebersyukuran
Bagi Pemerintah, dalam hal ini dan efikasi diri.
majelis Muhammadiyah serta Dinas Pendidikan
Nasional
agar
lebih
memperhatikan dan memantau tenaga GTT sebagai pengajar sehingga dapat meningkatkan efikasi diri dengan cara memberikan penyuluhan dan creamah
9
E. DAFTAR PUSTAKA Bandura, A. (1997). Self Efficacy : The Exercise of control. New York: Freemanand Company.
McCullough, M. E., Emmons. R. A., & Tsang, J. (2002). The grateful disposition: A conceptual and empirical topography. Journal of Personality and Social Psychology. Vol. 82, No. 1.
McCullough, M. E., & Emmons. R. A. (2002). “Highlights of research project on grateful and thankfulness: dimensions and perspectives of gratitude”. Journal of Personality and Social Psychology. Vol. 82, No. 1.
Schunk, D. H. (1994). Self-efficacy development in adolescence. Self-efficacy beliefs of adolescents. Journal of Personality and Social Psychology. Vol. 2, No. 12.
10