HUBUNGAN ANTARA HUKUMAN DENGAN HARGA DIRI PADA SISWA SEKOLAH DASAR
Mercy Brigitha Kristiyanto dan Praharesti Eriany Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara hukuman dengan harga diri pada siswa sekolah dasar. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu “Ada hubungan negatif antara hukuman yang diterima dengan harga diri pada siswa sekolah dasar”. Semakin sering hukuman diterima anak maka semakin rendah harga diri pada siswa sekolah dasar. Sebaliknya, semakin jarang hukuman diterima anak, maka semakin tinggi harga diri siswa sekolah dasar. Populasi penelitian ini adalah siswasiswi kelas V SD Kanisius Tlogosari Kulon Semarang. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan menggunakan skala pada masingmasing variabel. Metode analisis data menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Carl Pearson. Hasil analisis data diperoleh koefisien korelasi r xy = -0,274 dengan p < 0,05. Hal ini menunjukkan adanya hubungan negatif yang signifikan antara hukuman yang diterima dengan harga diri. Semakin sering anak menerima hukuman, maka semakin rendah harga diri. Dengan demikian, hipotesis penelitian ini diterima. Kata Kunci: Hukuman, Harga Diri
LATAR BELAKANG MASALAH Anak-anak pada usia 6-12
age),
dimana
mengalihkan
anak perhatian
mulai dan
tahun adalah anak-anak yang berada
hubungan intim dari keluarga ke
pada tahap perkembangan masa
kerja sama antar teman. Anak-anak
sekolah. Masa sekolah merupakan
pada masa ini akan menghabiskan
suatu tahapan dimana seorang anak
lebih banyak waktu dengan teman
mulai mempelajari dan memupuk
sebaya mereka. Maka dari itu, anak-
apapun yang terjadi pada masa
anak dihinggapi ketakutan akan
sebelumnya
masa
kegagalan dan ejekan teman. Bila
depannya. Tahapan usia ini disebut
pada masa ini ia sering gagal dan
untuk
bekal
juga sebagai usia kelompok (gang
merasa cemas, akan tumbuh rasa
berbicara, maupun cara bertingkah
rendah diri (Gunarsa, 2008, h.13).
laku (Gunarsa, 2008, h.14-15).
Menurut Hurlock, anak-anak
Harga diri masa kanak-kanak
usia sekolah dasar harus memiliki
akhir sekolah dasar lebih rendah
berbagai keterampilan untuk dapat
dibandingkan
memenuhi tugas perkembangannya,
awal sekolah dasar. Anak-anak yang
seperti keterampilan menolong diri
lebih tua menilai diri mereka sendiri
sendiri
skills),
sebagai kurang cerdas, kurang baik,
keterampilan bantuan sosial (social-
dan kurang bekerja keras daripada
help skills), keterampilan sekolah
anak-anak
(school skills), dan keterampilan
(Santrock, 2002, hal.350).
bermain (play skills). Keterampilan-
Berdasarkan
(self-help
keterampilan seorang
tersebut
anak
dimiliki
sebagai
bekal
masa
yang
kanak-kanak
lebih
muda
wawancara
singkat dengan guru wali kelas V A SD
Kanisius
Tlogosari
Kulon
pembentukan harga dirinya. Harga
Semarang pada hari Selasa tanggal
diri yang positif akan memudahkan
19 Februari 2013 pukul 12.30 di
seorang anak dalam menyesuaikan
ruang
diri dengan lingkungannya. Selain
dalam kaitannya dengan harga diri,
itu, dalam segi emosi, anak-anak
ada beberapa siswa kelas V A yang
pada
belajar
memiliki harga diri yang rendah,
emosinya
misalnya pasif di kelas, minder,
usia
ini
mengendalikan
mulai reaksi
guru,
mengatakan
dengan berbagai cara atau tindakan
dipojokkan
yang dapat diterima lingkungannya.
sebayanya, terlalu takut mengambil
Pada akhir masa sekolah, tujuan
resiko, tidak berani menghadapi
utama
tantangan, takut salah, dan menjadi
anak-anak
adalah
diakui
malas
sehingga
anak-anak
cenderung
psikologis dari gurunya (misalnya
menuruti
aturan
teman-
dimarahi atau disindir). Menurut
temannya dibandingkan aturan dari
beliau, anak-anak dengan ciri-ciri
orang
cara
seperti di atas juga nampak di tiap
berpakaian, cara berdandan, cara
kelas mulai kelas IV. Di kelas III
tuanya,
misalnya
diberi
teman-teman
sebagai anggota suatu kelompok,
dari
bila
oleh
bahwa
hukuman
Sejumlah
gejala seperti ini belum terlalu
penelitian
nampak jelas. Ditambahkan juga
menunjukkan
bahwa peranan teman-teman sebaya
orangtua
juga penting bagi harga diri anak.
pemberian hukuman (fisik) adalah
Usia kelas IV-V SD lebih senang
hal yang wajar untuk mendidik anak
meniru apa yang dilakukan oleh
(Vivi,
teman-teman
penelitian
kelompoknya
agar
bahwa
65-75%
menganggap
2012).
bahwa
Bahkan
menurut
Murray
Strauss
dapat dianggap dan diterima oleh
mengindikasikan bahwa di tahun
kelompoknya tersebut.
1995, satu dari empat orang tua di pengalaman
Amerika Serikat memukul anak
penulis menjadi asisten di Pusat
mereka dengan menggunakan objek
Pelayanan Gangguan Perkembangan
tertentu, tidak hanya dengan tangan
Anak
kosong (Ember dan Ember, 2005).
Berdasarkan
(P2GPA)
Semarang
pada
tahun 2013, ada dua anak memiliki
Pemberian
harga diri rendah yang berkaitan
banyak dipilih oleh orang tua untuk
dengan penerimaan hukuman. Salah
menghentikan perilaku anak yang
satu
tidak
diantaranya
perempuan
hukuman
diinginkan
nampaknya
dengan
cepat.
berinisial F kelas V SD, perempuan,
Namun tidak banyak orang tua yang
menjadi anak yang pemalu dan
menduga
terlalu berhati-hati ketika ia diminta
dampak negatif yang luar biasa
untuk
bahwa
ada
dampak-
puzzle.
Anak
parah yang menyangkut kondisi
“takut
salah,
psikologis anak itu sendiri. Apabila
karena kalau salah nanti dihukum”,
hal ini dibiarkan terus-menerus,
begitu penuturannya. Anak yang lain
maka anak tersebut tidak dapat
lagi berinisial B kelas V SD,
memenuhi tugas perkembangannya
perempuan, menjadi murung dan
dengan optimal karena anak akan
tertutup. Menurut penuturan ibunya,
selalu dibayang-bayangi hukuman
didikan ayahnya sangat keras. Tidak
yang pernah diterimanya sehingga
jarang
anak
menyusun
tersebut
hukuman
mengaku
ayahnya seperti
dibentak-bentak.
memberikan dipukul
dan
terlalu
berhati-hati
untuk
melakukan sesuatu, bahkan tidak berani mencoba hal baru dengan
alasan
takut
dihukum
jika
kegagalan
mendorong
mereka
melakukan kesalahan. Kenyataan ini
dengan harga diri yang rendah untuk
diperkuat dengan hasil penelitian
memfokuskan diri pada kelemahan
yang telah dilakukan oleh Andrew
anak-anak. Sebaliknya, anak-anak
Grogan-Kaylor, bahwa sedikit saja
dengan harga diri yang tinggi akan
hukuman fisik yang diterima oleh
memfokuskan diri pada kekuatan
anak,
berpengaruh
mereka (Baron dan Byrne, 2004, hal.
terhadap peningkatan perilaku anti-
177-178). Dengan demikian, seorang
sosialnya (Grogan-Kaylor, 2004).
anak yang memiliki harga diri
maka
akan
Memasuki kehidupan sekolah
rendah
akan
kesulitan
untuk
dasar tentu tidak lepas dari peran
memenuhi
tugas-tugas
guru.
perkembangannya.
Sebaliknya,
Sikap,
perlakuan,
dan
diberikan
guru
seorang anak yang memiliki harga
kepada siswa akan berpengaruh pada
diri tinggi akan dapat memenuhi
harga diri siswa. Saat ini, guru
tugas
memang
diperkenankan
optimal. Dari uraian-uraian yang
memberikan hukuman fisik pada
telah dipaparkan di atas, penulis
siswanya
sering
tertarik untuk mengetahui hubungan
secara
antara hukuman dengan harga diri
hukuman
yang
tidak
tetapi
memberikan psikologis melakukan dimarahi,
masih
hukuman kepada
siswa
kesalahan diingatkan
yang
perkembangannya
dengan
pada siswa sekolah dasar.
seperti maupun
HUBUNGAN ANTARA
disindir agar tidak mengulanginya.
HUKUMAN DENGAN HARGA
Namun ternyata hukuman psikologis
DIRI
dari guru dapat membuat anak malu
Anak-anak usia sekolah dasar
dan kecil hati. Terkadang anak juga
dituntut
menjadi pasif dan tidak memiliki
keterampilan yang berguna bagi
inisiatif.
perkembangan harga dirinya. Harga
Peristiwa
negatif
dalam
memiliki
diri yang tinggi dapat membantu
hidup memiliki efek negatif terhadap
seorang
harga
tugas-tugas
diri.
Sebuah
pengalaman
berbagai
anak
dalam
memenuhi
perkembangannya.
Namun menurut Santrock (2002,
bahwa
hal.350), harga diri masa kanak-
mengakibatkan
kanak akhir sekolah dasar lebih
down dan buruk. Ada tiga efek
rendah dibandingkan masa kanak-
negatif hukuman yang dapat muncul
kanak awal sekolah dasar, dan anak-
yang disebut dengan three R’s of
anak yang lebih tua menilai diri
punishment, yaitu Rebellion (balas
mereka
kurang
dendam), revenge (pemberontakan),
cerdas, kurang baik, dan kurang
Retreat yang dapat berwujud dua
bekerja keras daripada anak-anak
bentuk: harga diri yang rendah dan
yang
sikap tidak jujur.
sendiri
lebih
sebagai
muda.
Menurut
hukuman
seringkali
seseorang
merasa
2007)
Coon dan Mitterer (2009, hal.
Tinggi-rendahnya harga diri anak
125) menambahkan bahwa harga diri
dapat dipengaruhi oleh berbagai
yang rendah berhubungan dengan
faktor, yaitu lingkungan keluarga,
penerimaan
lingkungan
hukuman fisik. Cara yang terbaik
Koentjoro
(dalam
Paijo,
sosial,
lingkungan
adalah
psikologis, dan jenis kelamin. Lingkungan merupakan
keluarga
tempat
bersosialisasi
hukuman,
meminimalisir
terutama
pemberian
hukuman. Orangtua yang memilih menggunakan
hukuman
sebagai
pertama bagi seseorang. Hal ini
sarana untuk mendisiplinkan anak,
berkaitan dengan sikap orang tua
ternyata
yang
cukup serius. Anak yang sering
dalam
merupakan
faktor
pembentukan
penting
harga
diri.
memiliki dampak
yang
dihukum tentu saja tidak akan
Sikap orangtua yang keras, sering
menyukainya
tetapi
harus
memberikan
hukuman,
tidak
menerimanya.
Mereka
akan
memberikan
penghargaan
akan
memandang dirinya buruk. Hal ini
anak
tentu
mempengaruhi
harga
diri
menjadi rendah (Koentjoro dalam
dirinya.
Paijo,
2007).
Koentjoro
ini
saja
merendahkan
Orangtua
lebih
harga sering
Pendapat
dari
memberitahu anak apa yang tidak
dikuatkan
oleh
boleh dilakukan daripada apa yang
pendapat dari Soetjiningsih (2012,
seharusnya
hal.
jangan berlari, jangan teriak-teriak.
245-246)
yang
mengatakan
dilakukan,
misalnya
Padahal jika orangtua melakukan itu,
Dari paparan di atas dapat
anak akan merasa bahwa mereka
diambil kesimpulan bahwa terdapat
selalu berperilaku buruk. Hal ini
hubungan antara hukuman dengan
tentu tidak baik untuk perkembangan
harga diri pada siswa sekolah dasar.
harga dirinya (Lichtman, 2011, hal. 65).
HIPOTESIS Hukuman
membuat
Hipotesis
anak
yang
diajukan
merasa bersalah atas apa yang telah
dalam penelitian ini yaitu “Ada
dilakukannya
yang
hubungan negatif antara hukuman
yang
yang diterima dengan harga diri
dihukum memandang orangtuanya
pada siswa sekolah dasar”. Semakin
tidak adil. Di waktu yang sama, hal
sering hukuman yang diterima maka
ini berdampak pada harga dirinya
semakin rendah harga diri pada
yang hancur. Anak merasa dihina,
siswa sekolah dasar. Sebaliknya,
dipermalukan,
semakin
tidak
maupun apa
dilakukannya.
Anak
diremehkan,
tidak
jarang
hukuman
yang
berguna, dan buruk. Satu hal yang
diterima, maka semakin tinggi harga
dipahami anak bahwa ia harus
diri siswa sekolah dasar.
melakukan apa yang dikehendaki orangtuanya,
dan
melupakan
keinginan pribadinya (Mckay dan
METODE PENGUMPULAN DATA Metode
Fanning, 2008, hal. 575).
pengumpulan
data
Bentuk hukuman ada dua,
pada penelitian ini adalah skala yang
yaitu hukuman fisik dan hukuman
terdiri dari skala harga diri dan skala
psikologis. Contoh hukuman fisik
hukuman. Skala harga diri terdiri
seperti
menampar,
dari tiga komponen harga diri yaitu
contoh
perasaan diterima, perasaan mampu
memukul.
mencubit, Sedangkan
hukuman psikologis seperti omelan,
dan
ancaman,
kritikan,
sindiran,
pernyataan disediakan 4 alternatif
cemoohan
(Hasibuan
dalam
jawaban yaitu Sangat Sesuai, Sesuai,
Suherman, 2012).
perasaan
berharga.Setiap
Tidak Sesuai dan Sangat Tidak Sesuai dengan jumlah 30 aitem.
Skala hukuman terdiri dari dua
2. Hukuman yang Diterima : adalah
bentuk hukuman yaitu hukuman
suatu
fisik (dari orangtua, guru, teman)
menyenangkan dalam bentuk fisik
dan
maupun psikologis yang bertujuan
hukuman
psikologis
(dari
konsekuensi
yang
tidak
orangtua, guru dan teman) dengan
untuk
jumlah 30 aitem. Setiap pernyaan
menghentikan perilaku yang idak
disediakan 4 alternatif jawaban yaitu
diharapkan.
Sangat Sering, Sering, Jarang dan
menggunakan skala yang disusun
Tidak Pernah.
berdasarkan bentuk hukuman yaitu
METODE PENELITIAN Variabel dalam penelitian ini ada dua, yaitu variabel tergantung dan
variabel
tergantung adalah
bebas.
dalam
harga
atau
Diungkap
hukuman
fisik
psikologis.
Semakin
dengan
dan
hukuman tinggi
skor
maka semakin sering hukuman yang diterima.
Variabel
penelitian
diri,
mengurangi
ini
SUBJEK PENELITIAN Populasi dalam penelitian ini
sedangkan
variabel bebas dalam penelitian ini
adalah
adalah hukuman.
Kanisius Tlogosari Kulon Semarang.
1.
Harga
Diri
:
adalah
suatu
siwa-siswi
Karakteristik
kelas
V
populasi
SD
dalam
penilaian individu mengenai dirinya
penelitian ini yaitu Siswa-siswi kelas
sendiri secara menyeluruh
V SD Kanisius Tlogosari Kulon
bersifat evaluatif dimensi
positif
yang
dalam rentang hingga
negatif.
Semarang,
tidak
mengikuti
preliminary try out, hadir pada saat
Diungkap dengan skala yang disusun
penulis
berdasarkan komponen harga diri
Pengambilan
yaitu : perasaan diterima, perasaan
menggunakan metode sensus.
mampu
dan
perasaan
subyek
penelitian. penelitian
berharga.
Semakin tinggi skor maka harga dirinya semakin tinggi, begitu pula sebaliknya.
melakukan
METODE ANALISIS DATA Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik
korelasi Product Moment dari Carl
menunjukkan
Pearson.
tersebut
bahwa
membentuk
hubungan garis linier
dengan nilai F linier sebesar 4,719 dengan p < 0,05.
HASIL PENELITIAN Uji
dilakukan
Setelah melakukan uji asumsi,
Teknik
maka selanjutnya dilakukan analisis
Kolmogorov Smirnov Test (K-SZ)
uji hipotesis dengan menggunakan
dan dengan menggunakan alat bantu
Teknik Korelasi Product Moment
komputer yaitu program Statictical
dibantu
Packages for Social Science (SPSS)
Packages for Social Science (SPSS)
for
13.0.
for
skor
Berdasarkan
dengan
normalitas menggunakan
Windows
Pengujian
Release
normalitas
pada
program
Windows
Statictical
Release
hasil
13.0.
analisis
data
variabel hukuman sebesar 0,945 dan
diperoleh koefisien korelasi sebesar
pengujian
r xy = -0,274 dengan p < 0,05. Hal ini
normalitas
pada
skor
variabel harga diri sebesar 0,945.
menunjukkan
Hal ini berarti data kedua variabel
negatif
dinyatakan berdistribusi normal.
hukuman
adanya
yang
hubungan
signifikan
antara
diterima
dengan
yang
Selain uji normalitas, asumsi
harga diri. Semakin sering hukuman
yang harus dipenuhi dalam teknik
yang diterima, maka semakin rendah
regresi adalah uji linieritas. Uji
harga
linieritas dilakukan dengan teknik uji
hipotesis penelitian ini diterima.
F linier
menggunakan
alat
diri.
Dengan
bantu
komputer yaitu program Statictical
PEMBAHASAN
Packages for Social Science (SPSS)
Hasil
for
Windows
Pengujian terhadap hubungan dengan
model antara variabel
pengujian
hipotesis
13.0.
dalam penelitian ini menunjukkan
dilakukan
nilai Product Moment sebesar -0,274
Release
linieritas
demikian,
hubungan
yaitu
dengan p < 0,05. Dengan demikian
variabel
bebas
hasil
tergantungnya.
ini
korelasi
menunjukkan
negatif hukuman
yang yang
adanya signifikan
Hasil pengujian linieritas hubungan
antara
diterima
antara hukuman dengan harga diri
dengan harga diri. Semakin sering
hukuman
yang
diterima
siswa
harga dirinya yang hancur. Anak
sekolah dasar, maka akan semakin
merasa
rendah harga dirinya. Sebaliknya,
diremehkan,
semakin
buruk (Mckay dan Fanning, 2008,
jarang
hukuman
yang
diterima siswa sekolah dasar, maka
dihina,
dipermalukan,
tidak
berguna,
dan
hal. 575). Menurut
akan semakin tinggi harga dirinya.
Gunawan
dan
dengan
Setyono (2006, hal. 57), ada dua
pendapat dari Soetjiningsih (2012,
karakteristik harga diri, yaitu harga
hal. 245-246)
diri rendah dan harga diri tinggi.
Hal
ini
sesuai
yang mengatakan
bahwa salah satu efek negatif dari
Karakteristik
hukuman adalah harga diri yang
memiliki harga diri rendah seperti
rendah. Orangtua
tidak
menggunakan
yang memilih
hukuman
sebagai
anak-anak
percaya
tanggung
diri,
jawab,
menghindari
tidak
disiplin,
sarana untuk mendisiplinkan anak
perilaku
ternyata
memiliki dampak
yang
marah, merasa bersalah, cemburu,
cukup
serius.
akan
tertekan, menghindari resiko), tidak
Anak
tidak
yang
ada
tentu
harga
Sedangkan karakteristik anak-anak
sering
yang memiliki harga diri tinggi
memberitahu anak apa yang tidak
seperti keyakinan diri besar, penuh
boleh dilakukan daripada apa yang
tanggung jawab, disiplin, perilaku
seharusnya dilakukan, sehingga anak
produktif (ramah, pemaaf, sopan,
akan merasa bahwa mereka selalu
mendukung,
berperilaku buruk (Lichtman, 2011,
resiko), tujuan spesifik / arah jelas.
dirinya.
merendahkan
Orangtua
lebih
/
tidak
(takut,
memandang dirinya buruk. Hal ini saja
tujuan
produktif
berani
Hukuman
hal. 65). Hukuman
membuat
anak
ada
arah.
mengambil
memberikan
sumbangan efektif terhadap harga
merasa bersalah atas apa yang telah
diri
dilakukannya
yang
menunjukkan
yang
dipengaruhi oleh hukuman yang
dihukum memandang orangtuanya
diterima sebesar 7,5%. Hasil tersebut
tidak adil. Hal ini berdampak pada
sesuai dengan yang dikemukakan
tidak
maupun apa
dilakukannya.
Anak
sebesar
7,5%. bahwa
Hal
ini
harga
diri
oleh Koentjoro (dalam Paijo, 2007)
psikologis memiliki korelasi dengan
bahwa lingkungan keluarga dapat
harga diri sebesar 0,275. Hal ini
mempengaruhi pembentukan harga
dapat disimpulkan baik hukuman
diri
keluarga
fisik maupun hukuman psikologis
bersosialisasi
memiliki pengaruh yang relatif sama
pertama bagi seseorang. Hal ini
kuat terhadap harga diri siswa-siswi
berkaitan dengan sikap orang tua
kelas V SD Kanisius Tlogosari
yang
Kulon Semarang.
anak.
Lingkungan
merupakan
dalam
tempat
merupakan
faktor
pembentukan
penting
harga
Demikian
diri.
juga
dengan
Sikap orangtua yang keras, sering
korelasi antara hukuman dengan
memberikan
hukuman
akan
masing-masing komponen harga diri
mempengaruhi
harga
anak
dapat dihitung berdasarkan data
diri
menjadi rendah. Sedangkan 92,5%
yang
yang lain dipengaruhi oleh faktor-
korelasi dengan komponen harga diri
faktor
jenis
“Perasaan Diterima” sebesar 0,220,
kelamin, dan prestasi. Sumbangan
korelasi dengan komponen harga diri
efektif sebesar 7,5% merupakan
“Perasaan Mampu” sebesar 0,250,
sumbangan yang kecil. Hal ini dapat
sedangkan
dijelaskan menurut Grosin (dalam
komponen
Creemers dan Reezight, 2005, hal.
Berharga” sebesar 0,245. Hal ini
31) bahwa latar belakang sosial
dapat disimpulkan baik komponen
(pemberian hukuman dari orangtua,
harga
guru, dan teman) tidak langsung
komponen
berhubungan ke sisi afektif, dalam
Mampu”, maupun komponen harga
hal ini adalah harga diri.
diri “Perasaan Berharga” mendapat
yang
lain
seperti
Dari data yang ada dapat dihitung korelasi antara masingmasing bentuk hukuman dengan
ada.
Hukuman
memiliki
korelasi harga
diri
diri
“Perasaan harga
diri
dengan “Perasaan
diterima”, “Perasaan
pengaruh yang relatif sama besar dari pemberian hukuman. Menurut Baron dkk (dalam
harga diri. Hukuman fisik memiliki
Sarwono
dan
Meinarno,
2009,
korelasi dengan harga diri sebesar
hal.58),
pada
umumnya
orang
0,237,
menginginkan harga diri yang positif
sedangkan
hukuman
dan hal itu mendorong munculnya
tidak melakukan kontrol terhadap
gejala above-average effect, yaitu
faktor-faktor
kecenderungan
mempengaruhi
dirinya
di
untuk
atas
menilai
rata-rata
pada
lain
yang
harga
dapat
diri,
dan
terdapat ambiguitas dalam alat ukur.
berbagai aspek diri yang dianggap positif secara sosial. Termotivasi
KESIMPULAN Berdasarkan
untuk memperoleh atau melihat diri
analisis
dilakukan
dalam
maka
dapat
yang positif, orang kemudian dapat
data
mengalami bias dalam menilai hasil
pembahasan,
yang diperolehnya. Ketika hasil
disimpulkan bahwa ada hubungan
yang diperoleh positif, maka orang
negatif
akan menjelaskan bahwa dirinyalah
hukuman
yang bertanggung jawab atas hasil
harga diri siswa sekolah dasar.
tersebut, sementara apabila hasil
Semakin
sering
yang diperoleh negatif, orang akan
diterima,
maka
mengalihkan tanggung jawab atas
harga diri siswa sekolah dasar.
hasil tersebut kepada orang lain atau
Sebaliknya,
hal lain di luar dirinya. Bias dalam
hukuman
menilai hasil ini disebut self-serving
semakin tinggi harga diri siswa
bias, yaitu kecenderungan untuk
sekolah dasar. Dengan demikian,
menilai hasil positif sebagai akibat
hipotesis penelitian ini diterima.
dari
faktor
internal
(trait
yang
hasil
yang
signifikan
antara
diterima
dengan
yang
hukuman semakin
semakin yang
yang rendah
jarang
diterima,
maka
atau
karakteristik pribadi) dan menilai
SARAN
hasil negatif sebagai akibat dari
Berdasarkan hasil penelitian,
faktor eksternal (orang lain atau
pembahasan, dan kesimpulan maka
situasi). Hal-hal di atas merupakan
dapat dikemukakan beberapa saran
salah
seperti berikut:
satu
kelemahan
dalam
penelitian ini.
1. Bagi Guru dan Orangtua Diharapkan
Kelemahan yang lain yaitu
penelitian
ini
peneliti tidak melakukan try out
dapat memberi masukan kepada
terlebih dahulu sebelum penelitian,
guru
dan
orangtua
untuk
meminimalisir pemberian hukuman, baik
hukuman
fisik
maupun
hukuman psikologis, karena kedua bentuk hukuman tersebut memiliki pengaruh yang relatif sama kuat terhadap harga diri siswa-siswi kelas V SD Kanisius Tlogosari Kulon Semarang. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya Peneliti
selanjutnya
yang
tertarik untuk meneliti judul yang sama dengan subyek yang berbeda diharapkan melihat faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi harga diri, misalnya jenis kelamin dan prestasi (baik akademik maupun non akademik)
sehingga
peneliti
selanjutnya akan dapat mengetahui lebih luas dan lebih dalam mengenai hal-hal yang dapat mempengaruhi
Creemers, B. P. M. dan Reezight, G. J. 2005. The Role of School and Classroom Climate in Elementary School Learning Environment. Dalam H. Jerome Freiberg (Eds) School Climate. Philadephia: Falmer Press. Ember, C. R. dan Ember, M. 2005. Explaining Corporal Punishment of Children: A Cross-Cultural Study. Journal of American Anthropologist. California: American Anthropological Association. Vol. 107. No. 4 (609-619). Grogan-Kaylor, A. 2004. The Effect of Corporal Punishment on Antisocial Behavior in Children. Social Work Research. Vol. 28. No. 3 (153-162). Gunarsa, S. D. 2008. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Gunung Mulia. Gunawan, A. W. dan Setyono A. 2006. Manage Your Mind For Success. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Tama.
harga diri.
DAFTAR PUSTAKA Baron, R. A. dan Byrne, D. 2004. Psikologi Sosial: Jilid I. Alih Bahasa: Ratna Djuwita. Jakarta: Erlangga. (Edisi Kesepuluh).
Lichtman, L. J. 2011. A Practical Guide for Raising a SelfDirected and Caring Child. Bloomington: iUniverse. McKay, M. dan Fanning, P. 2008. Self Esteem. Sydney: Accessible Publishing Systems PTY, Ltd. Paijo,
Coon, D. dan Mitterer, J. O. 2009. Psychology A Journey. Farmington Hills: Cengange Learning, Inc.
D. 2009. Harga Diri. http://dannypaijo.blogspot.com/ 2009/03/harga-diri.html (26 Juni 2013).
Santrock, J. W. 2002. Life Span Development: Jilid I. Alih
Bahasa: Juda Damanik dan Achmad Chusairi. Jakarta: Erlangga. (Edisi Kelima). Sarwono, S. W. dan Meinarno, E. A. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika. Soetjiningsih, C. H. 2012. Perkembangan Anak Sejak Pertumbuhan Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir. Jakarta: Prenada. Suherman. 2012. Pemberian Hukuman dan Ganjaran Kepada Peserta Didik. http://www.google.co.id/HUKU MAN_DAN_GANJARAN.pdf (17 Januari 2013). Vivi. 2012. Disiplin Untuk Anak Usia 012Tahun.http://belajarbarengkid dos.blogspot.com/2012/11/disipl in-untuk-anak-usia-0-12tahun.html (11 Januari 2013).