KENDALA DAN PROSPEK PENERAPAN EVALUASI MUTU INTERNAL SEBAGAI BAGIAN DARI PELAKSANAAN PENJAMINAN MUTU DI UNIVERSITAS NUSA CENDANA David B.W. Pandie dan Heru Sutedjo Universitas Nusa Cendana, Jl. Adisucipto, Penfui, Kupang Email:
[email protected] Abstrak Salah satu dampak globalisasi adalah meningkatnya peluang kerja tetapi dibarengi dengan semakin ketatnya persaingan dalam memperoleh pekerjaan. Perguruan tinggi secara kontinyu perlu mengantisipasi dinamika perubahan kebutuhan pasar kerja dan industri agar lulusannya mempunyai daya saing tinggi. Keadaan ini menggarisbawahi pentingnya penerapan sistem penjaminan mutu dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan penerapan penjaminan mutu adalah penyusunan evaluasi diri Prodi yang akurat. Untuk mendukung tercapainya hal tersebut maka mulai tahun 2013, Undana menerapkan borang EMI sebagai alat bantu penyusunan evaluasi diri Prodi. Hasil EMI untuk Prodi Kependidikan menunjukkan bahwa capaian standar terendah terjadi pada Standar Pembiayaan, Standar Penelitian dan Standar PKM. Sedangkan hasil EMI untuk Prodi Non-Kependidikanmenunjukkan bahwa capaian standar terendah terjadi pada Standar Penelitian dan Kerjasama. Hasil pembandingan skor EMI dan status akreditasi menunjukkan bahwa korelasi antara skor EMI dan status akreditasi kurang konsisten untuk Prodi Kependidikan tetapi konsisten untuk Prodi Non-Kependidikan.
Kata Kunci: Mutu, Evaluasi, Evaluasi Mutu Internal; Pendidikan Tinggi
PENDAHULUAN Globalisasi adalah proses dengan dampak penyerahan kedaulatan national state kepada global player dan menghilangkan batas-batas atau sekat-sekat antar negara. Dampak lain dari globalisasi adalah meningkatkan peluang kerja. Hal ini terjadi melalui 2 situasi. Pertama, peningkatan peluang kerja di negara-negara berkembang dimana proses produksinya lebih didasarkan pada knowledged-base. Kedua,terjadinya peningkatan peluang kerja di negara-negara sedang berkembang akibat dari meningkatnya investasi asing dan perkembangan perusahaan-perusahaan swasta (private enterprises).Namun, peningkatan peluang kerja tersebut dibarengi
1
dengan semakin kaburnya batas negara, yang memungkinkan pekerja untuk bekerja di dalam maupun di luar negeri.Akibatnya, persaingan akan terus meningkat. Pekerja yang trampil dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki daya kompetisi yang tinggi daripada pekerja yang kurang trampil(6). Dari sisi sumberdaya manusia, bangsa Indonesia memiliki daya saing yang lemah.Data dari The Global Competitiveness Index menunjukkan tingkatan daya saing bangsa Indonesia berada pada urutan38 pada tahun 2012.Urutan ini masih berada di bawah Singapura (2), Malaysia (24) dan Brunei Darussalam (26)(1).Sementara itu, data tentang Human Development Index (HDI)menunjukkan bahwa pada tahun 2012,Indonesia berada pada urutan 121 dari 187 negara. Urutan ini berada di bawah Malaysia (64), Thailand (103) dan Filipina (114)(2). Rendahnya daya saing dan Indeks Pengembangan Sumberdaya Manusia tersebut memberi indikasi adanya masalah dalam sistem penyelenggaraan pendidikan, terutama pendidikan tinggi, di Indonesia.Masalah-masalah yang teridentifikasi dalam sistem penyelenggaraan pendidikan tinggi adalah sebagai berikut: (1) masalah keterbatasan daya tampung perguruan tinggi bermutu; (2) masalah keterjangkauan biaya pendidikan tinggi; (3) relevansi pendidikan tinggi dengan kebutuhan dunia kerja dan industri; dan (4) postur anggaran pendidikan dalam APBN tidak optimal(3). Masalah kurang relevannya pendidikan tinggi dengan kebutuhan dunia kerja dan industri merupakan salah satu penyebab tingginya tingkat pengangguran tenaga kerja terdidik. Data menunjukkan bahwa jumlah pengangguran pada tahun 2011 adalah 8,12 juta orang. Dari jumlah tersebut 11.59% lulusan diploma dan 9,95% lulusan universitas(3). Mengingat persyaratan kerja akan terus berubah dan persaingan untuk memperoleh pekerjaan akan semakin ketat akibat globalisasi, maka sistem penyelengaraan pendidikan tinggi harus mampu mengantisipasi perubahan-perubahan tersebut agar lulusannya mempunyai daya saing yang tinggi.Keadaan ini menggarisbawahi pentingnya penerapan sistem penjaminan mutu di dalam proses penyelenggaraan pendidikan tinggi. 2
Salah satu kebijakan pemerintah untuk mengatasi masalah relevasi pendidikan adalah mewajibkan semua satuan pendidikan formal dan non-formal untuk melaksanakan penjaminan mutu pendidikan (PP 19/2005, pasal91 ayat 1)(4). Berkaitan dengan penjaminan mutu pendidikan tinggi, UU RI No 12 Tahun 2012, Pasal 53,menyatakan bahwa sistem penjaminan mutu pendidikan tinggi terdiri atas: (1) sistem penjaminan mutu internal yang dikembangkan oleh perguruan tinggi, dan (2) sistem penjaminan mutu eksternal yang dilakukan melalui akreditasi. Sistem penjaminan mutu perguruan tinggi tersebut harus didasarkan pada pangkalan data perguruan tinggi (pasal 52 ayat 4)(6). Universitas Nusa Cendana (Undana) mulai merintis pelaksanaan sistem penjaminan mutu pada tahun 2004.Pada tahun 2006, Undana membentuk lembaga baru yang khusus menangani perencanaan, pelaksanaan dan pengembangan sistem penjaminan mutu. Nama lembaga baru tersebut adalah Lembaga Penjaminan Mutu dan Audit Internal (LPMAI). Pada tahun 2010, nama lembaga tersebut berubah menjadi Lembaga Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi (LPM-PT). Perubahan ini disesuaikan dengan perubahan fungsi, yaitu LPM-PT tidak lagi mengelola audit internal. Fungsi pengelolaan audit internal dialihkan ke Satuan Pengawasan Intern (SPI), yang dibentuk pada tahun 2010 sesuai dengan amanat Permendiknas No. 16 Tahun 2009(5). Tujuan Undana melakukan SPMI adalah untuk memastikan bahwa sistem pengelolaan pendidikan Undana mampu menhasilkan lulusan yang memenuhi persyaratan pasar kerja dan persyaratan peraturan pemerintah.Keberhasilan SPMI sangat dipengaruhi oleh kecermatan Program Studi (Prodi) dalam melaksanakan evaluasi diri. Evaluasi diri yang benar akan mampu menampilkan kelemahan, kekuatan, peluang dan ancaman yang dimiliki dan dihadapi Prodi dan ini merupakan dasar yang tepat untuk pengembangan Prodi. Dalam rangka memfasilitasi Prodi untuk menyusun evaluasi diri secara akurat maka pada tahun 2012, Undana mulai menggunakan instrumen EMI (Evaluasi Mutu Internal) yang dikembangkan oleh Pusat Penjaminan Mutu Pendidikan (PPMP), 3
BPSDPK-PMP, Kemdikbud. Pada tahun tersebut instrumen EMI yang digunakan baru EMI-LPTK yang dikhususkan untuk semua Prodi Kependidikan. Namun mulai tahun 2013, Undana mulai menerapkan instrumen EMI untuk Prodi Kependidikan dan Prodi Non-Kependidikan. Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengkaji kendala dan prospek penerapan EMI di Prodi Kependidikan dan Non-Kependidikan di lingkungan Undana.
PELAKSANAAN Langkah-langkah pelaksanaan EMI di Undana dimulai dengan pengiriman staf dari LPM-PT-Undana untuk menjadi peserta kegiatancapacity building EMI PT, yang diselenggarakan oleh PPMP.Setelah itu, Rektor melalui Pembantu Rektor I dan LPM-PT mengkoordinir persiapan penerapan EMI. Langkah berikutnya adalah pelaksanaan workshop pengenalan EMI PT yang dihadiri oleh para Dekan, Ketua Jurusan dan Ketua Prodi. Pada workshop tersebut disampaikan grand design penjaminan mutu pendidikan dan panduan pengisian borang EMI-PT. Kegiatan ini dilanjutkan dengan pengisian borang EMI oleh para Ketua Prodi, yang didampingi oleh staf dari LPM-PT. Setelah borang selesai diisi maka LPM-PT memeriksa isi dan menandatangani borang dari masing-masing Prodi. Kemudian LPM-PT melakukan rekapitulasi hasil pengisian borang EMI untuk melihat rataan capaian standar dari semua Prodi dan melaporkan hasil interpretasinya kepada Rektor Undana. Ada beberapa kendala yang teridentifikasi selama pelaksanaan EMI.Kendalakendala tersebut adalah sebagai berikut: (1)rendahnya minat sebagian Ketua Prodi untuk mempelajari instrumen EMI; (2) kurangnya pemahaman Ketua Prodi tentang prinsip-prinsip EMI, dan (3) perbedaan standar EMI dan standar SPMI, yang berlaku di Undana. Secara lebih rinci kendala-kendala tersebut dideskripsikan di bawah ini. Rendahnya minat sebagian Ketua Prodi untuk mempelajari instrumen EMI karena mereka masih menganggap bahwa kegiatan penjaminan mutu merupakan tugas tambahan yang menambah beban kerja mereka.Meskipun penjaminan mutu 4
bersifat wajib namun sanksi bagi yang tidak melaksanakan belum diatur secara tegas.Keadaan ini menyebabkan rendahnya minat mereka untuk mempelajari hal-hal baru terkait kegiatan penjaminan mutu termasuk mempelajari instrumen EMI. Untuk mengatasi masalah ini, maka mulai tahun depan Undana akan menyelenggarakan lebih banyak kegiatan motivasional bagi semua unsur organisasi Undana, dalam upaya untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan. Kurangnya
pemahaman
Ketua
Prodi
tentang
prinsip-prinsip
EMI
menyebabkan Ketua prodi mengalami kesulitan dalam mengisi borang EMI secara akurat.Meskipun untuk mengatasi masalah ini telah dilakukan pengarahan dan pendampingan namun tampaknya kegiatan tersebut kurang efektif.Hal ini karenaKetua Prodi tidak bisa sepenuhnya mengikuti kegiatan tersebut, akibat beban kerja administrasi yang cukup padat.Pada akhirnya,keadaan ini mengakibatkan pengisian borang EMI menjadi kurang optimal. Untuk mengatasi masalah ini, Undana akan melakukan sosialisasi EMI secara berkala. Perbedaan standar EMI dan standar SPMI, yang diterapkan di Undana, merupakan masalah yang cukup rumit untuk diselesaikan.Standar SPMI Undana sebenarnya merupakan adaptasi dari standar BAN-PT. Di lain pihak, meskipun standar EMI juga bersumber dari standar BAN-PT, tapi standar EMI juga diturunkan dari standar-standar yang berasal dari sumber lain. Keadaan ini menyebabkan perbedaan antara standar EMI dan standar SPMI.Akibatnya skor EMIyang merupakan
gambaran
tingkat
capaian
standar
EMI,
tidak
sepenuhnya
menggambarkan tingkat capaian standar SPMI Undana. Oleh sebab itu, penggunaan instrumen EMI baik sebagai alat untuk monitoring dan evaluasi atau sebagai alat untuk menyusun evaluasi diriProdi masih memerlukan penyesuaian-penyesuaian khusus.
5
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengisian borang EMI pada tahun 2013 untuk Program Studi Kependidikan dan Prodi Non-Kependidikan dideskripsikan di bawah ini.
1) Hasil EMI untuk Program Studi Kependidikan
Undana memiliki 18 Prodi Kependidikan tetapi hanya hasil EMI dari 17 Prodi yang dapat dibahas dalam makalah ini. Karena masalah teknis maka Hasil EMI dari Prodi Pendidikan Sejarah tidak ikut dibahas.Hasil EMI untuk keseluruhan Prodi Kependidikan disajikan dalam Tabel 1 dan peta mutunya disajikan pada Gambar 1 di bawah ini.
6
Tabel 1. Hasil EMI untuk Prodi Kependidikan di Lingkungan Undana No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Program Studi Pendidikan Biologi Pendidikan Kimia Pendidikan Fisika Pendidikan Matematika Pendidikan Geografi Pendidikan Ekonomi Pendidikan Bahasa Inggris Pendidikan Bahasa Indonesia Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Penjaskesrek Pendidikan Luar Sekolah PGPAUD Pendidikan Guru Sekolah Dasar Bimbingan dan Konseling Pendidikan Teknik Bangunan Pendidikan Teknik Elektro Pendidikan Teknik Mesin Rataan
Standar (%) Pengelolaan Pembiayaan 68,57 32,86 69,52 35,71 69,52 35,71 69,52 81,43 94,29 58,57 65,71 47,14 61,90 50,00
Isi 65,71 75,71 81,43 75,71 100,00 88,57 87,14
Proses 65,08 73,02 74,60 77,78 91,27 73,81 67,46
SKL 61,43 65,71 65,71 67,14 87,14 78,57 78,57
PTK 77,92 77,92 88,31 71,43 81,82 84,42 76,62
Sarpras 38,57 50,00 67,14 65,71 87,14 41,43 37,14
87,14
67,46
78,57
76,62
37,14
61,90
87,14
67,46
78,57
76,62
37,14
74,29 72,86
74,60 33,33
71,43 40,00
85,71 49,35
81,43 87,14
67,46 72,22
70,00 80,00
80,00
59,52
67,14
Rataan
Penilaian 60,71 67,86 67,86 92,86 91,07 75,00 75,00
Penelitian 33,93 48,21 48,21 50,00 62,50 32,14 32,14
PKM 35,71 25,00 25,00 73,21 71,43 25,00 17,86
50,00
75,00
32,14
17,86
58,38
61,90
50,00
75,00
32,14
17,86
58,38
47,14 28,57
46,67 40,95
37,14 32,86
44,64 50,00
30,36 25,00
41,07 19,64
55,31 39,26
74,03 79,22
62,86 52,86
88,57 62,86
50,00 58,57
76,79 75,00
51,79 32,14
44,64 16,07
66,76 61,61
61,43
72,73
60,00
40,95
28,57
62,50
48,21
41,07
55,50
61,11
64,29
80,52
62,86
66,67
50,00
73,21
42,86
50,00
61,87
72,86
64,29
67,14
63,64
60,00
67,62
44,29
69,64
48,21
57,14
61,48
68,57
61,90
62,86
88,31
51,43
59,05
44,29
75,00
41,07
41,07
59,36
79,58
67,79
69,33
76,78
52,18
64,48
46,30
71,01
40,65
40,65
60,88
54,05 58,87 62,35 72,48 82,52 61,18 58,38
7
Rataan 10. Standar PKM 9. Standar Penelitian 8. Standar Penilaian 7. Standar Pembiayaan 6. Standar Pengelolaan 5. Standar Sarpras 4. Standar PTK 3. Standar KL 2. Standar Proses 1. Standar Isi 0.00
20.00
CAPAIAN
40.00
60.00
80.00 100.00
TARGET
Gambar 1. Peta Mutu Untuk Prodi Kependidikan Dari Tabel 1 di atas terlihat bahwa ada 3 standar yang tingkat capaiannya di atas 70%, yaitu Standar Isi (79,58%), Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan (76,78%) dan Standar Penilaian (71,01%).Meskipun nilai ketiga standar tersebut cukup tinggi namun upaya peningkatan capaian ketiga standar masih diperlukan.Hal ini karena Standar Isi memuat kesesuaian kurikulum dengan visi dan misi universitas dan kesesuaian muatan kurikulum dengan persyaratan lulusan yang diinginkan stakeholders dan peraturan pemerintah.Pada prinsipnya Standar Isi berkaitan dengan relevansi program studi dengan persyaratan/standar yang diinginkan oleh masysrakat dan pemerintah.Oleh sebab itu, idealnya tingkat capaian standar ini adalah 100%, untuk menjamin bahwa lulusan Undana memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan pemerintah. Peningkatan Standar Pendidik dan TenagaKependidikan perlu terus dilaksanakan dalam upaya mendukung proses pembelajaran yang lebih berkualitas.Perhatian khusus perlu diberikan pada Prodi Pendidikan Luar Sekolah, yang tingkat capaiannya untuk standar ini masih di bawah 50%. Peningkatan kualifikasi dan kompetensi dosen di Prodi ini perlu segera dilakukan. Sedangkan untuk Prodi lainnya, kelemahannya terletak pada masih belum memadainya kualifikasi dan relevansi tenaga kependidikan. Upaya peningkatan capaian untuk Standar Proses, Kompetensi Lulusan, Sarana dan Prasarana, Pengelolaan, Pembiayaan, Penilaian, Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat 8
(PKM) perlu segera dilaksanakan sebab tingkat capaiannya berkisar dari sedang sampai rendah. Standar Pembiayaan, Penelitian dan PKM perlu mendapat perhatian khusus sebab tingkat capaian ketiga standar tersebut kurang dari 50%. Upaya peningkatan capaian standar pembiayaan akan dilakukan melalui pelibatan semua Prodi dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi anggaran pembiayaan. Di samping itu, Undana akan menyediakan dokumen yang memuat kebijakan, mekanisme, sistem evaluasi dan monitoring dan sistem pelaporan keuangan. Rendahnya tingkat capaian Standar Penelitian dan PKM berakar dari terbatasnya ketersediaan dana bagi kegiatan penelitian dan PKM.Keadaan ini cukup sulit untuk diatasi sebab penerimaan utama Undana berasal dari uang kuliah mahasiswa yang jumlahnya terbatas. Oleh sebab itu, jumlah dana PNBP yang dialokasikan untuk penelitian dan PKM juga sangat terbatas. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah meningkatkan kompetensi dosen dalam menyusun proposal penelitian dan PKM agar daya saing dosen dalam memperebutkan dana hibah meningkat. Sangat rendahnya rataan capaian pada Standar Pembiayaan, Penelitian danPKM memberi indikasi bahwa semua Prodi Kependidikan menghadapi kendala yang samauntuk mencapai standar yang tinggi. Oleh sebab itu, jika capaian standar ini ingin ditingkatkan maka pimpinan universitas harus ikut campur tangan untuk membantu memecahkan masalah-masalah yang menjadi kendala dalam upaya peningkatan capaian standar-standar tersebut. Capaian ketiga standar ini mendesak untuk ditingkatkan, sebab kalau tidak ditingkatkan akanmenjadi kendala yang serius bagi semua Prodi Kependidikan untuk memperoleh status akreditasi yang tinggi. Untuk mengetahui tingkat korelasi antara skor (rataan nilai) EMI dan status akreditasi dari setiap Prodi Kependidikan maka dibuat perbandingan antara skor EMI dan status akreditasi seperti tertera dalam Tabel 2 di bawah ini. Tabel 2.Hubungan Antara Skor EMI Dengan Status Akreditasi Prodi Kependidikan No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Program Studi Pendidikan Luar Sekolah Pendidikan Biologi Penjaskesrek Bimbingan dan Konseling Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Pendidikan Bahasa Inggris Pendidikan Bahasa Indonesia Pendidikan Kimia
Skor EMI (%) 39,26 54,05 55,31 55,50 58,38
Status Akreditasi C B C B B
58,38 58,38 58,87
C C C 9
9 10 11 12 13 14 15 16 17
Pendidikan Teknik Mesin Pendidikan Ekonomi Pendidikan Teknik Elektro Pendidikan Guru Sekolah Dasar Pendidikan Teknik Bangunan Pendidikan Fisika PGPAUD Pendidikan Matematika Pendidikan Geografi
59,36 61,18 61,48 61,61 61,87 62,35 66,76 72,48 82,52
C C C C C B C C B
Data dalam Tabel 2 di atas menunjukkan korelasi yang kurang konsisten antara skor EMI dan status akreditasi, yaitu Prodi dengan skor EMI yang rendah tidak selalu mempunyai tingkat akreditasi yang rendah dan sebaliknya Prodi dengan skor EMI yang cukup tinggi tidak selalu mempunyai status akreditasi yang tinggi. Contohnya Prodi Pendidikan Biologi memiliki skor EMI 54,05% tetapi terakreditasi B sedangkan Prodi Pendidikan Matematika memiliki skor EMI 72,48 tetapi terakreditasi C. Kurang konsistennya korelasi ini mungkin disebabkan oleh kurang telitinya pengisian borang EMI dan keadaan ini pada akhirnya menghasilkan skor EMI yang bias dari keadaan Prodi yang sebenarnya.
2) Hasil EMI Pada Program Studi Non-Kependidikan
JumlahProdi Non-Kependidikan di Undana sebenarnya adalah 27, tetapi yang mengisi borang EMI hanya 13 Prodi.Keadaan ini mungkin disebabkan rendahnya minat sebagian Ketua Prodi atau mungkin sebagian dari Ketua Prodi sedang tugas keluar daerah pada saat pelaksanaan EMI. Hasil EMI untuk Prodi Non-Kependidikan di lingkungan Undana disajikan pada Tabel 3 dan peta mutunya pada Gambar 2 di bawah ini.
10
Tabel 3.Hasil EMI untuk Prodi Non-Kependidikan di Lingkungan Undana No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Program Studi
Isi
Proses
SKL
PTK
Agribisnis Agroteknologi Akuntansi Budidaya Perairan Ilmu Politik Sosiologi Kedokteran Kedokteran Hewan Kesehatan Masyarakat Peternakan Teknik Elektro Teknik Mesin Teknik Sipil Rataan
85,71 85,71 57,14 85,71
85,71 85,71 71,43 85,71
71,43 71,43 28,57 71,43
100,00 100,00 71,43 100,00
71,43 71,43 42,86 71,43
Standar (%) Pengelo- Pembiayalaan an 71,43 71,43 71,43 71,43 71,43 71,43 71,43 71,43
71,43 71,43 57,14 57,14
71,43 71,43 71,43 57,14
57,14 71,43 85,71 57,14
71,43 85,71 71,43 71,43
71,43 57,14 42,86 57,14
85,71 71,43 57,14 57,14
71,43 71,43 14,29 57,14
71,43 57,14 57,14 71,43
100,00
85,71
85,71
85,71
71,43
100,00
71,43
100,00 71,43 71,43 71,43 75,82
85,71 71,43 57,14 57,14 72,62
71,43 57,14 42,86 42,86 62,64
85,71 85,71 57,14 57,14 80,22
71,43 57,14 42,86 28,57 58,24
85,71 57,14 57,14 57,14 70,33
57,14 42,86 14,29 14,29 53,85
Sarpras
Penilaia n 85,71 85,71 42,86 85,71
Penelitian
PKM 85,71 85,71 42,86 85,71
Kerjasama 28,57 28,57 28,57 28,57
42,86 42,86 42,86 42,86
Rataan 72,73 72,73 51,95 72,73
57,14 42,86 42,86 28,57
71,43 71,43 42,86 42,86
57,14 42,86 14,29 28,57
68,83 64,94 50,65 53,25
85,71
42,86
42,86
42,86
74,03
85,71 57,14 57,14 57,14 69,23
57,14 42,86 42,86 28,57 42,86
71,43 57,14 42,86 42,86 60,44
42,86 42,86 14,29 14,29 31,87
74,02 58,44 45,46 42,86 61,74
11
Rataan 11. Standar Kerjasama 10. Standar PKM 9. Standar Penelitian 8. Standar Penilaian 7. Standar Pembiayaan 6. Standar Pengelolaan 5. Standar Sarpras 4. Standar PTK 3. Standar KL 2. Standar Proses 1. Standar Isi 0
CAPAIAN
20
40
60
80
100
TARGET
Gambar 2. Peta Mutu Untuk Prodi Non-Kependidikan Data dalam Tabel 3 menunjukkan bahwa ada 4 standar yang tingkat capainnya lebih besar dari 70%. Standar-standar tersebut adalah Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan (80,22%), Standar Isi (75,62%), Standar Proses (72,62%) dan Standar Pengelolaan (70,33%).Tingkat capaian standar lainnya berkisar dari cukup sampai rendah.Keadaan ini memberi indikasi perlunya upaya perbaikan di semua aspek penyelenggaraan pendidikan tinggi dalam rangka meningkatkan pencapaian semua standar.Namun upaya perbaikan harus lebih difokuskan pada standar-standar yang tingkat capaiannya masih sangat rendah. Ada dua standar yang tingkat capaiannya kurang dari 50%.Kedua standar tersebut adalah Standar Penelitian dan Standar Kerjasama. Sama seperti pada Prodi Kependidikan, rendahnya tingkat capaian Standar Penelitian pada Prodi Non-Kependidikan juga berakar dari terbatasnya ketersediaan dana untuk membiayai penelitian.Rendahnya jumlah penelitian menyebabkan rendahnya jumlah publikasi ilmiah, keikutsertaan staf dalam seminar nasional maupun internasional dan kepemilikan hak paten. Oleh sebab itu, peningkatan kompetensi staf dalam menyusun proposal untuk dana hibah perlu terus ditingkatkan melalui berbagai program kegiatan termasuk pelatihan. Rendahnya capaian Standar Kerjasama di semua Prodi paling tidak disebabkan oleh dua keadaan, yaitu: (1) pengelolaan kerjasama di Undana masih bersifat terpusat, dan (2) alokasi dana untuk membangun jejaring kerjasama relatif kecil. Pengelolaan kerjasama yang bersifat terpusat menyebabkan Prodi cenderung bersikap pasif untuk menginisiasi kerjasama dengan 12
institusi lain di luar Undana. Keadaan ini mengakibatkan rendahnya jumlah kerjasama (MoU), persentase pertukaran dosen dan persentase pertukaran mahasiswa dengan Prodi lain di luar Undana. Keadaan ini juga diperburuk dengan relatif kecilnya alokasi dana untuk kerjasama. Rendahnya jumlah dana yang tersedia untuk standar ini merupakan kendala utama bagi Prodi di Undana untuk membiayai kegiatan kerjasama dengan institusi lain. Upaya peningkatan capaian Standar Penelitian dan Standar Kerjasama pada Prodi NonKependidikan memerlukan partisipasi aktif dari pimpinan universitas. Penggalian sumbersumber dana baru perlu terus dilakukan. Di samping itu, penetapan kebijakan baru yang memberdayakan Prodi dalam menginisiasi kerjasama dengan pihak lain dan pengalokasian anggaran yang memadai perlu segera dilakukan untuk meningkatkan capaian kedua standar ini. Perbandingan antara skor (rataan nilai) EMI dan status akreditasi dari setiap Prodi NonKependidikan disajikan pada Tabel 4 di bawah ini. Tabel 4. Hubungan Antara Skor EMI Dengan Status Akreditasi Prodi Non-Kependidikan No. 1 2 3 4 5
Program Studi Teknik Sipil Teknik Mesin Kedokteran Akuntansi Kedokteran Hewan
6 7 8 9 10 11 12 13
Teknik Elektro Sosiologi Ilmu Politik Agribisnis Agroteknologi Budidaya Perairan Peternakan Kesehatan Masyarakat
Skor EMI (%) 42,86 45,46 50,65 51,95 53,25 58,44 64,94 68,83 72,73 72,73 72,73 74,02 74,03
Status Akreditasi C C C C Dalam Proses Akreditasi C B C B B B B B
Berbeda dengan hasil perbandingan skor EMI dan status akreditasi pada Prodi Kependidikan, hasil perbandingan pada Prodi Non-Kependidikan menunjukkan korelasi yang konsisten, yaitu semakin tinggi skor EMI akan semakin tinggi status akreditasi. Hasil perbandingan ini menunjukkan bahwa skor EMI merupakan indikator yang baik bagi skor akreditasi Hingga saat ini pelaksanaan EMI di Undana baru berjalan satu tahun. Dalam waktu sesingkat itu maka dampak pelaksanaan EMI belum signifikan, apalagi pada Prodi Non13
Kependidikan yang baru mulai melaksanakan EMI pada pertengahan tahun 2013 ini. Namun demikian, Undana telah merasakan manfaat dari penggunaan borang EMI.Oleh sebab itu, pimpinan Undana telah bertekad untuk menggunakan borang EMI sebagai bagian dalam pelaksanaan penjaminan mutu internal. Borang EMI akan digunakan sebagai alat monitoring dan evaluasi dan sebagai alat bantu penyusunan evaluasi diri setiap Prodi di lingkungan Undana. Di samping itu, mulai tahun 2014, pimpinan Undana akan menginstruksikan kepada semua Prodi agar menggunakan hasil EMI sebagai dasar untuk penyusunan kegiatan pengembangan Prodi.
KESIMPULAN Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1) Penggunaan borang EMI di Undana memerlukan penyesuaian khusus sebab standar EMI dan Standar SPMI, yang berlaku di Undana, mempunyai perbedaan. 2) Hasil EMI Prodi Kependidikan menunjukkan Perlunya memberi perhatian khusus pada Standar Pembiayaan, Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat dalam pengembangan Prodi ke depan. 3) Hasil EMI untuk Prodi Non-Kependidikan menunjukkan bahwa perlu perhatian khusus pada Standar Kerjasama dan Standar Penelitian dalam rangka pengembangan Prodi ke depan. 4) Korelasi skor EMI dan status akreditasi kurang konsisten pada Prodi Kependidikan tetapi konsisten pada Prodi Non-Kependidikan. 5) EMI perlu diterapkan di Undana sebagai bagian dari sistem penjaminan mutu internal dan sebagai masukan dalam pengembangan Prodi.
REKOMENDASI 1) Rektor Undana perlu segera menetapkan kebijakan yang mewajibkan semua Prodi untuk melaksanakan EMI secara berkala dan menggunakan hasil EMI sebagai landasan penyusunan rencanaprogram pengembangan Prodi. 2) PPMP perlu terus melakukan sosialisasi EMI ke semua perguruan tinggi dan pengkajian efektivitas EMI dalam menjembatani SPMI dan SPME (akreditasi) 3) Kemdikbud perlu mengalokasikan dana khusus untuk menunjang kegiatan sosialisasi dan penerapan EMI di semua perguruan tinggi.
14
DAFTAR PUSTAKA 1. Anonimous. 2013. The Global Competitiveness Index 2013-2014. World Economic Forum. URL: http://www.weforum.org/report/global-competitiveness-report-2013-2014. Diunduh pada tanggal 28 November 2013. 2. Anonimous. 2013. Summary of Human Development Report 2013. United Nation Development Program, New York. 3. Azwar, R.Ch. 2011. Permasalahan, Arah Kebijakan dan Tatakelola Perguruan Tinggi di Indonesia. Bahan seminar disampaikan pada Saresehan ITB 2020 & Beyond; Sinergi Pemerintah-ITB-Industri, Sabtu 14 Juni 2011, Bandung. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi. 4. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. 5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Satuan Pengawasan Intern di Lingkungan Departemen Pendidikan Nasional. 6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi. 7. Varghese, N.V. 2009.Globalization, Economic Crisis And National Strategies For Higher Education Development.International Institute for Educational Planning. UNESCO, Paris.
15