Kenangan Indah Mantan Juru Bicara Presiden Wimar Witoelar - Mendiang Suvatchara Leeapon | Perspektif Online
Articles
Kenangan Indah Mantan Juru Bicara Presiden Wimar Witoelar Mendiang Suvatchara Leeapon SINDO 09 December 2005
Tertawan Putri Bangkok di AS
Perih hati tak terperi, bila kehilangan orang yang paling dicintai. Dua tahun enam bulan (Dua tahun delapan bulan)Wimar Witoelar lalui hari-hari kelam. Hanya buliran air mata setia menemani kala bayang wajah cantik Suvatchara Leeaphon melintas.
Wimar tak bisa sembunyikan kesedihan. Di sudut matanya yang berbingkai kacamata tebal, buliran air mata mengintip. Tak kuasa menahan, diusapnya buliran yang hampir jatuh. http://www.perspektif.net/article/article.php?article_id=214 (1 of 9)17/03/2006 15:01:36
Kenangan Indah Mantan Juru Bicara Presiden Wimar Witoelar - Mendiang Suvatchara Leeapon | Perspektif Online
Kesedihannya menyusupi relung hatinya.
Betapa tidak! Wawancara dengan SINDO tentang kisah cintanya dengan sang istri mengingatkan kepada kekasihnya hatinya yang telah berpulang ke rumah Tuhan. Kanker telah merenggut hidupnya.
Wimar mengatakan sampai kini belum bisa meng-handle perasaannya. Sekonyong-konyong, Wimar menyampaikan maaf, karena kesedihannya, kurang gamblang ia mengungkap cerita.
Langkah menjadi berat, menjalani kesendirian. Sekuat tenaga Wimar berusaha alihkan perhatian. Dia habiskan waktu untuk pekerjaan. Namun, kala pikiran kembali kepada kenangan, Wimar kembali goyah.
"Saya beruntung punya teman kerja yang baik. Tapi begitu banyaknya orang baik, saya teringat tidak ada satupun di antara mereka yang bisa menjalankan peran istri saya. Tidak semua istri bisa dikenang baik, karena ada yang cerai segala macam. Seperti kehilangan satu bagian dari badan saya,"beber Wimar mengumpamakan perpisahan dengan istrinya.
Sepanjang tahun kematian sang istri, wimar tetap gigih meraih prestasi. Pria kelahiran Padalarang, 14 July 1945 itu ingin buktikan dirinya survive. Bergembira saat ia harus gembira. Merelakan kepergian sang istri, tetap saja tak mudah. Seperti gatal yang tak bisa digaruk.
Mencoba tersenyum lepas, penyuka renang itu mulai menuturkan awal pertemuannya dengan sang istri. Wimar bertemu Suvatchara ketika mengikuti sebuah program keliling Amerika
http://www.perspektif.net/article/article.php?article_id=214 (2 of 9)17/03/2006 15:01:36
Kenangan Indah Mantan Juru Bicara Presiden Wimar Witoelar - Mendiang Suvatchara Leeapon | Perspektif Online
Serikat yang diselenggarakan Departemen Luar Negeri AS selama dua pekan (koreksi: sepuluh pekan) pada 1970. Wimar terpilih sebagai duta Indonesia, begitu pula Suvatchara yang mewakili Thailand.
Saat itu Wimar tercatat sebagai Ketua Dewan Mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB). Sementara Suvatchara telah lulus sarjana kedokteran dari Universitas Chulalongkorn.
Terpesona Wimar akan kecerdasan Suvat, begitu Wimar memanggilnya. Tak ayal, simpati mulai teranyam di hati.
Meminjam istilah Jawa, witing tresna jalaran saka kulina (cinta karena terbiasa), kisah asmara mulai tumbuh dalam hubungan mereka. Jawaban mengucur dari bibir Suvat kala wimar bertanya soal aktivitas dia.
Wimar tak menampik benih-benih cinta yang mulai bersemi. Hingga akhirnya obrolan bermuara serius. Terbuka Wimar uraikan seluruh perasaan. Suvat menyimaknya dengan bahagia, hingga muncul jawaban melegakkan, dia menerima.
Sebelum bertolak ke Indonesia, Suvat mengajak Wimar mengunjungi kediamannya di Bangkok. Alangkah kagetnya hati Wimar. Tak sempat terlintas dalam pikirannya. Ayah Suvat adalah pengusaha besar sekaligus tuan tanah. Rumahnya megah, mewah bak istana.
Selama di Bangkok, diajaknya Wimar jalan-jalan dengan mobil Sport terbaru miliknya. "Bahagia hati tak terbendung melihat penerimaan keluarganya. Orang tua dan saudara-
http://www.perspektif.net/article/article.php?article_id=214 (3 of 9)17/03/2006 15:01:36
Kenangan Indah Mantan Juru Bicara Presiden Wimar Witoelar - Mendiang Suvatchara Leeapon | Perspektif Online
saudaranya senang hati menerima saya," ungkap Wimar kala itu. (tuty octaviany/bersambung)
Demi Nikah, Tinggalkan ITB
Bak cerita film roman, alur cinta Wimar Witoelar-Suvatchara Leeapon pun happy ending. Tanpa ada keterpaksaan plus dukungan penuh kedua keluarga, ikatan suci pernikahan terkabul.
PENGALAMAN bersama Suvat di Bangkok menjadi buah tangan Wimar tuk kedua orang tua. Setiap detik perjalanan Wimar tuturkan. Tak sedikitpun tercecer. Keluarga Wimar yang demokratis, tidak keberatan. Dukungan diberikan. Bahkan, dimintanya Suvat datang ke Indonesia.
"Ibu yang Sunda dan muslim tidak membuat batasan apa-apa terhadap kawan wanita saya. Sebulan setelah pertemuan, Suvat diundang saya ajak tunangan," kenang Wimar.
Sebuah hikmah dari pertemuan tak diduga. Sedikit pun, Wimar tak pernah berfikir bakal menikah dengan gadis Thailand, berprofesi dokter, dan usia sama. Juga perbedaan agama. "Semua yang kita alami seperti air mengalir."
Bulat sudah putusan, pasangan ideal ada didepan mata. Tak perlu lagi penyesuaian. Semuanya serba cocok. "Kesulitannya hanya pada saat ia meninggal,"bisik Wimar muram.
Untuk tujuan suci, rela Wimar tinggalkan kuliah di jurusan Elektro ITB. Beasiswa Asia http://www.perspektif.net/article/article.php?article_id=214 (4 of 9)17/03/2006 15:01:36
Kenangan Indah Mantan Juru Bicara Presiden Wimar Witoelar - Mendiang Suvatchara Leeapon | Perspektif Online
Foundation yang digenggamnya, tuk kuliah George Washington University, mendekatkan Wimar kepada Suvat yang menjadi staf rumah sakit di Amerika. Jalan makin mulus.
Sebelum keberangkatan ke Washington, 27 Februari 1971, Wimar-Suvat melangsungkan pernikahan sederhana di Bangkok. Bertempat di Kedutaan Besar Indonesia, upacara islami mengukuhkan penyatuan suci mereka, kendati Suvat tetap pada keyakinannya sebagai seorang Buddhist.
Kepindahan ke Washington tak banyak kendala. Hanya waktu belajar Wimar jadi makin panjang. "Saat di ITB saya sudah kuliah tujuh tahun, tapi yang diakui hanya empat semester. Ha… ha…ha. Total dengan kuliah di Amerika sembilan tahun. Dasarnya, saya punya kecerdasan saat mengambil master cepat sekali lulusnya," tawa Wimar, yang lulus S2 di bidang Analisis dan Finance & Investment (koreksi: Analisa Sistem dan MBA Finance & Investments) .
Empat tahun di Amerika, Wimar-Suvat lalui dengan bahagia. Kerja part time wimar lakukan sambil kuliah. Penghasilan menjadi tabungan hari depan.
Hingga mereka pulang ke Bandung, Wimar merasakan cintanya makin dalam terhadap Suvat. Bahkan hingga kini. Tercermin dalam obrolan, Wimar tak bisa lupakan mendiang istri tercinta. "Hanya cinta yang menyatukan kita, meski Suvat orang Thailand yang agamanya lain, lingkungan sosialnya juga lain" kata Wimar tak pernah lupa.
Seperti apa cinta mereka? Cinta yang berujung komitmen. "Nah, barangkali itu yang membuat
http://www.perspektif.net/article/article.php?article_id=214 (5 of 9)17/03/2006 15:01:36
Kenangan Indah Mantan Juru Bicara Presiden Wimar Witoelar - Mendiang Suvatchara Leeapon | Perspektif Online
saya bahagia dengan mendiang istri saya,"ujar Wimar. Tak ada yang dipaksakan. Tarikan otomatis yang tak terlihat menyatukan Wimar-Suvat dalam kebahagiaan.
Pun begitu dalam menjalani kehidupan. Komunikasi terbuka selalu mereka jalankan. "Cerita prestasi tidak dianggap sombong dan cerita soal kegagalan tidak dianggap cengeng. Jadi total. Sekarang… cerita sama siapa ya" ucap Wimar dalam kembali kegalauan.
Tak Kuasa Lupakan Ketegaran Suvat
Sepeninggal Suvat, Wimar mengaku sering jatuh cinta juga kepada para wanita. Tapi, soal ketegaran hidup, dia begitu mengagumi mendiang istrinya.
KEMBALI ketanah air, Wimar memulai karier sebagai staf pengajar di almamaternya, Institut Teknologi Bandung (ITB), sedangkan Suvat lebih sreg mengambil peran sebagai ibu rumah tangga. (koreksi: Suvatchara langsung menjalani proses adaptasi dokter pemerintah Indonesia - termasuk uijian brevet spesialis syaraf - pada RS Cipto Mangunkusumo (Jakarta), walaupun telah memilik lisensi di Thailand dan Amerika Serikat. Suvatchara mulai bekerja di RS Hasan Sadikin (Bandung), kemudian di RS Fatmawati (sampai menjadi Kepala Bagian Penyakit Saraf), RS Setia Mitra dan RS Pondok Indah. dr Suvatchara mengajar pada Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti dan turut mendirikan Pusat Stroke di RSPI. Ia menjabat tugas reserach dan akademik di Perdossi (Perhimpunan Dokter Spesialis Syaraf Indonesia)) . Sesungguhnya, pada awalnya tidak mudah bagi Suvat beradaptasi dengan situasi.
http://www.perspektif.net/article/article.php?article_id=214 (6 of 9)17/03/2006 15:01:36
Kenangan Indah Mantan Juru Bicara Presiden Wimar Witoelar - Mendiang Suvatchara Leeapon | Perspektif Online
Namun, kemauan yang gigih bisa seperti orang Indonesia membuat dia tidak gampang menyerah. Hidup serba berkecukupan di Negara asalnya tidak membuat Suvat risau menjalani hidup sederhana dengan hanya mengandalkan gaji sang suami yang pegawai negeri.
Ujian pertama, sekaligus yang terberat, dialami Suvat saat membina rumah tangga dengan Wimar. Wimar dituduh sebagai penggerak demonstrasi mahasiswa ITB menentang Sidang Umum MPR 1978. Wimar lantas meringkuk di tahanan selama sebulan tanpa ada penjelasan apapun.
Hari-hari Wimar ditahanan, Suvat dilanda kepanikan mendalam. Hatinya selalu gundah. Padahal, saat itu anak pertama mereka Satya Tulaka baru berumur 2,5 tahun, sedangkan adiknya Aree Widya, masih dalam gendongan Suvat. (koreksi: masih dalam kandungan)
Meski Galau, kenang Wimar, “Sedikitpun tidak terlontar penyesalan. Suvat rela mengorbankan segalanya demi cintanya kepada saya.”
Hari hari berlalu. Wimar kemudian dilepaskan dari tahanan. Seperti saat dijebloskan ke tahanan, saat keluar itu juga tanpa penjelasan aparat berwenang.
Cukup lama hari-hari Wimar tanpa Suvat disisinya. Tapi jika dikenang, Wimar selalu bersyukur sepanjang 32 tahun hidupnya bersama Suvat terisi dengan banyak kisah indah. Sayang, kanker merenggut hidup istrinya itu.
Wimar mengagumi betapa tegar mendiang Suvat. Kaena itu, demi mendiang sang istri, Wimar
http://www.perspektif.net/article/article.php?article_id=214 (7 of 9)17/03/2006 15:01:36
Kenangan Indah Mantan Juru Bicara Presiden Wimar Witoelar - Mendiang Suvatchara Leeapon | Perspektif Online
ingin dua anaknya berbahagia.
“Selain bahagia, saya ingin membuat anak saya hidup mandiri dan punya hubungan baik. Anak saya sangat baik dan sangat apresiatif terhadap diri saya seutuhnya. Pesan saya buat mereka, jangan berbuat sesuatu yang memalukan. “terang Wimar. (sebenarnya: Keinginan saya demi mereka, untuk jangan berbuat sesuatu yang memalukan)
Kini, kesepian Wimar terisi dengan aktivitasnya di bidang komunikasi, baik langsung maupun tidak langsung, seperti menulis. Karena sepak terjangnya di dunia komunikasi terbilang melejit, Deakin University, Australiam enganugerahinya gelar Adjunct Professor in Journalism and Public Relations.
Karena komunikasi tersebut, Wimar mengaku bisa memahami ragam rupa dan watak orang. Saya bisa lihat pikiran seorang wanita cantik yang tadinya hanya sesosok badan bagus yang lewat aja. Kadang saya bisa lihat pikiran orang yang saya kenal dalam dimensi lain. Tentu, tidak ada jaminan seratus persen kejujuran, tapi jarang ada orang yang sengaja bohong.” Pernahkah terpikir tertarik kepada wanita sepeninggal Suvat. “Sering saya jatuh cinta dengan orang yang di web (internet) karena asyik diajak mengobrol.”jawabnya, bercanda.
Menurut Wimar, dia bisa asyik mengobrol, termasuk juga di internet, tidak terlepas dari pembelajaran cara berkomunikasi yang efektif. Kalau ada komunikasi yang akhirnya tumpul, sarannya, perlu dicoba lagi. “Perlu lebih giat menghayati latar belakang orang itu, apa yang ingin dia dengar.”
http://www.perspektif.net/article/article.php?article_id=214 (8 of 9)17/03/2006 15:01:36
Kenangan Indah Mantan Juru Bicara Presiden Wimar Witoelar - Mendiang Suvatchara Leeapon | Perspektif Online
http://www.perspektif.net/article/article.php?article_id=214 (9 of 9)17/03/2006 15:01:36