Buku Kenangan Trah Marsimin – from Baron with love 2014
BUKU KENANGAN TRAH MARSIMIN
Katerbitaken saperlu kagem ngiyataken tali silahturahim ing lebet keluwarga ageng Trah Marsimin.
----- BARON 2014 -----
Buku Kenangan Trah Marsimin – from Baron with love 2014
Bismillahhirrahmannirrahiim ….
….dan perjalanan cinta Eyang Baron sekalian, telah menumbuhkan satu pohon kehidupan yang kokoh nan rindang. Menaungi segenap jiwa raga dalam buaian kasih sayang yang tiada taranya... ….tergambar jelas di benak segala ingatan tentang cerita dan kisah perjalanan cinta itu. Seakan tak lekang dalam suka dan duka mengiringi langkah kaki menapaki kehidupan ini selalu tersenyum menyapa bintang gemintang hingga tak terasa lagi penat yang mendera … ...dan waktu semakin kencang saja berlari, lalu tiba-tiba perlahan terbuka satu lembaran seolah mengingatkan dalam guratan sebagai pertanda dan catatan yang akan selalu terkenang di hati …. satu kutipan telah meninggal dunia : Bapak Marsimin Sumarto, hari Rabu Legi tanggal 11 Agustus 1971 di RS Williambooth Surabaya Dimakamkan pada tanggal 12 Agustus 1971 jam 14.00 di pekuburan padasan. Ibu Hj. Widji, hari Selasa Kliwon tanggal 23 mei 2006 pukul 00.30 di rumah Lobeser Kulon Dimakamkan pada hari yang sama pada pukul 11.00 di pekuburan padasan. semoga Allah SWT. Mengampuni segala dosa dan menerima amal kebaikannya, serta memberikan tempat yang terindah di sisiNYA. amiiiin.. ii
Buku Kenangan Trah Marsimin – from Baron with love 2014
PRAKATA Assalamu'alaikum wr. wb. Alhamdulillaahi Rabbil 'Aalamiina, segala puja dan puji kita panjatkan ke haribaan Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahNya, sehingga kita mendapatkan nikmat iman dan islam di dalam kehidupan ini.. Dan berkat ridhoNya pula maka kita dapat berkumpul kembali untuk bersama-sama menjalin tali silahturahim menguatkan jalinan persaudaraan di dalam keluarga besar Trah Marsimin Sumarto. Dan shalawat serta salam semoga selalu dilimpahkan kepada junjungan kita, baginda Nabi Muhammad SAW, cahaya di atas cahaya, juga kepada keluarga dan para sahabatnya. Sang waktu selalu berputar memenuhi kewajibannya membagi kehidupan dalam hitungan detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun, windu dan bahkan abad. Menandai setiap kejadian berdasarkan urutan waktunya. Sekian tahun yang lalu, ada saat-saat kita berkumpul sebagai satu keluarga besar Eyang Baron, dengan beberapa anggota keluarga yang lengkap. Bahkan ketika satu persatu telah meninggalkan kehangatan persaudaraan ini, kita semakin saja saling menyayangi dan menyempatkan waktu untuk mempererat tali silahturahim. Hingga hati dan tangan tergerak membuat tanda kenangan, berupa beberapa tshirt Baron dan buku kenangan memperingati 100 hari meninggalnya Eyang Putri Baron. Kini, selama bergulirnya masa, selalu ada pertanyaan, dan akan semakin banyak kelak di kemudian hari, yaitu tentang cerita dan silsilah keluarga besar Trah Marsimin ini. Maka setelah menengok ke masa silam sejenak, dan memandang cakrawala di masa mendatang, datanglah keinginan dan kemauan untuk kembali menerbitkan sebuah buku kenangan untuk pertemuan keluarga besar di Baron pada tahun 2014. Sebagian akan bertutur tentang kesan-kesan, lalu lampiran silsilah keluarga besar Trah Baron. Dan mengingat telah banyak terjadi perubahan, baik penambahan ataupun meninggal dunia, di dalam anggota keluarga Trah maka dilakukan perbaikan data yang ada. Juga menampilkan beberapa foto dari album kenangan jaman dahulu kala. Semoga apa yang telah kita lakukan kelak bermanfaat bagi seluruh anak cucu keluarga besar Trah Marsimin. Dan tak lupa apabila ada tegur sapa akan sangat bermanfaat bagi kita semua, apapun itu tak lupa kami sampaikan maaf yang tulus dari lubuk hati terdalam apabila ada salah dan khilaf yang mengiringi proses penyusunan buku kenangan ini. Demikian pula kami haturkan terimakasih atas segenap partisipasi yang ikhlas dalam upaya menghadirkan Buku Kenangan Trah Marsimin from Baron with love 2014.
Wassalam, Team Peyusun
iii Buku Kenangan Trah Marsimin – from Baron with love 2014
DAFTAR ISI Bismillahhirrahmannirohiim …............................................................................................................. ii Prakata ….............................................................................................................................................. iii Daftar Isi …........................................................................................................................................... iv Kutipan Kesan-Kesan …....................................................................................................................... Tombo Ati …........................................................................................................................................ Eyang Baron …..................................................................................................................................... Putra Pertama …................................................................................................................................... Putra Kedua …...................................................................................................................................... Putra Ketiga …...................................................................................................................................... Putra Keempat ….................................................................................................................................. Putra Kelima ….................................................................................................................................... Putra Keenam ….................................................................................................................................. Putra Ketujuh …................................................................................................................................... Putra Kedelapan …............................................................................................................................... Putra Kesembilan …............................................................................................................................. Putra Kesepuluh …............................................................................................................................... Putra Kesebelas …................................................................................................................................ Putra Keduabelas …............................................................................................................................. Foto Prosesi Pemakaman EyangBaron …...........................…............................................................ Syiir Tanpo Waton .............................................................................................................................. Facebook dan Whatsapp …................................................................................................................. Silsilah Keluarga Besar Ki Mertoyudo …..........................…............................................................. Silsilah Keluarga Besar Ki Mojoyo (Mbah Pande) …..........................….......................................... Album Foto Pertemuan Trah …........................................................................................................... Album Foto Kenangan …...................................................................................................................
-------------------------------------------------------Copyright BFC-2014 Baron Family Club, Indonesia Edisi Buku Kenangan Trah Marsimin from Baron with love 2014 Cetakan I : Agustus 2014 Team Editor : de Jon - dr. Suma – Babe – Ale – Dika – Elle
iv Buku Kenangan Trah Marsimin – from Baron with love 2014
1 4 5 9 12 14 16 18 20 22 23 24 26 28 31 32 36 37 38 44 46 49
KUTIPAN KESAN-KESAN ...membuka buku kenangan lama, mengutip kesan-kesan sebagai berikut... -------------------. ..Kita bersyukur bahwa Allah SWT telah memilih Bapak Eyang Kakung Marsimin Sumarto dan Ibu Eyang Putri Widji untuk menurunkan kita semua. Karena kita tidak dibiarkan tetap sebagai orang desa yang terbelakang, melainkan ternyata telah dibina sesuai cita-cita beliau yang luhur meningkatkan kehidupan kita, lebih berpendidikan, lebih maju, dan lebih terpandang di dalam masyarakat, maka kita semua wajib mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada beliau berdua. (Jember, 12 Agusutus 2006. Ir. H. Sumardjono Djajeng Sumarto, Putra Pertama). --------------------..Dalam memberikan pendidikan, beliau adalah seorang yang gigih, apapun usahanya meskipun berat akan dilakukannya agar putra-putrinya bisa menyelesaikan kuliahnya (pendidikannya)....saya menilai almarhumah ibuku adalah seorang yang gigih dalam berbagai hal. Terima kasih ya Allah atas segala yang kau berikan padaku. (Simomagerejo XIV-15 Sby, 15 Juli 2006, Hj. Mamiek Soemarmi, Alm., Putri Kedua). --------------------..Beliau adalah sosok seorang Ibu/Eyang yang berhasil dalam membesarkan dan mendidik dengan segala kemampuan yang ada sehingga putra-putrinya berhasil semua. Beliau adalah panutan. Semoga amal ibadah dan kebajikan beliau diterima Allah SWT, aamiiin Dengan berdoa, biar jauh terasa dekat (Pondok Gede Jkt, 2006, Ny. Siti Sumiyadi, istri dari Putra Ketiga) ---------------------...Adalah baik sekali kepada kami selalu memperhatikan (open, jawa.red), memperdulikan apa yang menjadi kebutuhan kami. Selama saya jadi menantunya tak pernah sekalipun berselisih paham. Saya salut terhadap kekuatan fisik beliau (alm.), misalnya usia 80 tahun masih kuat naik Haji.. (Surabaya, 2006. Sugiono, SH, suami dari Putri Keempat)
1 Buku Kenangan Trah Marsimin – from Baron with love 2014
-----------------------..Salah satu pengalaman yang tidak terlupakan adalah pada waktu mengantarkan ibu menunaikan ibadah haji. Selama menunaikan ibadah haji, ibu tidak pernah mengeluh walaupun kegiatan tersebut sangat berat. Walaupun dengan berjalan perlahan-lahan semua rukun haji dapat dilakukan sendiri tidak perlu menggunakan tandu atau kursi roda. Melihat semangat ibu yang demikian tinggi, menjadikan kami semua ikut bersemangat dalam melaksanakan ibadah haji. Dan alhamdulillah kami semua dapat menyelesaikan perjalanan ibadah haji tersebut dengan sebaik-baiknya. Semoga dapat menjadi haji yang mabrur.Amiin..amiin..ya Rabbal'Alamiiin. (Cempaka Putih CT X/143, Jogyakarta, 2006. Ir. H Sumardjoko, Putra kelima) -----------------------..Orang tua yang sangat perhatian putra-putrinya, cucu-cucunya, canggahnya. Selalu ingin membalas kebaikan orang-orang yang pernah dianggap membantu dan berjasa dalam ikut mengatasi kesulitan. Menjadi suri tauladan yang pernah disampaikan guru-guru pada murid-murid di Baron yang dianggap satu-satunya keluarga besar di Baron yang sukses mendidik anak-anaknya.. (Lobeser kulon, 2006. Sumardjito. Putra keenam) ----------------------….Seribu tulisan kiranya tidak cukup untuk mencatat berbagai kenangan tentang beliau, namun sekelumit catatan berikut ini kiranya bisa menggugah nostalgia tentang beliau terutama tentang kegigihan beliau terutama mengatasi masalah di dalam keluarga di balik segala macam keterbatasan yang beliau miliki dan semoga kenangan ini bisa menambah semangat juang para putra, putri, cucu, dan cicit di dalam mengatasi perjuangan hidup. (Boyolali, Juli 2006. dr H Suwito, Sp.A. Alm., Putra ketujuh) -----------------------..Ibu adalah seorang istri yang berbakti kepada suami. Selama hidupnya tak pernah ngresulo atau berkeluh kesah dalam kondisi apapun. Walau anaknya banyak masih menampung keponakankeponakannya. Gemati kepada suami dan anak-anaknya. Penuh perjuangan untuk membesarkan anakanak dan merawat suami. Ringan tangan membantu siapa saja yang memerlukan, walaupun dirinya sendiri susah. Selalu menjaga tali silahturahim. Selalu menyempatkan waktu berkunjung ke handai taulan dan sanak famili tak peduli mereka lebih tua ataupun lebih muda. Selalu berlaku adil dan tak pilih kasih kepada anak-anaknya. Punya jangkauan jauh ke depan, dengan menyekolahkan anakanaknya untuk bisa menjadi orang yang berguna. Masih banyak lagi yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. (Arlington, Texas, 21 Juli 2006. H Gaguk Sunoko, Putra kesembilan) ---------------------2 Buku Kenangan Trah Marsimin – from Baron with love 2014
-----------------------..Eyang adalah ibu dan eyang yang baik yang selalu memberikan tauladan yang baik bagi anak dan cucumu. Engkau selalu mengajarkan kepada kami untuk mengabdi kepada orang tua, bagaimana berbuat dan bersikap dalam mengarungi kehidupan. Engkau yang selalu sabar, tenang, tabah dan bijaksana dalam menghadapi cobaan hidup. Engkau memberikan kasih sayangmu yang tak dapat kami lupakan... seperti yang kau ajarkan untuk memberikan kasih sayang kepada sesama. Kenangan kami tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata..selamat jalan ibu/eyang kami tercinta Hanya doa tulus dan ikhlas yang dapat kami berikan untuk mengiringi kepergianmu..Amiin (Surabaya,2006. Keluarga Sumarsono, Putra kesepuluh) -----------------------...Suka membantu orang lain, mengasuh anak angkat, salah satu anak asuh yaitu Ny. Pri Rosemeier yang tinggal di Rossendal, Belanda, menganggap Ibu sebagai layaknya ibu kandung sendiri. Di saat senggang ibu sering menggumam : “Gusti Allah nyuwun pangapuro” (Jogayakarta, 2006. dr. H Sumadiono, SpA. Putra kesebelas) -----------------------Eyang Baron adalah teladan yang tak asing bagi kami Begitu lembut, arif, tegas dan penyayang Kebaikan hati terpancar dari setiap senyumnya Membawa ketenangan abadi yang tak kan pernah tergantikan Eyang mengisi separuh kenangan hidup menyelami di setiap butir-butir kerinduan Menemani dalam duka nestapa, keputusasaan, kebahagiaan dan suka cita Tak diragukan lagi beliau ada sosok motivator terhebat sepanjang masa (...dari Puisi Kenangan Untuk Eyang, Asri Parantri)
3 Buku Kenangan Trah Marsimin – from Baron with love 2014
TOMBO ATI Tombo ati iku limo perkarane Kaping pisan moco Qur’an lan maknane Kaping pindo sholat wengi lakonono Kaping telu wong kang sholeh kumpulono Kaping papat kudu weteng ingkang luwe Kaping limo dzikir wengi ingkang suwe Salah sawijine sopo bisa ngelakoni Mugi-mugi/Insyaallah gusti Allah nyembadani duh ya Robbi kulo nyuwun diparingi lesan kathah deres quran ingkang suci lan sagedo kulo derek dawuh quran pejah kulo nyuwun islam sarto iman duh ya Robbi kulo nyuwun rahmat deres quran klawan lahir bathin ingkang leres duh ya Robbi kulo nyuwun diparingi saged ngamal ilmu ingkang kulo tampi lan sagedo kulo derek dawuh quran pejah kulo nyuwun islam sarto iman illa hila nuri firdaus ila wa ana ..ala ali ..
sholatullah sallamullah ala thoha rosulillah sholatullah sallamullah ala yasin habibillah tawasalna bibismillah wa bil hadi rosulillah tawasalna bibismillah wa bil hadi rosulillah wakulimujahidillillah wa ahlil badri ya Allah sholatullah sallamullah ala thoha rosulillah sholatullah sallamullah ala yasin habibillah 4
Buku Kenangan Trah Marsimin – from Baron with love 2014
EYANG BARON
Alkisah, di suatu tempat yang bernama dukuh Wates, Baron, Jawa Timur, tinggallah satu keluarga besar yang berbahagia dengan segala kekurangan dan kelebihannya, Keluarga Eyang Baron, yaitu Eyang Kakung Marsimin Sumarto dan Eyang Putri Widji, bersama putra-putrinya tercinta.
5 Buku Kenangan Trah Marsimin – from Baron with love 2014
Eyang Marsimin Sumarto (1906 - 11 Agustus 1971) terlahir sebagai putra bungsu dari lima bersaudara ( yaitu: Mu'inah/Budhe Lurah, Moharjo, Nitiasmo, Wongsoharjo dan Marsimin ) dari keluarga besar Ki Mojoyo (asal Mojoagung) dan Nyi Mojoyo (asal Bojonegoro), yang kebanyakan bertempat tinggal di wilayah Baron sebelah Barat. Ki Mojoyo adalah seorang “Mendalungan” (keturunan Jawa dan Madura, red.) Ayahanda beliau, yaitu Mbah Trimo, bersama saudara-saudaranya berdomisili di Mojoagung dan Pare, Kediri. Ki Mojoyo adalah seorang pande besi (Techniker, pada masa itu) yang sukses dan dipercaya melayani pabrik gula Baron, terutama dalam pembuatan alat-alat pertanian dan cikar (semacam kendaraan yang dihela oleh lembu/sapi), yang merupakan alat transportasi yang digunakan pabrik tebu, disamping lori (kendaraan pengangkut tebu dengan rel). Semua putra Ki Mojoyo membantu perusahaan pande besi ini. Dan setelah mereka berumah tangga, kecuali Eyang Marsimin Sumarto (nama setelah menikah), maka satu persatu putra-putra Ki Mojoyo mulai memisahkan diri dan membuat usaha pande besi sendiri. Sehingga pande besi di Baron di kuasai oleh keluarga besar Ki Mojoyo. Eyang Widji (1912 – 23 Mei 2006) adalah merupakan anak pertama dari lima bersaudara (yaitu: Widji, Tandur, Misri, Supodo dan Mini) dari keluarga besar Eyang Karto Dikromo dan Eyang Supinah (berasal dari Papar, Kediri, Jawa Timur), yang berdiam di dukuh Padasan, Baron. Eyang Karto Dikromo (biasa dipanggil Karto sugih) adalah seorang petani yang sukses dan disegani oleh masyarakat desanya. Beliau adalah putra ketiga dari delapan orang bersaudara dari Eyang Mertoyudo yang berasal dari Mataram/Kartosuro, Jawa Tengah. Eyang Baron membina biduk rumah tangga pada tahun 1927 dan alhamdulillah telah dikaruniai duabelas orang putra-putri, tigapuluh sembilan orang cucu (putu), limapuluh enam orang cicit (buyut) dan sembilan orang canggah. Yang tersebar di wilayah Nusantara hingga ke Arlington, Austin, Texas, USA. Allahu Akbar...! Eyang Kakung bersekolah di Ambacht School (Sekolah pertukangan setingkat SMP) di Pare, Kediri, sedang saudara-saudaranya hanya bersekolah di Ongko Loro atau Ongko Telu (Sekolah Desa dua tahun atau tiga tahun) karena belum ada SR (Sekolah Rakjat) ataupun SD (Sekolah Dasar). Beliau tercatat pernah bekerja di Bengkel Besar Kereta Api di Madiun, bertempat tinggal di Kampong Juritan. Setelah lahirnya putra pertama yang bernama Sumardjono di Baron pada tahun 1929, Eyang Marsimin pindah bekerja di Pabrik Gula Yuwono yang terletak di kota Kertosono. Kemudian lahir putri kedua, yaitu Mamiek Soemarmi. pada tanggal 04 Juli 1932 di Baron ( pada tanggal 22 Nopember 2012 meninggal dunia di RS Panti Rapih, Jogyakarta, lalu dimakamkan di pemakaman Padasan, Baron). Kemudian beliau berkesempatan mengikuti pendidikan Guru Tekhnik di Yogyakarta dan bertempat tinggal di Kampung Tegal Lempuyangan, dekat Ambacht School. Dan saat itu baru mempunyai dua orang anak saja. Eyang Putri sering cerita, bahwa di Jogya senang sekali bisa berkenalan dan bergaul dengan keluarga guru-guru Ambacht School. Pengalaman ini membuat Eyang Widji mulai berwawasan lebih luas. Dari Jogya Eyang Marsimin dipindah tugaskan mengajar ke Surabaya, bertempat tinggal di Nyamplungan, agar dekat dengan Ambacht School Benteng Miring (bekas benteng peninggalan Portugis). Di kota besar ini Eyang Putri bergaul dan berwawasan lebih luas lagi, bertemu dengan orang Madura dan Arab (Nyamplungan dekat dengan kampung Ampel yang banyak penduduk Arabnya). Kemudian Eyang Baron dipindah tugaskan mengajar ke Medan, Sumatra. Perjalanan dari Surabaya ke Batavia (Jakarta) menggunakan Nacht Trein (Kereta Api Malam) dimana pada waktu itu tidak semua orang boleh menaikinya. Lalu naik Kapal Api dari Tanjung Priok ke Belawan, Medan. Dan Buku Kenangan Trah Marsimin – from Baron with love 2014
6 berkesempatan mampir ke Singapore, berkeliling naik taxi. Di Medan mula-mula tinggal di Kampung Sukorame, lalu pindah ke Jl. Parang Garuda yang lebih representatif, mengingat Eyang adalah seorang Ambtenaar (Pegawai Negara). Disini Eyang Baron bisa kenal dan bergaul dengan orang Batak, orang Padang, orang Jawa Deli, orang Keling, dan orang India. Disana juga banyak orang Cina, ada yang berjualan kacang, jual-beli barang bekas, ataupun penarik Angkong. Suatu ketika Eyang Baron menyewa Attax (sejenis bajaj) mengunjungi Mbah Katimin (putra bungsu Mbah Mertoyudo) di perkebunan karet, beliau bekerja sebagai mandor besar yang disegani. Pada bulan November tahun 1934 lahirlah putra ketiga yang diberi nama Sumarwan ( beliau meninggal dunia di Pondok Gede, Jakarta, pada tanggal 13 Oktober 2003 ). Masih di Medan lahirlah putri keempat yang bernama Tutut Sumarjati, yaitu pada tanggal 12 Pebruari 1937 ( meninggal pada tahun 2006 di wates, baron, lalu dimakamkan di pemakaman Padasan, Baron) . Di Medan, putra pertama mulai masuk sekolah di kelas I HIS (Holland Inlander School, yakni sekolah untuk pribumi yang diberi pelajaran Bahasa Belanda) dan menginjak kelas III HIS, keluarga Eyang Baron pindah ke Surabaya. Dari Medan, Eyang melanjutkan darma baktinya di Ambacht School (Sekolah Pertukangan) di Gedung Ambachtsschool di Surabaja kota Surabaya lagi. Mereka bertempat tinggal di Maspati Gg. IV, agak jauh dari sekolahan sehingga Eyang Marsimin harus bersepeda. Di kota Surabaya lahirlah putra kelima bernama Sumardjoko pada tanggal 21 Agustus 1939. Perang Dunia Kedua adalah sebuah perang global yang berlangsung mulai tahun 1939 sampai 1945. Perang ini melibatkan banyak sekali negara di dunia dan merupakan perang terluas dalam sejarah yang melibatkan lebih dari 100 juta orang di berbagai pasukan militer. Tentara Dai Nippon menyerang sampai Hindia Belanda, suasana tegang, di sekolah dibuat lubang perlindungan berjaga bila ada serangan udara. Eyang Putri bersama anak-anaknya mengungsi terlebih dahulu ke rumah Lobeser Kulon, Baron dan disini lahirlah putra keenam bernama Sumardjito, yaitu pada tanggal 24 Juni 1942. Setelah semua sekolah ditutup, barulah Eyang Marsimin dan temannya menyusul mengungsi dengan bersepeda dari Surabaya. Tentara Dai Niippon menguasai Jawa, sekolahpun dibuka kembali dan Eyang Baron pun kembali ke Surabaya, kembali bertugas di “Sekolah Pertukangan” Surabaya. Jika saat penjajahan Belanda, Eyang Marsimin sebagai Ambtenaar hidupnya berkecukupan, maka adanya pendudukan tentara Dai Nippon kehidupan menjadi serba sulit. Mulai saat itu Eyang Baron merasakan kehidupan yang berat, sedang putranya sudah enam orang. Dalam situasi demikian lahir putra ketujuh bernama Suwito, yaitu pada tanggal 24 Juni 1944 ( meninggal dunia di RS Sardjito, Jogyakarta, pada tanggal 16 September 2013, kemudian dimakamkan di pemakaman umum di kota Boyolali, Jawa tengah ). Pada 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, tapi pada tahun 1948 terjadilah Agresi Militer Belanda, sehingga memaksa Eyang Baron sekeluarga mengungsi lagi ke tempat-tempat yang lebih aman, ke Sulur – Bagoran – Jeruk Lor – Karangsemi – Tawang Jeruk Padasan dan kembali ke Wates, Baron. Dalam perjalanan di pengungsian tepatnya di Desa Jeruk Lor, putra ke delapan bernama Sumarjani, memenuhi panggilan kembali ke Rahmatullah. Sungguh kesedihan yang luar biasa bagi Eyang Baron, bagaimana tidak, hanya karena sakit diare sehari putri berumur dua tahun yang masih lucu-lucunya tersebut pada akhirnya meninggal dunia. Baron, beberapa lama tinggal di Wates, lahirlah putra kesembilan bernama Gaguk Sunoko Buku Kenangan Trah Marsimin – from Baron with love 2014
7 tepatnya pada tanggal 25 Agustus 1951. Dan meyusul tiga tahun kemudian lahirlah putra kesepuluh bernama Sumarsono, yaitu pada tahun 1954 ( beliau meninggal dunia karena kecelakaan saat menjalankan tugas sebagai guru di Purwakarta, Jawa Barat, kemudian dimakamkan di pemakaman Padasan, Baron ). Jajah desa milangkori, perjalanan dinas Eyang Baron sampailah di kota Pamekasan di pulau garam Madura, Propinsi Jawa Timur. Disini Allah SWT. Melimpahkan karunianya dengan kelahiran putra kesebelas yang bernama Sumadiono, yaitu tepatnya pada tanggal 9 Oktober 1956. Dari kota Pamekasan, Eyang melanjutkan perjalanan hidupnya mengajar di Sekolah Teknik Kediri, Jawa Timur. Disini lahirlah putri keduabelas, yang bernama Sumarningsih, yang meninggal dunia saat masih kecil di tahun 1962 dan dimakamkan di pemakaman umum Mrican, Kediri. Suatu catatan, meskipun tidak mengecap pendidikan formal, Eyang Widji mampu belajar banyak dari berbagai pengalaman hidupnya. Tegar menghadapi kesulitan serta ulet dalam dalam memecahkan kesulitan hidup. Tetapi juga cerdas, ketika usia sudah lanjut meskipun buta aksara masih bisa belajar membaca dan menulis dalam tempo yang relatif singkat, satu bulan saja. Sehingga bisa menulis surat untuk putra-putrinya dan tidak perlu tanda-tangan cap jempol lagi. Dan Ternyata ibu-ibu di Baron cukup jeli sehingga mengangkatnya sebagai “Ibu Teladan”. Pada masa pensiunnya, Eyang Baron menetap di dusun Wates, Baron. Kisah ini dari catatan putra ketujuh, Suwito, yaitu pada saat Eyang Marsimin pensiun dari Sekolah Teknik Kediri dan harus kembali ke Baron tapi apa daya rumah masih dipakai sebagai Kantor Polisi. Sebagai akibatnya keluarga harus menempati bagian dapur rumah yang kondisinya sangat memprihatinkan. Negosiasi dengan Kepolisian Baron untuk menempati kembali rumah utama terbentur berbagai kendala. Sehingga suatu hari ibunda tercinta memutuskan sendiri menghadap petinggi kepolisian di Kediri. Setelah mencari informasi sekedarnya, akhirnya Eyang Widji pada malam itu diboncengkan Suwito dari rumah kost di Mojoroto ke Rumah Dinas Petinggi Kepolisian Kediri di sebelah Timur jembatan Brantas. Entah apa yang beliau katakan, namun selang tidak berapa lama, akhirnya Kantor Polisi Baron pindah ke rumah lain dan seluruh rumah dapat ditempati kembali oleh Keluarga Eyang Baron. Subhanallah. Eyang Kakung atau Eyang Marsimin Sumarto, meninggal dunia pada hari Rabu Legi tanggal 11 Agustus 1971 di RS Williambooth Surabaya dan dimakamkan pada tanggal 12 Agustus 1971 pukul 14.00 siang di pemakaman padasan, Baron. Dan Eyang Putri Hj. Widji, meninggal dunia pada hari Selasa Kliwon tanggal 23 mei 2006 pukul 00.30 di rumah Lobeser Kulon. Dimakamkan pada hari yang sama pada pukul 11.00 di pemakaman Padasan, Baron. -------- * ------Buku Kenangan Trah Marsimin – from Baron with love 2014
8
PUTRA PERTAMA Putra pertama adalah Ir. H Sumardjono, lahir di Baron pada tahun 1929. Beliau adalah alumnus Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada. Semasa aktif di perkebunan J.A Watie, bekerja mengelola perkebunan kopi di Keputren, Jember, Perkebunan Kopi di Jolondoro, Jember. Lalu perkebunan Karet di Bayah, Banten, Perkebunan karet di Ciseru, Jawa Tengah. Dan selanjutnya beliau bertindak sebagai supervisor untuk beberapa perkebunan di Indonesia. Pada saat menjabat di perkebunan Bayah, Banten, beliau kehilangan putri ke delapan yang meninggal dunia karena musibah, dan kemudian dimakamkan di pemakaman Padasan, Baron. Bapak Sumardjono mengakhiri masa lajangnya bersama Raden Ayu Umijati (Jogya, 27 April 1932). Dan pada saat ini beliau telah membentuk satu keluarga besar Soemardjono'S ComunitY yang tercatat ada sembilan orang putra-putri, duapuluh dua orang cucu, dan sembilan orang cicit. Selain tinggal di rumah dinas perkebunan tersebut di atas, beliau sekeluarga juga sempat tinggal di kota Jember. Lalu pindah ke Bulakbanteng Kidul, Surabaya. Dan sekarang menempati rumah Wates, Baron. Setelah sakit dan menjalani opname beberapa lama, akhirnya Ibu Umijati meninggal dunia di Surabaya pada tanggal 10 Juli 2010, dan dimakamkan di pemakaman Boto Putih, Rungkut, Surabaya. Berikut ini silsilah dari keluarga besar Ir. Sumardjono.
H. Ir. Sumardjono + RA Umijati 1. Sri Purwaningsih Prasetyawati + Harry Soesijanto, alm.
1.1. Sigit Prasetyo Nugroho, S.T + Cholisah Nur Aisyah, SE 1.2. Wisnugroho Dwiputranto, S.Sos + Ovie Khusnul Hotimah 1.3. Diajeng Triretno Kusuma Wardani, SP + Hendro L, S.Kom
2. Ir. L.Urip Widodo + J. Prasetyaning Tiyas Tuti, B.A 2.1. Genta Pambudi Putra Widiastoro 2.2. Gentur Pamungkas Putra Widiastoro 2.3. Gerak Samodra Putra Widiastoro
3. Tri Lestari Prasetyaningtyas + Udjang Zalkadri, S.Sos 3.1. Ardi Prasetyawan Rahmananta, S.E + Winarni 3.1.1. 3.1.2. 3.1.3. 3.1.4.
Adelia Prastiwi Bella Dwi Prastiwi Chika Putri Pradani Diego Galang Ramananta
3.2. Berty Surya Prasetyarini + Cahyo Edy Wibowo, S.E 3.2.1. Alvira Permatasari 3.2.2. Bernado Rizaldi Wibowo 3.2.3. Chandra Oktavino Wibowo Buku Kenangan Trah Marsimin – from Baron with love 2014
9
3.3. Cahya Putra Prasetyanto, S.Sos + Dian Puspitasari. APMD 3.3.1. Andromeda Haura 3.3.2. Barcelona Haura
3.4. Daniyar Bagus Prasetya, S.Kom
4. Hj. Tjaturini Prasetyaningrum, S.Pd + Ir.H. Djoko Rijanto,alm 4.1. 4.2. 4.3. 4.4.
Alif maksum Febrianto, S.Infor Rahmanizar Maksum Yunianto, S.T Imam Maksum Meidianto, S.T Muzdalifah Meinurhayati
5. Dra. Pancariastuti Prasetyanti + Priyadi satya Wuryanto, SH 5.1. Fadhila Ismah Priastuti
6. Sadewi Prasetyasari + Ir.Gatot Tjahjono 6.1. Ananta Budi Wicaksono
7. Sapta Putra Teguh Prasetya S.Psi +Titik Suprapti S.Psi 7.1. 7.2. 7.3. 7.4.
Fauzan Pratama Dava Farhan Pratada Rizky Zidan Prataga Sonia Nabila Amalia
8. Hastaputri Rahayu Prasetyani, alm. (Meninggal di Perkebunan Bayah, Banten. Dimakamkan di pemakaman Padasan, Baron)
9. Nawangsih Yuli Prasetya + Yuyun Nurwahyono 9.1. Biru Larasati Woro Nursatya 9.2. Tegar Satrio Utomo Nursatya
Buku Kenangan Trah Marsimin – from Baron with love 2014
10
Ninik, Tari, Widodo, Wati - Dewi, Bpk Sumardjono, Ibu Umijati, Ria – Sapta, Nawa, Hasta (ket dari kiri ke kanan)
Soemardjono'S ComunitY @Wates, Baron. Buku Kenangan Trah Marsimin – from Baron with love 2014
11
PUTRI KEDUA
Putri Kedua adalah Hj. Mamiek Soemarmi, lahir di Baron pada tanggal 04 Juli 1932. Sebagai anak perempuan tertua, sudah menjadi tugas bagi beliau untuk membantu Eyang Baron dalam hal mengasuh dan menggendong adik-adiknya, serta pekerjaan sehari-hari lainnya dengan ikhlas dan penuh tanggung-jawab, dan bukan karena terpaksa. Salah satu kegemarannya adalah belajar memasak dan membuat kue, sehingga dengan keahliannya itu bisa membantu membuatkan kue tart pernikahan bila salah satu adiknya ada yang melangsungkan pernikahannya. Semasa tinggal di Pamekasan, Madura, sempat juga bekerja di Dinas Kelautan, yang kemudian ditinggalkan ketika ikut Eyang Baron pindah ke kota Kediri, Jawa Timur. Beliau melangsungkan perkawinannya di kota Kediri, Jawa Timur, dengan seorang guru SMEAN II Sby bernama Giek Soepardi, BA. Bin Sastro (Kediri, 10 Maret 1928). Dan dari perkawinan tersebut mereka dikaruniai empat orang Putra-putri, dan lima orang cucu. Tetapi satu-satunya putri mereka meninggal dunia ketika masih kecil karena menderita sakit yang pada saat itu tidak tertolong dan dimakamkan di pemakaman Tembok, Surabaya. Ibu Soemarmi meninggal dunia di RS. Panti Rapih Jogyakarta pada tanggal 22 Nopember 2012, dan dikebumikan di pemakaman Padasan, Baron. Sedangkan Bapak Giek meninggal dunia di Simo Magerejo, Surabaya pada tanggal 06 Maret 1986, dan dimakamkan di pemakaman Asem Jajar, Surabaya. Dan berikut ini urutan silsilah dari keluarga putri kedua, Hj. Mamiek Soemarmi, alm.
Giek Soepardi, BA + Hj. Mamiek Soemarmi 1. H. Drs Anang Setiono + Dr. Hamidah, M.Kes 1.1. Adinugraha Amarullah, S.Farm. 1.2. Hasabi Taris Arijuddin 1.3. Ahmad Farhan Taufiqulhakim
2. Bambang Setiawan, SH + Ir. Dyah Herawatie, M.Si 3. Christinah Setiarsih, alm.
(Meninggal dan dimakamkan di pemakaman Tembok, Surabaya)
4. Danu Setiarso, SE + Siti Fauziah Usman 4.1. Muhammad Fadilah (Baron Fadhilah Crisnadewa) 4.2. Nabila Nur 'Aisyah (Fanzy Nur 'Aisyah)
Buku Kenangan Trah Marsimin – from Baron with love 2014
12
Bp. Giek, ibu Sumarmi, Bambang, Dyah, Uci dan Nabila, Danu dan Fadil, Ida, Adi, Farhan dan Taris, Anang. (ket. dari kiri ke kanan) Buku Kenangan Trah Marsimin – from Baron with love 2014
13
PUTRA KETIGA Putra Ketiga adalah Sumarwan, Ir. Beliau lahir di kota Medan, Sumatra, pada bulan November tahun 1934. Beliau adalah alumni Fakultas Teknik Kimia Universitas Gajah Mada. Kemudian bekerja di PT. TJEMANI TOKA, yang memproduksi tinta cetak sejak tahun 1971, a.l. untuk percetakan grafis dan surat kabar. Sebelum pindah ke Perumahan Ardhini II, Pondok Gede, mereka sekeluarga tinggal di kompleks perumahan di Jl. Raya Pasar Minggu KM 16, Jakarta Selatan. Beliau melepas masa lajangnya dengan mempersunting ibu Siti Sumiyadi, yang masih saudara ipar dari putra pertama, yaitu adik dari ibu Umijati. Dan dari perkawinan tersebut mereka dikaruniai lima orang putraputri, dan tujuh orang cucu. Bapak Sumarwan meninggal dunia di Pondok Gede, Jakarta, pada tanggal 13 Oktober 2003, dimakamkan di Jakarta. Dan berikut ini urutan silsilah dari keluarga putra ketiga, Ir. Sumarwan, alm.
Ir. Sumarwan + Siti Sumiyadi 1. Ir. Ari Sugiono + Yani Mulasani
1.1. Muhammad Nur Kamaluddin
2. Ir.Nardito Sugihariadi + Ine Yulvita 2.1. Kintani Putri Dhija Hanin 2.2. Dhiyaning Puti Allika
3. Condro Wasisto Sugiwiryawan + Siti Elis Sarimanah 3.1. Asih Julianti
4. Rinto Sugikiswiryanto + Chandra Kusuma Hati 4.1. Mohammad Resha Mediatama
5. Kentarni Sugisprabarini+Dita Irvandi 5.1. Banyu Sinatryo Irvanditama 5.2. Lintang Zahrani
14 Buku Kenangan Trah Marsimin – from Baron with love 2014
Rinto, Nardi, Iken, Condro, Ari - …, ibu Siti, Eyang Widji, Bpk Sumarwan (ket. dari kiri ke kanan)
15
Buku Kenangan Trah Marsimin – from Baron with love 2014
PUTRI KEEMPAT Putri keempat adalah Tutut Sumarjati, lahir di kota Medan, Sumatra, pada tanggal 12 Pebruari 1937,. Pada masa mudanya di Baron, sangat gemar dengan modiste atau jahit menjahit busana wanita, bahkan saat itu di rumah Wates sempat pula memberikan kursus kepada remaja-remaja putri di Baron. Perkawinan pertamanya dengan Bapak dari Kediri melahirkan seorang putra, yaitu Didit Suwandi, Ir. Yang lahir pada tanggal 22 Pebruari 1958 dan meninggal dunia di Surabaya pada tanggal 22 Agustus 2006, dan dimakamkan di pemakaman umum di Surabaya. Sedang dari perkawinan kedua, yaitu dengan Bapak Sugiono, SH., beliau tidak mempunyai keturunan. Tetapi dari perkawinan sebelumnya dengan ibu dari Pasuruan, bapak Sugiono, SH. juga telah mempunyai seorang putri, yaitu Tjandra Dinarjati, SH. Pada awalnya beliau sekeluarga tinggal bersama-sama Eyang Baron di rumah Wates, kemudian pindah ke Dukuh Kupang Timur, Surabaya. Saat itu Bapak Sugiono, SH. berdinas di Kopertis yaitu Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta, sering juga bertugas hingga ke Kalimantan. Setelah memasuki masa pensiun, ibu Tutut ditemani Bapak Sugiono kembali pindah ke rumah Wates, Baron. Setelah menderita stroke beberapa lama, akhirnya ibu Tutut meninggal dunia di Baron pada tanggal 18 Juli 2006, dimakamkan di pemakaman Padasan, Baron. Berikut ini susunan silsilah dari keluarga ibu Tutut Sumarjati.
16 Buku Kenangan Trah Marsimin – from Baron with love 2014
Bpk. Giono, Ibu Tutut, Ibu Rosemeier, Ibu Mamiek, Eyang Widji, Ibu Sitah, Didin. Di Rumah Wates, Baron (ket. dari kiri ke kanan)
Didin, Bpk Giono, Ibu Tutut, Didit, Niendy, Wiwik, Rizky (ket dari Kiri ke Kanan)
17 Buku Kenangan Trah Marsimin – from Baron with love 2014
PUTRA KELIMA Putra kelima adalah Ir. H Sumardjoko. Beliau lahir pada tanggal 21 Agustus 1939 di Kota Lontong Balap, Surabaya. Sama seperti putra ketiga, beliau adalah alumnus Fakultas Teknik Kimia UGM. Pada awalnya beliau sempat menjadi seorang guru di Jogyakarta. Kemudian pindah bekerja di Pertamina, dan ditempatkan di Balikpapan, Kalimantan. Beberapa tahun kemudian dipindah ke kota Cilacap, Jawa Tengah, dan bertempat tinggal di kompleks perumahan Lomanis, Cilacap. Setelah menyelesaikan pendidikannya di Jogyakarta, Bapak Sumardjoko kembali bertugas di Kota Cilacap, dan berdomisili di komplek perumahan Gunung Simping, Cilacap. Pada akhirnya beliau ditugaskan di Balongan, Indramayu. Suatu ketika dalam satu perjalanan dari Indramayu ke Jogyakarta pernah mengalami kecelakaan lalu-lintas, alhamdulillah beliau selamat dalam peristiwa tersebut meskipun mobil yang ditumpangi rusak berat. Bapak Sumardjoko mempersunting Ibu Suprapti, yaitu putri semata wayang dari Ibu Gien (Ny. Waginah, 1923 – 6 Mei 2007) dari dukuh Kandeg, Baron. Dari perkawinan tersebut beliau dikaruniai tiga orang putra-putri dan lima orang cucu. Pada tahun 1993, Bapak Sumardjoko sekeluarga menemani Eyang Widji melaksanakan ibadah haji dan alhamdulillah dapat menyelesaikan perjalanan haji tersebut dengan sebaik-baiknya. Pada masa pensiun beliau sering bolak-balik Baron- Jogyakarta, tinggal di Kandeg, Baron atau di Deresan, Jogyakarta, menengok dan menemani anak cucu. Berikut silsilah dari putra kelima.
Ir H Sumardjoko + Hj Suprapti 1. Yogi Wikanestri, alm. (Meninggal dunia pada tanggal 27 Mei 1970)
2. Hj Ale Ratna Dianing Pratiwi, SP + H Bambang Suprianta, SP, MP 2.1. Sage Farah Nur Anindita Supriyanta 2.2. Nona Adelia Talitha Supriyanta 2.3. Bintang Nurfaiz Moningaba Supriyanta
3. H Baron Dika Amboro + Endah Kusuma Wardani, S.Kom 3.1. Jasmine Eba Almiradewi 3.2. Muhammad Raditya Eba Yuwaaraja 18 Buku Kenangan Trah Marsimin – from Baron with love 2014
Bambang dan Faiz, Anind, Ale dan Nona, Bpk Joko dan Ibu Prapti, Dika dan Jasmin, Endah dan Ditya (ket. dari kiri ke kanan)
19 Buku Kenangan Trah Marsimin – from Baron with love 2014
PUTRA KEENAM Putra keenam adalah Sumardjito, yang lahir di Baron pada tanggal 24 Juni 1942 yaitu saat bergejolaknya perang dunia ke dua. Pada masa mudanya di Baron, beliau bersama saudaranya adalah pemain badminton yang tangguh dan sering menjadi juara. Hingga suatu ketika pernah dilarang ikut dalam perlombaan karena selalu jadi juaranya. Hidup di Jakarta, beliau bekerja di Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Kemudian setelah tinggal di Perumnas Bekasi selama beberapa tahun, akhirnya beliau sekeluarga pindah dan menetap di rumah Lobeser Kulon, Baron, sampai sekarang. Berikut tugasnya pun pindah ke Dinas Kesehatan Nganjuk sampai beliau memasuki masa pensiun. Mengisi saat senggang beliau rajin dengan berbagai macam pekerjaan, antara lain, menanam melon, budidaya jamur, beternak ayam potong maupun ayam petelor, beternak bebek, bahkan pernah mencoba pembibitan jangkrik yang kala itu sempat menjamur dimana-mana. Beliau membangun biduk rumah tangganya bersama Ibu Sri Sukarmiati, yang saat itu tinggal di Lobeser Kulon, Baron. Dan dari perkawinan tersebut bapak Sumardjito dikaruniai empat orang putraputri dan lima orang cucu. Dan berikut ini adalah silsilah dari keluarga Sumardjito.
Sumardjito + Sri Sukarmiati 1. Ika Sri Handini, SE + Wuryanto 1.1. Khana Tuz-zahra Aulia Ramadhani 1.2. Khanza Habibita Urbajingga
2. Chuska Sumarhandoko, S.Sos + Esti Eka Cahyani, SE 2.1. Fika Echa Rillya 2.2. Azkha Boing Sasongko
3. Royka Suhandono, SH + Ani Yuliastuti, SH 3.1. Alisa Tinarahati
4. Ellesa Sriwedani, S.Pi
20 Buku Kenangan Trah Marsimin – from Baron with love 2014
Roy, Ani, Wuryanto, Ika dan Khanza, Elle, Chuska, Esti – Ibu Sri, Khana, Fika, Bpk Djito dan Lisa (ket. dari kiri ke kanan)
21 Buku Kenangan Trah Marsimin – from Baron with love 2014
PUTRA KETUJUH Putra ketujuh adalah dr. H Suwito, Sp.A, beliau lahir di kota Surabaya pada tanggal 24 Juni 1944. Beliau adalah alumnus Fakultas Kedokteran UGM. Pengalaman yang tidak terlupakan adalah ketika diterima dan mendaftar ulang di FK UGM harus menyerahkan Surat Keterangan Sehat yang baru, karena belum ada fotocopy untuk mengkopi surat yang lama. Maka kembalilah beliau ke dokter di Kediri, tetapi setelah melihat kondisi beliau dan dengan berbagai alasan suratpun tidak diberikan oleh dokter tersebut. Dengan perasaan sedih, diutarakanlah masalah tersebut kepada Eyang Widji. Yang lalu mengajaknya ke dokter di Nganjuk untuk minta surat keterangan sehat, yaitu dengan naik oplet pada sore harinya. Alhamdulillah, pemeriksaan berjalan lancar dan suratpun diberikan, seolah Allah tidak memperlihatkan kondisi beliau. Akan tetapi pada saat pulang mereka kemalaman dan sudah tidak ada oplet lagi. Walhasil, setelah berusaha menyetop kendaraan, akhirnya ada juga yang berbaik hati memberikan tumpangan sampai Baron dengan gratis. Allahu Akbar ... dr. Suwito pun bertugas di Rumah Sakit Umum Daerah Nganjuk. Beliau sekeluarga sempat beberapa lama tinggal di daerah Dongdet, sebelum kemudian menempati dan praktek di rumah dinas di Jl. Dr. Sutomo, persis di depan Gedung Juang, Nganjuk, tidak begitu jauh dengan lokasi Rumah Sakit. Beberapa tahun bertugas di Nganjuk, beliau bersama keluarga akhirnya kembali ke kota Gudeg untuk mengambil pendidikan dokter spesialis anak. Disana beliau menempati bagian depan rumah Bapak Marsidi, yaitu di Pogung Kidul, Jogyakarta. Selepas masa studi, maka Kota Boyolali menjadi tujuan beliau selanjutnya untuk mengemban tugas mulia. Disana menempati rumah dinas di dekat Rumah Sakit Pandan Arang Boyolali. Suasana saat itu masih sepi dan dingin sekali, jauh berbeda dengan keadaan saat sekarang. Bahkan beberapa rumah dinas masih kosong belum ada yang menempati. Selain sibuk dengan pekerjaan sehari-hari serta praktik di rumah, beliau masih menyempatkan diri dalam kegiatan pengajian dan sosial lainnya. Bersama rekan kerja dan keluarganya, beliau juga membentuk satu kelompok vokal, yaitu “Suloyo Nada”, untuk menghibur diri di kala senggang menepi dari rutinitas yang padat. Setelah masa pensiun, beliau masih aktif visite di Rumah Sakit, serta praktik dokter di rumah, yaitu di Jl. Anggrek, Boyolali. Selain itu juga gemar membuat sendiri beberapa alat non medis, bahkan sempat dipasarkan juga. Karena kondisi penyakitnya, seringkali beliau harus keluar masuk rumah sakit untuk dirawat. Dan akhirnya beliau meninggal dunia di RS Sardjito, Jogyakarta, pada tanggal 16 September 2013, kemudian dimakamkan di kota Boyolali, Jawa tengah. Bersama ibu Hj Harjati, beliau dikaruniai empat orang putra-putri, serta empat orang cucu. Berikut ini susunan keluarga dari putra ke tujuh. 22 Buku Kenangan Trah Marsimin – from Baron with love 2014
dr H Suwito SpA + Hj Harjati 1. Iwin Nawantiana Widyarini, SP + Damon Tancang Samodra, SP 1.1. Aziz Naufal Alaudin Nadian 1.2. Aqila Nisrina Araminta Tatiana
2. Ody Dasa Fitranto + dr. Nur Indah Ekowati 2.1. Avisena Daffa Lintangseta 2.2. Jenar Rawikara Qurrota A'yun
3. Uce Akhtarianto, ST + Dyah Ayu Ratnawati, S.Farm, Apt 4. dr Argadia Yuniriadi
Anan, Indah, Iwin dan Qila, ibu Yati, Bpk Wito, Uce, Ayu, Arga, Daffa, Ody dan Atta, Damon (ket. dari kiri ke kanan)
PUTRA KEDELAPAN Putra kedelapan adalah Sumarjani, alm (1946-1948). Meninggal dunia saat berusia sekitar dua tahun karena sakit diare dalam pengungsian di desa Jeruk Lor, Baron. Innalillahi wa innalillahi rojiun.
23 Buku Kenangan Trah Marsimin – from Baron with love 2014
PUTRA KESEMBILAN Putra kesembilan adalah H Gaguk Sunoko. Beliau lahir di Baron pada tanggal 25 Agustus 1951. Setelah menyelesaikan pendidikan di SMAN Kertosono sempat melanjutkan kuliah di Fakultas Peternakan UGM, tetapi tidak sampai selesai. Beliau pun hijrah ke kota Jakarta. Disana mendapatkan pekerjaan di Garuda Indonesian Airways (GIA) di bagian processing data, bahkan sempat dikirim untuk belajar ke negara Swiss. Di Jakarta pula beliau bertemu dengan tambatan hatinya, ibu Hj Sabaniar, hingga berlanjut ke pelaminan. Beberapa tahun membina rumah tangga mereka dikaruniai tiga orang putra-putri dan tiga orang cucu. Setelah beberapa tahun bekerja di GIA, beliau mendapatkan tawaran untuk bekerja di Amerika, yaitu dari perusahaan penerbangan American Airlines. Dan kesempatan untuk bekerja di negri Paman Sam tidak disia-siakan oleh Bpk Gaguk Sunoko. Masih teringat kala beliau berpamitan ke Eyang Widji di Baron, lalu Eyang dan beberapa kerabat hanya bisa mengantarkan keberangkatannya sampai di stasiun Nganjuk saja, air mata tak kuasa meleleh di pipi. Bayangkan satu orang putra tercintanya pergi jauh ke negeri orang di seberang benua nan jauh disana dan entah kapan bisa berjumpa pula. Alhamdulillah, meskipun jauh, beliau masih menyempatkan untuk pulang ke tanah air guna menengok orang tua serta saudara-saudaranya, setiap satu atau dua tahun sekali, biasanya tak lupa dengan membawa oleh-oleh coklat serta t-shirt khas Amerika (Like This). Di Amerika Bpk. Gaguk Sunoko tinggal di Arlington, Texas. Demikan pula dengan anak cucu beliau semuanya menetap disana hingga saat ini. Disana, selain bekerja, beliau juga rajin dalam kegiatan pengajian maupun olahraga, khususnya badminton. Penggemar berat Sang Juwara Koes Plus dan Api di Bukit Menoreh ini aktif pula membuat status di Facebook Group Trah. Dan di bawah ini adalah silsilah keluarga dari putra kesembilan.
H Gaguk Sunoko + Hj Sabaniar 1. Vitria Wulandari Septyarini, BBA + Emil Harsa 1.1. Zacht 1.2. Reza
2. Dwitasari Yunita Sunoko + 2.1 Armand
3. Baron Meganugraha Sunoko 24 Buku Kenangan Trah Marsimin – from Baron with love 2014
Vitri, Zach, Bpk Gaguk dan Reza, Ibu Sabaniar, Armand, Nita Emil, Baron, …... (ket.dari kiri ke kanan)
Jakarta, Desember 2006. Resepsi perkawinan Vitri dan Emil dihadiri keluarga besar Trah Marsimin.
25 Buku Kenangan Trah Marsimin – from Baron with love 2014
PUTRA KESEPULUH Putra kesepuluh adalah Sumarsono, BA. lahir di Baron pada tahun 1954. Selepas dari SMAN Kertosono, beliau melanjutkan pendidikannya di kota Surabaya, yaitu di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) hingga mencapai gelar Sarjana Muda. Di kota pahlawan ini Bpk. Sumarsono berkenalan dengan Ibu Sri Utami Dwi Ananti, dan berlanjut hingga ke jenjang perkawinan. Dan saat ini sudah dikaruniai dua orang putra-putri serta tiga orang cucu. Panggilan tugas membuat Bpk Sumarsono sekeluarga harus berdomisili di kota Purwakarta, Jawa Barat. Meskipun sibuk dengan pekerjaan mengajar, beliau masih menyempatkan diri untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang sarjana dan untuk itu pun harus bolak-balik ke Jakarta-Purwakarta. Malang tak dapat ditolak, pada saat dalam perjalanan pulang beliau mendapatkan musibah kecelakaan di jalan, hingga meninggal dunia, yaitu pada tanggal 14 Oktober 1986. Jenazah beliaupun dibawa pulang dan dikebumikan di pemakaman Padasan, Baron. Sepeninggal suami tercinta, ibu Ana berserta kedua buah hatinya yang masih kecil-kecil pun kembali pulang ke kota Surabaya. Beliau bekerja di bimbingan belajar SIC (di Surabaya saat ini sudah tidak buka) dan percetakan buku SIC. Berkat perjuangannya yang gigih, beliau dapat mendidik dan mengantarkan putra-putrinya hingga berkeluarga semuanya, membangun rumah sendiri di daerah Kali Kepiting Jaya, dan pada akhirnya beliau juga dapat memenuhi panggilan menunaikan ibadah haji menjadi tamu Allah di tanah suci. Dan berikut ini adalah silsilah dari putra kesepuluh, Bpk Sumarsono, BA. Dengan Vespa kesayangan
Sumarsono, BA + Hj Sri Utami Dwi Ananti 1. Purwa Ardi Ananta + Sudarsih 1.1. Rafandra Aqlan Lazuardi Ardana
2. Dwi Rubarini Mardiati + Nanang Setiawan 2.1. Indahing Wahju Kinanti 2.2. Intan Arom Ririsanti
26
Buku Kenangan Trah Marsimin – from Baron with love 2014
Resepsi perkawinan Bpk. Sumarsono dan Ibu Sri Utami di Gedung Maranatha, Jl. Yos Sudarso, Surabaya.
Darsih, Ardi, Ibu Ana dan Raffa, Nanang, Indah, Rini, Arom
Keluarga Sumarsono
27 Buku Kenangan Trah Marsimin – from Baron with love 2014
PUTRA KESEBELAS Putra kesebelas adalah dr H Sumadiono, Sp A. Beliau lahir di kota Pamekasan, Madura, pada tanggal 9 Oktober 1956. Saat lulus dari SMP beliau menjadi juara dan kemudian setelah lulus dari SMAN Kertosono, Bpk Sumadiono melanjutkan pendidikannnya di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Di kampus itulah beliau berjumpa dengan belahan jiwanya, dr Rahajeng Lestari, Sp.M dan pada bulan Januari 1984 di kota Mojokerto, yang terkenal dengan onde-onde Bo-Liem nya, mereka melangsungkan akad nikah berikut resepsi pernikahannya, setelah itu juga diadakan acara ngunduh mantu yang cukup meriah di Baron. Ketika beliau lulus dari sekolah kedokteran, Eyang Widji mendapatkan penghargaan sebagai “Ibu Teladan”. Sungguh satu contoh keteladanan yang patut untuk ditiru oleh anak cucu Eyang Baron. Dan tugas pertama dr Suma adalah di suatu puskesmas terpencil di pegunungan Sikumbang, Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes. Pada saat itu Eyang Widji, meski sudah relatif sepuh, menyempatkan menjenguk walaupun kondisi dan lokasi puskesmas tersebut sangatlah sulit. Beberapa lama kemudian, dr Suma pindah bertugas di sebuah puskesmas di Brebes, dekat dengan sentra pasar bawang merah. Ketika anak pertama mereka dalam kandungan tua, Eyang Widji yang dengan senang hati menunggu dan menjaga dr Rahajeng pada saat acara penataran dan ikut kost beberapa hari di Semarang. Satu kejadian yang tak terlupakan adalah ketika anak kedua yang masih kecil mengalami sakit sehingga harus opname beberapa lama di Jakarta, kabarnya bahkan sempat tidak sadarkan diri beberapa hari. Dan setelah sembuhpun perlu perjuangan Anang, Ibu Soem, Ibu Tutut, dr.Suma, Eyang Widji, Bpk.Giek. hebat untuk menuntun dan mengajarinya tumbuh dan berkembang seperti halnya anak-anak yang lain. Dan putri ketiga yang bisa menjadi pemicu dan semangat bagi putra kedua untuk terus bangkit dan meraih cita-citanya. Alhamdulillah. Setelah beberapa tahun bertugas di Brebes dengan suka dan dukanya, maka tibalah saatnya bagi dr Suma sekeluarga pindah ke Jogyakarta, yaitu untuk melanjutkan pendidikannya di bidang spesialis. Dr Suma mengambil spesialis anak sedangkan dr Rahajeng mengambil spesialis mata. Mereka tinggal di Pogung sampai selesai studi. Dan kemudian pindah ke perumahan Ngadiwinatan. Sementara itu dr Sumadiono Sp.A bertugas di RS Sardjito dan dr Rahajeng bertugas di DKT (Rumah Sakit Dinas Kesehatan Tentara) Jogyakarta. Saat ini mereka sekeluarga bertempat tinggal di perumahan Tirta Mas, dan sebelumnya pernah juga tinggal di perumahan Griya Perwita, Jl. Kaliurang. Dan kesibukan dr Suma saat inipun luar biasa sekali, tidak terhitung lagi kota-kota yang telah disinggahi di dalam maupun luar negeri dalam menjalankan darma baktinya. Sementara itu Allah mengkaruniai perkawinannya dengan tiga orang putra-putri, dan berikut ini silsilah dari keluarga putra kesebelas. 28 Buku Kenangan Trah Marsimin – from Baron with love 2014
dr H Sumadiono, SpA + dr Rahajeng Lestari, SpM 1. dr Rizki Kawa Ramadhani + dr Riska Suryani 2. Andi Himawan Pradipta 3. dr Asri Parantri
Bpk.Suma dan Asri, dr Rahajeng – Riski, Andi
Januari 1984, Resepsi Ngunduh Mantu dr. Sumadiono, di rumah Wates, Baron.
Buku Kenangan Trah Marsimin – from Baron with love 2014
29
Keluarga dr. H Sumadiono,Sp A.
dr. Suma, dr.Rahajeng, dr. Asri, Andi, dr. Riska, dr. Riski (ket.dari kiri ke kanan)
30 Buku Kenangan Trah Marsimin – from Baron with love 2014
PUTRA KEDUABELAS Putra Keduabelas adalah Sumarningsih, alm. Meninggal dunia saat berusia sekitar dua tahun pada tahun 1962. Dimakamkan di pemakaman Mrican, Kediri. Innalillahi wa innalillahi rojiun. ------------- * ------------
…..., Bpk. Marwan, Ibu Siti, Bpk.Djono dan Ninik, Ibu Tutut, Bpk. Giek dan Anang, Bpk. Djito dan Bpk. Suwito ibu Umijati dan Ria, Bpk. Sumarsono, Eyang Marsimin, Eyang Widji, Bpk. Gaguk, Ibu Soemarmi dan Bambang, Wati, Bpk. Sumadiono, ...., Didit, Tari. (Ket.dari kiri ke kanan). Wates, Baron. Tahun 1964.
31 Buku Kenangan Trah Marsimin – from Baron with love 2014
FOTO PROSESI PEMAKAMAN EYANG BARON
32 Buku Kenangan Trah Marsimin – from Baron with love 2014
33 Buku Kenangan Trah Marsimin – from Baron with love 2014
34
Buku Kenangan Trah Marsimin – from Baron with love 2014
35 Buku Kenangan Trah Marsimin – from Baron with love 2014
SYIIR TANPO WATON Astaghfirulloh...Robbal baroyaah.... Astaghfirulloh...Minal Khothoyah.... Robbi zithni..'ilmannafii'aa...Wawaffiqni...'Amalaan sholikha.... Ya roshulalloh..salam mun'alaika... Ya rofi'asyaaniwaddaarojii.... 'Athfataiyajii rotal'alaami... Ya Uuhailaljudiwalkaromi.....2X Ngawiti ingsun...nglaras syi'iran...Kelawan muji maring Pangeran... Kang paring rohmat lan kenikmatan...Rino wengine....tanpo pitungan....2X Duh bolo konco...prio wanito....Ojo mung ngaji syare'at bloko.... Gur pinter dongeng nulis lan moco...Tembe mburine...bakal sangsoro....2X Akeh kang apal....Qur'an Hadist e...Seneng Ngafirkeh marang liyane... Kafir e dewe Ga' di gatekke...Yen isih kotor...ati akale...2x Gampang kabujuk...Nafsu angkoro...Ing pepaese Gebyare ndunyo.... Iri lan meri sugi e tonggo...Mulo atine...peteng lan Nisto...2X Ayo sedulur...Jo nglale ake...Wajib e ngaji sak pranatane... Nggo ngandelake iman Tauhid e...Baguse sangu...mulyo matine...2X Kang aran sholeh...bagus atine...Kerono mapan sari ilmune... Laku torekot lan ma'rifate...Ugo hakekot...manjing rasane...2X Alqur'an kodhim...wahyu minulyo...Tanpo tinulis iso diwoco... Iku wejangan guru waskito...Den tancep ake ing njero dodo...2X Kumantel ati...lan pikiran...Mrasuk ing badan kabeh njeroan... Mukjizat rosul dadi pedoman...Minongko dalan...manjing e iman...2X Kelawan Alloh...Kang maha Suci...Kuduh rangkulan rino lan wengi... Di tirakati di riadhoi...Dzikir lan suluk jo nganti lali...2X Urip e ayem...rumongso aman...Dununge roso tondo yen iman... Sabar nerimo snajan paspasan..Kabeh tinakdir saking pengeran...2X Kelawan konco...dulur lan tonggo...Kang podo rukun ojo daksio... Iku sunnah e rosul kang mulyo...Nabi muhammad...panutan kito...2X Ayo nglakoni...sekabeane...Alloh kang bakal ngangkat drajate... Senajan ashor toto dhohire...Ananging mulyo makom drajat e...2X Lamun palastro...ing pungkasane...Ora kesasar roh lan sukmane... Den gadang Alloh syuargo manggone...Utuh mayite...ugo ules...2X Ya roshulalloh..salam mun'alaika...Ya rofi'asyaaniwaddaarojii.... 'Athfataiyajii rotal'alaami...Ya Uuhailaljudiwalkaromi.....2X
Buku Kenangan Trah Marsimin – from Baron with love 2014
36
FACEBOOK DAN WHATSAPP Sekedar kangen-kangenan atau berbagi info penting dan semacamnya bisa dilakukan lewat media berikut ini : -------------
Facebook www.Facebook.com/groups/Trah Marsimin Sumarto -----------Whatsapp Trah Baron (Ale – 081-328-273-245) bisa telepon dan sms juga -----------Yahoo!Groups
[email protected] -----------Surat dan paket Jl. Cempaka Putih CT X / 143 Deresan, Jogyakarta 55281 -----------Email
[email protected] [email protected] [email protected] -------------
37 Buku Kenangan Trah Marsimin – from Baron with love 2014
SILSILAH KELUARGA BESAR KI MERTOYUDO
38
Buku Kenangan Trah Marsimin – from Baron with love 2014
39 Buku Kenangan Trah Marsimin – from Baron with love 2014
40 Buku Kenangan Trah Marsimin – from Baron with love 2014
41 Buku Kenangan Trah Marsimin – from Baron with love 2014
42 Buku Kenangan Trah Marsimin – from Baron with love 2014
43 Buku Kenangan Trah Marsimin – from Baron with love 2014
Buku Kenangan Trah Marsimin – from Baron with love 2014
Buku Kenangan Trah Marsimin – from Baron with love 2014
Buku Kenangan Trah Marsimin – from Baron with love 2014
Buku Kenangan Trah Marsimin – from Baron with love 2014
Buku Kenangan Trah Marsimin – from Baron with love 2014
Buku Kenangan Trah Marsimin – from Baron with love 2014
Buku Kenangan Trah Marsimin – from Baron with love 2014