Jejak Langkah IV
Hidup sebagai Pejabat dan Kenangan dari Kolega A. Papan Nama yang Tak Terpasang Sosok Umar Said terkenal dengan kebersahajaannya, meskipun Umar menduduki jabatan-jabatan penting baik di birokrasi pemerintahan maupun di perusahaan. Salah satu contohnya adalah ketika Umar Said dipercaya sebagai salah satu Dewan Komisaris Pertamina untuk yang kedua kali. Ketika komisaris yang lain memasang papan nama di pintu ruangan masing-masing, Umar justru menolak papan namanya terpasang. Hal tersebut tak lepas dari pengalamannya sewaktu Umar bertandang ke kantor urusan Migas di suatu negara di Eropa. Disitulah tempat penting yang mengendalikan minyak negara tersebut. Siapapun tamu yang masuk ke kantor itu tidak diperkenankan membawa tas, membawa disk, USB, kertas, atau apapun. Jadi masuk hanya orangnya saja demikian pula ketika keluar tidak akan membawa apapun. Karena disitulah informasi kekayaan minyak negara tersebut di simpan dan dianalisis. Di pintu|
79
|
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said
pintu pejabatnya pun tidak ada nama. Jadi jika ada orang masuk dan celingukan tidak jelas, dapat dipastikan orang tersebut bukan tamu yang benar. Atas dasar itulah Umar tidak ingin ada papan namanya di pintu komisaris, yang menemui Umar di kantor adalah benar-benar orang yang berkepentingan, sudah tahu orang yang hendak dituju, tidak celingukan. Umar benar-benar menjaga kepentingan informasi Pertamina. Sebab sebagaimana di Norwegia, kantor Pertamina juga amat berharga. Bahkan, tempat sampah Pertamina juga diburu orang. Untuk mendapatkan informasi-informasi berharga, misalnya konsep-konsep yang pernah ditulis, rencana-rencana strategis Pertamina. Menurut Umar, saat ini kelemahan Pertamina terbesar adalah banyak sekretarisnya diambil dari outsource, dari pihak diluar Pertamina. Mereka diburu oleh ‘pihak lain’ yang ingin mengetahui isi ‘otak’ Pertamina. Untuk itu Umar benar-benar menjaga aspek kerahasiaan Pertamina, sebagaimana yang dilakukan Umar ketika menjabat Sekjen di Departemen Pertambangan dan Energi.
B. Pemimpin yang Mengayomi Anak Buah Sebagai pejabat penting, Umar dikenal tidak protokoler dan memperjuangkan kepentingan bawahannya. Seperti ketika Umar Said memperjuangkan perumahan untuk pegawai negeri sipil (PNS). Pada masa itu PNS tidak seperti saat ini yang relatif lebih terjamin kesejahteraannya. PNS masa itu miskin sekali, karena kenaikan gaji PNS yang amat jarang dilakukan pada masa Orde Baru. PNS Departemen Pertambangan dan Energi ada beribu-ribu yang kebanyakan tidak mempunyai rumah tinggal sendiri. Umar menghubungi pengusaha-pengusaha kaya untuk meminjam uang. Selama ini banyak pengusaha ingin menghadiahi Umar uang, tetapi selalu berakhir dengan penolakan. Pengusaha tersebut keheranan, kapan Umar akan mengembalikan hutangnya, wong cuman PNS. Dengan argumentasinya
|
80
|
yang cerdas Umar menyatakan ini bukan pinjaman pribadi, kalau bisa dikembalikan ya dikembalikan, kalau tidak sanggup mengembalikan dicatat saja sebagai hutang. Umar pun mendapatkan pinjaman dari pengusaha. Uang tersebut diturunkan ke koperasi pegawai negeri atau Korpri. Anggota koperasi yang ingin mencicil rumah dapat meminjam ke koperasi dengan berbagai kemudahan dan bunga cicilan yang sangat ringan yaitu tiga persen. Pegawai negeri sangat menikmati program ini dan berterima kasih kepada Umar Said. Bahkan dari tiga persen itu terakumulasi menjadi dana yang cukup banyak. Pengusaha yang meminjamkan uang pun tidak pernah menagih piutangnya. Demikian pula pada waktu Umar menjabat, diberlakukan kebijakan jika ada keluarga pegawai negeri yang sakit akan diberikan bantuan yang nilainya 25 ribu rupiah waktu itu. Untuk tunjangan kematian juga disediakan. Kebijakan ini amat membantu PNS terutama yang golongan bawah. Setiap acara 17 Agustusan Umar juga meminta sumbangan kepada pengusaha. Pengusaha yang selalu ditolak jika memberikan uang untuk pribadi Umar. Apalagi jabatan bergengsi Umar yang kala itu membawahi PLN, Pertamina, PTBA, PT Timah, PGN, dan satu lagi yang dibubarkan oleh Umar karena terus merugi yaitu Angkutan Pertambangan. Pemenang lelang-lelang pada masa itu sangat antusias hendak memberi uang kepada Umar. Integritasnya yang selalu terjaga tidak memberikan ruang kepada pengusaha untuk memberi secara pribadi kepada Umar. Tetapi Umar menagih komitmen pengusaha tersebut untuk menjadi sponsor pada acara-acara 17 Agustusan di Departemen Pertambangan dan Energi. Umar tidak mau menerima sumbangan dalam bentuk uang apalagi langsung ke pribadi Umar. Maka pengusaha-pengusaha tersebut diminta membelikan aneka hadiah-hadian perlombaan seperti sepatu dan sebagainya. Karena kebaikan-kebaikan Umar kepada bawahannya, maka Umar yang tegas mendapat penghormatan dan kecintaan dari anak buahnya.
|
81
|
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said
C. Seorang Birokrat yang Cerdas, Tegas, Lugas, Berintegritas. Bapak Efwizen Chaniago, atau yang dikenal dengan panggilan Pak Zen, masuk Biro Perencanaan pada tahun 1985, kurang lebih satu atau dua tahun lebih dahulu dibanding Pak Umar Said, dimana Pak Umar masuk ke Biro Perencanaan langsung sebagai pimpinan. Meski orang baru di Biro, pembawaan beliau nampak tenang. Waktu itu Pak Umar sudah selesai mengambil Doktor di Amerika. Di Kabinet Pembangunan jaman dulu, yang paling terkenal ada tiga menteri yaitu: Pak Habibie, Pak Ginandjar, Pak Emil Salim. Masingmasing orang punya kelas tersendiri. Pak Habibie seorang teknolog, Pak Ginandjar birokrat ulung, dan Pak Emil ini teknokrat. Ada cerita yang sampai ke telinga Pak Zen, suatu kali Pak Habibie menceritakan panjang lebar tentang suatu persoalan yang berhubungan dengan blok Natuna. Kemudian ada seorang yang berani menyanggah pendapat Pak Habibie, yang argumennya seolah-olah mementahkan argumentasi Pak Habibie. Sampai Pak Habibie bertanya ke Pak Ginandjar siapa itu yang punya argumentasi solid. Pak Ginandjar mengatakan itulah yang namanya Doktor Umar Said. Pak Ginandjar adalah birokrat ulung yang sangat jeli memilih orang yang akan mengelola birokrasi. Pak Ginandjar paham betul tugas dan fungsi birokrasi. Seperti semua konsep yang masuk meja beliau dibaca dengan seksama. Salah satu tugas Pak Umar adalah membuat draft untuk dibaca Pak Ginandjar. Pernah, Pak Umar mengirim draft tebal sekitar jam Maghrib, dan jam 10 malam draft sudah turun keluar dengan koreksian coret-coretan Pak Ginandjar. Hebatnya, Pak Ginandjar mampu membuat sinkron tema demi tema, konsep demi konsep. Dengan “selera” Pak Ginandjar yang setinggi itu, maka yang pas sebagai Kepala Biro adalah Pak Umar Said. Terlihat Pak Ginandjar memilih orang tidak sembarangan, orang dengan kualifikasi setinggi Pak Umar. Pak Ginandjar seperti ayahandanya Husen Kartasasmita yang penuh pengabidan kepada Negara. Pak Ginandjar merombak Departemen |
82
|
Pertambangan dan Energi dari departemen yang sangat tertutup menjadi lebih terbuka. Pak Ginandjar membawa nuansa baru di pemerintahan yaitu reformasi birokrasi. Perubahan tatanan dari kerja birokrasi yang awalnya agak lamban menjadi lebih cepat. Reformasi birokrasi ini tercermin dari cara kerja Pak Umar Said memimpin Biro Perencanaan. Pak Umar cepat dalam mengambil keputusan, tidak dilama-lama. Setiap rapat berlangsung efektif, antara 10 hingga 20 menit rapat selesai dengan taktis. Rapat dibuka Pak Umar, ditanyakan siapa saja yang hadir, apa agenda yang hendak dibahas, kemudian membagi pekerjaan kepada yang hadir rapat sebagai penugasan. Pada rapat selanjutnya dibahas kemajuan dan evaluasi dari penugasan-penugasan tersebut. Gaya rapat ini tidak hanya berlaku untuk pegawai internal Biro, tetapi juga untuk rapat-rapat yang melibatkan pihak eksternal. Seperti ketika mengumpulkan pimpinan proyek dari seluruh Indonesia, Pak Umar Said tetap bisa menyelenggarakan rapat dengan efektif. Tidak berlama-lama dalam rapat, dan cepat mengambil keputusan. Membagi pekerjaan untuk setiap wilayah kerja pimpinan proyek tersebut. Karakter Pak Umar, jika beliau yakin terhadap suatu keputusan, beliau cepat ambil keputusan, anak buah dibawah menjadi tidak ragu melakukan pekerjaan yang diputuskan Pak Umar Said. Pak Zen menghormati dan mengagumi, Pak Umar Said karena dalam kesehariannya Pak Umar adalah seorang pekerja keras, jujur, sederhana, tegas, punya integritas, dan setia kawannya tinggi. Kualitas istimewa yang berhimpun pada satu orang Umar Said. Contoh kejujuran Pak Umar Said, jika perjalanan dinas ke Bandung satu hari, maka beliau hanya satu hari ke Bandung. Konsisten dan jujur, apa yang beliau katakan itulah yang beliau lakukan. Untuk penugasan perjalanan dinas, jika anak buahnya bisa menangani ke daerah, maka beliau belum turun dan tetap ada di kantor. Beliau juga makan siang di kantor, tidak menggunakan jam kantor untuk keluyuran atau kepentingan tidak jelas di luar kantor. |
83
|
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said
Sementara itu birokrat yang ‘melanggar’ beliau didik dengan sikap beliau, keteladanan beliau, orang akhirnya malu sendiri. Beliau akan mengapresiasi orang yang mau bekerja. Yang beliau pegang adalah kejujuran orang. Sekali berbohong kepada beliau maka habislah sudah. Beliau tidak mau mengganggu orang-orang yang kerap melanggar aturan, tetapi beliau didik saja dengan sikap beliau. Misalnya saja, birokrat yang memakai perjalanan dinas dengan tidak benar, maka beliau tidak akan mau berangkat dengan orang tersebut. Jika Pak Umar menugaskan pegawai untuk kunjungan ke daerah, maka sepulangnya disuruh presentasi kondisi yang terjadi di daerah itu. Pak Umar tidak main-main, beliau mencontohkan dirinya sendiri. Contohnya sewaktu Pak Zen ada kunjungan kerja ke Aceh, maka Pak Umar meminta pertanggung-jawaban, diberikan laporan secara tertulis untuk beliau dan presentasi untuk orang banyak. Pak Umar Said adalah seorang pemimpin yang tegas. Salah satu contoh ketegasan Pak Umar, dulu waktu pembangunan listrik pedesaan, beliau kumpulkan pimpinan proyek di seluruh Indonesia, beliau tanyakan desa mana saja yang belum masuk listrik. Beliau meminta pimpinan proyek untuk memasukkan ke dalam daftar isian proyek saat itu juga, untuk bisa Pak Umar proses ke Bappenas selekasnya. Pak Umar juga tidak menaruh kepentingan pribadi sedikitpun dalam pekerjaan, sehingga tidak mempunyai beban dalam mengambil keputusan-keputusan. Kecepatan Pak Umar dalam mengenali persoalan dan mengambil keputusan, serta ketegasan beliau dalam tindakan-tindakannya, adalah karena Pak Umar selalu belajar. Beliau seolah tidak kelihatan baca koran, pantang liat orang baca koran di kantor saat jam bekerja. Pantang juga lihat orang tidak belajar. Tapi beliau adalah pemburu informasi, tidak pernah ketinggalan informasi. Dalam memimpin pekerjaan, staf diberi kelonggaran berpikir dahulu, menuangkan kemampuannya, nanti beliau bimbing. Apa yang bisa dilakukan seorang pegawai, apa yang bisa diberikan pegawai itu untuk berkembang, walaupun pegawai di tingkat bawah. Beliau acak memanggil, “tolong sebentar sini, kamu bisa bikin ini?” Dengan demikian Pak Umar |
84
|
mengetahui kemampuan dan kinerja pegawai-pegawainya. Letih itu tidak terasa. Beliau datang ke ruangan tanpa menganggu anak buahnya, beliau ketuk meja, “Ada yang sulit ga?” Menurut Pak Zen, jaman kepemimpinan Pak Umar staf bekerja dengan enjoy. Sebab setiap ada masalah selalu dicarikan jalan keluar. Pak Umar memotivasi orang sekaligus menjadi teladan, sehingga orang tidak terbebani, sebab ketulusannya terlihat untuk menyelesaikan pekerjaan. Beliau membuka cakrawala orang, memberikan pandangan dan pendidikan. Pak Zen sendiri belajar aplikasi WordStar dari Pak Umar. Kerendahan hati beliau meminta tolong orang untuk membantu beliau. Kalau untuk pekerjaan, beliau sudah kebayang minta tolong ke siapa. Dan kalau Pak Umar sudah minta tolong, maka staf bisa pulang pagi dengan beliau. Kalau minta tolong itu seolah tidak ada batas waktunya, harus sampai selesai. Pada saat yang sama, penghargaan beliau ke anak buah luar biasa lebih dari menghargai dirinya. Tamu-tamu dari daerah itu, kadang-kadang menaruh amplop untuk beliau. Oleh Pak Umar Said amplop-amplop dari mana-mana ditaruh di atas meja, tidak dibawa pulang. Nanti, pegawai-pegawai yang kerja lembur sampai malam dipanggil. Disuruh mengambil amplop tersebut terserah saja, disuruh ambil sendiri. Jadi beliau tidak pernah tahu isi amplop-amplop tersebut. Kadang-kadang pesuruh kantor terkejut senang karena mendapat amplop lebih banyak. Dalam kacamata Pak Zen, Pak Umar adalah sosok birokrat yang akademis. Perjalanan beliau memahami birokrasi beliau gabung dengan perjalanan beliau memahami akademik. Beliau memimpin birokrat dengan cara seperti itu. Sehingga cepat berpikir dan mengambil keputusan. Diceritakan Pak Zen, dulu ada rapat konsultasi pembangunan nasional di Bappenas yang dihadiri ketua-ketua Bappeda seluruh Indonesia. Yang memimpin rapat konsultasi biasanya satu diantara dua orang, kalau tidak Pak Ginandjar, lainnya adalah Pak Rahardi Ramelan. Pada masa itu, terlihat hebatnya Pak Harto dalam memilih pejabat negara. Ketua-ketua Bappeda dipilih rata-rata profesor dari perguruan tinggi lokal. Maka staf Biro Perencanaan juga harus maju menghadapi pertanyaan-pertanyaan |
85
|
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said
dari ketua Bappeda daerah. Kebiasaan Pak Umar adalah duduk di belakang, dan yang maju bicara di depan adalah stafnya. Tanya-jawab yang kadang berlangsung sengit dan alot. Pak Umar tidak banyak menjawab, stafnya dilatih untuk bisa menjawab. Dan apabila staf yang di depan kesulitan, beliau mengirim memo jawaban dari belakang. Tetapi jika ada pertanyaan kebijakan tingkat tinggi yang sulit dijawab oleh staf, maka dari belakang beliau pencet microphone dengan menyebut nama Umar Said, tidak pernah menyebut Departemen Pertambangan dan Energi, hanya Umar Said. Beliau menjawab dengan ringkas dan akurat. Seusai rapat Pak Umar berujar, “Orang itu dulu seperti kamu, bedanya belajarnya ga terputus sehingga jadi profesor, makanya jangan cepat puas, belajar terus.” Beliau adalah pejabat yang setiap surat dibaca, apapun dikomentari, ditindaklanjuti. Ada kisah, sebelum rapat dengar dengan DPR staf Biro Perencanaan dikirimi pertanyaan dulu oleh DPR, lebih banyak pertanyaan politis daripada substansi. Beliau baca dulu pertanyaannya kemudian staf dikumpulkan, apabila ada pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh staf akan beliau kosongkan dulu. Yang kosong beliau sendiri yang menulis, dengan bahasa yang ringkas tapi tajam. Beliau adalah birokrat yang paham dengan bahasa. Kalau ada kata yang tidak dipahami beliau akan buka kamus. Suatu kali, Pak Zen diminta memeriksa draft tulisan Pak Umar, pada kalimat penutup “Kalau seandainya terjadi kesalahan akan dirubah sebagaimana mestinya di kemudian hari.” Kata “rubah” itu dilingkari oleh Pak Zen dengan tanda panah keatas diberi komentar “binatang”. Maksud Pak Zen rubah itu binatang, bukan yang nulis draft yang dimaksud binatang. Serta merta Pak Zen dipanggil oleh Pak Umar untuk menjelaskan maksud komentar binatang tersebut. Pak Zen memberi argumen kepada beliau bahwa rubah adalah nama binatang, seharusnya bukan dirubah tapi diubah. Pak Umar menjawab, “Ah selama ini begitu.” Maka Pak Zen mengambilkan kamus Bahasa Indonesia, menunjukkan yang benar adalah diubah. Beliau diam, diamati serius, Pak Umar kalau mengamati itu serius.
|
86
|
Dengan berkelakar, Pak Zen mengatakan, “Dulu SD nya negeri loh Pak Umar, dapat pelajaran Bahasa Indonesianya juga sesuai kamus.” Sejak itu timbul kelakar yang dipopulerkan Pak Umar, “Kepala bagian yang tidak bisa Bahasa Indonesia itu SD nya ga negeri.” Kepada semua Kepala Bagian dipesankan agar konsep surat diminta diperhatikan dengan benar. Menurut Pak Zen, kalau staf dimarahi Pak Umar, maka marah beliau itu membentuk pola kerja yang baru, yang lebih baik. Ibarat tukang kayu, untuk menghaluskan kayu itu dengan diserut. Ya seperti itulah beliau. Pernah, suatu kali Pak Zen diminta Pak Umar membuat draft tulisan. Pak Zen menunggu-nunggu komentar dari beliau. Begitu muncul Pak Umar, “kurangi sedikit. kurangi bodomu itu, biar yang muncul pinternya.” Tapi bagi orang yang pernah dimarahi Pak Umar tidak timbul atau menyimpan jengkel. Marahnya Pak Umar akumulatif, bukan sekali langsung nembak marah-marah. Beliau melihat perkembangan perbaikannya. Beliau lihat orang merokok di kantor marah. Waktu itu Pak Zen foto kopi bawa rokok. Lihat Pak Umar Said datang maka rokok ditaruh belakang punggung Pak Zen. Pak Umar menegur, “Zen disini jangan merokok, ini saya ganti rokokmu.” Beliau keluarkan uang 1000 padahal waktu itu rokok 600 sebungkus, “Nanti merokok di ruangan lain ya, jangan disini, disini ga merokok.” Pak Umar melarang merokok dalam waktu bekerja, karena prinsipnya jangan satu pekerjaan terganggu oleh pekerjaan lain, harus konsentrasi. Inginnya beliau sesuatu berjalan lurus tanpa gangguan. Kalau orang merokok dalam ruangan, barangkali ada temannya lain yang tidak merokok terganggu. Orang merokok kadang berhenti bekerja, malah banyak waktu merokoknya daripada bekerjanya. Di mata Pak Zen, Pak Umar itu orangnya sederhana, bersih, dan tegas. Beliau marah ke orang yang tidak jujur atau tidak disiplin dan tidak bertanggung jawab. Dalam ingatan Pak Zen, Pak Umar Said itu kalau minta tolong orang, keringatnya belum kering sudah beliau bayar duluan. Pak Umar tidak cuek melihat stafnya lembur, tidak diam-diam saja. Beliau keliling dari |
87
|
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said
ruangannya hingga ruang-ruang ujung. Kalau masih ada orang lembur beliau tidak pulang. Atau beliau bertanya, “Masih perlu saya tidak disini? Ya udah kalau ga perlu saya pulang ya.” Pak Zen juga mengingat Pak Umar dengan selera humornya yang tinggi, kalau bercanda kena dan lucu. Contohnya, pernah dulu PLN di Indonesia timur akan memasang listrik di NTT. Pimpinan proyeknya dari pembangkit Jawa dan Bali. Jadi pengadaan tiang beton yang besar-besar itu dari Jawa Timur. Ketika dipanggil rapat pencapaian target oleh Pak Umar Said, pimpinan proyek menjelaskan bahwa transportasi peralatanperalatan ke NTT itu harus melewati transportasi laut, ini yang agak susah dan menyebabkan lamanya waktu yang dibutuhkan. Pak Umar Said komentar singkat,”Ingat ya menurut pemikiran kalian orang-orang teknik, kalau tahun depan laut itu tidak akan pindah, tolong dihitung dalam rencana proyek kalian.” Peserta tertawa seusai rapat. Begitulah cara beliau mengingatkan, dengan sindiran yang humoris, tapi berdaya sangat tajam. Pak Umar adalah birokrat dengan ide-ide segar, inovasi layanan yang baru dan bermanfaat. Dulu, ide ruang aduan publik untuk layanan pemerintah itu ide Pak Umar. Setiap Departemen Pertambangan dan Energi di setiap provinsi itu harus membuat ruangan informasi, jangan sampai masyarakat tidak terlayani. Untuk pengaduan PLN dan berbagai layanan masyarakat. Pembangunan PLTA, microhydro itu juga berlangsung pada jaman beliau. Kegiatan berlangsung rapi karena beliau perintahkan untuk berkoordinasi dengan orang-orang yang terlibat sejak awal melangkah, sejak awal proyek dijalankan. Jangan sampai ketika sudah jalan nantinya tersandung oleh orang-orang yang tidak dilibatkan. Kalau tidak pandai berpikir, pandailah bergaul, demikian ajaran beliau kepada anak buahnya. Secara hubungan struktural vertikal Pak Umar adalah seorang staf yang loyal kepada atasan, taat kepada asas, dan patuh kepada hukum. Sesuatu yang dikerjakan dilihat dasarnya dulu, jangan sampai salah berpandangan nantinya. Karena peraturan yang menjadi dasar itu bagi beliau adalah kekuatan, pijakan untuk melangkah. Dengan ketaatan kepada aturan, maka jika seorang Umar Said sudah mengambil keputusan sulit diubah, |
88
|
karena landasan hukumnya kuat. Beliau loyal kepada atasan sepanjang berjalan dari koridor yang benar. Demikian pula kesetiakawanannya terlihat manakala Pak Umar membela Pak Kuntoro pada kasus Busang tempo dulu. Demikian pula ketika Pak Rachmat terkena masalah, maka Pak Umar juga membantu. Terakhir, berikut ucapan Pak Umar sebagai seorang birokrat yang tidak pernah Pak Zen dengar lagi dari birokrat lainnya, “Dulukan pekerjaan rutin, nanti pekerjaan lain mengikuti. Karena rutin inilah pemerintahan birokrasi yang sesungguhnya. Sampai di meja kerjakan, jangan nunggununggu.” Bagi Pak Zen, Pak Umar itu pertama kali menata diri, dirinya yang dia tata, sebelum menata orang, leading by example, itulah yang membuat orang segan sendiri. Segenap penghormatan takzim kepada Bapak Umar Said yang telah memberikan keteladanan dalam bekerja, berkarya, dan mengabdi kepada negara.
D. Pemimpin yang tegas dan sangat memperhatikan bawahannya. Setamat SMA, Pak Suratmin masuk Biro Perencanaan pada tahun 1994 sebagai tenaga honorer. Waktu itu Biro Perencanaan dipimpin oleh Pak Umar Said. Dalam perasaan Pak Suratmin, Pak Umar Said ini selektif dalam menerima pegawai. Sambil ngobrol-ngobrol beliau tanya-tanya, “kamu bisa ini ndak?” Jadi secara implisit ngetes. Kesan pertama terhadap Pak Umar adalah beliau ini tegas. Pak Umar tidak suka orang membual, bicara macam-macam, pandai membuat alasan. Bagi Pak Umar kalau bisa maka buktikan, sebaliknya kalau tidak bisa lebih baik menyatakan tidak bisa. Pak Suratmin sendiri pernah dua kali kena marah Pak Umar. Pertama, dulu ketika masih berstatus honorer, seorang kolega kantor menyarankan agar Pak Suratmin bicara menghadap Pak Umar mengenai status honorernya, apakah ada kemungkinan untuk diangkat menjadi pegawai tetap. Sebenarnya Pak Suratmin ragu-ragu dengan ide ini, koleganya |
89
|
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said
meyakinkan bahwa kelihatannya Pak Suratmin ‘spesial’ dekat dengan Pak Umar. Padahal itu sebenarnya karena Pak Umar sering meminta bantuan Pak Suratmin soal komputer. Maka dengan tidak yakin Pak Suratmin menghadap Pak Umar, menyatakan maksud tentang status pekerjaannya. Pak Umar memandang sambil berkata, “jadi saya harus berbuat apa?” Sebaris kalimat saja sudah membuat hati Pak Suratmin menjadi kecut karena merasa melakukan kesalahan. Pak Umar adalah birokrat yang taat asas taat aturan, tidak mungkin Pak Umar melakukan tindakan yang menyalahi prosedur. Kesalahan kedua, sewaktu Pak Purnomo Yusgiantoro masih menjabat penasehat Menteri Pertambangan dan Energi, Pak Suratmin disuruh langsung oleh Pak Umar untuk mengirim komputer ke Pak Purnomo. Pak Suratmin tidak segera mengirim karena atasannya menyampaikan untuk tunda dulu nanti kalau sudah datang komputer-komputer yang baru, bisa dikirim ke Pak Purnomo. Barangkali karena tidak datangdatang komputer untuk Pak Purnomo, maka Pak Umar Said mendatangi Pak Suratmin, “Ini banyak komputer disini kenapa ga dikirim, kamu jangan main-main ya.” Akhirnya atasannya mendatangi Pak Umar dan menjelaskan duduk perkaranya sehingga Pak Umar tahu itu bukan kesalahan Pak Suratmin dan tidak marah lagi kepadanya. Kesan lainnya yang sangat mendalam bagi semua staf beliau adalah Pak Umar Said itu sangat memperhatikan bawahannya. Beliau kerap keliling menanyakan, “kamu lagi ngerjain apa?” Staf yang rajin diberikan tambahan-tambahan, diikutkan kegiatan-kegiatan yang ada insentifnya, seperti Pak Suratmin dulu masih suka dipanggil jika ada kegiatan di Dewan Komisaris Pertamina. Tunjangan operasional pribadi Pak Umar dibagikan kepada staf. Beliau selalu perhatian kepada staf, yang lembur kerap ditanya sudah makan apa belum. Beliau dengan ringannya menggunakan uang pribadi membelikan makanan staf. Begitu perhatiannya Pak Umar Said kepada bawahannya. Peristiwa ketika Pak Suratmin menanyakan status kepegawaian dulu itu, dikemudian hari ketika meninggalkan Biro Perencanaan untuk mengisi jabatan lain, |
90
|
Pak Umar memanggil kepala bagian yang baru dan mengatakan, “ini ada beberapa karyawan honorer, siapa yang ingin diangkat, tolong diberikan lowongan kerjaan”. Tidak hanya kesejahteraan, Pak Umar Said juga memperhatikan pengembangan diri staf-stafnya. Pak Umar senang dengan orang yang gemar belajar, meningkatkan kemampuan diri. Pak Umar senang dengan Pak Suratmin barangkali karena Pak Suratmin secara otodidak semangat untuk belajar aplikasi komputer waktu itu. Dulu Pak Umar suka bilang ke staf Setjen Departemen Pertambangan dan Energi,”tuh belajar komputer ke Suratmin.” Hingga sekarang, Pak Suratmin merasa ada ganjalan, malu punya ‘utang’ ke Pak Umar. Suatu kali Pak Umar bertanya mengapa dia tidak melanjutkan kuliah. Pak Suratmin menjawab karena faktor biaya. Maka Pak Umar memintanya mencari informasi biaya kuliah di bidang komputer. Dan Pak Umar pun memberikan bantuan untuk mendaftar. Tetapi Pak Suratmin malu karena kuliah cuma satu tahun, kemudian cuti, dan akhirnya tidak lanjut. Pak Umar selalu ‘istimewa’ dalam hal-hal yang ditanganinya. Jaman Pak Umar memimpin biro, komputer baru dipakai oleh staf bukan oleh pimpinan, komputer dipakai oleh fungsi-fungsi pekerjaan yang banyak menggunakan komputer. Peralatan-peralatan kerja lain juga diprioritaskan untuk digunakan bekerja. Kemudian di Setjen Departemen Pertambangan dan Energi, Pak Umarlah yang dulu menginisiasi perapian sistem kepegawaian dengan menggunakan sistem informasi jaringan, memakai LAN. Dulu masih jarang sekali yang memakai sistem informasi untuk kepegawaian, tetapi Pak Umar sudah menyadari pentingannya data pegawai yang rapi terdokumentasi dan mudah diakses. Demikianlah meski Pak Umar tegas, tetapi anak buahnya mencintainya. Pak Umar bukan orang yang menyimpan dendam kepada yang dimarahinya. Dan yang dimarahin juga tidak dendam kepada Pak Umar. Sebab kemarahannya karena memang ada kesalahan, bukan karena sentimen atau nyinyir. Sampai sekarang jika ada undangan berkumpul |
91
|
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said
untuk reuni, maka akan kumpul semua. Meskipun bagi orang yang belum begitu mengenal Pak Umar akan mendapat kesan “menakutkan”, tetapi sebenarnya tidak, Pak Umar kocak, suka humor, dan yang sangat berkesan Pak Umar memperhatikan bawahan, maka Pak Umar dicintai oleh staf-stafnya, bahkan ketika sudah tidak menjadi pejabat lagi.
E. Konseptor sekaligus Eksekutor Pak Maizar Rahman dan Pak Bangun Harahap adalah junior Pak Umar Said di LEMIGAS dan di Departemen Pertambangan dan Energi. Bagi beliau berdua, Pak Umar Said adalah sosok yang mempunyai kekuatan akademis, dalam arti mumpuni di bidangnya yaitu ekonomi energi. Dengan kekuatan dan latar belakang akademis itulah Pak Umar dapat mengidentifikasi persoalan-persoalan di bidangnya dan jitu memberikan solusi. Sehingga ketika Pak Umar menjadi perumus kebijakan, maka keputusan yang dihasilkan didasari oleh perhitungan dan pertimbangan yang solid. Pak Umar Said juga seorang yang tegas, lurus karena tidak memasukkan kepentingan pribadi ke dalam agenda pekerjaan. Meski tegas, Pak Umar tidak dibenci, sebaliknya menumbuhkan rasa segan. Segan jika melakukan perbuatan tidak benar, segan jika tidak memenuhi tugas yang diberikan Pak Umar. Di organisasi manapun beliau berkarya, akan menumbuhkan penghormatan dan disegani. Ketika menjadi komisaris Pertamina, beliau juga disegani direksi Pertamina. Beliau menjadi orang yang dapat dipercaya dan diandalkan, dapat dipercaya karena tidak ada kepentingan pribadi dalam pekerjaannya, tidak mengambil fasilitas dengan memanfaatkan posisi. Seorang birokrat yang mempunyai kemampuan visioner, merumuskan masalah, sekaligus sebagai eksekutornya. Jika suatu keputusan perlu ditindaklanjuti, maka beliau dengan ringan dapat langsung ke lapangan mengerjakan tugas paling teknis sekalipun. Visioner dan eksekutor, ini kombinasi yang langka yang terdapat dalam satu orang.
|
92
|