BANYUMAS
---
JB03
'Saudara, di salah satu wilayah Jawa Tengah, tepatnya di ekskeresidenan Banyumas, kita jumpai kesenian rakyat tradisional yang, antara lain, berbentuk gerak tari dan lagu. Agak berbeda dengan kesenian tradisional Jawa Tengah pada umumnya, kesenian masyarakat Banyumas ini memiliki corak irama yang dynamis dan khas, mencerminkan keunikan budaya masyarakat Banyumas sehingga lebih populer dengan kesebutan Kesenian Banyumasan. Seperti Tari Selot yang kita saksikan tadi. Selot artinya kunci.' Tari Selot menggambarkan kehidupan religius gadis-gadis Banyumas yang menuntut ilmu di pesantren. Mereka membina kemampuan spiritual dan fisik agar kelak tampil sebagai wanita utama yang menguasai kunci-kunci kehidupan patuh pada Tuhan, berbakti pada nusa dan bangsa, serta kasih pada keluarga dan sesama. Dan bagi wanita kalangan tinggi Banyumasan, seikat kunci ini selalu dibawa melengkapi busana tradisionalnya, selain sebagai simbol kekayaan juga sebagai simbol keutamaannya selaku wanita.
Saudara, kesenian Banyumas tidak terpisahkan dari gamelan yang mengiringinya, yaitu calung yang terbuat dari bambu. Calung selalu digunakan sebagai pengiring berbagai bentuk seni tradisional rakyat Banyumas, baik dalam bentuk lagu misalnya Uyon-uyon, maupun lagu dan tari seperti Lengger Banyumasan. Kita saksikan bersama bagaimana bambu-bambu dipersiapkan menjadi calung. Pekerjaan membuat calung mernerlukan persiapan lahir batin sampai berbilang tahun lamanya. Dimulai dari memilih bambu biasanya dipilihnya jenis bambu Tutul atau bambu Wulun yang cokolat warnanya. Konon, untuk memperoleh hasil baik menebang bambu pun bukan sembarang waktu. Harus memilih hari baik sesuai kepercayaan tradisional yaitu Juma'at Kliwon atau Selasa Kliwon. Dan si penebang bambupun harus berpuasa sebelumnya. Bambu dipilih yang telah tua dan lurus. Setelah ditebang, dibiarkan di tempat selamasatu sampai dua bulan supaya kering perlahan-lahan dan daunnya rontok semua. Kemudian ranting-ranting dipotong sampai bersih Bambu-bambu kemudian dibawa pulang.
Bambu dijemur lagi selama dua sampai tiga bulan di halaman rumah dalam posisi tegak supaya kering yang merata dan tetap lurus. Alat-alat yang diperlukan dalam pembuatan calung adalah gergaji, bor, penggaris, parang dan pisau. Semua mata pisau harus tajam supaya pekerjaan berlangsung cepat dan hasilnya baik serta halus. Mula-mula bambu dipotong sesuai ukuran calung: terpendek 23cm, dan terpanjang 90cm. Setelah itu, bambu diasapi di atas langit-langit tunku dapur. Diperiksa setiap bulan, dibalik supaya pengasapan merata. Hal ini berlangsung sampai enam atau sembilan bulan lamanya. Setelah waktu cukup pekerjaan selanjutnya adalah melakukan penglarasan atau membentuk calung yang mempunyai bunyi nada tertentu. Pekerjaan inipun harus dimulai pada hari baik dan si pelaku berpuasa selama masa pembuatan calung. Bambu dikerat dengan pisau tajam, sedikit demi sedikit sambil mencari nada.
Kemudian bambu diberi lobang agar bisa dirakit dalam satu kesatuan sambil tetap diperiksa nada yang dihasilkannya. Patokan nada diambil dari gamelan Jawa yang sudah jadi dan baik. Untuk memperindah calung, digunakan amplas dan cat pernis. Masing-masing komponen nada kemudian dirangkai dengan menggunakan tali plastik, mejadi suatu kesatuan nada di dalam wadah atau kerangka yang disebut krancak. Krancak calung biasanya berbentuk kandaiwan yaitu seperti busur anakpana atau kandaiwo. Terakhir diperiksa sekali lagi bunyi nada yang telah terangkai dalam krancak, apakah sudah selaras ataukah masih perlu penyempurnaan lagi. Nah bambu-bambu tadi kini menjelma menjadi seperangkat gamelan calung yang menawan terdiri dari dua set gambang. Satu set ketuk kenong dan satu set selentung. Satu set gendang ketipung...dan satu set gong punggung.
Saudara, perangkat yang ini siaplah sudah melantingkan gendinggending cantik dan Lengger Banyumanan untuk anda. Kesenian lengger lahir dari tengah-tengah masyarakat khususnya masyarakat Banyumas. Maka tidaklah mustakhil bila kesenian ini sudah mendarah daging di hati para penggemarnya. Sampai sekarangpun kesenian Lengger masih sangat popular di kalangan masyarakat Banyumas dengan nama Lengger Banyumasan. Konon pertunjukan Lengger semula ditampilkan untuk menghibur para prajurit yang menang perang. Namun selanjutnya, pertunjukkan makin membudaya untuk menyambut tamu-tamu kerajaan ataupun menyemarakan acara-acara pernikahan, bersih desa dan lainnya yang masih berlaku hingga kini. Pertunjukan Lengger Banyumasan diawali dengan tarian Lengger Panceran. Pemeran utama adalah satu atau beberapa penari wanita berparas cantik kemudian diikuti oleh beberapa tamu pria. Sebelum menari dengan penari Lengger, para tamu pria ini harus membayar terlebih dahulu yang dalam bahasa Banyumasnya disebut
bancer. Diiringi gamelan calung yang mendendangkan gendinggending yang berlaras sindu. Tarian Lengger Banceran memang semarak meski terkesan sedikit erotis, kesenian Lengger Banyumas dalam bentuk aslinya tanpa dialog namun dalam perkembangannya mulai disisipi adegan dialog dengan logat khas Banyumasan berisi sindiran atau banyolan maupun pesan-pesan lainnya sesuai tuntutan pembangunan di masa sekarang. Pertunjukan ini bisa berlangsung semalam suntuk, baik mengambil lokasi pendopo atau bahkan panggung terbuka.
BANYUMAS
-- English version
In one area in Java, more precisely in the ex-residential area of Banyumas, we can find traditional folk art in the form of dances and songs, amongst others. Somewhat different to the folk art of Central Java generally, the folk art of Banyumas has dynamic and special rhythmic patterns that reflect the uniqueness of the local culture so that it is more popular with the name Kesenian Banyumasan. Just like Tari Selot which we watched before Selot means key.
Tari Selot portrays the religious life of young girls from Banyumas who are studying religion at a pesantren or Islamic school. They are building their spiritual and physical capacity so that in the future they will become strong women who hold the keys to a life obedient to God, loyal to the nation and loving to their families and themselves. Upper class ladies from Banyumas always carry a bunch of keys to complete their traditional costume, not only as a symbol of wealth, but also as a symbol of the superiority of women.
Ladies and gentlemen, the art of Banyumas cannot be separated from the gamelan that accompanies it. That is, Calung, which is made of bamboo. Calung is always used as accompaniment of various forms of Banyumas traditional arts, not only songs such as 'Uyon-Uyon' but also songs and dances such as 'Lengger Banyumasan'. We will see how the bamboo is prepared to manufacture Calung. The work of making Calung requires spiritual and mental preparation over many years. The bamboo used to make Calung is
usually of the 'Tutul' or brown 'Wulun' types. However, to get the best results when felling the bamboo, the right day must be chosen. It should be a good day in accordance with traditional beliefs. That is, it should be on a Kliwon Friday or a Kliwon Tuesday. The bamboo cutter should fast beforehand. The chosen bamboo should be mature and straight. After it is felled, it should be left in place for one or two months to dry slowly and allow all the leaves to falloff. All of the small branches are cut off. The bamboo is then carried home.
The bamboo is dried for another two or three months in the house yard. It is stood in an upright position So that 'it dries evenly and stays straight. The tools that are used to make Calung are: a saw, a brace and bit, a ruler, a machete and a knife.All the tools must have keen edges so that the work can progress quickly with quality results. Initially1 the bamboo is cut to size. The shortest piece is 23 cm and the longest is 90 cm. After that, the bamboo is smoked in the ceiling of the kitchen. The bamboo has to be
inspected monthly and turned so that the smoking is even. This process goes on for six or nine months. After sufficient time the next job is to tune the Calung to the pitch required of each piece. This task has to be performed on an auspicious day and the craftsperson has to fast for the duration of the task. The bamboo is sliced little by little with a sharp knife while testing for the right tone.
Next, the bamboo is drilled so that it can be racked together while still checking the tone produced. The standard note is taken from an existing Javanese-gamelan. To make the Calung more attractive, it is sandpapered and varnished. Each of the components is attached with plastic to become a tonal unit called a 'krancak'. The Calung krancak is usually curved like a bow and arrow. Finally the tones of the assembled instrument are checked again to see if they are right or if they need to be further adjusted.
So, the bamboo has been transformed into a Calung gamelan consisting of two sets of gambang, one set of ketuk kenong, and one set of selentung, one set of gendang ketipung and one set of gong punggung. Ladies and gentlemen, this instrument is ready to begin playing beautiful Gending-gending and Lengger Banyumasan for you.
Lengger comes from the people, particularly the people of Banyumas. To this day, Lengger remains very popular with the Banyumas population and is known as Lengger Banyumasan. Lengger was originally performed for the entertainment of victorious soldiers. The performance has since become more cultural and is used to welcome guests to the court, to embellish wedding ceremonies, village tidying or other ceremonies that continue to this day.
The performance of Lengger Banyumasan begins with the Lengger Panceran dance. This begins with several beautiIul female dancers who are joined by several male guests. Before they can dance with the Lengger dancers, the guests have to pay. In the language of Banyumas this payment is called Bancer. The accompaniment is from Calung playing gending-gending using the sindu scales. The Lengger Banyumasan dance is indeed splendid, although there is an impression of eroticism. Originally Lengger Banyumasan did not employ dialogue but as it developed, small dialogue parts
were inserted. These are in the Banyumas dialect and contain allusions, humour or other messages about modern development. The performance can go on all night, either in a pavilion or on an open stage.
Accompanying video available from Marcom Projects, P.O. Box 4215, Loganholme 4129, Qld. Ph 07 3801 5600