29
LAMPIRAN
30
Lampiran 1. Prosedur Analisa Proximat (Takeuchi 1988) Prosedur kadar air 1. Cawan dipanaskan pada suhu 105 – 1100C (dalam oven) selama 1 jam, kemudian didinginkan dalam eksikator selama 15 – 30 menit dan ditimbang (X1) 2. Timbang bahan 2 – 3 gram (A) 3. Cawan dan bahan dipanaskan selama 4 – 6 jam pada suhu 105 – 1100C, dinginkan dalam eksikator selama 15 – 30 menit dan timbang (X2)
Prosedur kadar abu 1. Cawan dipanaskan pada suhu 105 – 1100C (dalam oven) selama 1 jam, kemudian didinginkan dalam eksikator selama 15 – 30 menit dan ditimbang (X1) 2. Timbang bahan 2 – 3 gram (A) 3. Cawan dan bahan dipanaskan dalam tanur pada suhu 6000C sampai bahan menjadi putih semua atau abu, kemudian dimasukkan ke oven (suhu 100 1100C) kurang lebih 15 menit untuk menurunkan suhu 4. Cawan didinginkan dalam eksikator selama 15 – 30 menit dan timbang (X2)
Prosedur analisa protein Tahap oksidasi 1. Bahan ditimbang sebanyak 0,5 gram (A) 2. Masukkan bahan, katalis, H2SO4 pekat sebanyak 10 ml ke dalam labu kjedahl
31
3. Labu kjedahl dipanaskan pada suhu 4000C hingga terjadi perubahan warna menjadi hijau bening kemudian dinginkan dan encerkan dalam Erlenmeyer hingga 100 ml
Tahap Destruktif 1. Sebanyak 5 ml larutan hasil oksidasi dimasukkan ke dalam labu destilasi 2. Tambahkan 10 ml NaOH 0,05N 3. Masukkan H2SO40,05 N sebanyak 10 ml ke dalam Erlenmeyer dan tambahkan 2 – 3 tetes MnSO4, destruksi selama 10 menit Tahap Titrasi 1. Hasil destruksi dititrasi dengan NaOH 0,05N 2. Catat hasil titran 3. Lakukan prosedur yang sama pada blanko
Prosedur analisa lemak 1. Labu dioven pada suhu 105 – 1100C selama 1 jam, didinginkan dan ditimbang (X1) 2. Bahan ditimbang sebanyak 2 – 3 gram (A), masukkan ke dalam selonsong dan soxhlet, letakkan pemberat diatasnya 3. Masukkan n – hexan 100 – 150 ml kedalam soxhlet sampat selonsong terendam dan sisa n – hexan dimasukkan ke dalam labu 4. Panaskan labu yang telah dihubungkan dengan soxhlet di atas hotplate sampai cairan yang meredam bahan dalam soxhlet berwarna bening 5. Labu dilepaskan dan tetap dipanaskan hingga n – hexan menguap semua 6. Labu dan lemak yang tersisa dipanaskan dalam oven selama 15 – 60 menit, kemudia didinginkan dalam eksikator selama 15 – 30 menit dan ditimbang (X2)
32
Prosedur analisa serat kasar 1. Bahan ditimbang sebanyak 0,5 gr (A) dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 ml 2. Tambahkan 50ml H2SO40,3 N, lalu dipanaskan kembali di atas pembakar Bunsen selama 30 menit 3. Tambahkan 25 ml NaOH 1,5 N, kemudian panaskan kembali selama 30 menit 4. Kertas saring dipanaskan dalam oven, lalu dinginkan dan ditimbang (X1), kemudian padang pada corong buchler dan dihubungkan pada vacuum pump untuk mempercepat penyaringan 5. Larutan dan bahan yang dipanaskan tadi dituangkan ke dalam corong buchler, kemudian bilas berturut – turut dengan 50 ml air panas, 50 ml H2SO4 0,3 N, 50 ml air panas lagi dan 25 ml aseton 6. Siapkan cawan porselen yang telah dipanaskan dalam oven bersuhu 105 – 1100C selama 1 jam 7. Kertas saring dimasukkan ke dalam cawan, panaskan dalam oven bersuhu 105 – 1100C selama 1 jam lalu didinginkan dalam eksikator selama 15 – 30 menit dan ditimbang (X3)
Lampiran 2. Prosedur analisa aktivitas enzim Larutan standar N-asetil D-glukosamin: 1. Potassium fericyanid 0,5 g dilarutkan dengan 1L 0,5M sodium karbonat dan disimpan dalam botol coklat. 2. 2ml reagen dicampur dengan 1,5ml larutan sampel dan diinkubasi didalam air mendidih selama 15 menit didalam tabung tes. 3. Setelah dingin, larutan diukur absorbansinya dengan panjang gelombang 420nm.
33
Prosedur pengukuran aktivitas enzim kitinase: 1. Campurkan 200µl substrat koloidal kitin 0,3% dengan 200 µl buffer fosfat 0,02M dan 200 µl larutan enzim. Inkubasi selama 30 menit pada suhu 550C. 2. Campuran tersebut kemudian disentrifugasi pada 10.000rpm selama 4 menit pada suhu 40C. 3. Ambil supernatant sebanyak 500 µl dan tambahkan dengan 500 µl akuades dan 1 ml larutan standar. Rebus selama 10 menit untuk menghentikan aktivitas enzim. 4. Ukur absorbansinya dengan panjang gelombang 420 nm.
Lampiran 3. Prosedur analisa kandungan kitin (Hong et al 1989) Analisa kandungan kitin terdiri dari demineralisasi, dan depreoteinisasi. Demineralisasi: 1. Tepung cangkang direndam dengan larutan 1N HCl selama 0,5 – 6 jam pada suhu ruang. Aduk hingga merata. 2. Rasio perbandingan antara sampel dan larutan HCl adalah 1 : 10 atau 1 : 15 (bobot/volume). 3. Sampel kemudian disaring dengan ukuran saringan 80 mesh (0,177 mm). Cuci sampel untuk menetralkan dengan menggunakan air mengalir. Bilas dengan air deionisasi, dan difilter kembali untuk mengurangi kelembaban sampel.
Deproteinisasi: 1. Tepung sampel yang sudah didemineralisasi diaduk dengan menggunakan NaOH encer (2%, 3% dan 3,5%) selama 1 – 6 jam pada suhu kamar, 650C dan 1000C. 2. Rasio perbandingan antara sampel dan larutan NaOH adalah 1 : 10. 3. Residu sampel kemudian dicuci dan disaring seperti diatas. 4. Residu kitin dicuci dengan reagen – reagen
seperti larutan sodium
hipoklorit, aseton absolute, 3% hydrogen peroksida, dan etil asetat.
34
5. Sampel kemdian dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan pada suhu 600C di oven selama 4 jam.
Lampiran 4. Prosedur analisa asam amino Persiapan larutan standar: Prosedur: 1. Stok internal, asam α-Aminoadipic (AAAA), 12,5µmol ml-1 ditimbang 0,2015 g dan dilarutkan dengan 10mM HCl dalam 100 ml labu ukur. Pemanasan rendah dilakukan untuk mempercepat kelarutan. 2. Stok asam sisteat (CYA), 25 µmol ml-1 : timbang 0,0423 g dann larutkan sampai volume dengan 10 mM HCl dalam 10 ml labu ukur. 3. Stok metionina sulfonat (METO2), 25 µmol ml-1 : timbang 0,0453 g dan larutan sampai dengan volume dengan 10 mM HCl dalam 10 ml labu ukur. 4. Larutan stok standar : campurkan 2 ml stok AAAA, 1 ml stok CYA, dan 1 ml stok METO2 dan larutkan volume dengan 10 mM HCl dalam 10 ml labu ukur. 5. Standar kerja : campurkan dengan volume yang sama (missal 0,5 ml) larutan stok standard an standar Pierce H. saat standat yang dibuat sebagai contoh persiapan/standar, jumlah asam amino yang diinjeksi ditunjukkan dalam tabel kalibrasi dalam nanogram. 6. Standar kerja untuk contoh, AAAA 25 µmol ml-1 : dilarutkan 50 ml stok AAAA sampai volume dengan 10 mM HCl dalam 250 ml labu ukur.
Persiapan fase mobil : Solvent A: 1. Timbang 19 g Natrium asetat trihidrat 2. Tambahkan 1000 ml HPLC grade wate 3. Saring larutan dan tambahkan 0,5 ml trimetilamin sambil diaduk 4. Atur pH sampai 5,7 dengan asam asetat Solvent B : 1. Saring 650 ml asetonitril HPLC dengan filter organic 2. Saring 450 ml air HPLC dengan filter aqueous
35
3. Campurkan 600 ml asetonitril dan 400 ml air dan di dalam keadaan vacuum dalam sonic bath selama 15 detik Suhu kolom : atur suhu kolom pada 400C Kondisi gradient dan run time : Time Initial 5,0 13,0 13,5 15,5 16,0 16,5 17,0 24,5 26,0 32,0
Flow 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,5 1,5 1,5 1,5 1,0 0,2
Curve 6 6 6 6 6 6 6 6 6 11
Percent A 89 68 52 0 0 0 0 89 89 89 50
Percent B 11 32 48 100 100 100 100 11 11 11 50
Sampel dapat diinjeksikan setiap 26 meint : Atur kontrol 840, set run time dengan 26 menit. Dengan control 680 atau 720, set WISP run time sama dengan 17 menit dan waktu ekuilibrasi sama dengan 9 menit.
Persiapan contoh: Asam performiat: 1. Tambahkan 1 volum dan 30% hydrogen peroksida sampai 9 volum dari 88 persen formiat. Biarkan campuran selama 1 jam, terus aduk. Tempatkan pada ice bath selama 30 menit, segera dipakai. 2. Timbang sampel 40 mg protein dengan mendekati 0,01 mg kedalam tabung 25 x 150 mm. 3. Tempatkan sampel kedalam baki es selama 30 menit. 4. Tambahkan 10 ml asam performiat dingin kedalam sampel, aduk perlahan, tutup sampel. 5. Simpan pada suhu 00C selama 16 jam dalam refrigerator 6. Tambahkan 3 tetes oktanol dan 3 ml 40% HBr, aduk perlahan. Biarkan pada suhu 00C selama 30 menit.
36
7. Evaporasi kering pada rotary evaporator pada suhu 370C selama 1 – 2 jam 8. Tambahkan 15 ml HCl 6N kedalam tabung. Bersihkan dengan nitrogen dan segera ditutup 9. Simpan pada oven dengan suhu 1100C selama 24 jam. 10. Dinginkan dari oven. Tambahkan 10 ml standar kerja internal, AAAA, 2,5 µmol ml-1 dan vortex selama 10 detik. 11. Pindahkan ke dalam 50 ml labu ukr, bilas dengan HPLC water grade, isis labu sampai tanda. 12. Saring 1 ml dari larutan sehingga diperoleh 0,45µ filter contoh. Jika derivatisasi tidak dilakukan segera, simpan contoh dalam freezer
Hidrolisasi asam untuk asam amino lainnya: 1. Timbang sampel 40 mg protein dengan mendekati 0,01 mg kedalam tabung 25 x 150 mm. 2. Tambahkan 15 ml 6N HCl dan bersihkan dengan nitrogen selama 30 detik, tutup segera. 3. Tempatkan pada oven dengan suhu 1100C selama 24 jam 4. Lakukan seperti prosedur nomor 10 diatas
Derivatisasi contoh: 1. Beri tanda pada tabung 6 x 50 mm untuk identifikasi contoh 2. Pipet 10µl contoh kedalam dasar tabung 3. Tempatkan tabung kedalam vessel pengeringan dan keringkan dalam alat, tekanan harus terbaca lebih kecil dari 50 ml dan pengeringan dilakukan selama 10 – 15 menit 4. Persiapkan kembali larutan dengan menambahkan 200µl methanol, 200µl sodium asetat 0,2N 100 µl trietilamin kedalam vial dan aduk. 5. Pindahkan tabung kedalam drying vessel. Tambahkan 30 µl larutan kedalam tabung dan vortex. Hindari kontak tabung dengan jari. 6. Lakukan pengeringan seperti prosedur nomor 3.
37
7. Persiapkan reagent derivatisasi dengan menambahkan 350 µlmetanol, 50 µl HPLC water grade, 50 µl trietilamin dan 50 µlPITC kedalam vial dan aduk 8. Tambahkan 30 µl reagen derivatisasi kedalam tabung dan vortex seperti prosedur no. 5 tutup dan biarkan bereaksi selama 20 menit. 9. Keringkan dalam workstation selama 15 menit. Pindahkan tabung dari vessel dan tambahkan 30 µlHPLC grade methanol dan vortex sampai larutan tersuspensi. 10. Resume pengeringan sampai vacuum gauge terbaca lebih kecil 70 ml torr. Total waktu selama 1 jam. 11. Tambahkan 100 µlsampel sileunt kedalam tabung, vortex dan pindahkan kedalam vial. Injeksikan sebanyak 20 µl.
Lampiran 5. Prosedur analisa kecernaan Prosedur: 1. Timbang 0,1 – 0,2 g sampel/bahan, masukkan ke dalam labu kjedahl 2. Tambahkan 5 ml nitric acid pekat kedalam labu 3. Panaskan dengan hati – hati selama 30 menit sampai volume larutan menjadi ±1 ml 4. Setelah dingin, tambahkan 3 ml percholic acid pekat kedalam labu kemudian dipanaskan kembali 5. Setelah asap putih terlihat dan larutan berubah dari hijau menjadi kuning atau oranye, campuran dipanaskan selama ±10 menit 6. Dinginkan, lalu encerkan sampai volume 100 ml. nilai absorban larutan ditentukan oleh spektrofotometer dengan panjang gelombang 350 nm.
38
Lampiran 6. Hasil analisa proksimat bahan baku pakan Bahan Baku Tepung Ikan Tepung Jagung Tepung MB Tepung Tapioka Tepung Kedelai Tepung Limbah Udang TLU hidrolisis
Kadar Air 14,67 11,56 7,23 10,46 10,42 11,78 16,37
Kandungan Nutrisi Kadar Abu Protein Lemak Serat Kasar 22,27 49,74 8,7 1,24 14,41 9,38 4,00 2,34 30,62 45,71 9,45 1,59 0,02 3,49 0,00 0,61 6,47 39,85 2,18 3,23 25,06 30,86 3,78 20,74 23,57 32,05 3,97 16,55
Lampiran 7. Komposisi vitamin mineral mix Nutrien Maldex Vitamin A Vitamin D3 Vitamin E Vitamin K3 Vitamin C Vitamin B1 Vitamin B2 Vitamin B6 Niacin Cd panthothenat Methionin Lysin Folic acid Choline chloride Total
Jumlah (gram kg-1 pakan kering) 763,75 20,00 20,00 20,00 0,50 50,00 3,00 2,00 2,50 7,00 6,00 50,00 50,00 0,25 5,00 1000,00
BETN 3,38 58,31 5,40 85,42 37,85 7,78 7,49
39
Lampiran 8. Hasil analisa kandungan kitin (%) Dosis 2U
Ulangan 1 2 Rata - rata 1 3U 2 Rata - rata 1 4U 2 Rata - rata 1 5U 2 Rata - rata
Kandungan kitin 12 jam 24 jam 19,89 20,70 15,49 20,73 17,69±3,11 20,58±0,29 17,03 20,33 15,94 17,91 16,48±0,77 20,71±0,02 16,61 18,95 13,98 18,24 15,29±1,86 19,12±1,71 18,68 19,89 18,55 18,35 18,62±0,09 18,59±0,50
Lampiran 9. Hasil kualitas air selama masa pemeliharaan Minggu I Minggu II A Minggu III Minggu IV Minggu I Minggu II B Minggu III Minggu IV Minggu I Minggu II C Minggu III Minggu IV Minggu I Minggu II D Minggu III Minggu IV Minggu I Minggu II Tandon Minggu III Minggu IV
Nitrit 1,330 0,044 0,037 0,056 1,920 0,046 0,113 0,087 1,680 0,043 0,138 0,088 1,800 0,057 0,245 0,093 1,410 0,038 0,112 0,073
Ammoniak < 0,140 <0,140 < 0,140 <0,140 < 0,140 <0,140 < 0,140 <0,140 < 0,140 <0,140 < 0,140 <0,140 < 0,140 <0,140 < 0,140 <0,140 < 0,140 <0,140 < 0,140 <0,140
DO 5,7 5,4 5,4 5,7 6,0 5,2 5,5 5,8 6,0 5,8 5,6 5,2 6,5 5,8 4,9 5,5 6,5 6,0 5,2 5,7
pH 7,68 7,54 7,83 7,43 7,68 7,62 7,45 7,37 7,73 7,71 7,57 7,66 7,73 7,48 7,48 7,51 7,60 7,54 7,46 7,58
suhu 29,2 29,1 28,9 29,5 29,2 29,2 29,1 29,6 29,2 30,2 29,9 29,1 29,7 29,8 29,6 29,5 29,3 29,4 29,0 29,6
40
Lampiran 10.Komposisi proximat tubuh benih ikan patin pada awal dan akhir percobaan (%bobot basah) perlakuan
Komposisi Proximat Protein
1 2 3
Rata - rata Lemak
1 2 3
Rata - rata Abu
1 2 3
Rata - rata Air Rata - rata
1 2 3
Awal A
B
C
D
11,06 10,39 10,97 11,32 11,12±0,18 5,06 2,22 5,28 4,99 5,11±0,15 2,98 3,05 3,13 3,05 3,06±0,08 79,62 82,22 79,02 78,92 79,19±0,38
11,75 10,99 11,71 11,48±0,43 4,16 4,19 4,12 4,16±0,03 3,18 3,16 3,32 3,22±0,09 78,95 79,31 78,68 78,98±0,32
10,18 10,29 10,64 10,37±0,24 3,77 3,92 4,00 3,90±0,12 2,86 2,87 2,81 2,85±0,03 80,13 80,49 80,32 80,31±0,18
10,73 11,59 11,34 11,22±0,44 3,46 3,68 3,79 3,64±0,17 2,94 3,13 3,00 3,02±0,10 80,55 79,42 79,74 79,90±0,58
41
Lampiran 11. Perhitungan retensi protein (%) Parameter
Biomasa ikan awal (g)
Biomasa ikan akhir(g)
Perlakuan
ulangan 1 2 3 1 2 3
A 72,79 69,68 65,61 301,02 310,00 314,00
B 74,89 73,63 71,54 281,75 291,11 289,29
C 80,17 64,44 76,01 299,32 259 297,19
D 84,91 77,29 78,68 299,61 313,75 298,61
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
10,39 10,39 10,39 11,06 10,97 11,32 7,56 7,24 6,82 33,30 34,01 35,53 25,74 26,77 28,71
10,39 10,39 10,39 11,75 10,99 11,71 7,78 7,65 7,43 33,10 31,99 33,88 25,32 24,34 26,45
10,39 10,39 10,39 10,18 10,29 10,64 8,33 6,70 7,90 30,48 26,65 31,61 22,15 19,95 23,71
10,39 10,39 10,39 10,73 11,59 11,34 8,82 8,03 8,17 32,16 36,37 33,86 23,33 28,34 25,69
Protein Ikan: Protein tubuh awal (g)
Protein tubuh akhir (g)
Protein tubuh total awal (g) Protein tubuh total akhir (g)
Jumlah protein disimpan dalam tubuh Pakan ikan: Konsumsi pakan (g)
Kadar protein pakan (%)
Jumlah protein pakan yang dikonsumsi ikan (g)
Retensi Protein Rata-rata ± Standar Deviasi
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
249,20 242,39 249,6 247,92 257,59 254,24 235,85 248,33 257,39 278,36 249,25 232,78 27,98 27,94 28,43 28,06 27,98 27,94 28,43 28,06 27,98 27,94 28,43 28,06 69,73 67,72 70,96 69,57 72,07 71,03 67,05 69,68 72,02 77,77 70,86 65,32 36,91 37,39 31,22 33,54 37,14 34,26 29,76 40,67 39,87 34,00 33,46 39,32 37,97±1,65 35,22±1,88 31,48±1,86 37,85±3,79
42
Lampiran 12. Kadar Cr2O3 dan protein dalam feses dan pakan serta nilai kecernaan total, kecernaan protein dan kecernaan energi pakan perlakuan Pakan Pakan referensi Pakan dengan TLU Pakan dengan TLUh
Feses Cr2O3 0,84 0,80 0,81 0,72 0,76 0,75
Pakan
protein 33,92 33,91 30,15 29,27 32,64 30,09
Cr2O3 0,58 0,54 0,53 0,51 0,54 0,56
Protein 32,00 32,30 35,95 32,15 31,20 27,90
Kecernaan kecernaan kecernaan total protein energi 31,71
27,96
32,99
32,03
36,21
35,04
27,15
20,00
31,04
Lampiran 13. Perhitungan KP (g), SR (%), EP (%), dan PR (%) Parameter
ulangan
A 1 2 3
Biomasa ikan awal (g) rata - rata
1 2 3
Biomasa ikan akhir(g) rata - rata
1 2 3
Konsumsi pakan (g) rata - rata SR rata - rata EP rata - rata PR rata - rata
72,79 69,68 65,61 69,36±3,60 301,02 310 314 308,34±3,60 249,20 257,59 257,39 254,73±6,65 89 90 90 89,67±4,79 149,64 147,40 147,48 148,17±0,58 313,55 344,89 378,59 345,67±1,27
Perlakuan B C 74,89 80,17 73,63 64,44 71,54 76,01 73,35±1,69 73,54±8,15 281,75 299,32 291,11 259 289,29 297,19 287,38±1,69 285,17±8,15 242,39 249,6 254,24 235,85 278,36 249,25 258,33±4,96 244,90±22,69 90 90 90 89 90 90 90,00±18,33 89,67±4,79 147,13 152,04 143,46 136,76 129,63 149,73 140,07±0,00 146,18±0,58 276,22 273,36 295,37 301,92 304,38 290,99 291,99±9,23 288,76±8,24
D 84,91 77,29 78,68 80,29±4,06 299,61 313,75 298,61 303,99±4,06 247,92 248,33 232,78 243,01±8,47 90 90 90 90,00±18,33 155,10 157,47 162,08 158,22±0,00 252,86 305,94 279,52 279,44±3,55
43
Lampiran 14. Perhitungan retensi lemak (%) Parameter
Biomasa ikan awal (g)
Biomasa ikan akhir(g)
Ulangan
Perlakuan
1 2 3 1 2 3
A 72,79 69,68 65,61 301,02 310,00 314,00
B 74,89 73,63 71,54 281,75 291,11 289,29
C 80,17 64,44 76,01 299,32 259 297,19
D 84,91 77,29 78,68 299,61 313,75 298,61
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
2,22 2,22 2,22 5,06 5,28 4,99 1,62 1,55 1,46 15,24 16,38 15,67 13,62 14,83 14,21
2,22 2,22 2,22 4,16 4,19 4,12 1,66 1,63 1,59 11,73 12,19 11,92 10,06 10,56 10,33
2,22 2,22 2,22 3,77 3,92 4,00 1,78 1,43 1,69 11,28 10,14 11,90 9,50 8,71 10,21
2,22 2,22 2,22 3,46 3,68 3,79 1,89 1,72 1,75 10,36 11,54 11,31 8,47 9,82 9,56
Lemak Ikan: Lemak tubuh awal (g)
Lemak tubuh akhir
Lemak tubuh total awal (g)
Lemak tubuh total akhir (g)
Jumlah lemak disimpan dalam tubuh Pakan ikan: Konsumsi pakan (g)
Kadar lemak pakan (%)
Jumlah lemak pakan yang dikonsumsi ikan (g)
Retensi Lemak Rata-rata
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
249,20 242,39 249,6 247,92 257,59 254,24 235,85 248,33 257,39 278,36 249,25 232,78 6,13 5,43 6,21 5,09 6,13 5,43 6,21 5,09 6,13 5,43 6,21 5,09 15,28 13,16 15,50 12,62 15,79 13,81 14,65 12,64 15,78 15,11 15,48 11,85 89,18 76,45 61,31 67,12 93,92 76,46 59,48 77,71 90,07 68,33 65,99 80,69 91,05±2,52 73,75±4,69 62,26±3,36 75,17±7,13
44
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 25 Oktober 1982 sebagai anak bungsu dari tiga bersaudara oleh pasangan Sutrisno dan Dwiningsih Sulistiarti. Penulis menikah dengan Eko Novianto dan telah dikarunia dua orang anak, Aletta Florencia Shofi dan Bimo Khaleev Dariodana. Pendidikan sekolah menengah atas (SMA) penulis selasaikan pada tahun 2000 di SMA Negeri 1 Bogor. Pada bulan Februari tahun 2005 penulis berhasil menyelesaikan pendidikan sarjana di program studi Akuakultur, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Kesempatan untuk melanjutkan studi ke program pascasarjana pada program studi Ilmu Akuakultur di perguruan tinggi yang sama diperoleh pada tahun 2010. Penulis bekerja sebagai staf pengajar di Sekolah tinggi Perikanan, Kementrian Kelautan dan Perikanan Indonesia sejak tahun 2006. Mata kuliah yang menjadi tanggung jawab penulis adalah teknik pakan buatan.