TESIS
PERMEN KARET XYLITOL YANG DIKUNYAH SELAMA 5 MENIT MENINGKATKAN DAN MEMPERTAHANKAN pH SALIVA PEROKOK SELAMA 3 JAM
NI NYOMAN GEMINI SARI 0990761035
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011
1
2
PERMEN KARET XYLITOL YANG DIKUNYAH SELAMA 5 MENIT MENINGKATKAN DAN MEMPERTAHANKAN pH SALIVA PEROKOK SELAMA 3 JAM
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Ilmu Biomedik, Program Pascasarjana Universitas Udayana
NI NYOMAN GEMINI SARI NIM: 0990761035
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011
ii
3
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 4 Agustus 2011
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof.Dr.dr.N.Adiputra, MOH, Sp.Erg NIP.194712111976021001
dr. Ketut Karna,AIF,M. Kes. NIP. 194509071969021001
Mengetahui Ketua Program Studi Ilmu Biomedik Program Pasca Sarjana Universitas Udayana
Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Udayana
Prof.Dr.dr.Wimpie Pangkahila,Sp,And.,FAACS NIP. 194612131971071001
Prof.Dr.dr.A.A.RakaSudewi,Sp.S(K) NIP. 195902151985102001
iii
4
Tesis Ini Telah Diuji Tanggal 4 Agustus 2011
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan Surat Keputusan Rektor Universitas Udayana, No.1334/UN14.4/HK/2011,Tanggal 1 Agustus 2011
Ketua
: Prof. Dr. Dr. N. Adiputra, MOH., Sp. Erg.
Sekretaris
: dr. Ketut Karna, AIF, M. Kes.
Anggota
: 1. Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, MSc., Sp.And. 2. Prof. dr. K. Tirtayasa, M.Sc. 3. Dr. dr. I.P.G. Adiatmika, M.Kes., Sp. Erg.
iv
5
UCAPAN TERIMA KASIH Om Suastiastu Pertama-tama
perkenankanlah
penulis
memanjatkan
puji
syukur
kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas asung wara nugraha-Nya, yang dilimpahkan kepada kita semua dan berkat perkenanNya tesis ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. dr. I Nyoman Adiputra, MOH, Sp.Erg, selaku pembimbing pertama yang dengan penuh perhatian telah memberi dorongan, semangat, bimbingan dan saran dalam menyelesaikan tesis ini. Terimakasih sebesar-besarnya pula penulis sampaikan kepada dr. K. Karna, AIF, M.Kes, selaku pembimbing kedua, yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis. Ucapan terimakasih penulis tujukan kepada Rektor Universitas Udayana, Direktur Pascasarjana Universitas Udayana dan Ketua Program Magister Program Studi Biomedik, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada Program Magister Program Studi Biomedik Universitas Udayana. Pada kesempatan ini pula penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada Rektor Universitas Mahasaraswati, Dekan, Direktur Rumah Sakit Gigi dan Mulut dan staf Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar, yang telah memberikan kami izin, motivasi dan fasilitas untuk mengikuti pendidikan Magister pada Program Studi Ilmu Biomedik Universitas Udayana. Kepada seluruh mahasiswa dan pasien yang menjadi peserta dalam penelitian ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas seluruh kerjasamanya. Penghargaan yang tulus dan sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada semua peserta penelitian, bahwa peran sertanya tidak ternilai harganya dalam langkah langkah pengembangan Ilmu Kedokteran Gigi. v
6
Penulis juga menyampaikan rasa terimakasih kepada para penguji dari tesis ini, yaitu Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M.Sc., Sp. And, AIFO; Prof. dr. K. Tirtayasa, M.Sc dan Dr. dr. I Putu Gede Adiatmika, M.Kes, yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan, dan koreksi sehingga tesis ini dapat terwujud. Melalui kesempatan ini pula penulis tidak lupa menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus dan rasa hormat yang tidak terhingga kepada seluruh Dosen Program Pascasarjana, yang telah bersusah payah mengorbankan waktu untuk menempa penulis selama ini sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini juga penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus disertai penghargaan dan rasa hormat kepada seluruh guru-guru yang telah membimbing penulis, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Juga penulis ucapkan terimakasih kepada bapak dan ibu tercinta, yang telah mengasuh dan membesarkan penulis. Penulis juga sampaikan terimakasih kepada suami tercinta, I Komang Eka Gunawan yang dengan penuh pengorbanan, selalu tabah, dan telah memberikan kepada penulis kesempatan untuk lebih berkonsentrasi menyelesaikan tesis ini. Sebagai akhir kata, sekali lagi penulis ucapkan terimakasih dan penghormatan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Semoga Ida Sang Hyang Widi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa akan membalas budi baiknya. Om Canti, Canti, Canti, Om Denpasar, Agustus 2011
Penulis
vi
7
ABSTRAK PERMEN KARET XYLITOL YANG DIKUNYAH SELAMA 5 MENIT MENINGKATKAN DAN MEMPERTAHANKAN pH SALIVA PEROKOK SELAMA 3 JAM
Kebiasaan merokok dalam jangka waktu yang lama dapat menurunkan pH saliva. Karies gigi pada perokok 4,3 kali lebih banyak dibandingkan bukan perokok. Permen karet xylitol bermanfaat untuk merangsang sekresi saliva, meningkatkan pH plak dan saliva. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa lama permen karet xylitol yang dikunyah selama 5 menit dapat meningkatkan dan mempertahankan pH saliva perokok. Penelitian dilakukan dengan pretest-posttest Control Group Design, terdiri atas 5 kelompok yaitu kelompok (1) 5 menit setelah mengunyah permen karet xylitol, kelompok (2) 1 jam setelah mengunyah permen karet xylitol selama 5 menit, kelompok (3) 2 jam setelah mengunyah permen karet xylitol selama 5 menit, kelompok (4) 3 jam setelah mengunyah permen karet xylitol selama 5 menit dan kelompok (5) 4 jam setelah mengunyah permen karet xylitol selama 5 menit. Besar sampel adalah 70 sampel, yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian berdasarkan uji t-paired menunjukkan bahwa terjadi peningktan pH saliva secara bermakna pada kelompok 5 menit, 1 jam, 2 jam, dan 3 jam (p < 0,05). Analisis dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa kelima kelompok sebelum diberikan perlakuan, rerata pH salivanya tidak berbeda secara bermakna (p > 0,05). Analisis dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa kelima kelompok sesudah diberikan perlakuan, rerata pH salivanya berbeda secara bermakna (p < 0,05). Hasil penelitian menunjukan bahwa mengunyah satu butir permen karet xylitol selama 5 menit pH saliva perokok meningkat dan bertahan selama 3 jam. Hal ini disebabkan karena pemberian permen karet xylitol mempunyai efek menstimulasi produksi saliva, komposisi dari saliva berubah dan meningkatkan konsentrasi bikarbonat, fosfat dan kalsium. Perubahan dari komposisi ini mestimulasi peningkatan kemampuan saliva untuk mencegah penurunan pH dan meningkatkan kemampuan perumbuhan kristal hidroksiapatit. Disimpulkan bahwa mengunyah satu butir permen karet xylitol selama 5 menit meningkatkan dan mempertahankan pH saliva perokok selama 3 jam dan disarankan kepada perokok terutama perokok aktif untuk mengunyah permen karet setiap 3 jam untuk meningkatkan pH saliva sebagai pencegahan karies gigi. Kata Kunci : perokok, pH saliva, xylitol
vii
8
ABSTRACT XYLITOL CHEWING GUM CHEWED FOR 5 MINUTES INCREASES AND MAINTAINS SALIVARY pH SMOKER FOR 3 HOURS Smoking habits in the long term can lower the pH of saliva. Dental caries in smokers 4.3 times more than non-smokers. Xylitol gum is beneficial to stimulate salivary secretion, increase the pH of plaque and saliva. This study aims to determine how long that xylitol gum chewed for 5 minutes can improve and maintain the pH of saliva of smokers. The study was conducted with pretest-posttest control group design, consisting of 5 groups: group (1) 5 minutes after chewing xylitol gum, group (2) 1 hour after chewing xylitol gum for 5 minutes, group (3) 2 hours after chewing xylitol gum for 5 minutes, group (4) 3 hours after chewing xylitol gum for 5 minutes, group (5) 4 hours after chewing xylitol gum for 5 minutes. Sample size is 70 samples, which have met the inclusion and exclusion criteria. The results based on paired t-test showed that there is significantly increase of salivary pH in the 5 minutes, 1 hour, 2 hours, and 3 hours (p <0.05). Analysis by One Way ANOVA test showed that the five groups before treatment are given; the average pH of their saliva was not significantly different (p>0.05). Analysis by One Way ANOVA test showed that, after the treatment was given to the five groups, the average of their pH saliva was significantly different (p<0.05). The results of the study showed that chewing one piece of xylitol gum for 5 minutes the saliva pH of smokers increased and lasted for 3 hours. This is because the provision of xylitol chewing gum has the effect of stimulating saliva production, changing the composition of saliva and increasing the concentration of bicarbonate, phosphate and calcium. Changes in the composition of saliva is stimulating the increase ability to prevent a decrease in pH and increase the ability of the growth of hydroxyapatite crystals. It was concluded chewing one piece of xylitol gum for 5 minutes improves and maintain the pH of saliva smoker for 3 hours and it is recommended to smokers, especially for active smokers to chew gum every 3 hours to raise the pH of saliva as caries prevention. Keyword: smokers, the pH of saliva, xylitol
viii
9
DAFTAR ISI
Halaman judul .............................................................................................
i
Ucapan Terima Kasih..................................................................................
ii
Abstrak ........................................................................................................
iv
Abstract .......................................................................................................
v
Daftar isi ......................................................................................................
vi
Daftar Gambar .............................................................................................
ix
Daftar Tabel ................................................................................................
x
Daftar Lampiran ..........................................................................................
xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ......................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................
6
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................
6
1.3.1 Tujuan umum ...............................................................................
6
1.3.2 Tujuan khusus ..............................................................................
6
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................
6
1.4.1 Manfaat praktis ............................................................................
7
1.4.2 Manfaat ilmiah .............................................................................
7
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Rokok .................................................................................
8
2.2 Komposisi Bahan Kimia Rokok ..........................................................
9
2.3 Hubungan Rokok, Penurunan pH Saliva dan Karies Gigi ...................
12
2.4 Saliva dan Kelenjar Saliva....................................................... ............
13
2.4.1
Komponen saliva .....................................................................
ix
15
10
2.4.2
Fungsi saliva........................................................... .................
16
2.4.3
pH saliva ..................................................................................
19
2.5 Xylitol ..................................................................................................
20
2.5.1
Fungsi xylitol ...........................................................................
22
2.5.2
Efek mengunyah permen karet yang mengandung xylitol terhadap peningkatan pH saliva ...............................................
22
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Berpikir .................................................................................
24
3.2 Konsep Penelitian .................................................................................
25
3.3 Hipotesis Penelitian...............................................................................
26
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Racangan Penelitian ..............................................................................
27
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian................................................ ...............
29
4.3 Populasi, Sampel dan Besar Sampel dan Tehnik Pengambilan Sampel
29
4.3.1 Populasi................................................................... .....................
29
4.3.2 Kriteria sampel........................................................ .....................
29
4.3.3 Besar sampel........................................................... .....................
30
4.3.4 Tehnik pengambilan sampel ........................................................
31
4.4 Variabel Penelitian ................................................................................
32
4.5 Definisi Operasional Variabel............................................... ................
32
4.6 Alat dan Bahan Penelitian .....................................................................
33
4.7 Prosedur Penelitian................................................................. ..............
34
4.8 Protokol Penelitian ................................................................................
34
4.9 Analisis Data.......................................................................... ...............
37
x
11
BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Uji Normalitas Data.............................................................. ...............
38
5.2 Uji Homogenitas Varians antar Kelompok............................ ...............
39
5.3 Analisis Efek Pemberian Permen Karet terhadap pH Saliva. ...............
39
5.4 Analisis pH Saliva antar Kelompok ......................................................
41
5.4.1 Uji komparabilitas.................................................. .....................
41
5.4.2 Analisis efek perlakuan.......................................... .....................
41
BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 6.1 Subjek Penelitian...................................................................................
45
6.2 Peningkatan pH Saliva Setelah MengunyahPermen karet........ ............
46
6.3 Perbandingan pH Saliva Antar kelompok Sebelum dan Sesudah Pemberian Permen Karet mengandung Xylitol.....................................
47
6.4 Dampak Penurunan pH saliva........................................................... ....
51
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan ...............................................................................................
55
7.2 Saran......................................................................................................
55
Daftar Pustaka .............................................................................................
56
Lampiran .....................................................................................................
60
xi
12
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pohon Beech ...................................................................
21
Gambar 2.2 Permen Karet xylitol .......................................................
23
Gambar 3.1 Kerangka Konsep ............................................................
25
Gambar 4.1 Rancangan penelitian ......................................................
27
Gambar 5.1 Peningkatan pH Saliva Masing-masing Kelompok ........
40
Gambar 5.2 Perbandingan pH Saliva antar kelompok baik Sebelum maupun sesudah diberikan perlakuan .............................
44
Gambar 6.1 Peningkatan pH Saliva Masing-masing Kelompok .......
50
xii
13
DAFTAR TABEL
Hasil Uji Normalitas Data PH Saliva masing-masing Kelompok....................................................................................
38
Tabel 5.2
Hasil Uji Homogenitas Data PH Saliva Kedua Kelompok.......
39
Tabel 5.3
Rerata PH Saliva antara Sebelum dengan Sesudah Diberikan Perlakuan ....................................................................................
39
Tabel 5.4
Rerata pH Saliva Sebelum Perlakuan .........................................
41
Tabel 5.5
Rerata pH Saliva Setelah Perlakuan ...........................................
42
Tabel 5.6
Uji Tamhane Sesudah Diberikan Permen Karet antar Dua Kelompok....................................................................................
43
Tabel 5.1
xiii
14
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Ijin Penelitian..........................................................................
60
Lampiran 2.
Ethical Clearance ....................................................................
61
Lampiran 3.
Informed Concent ...................................................................
63
Lampiran 4.
Uji Normalitas Data pH Saliva Sebelum dan Sesudah Perlakuan ................................................................................
Lampiran 5.
Uji t-paired Data Peningkatan pH Saliva Masingmasing Kelompok ...................................................................
Lampiran 6.
72
73
Uji One Way Anova pH Saliva Baik Sebelum Maupun Sesudah Perlakuan Antar Kelompok .......................
78
Lampiran 7.
Gambar Bahan Dan Alat Pengukuran ....................................
81
Lampiran 8.
Gambar Aktivitas Penelitian...................................................
83
xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebiasaan merokok telah diketahui dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan ini dapat disebabkan oleh nikotin yang berasal dari rokok yang dihisap oleh perokok, sehingga tidak hanya berbahaya bagi perokok sendiri (perokok aktif) tetapi juga orang yang berada di lingkungan asap rokok atau disebut dengan perokok pasif, namun demikian masih banyak orang baik laki-laki maupun perempuan yang belum atau tidak dapat meninggalkan kebiasaan merokok ini. Sekitar 1,1 milyar orang dewasa (29% dari orang dewasa) merupakan perokok di seluruh dunia (Vellappally et al., 2007). Di negara berkembang sekitar 50-60% pria dan 10% wanita mempunyai kebiasaan merokok. Di negara maju sekitar 30% pria dan 30% wanita mempunyai kebiasaan merokok. Data WHO dari 65 negara antara tahun 1975-1986, bahwa 75% kaum pria dan 5% wanita Indonesia mempunyai kebiasaan merokok. Indonesia menduduki peringkat kelima tertinggi setelah Papua New Guinea, Fiji, Nepal dan Filipina. Remaja pria yang berumur 15-19 tahun 13,2 % telah mempunyai kebiasaan merokok (Natamiharja dan Butar, 2001). Kriteria perokok antara lain perokok ringan (1-10 rokok/hari), perokok sedang (11-19 rokok/hari), perokok berat (>20 rokok/hari) (Okuyemi et al., 2004).
1
2
Masyarakat pada umumnya telah mengetahui bahwa kebiasaan merokok dapat menimbulkan berbagai penyakit. World Health Organization (WHO) bahkan menetapkan tanggal 31 Mei sebagai hari tidak merokok sedunia. Namun demikian kenyataanya masih banyak orang yang memilih merokok daripada kesehatan. Secara umum telah diketahui bahwa kebiasaan merokok beresiko menimbulkan berbagai penyakit mematikan seperti kanker dan gangguan jantung, serta penyakit lain seperti gangguan kehamilan, bronchitis kronis, emfisema, kanker paru, larink, mulut, faring, esofagus, kandung kemih, penyempitan pembuluh nadi dan lain-lain. Kebiasaan merokok juga merupakan salah satu penyebab penyakit gigi dan mulut (Natamiharja dan Butar, 2001; Susana et al., 2003). Penelitian tentang hubungan antara perokok dan kebutuhan perawatan gigi di USA menyimpulkan bahwa perokok lebih banyak memerlukan perawatan gigi dibandingkan bukan perokok seperti penambalan karies gigi, pencabutan gigi dll (Schroeder, 2006; Dye et al., 2006). Presentase karies yang merokok 10-20 batang perhari adalah 42 % dibanding bukan perokok yaitu 30%. Karies gigi yang khas pada perokok adalah 4,3 kali lebih banyak dibandingkan bukan perokok (Natamiharja dan Butar, 2001). Perokok mempunyai tambalan pada giginya sebanyak 56%, crown 4%, kegoyangan gigi 2%, kehilangan tulang alveolar (12%), poket periodontal 16% dibandingkan bukan perokok (Krall et al., 2006). Perokok mempunyai skor plak dan kalkulus yang lebih tinggi di bandingkan dengan bukan perokok. Di dalam plak terdapat mikroorganisme yang mampu mengubah polisakarida menjadi asam (Natamiharja dan Gronyeke, 2004).
3
Kebiasaan merokok dapat menyebabkan meningkatnya akumulasi plak, dimana plak merupakan media pelekat bakteri pada polisakarida, yang dapat mempertinggi produksi asam bakteri, sehingga pH saliva menjadi menurun (Cawson, 1994). Penurunan efek buffering serta pH perokok yang lebih rendah dan tingginya jumlah lactobacilli dan streptococcus mutans dapat mengindikasi kecenderungan terhadap karies gigi (Vellappally et al., 2007). Sekresi saliva tidak ada perbedaan antara perokok dan tidak perokok, sedangkan pengaruh buffer rata rata signifikan lebih rendah pada perokok dibandingkan bukan perokok (Khan et al., 2010). Terdapat perbedaan pH saliva perokok dengan tidak perokok dimana tingkat keasaman saliva perokok lebih tinggi dibandingkan yang tidak perokok (Puspawati, 2005). Kebiasaan merokok dalam jangka waktu yang lama dapat menurunkan pH saliva (Johnson dan Bain, 2000). pH rata rata perokok pada perokok filter sebanyak 7 s/d 20 rokok perhari adalah 5,55 (Puspawati, 2005). Dalam keadaan normal, gigi geligi selalu dibasahi oleh saliva, saliva di dalam rongga mulut mempunyai pH yang dapat berubah setiap saat, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain irama siang dan malam, diet, perangsangan kecepatan sekresi. pH saliva juga dapat dipengaruhi oleh berubahnya polisakarida menjadi asam di dalam rongga mulut (Dikri et al., 2003). pH saliva yang rendah dan mencapai suatu angka kritis dapat menyebabkan terjadinya karies gigi, dimana penurunan pH yang berulang ulang dalam waktu tertentu akan mengakibatkan demineralisasi permukaan gigi. Proses terjadinya karies gigi disebabkan oleh 4 faktor yang saling mempengaruhi dan berinteraksi
4
satu sama lain. Keempat faktor tersebut adalah gigi dan saliva, mikroorganisme, substrat terutama sukrosa yang menyebabkan turunnya pH saliva serta waktu lamanya makanan berkontak dengan gigi. Pada lingkungan asam, proliferasi dari zat asam dan bakteri kariogenik akan menyebabkan hilangnya struktur dari gigi (Tarigan, 1993). Setelah karbohidrat dikonsumsi, pH plak akan menurun sampai di bawah 5 dalam tempo 1-3 menit karena karbohidrat dapat diragikan oleh bakteri tertentu dan membentuk asam (Kidd dan Bechal, 1992) Hal ini juga akan menyebabkan pH saliva menjadi lebih asam atau menurun (Wulandari et al., 2003). Berbagai efek saliva terhadap kesehatan gigi dan rongga mulut menimbulkan banyak perhatian, sehingga layak diteliti, terdapat penelitian mengenai efek pengunyahan permen karet pada kecepatan aliran saliva. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa terdapat peningkatan kecepatan aliran saliva dan pH saliva karena pengaruh stimulus pengunyahan dan pengecapan secara serentak (Haroen, 2002 ; Ly et al., 2008) dan mengurangi insiden karies gigi (Stookey, 2008). Tindakan pencegahan untuk mencegah penurunan pH saliva pada perokok perlu dilakukan dengan cara mencari bahan makanan yang dapat meningkatkan pH saliva antara lain sorbitol, mannitol dan xylitol. Namun yang paling popular adalah xylitol karena efeknya terhadap kesehatan gigi dan rasanya yang manis, hampir sama dengan sukrosa. Xylitol merupakan gula alkohol dan terdapat secara
5
alamiah di alam. Xylitol dibuat secara komersial dari kayu pohon beech dan bahan ini tidak dapat difermentasi oleh bakteri kariogenik (Lynch dan Milgrom, 2003). Pada saat ini, bahan pengganti gula xylitol sudah disertakan dalam kandungan permen karet, karena permen karet merupakan makanan ringan yang potensial untuk menurunkan aktivitas karies gigi. Permen karet bermanfaat untuk merangsang sekresi saliva, meningkatkan pH plak dan saliva, sehingga sangat baik digunakan sebagai pembersih rongga mulut (Yuliarsi dan Lestari, 2003; Friedman, 2010). Pemberian permen karet xylitol 3 sampai 5 kali sehari dikunyah minimal selama 5 menit setelah makan dapat menghambat akumulasi plak dan demineralisasi enamel, meningkatkan remineralisasi pada karies awal dan mengurangi jumlah streptococcus mutans (Burt, 2006). Sreptococcus mutans menghasilkan asam yang dapat merusak enamel gigi. Bakteri ini berkembang pada pH asam . Xylitol menghambat pertumbuhan Streptococcus Mutans dengan meningkatkan pH mulut, membuat keadaan rongga mulut kurang menguntungkan untuk pertumbuhan Streptococcus mutans (Pierini, 2008). Atas dasar uraian di atas, maka diadakan penelitian untuk
mencegah
kerusakan gigi pada perokok dengan cara meningkatan pH saliva perokok dengan pemberian permen karet xylitol. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa dan pasien umum di FKG Univ. Mahasaraswati Denpasar.
6
1.2 Rumusan Masalah Bertitik tolak dari latar belakang di atas maka permasalahan yang didapat adalah : a. Apakah mengunyah satu butir permen karet xylitol selama 5 menit dapat meningkatkan pH saliva perokok? b. Berapa jam setelah mengunyah permen karet xylitol selama 5 menit meningkatkan dan mempertahankan pH saliva perokok?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian permen karet xylitol terhadap peningkatan pH saliva. 1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui apakah mengunyah satu butir permen karet xylitol selama 5 menit meningkatkan pH saliva perokok. b. Untuk mengetahui berapa jam setelah mengunyah permen karet xylitol selama 5 menit meningkatkan dan mempertahankan pH saliva perokok.
7
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1
Manfaat Praktis
a. Bagi perokok agar dapat memilih mengunyah permen karet xylitol sebagai upaya pencegahan karies gigi. b. Bagi dokter gigi agar lebih menyosialisasikan permen karet xylitol sebagai upaya pencegahan karies gigi. 1.4.2
Manfaat Ilmiah
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh data mengenai permen karet xylitol yang meningkatkan dan mempertahankan pH saliva perokok sebagai upaya pencegahan karies gigi pada perokok. b. Hasil penelitian ini diharapkan digunakan sebagai pedoman untuk meneliti lebih mendalam mengenai permen karet mengandung xylitol dalam pencegahan karies gigi.
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Rokok Rokok adalah silinder dari kertas berukuran antara 70 hingga 120 mm (Bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun– daun tembakau yang telah dicacah. Jenis rokok dibedakan menjadi beberapa jenis. Pembedaan ini di dasarkan atas bahan pembungkus rokok, bahan baku atau isi rokok, proses pembuatan rokok dan penggunaan filter pada rokok (Martin, 2008): a. Rokok berdasarkan bahan baku atau isi: Klobot
: Rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun jagung
Kawung : Rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren Sigaret
: Rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas
Cerutu
: Rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau
b. Rokok berdasarkan bahan baku atau isi: Rokok putih : Rokok yang bahan baku atau isinya daun tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu Rokok kretek : Rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa atau aroma tertentu.
8
9
Rokok klembak : Rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau, cengkeh, dan kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu. c. Rokok berdasarkan proses pembuatannya: Sigaret kretek tangan : Rokok yang proses pembuatanya dengan cara di giling atau dilinting dengan menggunakan tangan dan atau alat bantu sederhana. Sigaret kretek mesin : Rokok yang proses pembuatanya menggunakan mesin d. Rokok Berdasarkan pengunaan filter : Rokok Filter : Rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus Rokok non filter : Rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat gabus.
2.2 Komposisi Bahan Kimia Rokok Didalam rokok terkandung 4000 campuran bahan kimia yang mana ratusan diantaranya bersifat toxic (Martin, 2008). Kandungan utama rokok antara lain nikotin, tar, karbonmonoksida, nitrogen monoksida dan beberapa kandungan lain yang terdapat dalam rokok, yang dapat diuraikan sebagai berikut (Annex, 1998): a. Nikotin
10
Nikotin merupakan bahan kimia berminyak yang tidak berwarna merupakan salah satu racun paling keras dan dapat membuat mata terasa perih (Armstrong, 1995). Nikotin
merupakan
zat
yang
bersifat
adiktif
atau dapat
menyebabkan kecanduan, sehingga lama kelamaan perokok akan meningkatkan konsumsi rokok karena merasa dosisnya kurang. Sampai saat ini tidak ada peraturan tentang penggunaan batas maksimal nikotin pada rokok. b. Tar Tar merupakan salah satu komponen dari rokok. Walaupun komposisi tar yang sedikit dalam rokok tetap saja dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti kanker paru. Kompisisi tar yang rendah pada rokok bersifat kurang karsinogenik dibandingkan dengan komposisi tar yang lebih tinggi. Rokok yang beredar mempunyai kadar tar minimal sebesar 515 mg per batang rokok pada tahun 1990an. Kemudian pada tahun 1992 Inggris mengeluarkan peraturan kadar tar maksimal sebesar 15 mg per batang rokok pada tahun 1997 kadar tar menurun menjadi 12 mg per batang rokok. Dijumpai pada rokok yang dibakar, eugenol atau minyak cengkeh juga diklasifikasikan sebagai tar. Dalam tar ini dijumpai karsinogenik : polisiklik hidrokarbon aromatis yang memicu kanker paru (Sitepoe, 2000). c. Karbon monoksida
11
Karbon monoksida (CO) merupakan suatu gas beracun yang dapat menyebabkan pengurangan asupan oksigen (O2) oleh hemoglobin dalam darah. Kadar gas CO dalam darah perokok mencapai 6 - 7 % tapi dapat meningkat mencapai 11% atau lebih, sedangkan kadar CO pada darah bukan perokok kurang dari 1%. d. Nitrogen monooksida ( NO) Nitrogen monooksida ( NO) dihasilkan oleh dekomposisi nitrat pada tembakau. Pada rokok diproduksi sejak awal dan yang dihirup oleh perokok adalah NO, meskipun NO dihembuskan oleh perokok atau asap rokok, akan menyebar diruangan dan akan mengubah NO menjadi NO2, Efek fisiologi dari NO dan NO2 sedikit berbeda. Menghirup NO tidak memberikan efek toxic secara langsung, sedangkan NO2 menyebabkan efek iritasi saluran pernapasan. e. Beberapa kandungan lain didalam rokok antara lain (Darussalam, 2004): 1. Arsenik, merupakan racun yang digunakan untuk membunuh serangga. 2. Ammonia, merupakan bahan kimia yang digunakan didalam bahan pencuci tandas. 3. Acetone, merupakan bahan pelarut yang digunakan dalam penghilang cat kuku. 4. Benzene, merupakan bahan pelarut yang digunakan dalam perusahaan minyak.
12
5. Cadmium, merupakan sejenis logam beracun yang terdapat di dalam baterai. 6. Chromium, digunakan untuk pembuatan logam. 7. Formaldehyde, merupakan bahan kimia yang digunakan untuk mengawetkan mayat. 8. Hydrogen Cyanida, gas yang sangat berbahaya yang digunakan dalam fotografi. 9. Hydroquinone, digunakan dalam pembuatan getah. 10. Lead, digunakan dalam baterai. 11. Nickel, digunakan dalam penghasilan stainless steel. 12. Nutbae, digunakan dalam gas berkemah dan pemetik api. 13. Phenol, digunakan dalam pembasmian kuman. 14. Tecanoe, digunakan dalam pelunturan warna. 15. Ricnesa, terdapat di semua jenis racun. 16. Toluene, Digunakan pada bahan letupan. 17. Timah hitam (Pb), merupakan partikel asap rokok, setiap satu batang rokok yang dihisap diperhitungkan mengandung 0.5 mikrogram Pb (Sitepoe, 2000).
2.3 Hubungan Rokok, Penurunan pH Saliva dan Karies Gigi Pada tembakau alami didalam rokok, gula bisa muncul pada tingkatan hingga 20%. Sebagai tambahan, beragam gula-gula dan pemanis ditambahkan dengan sengaja selam proses pengolahan tembakau hingga 4%, atau bisa hingga
13
13% gula. Gula digunakan sebagai aditif rokok termasuk glukosa dan sukrosa (Vellappally et al., 2007). Beberapa jenis karbohidrat makanan misalnya sukrosa dan glukosa, dapat diragikan bakteri tertentu dan membentuk asam sehingga pH menurun sampai 5. Penurunan pH yang berulang ulang dalam waktu tertentu akan mengakibatkan demineralisasi permukaan gigi yang rentan dan proses kariespun dimulai. Konsumsi gula yang sering dan berulang ulang akan tetap menahan pH dibawah normal dan menyebabkan demineralisasi email (Kidd dan Bechal, 1992).
2.4 Saliva dan Kelenjar Saliva Saliva adalah cairan oral yang kompleks, tidak berwarna, dimana terdiri dari campuran sekresi yang berasal dari kelenjar ludah mayor dan minor yang ada pada mukosa oral untuk memepertahankan homeostasis pada rongga mulut (Kidd dan Bechal, 1992; Amerongen, 1992). Saliva diproduksi oleh tiga pasang kelenjar saliva utama yaitu kelenjar sublingualis, submandibula, dan parotis, yang terletak diluar rongga mulut dan menyalurkan saliva melalui duktus-duktus pendek kedalam mulut (Kelley dan Petersen, 2007; Guyton dan Hall, 2008; Sherwood, 2001). Disamping itu masih
banyak sekali kelenjar ludah kecil-kecil tambahan (kelenjar aksesori) di dalam mukosa pipi, bibir, lidah dan langit langit rongga mulut (Amerongen, 1992). Kelenjar parotis terletak dibawah meatus auditory external pada celah antara
mandibula
dan
depan
m.
Sternocleidomastoideus,
kelenjar
submandibularis, bagian superficial terletak di bawah margo inferior corpus
14
mandibulae dan bagian profunda yaitu ductus submandibularis bermuara kedalam mulut pada sisi frenulum linguae, kelenjar sublingualis terletak pada celah antara lidah dan rahang bawah (Snell, 1997; Snell, 2004). Saliva terdiri dari 99,4 - 99,5% H2O serta 0,5 – 0,6% protein dan elektrolit. Volume saliva yang dihasilkan setiap hari berkisar antara 1 sampai 1,5 liter perhari , berkisar dengan kecepatan basal spontan yang konstan sebesar 0,5 ml/menit sampai kecepatan maksimum sebesar 5 ml/menit sebagai respon adanya rangsangan yang kuat
(Despopoulos dan Silbernagl, 2000; Guyton, 1996;
Sherwood, 2001). Perangsangan saliva adalah suatu respon refleks dimulai dengan reseptor citarasa, reseptor bau dan reseptor raba dalam mulut akibat pengunyahan, pengeluaran air liur sekitar 0,5-1,5 liter/hari. Kecepatan aliran bervariasi antar 0,14 ml/menit tergantung pada tingkat perangsangan. Pada kecepatan 0,5 ml/menit sekitar 95% disekresi oleh kelenjar parotis dan kelenjar submandiblaris, sisanya kel sublingualis (Guyton, 1996; Despopoulos dan Silbernagl, 2000). Kelenjar saliva tersusun atas dua tipe secretory cells yaitu mucous dan serous, sel serous memproduksi air yang mengandung enzim, ion, dan sedikit musin, sedangkan sel mocous memproduksi mucus, saliva kental. Kelenjar parotis mengandung hanya sel serous. Submandibular dan kelenjar bukal mengandung serous dan mucous cells, kelenjar sublingual mengandung mucous cells (Marieb, 2004).
15
Sekresi saliva dikontrol oleh sistem saraf otonom, dimana kelenjar saliva mendapat inervasi dari simpatis dan parasimpatis, stimulasi keduanya menyebabkan meningkatnya sekresi air liur. Rangsangan parasimpatis yang berperan dominan dalam sekresi air liur yang serous, sedangkan simpatis menhasilkan volume yang lebih sedikit dengan konsistensi yang kental (mocous) (Sherwood, 2001; Martin, 2008). 2.4.1
Komponen saliva Komponen saliva dapat dibedakan dalam komponen anorganik dan
(bio)organik, yaitu (Amerogen, 1992): a. Komponen anorganik Komponen anorganik saliva terdiri dari kation kation Na+ dan K- yang merupakan konsentrasi tertinggi, disamping itu juga terdapat Ca++, Mg++, Cl-, HCO3, dan fosfat. Dimana Cl- penting untuk aktivitas enzimatik α – amilase. Kalsium dan fosfat pun penting dalam remineralisasi email dan berperan pada pembentukan karang gigi dan plak bakteri. Kadar flouride dalam saliva agak dipengaruhi oleh konsentrasi flouride di dalam air minum dan juga didalam makanan. Rodanida atau thiocynate (CNS-) juga penting dalam agensia antibakterial dalam kerjasama dengan sistem laktoperoksidase. Dalam hal ini bikarbonat merupakan ion bufer terpenting didalam ludah. b. Komponen (bio)organik
16
Komponen (bio)organik saliva terdiri dari protein dan musin sebagai komponen utama, juga terdapat komponen lain seperti : asam lemak, lipid, glukosa, asam amino, ureum dan amoniak. Protein yang secara kualitatif penting adalah α – amilase, protein kaya prolin musin dan imunoglobulin. 2.4.2
Fungsi saliva Fungsi saliva dalam mencegah penyakit, yaitu : a. Efek melindungi Pada rongga mulut terdapat permukaan epithelial yang ditutup dengan satu lapisan mucus. Lapisan ini kaya akan musin. Musin adalah merupakan glikoprotein dengan sifat sifat karakteristik berkat bangunannya yang khusus. Dalam hal ini musin membantu membasahkan dan melindungi partikel makanan, membuat makanan lebih mudah ditelan, memudahkan pengunyahan, bicara dan higine mulut (Roukema, 1993; Kidd dan Bechal, 1992; Silbernagl, 2000). b. Pengaruh saliva sebagai bufer Bikarbonat di saliva menetralkan asam di makanan serta asam yang dihasilkan bakteri dimulut, sehingga membantu mencegah karies gigi. Meskipun protein memiliki pengaruh bufer, namun pada saliva pengaruh ini sedikit, karena konsentrasinya sangat rendah dan pengaruh bufer terbesar adalah pada suatu pH<5, dimana dibawah pH
17
saliva fisiologis (Sherwood, 2001; Roukema, 1993; Kidd dan Bechal, 1992). c. Interaksi protein saliva dan mikroorganisme bersama dengan email Dalam hal ini protein saliva mempengaruhi pembentukan plak dengan dua cara, yaitu : pertama, protein didalam ekuared polikel menambah perlekatan
bakteri
pada
email.
Kedua,
protein
saliva
dapat
menyebabkan pengumpulan agregasi bakteri. Disamping sebagai antibodi yang spesifik terhadap bakteri lain, protein juga mempunyai suatu aktivitas agregasi di dalam saliva parotis (kaya protein prolin) dan saliva submandibularis. Dimana dalam submandibula ini terdapat musin. Pengumpulan ini ternyata juga mempunyai efek pada tingkat ikatan bakteri pada email gigi (Roukema, 1993). d. Aktifitas anti bakteri saliva Terdapat beberapa aktivitas anti bakterial dari saliva, yaitu : (Roukema, 1993). 1. Lisozim Enzim ini adalah berasal dari kelenjar parotis, submandibula, sublingual dan cairan krevikular. Pada enzim ini juga ditemukan adanya leukosit. Dimana aktifitas biologis dari lisozim secara kualitatif adalah sama untuk berbagai sumber, namun berbeda dalam struktur primer dan aktifitas spesifiknya. Meskipun flora (mikroorganisme) yang bersifat komensalisme dalam mulut
18
nampak tidak sensitif bahkan untuk lisozim dengan konsentrasi yang tinggi sekalipun, namun sebaliknya dapat ditentukan bahwa lisozim dapat menghilangkan jenis mikroorganisme yang sensitif dan mencegah kolonisasi mikroorganisme dalam rongga mulut. 2. Immunoglobulin Sistem immunoglobulin total sebagian besar
terdiri dari Ig A,
disamping itu juga terdapat Ig G dan Ig M meskipun dalam jumlah yang kecil. Pada Ig A saliva terikat pada “secretory peace”. Ini merupakan suatu glikoprotein yang menghubungkan Ig A dan dapat melindungi Ig A terhadap perusakan. Dalam saliva yang bercampur juga ditemukan adanya Ig G, Ig A, dan Ig M dalam jumlah kecil yang berasal dari cairan kervikular dan mempunyai fungsi lokal dalam gingiva. 3. Sistem laktoperoksidase-isotiosianat Laktoperoksidase juga terdapat dalam saliva, yang berasal dari sel sel asinar parotis dan submandibula yang ternyata merupakan kombinasi dengan isotiosianat diperoleh dari saliva dan H2O yang diperoleh dari bakteri, dimana dapat memberikan hambatan yang efektif dalam pertukaran zat dan pertumbuhan bakteri tertentu. 4. Laktoferin Laktoferin juga ditemukan dalam saliva, dimana pada kelenjar parotis dan kelenjar submandibula, laktoferin ini dilokalisasi dalam
19
sel sel asinar yang serus. Protein ini dapat menghambat pertumbuhan Candida Albicans dan E. Coli. Fungsi lain dari saliva adalah dapat membantu proses pencernaan, penelanan, pelarut, pelumas, pemisah makanan, membantu pengecapan, membantu berbicara, mengatur keseimbangan air (Sherwood, 2001) dan juga untuk mengeliminasi food debris (Farsi, 2007). 2.4.3
pH saliva Derajat keasaman suatu larutan dinyatakan dengan pH untuk larutan yang
netral sama dengan 7 dan turun dengan naiknya kekuatan asam pH <7, suatu larutan adalah basa pada pH >7. Derajat keasaman suatu cairan adalah penting (Amerongen, 1992). Susunan kualitatif dan kuantitatif elektrolit di dalam ludah menentukan pH dan kapasitas bufer. pH ludah tergantung dari perbandingan antara asam dan konjugasi basanya yang bersangkutan. Derajat asam kapasitas bufer terutama disebabkan oleh susunan bonat, yang naik dengan kecepatan sekresi. Ini artinya bahwa pH dan kapasitas bufer ludah juga naik dengan naiknya kecepatan sekresi (Amerongen, 1992). Derajat asam dan kapasitas bufer ludah selalu dipengaruhi perubahan perubahan, yang misalnya disebabkan oleh: irama siang dan malam, diet, perangsangan kecepatan sekresi. pH dan kapasitas bufer tinggi segera setelah bangun, tetapi kemudian cepat turun, tinggi pada saat seperempat jam setelah
20
makan (stimulasi mekanik), tetapi biasanya dalam waktu 30-60 menit turun lagi. Pada malam hari agak naik kemudian turun lagi (Amerongen, 1992). Penurunan pH saliva dapat meningkatkan frekuensi karies gigi. Pada pH saliva yang rendah, mikroorganisme dapat berkembang dengan baik. Sebaliknya pada pH saliva yang tinggi dapat mencegah terjadinya karies gigi (Roeslan, 2002).
2.5 Xylitol Xylitol pertama kali ditemukan oleh Herman Emil Fischer, seorang kimiawan berkebangsaan Jerman pada tahun 1891. Xylitol telah digunakan sebagai pemanis pada makanan sejak tahun 1960-an. Namun demikian, pemanfaatanya untuk perawatan gigi baru digunakan pada era tahun 1970-an di Finlandia. Kala itu para peneliti dari Universitas of Turku menunjukan hasil penelitiannya yang menyatakan bahwa xylitol dapat mencegah terjadinya karies gigi. Setelah melalui kontemplasi yang cukup panjang pada tahun 1983 JECFA (Joint Expert Committe of Food Additives) milih FAO/WHO merestui penggunaan xylitol sebagai pemanis dalam produk pangan. Tiga tahun kemudian , FDA (Food Drug Administration) pun merestui penggunaanya (Huber, 1999). Xylitol adalah lima karbon polyalkohol, xylitol dimetabolisme di hati dan dikonversikan menjadi D-xylulose dan glukosa oleh polyol dehydrogenase. Xylitol merupakan alkohol gula yang rasa manisnya sama dengan gula sukrosa dan menghasilkan kalori dalam jumlah yang sama dengan sukrosa yaitu 4 kal/gr. Nama lain xylitol adalah pentitol, pentose, polyalkohol dan polyol. Secara alami
21
terdapat
pada jagung, strawberry, plum, tetapi secara komersial dibuat dari
serpihan kayu pohon beech (Horgerson, 2007; Kidd dan Bechal, 1992; Yuliarsi dan Lestari, 2003).
Gambar 2.1 Pohon beech (Friedman, 2010)
Secara kimia struktur xylitol terdiri dari lima atom karbon dan lima gugus hidroksil (C5H12O5), tidak seperti gula lainya yang terdiri dari enam atom karbon, struktur seperti ini sangat sulit untuk dimetabolisme oleh bakteri sehingga xylitol secara komersial dilakukan melalui proses hidrogenasi xylosa (C5H10O5) dengan bantuan katalisator nikel, pada suhu 80º - 14º celcius, dan 50 tekanan atmosfer (Yulianto, 2001).
22
2.5.1
Fungsi xylitol Pengaruh xylitol yang terbukti secara klinis adalah menghambat plak gigi
sebesar 80%, Menghambat demineralisasi email gigi, meningkatkan flow dan pH saliva, memproduksi remineralisasi enamel gigi, produksi air liur meningkat sehingga dapat meredakan xerostomia, gula untuk penderita diabetes, mengurangi infeksi di mulut dan nasopharynx (Friedman, 2010; Pierini, 2008). Pencegah / penahan laju osteoporosis tulang (Yulianto, 2002). 2.5.2
Efek mengunyah permen karet yang mengandung xylitol terhadap peningkatan pH saliva Pemberian permen karet yang mengandung xylitol mempunyai efek
menstimulasi produksi saliva, komposisi dari saliva berubah dan meningkatkan konsentrasi bikarbonat, fosfat dan kalsium. Perubahan dari komposisi ini mestimulasi peningkatan kemampuan saliva untuk mencegah penurunan pH dan meningkatkan kemampuan perumbuhan kristal hidroksiapatit. Peningkatan volume saliva cenderung membersihkan gula dan asam dari gigi. Permen karet bebas gula adalah cara yang sangat praktis untuk merangsang saliva setelah memakan makanan yang mengandung gula. Banyak penelitian di dunia yang mendukung tentang efek pengunyahan permen karet bebas gula (Holgeston, 2007).
23
Gambar 2.2 Permen karet xylitol (Pierini, 2008) Pemberian permen karet xylitol tiga sampai empat kali perhari minimal lima menit setelah makan untuk menghambat akumulasi plak dan menghambat demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi lesi awal dan mengurangi jumlah S. Mutans (Burt, 2006). Pemberian permen karet mengandung xylitol sesudah makan makanan yang mengandung karbohidrat, mempunyai efek menurunkan akumulasi plak dan meningkatkan buffer saliva (Yuliarsi dan Lestari, 2003).
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Xylitol merupakan gula alkohol dan terdapat secara alamiah di alam, bahan ini tidak dapat difermentasi oleh bakteri kariogenik. Permen karet yang mengandung xylitol bermanfaat untuk merangsang sekresi saliva komposisi dari saliva berubah dan meningkatkan konsentrasi bikarbonat, fosfat dan kalsium, meningkatkan pH plak dan saliva dan pembersih rongga mulut. Perokok mempunyai presentase karies yang lebih banyak dibandingkan bukan perokok karena kebiasaan merokok dapat menyebabkan meningkatnya akumulasi plak, dimana plak merupakan media pelekat bakteri pada polisakarida, yang dapat mempertingi produksi asam bakteri, sehingga pH saliva menjadi menurun. Penurunan pH yang berulang ulang dan terus menerus akan mengakibatkan demineralisasi permukaan gigi dan proses kariespun dimulai. Faktor yang dapat memicu proses terjadinya karies, yaitu faktor host (struktur gigi, saliva), diet (pola makan), Mikroorganisme dan waktu. Untuk mencegah terjadinya karies karena penurunan pH saliva pada perokok ini diperlukan pencegahan. Salah satu upaya pencegahan adalah menjaga penurunan pH saliva yang berlangsung terus menerus pada perokok. Untuk dapat meningkatkan pH saliva pada perokok dapat diperoleh dengan mengkonsumsi permen karet xylitol yang dapat meningkatkan pH saliva, mengurangi jumlah Streptococcus mutans dan menghambat akumulasi plak.
24
25
3.2 Konsep Penelitian
Permen Karet Xylitol
Faktor Eksternal : Faktor Internal :
- makanan
- stress
- minuman
- kehamilan
- irama siang dan malan -rokok
Saliva -pH Saliva
Gambar 3.2 : Kerangka konsep
26
3.3 Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka konsep dan teori diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : a. Mengunyah satu butir permen karet xylitol meningkat dan bertahan selama 5 menit meningkatkan pH saliva perokok. b. pH saliva perokok meningkat dan bertahan selama 3 jam setelah mengunyah satu butir permen karet xylitol selama 5 menit.
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian uji klinis (clinical trial), yaitu penelitian dengan rancangan eksperimental pretest-posttest Control Group Design (Pocock, 2008).
O1
O3
Ra
P
R
S
O5
O7
O9
Keterangan di halaman berikut. Gambar 4.1. Rancangan Penelitian
27
P0
P1
P2
P3
P4
O2
O4
O6
O8
O10
28
Keterangan : P = Populasi S = Sampel Ra = Random alokasi O1 = Pengukuran pH saliva kelompok 1 sebelum diberi permen karet xylitol O2 = Pengukuran pH saliva kelompok 1 5 menit setelah diberi permen karet xylitol O3 = Pengukuran pH saliva kelompok 2 sebelum diberi permen karet xylitol O4 = Pengukuran pH saliva kelompok 2 setelah diberi permen karet xylitol setelah 1 jam O5 = Pengukuran pH saliva kelompok 3 sebelum diberi permen karet xylitol O6 = Pengukuran pH saliva kelompok 3 setelah diberi permen karet xylitol setelah 2 jam O7 = Pengukuran pH saliva kelompok 4 sebelum diberi permen karet xilitol O8 = Pengukuran pH saliva kelompok 4 setelah diberi permen karet xylitol setelah 3 jam O9 = Pengukuran pH saliva kelompok 5 sebelum diberi permen karet xilitol O10 = Pengukuran pH saliva kelompok 5 setelah diberi permen karet xylitol setelah 4 jam Po = Perlakuan pada kelompok 1 dengan pemberian permen karet xylitol dimana pengukuran dilakukan 5 menit setelah pemberian P1 = Perlakuan pada kelompok 2 dengan pemberian permen karet xylitol dimana pengukuran dilakukan 1 jam setelah pemberian P2 = Perlakuan pada kelompok 3 dengan pemberian permen karet xylitol dimana pengukuran dilakukan 2 jam setelah pemberian P3 = Perlakuan pada kelompok 4 dengan pemberian permen karet xylitol dimana pengukuran dilakukan 3 jam setelah pemberian P4 = Perlakuan pada kelompok 5 dengan pemberian permen karet xylitol dimana pengukuran dilakukan 4 jam setelah pemberian
29
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi : Rumah Sakit Gigi dan Mulut FKG Universitas Mahasaraswati Denpasar. Waktu penelitian : 3 bulan ( April s/d Juni 2011). 4.3 Populasi, Sampel dan Besar Sampel dan Tehnik Pengambilan Sampel 4.3.1 Populasi Populasi target dari penelitian ini adalah laki-laki perokok yaitu laki-laki yang aktif merokok minimal selama satu tahun dan merupakan perokok sedang (11 - 19 batang/hari) rokok dengan filter (Okuyemi et al., 2004). Target penelitian dipilih perokok karena karies gigi pada perokok adalah 4,3 kali lebih banyak dibandingkan bukan perokok. Rata-rata pH perokok sebanyak 7-20 rokok/hari adalah 5,55. Populasi terjangkau dari penelitian ini diambil dari laki-laki perokok yang merupakan mahasiswa FKG dan pasien yang datang ke RSGM FKG UNMAS Denpasar.
4.3.2 Kriteria sampel Sampel penelitian ini didapat dari populasi yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
30
4.3.2.1 Kriteria Inklusi 1. Jenis kelamin laki laki dengan usia 19-35 tahun. 2. Minimal telah merokok aktif selama 1 tahun. 3. Perokok sedang (11 - 19 batang/hari) rokok dengan filter. 4. pH saliva < 7 5. Bersedia menandatangani informed consent.
4.3.2.2 Kriteria Eksklusi 1. Mengkonsumsi obat-obatan yang mempengaruhi pH saliva 2. Sakit saat pengambilan data.
4.3.3 Besar Sampel Besar sampel ditentukan berdasarkan penelitian pendahuluan pada lima orang untuk mendapatkan peningkatan pH saliva yang diukur dengan alat pH meter merk ezdo buatan taiwan. pH saliva rata rata perokok adalah 5,694. Peningkatan setelah pemberian permen karet xylitol adalah 7,012. Data yang diperoleh dimasukan kedalam rumus Pocock (2008) sebagai berikut:
31
2 σ2 n =
X f (α . β) (µ2 – µ1)2
=
2.(0, 895)2
X 10,5
(1,318)2 =
12,7 + 10%
=
13,9 dibulatkan menjadi 14
Keterangan : n = besar sampel σ = Standart deviasi α = 0,05 β = 0,1 f(α. β) : 10,5 µ1 = rata-rata pH saliva sebelum pemberian permen karet xylitol µ2 = rata-rata pH saliva setelah pemberian permen karet xylitol Jadi sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 70 sampel.
4.3.4 Tehnik Pengambilan Sampel Sampel akan dipilih dari mahasiswa FKG dan pasien umum yang berkunjung ke RSGM FKG UNMAS Denpasar. Pemilihan sampel menggunakan tehnik Simple Random Sampling, Sampel yang telah memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi ditentukan dengan cara, 14 sampel pertama dipakai sebagai kelompok satu, 14 sampel berikutnya dipakai sebagai kelompok dua, 14 sampel berikutnya dipakai sebagai kelompok tiga, 14 sampel berikutnya dipakai sebagai kelompok empat, dan 14 sampel terakhir dipakai sebagai kelompok lima.
32
4.4 Variabel Penelitian 1. Variabel bebas
: Permen karet xylitol rasa blueberi mint
2. Variabel tergantung
: pH Saliva
3. Variabel terkendali
: umur, jenis kelamin, perokok sedang
4.5 Definisi Operasional Variabel 1. Permen karet xylitol adalah permen karet yang mengandung xylitol 1119 mg/saji rasa bluberi mint dapat diketahui dari kemasan produk dan dimakan dengan cara dikunyah selama minimal 5 menit, permen ini tidak habis dikunyah dan tidak ditelan. 2. pH saliva adalah derajat keasaman saliva,
suatu larutan netral sama
dengan 7 dan turun dengan naiknya kekuatan asam pH <7, suatu larutan adalah basa pada pH >7, alat ukur pH saliva menggunakan pH meter merek ezdo buatan Taiwán dan dental saliva pH indicator. Setiap pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali dan angka tertinggi dijadikan patokan. Angka tertinggi dicatat dengan ketelitian dua angka di belakang koma. Pengukuran dilakukan minimal 60 menit setelah makan. Pengukuran pH dilakukan dua kali, sebelum dan setelah diberikan permen karet mengandung xylitol. 3. Umur orang coba didasarkan atas tanggal, bulan dan tahun kelahiran yang dilihat dari akte kelahiran / KTP / SIM.
33
4. Jenis kelamin dari penelitian ini adalah laki-laki, yaitu jenis kelamin yang terlihat dari penampakan luar dan dari kartu identitas (KTP / SIM / kartu mahasiswa. 5. Perokok sedang : Dalam hal ini merupakan perokok yang menghabiskan 11-19 batang rokok/hari. Sampel diketahui merokok atau tidak dan jumlah rokok yang dihisap dengan cara wawancara.
4.6 Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Neerbecken b. Form Penelitian dan informed consent c. pH meter merk ezdo buatan Taiwan d. Dental saliva pH indikator e. Penampung saliva f. Alat tulis g. Kamera h. Komputer i. Arloji 2. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Permen karet xylitol merk lotte rasa bluberi mint b. Tissue dan kapas.
34
4.7 Prosedur Penelitian Langkah-langkah yang diambil dalam prosedur penelitian adalah sebagai berikut : 1. Menyerahkan surat ijin penelitian kepada pimpinan fakultas dan direktur RSGM FKG UNMAS Denpasar 2. Menyiapkan informed consent, dan alat alat tulis untuk keperluan penelitian 3. Membagikan informed consent kepada sampel yang sudah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
4.8 Protokol Penelitian Sebelum penelitian akan dilakukan, diinformasikan kepada sampel untuk makan dan minum sebelumnya dan apabila ada yang akan merokok, agar merokok terlebih dahulu, dan diinformasikan bahwa selama penelitian berlangsung sampel tidak diperbolehkan untuk makan, minum dan merokok. Minimal 60 menit setelah makan, minum dan merokok sampel disilahkan untuk duduk dikursi yang telah disediakan di RSGM FKG UNMAS Denpasar. Kelompok 1 1. Segera setelah duduk, dilakukan pengumpulan saliva dengan mencucurkan salivanya ke dalam penampung saliva kemudian pH saliva diukur dan dicatat pada form penelitian. 2. Sampel diberikan satu butir permen karet xylitol dan diintruksikan untuk dikunyah selama 5 menit dan tidak boleh ditelan.
35
3. 5 menit setelah mengunyah permen karet xylitol, saliva dicucurkan ke dalam penampung saliva kemudian pH saliva diukur dan dicatat pada form penelitian Kelompok 2 1. Segera setelah duduk, dilakukan pengumpulan saliva dengan mencucurkan salivanya ke dalam penampung saliva kemudian pH saliva diukur dan dicatat pada form penelitian. 2. Sampel diberikan satu butir permen karet xylitol dan diintruksikan untuk dikunyah selama 5 menit dan tidak boleh ditelan. 3. Satu jam setelah mengunyah permen karet xylitol, saliva dicucurkan ke dalam penampung saliva kemudian pH saliva diukur dan dicatat pada form penelitian Kelompok 3 1. Segera setelah duduk, dilakukan pengumpulan saliva dengan mencucurkan salivanya ke dalam penampung saliva kemudian pH saliva diukur dan dicatat pada form penelitian. 2. Sampel diberikan satu butir permen karet xylitol dan diintruksikan untuk dikunyah selama 5 menit dan tidak boleh ditelan. 3. Dua jam setelah mengunyah permen karet xylitol, saliva dicucurkan ke dalam penampung saliva kemudian pH saliva diukur dan dicatat pada form penelitian
36
Kelompok 4 1. Segera setelah duduk, dilakukan pengumpulan saliva dengan mencucurkan salivanya ke dalam penampung saliva kemudian pH saliva diukur dan dicatat pada form penelitian. 2. Sampel diberikan satu butir permen karet xylitol dan diintruksikan untuk dikunyah selama 5 menit dan tidak boleh ditelan. 3. Tiga jam setelah mengunyah permen karet xylitol, saliva dicucurkan ke dalam penampung saliva kemudian pH saliva diukur dan dicatat pada form penelitian Kelompok 5 1. Segera setelah duduk, dilakukan pengumpulan saliva dengan mencucurkan salivanya ke dalam penampung saliva kemudian pH saliva diukur dan dicatat pada form penelitian. 2. Sampel diberikan satu butir permen karet xylitol dan diintruksikan untuk dikunyah selama 5 menit dan tidak boleh ditelan. 3. Empat jam setelah mengunyah permen karet xylitol, saliva dicucurkan ke dalam penampung saliva kemudian pH saliva diukur dan dicatat pada form penelitian Data yang diperoleh dari kelima kelompok kemudian dibandingkan dan dianalisis.
37
4.9 Analisis Data Untuk menganalisis data hasil penelitian, dipakai : 1. Analisis deskriptif : analisis data untuk memberikan gambaran tentang karakteristik data yang didapatkan dari hasil penelitian. 2. Uji Normalitas dan Homogenitas : a. Uji Normalitas dengan uji Shapiro-Wilk (SW) oleh karena sampelnya <30 c. Uji Homogenitas dengan uji Levene’s test. 3. Uji Efek Perlakuan / Analisis Komparasi 1. Bagi data yang berdistribusi normal dan homogen maka digunakan uji statistik parametrik yaitu: a. Paired sample t-test untuk analisis perbandingan pre-test dan posttest pada masing masing kelompok b. Uji One Way Anova,untuk membandingkan post-test masing-masing kelompok c. Untuk mengetahui seberapa besar efek dilanjutkan dengan uji Tamhane Post Hoc Test
BAB V HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini dilibatkan sebanyak 70 orang laki-laki yang berumur antara 19 - 35 tahun dan perokok aktif selama satu tahun terakhir dengan pH saliva < 7 sebagai sampel, yang terbagi menjadi 5 (lima) kelompok, yaitu kelompok P0 (5 menit), kelompok P1 (1 jam), kelompok P2 (2 jam), kelompok P3 (3 jam) dan kelompok P4 (4 jam). Dalam pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data, uji homogenitas,uji komparabilitas, dan uji efek perlakuan.
5.1 Uji Normalitas Data Data pH saliva baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji ShapiroWilk. Hasilnya menunjukkan bahwa semua data berdistribusi normal, dan hasilnya disajikan pada Tabel 5.1. Tabel 5.1 Hasil Uji Normalitas Data PH Saliva masing-masing Kelompok pH Saliva 5 menit pre 1 jam pre 2 jam pre 3 jam pre 4 jam pre 5 menit post 1 jam post 2 jam post 3 jam post 4 jam post
N
p
14 14 14 14 14 14 14 14 14 14
0,307 0,676 0,192 0,884 0,761 0,357 0,109 0,118 0,788 0,346
38
39
5.2 Uji Homogenitas Varians antar Kelompok Data pH saliva baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan diuji homogenitas
variansnya
dengan
menggunakan
uji
Levene’s.
Hasilnya
menunjukkan bahwa kelompok data sebelum perlakuan homogen, sedangkan kelompok data sesudah perlakuan tidak homogen dan hasilnya disajikan pada Tabel 5.2. Tabel 5.2 Hasil Uji Homogenitas Data PH Saliva Kedua Kelompok pH saliva
F
p
Pre
0,58
0,675
Post
5,11
0,001
5.3 Analisis Efek Perberian Permen Karet terhadap pH Saliva Analisis peningkatan pH Saliva diuji berdasarkan rerata selisih pH saliva antara sebelum dengan sesudah diberikan permen karet. Hasil analisis dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 5.3 berikut. Tabel 5.3 Rerata PH Saliva antara Sebelum dengan Sesudah Diberikan Perlakuan pH Saliva
Pre
Post
5 menit
5,99
7,77
1 Jam
5,91
2 Jam
Beda
t
p
1,77
14,52
0,001
7,33
1,43
11,56
0,001
5,91
7,12
1,22
9,69
0,001
3 Jam
6,04
6,27
0,24
3,11
0,008
4 Jam
5,99
6,00
0,01
0,11
0,931
rerata
40
Taabel 5.3, menunjukka m an bahwa rerata penningkatan ppH saliva pada kelompokk 5 menit adalah 1,777, rerata kelompok k 1 jam adaalah 1,43, rerata r kelompokk 2 jam adaalah 1,22, rerata kelo ompok 3 jaam adalah 0,24, dan rerata r kelompokk 4 jam adalah 0,001. Analisiis kemaknnaan dengaan uji t-p paired menunjukkkan bahwaa terjadi peningktan p pH salivva secara bermakna pada kelompokk 5 menit, 1 jam, 2 jam, dan 3 jam m (p < 0,05).. Sedangkann pada kelom mpok 4 jam haanya terjadii peningkattan pH seb besar 0,01 dan peninngkatannya tidak bermakna (p > 0,05).
8,00
7,76 7,33
7,12 7
7,00 5,99
5,9 91
5,91
6,2 27 00 6,04 5,99 6,0
6,00
pH
5,00 4,00
Sebeelum
3,00
Sesudah
2,00 1,00 0,00
5 menit mSegera
1 Jam
2 Jam
3 Jam
4 Jam
Wakktu Pemberian n Permen Karret
Gambar 5.11 Peningkatan PH Saliv va Masing-m masing Keloompok
wa pemberrian permeen karet dapat Gaambar 5.1 menunjukkkan bahw meningkattkan pH salliva.
41
5.4 Analisis PH Saliva antar Kelompok 5.4.1 Uji komparabilitas Analisis komparabilitas diuji berdasarkan rerata pH saliva antar kelompok. Hasil analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.4 berikut. Tabel 5.4 Rerata pH Saliva Sebelum Perlakuan N
Rerata pH Saliva
SB
F
p
14 14 14 14 14
5,99 5,91 5,91 6,04 5,99
0,51 0,46 0,50 0,51 0,41
0,21
0,935
pH Saliva 5 menit 1 Jam 2 Jam 3 Jam 4 Jam
Tabel 5.4, menunjukkan bahwa rerata pH saliva kelompok 5 menit adalah 5,99±0,51, rerata kelompok 1 jam adalah 5,91±0,46, rerata kelompok 2 jam adalah 5,91±0,50, rerata kelompok 3 jam adalah 6,04±0,51, dan rerata kelompok 4 jam adalah 5,99±0,41. Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa nilai F = 0,21 nilai p = 0,935. Hal ini berarti bahwa rerata pH saliva pada kelima kelompok tidak berbeda bermakna (p > 0,05). 5.4.2 Analisis efek perlakuan Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata pH saliva antar kelompok sesudah diberikan perlakuan. Hasil analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.5 berikut.
42
Tabel 5.5 Rerata PH Saliva Sesudah Perlakuan pH Saliva
N
Rerata pH Saliva
SB
5 menit
14
7,77
0,16
1 Jam
14
7,33
0,25
2 Jam
14
7,12
0,21
3 Jam
14
6,27
0,52
4 Jam
14
6,00
0,44
F
p
64,56
0,001
Tabel 5.5, menunjukkan bahwa rerata pH saliva kelompok 5 menit adalah 7,77±0,16, rerata kelompok 1 jam adalah 7,33±0,25, rerata kelompok 2 jam adalah 7,12±0,21, rerata kelompok 3 jam adalah 6,27±0,52, dan rerata kelompok 4 jam adalah 6,00±0,44. Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa nilai F = 64,56 nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa rerata pH saliva pada kelima kelompok berbeda secara bermakna (p < 0,05). Terdapat rerata peningkatan pH saliva
yang berbeda pada kelima kelompok sesudah
perlakuan. Untuk mengetahui kelompok-kelompok yang berbeda perlu dilakuan uji lanjut dengan Tamhane, karena varians data antar kelompok tidak homogen. Hasil uji disajikan pada Tabel 5.6.
43
Tabel 5.6 Uji Tamhane Sesudah Diberikan Permen Karet antar Dua Kelompok pH Saliva
Beda Rerata
p
5 menit dan 1 Jam
0.43
0,001
5 menit dan 2 Jam
0.64
0,001
5 menit dan 3 Jam
1.49
0,001
5 menit dan 4 Jam
1.77
0,001
1 Jam dan 2 Jam
0.21
0,223
1 Jam dan 3 Jam
1.06
0,001
1 Jam dan 4 Jam
1.33
0,001
2 Jam dan 3 Jam
0.85
0,001
2 Jam dan 4 Jam
1.13
0,001
3 Jam dan 4 Jam
0.27
0,787
Uji lanjutan dengan uji Tamhane di atas mendapatkan hasil sebagai berikut.
Tabel 5.6 menunjukan bahwa beda rerata kelompok 5 menit dan 1 jam adalah 0,43, 5 menit dan 2 jam adalah 0,64, 5 menit dan 3 jam adalah 1,49, 5 menit dan 4 jam adalah 1,77, 1 jam dan 3 jam adalah 1,06, 1 jam dan 4 jam adalah 1,33, 2 jam dan 3 jam adalah 0,85, 2 jam dan 4 jam adalah 1,13. Analisis kemaknaan dengan uji Tamhane menunjukkan bahwa nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa beda rerata pH saliva pada kelompok tersebut berbeda secara bermakna (p < 0,05). Sedangkan beda rerata kelompok 1 jam dan 2 jam adalah 0,21, kelompok 3 jam dan 4 jam adalah 0,27. Analisis kemaknaan dengan uji Tamhane menunjukan bahwa nilai p = 0,223 dan 0,787. Hal ini berarti bahwa beda rerata pH saliva kelompok tersebut tidak berbeda secara bermakna (p > 0,05).
44
7,,76
8 8,00 7 7,00
7,33
2 7,12 6,27
5,91 6,0 04 5,99 5,99 5,91
00 6.0
pH
6 6,00 5 5,00
5 me enit Seger ra
4 4,00
1 Jam m
3 3,00
2 Jam m
2 2,00
3 Jam m
1 1,00
4 Jam m
0 0,00 Sebelum
Sesudah h
Waktu Pemberian P Pe ermen Karet
Gambar 5.2 5 Perbandingan PH H Saliva anttar Kelomp pok baik Seebelum maupun Sesudaah Diberikaan Perlakuan
Gambar 5.2 5 menunjuukkan bahw wa terdapat perbedaan secara berm makna pH saliva s sesudah diberikan d peerlakuan dann terdapat peningkatan p n pH salivaa pada kelom mpok sesudah diiberikan perrlakuan.
BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
6.1. Subjek Penelitian Untuk mengetahui efek pemberian permen karet terhadap peningkatan pH saliva maka dilakukan penelitian yang melibatkan 70 orang perokok aktif yang berjenis kelamin laki-laki karena di negara berkembang 50-60% laki-laki dan 10% wanita mempunyai kebiasaan merokok. Data WHO dari 65 negara antara tahun 1975-1986, bahwa 75% kaum pria dan 5% wanita Indonesia mempunyai kebiasaan merokok (Natamiharja dan Butar, 2001). Penelitian ini melibatkan perokok berumur antara 19-35 tahun karena rokok diijinkan untuk umur lebih dari 18 tahun dan mahasiswa fakultas kedokteran gigi berumur antara 19-35 tahun. Subjek penelitian merupakan perokok karena sekitar 1,1 milyar orang dewasa merupakan perokok di seluruh dunia, perokok lebih banyak memerlukan perawatan gigi dibandingkan bukan perokok, presentase karies pada perokok 42% dibandingkan bukan perokok yaitu 30%, karies gigi yang khas 4,3 kali lebih banyak pada perokok dibandingkan bukan perokok (Schroeder, 2006; Bruce, 2006), dan perokok mempunyai plak dan kalkulus yang lebih banyak dibandingkan bukan perokok (Natamiharja dan Butar, 2004). Penelitian ini melibatkan perokok sedang (11-19 batang/hari) karena presentase karies yang merokok 10-20 batang perhari adalah 42 % dibanding
45
46
bukan perokok (Natamiharja dan Butar, 2001). pH rata-rata perokok sebanyak 720 rokok/hari adalah 5,55 (Puspawati, 2005). Sampel dibagi menjadi 5 (lima) kelompok, yaitu kelompok P0 (5 menit), kelompok P1 (1 jam), kelompok P2 (2 jam), kelompok P3 (3 jam) dan kelompok P4 (4 jam).
6.2 Peningkatan pH Saliva Setelah Mengunyah Permen Karet Xylitol Rerata peningkatan pH saliva setelah mengunyah permen karet xylitol berdasarkan hasil analisis didapatkan pada kelompok 5 menit adalah 1,77, rerata kelompok 1 jam adalah 1,43, rerata kelompok 2 jam adalah 1,22, rerata kelompok 3 jam adalah 0,24. Analisis kemaknaan dengan uji t-paired menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pH saliva secara bermakna pada kelompok 5 menit, 1 jam, 2 jam, dan 3 jam (p < 0,05). Terjadi peningkatan pH saliva sesudah mengunyah permen karet disebabkan karena mengunyah permen karet dapat menstimulasi sekresi saliva. Pada saat mengunyah permen karet, laju aliran saliva akan meningkat dengan adanya stimulus mekanis dan kimiawi. Peningkatan stimulus saliva dapat berlangsung 5-20 menit, laju aliran saliva diatur oleh mekanisme yang kompleks. Saraf otonom parasimpatis dan simpatis merupakan faktor primer yang mempengaruhinya, faktor lainnya adalah stimulus rasa dan taktil pada lidah dan mukosa mulut. Stimulus pada saraf parasimpatis akan menyebabkan pelepasan ion-ion dan air. Sedangkan stimulus pada saraf simpatis akan menyebabkan pelepasan protein-protein yang terdapat di dalam sel-sel asinar. Stimulus propriseptif dari otot otot mastikasi dan ligamen periodontal akan
47
mengeksitasi nuklei saliva inferior dan superior pada otak yang juga dipengaruhi oleh korteks serebri. Peningkatan kecepatan aliran saliva akan meningkatkan konsentrasi bikarbonat, fosfat dan kalsium hal ini menyebabkan pH saliva meningkat ( Haroen, 2002). Konsumsi permen karet mengandung xylitol, dalam jangka pendek dapat menurunkan populasi streptococcus mutans. xylitol dapat mengurangi produk asam bakteri secara signifikan, menstimulasi laju aliran saliva dan menghambat akumulasi plak dan bakteri kariogenik, remineralisasi pada area yang mengalami dekalsifikasi dan menghambat demineralisasi email yang masih sehat.
Xylitol
menghambat
pertumbuhan Streptococcus
Mutans dengan
meningkatkan pH mulut, menyediakan kondisi yang kurang menguntungkan terhadap Streptococcus mutans (Pierini, 2008).
6.3 Perbandingan pH Saliva Antar Kelompok Sebelum dan Sesudah Mengunyah Permen Karet Xylitol Berdasarkan hasil analisis normalitas data, diketahui bahwa data berdistribusi normal sehingga uji statistic inferensial yang dipergunakan untuk uji komparabilitas dan uji efek mengunyah permen karet adalah uji One Way Anova untuk mengetahui peningkatan dan perbedaan rerata antar kelompok Uji perbandingan sebelum perlakuan antara kelima kelompok didapatkan rerata pH saliva kelompok 5 menit adalah 5,99±0,51, rerata kelompok 1 jam adalah 5,91±0,46, rerata kelompok 2 jam adalah 5,91±0,50, rerata kelompok 3 jam adalah 6,04±0,51, dan rerata kelompok 4 jam adalah 5,99±0,41. Analisis dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa kelima kelompok sebelum
48
diberikan perlakuan, rerata pH salivanya tidak berbeda secara bermakna (p > 0,05). Penurunan pH saliva pada perokok, disebabkan karena tembakau alami yang terdapat dalam rokok, gula bisa muncul pada tingkatan hingga 20%. Dalam proses pengolahan tembakau untuk pembuatan rokok beragam gula-gula dan pemanis ditambahkan dengan sengaja hingga 4%, atau bisa hingga 13% gula. Gula digunakan sebagai aditif rokok termasuk glukosa dan sukrosa (Vellappally et al., 2007). sukrosa dan glukosa dapat diragikan bakteri tertentu dan membentuk asam sehingga pH menurun sampai 5. Rerata kelompok setelah perlakuan dari analisis didapatkan rerata pH saliva kelompok 5 menit adalah 7,77±0,16, rerata kelompok 1 jam adalah 7,33±0,25, rerata kelompok 2 jam adalah 7,12±0,21, rerata kelompok 3 jam adalah 6,27±0,52, dan rerata kelompok 4 jam adalah 6,00±0,44. Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa nilai F = 64,56 nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa rerata pH saliva pada kelima kelompok berbeda secara bermakna (p < 0,05). Pada kelompok sesudah perlakuan terjadi peningkatan pH saliva yang berbeda pada kelima kelompok dimana pada kelompok 5 menit terjadi peningkatan pH saliva yang paling tinggi karena mengunyah permen karet dapat menstimulasi sekresi saliva. Pada saat mengunyah permen karet, laju aliran saliva akan meningkat dengan adanya stimulus mekanis dan kimiawi. Saraf otonom parasimpatis dan simpatis merupakan faktor primer yang mempengaruhinya, faktor lainnya adalah stimulus rasa dan taktil pada lidah dan mukosa mulut.
49
Stimulus pada saraf parasimpatis akan menyebabkan pelepasan ion-ion dan air. Sedangkan stimulus pada saraf simpatis akan menyebabkan pelepasan proteinprotein yang terdapat di dalam sel-sel asinar. Stimulus propriseptif dari otot otot mastikasi dan ligamen periodontal akan mengeksitasi nuklei saliva inferior dan superior pada otak yang juga dipengaruhi oleh korteks serebri. Peningkatan kecepatan aliran saliva akan meningkatkan konsentrasi bikarbonat, fosfat dan kalsium hal ini menyebabkan pH saliva meningkat ( Haroen, 2002). Pada kelompok 1 jam, 2 jam, 3 jam rerata pH saliva tetap meningkat tetapi semakin lama berangsur turun karena absorpsi ion ion bikarbonat, fosfat dan kalsium sehingga konsentrasi ion-ion tersebut semakin lama semakin berkurang sehingga pH akan semakin turun. Sedangkan pada kelompok 4 jam pH saliva sudah mendekati pH saliva awal dan dari hasil analisis rerata peningkatan pH saliva tidak berbeda bermakna. Jadi mengunyah permen karet xylitol meningkatkan pH saliva perokok hanya selama 3 jam. Penurunan pH saliva ke pH awal biasanya terjadi 30-60 menit setelah makan karena makanan yang mengandung gula mudah difermentasikan oleh mikroorganisme rongga mulut sehingga menghasilkan asam yang menyebabkan penurunan pH saliva (Wulandari et al, 2003). Penurunan pH saliva ke pH awal setelah mengunyah permen karet xylitol selama 5 menit terjadi sekitar 4 jam karena sebagian besar bakteri streptococcus oral dan bakteri lainya tidak dapat melakukan fermentasi pada xylitol, selain itu juga xylitol memiliki efek bakteriostatik pada streptococcus mutans. Efek inhibitor ini disebabkan oleh masuknya xylitol ke dalam sel bakteri sehingga memberikan efek xylitol 5-
50
posphate intaselular. Mikroorganisme tidak memetabolisme xylitol karena memiliki lima atom karbon (C5H12O5). Bakteri kariogenik lebih memilih ratai karbon enam sebagai sumber energi. Penurunan pH yang lebih lama setelah mengunyah permen karet mengandung xylitol disebabkan karena xylitol menstabilkan kalsium dan fosfat di dalam saliva dan xylitol mengalami absorpsi ke dalam tubuh yang lebih lambat (Makinen, 1992).
pH SALIVA 9,00 8,00
7,76
7,00
pH
6,00
5,99
7,33 5,91
7,12 5,91
6,27 6,04
5,996,00
5,00 4,00
Sebelum
3,00
Sesudah
2,00 1,00 0,00
5Segera menit
1 Jam
2 Jam
3 Jam
4 Jam
Waktu Pemberian Permen Karet
Gambar 6.1 Peningkatan PH Saliva Masing-masing Kelompok
51
6.4 Dampak Penurunan pH Saliva Penurunan pH yang berulang ulang dalam waktu tertentu akan mengakibatkan demineralisasi permukaan gigi dan proses kariespun dimulai. Konsumsi gula yang sering dan berulang ulang akan tetap menahan pH di bawah normal dan menyebabkan demineralisasi email (Kidd dan Bechal, 1992). Demineralisasi terjadi karena komponen mineral email, dentin dan sementum adalah hidroksiapatit (HA) yang tersusun atas Ca10(PO4)6(OH)2, dalam keadaan normal hidroksiapatit berada dalam kondisi seimbang dengan saliva yang tersaturasi oleh ion Ca2+ dan P043-, Hidroksiapatit akan reaktif terhadap ion-ion hydrogen pada pH asam, pada kondisi tersebut, ion H+ akan bereaksi dengan PO43- dalam saliva, proses ini akan merubah PO43- menjadi HPO42-. HPO42- akan menggganggu keseimbangan normal hidroksiapatit dengan saliva, sehingga kristal hidroksiapatit akan larut. Proses ini disebut demineralisasi. Proses demineralisasi dapat berubah kembali atau mengalami remineralisasi apabila pH ternetralisir dan dalam lingkungan tersebut terdapat ion Ca2+ dan PO43- yang mencukupi (Kidd et al, 2003). Pada perokok terjadi penurunan pH saliva yang berulang-ulang menyebabkan terjadinya demineralisasi yang prosesnya sangat lama berupa hilangnya ion-ion mineral secara terus-menerus. Kehilangan ini awalnya tidak terlihat tetapi lama kelamaan akan terlihat lesi bercak putih ( white spot lesion). Kegagalan dalam mengintervensi dan menghentikan kehilangan mineral ini akan menyebabkan kavitas pada gigi, yang dapat berlanjut pada kerusakan pulpa gigi (Kidd dan Bechal, 1992). Apabila tidak dirawat, karies dapat menimbulkan rasa
52
nyeri, infeksi dan kehilangan gigi. Bila terjadi kerusakan atau kehilangan pada gigi akan mengakibatkan berbagai dampak yaitu dampak emosional, dampak sistemik dan dampak fungsional. Dampak emosional dalam kehidupan sehari-hari di antaranya adalah hilangnya kepercayaan diri dan menganggap kehilangan gigi adalah hal yang tabu dan tidak patut dibicarakan kepada orang lain. Keadaan yang lebih kompleks lagi dari dampak emosional yang terjadi yaitu perasaan sedih dan depresi, merasa kehilangan bagian diri, dan merasa tua. Dampak sistemik dari kehilangan gigi dapat berupa penyakit kardiovaskular, osteoporosis, dan penyakit gastrointestinal seperti kanker esofagus, kanker lambung dan kanker pankreas. Dampak fungsional kehilangan gigi antara lain berupa gangguan pada proses bicara dan mengunyah, dalam proses bicara gigi mempunyai peranan penting, beberapa huruf dihasilkan melalui bantuan bibir dan lidah yang berkontak dengan gigi sehinga menghasilkan pengucapan huruf huruf tertentu. Huruf-huruf yang dibentuk melalui kontak gigi geligi dan bibir adalah huruf f dan v. Huruf-huruf yang dibentuk dari kontak gigi geligi dan lidah adalah huruf konsonan seperti s, z, x, d, n, l, j, t, th, ch dan sh. Huruf-huruf inilah yang sulit dihasilkan oleh orang yang telah kehilangan gigi geliginya sehingga dapat mengganggu dalam berkomunikasi dengan orang lain (Darwita, 2011). Kehilangan gigi berdampak seseorang tidak dapat mengunyah dengan baik karena mulut dan gigi merupakan organ pencernaan yang bertanggung jawab untuk mengunyah, menguraikan makanan, mencampurkannya dengan saliva dan merangsang sekresi pencernaan (Sherwood, 2001). Pengaruh pengunyahan sangat erat hubunganya dengan pencernaan dimana menurut hubungannya dengan
53
makanan dibagi menjadi tiga grup, yaitu: makanan tetap menjadi ampas walaupun dikunyah atau tidak; makanan akan tetap tidak dicerna bila tidak dikunyah, tetapi apabila dikunyah makanan tersebut bisa dicerna; makanan akan dicerna walaupun dikunyah atau tidak. Pengaruh pengunyahan terhadap pencernaan adalah sebagai berikut: potongan besar pada makanan menyebabkan area yang kecil untuk bekerjanya enzim pada makanan tersebut; melalui pengunyahan menyebabkan stimulasi dari produksi aliran dan pH saliva yang nantinya akan menyebabkan bertambahnya aliran cairan lambung; ukuran partikel makanan mempengaruhi keberadaan makanan di dalam perut, partikel yang besar lebih lama dicerna daripada partikel kecil yang menyebabkan perpanjangan waktu pencernaan (Fillon, 2001). Hal ini tentu dapat mempengaruhi kesehatan umum seseorang misalnya defisiensi zat gizi. (Mardjono, 2011). Bila kesehatan umum penderita terganggu maka kualitas hidup seseorang akan terganggu, presentase gangguan kualitas hidup tertinggi adalah keterbatasan fungsi diikuti dengan gangguan disabilitas fisik, rasa sakit, ketidaknyaman psikis dan disabilitas psikis (Tambubolon, 2005). Hal itu tentunya akan mempengaruhi kesehatan kerja seseorang. Dalam penelitian ini didapatkan bahwa mengunyah satu butir permen karet xylitol dapat meningkatkan pH saliva perokok selama 3 jam Mengunyah permen karet setiap 3 jam dapat meningkatkan pH saliva sebesar 3,91%, jika diberikan permen karet minimal setiap 2 jam dapat meningkatkan pH saliva minimal 20,57%. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitiannya Burt (2006) yang menyatakan bahwa mengunyah permen karet xylitol
3 sampai 5 kali sehari
54
dikunyah minimal selama 5 menit setelah makan dapat menghambat akumulasi plak dan demineralisasi enamel, meningkatkan remineralisasi pada karies awal dan mengurangi jumlah streptococcus mutans. Penelitian lain oleh Milgrom et al. (2006) bahwa mengunyah 2, 3, atau 4 kali perhari dapat menurunkan jumlah streptococcus mutans. Dengan demikian dengan mengunyah permen karet xylitol dapat meningkatkan pH saliva selama 3 jam, maka proses demineralisasi tidak terjadi dan proses karies dapat dicegah sehingga kehilangan gigi tidak terjadi. Hal ini akan meningkatkan kualitas hidup dan kualitas kehidupan kerja seseorang.
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian pada perokok aktif didapatkan simpulan sebagai berikut: a. Mengunyah satu butir permen karet xylitol selama 5 menit meningkatkan pH saliva perokok. b. pH saliva perokok meningkat dan bertahan selama 3 jam setelah mengunyah satu butir permen karet xylitol selama 5 menit. 7.2 Saran Sebagai saran dalam penelitian ini adalah: a. Disarankan kepada perokok terutama perokok aktif untuk mengunyah permen karet xylitol setiap 3 jam agar pH saliva meningkat sehingga proses karies dapat dicegah.
55
56
DAFTAR PUSTAKA Amerongen, A.V.N. 1991. Ludah dan Kelenjar Ludah. Arti Bagi Kesehatan Gigi. Alih Bahasa : Prof.drg.Rafiah Abyono. Ed-1.UGM. Yogyakarta. Hal.2,3,23,36,37. Annex, L. 1998. Scientific Committee on Tobacco and Health Technical Advisory Group Review of Emissions in Cigarette Smoke. [cited 2010 mar. 17] Available from:http:/www.archive.officialdocuments.co.uk. Armstrong, S. 1995. Pengaruh Rokok Terhadap Kesehatan. Alih Bahasa : Meitasari Tjandiasa. penerbit ARCAN. Jakarta. Didalam Rokok. [cited 2010 mar. 17] Available from : http://.moh.gov.bn. . Burt, B. A. 2006. The Use of Sorbitol and Xylitol-Sweetened Chewing Gum in Caries Control. JADA Vol-7. American Dental Assosiation. Hal 190-196. Cawson, R. A. 1994. Atlas Bantu kedokteran Gigi : Patologi. Alih Bahasa : Sherley, Hipokrates. Jakarta. Hal.2-3. Darussalam. 2004. Bahan-Bahan Lain Didalam Rokok. [cited 2010 nov. 8] Available from : http://www.moh.gov.bn/prmo/tembakau/tembakau2.htm. Darwita, S. 2011.Dampak Kehilangan Gigi, [cited 2011 jun.25] available from:URL: repository.usu.ac.id/bitstream. Despopoulos, A. Silbernagl, S. 2000. Atlas Berwarna & Teks Fisiologi. Alih Bahasa: Joy Wieser, Yurita Handojo, Ed-4. Cetakan-1. Hipokartes. Jakarta. Hal.202-203. Dikri, I., Soetanto, S., Widjiastuti, I. 2003. Kelarutan Kalsium Pada Enamel Setelah Direndam Saliva Buatan pH 5,5 dan Ph 6,5. Dental Jurnal.Vol. 36. No.1. Hal.7. Dye, B.A., Morin, N.M., Robison,V. 2006. The Relationship Between Cigarette Smoking and Perceived Dental Treatment Needs in The United States, 1988-1994. J Am Dent Assoc. Vol. 137. Hal.224-234. Farsi, N.M.A. 2007. Signs of Oral Dryness in Relation to Salivary Flow Rate, pH, Buffering Capacity and Dry Mouth Complaints. Biomed Central Oral Health. King Abdulaziz University. Saudi Arabia. Hal.1-6. Fillion dan Kilcast. 2001. Food Industry Journal. Vol. 4 . No.1. Hal.27-32.
57
Friedman. 2010. Chew’s For Health Chewable Dietary Supplement Contain Xylitol.[cited 2010 mar. 16] Available from : http:// www. dentist.net. Guyton, A.C., Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Alih Bahasa : Irawati dll. Cetakan-1. EGC. Jakarta. Hal.835-836. Guyton, A.C.1996. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Alih Bahasa: Petrus Andrianto. Ed-3. Cetakan-5. EGC. Jakarta. Hal.587. Haroen, E. R. 2002. Pengaruh Pengunyahan dan Pengecapan Terhadap kecepatan Aliran dan pH Saliva. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia Vol. 9. No.1. Hal.29-34 Holgeston, P.L. 2007. Xylitol and it’s effect on oral ecology. Departement of odontology. Paediatric. Dentistry Fakulty of Medicine. Umea. Hal.16-20. Huber, J. 1999. Home Study Course, Xylitol : Magic in The Making. CDHA Journal. Vol. 20. No. 1. Hal.29-34. Johnson, N.W., Bain, C.A. 2000. Tobacco and Oral Disease. British Dental Journal. Vol. 189. No. 4. Hal.200-206. Kelley, L.L., Petersen, C. M. 2007. Sectional Anatomy for Imaging Professionals. Second Edition. Mosby. Elsevier. USA. Hal.242. Khan, G.J., Javed, M., Ishaq, M. 2010. Effect of Smoking on Salivary Flow Rate. Gomal Journal of Medical Sciences. Vol. 8. No. 2. Pakistan. Kidd, E.A.M. Smith, B.G.N. Watson, T.F. 2003.Pickard’s Manual of Operative Dentistry. Ed.8. Oxford University. Hal.87. Kidd,
E.A.M., Bechal, S.J. 1992. Dasar-Dasar Karies Penyakit dan Penanggulanganya. Alih Bahasa : Narlan Sumawinata dan Safrida Faruk. EGC. Jakarta. Hal.2,65-67.
Krall, E. A., Sosa, C., Abreu, Garcia, C., Nunn, M.E., Caplan, D. J., Garcia, R. I. 2006. Cigarette Smoking Increase the Risk of Root Canal Treatment. J Dent Res. Vol. 85. Hal.313-317. Ly, K. A., Milgron, P., Rothen, M. 2008. The Potensial of Dental-Protective Chewing Gum in Oral Health Interventions. J Am Dent Assoc. Vol 139. Hal.553-563. Lynch, H., Milgrom, P. 2003. Xylitol and Dental Caries : An Overview for Clinicians. Journal of The Californian Assosiation. Hal.205-209.
58
Makinen, K.K. 1998. Physical, chemical, and histologic changes in dentin caries lesions of primary teeth induced by regular use of polyol chewing gums. Acta Odontol Scand. Vol 56. Hal.148. Mardjono, D. 2011. Peran Gnatologi Dalam Upaya Pemulihan Fungsi Sistem Pengunyahan, [cited 2011 jun. 25] Available from:URL:http://www.lontar.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=774 74&lokasi=lokal. Marieb, E.,N., 2004, Human Anatomy & Physilogy. Sixth Adition. Pearson Benjamin Cummings. Hal.890-891. Martin, T. 2008. The Effects of Smoking on Human Health Smoking Effect. [cited 2010 mar. 17] Available from: http:// quitsmoking.about.com. Milgrom, P.A., Ly, K.A., Robert, M.C., Rothen, M., Mueller, G., Yamaguchi, D.K. 2006. Mutans Streptococci Dose Response to Xylitol Chewing Gum. J. Dent Res. Vo. 85. Hal.177-181. Natamiharja, L., Butar, L. B. 2001. Kebiasaan Merokok dan Karies Gigi Spesifik Pada Sopir–Sopir di Medan. Dentika Dental Jurnal. Vol. 6. No. 2. Hal.284-289. Natamiharja, L., Gronyeke. 2004. Indeks Periodontal dan Hubunganya Dengan Kebiasaan Merokok Pada Pegawai Dinas Pertanian Tingkat I Sumatera Utara. Dentika Dental Jurnal. Vol. 9. No. 1. Hal.6-12. Okuyemi, K.S., Ahluwalia, J.S., Banks, R., Harris, K.J., Mosier, M.C., Nazir, N., Powell, J. 2004. Differences in smoking and quitting experiences by levels of smoking among African Americans. Ethn Dis. Winter. Vol.14. No.1. Hal.127-133. Pierini, C. 2008. Xylitol: A Sweet Alternative, 4WayNutritionals LLC. [cited 2010 nov.8] available from : http://www.4waynutritionals.com/docs/Xylitol.pdf. Pocock, S.J. 2008. Clinical Trials. A Practical Approach. New York John Wley & Saon Medical Publication. Puspawati, A.E. 2005. “Perbedaan pH Saliva Perokok dan Tidak Perokok”. (Skripsi). Denpasar. Universitas Mahasaraswati.Hal.13. Roeslan, B.U. 2002. Imunologi Oral. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Jakarta. Hal.114-116. Roukema, P.A.M. 1993. Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan. Penerjemah: Sutatmi Suryo. Cetakan I. UGM. Yogyakarta. Hal.114-123.
59
Schroeder, S.A. 2006. Tobacco Still is Oral Health Enemy Number One. JADA. Vol. 137. American Dental Association. Hal.144-148. Sherwood, L. 2001. Fisologi Manusia. Alih Bahasa: Brahm U. Pendit. Ed-2. EGC. Jakarta. Hal.545-548. Sitepoe, M. 2000. Kekhusussan Rokok Indonesia. Penerbit Pt. Grasindo. Jakarta. Hal.87. Snell, R. S. 2004. Clinical Anatomy . Ed-7. Lippicot Williams & Wilkins. USA. Hal.773-788. Snell, R.S. 1997. Anatomi Klinik. Untuk Mahasiswa Kedokteran. Alih Bahasa : dr. Jan Tambayong. Bag-3. Ed-3. EGC. Jakarta. Hal.10. Stookey, G. K. 2008. The Effect of Saliva on Dental Caries. J Am Dent Assoc. Vol.139. No.2. Hal.115-175. Susana, D., Hartono, B., Fauzan, H. 2003. Penetuan Kadar Nikotin Dalam Asap Rokok. Jurnal Ekologi Kesehatan. Vol.2. No. 3. Hal.39-41. Tambubolon, N.S.2005.Dampak Karies dan Penyakit Periodontal Terhadap Kualitas Hidup.[cited 2011 jun.25]. Available from:URL: repository.usu.ac.id/bitstream. Tarigan, R. 1995. Karies Gigi. cetakan IV. Hipokrates. Jakarta. Hal.17-18. Vellappally, S., Fiala, Z., Smejkalova, J., Jacob, V., Shriharsa, P. 2007. Influence of Tobacco Use in Dental Caries Development. Cent Eur J Public Healh. Vol. 15. No. 3. Hal.116-120. Wulandari, F., Yuanita, T., Roelianto, M. 2003. Perubahan pH saliva setelah makan makanan ringan yang mengandung sukrosa. Dental Journal. Vol. 36. No. 1. Hal.14-17. Yulianto, W.A. 2001. Pengaruh pH, Kadar Xilosa dan Kadar Glukosa Terhadap Produksi Xylitol Oleh Candida shehatae WAY 08. Jurnal Teknol dan Industri Pangan. Vol XII. No.2. Hal.157-162. Yuliarsi, Y., Lestari, S. 2003. Efek Permen Karet yang Mengandung Xylitol dan Sorbitol Terhadap Plak Gigi dan Ginggivitis. JITEKGI FKGUPDM (B). Vol. 1. No. 2. Hal.44-47
60
61
62
63
Lampiran 3 PENJELASAN YANG DISAMPAIKAN KEPADA PENDERITA SEBELUM MENANDATANGANI FORMULIR PERSETUJUAN IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (Informed consent)
Pendahuluan Informed consent pada dasarnya untuk menghargai hak hak individu guna memperoleh penjelasan yang penuh dan tepat yang berkaitan dengan penelitian yang akan dijalankan sebelum dia membuat keputusan yang benar. Informed consent hendaknya mengandung hal-hal penting sebagai berikut : 1. Penjelasan terinci serta pemakaian bahasa yang mudah dimengerti yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan 2. Adanya jaminan bahwa penderita mendapatkan kebebasan untuk memutuskan apakah akan ikut serta atau menolak, sebab secara moral dan legal penderita memiliki hak untuk itu.
Penelitian ini berjudul :
PERMEN KARET XYLITOL YANG DIKUNYAH SELAMA 5 MENIT MENINGKATKAN DAN MEMPERTAHANKAN pH SALIVA PEROKOK SELAMA 3 JAM
64
Latar Belakang Sekitar 1,1 milyar orang dewasa (29% dari orang dewasa) merupakan perokok di seluruh dunia. Di negara berkembang sekitar 50-60% pria dan 10% wanita mempunyai kebiasaan merokok. Di negara maju sekitar 30% pria dan 30% wanita mempunyai kebiasaan merokok. Data WHO dari 65 negara antara tahun 1975-1986, bahwa 75% kaum pria dan 5% wanita Indonesia mempunyai kebiasaan merokok. Indonesia menduduki peringkat kelima tertinggi setelah Papua New Guinea, Fiji, Nepal dan Filipina. Remaja pria yang berumur 15-19 tahun 13,2 % telah mempunyai kebiasaan merokok. Kriteria perokok antara lain perokok ringan (1-10 rokok/hari), perokok sedang (11-19 rokok/hari), perokok berat (>20 rokok/hari). Perokok mempunyai skor plak dan kalkulus yang lebih tinggi di bandingkan dengan bukan perokok. Didalam plak terdapat mikroorganisme yang mampu mengubah polisakarida menjadi asam. Kebiasaan merokok dapat menyebabkan meningkatnya akumulasi plak, dimana plak merupakan media pelekat bakteri pada polisakarida, yang dapat mempertinggi produksi asam bakteri, sehingga pH saliva menjadi menurun. Penurunan efek buffering serta pH perokok yang lebih rendah dan tingginya jumlah lactobacilli dan streptococcus mutans dapat mengindikasi kecenderungan terhadap karies gigi. Pada sekresi saliva tidak ada perbedaan antara perokok dan tidak perokok, pengaruh buffer rata rata signifikan lebih rendah pada perokok. Terdapat perbedaan pH saliva perokok dengan tidak perokok dimana tingkat keasaman
65
saliva perokok lebih tinggi dibandingkan yang tidak perokok. Kebiasaan merokok dalam jangka waktu yang lama dapat menurunkan pH saliva. pH rata rata perokok rokok filter sebanyak 7 s/d 20 rokok perhari adalah 5,55. Xylitol adalah kelompok bahan pengganti gula selain sorbitol, dan mannitol. Namun yang paling popular adalah xylitol karena efeknya terhadap kesehatan gigi dan rasanya yang manis, hampir sama dengan sukrosa. Xylitol merupakan gula alkohol dan terdapat secara alamiah di alam. Xylitol dibuat secara komersial dari kayu pohon beech dan bahan ini tidak dapat difermentasi oleh bakteri kariogenik. Pada saat ini, bahan pengganti gula xylitol sudah disertakan dalam kandungan permen karet, karena permen karet merupakan makanan ringan yang potensial untuk menurunkan aktivitas karies gigi. Permen karet bermanfaat untuk merangsang sekresi saliva, meningkatkan pH plak dan saliva, sehingga sangat baik digunakan sebagai pembersih rongga mulut. Atas dasar uraian diatas, maka diadakan penelitian untuk
mencegah
kerusakan gigi pada perokok dengan cara meningkatan pH saliva perokok dengan pemberian permen karet xylitol. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa dan pasien umum di FKG Univ. Mahasaraswati Denpasar.
Rumusan Masalah Bertitik tolak dari latar belakang di atas maka permasalahan yang didapat adalah :
66
a. Apakah pemberian satu butir permen karet xylitol dapat meningkatkan pH saliva perokok? b. Tiap berapa jam dalam satu hari pemberian permen karet xylitol untuk mempertahankan pH saliva pada perokok?
Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui apakah pemberian satu butir permen karet xylitol dapat meningkatkan pH saliva perokok b. Untuk mengetahui tiap berapa jam dalam satu hari pemberian permen karet xylitol untuk mempertahankan pH saliva
Manfaat a. Memberikan informasi kepada masyarakat pada umumnya dan perokok pada khususnya tentang bahan makanan yang dapat mencegah karies gigi. b. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi ilmiah mengenai peranan xylitol dalam meningkatkan pH saliva sebagai upaya pencegahan karies gigi pada perokok.
Tatalaksana Penelitian Sebelum penelitian akan dilakukan, diinformasikan kepada sampel untuk makan dan minum sebelumnya dan apabila ada yang akan merokok, agar
67
merokok terlebih dahulu, dan diinformasikan bahwa selama penelitian berlangsung sampel tidak diperbolehkan untuk makan, minum dan merokok. 60 menit setelah makan, minum dan merokok sampel disilahkan untuk duduk dikursi yang telah disediakan di RSGM FKG UNMAS Denpasar. Kelompok 1 1. Segera setelah duduk, dilakukan pengumpulan saliva dengan mencucurkan salivanya ke dalam penampung saliva kemudian pH saliva diukur dan dicatat pada form penelitian. 2. Sampel diberikan satu butir permen karet xylitol dan diintruksikan untuk dikunyah selama 5 menit dan tidak boleh ditelan. 3. 5 menit setelah mengunyah permen karet xylitol, saliva dicucurkan ke dalam penampung saliva kemudian pH saliva diukur dan dicatat pada form penelitian Kelompok 2 1. Segera setelah duduk, dilakukan pengumpulan saliva dengan mencucurkan salivanya ke dalam penampung saliva kemudian pH saliva diukur dan dicatat pada form penelitian. 2. Sampel diberikan satu butir permen karet xylitol dan diintruksikan untuk dikunyah selama 5 menit dan tidak boleh ditelan. 3. Satu jam setelah mengunyah permen karet xylitol, saliva dicucurkan ke dalam penampung saliva kemudian pH saliva diukur dan dicatat pada form penelitian
68
Kelompok 3 4. Segera setelah duduk, dilakukan pengumpulan saliva dengan mencucurkan salivanya ke dalam penampung saliva kemudian pH saliva diukur dan dicatat pada form penelitian. 5. Sampel diberikan satu butir permen karet xylitol dan diintruksikan untuk dikunyah selama 5 menit dan tidak boleh ditelan. 6. Dua jam setelah mengunyah permen karet xylitol, saliva dicucurkan ke dalam penampung saliva kemudian pH saliva diukur dan dicatat pada form penelitian Kelompok 4 4. Segera setelah duduk, dilakukan pengumpulan saliva dengan mencucurkan salivanya ke dalam penampung saliva kemudian pH saliva diukur dan dicatat pada form penelitian. 5. Sampel diberikan satu butir permen karet xylitol dan diintruksikan untuk dikunyah selama 5 menit dan tidak boleh ditelan. 6. Tiga jam setelah mengunyah permen karet xylitol, saliva dicucurkan ke dalam penampung saliva kemudian pH saliva diukur dan dicatat pada form penelitian Kelompok 5 1. Segera setelah duduk, dilakukan pengumpulan saliva dengan mencucurkan salivanya ke dalam penampung saliva kemudian pH saliva diukur dan dicatat pada form penelitian.
69
2. Sampel diberikan satu butir permen karet xylitol dan diintruksikan untuk dikunyah selama 5 menit dan tidak boleh ditelan. 3. Empat jam setelah mengunyah permen karet xylitol, saliva dicucurkan ke dalam penampung saliva kemudian pH saliva diukur dan dicatat pada form penelitian
Resiko selama penelitian berlangsung Akibat langsung dari penelitian ini yaitu hanya rasa lapar dan haus selama penelitian berlangsung, akibat dari mengunyah satu butir permen karet xylitol belum pernah dilaporkan.
Hal-hal lainnya yang juga perlu mendapatkan perhatian : 1. Bahwa Penelitian ini bersifat sukarela, tidak terkecuali buat mahasiswa FKG Univ. Mahasaraswati Denpasar dan tidak akan berpengaruh terhadap studinya. 2. Walaupun prosedur penelitian telah dijalankan secara cermat, apabila terjadi resiko atau ketidaknyamanan selama penelitian berlangsung yang diakibatkan oleh berpuasa selama penelitian maka akan dirundingkan bersama. 3. Karena penelitian ini bersifat sukarela maka peserta penelitian dapat mengundurkan diri jika menemukan hal-hal yang dirasa merugikan. 4. Hasil-hasil penelitian sepenuhnya akan dipakai untuk keperluan keilmuan, tidak untuk kepentingan publikasi ( media massa).
70
5. Penjelasan ini serta surat persetujuan dibuat rangkap dua, satu untuk peneliti dan satu untuk peserta penelitian.
Penutup Untuk dapat berlangsungnya penelitian dengan baik, maka mutlak diperlukan kerjasama antara peserta penlitian dengan peneliti.
71
Surat Persetujuan Ikut Serta Dalam Penelitian Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama
:……………………………………………………………
Umur
:……………………………………………………………
Jenis Kelamin
:……………………………………………………………
Alamat
:……………………………………………………………
No. KTP
:……………………………………………………………
Setelah mendapatkan keterangan secukupnya serta memahami dan menyadari manfaat dan resiko penelitian yang berjudul :
PERMEN KARE XYLITOL YANG DIKUNYAH SELAMA 5 MENIT MENINGKATKAN DAN MEMPERTAHANKAN pH SALIVA PEROKOK SELAMA 3 JAM Dengan sukarela menyetujui dikut sertakan dalam penelitian diatas serta mematuhi segala ketentuan-ketentuan penelitian yang sudah saya pahami, dengan catatan apabila suatu waktu merasa dirugikan dalam bentuk apapun, berhak membatalkan persetujuan ini.
Denpasar,
2011
Mengetahui
Yang menyetujui
Penanggung jawab penelitian
Peserta penelitian
(Ni Nyoman Gemini Sari)
(…………………………….)
72
Lampiran 4 Uji Normalitas Data pH Saliva Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Kelomp ok Statistic df Sig. pH Saliva pre
pH Saliva post
5 menit
.150
14
Shapiro-Wilk Statistic
df
Sig.
*
.930
14
.307
*
.200
1 Jam
.137
14
.200
.957
14
.676
2 Jam
.175
14
.200*
.916
14
.192
3 Jam
.126
14
.200*
.971
14
.884
4 Jam
.148
14
.200*
.962
14
.761
5 menit
.228
14
.097
.935
14
.357
*
.899
14
.109
1 Jam
.176
14
2 Jam
.218
14
.071
.844
14
.118
14
*
.964
14
.788
*
.934
14
.346
3 Jam 4 Jam
.137 .169
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
14
.200 .200 .200
73
Lampiran 5 Uji t-paired data peningkatan pH Saliva Masing-masing Kelompok
Kelompok = 5 menit Paired Samples Statisticsa Mean Pair 1
N
Std. Deviation Std. Error Mean
pH Saliva pre
5.9929
14
.51132
.13666
pH Saliva post
7.7650
14
.16332
.04365
a. Kelompok = 5 menit
Paired Samples Correlationsa N Pair 1
pH Saliva pre & pH Saliva post
Correlation 14
Sig.
.476
.085
a. Kelompok = 5 menit
Paired Samples Testa Paired Differences
Std. Std. Deviatio Error Mean n Mean Pair pH Saliva pre 1 pH Saliva post 1.772 .45675 14 a. Kelompok = 5 menit
.12207
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
t
14.51 2.03586 1.50842 7
df 13
Sig. (2tailed) .000
74
Kelompok = 1 Jam Paired Samples Statisticsa Mean Pair 1
N
Std. Deviation Std. Error Mean
pH Saliva pre
5.9050
14
.45822
.12246
pH Saliva post
7.3307
14
.25287
.06758
a. Kelompok = 1 Jam
Paired Samples Correlationsa N Pair 1
pH Saliva pre & pH Saliva post
Correlation 14
Sig.
.263
.363
a. Kelompok = 1 Jam
Paired Samples Testa Paired Differences Std. Deviati Mean on Pair pH Saliva pre 1 - pH Saliva 1.425 .46145 post 71 a. Kelompok = 1 Jam
Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
t
.12333 11.56 1.69215 1.15928 0
df 13
Sig. (2tailed) .000
75
Kelompok = 2 Jam Paired Samples Statisticsa Mean Pair 1
N
Std. Deviation Std. Error Mean
pH Saliva pre
5.9079
14
.50097
.13389
pH Saliva post
7.1229
14
.20540
.05490
a. Kelompok = 2 Jam
Paired Samples Correlationsa N Pair 1
pH Saliva pre & pH Saliva post
Correlation 14
Sig.
.356
.212
a. Kelompok = 2 Jam
Paired Samples Testa Paired Differences Std. Deviati Mean on Pair pH Saliva pre 1 - pH Saliva 1.215 .46900 post 00 a. Kelompok = 2 Jam
Std. Error Mean .12535
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
t
-.94420 1.48580 9.693
df 13
Sig. (2tailed) .000
76
Kelompok = 3 Jam Paired Samples Statisticsa Mean Pair 1
N
Std. Deviation Std. Error Mean
pH Saliva pre
6.0357
14
.51295
.13709
pH Saliva post
6.2714
14
.51718
.13822
a. Kelompok = 3 Jam
Paired Samples Correlationsa N Pair 1
pH Saliva pre & pH Saliva post
Correlation 14
Sig.
.848
.000
a. Kelompok = 3 Jam
Paired Samples Testa Paired Differences Std. Std. Deviatio Error Mean n Mean Pair pH Saliva pre 1 pH Saliva post .2357 .28379 1 a. Kelompok = 3 Jam
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
.07584 -.39957 -.07186
t 3.108
df 13
Sig. (2tailed) .008
77
Kelompok = 4 Jam Paired Samples Statisticsa Mean Pair 1
N
Std. Deviation Std. Error Mean
pH Saliva pre
5.9943
14
.40888
.10928
pH Saliva post
5.9971
14
.44081
.11781
a. Kelompok = 4 Jam
Paired Samples Correlationsa N Pair 1
pH Saliva pre & pH Saliva post
Correlation 14
Sig.
.977
.000
a. Kelompok = 4 Jam
Paired Samples Testa Paired Differences Std. Std. Deviatio Error Mean n Mean Pair pH Saliva pre 1 pH Saliva post .0028 .09595 6 a. Kelompok = 4 Jam
95% Confidence Interval of the Difference Lower
.02564 -.05826
Upper
t
.05254 -.111
df 13
Sig. (2tailed) .913
78
Lampiran 6 Uji One Way Anova pH Saliva baik Sebelum maupun Sesudah Perlakuan antar Kelompok Descriptives
N pH Saliva 5 menit pre 1 Jam
Std. Deviatio Std. Mean n Error
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound
Upper Bound
Minim Maxim um um
14 5.9929
.51132 .13666
5.6976
6.2881
5.20
6.67
14 5.9050
.45822 .12246
5.6404
6.1696
5.01
6.61
2 Jam
14 5.9079
.50097 .13389
5.6186
6.1971
5.20
6.62
3 Jam
14 6.0357
.51295 .13709
5.7395
6.3319
5.08
6.81
4 Jam
14 5.9943
.40888 .10928
5.7582
6.2304
5.21
6.67
Total
70 5.9671
.46894 .05605
5.8553
6.0790
5.01
6.81
14 7.7650
.16332 .04365
7.6707
7.8593
7.50
8.05
14 7.3307
.25287 .06758
7.1847
7.4767
7.03
7.82
2 Jam
14 7.1229
.20540 .05490
7.0043
7.2415
6.62
7.31
3 Jam
14 6.2714
.51718 .13822
5.9728
6.5700
5.41
7.21
4 Jam
14 5.9971
.44081 .11781
5.7426
6.2517
5.20
6.65
Total
70 6.8974
.74640 .08921
6.7195
7.0754
5.20
8.05
pH Saliva 5 menit post 1 Jam
79
Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic
df1
df2
Sig.
pH Saliva pre
.584
4
65
.675
pH Saliva post
5.112
4
65
.001
ANOVA Sum of Squares pH Saliva pre Between Groups
Mean Square
df
F
.189
4
.047
Within Groups
14.985
65
.231
Total
15.174
69
30.711
4
7.678
7.730
65
.119
38.441
69
pH Saliva post Between Groups Within Groups Total
Sig.
.205
.935
64.562
.000
Post Hoc Tests Multiple Comparisons Tamhane (I) Dependen Kelom (J) t Variable pok Kelompok
95% Confidence Interval
Mean Difference (I-J)
Std. Error
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
*
.08045
.000
.1844
.6841
*
.64214
.07013
.000
.4267
.8576
3 Jam
1.49357*
.14495
.000
1.0217
1.9654
4 Jam
*
.12564
.000
1.3626
2.1731
*
.08045
.000
-.6841
-.1844
2 Jam
.20786
.08707
.223
-.0594
.4751
3 Jam
*
1.05929
.15386
.000
.5722
1.5464
4 Jam
1.33357*
.13582
.000
.9084
1.7587
pH Saliva 5 1 Jam post menit 2 Jam
1 Jam 5 menit
.43429
1.76786 -.43429
80
-.64214*
.07013
.000
-.8576
-.4267
1 Jam
-.20786
.08707
.223
-.4751
.0594
3 Jam
*
.85143
.14872
.000
.3738
1.3291
4 Jam
1.12571*
.12997
.000
.7128
1.5386
*
.14495
.000
-1.9654
-1.0217
*
.15386
.000
-1.5464
-.5722
2 Jam
-.85143*
.14872
.000
-1.3291
-.3738
4 Jam
.27429
.18162
.787
-.2823
.8309
-1.76786*
.12564
.000
-2.1731
-1.3626
*
.13582
.000
-1.7587
-.9084
*
.12997
.000
-1.5386
-.7128
-.27429
.18162
.787
-.8309
.2823
2 Jam 5 menit
3 Jam 5 menit 1 Jam
4 Jam 5 menit 1 Jam 2 Jam 3 Jam
-1.49357 -1.05929
-1.33357 -1.12571
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
81
Lampiran 7 GAMBAR BAHAN DAN ALAT PENGUKURAN
Gambar 7a. Permen karet Xylitol rasa bluberi mint
Gambar 7b. pH meter merk Ezdo buatan Taiwan
82
Gambar 7c. Dental Saliva pH Indikator
83
Lampiran 8 GAMBAR AKTIVITAS PENELITIAN
Gambar 8a. Pengisian Informed Consent
Gambar 8b. Peserta Mencucurkan Salivanya
84
Gambar 8c. Peserta Akan Mengunyah Permen Karet Xylitol
Gambar 8d. Peserta Mencucurkan Salivanya
85
Gambar 8e. Peserta Akan Mengunyah Permen Karet Xylitol
Gambar 8f. Hasil Pengukuran pH Saliva Menggunakan pH Meter Sebelum Diberikan Permen Karet Xylitol
86
Gambar 8g. Hasil Pengukuran pH Saliva Menggunakan Alat pH Meter Setelah Diberikan Permen Karet Xylitol
Gambar 8h. Hasil Pengukuran pH Saliva Menggunakan Dental Saliva pH Indikator Sebelum Diberikan Permen Karet Xylitol
87
Gambar 8i. Hasil Pengukuran pH Saliva Menggunakan Dental Saliva pH Indikator Setelah Diberikan Permen Karet Xylitol