KEMAMPUAN BAHASA JERMAN MAHASISWA SEMESTER V ANGKATAN TAHUN 2009 JURUSAN SASTRA JERMAN UNIVERSITAS NEGERI MALANG Wahyudi Dewi Kartika Ardiyani, S.Pd., M.Pd. E-Mail:
[email protected] Abstract: This study aims to describe the German knowledge of the student year 2009 at the end of fifth semester. In order to collect the data writer uses Modelltest Goethe Zertifikat B1: Zertifikat Deutsch Übungsatz 0.5 as the instrument. In this case it is used a qualitative descriptive method. The sources of data are 15 students, which are took from 44 students the year 2009 that were certified pass the ZiDS exam successfully at 2011. The result shows 86.66 percent of students have already earned score more than 135, which is the minimum score that is required for the written exam. The conclusion is, student’s German knowledge at level B1 for the reading comprehension, structure, listening comprehension, and writing skill is a little bit sinking. It can be proved by average point that student earned for Zertifikat Deutsch (147.5). It looks a bit fewer to be compared with average point for the ZiDS exam in 2011 (167,53). Keywords: German skills, Zertifikat Deutsch, the written exam Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan penguasaan bahasa Jerman mahasiswa Jurusan Sastra Jerman Universitas Negeri Malang (JSJ UM) angkatan tahun 2009 diukur dengan tes B1. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan sumber data penelitian 15 orang mahasiswa JSJ UM angkatan tahun 2009 yang telah lulus tes ZiDS pada tahun 2011. Hasil penelitian menunjukkan 86,66% responden mendapatkan nilai di atas 135, yang merupakan nilai minimal kelulusan ujian tulis Zertifikat Deutsch. Kesimpulannya adalah kemampuan bahasa Jerman tertulis mahasiswa JSJ UM angkatan tahun 2009 yang meliputi Leseverstehen (membaca), Sprachbausteine (tata bahasa), Hörverstehen (menyimak), dan schriftlicher Ausdruck (menulis) pada Niveau B1 menurun. Hal tersebut tampak pada perolehan nilai rata-rata ujian tulis Zertifikat Deutsch (147,5) yang lebih rendah daripada nilai rata-rata ujian tulis ZiDS tahun 2011 (167,53). Kata Kunci: kemampuan berbahasa Jerman, tes Zertifikat Deutsch, tes tulis
Besarnya minat siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) terhadap pembelajaran bahasa asing, termasuk bahasa Jerman, menambah jumlah masukan di Jurusan Sastra Jerman Universitas Negeri Malang (JSJ UM) setiap tahun. Pada katalog JSJ UM dijelaskan bahwa lulusan atau alumni JSJ UM akan mendapatkan gelar S.Pd atau Sarjana Pendidikan dan berhak mengajar bahasa Jerman di SMA. Sebagai calon guru bahasa Jerman, mahasiswa dituntut memiliki pengetahuan dan tingkat penguasaan yang baik terhadap bahasa Jerman. Oleh karena itu mahasiswa diberikan bekal berupa pembelajaran bahasa Jerman dari tingkat A1 hingga B2 (tingkat ke 4 dari 6 tingkatan kemampuan berbahasa) berdasarkan pada gemeinsamer europäischer Referenzrahmen (GER) atau standar kemampuan berbahasa yang digunakan untuk pembelajaran bahasa sesuai dengan kesepakatan Uni Eropa.
1
Menurut Djiwandono (1996) dengan kemampuan berbahasa seseorang dapat mengungkapkan pikiran dan isi hatinya kepada orang lain yang merupakan tujuan pokok penggunaan bahasa sebagai suatu bentuk berkomunikasi. Kemampuan berbahasa memungkinkan orang untuk melakukan komunikasi dengan orang lain, terlepas dari ada tidaknya pengetahuan tentang teori dan seluk beluk bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi itu. Sama halnya dengan pengertian di atas, kemampuan berbahasa Jerman juga meliputi empat jenis kemampuan yaitu kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Glaboniat (2005: 53) menjelaskan bahwa bahasa Jerman memiliki enam tingkatan atau level sesuai dengan kesepakatan Uni Eropa untuk bidang Bahasa. Enam level tersebut digambarkan dalam sebuah pemetaan sebagai berikut.
Gambar: Pemetaan level bahasa Jerman sesuai dengan Referenzrahmen (2004:41), pada buku Profile Deutsch (2005: 53)
Level A1 dan A2 menggambarkan kemampuan menggunakan bahasa pada tingkat dasar, level B1 dan B2 menggambarkan kemampuan menggunakan bahasa secara mandiri, level C1 dan C2 menggambarkan kemampuan menggunakan bahasa untuk tingkat mahir. Penggambaran tingkatan ini sesuai dengan klasifikasi lingkup belajar secara tradisional pada tingkat dasar, tingkat menengah dan tingkat atas. Glaboniat (2005:53) juga menambahkan bahwa tingkat dasar untuk bahasa Jerman secara umum didefinisikan sebagai fase pembelajaran yang diakhiri dengan perolehan prasyarat Zertifikat Deutsch yang berada pada tingkat B1. Pembelajar bahasa Jerman pada tingkat B1 diharapkan memiliki kemampuan tertulis secara reseptif, produktif, dan interaktif yang baik Berdasarkan data hasil tes ZiDS tahun 2011 diketahui bahwa 13,72 % mahasiswa angkatan tahun 2009 tidak menguasai bahasa Jerman pada tingkat B1, 72,54 % mahasiswa angkatan tahun 2009 memiliki kemampuan bahasa Jerman tingkat B1 dengan kategori cukup, 11,76 % mahasiswa yang memiliki kemampuan bahasa Jerman yang baik, dan 1,96 % mahasiswa menguasai bahasa Jerman tingkat B1 dengan sangat baik. Tes ZiDS diselenggarakan sebagai upaya penyetaraan dan peningkatan kualitas kemampuan berbahasa Jerman setara dengan Zertifikat Deutsch yang dilaksanakan di 10 Perguruan Tinggi di Indonesia (9 Ex-IKIP Negeri dan
2
Universitas Nomensen Pematang Siantar). Peserta tes ZiDS adalah mahasiswa yang telah menempuh perkuliahan minimal empat semester. Pada semester lima mahasiswa mendapatkan sedikit sekali matakuliah keterampilan berbahasa Jerman. Hal tersebut dapat dibuktikan berdasarkan sajian matakuliah pada Katalog Jurusan Sastra Jerman Edisi 2008. Dari 7 (tujuh) matakuliah yang disajikan dengan total SKS 20, hanya 3 (tiga) matakuliah saja yang menekankan pada kemampuan bahasa Jerman yaitu Deutsche Syntax dengan beban 2 SKS, Aufsatz 3 SKS, dan Übersetzung Deutsch-Indonesisch 3 SKS. Berdasarkan wawancara dan pengamatan yang dilakukan sebelumnya oleh peneliti, sebagian besar mahasiswa hampir tidak pernah meluangkan waktu untuk melatih kemampuan bahasa Jerman mereka baik secara tertulis maupun lisan. Dalam pembelajaran bahasa ada sebuah fenomena yang dikenal dengan atrisi bahasa. Suwarna (1999) menjelaskan bahwa atrisi bahasa secara umum mengacu pada hilangnya kemampuan berbahasa seseorang atau sekelompok masyarakat tutur dan hal ini mengakibatkan hilangnya kosakata yang dimiliki oleh sekelompok penutur bahasa. Hal tersebut juga didukung oleh pendapat Mandaru (dalam Suwarna: 1999) yang menyatakan bahwa salah satu ruang lingkup atrisi bahasa adalah hilangnya keterampilan berbahasa yang pernah dipelajari karena jarang dipergunakan. Pada semester enam mahasiswa wajib menempuh matakuliah Deutsch auf B2 Niveau. Untuk menempuh matakuliah tersebut diperlukan kemampuan atau penguasaan bahasa Jerman yang baik pada tingkat B1. Oleh karena itu diperlukan data yang dapat mendeskripsikan kemampuan bahasa Jerman mahasiswa pada akhir semester lima, sebelum mereka menempuh matakuliah Deutsch auf B2 Niveau pada semester enam. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Kemampuan Bahasa Jerman Mahasiswa Semester V Angkatan Tahun 2009 Jurusan Sastra Jerman Universitas Negeri Malang“. Penelitian ini hanya difokuskan pada hasil ujian tulis mahasiswa yang mencakup Hörverstehen atau menyimak, Leseverstehen atau membaca, Sprachbausteine atau struktur tata bahasa, dan schriftlicher Ausdruck atau menulis. Menurut Djiwandono (1996: 1) tes dimengertikan sebagai alat, prosedur atau rangkaian kegiatan yang digunakan untuk memperoleh contoh tingkah laku seseorang yang memberikan gambaran tentang kemampuannya dalam suatu bidang ajaran tertentu, dalam penelitian ini khususnya bahasa Jerman. Selanjutnya Djiwandono (1996) menjelaskan bahwa melalui tes diharapkan diperoleh informasi tentang seberapa banyak dan seberapa mendalam kemampuan yang dimiliki seorang siswa dalam bidang pengajaran itu. Cakupan tes bahasa secara keseluruhan meliputi dua kelompok sasaran, pertama adalah kemampuan berbahasa yang terdiri dari kemampuan menyimak, membaca, berbicara, dan menulis dan sasaran kedua adalah komponen bahasa yang terdiri dari bunyi bahasa, kosakata, dan tata bahasa. Tes bahasa Jerman dikelompokkan sesuai dengan tingkatan atau Niveau yang ada yaitu A1 – C2 dan untuk kepentingan penggunanya. Untuk Niveau B1 tes yang diselenggarakan adalah Goethe-Zertifikat B1: Zertifikat Deutsch für Jugendliche (ZD j) dan Zertifikat Deutsch (ZD). Peserta dinyatakan lulus ujian tulis apabila mendapatkan nilai sekurang-kurangnya 135 atau 60% dari skor maksimal ujian tulis 3
225 dan peserta dinyatakan lulus ujian lisan bila mendapatkan nilai sekurangkurangnya 45 atau 60% dari skor maksimal ujian lisan 75. Metode Penelitian ini merupakan penelitian noneksperimen, dan merupakan penelitian deskriptif. Syamsuddin (2006: 24) juga menjelaskan bahwa tujuan penelitian deskriptif dibatasi untuk menggambarkan karakteristik sesuatu sebagaimana adanya. Pada penelitian ini data deskriptif yang akan dipaparkan adalah hasil tes tulis (schriftliche Prüfung) bahasa Jerman mahasiswa JSJ UM angkatan tahun 2009. Sumber data pada penelitian ini adalah 15 mahasiswa Jurusan Sastra Jerman Universitas Negeri Malang angkatan tahun 2009 yang telah lulus tes ZiDS pada tahun 2011. Instrumen penelitian yang digunakan adalah Modelltest Goethe Zertifikat B1: Zertifikat Deutsch Übungsatz 0.5. Pada penelitian ini peneliti bertindak sebagai perencana, pengumpul data, penganalisis data, penafsir data, dan pada tahap akhir sebagai pelapor hasil penelitian. Dalam penelitian ini data-data yang terkumpul dianalisis dengan beberapa tahap, Pertama, pemeriksaan kelengkapan data setiap lembar ujian peserta. Kedua, penskoran dan penilaian untuk setiap bagian tes sesuai dengan ketentuan penskoran tes Goethe Zertifikat B1: Zertifikat Deutsch. Ketiga, intepretasi nilai akhir ujian tulis berdasarkan ketentuan kelulusan ujian tulis Goethe Zertifikat B1: Zertifikat Deutsch. Langkah terakhir adalah menarik kesimpulan dari data yang dianalisis. Hasil Nilai maksimal yang dapat diraih untuk ujian tulis Goethe Zertifikat B1: Zertifikat Deutsch adalah 225. Nilai tersebut didapatkan dari akumulasi nilai membaca dan tata bahasa, menyimak, dan menulis. Tabel di atas mendeskripsikan nilai ujian tulis keseluruhan yang diperoleh mahasiswa. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai maksimal yang diperoleh mahasiswa adalah 191,5 dan nilai terendah adalah 127,5. Peserta dinyatakan lulus ujian tulis apabila mencapai 60% dari nilai maksimal yaitu 135. Dari paparan data di atas peneliti dapat menjabarkan beberapa temuan penelitian sebagai berikut. (1) Sebanyak tiga belas dari lima belas responden mendapatkan nilai ujian tulis keseluruhan lebih dari 135. (2) Sebanyak dua responden mendapatkan nilai ujian tulis keseluruhan kurang dari 135. (3) Sebanyak dua responden tidak memenuhi nilai standar kelulusan minimal karena pada keterampilan menulis mendapatkan nilai yang sangat kurang yaitu 18 dan 21. (4) Nilai rata-rata untuk keterampilan membaca adalah 57,46. Nilai tersebut menurun dari perolehan nilai rata-rata ZiDS tahun 20111 yaitu 56,83.
4
(5) Nilai rata-rata untuk kemampuan tata bahasa adalah 25,9. Nilai tersebut menurun dari perolehan nilai rata-rata ZiDS tahun 2011 yaitu 26,4. (6) Nilai rata-rata untuk keterampilan menyimak adalah 49,33. Nilai tersebut meningkat dari perolehan nilai rata-rata ZiDS tahun 2011 yaitu 48,33. (7) Nilai rata-rata untuk keterampilan menulis adalah 33,2. Nilai tersebut menurun dari perolehan nilai rata-rata ZiDS tahun 2011 yaitu 35,3. (8) Nilai rata-rata ujian tulis keseluruhan adalah 147,5. Nilai tersebut menurun dari perolehan nilai rata-rata ujian tulis ZiDS tahun 2011 yaitu 167,53.
Pembahasan Hasil paparan data dan temuan penelitian menunjukkan bahwa hasil tes dari masing-masing keterampilan adalah sebagai berikut. Pertama, untuk keterampilan Leseverstehen atau membaca pemahaman nilai maksimal yang diperoleh mahasiswa adalah 65 dan nilai terendah adalah 42,5. Berdasarkan data pada tabel 3.4 diketahui bahwa sebagian besar mahasiswa memperoleh nilai rendah pada Leseverstehen bagian II, bahkan ada yang mendapatkan nilai 0 (nol). Nilai rata-rata untuk keterampilan membaca adalah 57,46. Nilai tersebut tampak menurun sedikit dari perolehan nilai rata-rata ZiDS tahun 2011 yaitu 56,83. Kedua, pada bagian Sprachbausteine atau tata bahasa dapat disimpulkan bahwa sebagian besar mahasiswa tidak mengalami kesulitan, hal tersebut dapat dilihat dari perolehan nilai Sprachbausteine pada tabel 3.7. Sebagian besar mahasiswa mendapatkan nilai bagus. Terdapat dua mahasiswa yang mendapatkan nilai kurang memuaskan yaitu 21 dan 19,5. Nilai rata-rata untuk kemampuan tata bahasa adalah 25,9. Nilai tersebut menurun dari perolehan nilai rata-rata ZiDS tahun 2011 yaitu 26,4. Ketiga, pada keterampilan Hörverstehen atau menyimak dapat disimpulkan bahwa mahasiswa mendapatkan nilai yang tidak maksimal pada bagian II dan bagian III. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 3.11. Nilai tertinggi yang diperoleh adalah 65 dan nilai terendah adalah 30. Nilai rata-rata untuk keterampilan menyimak adalah 49,33. Nilai tersebut meningkat dari perolehan nilai rata-rata ZiDS tahun 2011 yaitu 48,33. Keempat, pada keterampilan menulis dua mahasiswa berhasil mendapatkan nilai sempurna. Selain itu ada tiga mahasiswa yang mendapatkan nilai sangat rendah yaitu ANR 21, WIS 21, dan BIT 18. Nilai rata-rata untuk keterampilan menulis adalah 33,2. Nilai tersebut menurun dari perolehan nilai rata-rata ZiDS tahun 2011 yaitu 35,3. Merujuk pada hasil paparan data dan temuan penelitian yang telah dijabarkan oleh peneliti pada bab III diketahui bahwa nilai tertinggi yang dapat diraih oleh mahasiswa adalah 191,5 atau 85% dari nilai maksimal ujian tulis. Nilai terendah adalah 127,5 atau 56,66% dari nilai maksimal ujian tulis. Dari 15 (lima belas) subjek
5
penelitian atau responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini terdapat tiga belas responden yang mendapatkan nilai lebih dari 135. Dua responden mendapatkan nilai di bawah 135. Berdasarkan hasil temuan penelitian dan tujuan penelitian dapat disimpulkan bahwa 86,66% atau sebagian besar mahasiswa JSJ UM angkatan tahun 2009 yang berpartisipasi dalam penelitian ini telah menguasai bahasa Jerman tertulis pada tingkat B1. Hal ini diperkuat pula oleh pedoman pelaksanaan dan kriteria penilaian Goethe Zertifikat B1: Zertifikat Deutsch yang berbunyi, peserta ujian dinyatakan lulus ujian tulis jika mampu meraih 60% dari 225 yaitu 135. Nilai rata-rata ujian tulis keseluruhan adalah 147,5. Nilai tersebut menurun dari perolehan nilai rata-rata ujian tulis ZiDS tahun 2011 yaitu 167,53. Nilai rata-rata ujian tulis Zertifikat Deutsch untuk keterampilan membaca, tata bahasa, dan menulis menurun dari perolehan nilai ZiDS tahun 2011, namun terdapat kenaikan pada nilai rata-rata keterampilan menyimak. Dapat disimpulkan bahwa kemampuan bahasa Jerman mahasiswa JSJ UM angkatan tahun 2009 yang meliputi membaca, tata bahasa, menyimak, dan menulis menurun, meskipun penurunan tersebut tidak terlalu signifikan. Hal yang diharapkan adalah pada akhir semester lima kemampuan bahasa Jerman mahasiswa jauh lebih baik dari sebelumnya dan memperoleh nilai yang lebih baik untuk ujian Zertifikat Deutsch yang setara dengan ujian ZiDS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa JSJ UM angkatan tahun 2009 telah memiliki kemampuan bahasa Jerman tertulis pada tingkat B1 yang memadai, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar mahasiswa sudah siap untuk menempuh matakuliah Deutsch auf B2 Niveau. Untuk mengikuti matakuliah Deutsch auf B2 Niveau prasyarat yang harus dipenuhi adalah telah lulus matakuliah Deutsch IV dan ZiDS Vorbereitung. Berdasarkan Katalog JSJ UM matakuliah Deutsch auf B2 Niveau merupakan matakuliah yang bertujuan agar mahasiswa memiliki pengetahuan dan keterampilan berbahasa Jerman lisan dan tulis setaraf B2 (berdasarkan GER) dengan tema-tema/ topik-topik tertentu secara reseptif dan produktif. Dengan demikian dapat dipastikan sebagian besar mahasiswa telah siap menempuh matakuliah Deutsch auf B2 Niveau yang tingkatannya lebih tinggi. Peneliti juga menyimpulkan bahwa sebagian besar mahasiswa telah memenuhi tuntutan deskripsi kemampuan (Kannbeschreibung) bahasa Jerman tertulis produktif, reseptif, dan interaktif secara umum seperti yang dideskripsikan oleh Glaboniat (2005) pada buku Profile Deutsch.
6
Simpulan dan Saran Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah dijabarkan, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut. (1) Sebagian besar mahasiswa JSJ UM angkatan tahun 2009 telah memiliki kemampuan bahasa Jerman pada tingkat B1 untuk uji keterampilan tertulis meliputi Leseverstehen (membaca), Sprachbausteine (tata bahasa), Hörverstehen (menyimak), dan schriftlicher Ausdruck (menulis). Hal tersebut dibuktikan dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa 86,66% mahasiswa JSJ UM angkatan tahun 2009 mendapatkan nilai di atas 135 atau nilai standar kelulusan ujian tulis Goethe Zertifikat B1: Zertifikat Deutsch. (2) Kemampuan bahasa Jerman mahasiswa JSJ UM angkatan tahun 2009 menurun. Hal tersebut tampak pada perolehan nilai rata-rata ujian tulis Zertifikat Deutsch yang lebih rendah daripada nilai rata-rata ujian tulis ZiDS tahun 2011. Berdasarkan kesimpulan di atas peneliti memberikan saran yang ditujukan kepada beberapa pihak sebagai berikut. (1) Kepada mahasiswa JSJ UM angkatan tahun 2009 disarankan untuk lebih giat melatih kemampuan berbahasa Jerman secara teratur, sehingga penguasaan bahasa Jerman pada tingkat B1 semakin baik. (2) Kepada Dosen JSJ UM diharapkan untuk menekankan pengajaran atau memberikan latihan-latihan secara intensif untuk meningkatkan kemampuan bahasa Jerman mahasiswa pada tingkat B1 agar semua mahasiswa memiliki kemampuan yang merata dan lebih baik. (3) Kepada peneliti selanjutnya disarankan untuk mengembangkan penelitian ini, dengan memperbanyak subjek penelitiannya dan melaksanakan ujian lisan. Daftar Rujukan Djiwandono, Soenardi. 1996. Tes Bahasa dalam Pengajaran. Bandung: Penerbit ITB Bandung. Djiwandono, Soenardi. 2008. Tes Bahasa Pegangan bagi Pengajar Bahasa. Jakarta: PT. Indeks. Glaboniat, dkk. 2005. Profile Deutsch. Berlin dan München: Langenscheidt. Goethe Institut. 2012. (Online), (www.goethe.de/ins/id/jak/lrn/stf/idindex.htm#ger), diakses 02 Mei 2012. Saukah, Ali dkk. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Edisi Kelima. Malang: UM Press Suwarna. 1999. Peran Pranata Adicara dalam Melestarikan Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa. Makalah Disajikan pada Seminar Pengembangan Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah, FPBS IKIP Yogyakarta, 22 Pebruari 1999. Dalam staff UNY Database, (Online), (staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/MClestarikan%20bahasa.DOC), diakses 13 Desember 2011. Syamsuddin A.R & Damaianti, Vismaia S. 2006. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Tim Dosen Jurusan Sastra Jerman UM. 2008. Katalog JSJ UM Edisi 2008. Malang: UM Press. 7
Artikel oleh Wahyudi ini telah diperiksa dan disetujui.
Malang, 19 Juli 2012 Pembimbing I
Dewi Kartika Ardiyani, S.Pd., M.Pd. NIP. 19700801 200312 2 001
Malang, 19 Juli 2012 Pembimbing II
Edy Hidayat, S.Pd., M.Hum. NIP. 19710530 200312 1 001
Malang, 19 Juli 2012 Mahasiswa
Wahyudi NIM 108241410646
8