BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Keberadaan Desa Lobu dan Moutong Timur berada jauh dari pusat Kabupaten dan Provinsi. Adapun jarak Desa Lobu dan Moutong timur dari pusat Kabupaten Parigi-Moutong kurang lebih 190 Km dan dari pusat Provinsi kurang lebih 320 Km, dengan adanya jarak Desa ke pusat Kota yang begitu jauh dapat mempengaruhi terjadinya tindakan kejahatan/kekerasan. Hal ini, diakibatkan karena kurangnya perhatian/kontrol yang diberikan oleh pihak pemerintah dari Kabupaten Kota khususnya, dengan adanya kondisi seperti ini Desa Lobu dan Moutong Timur tergolong Desa yang terpencil dan masyarakatnya yang dapat dikatakan kurang memahami kondisi Global yang berkembang saat ini sehingga budaya yang masih primitif yakni keadaan yg sangat sederhana dan tingkat peradaban masih terbelakang. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis bahwa di kecamatan moutong terdapat beberapa Perubahan-perubahan sosial yang terjadi di dalam masyarakat diantaranya bertambahnya penduduk, tingkat globalisasi sudah bisa dirasakan oleh masyarakat itu sendiri, bertambahnya para pedagangpedagang (sebagian besar pedagang bukan penduduk asli moutong). Dengan adanya perubahan yang ada pada masyarakat setempat akan dapat bisa memicu apabila terjadi tindakan-tindakan yang diluar batas khususnya kasus tawuran
1
tersebut ini dikarenakan masyarakat setempat belum bisa menerima kondisi yang seperti itu. Sehingga, Perubahan-perubahan sosial dan perubahan-perubahan hukum atau perubahan-perubahan hukum dan perubahan-perubahan sosial tidak selalu berlangsung bersama-sama, artinya, pada keadaan-keadaan tertentu perkembangan hukum mungkin tertinggal oleh perkembangan unsure-unsur lainnya dari masyarakat serta kebudayaannya. Maka, terjadilah social lag, yaitu suatu keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan dalam perkembangan lembagalembaga
kemasyarakatan
yang
mengakibatkan
terjadinya
kepincangan-
kepincangan. Tertinggalnya perkembangan hukum pada hakikatnya suatu gejala wajar di dalam suatu masyarakat, bahwa terdapat perbedaan antara pola-pola perikelakuan yang diharapkan oleh kaidah-kaidah dengan pola perikelakuan yang diharapkan oleh kaidah-kaidah sosial lainnya. Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis bahwa pelaku tawuran yang terjadi antar Desa Lobu dan Moutong Timur yaitu anak remaja dan dewasa, dan yang terlibat sebagian besar pelakunya yaitu remaja kurang lebih 80% dan dewasa 20%. Adapun tingkat usia remaja yaitu 13-18 tahun sedangkan dewasa dari umur 21-40 tahun. 1. Jumlah penduduk Desa Lobu dan Moutong Timur berdasarkan hasil penelitian bahwa Jumlah penduduk Desa Lobu Sesuai dengan data Profil Desa tahun 2013 berjumlah 2.683 orang jiwa yang terdiri dari laki-laki berjumlah 1.423 orang dan perempuan 1.260 0rang. Jumlah penduduk KK berjumlah 672 rumah tangga. Sedangkan Desa 2
Moutong Timur Jumlah penduduk Desa Moutong Timur Sesuai dengan data Profil Desa tahun 2013 berjumlah 2.277 orang jiwa yang terdiri dari laki-laki berjumlah 1.265 orang dan perempuan 1.168 0rang. Jumlah penduduk KK berjumlah 698 rumah tangga. 2. Tingkat pendidikan Deda Lobu dan Moutong Timur Berdasarkan hasil penelitian bahwa tingkat pendidikan Desa Lobu dan Moutong Timur masih sangat rendah. Hal ini, berdasarkan data yang diperoleh bahwa jumlah masyarakat yang tidak sekolah dan tidak tamat SD lebih banyak dibandingkan dengan masyarakat yang sekolah hingga jenjang S1. Adapun jumlah masyarakat yang tidak sekolah dan tidak tamat SD yaitu dari Desa Lobu kurang lebih 1.394 tidak sekolah dan tidak tamat SD 191 orang sedangkan yang sampai jenjang Diploma/sarjana berjumlah 42 orang. Sedangkan jumlah tingkat pendidikan yang ada di Desa Moutong timur kurang lebih 1.132 orang tidak sekolah dan tidak tamat SD 169 orang dan yang sampai kejenjang Diploma/sarjana berjumlah 97 orang. rendahnya sumber daya manusia yang ada didua Desa tersebut dapat memicu masyarakat dalam melakukan hal-hal yang tidak diinginkan dan bertentangan dengan norma/nilai-nilai yang berkembang dimasyarakat. Masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan
biasanya lebih senang
membuat
kriminil
onar/melakukan
tindakan-tindakan
dilingkungan
masyarakat sehingga kejahatan tersebut tergolong menjadi kejahatan yang terorganisir. Akibat minimnya SDM yang dimiliki oleh masyarakat Desa 3
tersebut
memicu
terjadinya
kejahatan
khususnya
melakukan
aksi
bentrokan/tawuran. 3. Kondisi mata pencaharian Desa lobu dan Moutong Timur Berdasarkan hasil penelitian bahwa kondisi mata pencaharian Desa Lobu dan Moutong Timur masih sangat minim jika disesuaikan dengan jumlah penduduk yang begitu banyak yang belum sesuai dengan kondisi masyarakat Desa tersebut. Adapun kondisi mata pencaharian masyarakat Desa Lobu yang bekerja sebagai buruh tani berjumlah 311, petani 124, peternak 110, pedagang 30, tukang kayu 23, tukang batu 28, penjahit 4, PNS 22, pensiunan 4, perangkat 13, pengrajin 8, industri kecil 3 dan buruh industri 1 orang. Sedangkan kondisi mata pencahrian masyarakat Desa Moutong Timur yang bekerja sebagai buruh tani 281, petani 205, peternak 2, pedagang 12, PNS 27, pensiunan 4, nelayan 294, pengrajin 52, dan industri kecil 43 orang. Minimnya kondisi perekonomian masyarakat Desa Lobu dan Moutong Timur juga dapat memicu terjadi tindakan-tindakan kejahatan yang ada khususnya kasus tawuran yang terjadi didua Desa tersebut. Karena, masyarakat yang pengangguran lebih banyak dibandingkan dengan yang masyarakat yang memiliki pekerjaan sehingga dengan kondisi seperti ini masyarakat yang pengangguran tersebut lebih senang santai daripada mencari pekerjaan sehingga banyak yang menjadi preman Desa yang kerja hanya mengganggu ketertiban/keamanan masyarakat. 4
4. Kondisi lingkungan Desa Lobu dan Moutong Timur Berdasarkan hasil observasi penulis bahwa kondisi lingkungan Desa Lobu dan Moutong Timur bahwa lingkungan tempat tinggal masyarakat Desa dengan penduduk yang banyak dan letak rumah yang padat dan sempit. Kepadatan penduduk juga dapat mempengaruhi terjadinya kejahatan, dengan adanya padat penduduknya dengan akibat semakin meningkat timbulnya perselisihan akan semakin besar kejahatannya. 4.2 Analisis Kriminologi terhadap Kasus Tawuran antar Desa Lobu dan Moutong Timur di Wilayah Sulawesi Tengah Kecamatan Moutong Sutherland berpendapat bahwa perilaku kriminal merupakan perilaku yang dipelajari didalam lingkungan sosial, artinya semua tingkah laku dapat dipelajari dengan berbagai cara. perilaku menyimpang bersumber pada pergaulan yang berbeda (differential assosiation), artinya seorang individu mempelajari suatu perilaku menyimpang dan interaksinya dengan seorang individu yang berbeda latar belakang asal, kelompok atau budaya.1 Emile Durkheim dalam teori anomie dimana untuk menggambarkan keadaan yang kacau
tanpa peraturan. Suatu keadaan, dimana dalam suatu
masyarakat tidak adanya kesempatan, adanya perbedaan struktur kesempatan untuk mencapai sebuah
tujuan (cita-cita). Kedua faktor inilah yang
menyebabkan masyarakat menjadi frustasi, terjadi konflik, adanya ketidakpuasan
1
Yesmil Anwar dan Adang, Op.cit, Hlm.74
5
sesama individu, maka semakin dekat dengan kondisi hancur berantakan yang tidak didasarkan kepada norma yang berlaku.2 berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis terdapat beberapa pendapat mengenai kasus tawuran terdapat beberapa pendapat mengenai tawuran yaitu: Moh.Taufiq Sasela menjelaskan bahwa tawuran sangat dan merugikan masyarakat Desa Tersebut terutama dalam hal, Kebersamaan dalam membina kekeluargaan antar kedua Desa, Putusnya hubungan komunikasi antar lembaga didua Desa, Putusnya tali silaturahim antar masyarakat Desa tersebut.3 Sarfin.R. menjelaskan bahwa kasus tawuran tersebut sudah menjadi penyakit menular dikalangan masyarakat terutama dikalangan pemuda yang kurang mengontrol diri mereka dari sifat emosianal.4 Salim Ibrahim menjelaskan bahwa kasus tawuran adalah kasus pidana yang sangat merugikan kedua belah pihak. Olehnya itu, perlu mendapat penanganan serius dari pemerintah terutama dari penegak hukum, dan pihak penegak hukum yang terkait dalam kasus tersebut harus bertindak tegas agar kasus tersebut tidak akan terulang kembali.5 Berdasarkan pendapat mengenai tawuran diatas yang didukung oleh pendapat Sutherland dan Emile Durkheim dalam teori anomie penulis mangambil
2
Ibid. Hlm.82, Moh.Taufik Sasela, Kepala Desa Moutong Timur, Wawancara, 10 maret 2013 4 Safrin R. Tokoh Masyarakat Desa Moutong Timur, Wawancara, 20 april 2013 5 Salim Ibrahin, Tokoh Masyarakat Desa Moutong Tumur, Wawancara, 21 april 2013 3
6
kesimpulan bahwa tawuran tersebut merupakan suatu tindakan kriminal yang dilakukan oleh sekelompok orang yang dapat merugikan dan meresahkan masyarakat dan adanya ketidakpuasan sesama individu, maka semakin dekat dengan kondisi hancur berantakan yang tidak didasarkan kepada norma yang berlaku sehingga dapat mengakibatkan banyaknya korban yang berjatuhan serta menganggu ketertiban dan keamanan masyarakat. Pengaruh besar yang diakibat oleh kasus tawuran tersebut banyak merugikan masyarakat dan telah menimbulkan adanya korban luka berat dan pengrusakkan rumah. Hal ini disebabkan tingkat emosional tinggi sehingga tidak bisa terkontrol lagi dan cenderung untuk melakukan tindakkan-tindakkan kriminal khususnya tawuran. sehingga mengakibatkan putusnya tali silaturahim antar kedua Desa tersebut. 4.2.1
Sebab-sebab Terjadinya Tawuran Sebelum membahas mengenai sebab-sebab terjadinya kasus tawuran terlebih dulu penulis membahas mengenai sebab-sebab terjadinya kejahatan diantaranya yaitu: 1. Teori-teori yang mencari sebab kejahatan dari aspek fisik (biologi kriminal) Menurut Ferri bahwa kejahatan dapat dijelaskan melalui studi pengaruh-pengaruh interaktif diantara faktor-faktor fisik (seperti ras, geografis, serta temperature), dan faktor-faktor sosial (seperti umur, jenis
kelamin,
variable-variabel
psikologis).
Dia
juga
mengklasfikasikan lima kelompok penjahat: a). the born criminal dan 7
instinctive criminals; b). the insane criminals (diintifikasi sebgai sakt mental); c). the passion criminals (melakukan kejahatan sebgai akibat problem mental atau keadaan emosional yang panjang serta kronis); d).the occasional criminals ( merupakan produk dari kondisi-kondisi keluarga dan sosial lebih dari problem fisik atau mental yang abnormal); e). the habitual criminals (memperoleh kebiasaan dari lingkungan sosial).6 2. Teori-teori yang mencari tentang sebab kejahatan dari faktor Psikologis dan Psikiatris (psikologi kriminal) Menurut
Samuel Yochelson dan Stanton Samenow bahwa
kejahatan disebabkan oleh konflik Internal. Tetapi para penjahat itu sama-sama memiliki pola berfikir yang abnormal yang membawa mereka memutuskan untuk melakukan kejahatan, para penjahat adalah orang
yang “marah”, yang merasa suatu sense superioritas,
menyangka tidak bertanggung jawab atas tindakan yang meraka ambil, dan mempunyai harga diri yang sangat melambung.7 3. Teori-teori yang mencari tentang sebab kejahatan dari faktor sosiologis Teori-teori
sosiologi
tentang
sebab
kejahatan
dapat
dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu: strain, cultur deviance
6 7
Ibid. Hlm.40. Topo Santoso dan Evha Achjani Zulfa, Op.cit, Hlm.49 dan 50
8
(penyimapangan budaya) dan social control (kontrol sosial). Teoriteori strain dan penyimpangan budaya memusatkan perhatian pada kekuatan-kekuatan sosial (social forces) yang menyebabkan orang melakukan aktivitas kriminal, keduanya berasumsi bahwa kelas sosial dan tingkah laku kriminal berhubungan, tetapi berbeda dalam hal sifat hubungan tersebut. Teori strain, ini beranggapan bahwa seluruh anggota masyarakat mengikuti satu set nilai-nilai budaya dari kelas menengah, dan teori penyimpangan budaya mengklaim bahwa orangorang dari dari kelas bawah memiliki satu set nilai-nilai yang berbeda, yang cenderung konflik dengan nilai dari kelas menengah. Sedangkan teori kontrol sosial yaitu yang berasumsi bahwa motivasi melakukan kejahatan meruoakan bagian dari umat manusia dan mengkaji kemampuan kelompok-kelompok dan lembaga-lembaga membuat aturan-aturannya efektif.8 Dari beberapa teori tentang sebab-sebab kejahatan, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis terdapat beberapa pendapat mengenai kasus tawuran tersebut. Kegemaran berkelahi secara massal yang terjadi antar warga Desa khususnya Desa Lobu dan Moutong Timur yang sering dilakukan oleh anak remaja umumnya, hal ini diterjadinya karena ada sebab musababnya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis terdapat beberapa pendapat tentang 8
Ibid.
9
penyebab terjadinya kasus tawuran yang terjadi dari tahun 2000-2012 antara lain menurut: Saprin. R. Menjelasakan adanya penyebab terjadi tawuran yaitu: 1. Rendahnya sumber daya manusia dalam hal menanggapi maksud dan tujuan perkataan sehingga mudah terkontaminasi dan mengakibatkan terjadinya tawuran; 2. Minimnya lapangan pekerjaan, yaitu dengan minimnya lapangan pekerjaan biasa menjadi faktor penyebab terjadinya tawuran, ini dikarenakan lapangan pekerjaan yang tersedia tidak sebanding dengan jumlah penduduk yang ada Akibatnya, mereka menjadi pengangguran dan malas mencari pekerjaan sehingga pekerjaan mereka hanya santai dan bersenang-senang jalan-jalan tanpa tujuan yang pasti sehingga cenderung untuk berbuat masalah dimanadimana sampai akhirnya melakukan aksi tawuran; 3. Putusnya hubungan silaturahim antar keluarga, yaitu hubungan kekeluargaan antara kedua Desa tersebut sudah tidak ada. 4. Adanya minuman keras, yaitu minuman keras menjadi salah satu faktor penyebab tawuran karena pelaku-pelaku dalam tawuran sebagian besar sedang mengkonsumsi minuman keras terutama pada anak remaja yang sudah mabuk dan terjadi kesalahpahaman sehingga muncul kebencian yang sudah memuncak dan tidak terkendalinya oleh emosi. Bagi mereka tawuran dengan kekerasan 10
itu sebagai suatu tindak negatif yang dapat menyelesaikan masalah tetapi menjadi permasalahan tidak dapat diselesaikan.9 Salim Ibrahim menjelaskan bahwa penyebab tawuran yaitu kurangnya kesadaran hukum serta tingkat emosinal tinggi dan tidak bisa mengendalikan diri sehingga mudah tersinggung dengan setiap perkataan yang diucapkan oleh orang lain, hal terjadi karena pelaku dipengaruhi oleh minum keras.10 Jufrin Muslim, berpendapat bahwa penyebab terjadinya tawuran yaitu: 1. Dipengaruhi adanya Minum keras, yaitu orang yang dalam keadaan mabuk, tingkat kesadaran meraka dalam keadaan labil sehingga dapat dengan mudah emosianal dan tidak bisa mengendalikan diri; 2. Adanya persoalan kecil sehingga menimbulkan selisih paham antar kedua Desa tersebut; 3. Pengaruh lingkungan, yaitu awal munculnya suatu permasalahan ini terjadinya dilingkungan keramain khususnya pada acara pesta yang dilakukan oleh warga, sehingga banyak yang melakukan
9
Saprin R. Tokoh Masyarakat Desa Moutong Timur, wawancara, 20 april 2013 Salim Ibrahim, Tokoh Masyarakat Desa Moutong Timur, Wawancara, 21 april 2013
10
11
permasalahan dan sudah merupakan kesempatan mereka dalam melakukan ulah kejahatan tersebut.11 Suradal menjelaskan bahwa penyebab terjadinya tawuran yaitu: 1. Pengaruh minuman keras, keadaan dimana orang berada pada titik yang tidak stabil sehingganya dapat terkontaminasi pada arah negative ketika mendapatkan pengaruh dari luar dan dalam dsirinya; 2. Kurang pengawasan dari orang tua, yaitu dimana orang tua sibuk dengan kegiatan atau pekerjaan masing-masing sehingga perhatian yang diberikan kepada anak kurang dan dan tidak terkontrol lagi serta orang tua juga tidak peduli dengan kegiatan yang dilakukan oleh anak-anak mereka sendiri diluar rumah; 3. Kurangnya kesadaran hukum, yaitu dimana tingkat pemahaman masyarakat terhadap hukum yang berlaku masih kurang sehingga mengakibatkan masyarakat dalam bertindak tidak memikirkan dampak hukum yang nantinya diakibatkan oleh perbuatan tersebut; 4. Persoalan perorangan, kemudian berimbas menjadi masalah kelompok, maksudnya adalah saling ejek antara satu sama lain sehingga mudah tersinggung, kemudian diberitahukan kepada teman-teman dan mengajak mereka untuk untuk ikut menyerang 11
Jufrin Muslim, Kepala Desa Lobu, Wawancara, 06 mei 2013
12
pihak yang merasa dihina karena masing-masing pihak sudah dikuasai dengan emosi dan tak bisa dikendalikan akhirnya terjadilah tawuran. 5. Tingkat pendidikan rendah, artinya faktor pendidikan yang dimaksud terkait dengan adanya kasus tawuran adalah dimana terdapat
banyak
anak-remaja
yang
putus
sekolah
dan
mempengaruh teman-teman remaja yang masih sekolah. Faktor pendidikan yang rendah juga menjadi salah satu faktor terjadinya tawuran karena anak remaja tersebut memiliki pemikiran dangkal dan sempit, sehingga apa yang mereka lakukan hanya mengikuti solidaritas sempit saja dan tidak dipikirkan dengan baik soal akibat-akibat yang mungkin terjadi atas diri mereka.12 Menurut Moh.Taufik Sasela menjelaskan penyebab utama tawuran yaitu adanya faktor lingkungan, dimana terutama terjadi pada anak remaja yang putus sekolah sangat mudah mempengaruhi temantemannya yang masih juga dan mengkonsumsi minuman keras dang jenis obat THD. Ia juga berpendapat terjadinya tawuran tersebut dipengaruhi oleh era globalisasi yang semakin berkembang sekarang ini.
12
Suradal, Pihak Kepolisian (Kasat Reskrim), Wawancara, 12 mei 2013
13
Irwan Hunow menjelaskan bahwa adanya penyebab dari tawuran yaitu: 1. adanya kecemburuan social yaitu perlakuan yang beda dari perangkat/pejabat desa yang dapat memberikan penilaian beda terhadap kedua desa tersebut; 2. Profokasi, dimana rakyat mudah terpancing oleh isu-isu yang belum tentu benar, sehingga hilangnya rasa saling menghormati dan menghargai dan minimnya kesadaran yang dimiliki oleh warga, sehingga cederung untuk membuat risuh dan terjadilah perkelahian massa; 3. minuman keras yang dikonsumsi rakyat mengakibatkan tingkat emosi yang meningkat sehingga tidak dapat terkendalikan sehingga terjadi tawuran tersebut; 4. jenis obat THD, yaitu obat yag dikenal sebagai obat penenang dan bagi
yang
mengkonsumsi
terlalu
berlebihan
akan
dapat
mengakibatkan tidak sadarkan diri, dan perilaku buruk lainnya. Jenis obat tersebut sebagian besar beredar di Wilayah Sulawesi Tengah dan sudah tersebar di Desa-desa terpencilnnya khususnya di Kecamatan Moutong.13
13
Irwan Hunow, Tokoh Masyarakat Desa Moutong Timur, Wawancara, 22 april 2013
14
Dari beberapa pendapat diatas mengenai sebab-sebab terjadinya tawuran yang terjadi dari tahun 2000-2012 bahwa inti terjadinya kasus tawuran lebih dominan disebabkan karena pengaruh MIRAS dan adanya persoalan perorangan/permasalahan sepele. Jika sebab-sebab terjadinya tawuran dikaitkan dengan sebab-sebab terjadinya kejahatan, penulis dapat menyimpulkan bahwa kasus tawuran merupakan kasus yang tergolong dalam tindakan kriminal. Hal tersebut dilihat sesuai dengan beberapa faktor penyebab terjadinya kejahatan diantaranya dipengaruhi dengan adanya faktor biologis, psikologis dan sosiologis. Jika dikaitkan dengan sebab-sebab terjadinya kasus tawuran dengan sebab-sebab kejahatan faktor tersebut lebih cenderung terjadi adanya faktor sosial/lingkungan itu sendiri. 4.2.2. Akibat Terjadinya Tawuran Tawuran yang terjadi antar warga Desa Lobu dan Moutong Timur dengan menggunakan parang, peluncur, senapan laras panjang, batu dan balok sangat berdampak negatif baik bagi pelaku dan masyarakat Desa itu sendiri. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis mengenai akibat yang terjadi karena adanya kasus tawuran antar Desa Lobu dan Moutong Timur hal ini berdasarkan data yang di dapat dari pihak kepolisian antara lain sebagai berikut;
15
1. adanya korban luka berat terdiri dari beberapa orang warga yaitu empat orang dari Desa Lobu dan tiga orang dari Desa Moutong Timur dan Moutong Tengah diantaranya terkena peluncur dibagian paha, dan mata, dan satunya lagi kena parang dibagian perut sehingga perut korban terbelah, dan beberapa orang lainnya luka ringan terkena batu dan kayu balok lainnya; 2. adanya pengrusakan dua buah rumah yang ada di Desa Moutong Tengah dan diduga pengrusakkan tersebut dilakukan oleh warga lobu pada saat pemilik rumah sedang tidak berada ditempat; 3.
adanya pengrusakkan satu buah sepeda motor milik warga; serta
4. Beberapa macam barang-barang milik warga diantara adalah parabola, conter seluler. 4.3. Upaya Pemerintah dalam Menanggulangi Kasus Tawuran yang terjadi antar Desa Lobu dan Moutong Timur di Wilayah Sulawesi Tengah Kecamatan Moutong Kasus tawuran itu sendiri sudah bisa dikatakan sebagai Budaya yang tadinya tidak ada, dalam artian suatu perputaran masa yang membuat sikon menjadikan perubahan kepada hal negatif.
Maka dari itu pemerintah sangat
berperan aktif dalam menanggulangi terjadinya tawuran yang terjadi antar warga tersebut. Akan tetapi,
dalam proses penaggulangan kasus tawuran tersebut
pemerintah biasanya mendapat banyak kendala hal tersebut karena dalam menyelesaikan tawuran sangat rumit. 16
Berdasarkan hasil penelitian kendala-kendala yang dihadapi oleh pemerintah sebagai berikut: Menurut Sam Al bahwa kendala yang sering dihadapi dalam mengatasi kasus tawuran tersebut yaitu minimnya pihak pemerintah Desa dalam menanggulanginya, tidak adanya kesadaran masyarakat umumnya para pelaku tawuran apalagi saat bentrokan antar warga datang secara tiba-tiba sehingga pemerintah Desa bingung dalam mengatasinya.14 Sedangkan menurut Jufrin Muslim bahwa kendala yang dihadapi dalam menyelesaikan kasus tawuran selain miminnya pihak pemerintah Desa hal ini juga disebabkan karena masih banyak masyarakat yang menjual minuman keras, dimana minuman keras ini menjadi faktor utama terjadi kesalapahaman antar warga sehingga menimbulkan tawuran/bentrokan antar warga.15 Kemajuan teknologi dan sains serta terbukanya sarana komunikasi sangat merangsang percepatan perubahan sosial juga menjadi salah satu kendala dalam menyelesaikan kasus tawuran karena dalam mobilitas sosial tersebut tindakan kejahatan kekerasan khususnya tawuran merupakan produk dari gerak perubahan kultur maupun perubahan sosial. Semua itu berakar pada kondisi actual masyarakat yang cenderung alergi terhadap perubahan, ini disebabkan sebagian masyarakat masih didominasi oleh sikaf konservati tradisional masyarakat komunal. Apalagi terhadap perubahan social yang sangat mendadak seperti
14 15
Sam Al, Sekretaris Desa Moutong Timur, Wawancara, 20 april 2013 Jufrin Muslim, Kepala Desa Lobu, Wawancara, 06 mei 2013
17
dalam era reformasi dalam alam globalisasi sekarang ini. Maka kesenjangan cultural sering merupakan pencetus disorganisasi social dalam masyarakat. Dengan adanya perubahan pesat yang terjadi dikalangan masyarakat pihak Pemerintah untuk lebih tegas lagi dalam menyelesaikan masalah-masalah yang berkebembang di masyarakat umumnya. Selain pemerintah berperan aktif dalam menyelesaikan kasus tawuran tersebut masyarakat yang paham akan norma-norma atau nilai-nilai yang telah diatur dapat membantu pemerintah dalam menyelesaikan masalah-masalah yang berkembang dimasyarakat khususnya kasus tawuran. Menurut Saprin R. bahwa hal pertama yang dilakukan untuk mencegah/menanggulangi terjadinya tawuran yaitu mengidentifikasi siapa saja yang terlibat pertikaian tersebut, mencari duduk permasalahannya, dan berusaha untuk memberikan pandangan positif dan negative serta berusaha mencari solusi dengan meakukan koordinasi dengan pemerintah dan petugas kepolisian untuk dapat mendamaikan mereka yang bertikai atau yang terlibat dalam tawuran tersebut. Hal serupa dikemukakan oleh Salim Ibrahim bahwa hal yang dilakukan untuk menanggulangi adanya kasus tawuran yaitu melaporkan kasus tersebut kepada pihak yang berwajib yaitu pihak pemerintah dan pihak kepolisian, mengajak masyarakat agar tidak ikut tawuran, kemudian menghimbau kepada agar peserta tawuran membubarkan diri dari perkelahian tersebut, meminta kepada pemerintah terutama pihak kepolisian agar berindak tegas supaya pelaku18
pelaku tawuran yan terbukti bersalah dihukum sesuai dengan hukum yang berlaku, serta polisi untuk melakun razia minuman keras karena itu menjadi faktor utama terjadinya tawuran. Adapun upaya pemerintah yang dilakukan untuk menanggulangi adanya kasus tawuran yaitu: Menurut Moh.Taufik Sasela sebagai Kepala Desa Moutong Timur yaitu mengadakan perdamaian antar pemuda dari Desa, yang difasilitasi oleh pihak kepolisian dari POLRES Parigi-Moutong dengan melibatkan: 1. Remaja yang bertikai; 2. Pemerintah dari kedua Desa (Kepala Desa); 3. LPMD; 4. BPD; 5. Tokoh masyarakat; 6. Tokoh agama; dan 7. Tokoh pemuda.16 Menurut Jufrin Muslim upaya yang dilakukan dalam menanggulangi terjadinya tawuran yaitu dilakukan dengan cara bermusyawarah dan mempererat
hubungan kekeluargaan antar kedua Desa tersebut. Serta dilakukan dengan cara
16
Moh. Taufik Sasela, Kepala Desa Moutong Timur, Wawancara, 10 april 2013
19
melakukan pembentukan pemuda Desa sehingga jika terjadi tawuran atau tindakan-tindakan kriminal lainnya mereka yang bertanggung jawab.17 Menurut Sam Al upaya yang dilakukan dalam menanggulangi terjadinya tawuran yaitu dilakukan dengan musyawarah, mengajak masyarakat Desa yang terlibat dalam tawuran untuk berdamai, kemudian membuat kelompok pemuda yang ditugaskan untuk bertanggung jawab jika terjadi bentrokan di di dua Desa tersebut serta dapat memberikan arahan terhadap pelaku-pelaku tawuran tersebut.18 Sedangkan menurut Sutarto Maumbu upaya yang dilakukan untuk menanggulangi terjadinya tawuran yaitu pemerintah Desa bekerja sama dengan pemuda serta warga Desa lainnya membentuk Tim yang melibatkan orang tua dan sebagian besar kaum pemuda yang ditugaskan untuk mengatasi segala gerak gerik pemuda yang diluar maupun yang di dalam Desa sehingga segala bentuk kenakalan pemuda yang melakukan perselisihan.19 Adapun upaya yang dilakukan oleh pihak kepolisian berdasarkan hasil penelitian penulis pada saat terjadinya tawuran yaitu pihak kepolisian turun langsung ditempat kejadian pada saat tawuran sedang berlangsung pihak kepolisian mendatangi dan mengamankan tempat kejadian, bersama Kapolres Parigi-Moutong bersama tim menghimbau agar kedua kelompok pemuda yang 17
Jufrin Muslim, Kepala Desa Lobu, Wawancara, 06 mei 2013 Sam Al, Sekretaris Desa Moutong Timur, Wawancara, 20 april 2013 19 Sutarto Maumbu, Sekretaris Desa Lobu, Wawancra, 07 mei 2013 18
20
bentrok untuk menahan diri dan mundur, dan tidak melakukan penyerangan, kemudian mengumpulkan data untuk bahan keterangan, serta membawa korban untuk mendapat perawatan di PUSKESMAS Moutong. Setelah itu pihak kepolisian menghimbau kepada masyarakat melalui Kepala Desa masing-masing untuk membantu mengumpulkan warga yang terlibat dalam kasus tawuran untuk berkumpul dalam menyelesaikan kasus tawuran, dan kedua Desa yang mengalami bentrokan
sepakat
untuk
menyelesaikan
permasalahan
tersebut
secara
kekeluargaan, kemudian dari pihak kepolisian membuatkan surat pernyataan untuk tidak melakukan tawuran lagi. 1. Penyelesaian kasus tawuran Dari hasil penelitian penulis penyelesaian kasus tawuran yang tersebut sangat rumit untuk diproses secara hukum ini disebabkan pelaku-pelaku tawuran itu sendiri tidak semua diketahui, minimnya kapasitas pihak pemerintah
khususnya
pihak
kepolisian
yang
berwenang
untuk
menyelesaikan, diantara kedua Desa yang bertikai tersebut masih terikat ikatan keluarga, tidak cukup bukti untuk membutkikan bahwa pelaku tersebut bersalah, dari masyarakat itu sendiri tidak merespon pihak kepolisian dalam melakukan aksi penyelidikan dengan kata lain bahwa masyarakat tersebut menyembunyikan pelaku tawuran. Adapun penyelesaian yang dilakukan terhadap
kasus
tawuran
tersebut
yaitu
dilakukan
secara
kekeluargaan/musyawarah oleh kedua Desa tersebut.
21
Berdasarkan hasil penelitian penulis bahwa penyelasaian yang kasus tawuran yang diproses secara hukum hanya diselesaikan pada tiap individu berdasarkan bukti yang ada yang ada. hal ini telah diproses berdasarkan hukum yang berlaku adapun landasan yuridis pengaturan hukum dalam penyelesaian
kasus
tawuran
tersebut
dikenakan
pasal
351
tentang
penganiayaan. 2. Upaya penanggulangannya Upaya penanggulangan yang dilakukan dengan melihat sebab akibat yang terjadi pada kasus tawuran bahwa kasus tersebut sudah merupakan tindakan kriminal
karena banyak pelaku kejahatan yang menggnggu
ketertiban dan ketentaraman masyarakat, serta merugikan karena adanya korban yang berjatuhan dan terjadi pengrusakkan berupa rumah warga dan sepeda motor akibat ulah dari kasus tawuran tersebut. Adapun upaya untuk mencegah/menanggulangi agar tidak terjadi kasus tawuran yaitu pihak pemerintah Desa melakukan sosialisasi kepada masyarakat setempat, adanya SATGAS (satuan tugas) dimasing-masing satu orang, dibentuknya anggota karang taruna yang terdiri dari pemuda-pemuda Desa sehingga jika terjadi kekacauan lagi masyarakat mereka yang bertanggungjawab atas tindakantindakan kejahatn tersebut. Sedangkan upaya yang dilakukan oleh pihak Keplisian yaitu pihak Kepolisian mempertemukan kedua Desa tersebut untuk diberikan sosialisasi dan membuat surat pernyataan untuk kedua Desa tersebut agar tidak melakukan tawuran lagi. 22
Pembahasan Dalam presfektif kriminologi
perilaku menyimpang khususnya yang
terjadi pada bentrokan antar warga ini biasanya diartikan sebagai setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat. Penyimpangan adalah perbuatan yang mengabaikan norma dan penyimpangan ini terjadi apabila seseorang atau sebuah kelompok tidak mematuhi patokan baku dalam masyarakat. Dalam konteks tindakan kejahatan kekerasan, perilaku menyimpang ditentukan batasannya oleh norma-norma kemasyarakatan yang berlaku dalam sebuah sistem nilai yang dianut oleh kultur tertentu. Menurut Bonger20 membagi kriminologi menjadi 5 (lima) cabang yakni: 1. Criminal antropology, merupakan ilmu pengetahuan tentang manusia yag jahat (somatios), dan ilmu ini memberikan suatu jawaban atas pertanyaan tentang orang yang jahat dalam tubuhnya mempunyai tanda-tanda seperti apa, misalnya apakah ada hubungan antara suku bangsa dengan kejahatan; 2. Criminal sosiology, yaitu ilmu pengetahuan tentang kejahatan sebagai suatu gejala masyarakat, pokok utama dalam ilmu ini adalah, sampai dimana letak sebab-sebab kejahatan dalam masyarakat; 3. Criminal psychology, yaitu ilmu pengetahuan tentang penjahat yang dilihat dari sudut jiwanya; 20
Ibid.hlm. 7 dan 8
23
4. Psikopatologi dan neuropatologi kriminal, yaitu suatu ilmu tentang penjahat yang sakit jiwa atau urat syaraf; 5. Penologi, yaitu ilmu tentang berkembangnya hukuman dalam hukum pidana. Berdasarkan analisis deskriptif yang dilakukan oleh penulis berdasarkan teori yang dikemukkan oleh Bonger bahwa tindakan kejahatan bentrokan antar warga (tawuran bahwa kasus tawuran yang terjadi antar Desa Lobu dan Moutong Timur Di Wilayah Kecamatan Moutong Sulawesi Tengah dapat di kategorikan dalam criminal antropology dan criminal sociology hal ini karena kasus tawuran tersebut terjadi sudah menjadi budaya dalam masyarakat karena sudah terjadi dari tahun 2000-2012 setiap tahunnya dan adanya permasalahan-permasalahan yang ada dalam masyarakat (gejala social) dimana masyarakat yang memiliki tingkat pemahaman yang masih kurang khususnya dibidang hukum itu sendiri. A. Analisis Kriminologi terhadap Kasus Tawuran antar Desa Lobu dan Moutong Timur di Wilayah Sulawesi Tengah Kecamatan Moutong Dari penjelasan hasil penelitian diatas mengenai sebab-akibat terjadinya tawuran maka penulis dapat menguaraikan tentang sebab-sebab terjadinya tawuran antara lain sebagai berikut: 1. Faktor Internal Faktor internal yaitu yaitu faktor yang berasal dari dalam diri seseorang, dengan adanya gangguan yang berasal dari diri sendiri, sehingga mudah untuk tersinggung dan dan tidak bisa mengendalikan
24
emosi, hal ini juga sebabkan oleh kematangan cara berfikir yang miliki masih sempit dan dangkal dan suasana hati yang terus menerus berganti dan tidak tetap. Biasanya merupakan emosi dan sentimen yang amat kuat, cepat berubah dan berganti-ganti, sehingga mengacau ketenangan batin, akibatnya anak menjadi terlalu tegang, gelisah, bingung, cepat marah, agresif, beringas. 2. Faktor eksternal Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri seseoarang. Adapun faktor eksternal tersebut terdiri dari beberapa faktor antara lain: 1. Faktor keluarga, adalah dimana dari pihak keluarga kurang memperhatikan dan mengawasi perkembangan/kebutuhan anak remaja karena mereka sibuk dengan pekerjaan atau kesibukkan lainnya. Padahal telah diketahui pihak utama yang mendidik anak sehingga tumbuh sampai dewasa adalah orang tua. Sehingga, anak tersebut akan memahami berbagai permasalahan-permasalahan yang yang sedang berkembang diluar dan tidak melakukan hal-hal yang merugikan dirinya sendiri serta merusak ketertiban umum. Adapun faktor penyebab tawuran dilihat dari faktor keluarga yaitu: 1) Rumah tangga berantakan; 2) Perlindungan lebih dari orang tua; 3) Penolakan orang tua; 4) Pengaruh buruk dari orang tua. 25
Dengan melihat faktor penyebab tawuran dilingkungan keluarga bahwa hasil penelitian yang diperolah oleh penulis terjadinya tawuran terjadi karena adanya perlindungan lebih dari orang tua dan pengaruh buruk dari orang tua. Perlindungan lebih dari orang tua yang dimaksudkan adalah dimana orang tua selalu memanjakan anaknya dan tidak membiarkan anaknya jika terjadinya apa-apa misalnya anaknya
tersebut
melakukan
tindaka-tindakan
diluar
batas
dilingkungan masyarakat khususnya kasus tawuran, dimana orang tua akan membela anaknya sehingga anak tersebut menjadi terbiasa dan perbuatan-perbuatan itu sering dilakukannya. Sedangkan pengaruh buruk dari orang yang dimaksud adalah dimana orang tua tidak memberikan contoh yang baik kepada anaknya sehingga dengan kondisi lingkungan keluarga yang seperti itu membuat anak mempunyai keinginan untuk melakukan tindakan-tindakan seperti yang orang tuanya lakukan terlebih kepada orang tua laki-laki, pengaruh buruk dari keluarga yang dijumpai penulis yaitu dari pihak orang tua khusunya pihak bapak memiliki kegemaran untuk minuman keras sehingga anak tersebut menjadi ikut-ikutan. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa perilaku buruk dari orang tua kurang lebih 30% dan perlindungan lebih dari orang tua kurang lebih 10%. 2. Faktor lingkungan, Adanya lingkungan yang sempit dan kumuh, anggota lingkungan yang berperilaku buruk, selalu kebiasaan untuk 26
hidup dalam keramaian, sehingga orang yang tadinya tidak terlibat dalam tindakan-tindakan kriminal kini menjadi ikut-ikutan dan melakukan hal-hal yang mengganggu ketertiban dan ketetraman masyarakat. hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis penduduk bahwa kondisi lingkungan di Desa Lobu dan Moutong Timur penduduknya banyak dan tempat tinggalnya sempit. 3. Faktor pendidikan, sosial
yaitu pendidikan sebagai salah satu kelompok
yang punya posisi yang sangat penting dalam kehidupan
individu maupun masyarakat. bagitu banyak anak-remaja yang putus sekolah dan mempengaruh teman-teman remaja yang masih sekolah. Faktor pendidikan yang rendah juga menjadi salah satu faktor terjadinya tawuran karena anak remaja tersebut memiliki pemikiran dangkal dan sempit,
sehingga apa yang mereka lakukan hanya
mengikuti solidaritas sempit saja dan tidak dipikirkan dengan baik soal akibat-akibat yang mungkin terjadi atas diri mereka. Hal, tersebut sesuai dengan data yang di peroleh berdasarkan hasil penelitian tentang pendidikan dimasing-masing Desa tersebut. Dimana rata-rata yang tidak sekolah di Desa Lobu sekitar 1394 dan yang putus sekolah 191 dan Desa Moutong Timur 1.132 yang tidak sekolah dan yang putus sekolah 169 orang. 4. Faktor ekonomi, dimana kondisi-kondisi dan perubahan-perubahan ekonomi mempunyai pengaruh besar terjadinya kejahatan antara lain 27
dipengaruhi oleh faktor ekologis dan kelas. Dilihat dari tingkat ekonomi yang dimiliki masyarakat yang tingkat ekonomi dibawah atau miskin, karena masyarakat yang seperti ini biasanya stress dengan kondisi ekonomi yang dialaminya sehingga cenderung untuk membuat kejahatan. Menurut W.A. Bonger bahwa faktor ekonomi mempunyai pengaruh
yang
memambahkan
besar apa
dalam yang
timbulnya
kejahatan
disebutnya
dengan
”subyektive
nahrungserchwerung” (pengangguran) sebagai hal yan menentukan.21 hal tersebut berdasarkan penelitian bahwa kondisi perekonomian masyarakat Desa Lobu dan Moutong Timur masih rendah, karena kondisi perekonomian dengan jumlah penduduk tidak seimbang. B. Upaya Pemerintah dalam Menanggulangi Kasus Tawuran yang terjadi antar Desa Lobu dan Moutong Timur di Wilayah Sulawesi Tengah Kecamatan Moutong Dilihat dari penjelasan sebelumnya mmengenai penyelesaian tentang kasus tawruran yaitu Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tak dikenal pertanggungjawaban kolektif, Sanksi lebih ditujukan pada individu. Menjatuhkan sanksi pada kelompok secara merata hampir sangat tak mungkin. Melihat sifat kolektif tawuran yang begitu rumit dan khas, perlu tindakan yang bersumber dari peranti hukum pidana berupa sanksi yang adil
21
Susanto, Op.cit, hlm. 89
28
dan efektif. Adapun upaya pemerintah dalam menyelesaikan kasus tawuran tersebut yaitu dengan cara kekeluargaan/musyawarah. Dengan melihat pengaturan hukum mengenai kasus tawuran lebih khusus tidak ada dalam kitab Undang-undang hukum pidana (KUHP) maka penulis mengambil beberapa Pasal yang dijadinkan acuan mengenai tawuran yaitu Pasal 358 dan Pasal 351 yang gunakan dalam proses penyelesaiannya. Adapun bunyi Pasalnya yaitu: Pasal 358 mereka yang sengaja turut serta dalam penyerangan atau perkelahian dimana terlibat beberapa orang, selain tanggung jawab masing-masing terhadap apa yang khusus dilakukan olehnya, diancam: 1) Dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan, jika akibat penyerangan atau perkelahian itu ada yang luka-luka berat; 2) Dengan pidana penjara paling lama empat tahun, jika akibatnya ada yang meninggal. Pasal 351 1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah; 2) Jika perbuatan mengakibatkan luka berat, yang bersalah diancam dengan pidada penjara paing lama lima tahun; 3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan penjara paling lama tujuh tahun; 4) Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan; 5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana. Dari penjelasan dua Pasal diatas penulis dapat menjelaskan bahwa Pasal 358 KUHP dijadikan landasan yuridis mengenai kasus tawuran karena penjelasan tawuran tentang aksi penyerangan yang dilakukan oleh
29
sekelompok orang dapat dikategorikan dalam Pasal 358 KUHP. Sedangkan Pasal 351 KUHP dijadikan landasan yuridis dalam proses penyelesaian kasus tawuran tersebut.
30