Sekretariat Negara Republik Indonesia
Kekayaan Energi Indonesia dan Pengembangannya Rabu, 28 November 2012
Kebutuhan energi dunia terus mengalami peningkatan. Menurut proyeksi Badan Energi Dunia (International Energy Agency-IEA), hingga tahun 2030 permintaan energi dunia meningkat sebesar 45% atau rata-rata mengalami peningkatan sebesar 1,6% per tahun. Â Sekitar 80% kebutuhan energi dunia tersebut dipasok dari bahan bakar fosil, utamanya BBM.
Pertambahan laju pertumbuhan penduduk dan  peningkatan GDP menyebabkan permintaan energi dunia semakin meningkat. Di sisi lain cadangan BBM dunia semakin berkurang. Hal ini menimbulkan ketidakseimbangan permintaan dan penawaran. Akibatnya harga minyak dunia berfluktuasi. Duniapun mencari alternatif energi baru untuk mengatasi ketergantungan pada BBM.
Dalam batas tertentu keadaan ini juga dialami Indonesia. Saat ini Indonesia masih mengandalkan BBM untuk memasok kebutuhan dalam negeri. Sayangnya sebagian kebutuhan BBM harus diimpor. Padahal  Indonesia sesungguhnya diberkahi anugerah energi lain yang melimpah. Indonesia memiliki energi baru dan terbarukan dalam berbagai macam, antara lain batu bara, coal bed metane (CBM), shale gas, panas bumi, tenaga surya dan biofuel.
Energi Baru
Batubara diharapkan memberikan kontribusi terbesar dalam bauran energi nasional di masa mendatang sebagaimana umumnya dilakukan berbagai negara di dunia. Pemerintah mengharapkan pada 2025 batubara memberikan kontribusi bauran energi nasional sebesar 30,7%, kemudian disusul EBT 25,9 % dan gas sebesar 19,7 %. Sedangkan kontribusi minyak bumi diharapkan berkurang menjadi 23,7 %.
Oleh karena itu, batubara sebagai sumber energi baru perlu mendapat perhatian. Batubara merupakan sumber energi yang cukup melimpah. Indonesia adalah produsen batubara terbesar nomor lima dunia, http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 24 January, 2017, 06:04
Sekretariat Negara Republik Indonesia
dengan produksi yang meningkat tinggi selama 10 tahun terakhir. Produksi tahun 2010 sebesar 275 juta ton dan saat ini sekitar 350 juta ton. Konsumsi dalam negeri sekitar 70 juta ton dimana 50% digunakan untuk pembangkit listrik. Sisanya sekitar 75-80 % diekspor sehingga Indonesia dikenal sebagai pengekspor batubara nomor dua di dunia, setelah Australia.
Batubara dapat digunakan langsung dalam bentuk padat, atau dikonversi menjadi gas dan cair masing-masing melalui proses gasifikasi (Coal to Gasification, CTG) dan pencairan (Coal to  Liquefaction, CTL). Proses gasifikasi batubara adalah proses yang mengubah batubara dari bahan bakar padat menjadi bahan bakar gas. Dengan mengubah batubara menjadi gas, maka material yang tidak diinginkan yang terkandung dalam batubara seperti senyawa sulfur dan abu, dapat dihilangkan dari gas dengan menggunakan metode tertentu sehingga dapat dihasilkan gas bersih dan dapat dialirkan sebagai sumber energi. Gasifikasi batubara menjadi salah satu cara yang menjanjikan untuk pemanfaatan batubara di masa depan guna menghasilkan listrik dan produk berharga lainnya.Â
Coal liquefaction adalah terminologi yang dipakai secara umum mencakup pemrosesan batubara menjadi BBM sintetik (synthetic fuel). Pendekatan yang dilakukan dalam proses ini meliputi pirolisis, pencairan batubara secara langsung (Direct Coal Liquefaction-DCL) atau melalui gasifikasi terlebih dahulu (Indirect Coal Liquefaction-ICL). Aspek penting dalam pengolahan batubara menjadi BBM sintetik meliputi efisiensi proses, nilai investasi dan hasil emisi buang. Undang-Undang No.2 tahun 2006 mengatur tentang proses pencairan batubara ini.
Indonesia juga memiliki sumber gas non-konvensional yang cukup besar. Gas non-konvesional adalah gas yang berasal dari "reservoir" dengan permebilitas rendah dan pengusahaannya menggunakan teknologi tertentu seperti perekahan. Jenis gas non-konvensional antara lain  coal bed metane  (CBM) dan shale gas.
CBM mempunyai multi guna antara lain dapat dijual langsung sebagai gas alam, dijadikan energi dan sebagai bahan baku industri. Eksploitasi CBM Â tidak akan merubah kualitas matrik batubara dan menguntungkan para penambang batubara. Karena gas emisinya dapat dimanfaatkan sehingga lapisan batubara menjadi aman untuk di tambang. Selain itu, CBM termasuk salah satu sumber energi yang ramah lingkungan.
Shale gas adalah gas alam yang diperoleh dari serpihan batuan shale atau tempat terbentuknya gas bumi. Shale gas dapat menjadi salah satu sumber energi yang penting di masa mendatang karena shale gas memiliki keunggulan. Shale gas menghasilkan emisi karbon sekitar setengah dari emisi batubara. Shale gas juga dapat menurunkan biaya energi karena produksi shale gas menyebabkan penurunan harga gas alam secara signifikan. Produksi shale gas yang besar juga akan membantu meningkatkan keamanan http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 24 January, 2017, 06:04
Sekretariat Negara Republik Indonesia
energi, dan membantu mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil asing yang mahal.
Deposit CBM Indonesia diperkirakan mencapai 453 trilliun kaki kubik, sedangkan shale gas mencapai 574 trilliun kaki kubik. Sebagai perbandingan, deposit gas konvensional hanya mencapai 343 trilliun kaki kubik. Di Indonesia CBM sudah lebih dulu dimanfaatkan dibandingkan shale gas. Aturan pemanfaatan CBM sudah terbit sejak tahun 2006. Sekarang ini pemanfaatan CBM sudah memiliki 50 kontrak. Sedangkan aturan shale gas diterbitkan pemerintah Indonesia tahun 2012. Setidaknya ada 15 perusahaan asing yang tertarik untuk mengembangkan shale gas.
Â
Energi Terbarukan
Indonesia juga mempunyai potensi yang luar biasa dengan energi terbarukan seperti panas bumi, tenaga air,  tenaga surya, tenaga angin dan biofuel. Indonesia memiliki potensi panas bumi terbesar di dunia yaitu 29,038 GW. Namun demikian pemanfaatannya masih kecil  yaitu sebesar 1.189 MW.
Pemanfaatan energi terbarukan lainnya yang berasal tenaga air, tenaga surya dan tenaga angin masih terbatas. Tenaga air dimanfaatkan hanya 7,54 % dari potensi sebesar 75,670 MW. Biomass digunakan hanya 3,25 % dari sumber daya 49,810 MW.  Sedangkan kapasitas terpasang dari tenaga surya sebesar 13.5 Mw dan tenaga angin hanya 1.87 MW. Untuk biodiesel hanya dimanfaatkan sekitar 10 % dari kapasitas produksi. Sedangkan bietanol produksinya masih relatif kecil.
Â
Agenda Pengembangan Energi Indonesia
Indonesia perlu mengelola sumber energi dengan efisien dan efektif dalam mencapai bauran energi.di masa mendatang Agar tujuan ini tercapai, ada http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 24 January, 2017, 06:04
Sekretariat Negara Republik Indonesia
sejumlah agenda penting dalam pengembangan kekayaan energi di Indonesia.
Pertama, perlunya kebijakan dan regulasi yang mendukung pengembangan pemanfaatan energi di Indonesia. Kebijakan ini utamanya berkaitan dengan pemanfaatan energi for what and how dan aksi implementasi konkrit yang sistematis. Regulasi pendukung juga diperlukan seperti tumpang tindih lisensi, hutan lindung, kepastian investasi, DMO, pengawasan produksi dan ekspor.
Kedua, dalam pengembangan energi dibutuhkan infrastruktur pendukung distribusi, terutama angkutan kereta api, jalan dan pelabuhan. Karena keterbatasan anggaran APBN, skema PPP bisa dijadikan pertimbangan. Peran pemerintah dibutuhkan dalam hal perijinan dan kepastian investasi, pembebasan lahan, serta penyiapan dokumen proyek dan penjaminan.
Ketiga, pemerintah mendorong pemanfaatan teknologi lebih efisien dan bersih. Dalam pemanfaatan batu bara, misalnya, teknologi yang diperlukan berkaitan, dengan pemanfaatan langsung (listrik dan industri), CWM (coal water mixture), konversi menjadi BBM, BBG atau kokas serta upgrading dari low rank menjadi high rank (Steam Tub dryer, dan Geo Coal). Jika kebutuhannya mendesak, dapat dipertimbangkan penggunaan teknologi proses Sasol yang sudah terbukti berhasil di Afrika Selatan.
Keempat, diperlukan insentif fiskal berorientasi perspektif jangka menengah dan panjang. Insentif fiskal diperlukan untuk pengembangan bangunan industri energi dan pengembangan sumber-sumber baru terutama di daerah remote dan terbatas infrastruktur.
Kelima, perlunya adanya kelembagaan yang dimiliki oleh pemerintah pusat yang khusus menangani produksi energi tertentu. Agar tidak membebani keuangan negara disarankan ditugaskan BUMN yang ada untuk menangani khusus produksi, misalnya, batubara yang dicairkan.
http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 24 January, 2017, 06:04
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Oleh:
Prof. Dr. Jusuf
Staf Khusus Presiden bidang Pangan dan Energi
http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 24 January, 2017, 06:04