37
Kegiatan siswa baik yang dilakukan di dalam maupun di luar sekolah cenderung teratur dan dilakukan setiap minggu (Alifiah, 2009). Remaja usia 15 sampai 19 tahun menghabiskan waktu sekitar 4 jam sehari untuk mengisi waktu luang dengan kegiatan hobi dan olahraga (Allard, 2008). Penelitian oleh Setiawan (2010) yang dilakukan di SMAN 11 Yogyakarta menyatakan bahwa sebagian besar atau 78% siswa memiliki pola aktivitas fisik dengan kategori kurang aktif. Perbedaan ini disebabkan oleh fasilitas di SMAN 4 Yogyakarta yang lebih memadai dalam melakukan ativitas fisik. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya jenis ekstrakurikuler yang disediakan. Selain itu, SMAN 4 Yogyakarta memiliki kelas khusus olahraga sehingga siswa di kelas tersebut dapat melakukan aktivitas olahraga lebih banyak dibandingkan siswa di kelas atau di sekolah lain. 3. Gambaran Prestasi Belajar Responden Sebagian besar yaitu 43 siswa (51.8%) memperoleh prestasi belajar yang baik. Hasil tersebut tidak jauh berbeda dengan jumlah siswa yang memperoleh prestasi belajar kurang yaitu 40 siswa (48.2%). Berdasarkan data dari PT Telkom Indonesia (2012), SMAN 4 Yogyakarta menerima siswa SMP dengan Nilai Ujian Nasional (NUN) 34.50 – 38.70. Nilai ini menunjukkan bahwa SMAN 4 Yogyakarta merupakan SMA Negeri dengan peringkat ke-9 di antara 11 SMA Negeri lainnya di Yogyakarta. Oleh karena itu, persebaran nilai atau prestasi belajar di antara siswa SMAN 4 Yogyakarta cukup merata. Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP, 2006) menyatakan bahwa standar ketuntasan belajar bagi siswa ialah 75 dari nilai 0 – 100. Nilai rata-rata
38
siswa SMAN 4 Yogyakarta adalah 81.45, yaitu 6.45 lebih tinggi diatas standar nasional. Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud, 2007)
cit Natal (2012), nilai rata-rata siswa SMAN 4 Yogyakarta termasuk dalam kategori baik karena berada dalam rentang 76 – 85. Perbedaan prestasi belajar antara siswa laki-laki dengan perempuan cukup signifikan yaitu dengan nilai ρ=0.002. Prestasi belajar pada siswa perempuan lebih baik daripada siswa laki-laki. Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Farooq et
al (2011) yang mendapatkan hasil bahwa prestasi belajar yang baik sebagian besar didapatkan oleh responden perempuan. Motivasi belajar pada siswa perempuan lebih tinggi daripada siswa laki-laki (Yazofo, 2011). Selain itu, siswa perempuan lebih banyak menunjukkan usahanya dalam mendapatkan nilai yang baik (Farooq et al, 2011). Siswa laki-laki melakukan kegiatan olahraga dan bermain games di komputer dalam waktu luangnya sedangkan siswa perempuan menggunakan waktu luangnya untuk mengerjakan tugas sekolah dan membersihkan rumah (Allard, 2008). Menurut Parker (2004), kemampuan intrapersonal dan interpersonal pada siswa perempuan lebih baik dibandingkan siswa laki-laki. Kemampuan intrapersonal dan interpersonal ini merupakan beberapa hal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Berdasarkan penelitian oleh Cheadle et al (2009), hanya sedikit laporan kenakalan yang dilakukan oleh siswa perempuan sedangkan laporan kenakalan oleh siswa laki-laki lebih banyak. Tidak ada perbedaan yang signifikan pada prestasi belajar antara siswa yang mengikuti pelajaran tambahan atau les dengan siswa yang tidak mengikuti
39
pelajaran tambahan. Hal ini dikarenakan jumlah siswa yang mengikuti pelajaran tambahan tidak sebanding dengan jumlah siswa yang tidak mengikuti pelajaran tambahan yaitu 13 siswa (15.7%) dengan 70 siswa (84.3%). Selain itu, hanya 1 – 6 mata pelajaran yang siswa dapatkan di les atau bimbingan belajar sedangkan mata pelajaran yang diujikan untuk nilai rapot sebanyak 18 untuk kelas X dan 14 untuk kelas XI. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada prestasi belajar siswa yang mengikuti ekstrakurikuler dengan siswa yang tidak mengikuti ekstrakurikuler. Di SMAN 4 Yogyakarta, kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang diselenggarakan setelah jam pelajaran sekolah selesai untuk memfasilitasi hobi atau kesenangan siswa. Kegiatan ekstrakurikuler ini tidak dijadikan nilai rata-rata di rapor siswa. Oleh karena itu, tidak ada perbedaan prestasi belajar pada siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dengan siswa yang tidak mengikuti. Trudeau (2009) menyatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler dapat meningkatkan
interaksi
siswa dengan
orang
lain. Selain
itu kegiatan
ekstrakurikuler meningkatkan kepuasan dalam masa studi siswa namun tidak berhubungan dengan prestasi akademik. 4. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Prestasi Belajar Berdasarkan penghitungan statistik, didapatkan nilai ρ=0.707 untuk hubungan aktivitas fisik dengan prestasi belajar. Nilai tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan prestasi belajar siswa SMAN 4 Yogyakarta.
40
Penelitian yang hampir serupa dilakukan oleh Sanders et al (2000) yang meneliti tentang keterlibatan siswa pada kegiatan olahraga terhadap prestasi belajar kepada 89 siswa SMA di San Diego. Hasil penelitian ini ialah tidak ada hubungan antara keterlibatan siswa pada kegiatan olahraga terhadap prestasi belajar. Olahraga dengan intensitas sedang dapat menurunkan tingkat depresi, namun tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar. Pernyataan ini didukung oleh Pertiwi (2007) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara kesegaran jasmani dengan prestasi belajar. Nilai uji korelasi antara kedua variabel tersebut adalah 0.067. Penelitian oleh Kim et al (2003) menyatakan bahwa hubungan antara aktivitas fisik dengan prestasi belajar sangat lemah yaitu dengan nilai korelasi r=0.130 untuk siswa laki-laki dan r=0.090 untuk siswa perempuan. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Coe et
al (2006) yang menyebutkan siswa dengan aktivitas fisik berat mempunyai prestasi belajar yang baik dibandingkan siswa yang tidak aktivitas fisik berat. Pernyataan ini didukung oleh hasil penelitian oleh So (2012). Siswa yang melakukan aktivitas fisik tingkat sedang dan berat sebanyak 1 – 5 kali dalam seminggu mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan siswa yang tidak melakukan aktivitas fisik. Namun, dibandingkan dengan siswa yang melakukan aktivitas fisik sedang dan berat lebih dari 5 kali dalam seminggu, siswa yang tidak melakukan aktivitas fisik mempunyai prestasi belajar yang lebih baik. Prestasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Pertiwi (2007), prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Kondisi fisiologis,
41
inteligensi dan motivasi merupakan faktor internal. Kondisi keluarga dan sekolah merupakan faktor eksternal. Menurut Olivia (2010), kesehatan siswa yang menurun akan menyebabkan penurunan prestasi belajar. Kim et al (2003) menyatakan bahwa makan yang cukup dan teratur merupakan hal yang penting bagi siswa. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa makan yang teratur yaitu tiga kali sehari berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Siswa yang makan pagi secara teratur memiliki Indeks Prestasi (IP) 0.15-0.28 lebih tinggi daripada siswa yang tidak makan pagi. Kondisi panca indra siswa juga mempengaruhi prestasi belajar. Dengan panca indra yang sehat, siswa dapat membaca, melihat, dan mendengarkan materi pelajaran (Pertiwi, 2007). Berdasarkan pengamatan peneliti saat pengumpulan data di SMAN 4 Yogyakarta, terdapat perbedaan tingkat kesehatan siswa. Terdapat siswa yang sakit sehingga tidak datang ke sekolah untuk belajar, ada juga yang datang ke sekolah namun tidak mengikuti pelajaran karena istirahat di Unit Kesehatan Siswa (UKS), dan ada juga siswa yang sakit namun tidak istirahat di UKS. Menurut Evanora (2010), siswa membutuhkan badan yang sehat dan bugar untuk mendukung proses belajar yang optimal. Kondisi siswa yang sakit akan menghambat siswa dalam mencapai prestasi balajar (Abela, 2007). Menurut Parker (2004), siswa dengan emotional intelligence yang baik cenderung memiliki prestasi belajar yang lebih baik. Emotional intelligence dibagi menjadi 4 yaitu: kemampuan intrapersonal, interpersonal, adaptasi dan manajemen stress. Kemampuan intrapersonal meliputi kemampuan dalam
42
mengenal perasaan, kemampuan intrapersonal meliputi kemampuan dalam memahami emosi orang lain atau empati, kemampuan adaptasi merupakan kemampuan dalam menyesuaikan emosi dan perilaku terhadap perubahan situasi, sedangkan kemampuan manajemen stress merupakan kemampuan dalam menunda atau melawan impuls. Motivasi merupakan kondisi yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi belajar adalah kondisi yang mendorong siswa untuk belajar (Nurhidayati, 2011). Menurut Sakigawa (2003), motivasi dapat ditunjukkan dengan keinginan siswa untuk pergi ke sekolah. Motivasi ini berbanding lurus dengan prestasi belajar yang dicapai oleh siswa. Menurut Marissa (2012) keterlibatan orangtua dalam proses pembelajaran siswa merupakan hal yang penting. Terdapat hubungan yang signifikan positif antara keterlibatan ayah dengan prestasi belajar siswa yaitu dengan nilai ρ=0.000 dan dengan nilai korelasi r=0.925. Semakin besar keterlibatan ayah dalam akademik siswa, semakin baik prestasi belajar yang dicapai oleh siswa. Henderson
et al (2002) mengatakan bahwa keterlibatan orang tua akan memberikan banyak keuntungan bagi siswa yaitu prestasi belajar yang baik, lebih banyak mata pelajaran yang dilalui dengan baik, kehadiran di kelas, perilaku di sekolah dan rumah yang baik, ketrampilan sosial dan adaptasi yang baik. Sekolah merupakan tempat di mana siswa belajar. Guru di sekolah menjalankan peran yang penting dalam pencapaian prestasi akademik siswa. Pelajaran yang disampaikan oleh guru dengan menarik dan menyenangkan membuat siswa lebih mudah dalam memahami pelajaran (Nurmasyita, 2007).
43
Selain itu, kelengkapan fasilitas di sekolah akan mendukung pencapaian prestasi akademik siswa (Pertiwi, 2011). SMAN 4 Yogyakarta menyediakan fasilitas yang memadai untuk mendukung proses belajar mengajar. Fasilitas yang disediakan antara lain ruang kelas, perpustakaan, ruang audio visual, masjid, laboratorium-laboratorium, lapangan sepak bola, lapangan basket, lapangan voli dan papan panjat tebing. Berdasarkan tinjauan dari Badan Akreditasi Nasional (BAN) tahun 2008, SMAN 4 Yogyakarta mendapatkan akreditasi A. Hal tersebut menunjukkan bahwa SMAN 4 Yogyakarta memiliki standar sarana, prasarana, tenaga pendidik, proses, penilaian pendidikan, pengelolaan, dan kompetensi lulusan yang baik. Menurut Considine (2002), kehadiran siswa di kelas merupakan faktor penting dalam mencapai prestasi belajar. Siswa yang sering tidak hadir di kelas akan mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran dan menghambat perolehan prestasi belajar yang baik. Berdasarkan wawancara dengan guru olahraga SMAN 4 Yogyakarta saat melakukan pengambilan data, siswa cenderung malas untuk berangkat ke sekolah ketika terdapat hari masuk sekolah di antara hari libur atau yang dikenal sebagai ‘hari kejepit’. Selain itu, siswa kelas khusus olahraga terkadang meninggalkan kelas jika sedang mengikuti perlombaan olahraga. Hal ini membuat siswa yang meninggalkan kelas tertinggal dalam mengikuti mata pelajaran pada hari ia meninggalkan kelas.
44
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan kesimpulan: 1. Sebagian besar siswa SMAN 4 Yogyakarta melakukan aktivitas fisik berat dan aktivitas fisik sedang. 2. Sebagian besar siswa SMAN 4 Yogyakarta memperoleh prestasi belajar yang baik namun hasil tersebut tidak jauh berbeda dengan jumlah siswa yang memperoleh prestasi belajar kurang. 3. Tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan prestasi belajar pada siswa SMAN 4 Yogyakarta. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan maka saran yang dapat diberikan antara lain: 1. Bagi remaja Selain melakukan aktivitas fisik secara rutin, sebaiknya siswa juga berusaha untuk meningkatkan prestasi belajar. 2. Bagi institusi SMA Sekolah dapat menghimbau siswa untuk tidak hanya aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler namun juga meningkatkan prestasi belajar. Sekolah sebaiknya memberikan pelajaran tambahan terutama bagi siswa yang meninggalkan kelas untuk keperluan lomba olahraga. Sekolah juga dapat menghimbau orang tua untuk semakin terlibat dalam pencapaian prestasi belajar siswa.
45
3. Bagi perawat Perawat sebagai educator dapat memberikan pendidikan kesehatan bagi remaja mengenai faktor-faktor yang mendukung pencapaian prestasi belajar dan mendukung siswa dalam melakukan aktivitas fisik untuk menjaga kesehatan fisik. 4. Bagi penelitian selanjutnya Dapat dilakukan penelitian selanjutnya mengenai hubungan aktivitas fisik dengan prestasi belajar serta
variabel-variabel yang mempengaruhi baik
faktor internal maupun eksternal. Faktor internal meliputi kondisi fisik, motivasi, intelegensi sedangkan faktor eksternal meliputi keterlibatan orangtua, kondisi sosial ekonomi keluarga, dan peran guru.
46
DAFTAR PUSTAKA Abela, W. 2007. Hubungan antara Status Gaky dan Status Anemia dengan Konsentrasi Belajar pada Anak Sekolah Dasar di Daerah Endemik Gaky [Skripsi]. FK UGM, Yogyakarta. Ahern, N. R., Norris, A. E. 2011. Examining Factors That Increase and Decrease Stress in Adolescent Community College Students. Journal of Pediatric Nursing 26, 530 – 540. Allard, M.D., 2008. How high school students use time: a visual essay. Monthly Labour Review (November), pp.51–61. Allo, S. I. P. 2010. Asupan Zat Gizi dan Status Gizi Terhadap Prestasi Belajar pada Remaja Putri Vegetarian di Yayasan Advent Indonesia Makasar [Skripsi]. FK UGM, Yogyakarta. Alifiah, S. W. 2009. Hubungan Antara Aktivitas Fisik dengan Indeks Massa Badan pada Siswa SMA Negeri 1 Sleman. [Skripsi]. FK UGM, Yogyakarta. Ali, M., Asrori, M. 2006. Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara Andesta, A. 2010. Uji Chi Square. Diakses dari http://berandakami.files.wordpress.com/2008/11/uji-chi-square_baru.pdf tanggal 4 Oktober 06.45 Arikunto, S. 2001. Prosedur penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Badan Akreditasi Nasional. 2008. SMAN 4 Yogyakarta. Diakses dari http://www.bansm.or.id/provinsi/diyogyakarta/akreditasi/view/76885 tanggal 19 September 2013 jam 09.10. Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.
47
Batjo, S. H. 2009. Pengaruh Anemia Defisiensi Besi terhadap Prestasi Belajar Remaja Putri di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 2 Kabupaten Purworejo [Tesis]. FK UGM, Yogyakarta. CDC. 2011. Physical Activity and Health: The Benefits of Physical Activity. Di akses dari http://www.cdc.gov/physicalactivity/everyone/health/index.html pada 31 Agustus 2012 jam 12:22 WIB. Cheadle, A., Cahill, C., Schwarts, P. M., Edmiston, J., Johnson, S., Davis, L., Robbins, C. 2012. Engaging youth in learning about healthful eating and active living: an evaluation of Educational Theater Programs. Journal of nutrition education and behavior, 44(2), pp.160–5. Chomitz, V. R., Slining, M. M., McGowan, R. J., Mitchell, S. E., Dawson, G. F., Hacker, K. A. 2009. Is There a Relationship Between Physical Fitness and Academic Achievement? Positive Results From Public School Children in the Northeastern United States. Journal of School Health d January Vol. 79, No. 1 pp 30 – 37. Coe, D.P., Pivarnik, J.M., Womack, C.J., Reeves, M.J., Malina, R.M., 2006. Effect of Physical Education and Activity Levels on Academic Achievement in children. Medical and Science in Sports and Exercise Vol 38, No. 8, pp. 1515 – 19. Considine, G., Zappala, G. 2002. Factors Influencing the Educational Performance of Students from Disadvantaged Background. Diakses dari http://www.sprc.unsw.edu.au/media/File/NSPC01_Considine_Zappala.pdf pada 28 Januari 2013 jam 21.45 Craig, C.L., Marshall, A.L., Sjostron, M., Bauman A.E., Booth M.L., Ainsworth, B.E., et.al. 2003. International physical activity questionnaire: 12-country reliability and validity. Medicine and Science in Sports and Exercise Aug;35(8):1381-95. Dahlan, M. S. 2011. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
48
Dalilah, U. 2009. Hubungan Asupan Zat Gizi Makro dan Aktivitas Fisik dengan Status Gizi Pelajar SMA Muhammadiyah I Yogyakarta [Skripsi]. FK UGM, Yogyakarta. Departemen Kesehatan RI, 2007. Rumah Tangga Sehat dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Diakses dari http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ca d=rja&ved=0CCsQFjAA&url=http%3A%2F%2Fwww.promkes.depkes.go.id %2Findex.php%2Fmediaroom%2Fpublikasi-dan-mediapromosi%3Fdownload%3D14%3Aposter-dan-mediapublikasi&ei=D60YUbepMc3jrAex9YCwCQ&usg=AFQjCNGPaH0WSmGp 7odvvaivazkd_LFDiw&bvm=bv.42080656,d.bmk pada 31 Agustus 2012 jam 11.20 Evanora, R. 2010. Pengaruh Tidur Terhadap Konsentrasi Belajar Siswa SMA Negeri 4 Yogyakarta [Skripsi]. FK UGM, Yogyakarta. Farooq, M.S., Chaudhry, A. H., Shafiq, M., Berhanu, G. 2011. Factors Affecting Students Quality of Academic Performance: A Case of Secondary School Level. Journal of Quality and Technology Management Volume VII, Issue II, pp.1–14. Fatimah, O. 2010. Hubungan Pendidikan Kesehatan Reproduksi Melalui Muatan Lokal Sekolah terhadap Pengetahuan Pencegahan Kehamilan yang Tidak Diinginkan (KTD) pada Remaja SMA di Kabupaten Dompu [Tesis]. FK UGM, Yogyakarta. Guerrero, C. S. E., Chiapa, J. M. D. R., Cervantes, M. H. M. 2012. Knowledge, Attitudes, and Behavior Concerning Nutrition and Physical Activity in Mexican Children. AM J Health Behav 2012; 36 (3):424 – 431. Gunarsa, S. D., Gunarsa, Y. S. D. 2004. Psikologi Praktis: Anak, Remaja, dan Keluarga. Jakarta: Gunung Mulia. Grissom, J.B., 2005. Physical Fitness and Academic Achievement. Journal of Exercise Physiology online. , 8(1), pp.11–25. Hakim, T. 2008. Belajar Secara Efektif. Jakarta: Puspa Swara.
49
Hawadi, R.A. 2001. Psikologi Perkembangan Anak: Menganal Sifat, Bakat, dan Kemampuan Anak. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Henderson, A.T., Mapp, K.L. & Buttram, J., 2002. A New Wave of Evidence: The Impact of School, Family, and Community Connections on Student Achievement. A New Wave of Evidence. Annual Synthesis: 1-234. Hockenberry, M. J., Wilson, D., Wong, D. L. 2007. Wong’s Nursing Care of Infants and Children 8th Edition. Mosby/Elsevier: Canada. Huriati, E. 2004. Aktivitas Fisik Remaja SLTP Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul serta Hubungannya dengan Kejadian Obesitas [Tesis]. FK UGM, Yogyakarta. IPAQ. 2005. Guidelines for Data Processing and Analysis of the International Physical Activity Questionnaire (IPAQ): Short and Long Form. Diakses dari https://sites.google.com/site/theipaq/scoring-protocol pada 2 September 2012 jam 19.35 WIB. Joyner, M.J., Nose, H. 2009. Physiological Regulation Linked with Physical Activity and Health. The Journal of Physiology 587.23 (2009) pp 5525–5526. Kenyon, D.B., Kubik, M.Y., Davey, C., Sihard, J., Fulkerson, J. A. 2012. Alternative High School Student’s Physical Activity: Role of Self-efficacy. AM J Health Behav 2012;36(3):300-310. Kim, H.P. et al., 2003. Academic performance of Korean children is associated with dietary behaviours and physical status. Asia Pasific Journal of Clinical and Nutrition (2002), pp.186–192. Latifah, L. 2005. Gaki, Anemia, Kecerdasan, dan Prestasi Belajar Anak Remaja [Tesis]. FK UGM, Yogyakarta. Lawhorn, B.2008. Extracurricular activities : Occupational Outlook Quaterly pp.16–21.
The
afterschool
connection.
50
Marissa, A., Ishaaq, F. I. 2012. The Correlation of Perception on the Role of Father with Academic Achievement in Senior High School Student. Procedia – Social Behavioral Sciences 69 (2012) 1369 – 1373. Masidjo, I. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Monks, J., Schmidt, R. 2010. The Impact of Class Size and Number of Students on Outcomes in Higher Education. Diakses dari http://digitalcommons.ilr.cornell.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1145&conte xt=workingpapers pada 26 Januari 2013 jam 19.22 Natal, N. 2012. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (TLC). Diakses dari http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/1/jtptunimus-gdl-s1-2006-frengkilan-35-3babii.pdf pada 13 September 2013 jam 16.20.
Nickerson, G.T., Kritsonis, W. A. 2006. An Analysis of the Factors That Impact Academic Achievement Among Asian American, African American, and Hispanic Students. Diakses dari http://www.maricopa.edu/studentaffairs/minoritymales/An_Analysis_of_the_ Factors.pdf pada 28 Januari 2013 jam 20.50. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta. Nurhidayati, N. 2011. Pengaruh Pemanfaatan Media Pembelajaran E-Learning Terhadap Prestasi Belajar Asuhan Kebinanan Komunitas Ditinjau dari Motivasi Belajar [Tesis]. FK UNS, Surakarta. Nurmasyita. 2007. Hubungan Status Gizi, Kadar Hemoglobin dengan Prestasi Belajar Remaja Putri di SMP Kota Pontianak Tahun 2006 [Skripsi]. FK UGM, Yogyakarta. Olivia, F. 2010. Mendampingi Anak Belajar. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
51
Parker, J.D. a. et al., 2004. Academic achievement in high school: does emotional intelligence matter? Personality and Individual Differences, 37(7), pp.1321– 1330 Pertiwi, G. C. 2011. Hubungan antara Status Gizi dan Kesegaran Jasmani dengan Prestasi Belajar Siswa SMA Negeri 1 Yogyakarta [Skripsi]. FK UGM, Yogyakarta. Potter, P.A., Perry A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik, Vol. 1 E/4. EGC: Jakarta. Pradeka, R., Setiawan, A., Linawati, L. 2012. Studi Stimulasi Koefisien Korelasi Spearman dan Kendal dari Sampel yang Dibangkitkan berdasarkan Estimasi Densitas Kernet Multivariat. Diakses dari http://eprints.uny.ac.id/7480/1/S4Rangga%20Pradeka,%20Adi%20Setiawan,%20Lilik%20Linawati.pdf tanggal 4 Oktober 07.00. PT. Telkom Indonesia. 2012. Arsip PPDB Tahun Lalu (2012). Diakses dari http://yogya.siap-ppdb.com/#!/03/arsip tanggal 19 September 2013 jam 08.45. Reiser, L. M., Schlenk E. A., 2009. Clinical Use of Physical Activity Measures. Jurnal of American Academy of Nurse Practitioners 21 (2009) 87 – 94. Rikard, G.L. Banville, D., 2006. High school student attitudes about physical education. Sport, Education, and Society 11(4), pp.385–401. Robert, D. 2006. Status Gizi, Aktivitas Fisik, dan Prestasi Akademik Siswa SMU Gakin dan Non Gakin di Kota Bitung [Tesis]. FK UGM, Yogyakarta. Robert Wood Johnson Foundation. 2009. Active Education, Physical Education, Physical Activity and Academic Performance. Diakses dari http://www.childrennow.org/uploads/documents/bwlw2011_resource4.pdf pada 29 Agustus 2012 jam 19.40
52
Rosiyani, F. 2011. Faktor Resiko (Pola Makan dengan Densitas Tinggi, Aktivitas Fisik yang Ringan – Sedang, IMT dan Skor Peer Group) Terjadinya Kegemukan dan Obesitas pada Remaja di SMAN 68 Jakarta Pusat [Skripsi]. FK UGM, Yogyakarta. Sabia, S., Dugravot, A., Kivimaki, M., Bruner, E., Shipley, M., Singh-Manoux, A. 2012. Effect of Intensity and Type of Physical Activity on Mortality: Results From the Whitehall II Cohort Study. American Journal of Public Health Vol 102, No. 4. Sakigawa, M. 2003. Factors Contributing to Student’s Academic Achievement of Primary School in Mountanious Areas of Vietnam. Journal of International Development and Cooperation Vol. 10, No. 1, 2003, pp. 65-83. Sanders, C. E., Field, T. M., Diego, M. Kaplan, M. 2000. Moderate Involvement in Sports is Related to Lower Depression Level Among Adolescences. Adolescence Vol. 35 No 140, pp 793-797. Santrock, J. W. 2003. Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga. Setiawan, A. 2010. Hubungan Asupan Energi dan Tingkat Aktivitas Fisik Terhadap Daya Tahan Kardiorespirasi Siswa SMAN 11 Yogyakarta [Skripsi]. FK UGM, Yogyakarta. Setyowati, H. 2005. Kadar Hemoglobin dan Prestasi Belajar pada Remaja Putri di Sekolah Menengah Umum (SMU) dan Madrasah Aliyan (MA) di Kota Magelang [Tesis]. FK UGM, Yogyakarta. Sinaga, S. N. 2007. Gambaran Faktor Perkawinan terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa PSIK Program A Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada [Skripsi]. FK UGM, Yogyakarta. So, W. Y. 2012. Association Between Physical Activity and Academic Performance in Korean Adolescent Students. BMC Public Health 2012, 12:258
53
Tremblay, M. S., Allana, G. L., Kho, M. E., Saunders, T. J., Larouchel, R., Colley, R. C., Goldfield, G., Gorber, S. C. 2011. Systematic review of sedentary behaviour and health indicators in school-aged children and youth. The international journal of behavioral nutrition and physical activity, Vol 8, pp.98-130. Trudeau, F., Shepard, R. J. 2009. Relationships of Physical Activity to Brain Health and the Academic Performance of Schoolchildren. American Journal of Lifestyle and Medicine pp.1–13. WHO. 2011. Global Recommendations on Physical Activity for Health. Diakses dari http://whqlibdoc.who.int/publications/2010/9789241599979_eng.pdf pada 16 Juli 2012 jam 13.00. WHO.
2012. Health Topic : Physical Activity. diakses dari http://www.who.int/topics/physical_activity/en/ pada 16 Juli 2012 jam 13.25 WIB.
WHO. 2012. Global Strategy on Diet, Physical Activity and Health: Physical Activity. diakses dari http://www.who.int/dietphysicalactivity/pa/en/index.html pada 31 Agustus 2012 jam 11:22 WIB. Yazõfõ, H., Seyis, S. & Altun, F., 2011. Emotional intelligence and self-efficacy beliefs as predictors of academic achievement among high school students. Procedia Social and Behavioral Sciences Vol 15, pp.2319–2323.