1
INFO Investasi Edisi 8 / Tahun II 2014
EDISI 8 TAHUN II 2014
INFO
KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR FISIK DAN KEBIJAKAN BAGI PENANAM MODAL
BANK ACEH KUCURKAN RP 200 MILIAR INVESTASI SEKTOR ENERGI
MEREKA BICARA INVESTASI
OPINI > H. 2
WAWANCARA > H. 11
RAKYAT BICARA > H. 11
Investasi www.acehinvestment.com
MENANTI INVESTASI DI SAWANG BAK U. LAPORAN UTAMA > H. 5
TRIWULAN II-2014 TERCATAT SEKTOR ENERGI DAN LISTRIK MENCAPAI RP 151,14 MILIAR, DAN TOTAL REALISASI PERUSAHAAN-PERUSAHAAN TERSEBUT TELAH MENCAPAI RP 2,972 TRILIUN LAPORAN UTAMA > H. 5
INFRASTRUKTUR DAN ENERGI MERAJUT KERJASAMA G TO G DI TIMUR TENGAH DAN EROPA
ENERGI MENJAWAB HAMBATAN INVESTASI
ACEH SIAP SAMBUT MEA 2015
LAPORAN KHUSUS > H. 6
GELIAT > H. 12
INTERNASIONAL > H. 14
Investor tidak perlu meragukan lagi kepastian pasokan energi listrik di masa mendatang.
Aceh memiliki produk unggulan yang nantinya dapat menjadi andalan dalam MEA 2015.
Membangun kota yang ramah lingkungan untuk masa depan Aceh yang lebih baik.
T R I WU L A N I I
2014
Aceh Investment Promotion (AIP) 2014
Editorial
INFO Investasi Edisi 8 / Tahun II 2014
2
OPINI
T
SALAM REDAKSI ABLOID Info Investasi pada edisi 8 tahun 2014, kami menampil-
kan tema utama tentang energi
dan infrastruktur. Tema ini kami
pilih karena strategi Pemerintah
Aceh dalam meningkatkan pertumbuhan dan
pemerataan ekonomi dimulai dari pemenuhan kebutuhan infrastruktur dan energi di seluruh Aceh.
Listrik merupakan salah-satu energi utama
yang digunakan semua lapisan masyarakat.
Pembangunan PLTU Nagan Raya dan PLTA Peusangan yang sedang dirampungkan itu diharapkan mampu memenuhi kebutuhan energi listrik Aceh.
Selain energi listrik, infrastruktur juga me
rupakan kebutuhan utama lain yang harus ter-
penuhi. Pembangunan jalan, jembatan, pelabuhan laut dan udara, instalasi air bersih, jaringan komunikasi terus digenjot dari tahun ke tahun. Karena dana pemerintah terbatas, kerjasama
pemerintah dan swasta (KPS) dengan berbagai skema terus digalakkan oleh Pemerintah Aceh agar infrastruktur terpenuhi dengan baik.
Pada gilirannya, multiplier effect dari kecu
kupan infrastruktur dan energi adalah terbu-
kanya peluang investasi baru baik dari dalam
maupun luar negeri. Namun, kami sadar bahwa tujuan akhir dari kecukupan energi dan keter
sediaan infrastruktur itu adalah agar masyarakat Aceh dapat memanfaatkannya untuk bekerja dan berusaha guna meningkatkan taraf
hidupnya. Investasi di berbagai sektor diharapkan menggenapi keterbatasan pemerintah dan
masyarakat dalam mengolah dan meningkatkan nilai tambah (value added) potensi unggulan
yang kita miliki untuk kesejahteraan bersama. Mudah-mudahan, perbaikan yang kita
lakukan dalam perencanaan, promosi, peri
zinan, dan pengendalian penanaman modal mendapat ridha dari Allah SWT. Selamat berpuasa dan semoga Idul Fitri 1435 H
meningkatkan kekuatan rohani kita untuk memajukan Aceh di masa mendatang. []
Banda Aceh, 22 Juli 2014 Ir. Iskandar, M.Sc
REDAKSI
Penanggung Jawab: Iskandar. Wakil Penanggung Jawab: M. Ali Alfata. Dewan Redaksi: Fuadi, Syarifah Zulfa, Jonni. Pemimpin Redaksi: Netty Muharni. Redaktur Pelaksana: Arif Arham, Razali, Junaidi, Zulkifli. Reporter: Cut Eliza Mutia, Ayu Mutia Juniyandri, Afifuddin, Hendro S Koto. Layouter: Zulham Yusuf, Eka Saputra. Photografer: Fahrurrazi. Alamat Redaksi: Jl. A. Yani No.39 Banda Aceh, 23122 Aceh - Indonesia Telepon: (0651) - 23170 Fax: (0651) - 23171 Website: acehinvestment.com investasi.acehprov.go.id e-mail :
[email protected] Redaksi menerima kiriman tulisan opini. Tulisan diketik dengan spasi ganda ukuran kertas A4 maksimal 500 kata, disertai identitas dan foto. Dikirim ke email redaksi:
[email protected]
Kebutuhan Infrastruktur Fisik dan Kebijakan Bagi Penanam Modal
P
enanaman modal atau investasi merupakan salah satu faktor krusial bagi kelangsungan proses pembangunan ekonomi (suistanable economic development) jangka panjang. Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2012, tentang Pedoman Penyusunan rencana Umum Penanaman Modal Provinsi dan Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten/Kota, pada Pasal 1, disebutkan “Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia”. Mengundang penanaman modal baik penanam modal dalam negri maupun asing tidaklah mudah direalisasikan bila infrastruktur yang ada tidak mampu untuk mendorong investor tertarik untuk menanamkan modalnya di suatu wilayah. Padahal perlunya infrastruktur telah digariskan sejak Repelita I, sebagaiman disampaikan Sumarlin dalam artikelnya yang dibacakan pada konferensi ke 13 antar Indonesia-Jepang di Bali tahun 1988, bahwa manajemen perekonomian Indonesia dapat didorong oleh beberapa faktor: n Maintaining and strengthening the country’s agriculture economic base throught steady investment of public funds in improved infrastructure and technology n Investment of public fund in the infrastructure requirement of full national developmet, involving equal attention to human welfare(throught education, shelter and public health) and economic growth (throught transportation, communication, utilities, financial services and others) Jelaslah pentingnya infrastruktur, dan akan sulitnya direalisasikan pembangunan ekonomi bila faktor infrastruktur tidak mampu di realisasikan. Hal sama dalam konteks regional juga disampaikan oleh Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Suryo Bambang Sulisto pada diskusi panel “The Aceh Business Forum: Go West! Invest In Aceh” di Jakarta, Selasa (15/4/2014), ada tiga syarat yang harus dilakukan Provinsi Aceh untuk mengembangkan diri sebagai tempat tujuan investasi. Pertama adalah infrastruktur. Karena infrastruktur merupakan pertimbangan para pe ngusaha untuk berinvestasi. Kedua adalah sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. “Kita perlu memba ngun sumber daya manusia yang betul-betul bisa membawa Provinsi Aceh kepada sesuatu keadaan yang akan lebih baik,” terangnya. Ketiga adalah kebijakan publik yang mendukung pertumbuhan ekonomi. Dari pernyataan dan realita yang ada dilapangan infrastruktur yang mendukung di Aceh belum cu kup memadai, misal infrastruktur yang membuka dan menghubungkan jalur tengah Aceh yang sampai saat ini masih sangat minim. Untuk itu akselerasi investasi infra struktur adalah strategi penting untuk melaksanakan pembangunan berkelanjutan. Mengingat selama ini pemerintah belum sepenuhnya membantu para investor dalam menemukan daerah-daerah baru sebagai bagian untuk ekspansi bisnis mereka. Koridor ekonomi yang telah ditetapkan dalam MP3EI akan mempermudah menyelaraskan kebijakan pembangunan dari pemerintah dengan kepentingan bisnis para investor. Salah satu
ZAIN SURYA SEKRETARIS TIM PERGUB RUPM
strategi dalam penyelarasan ini adalah dengan penetapan beberapa Kawasan Perhatian Investasi (KPI). KPI atau Kawasan Perhatian Investasi adalah satu atau kumpulan beberapa sentra produksi/kegiatan investasi yang beraglomerasi di area yang berdekatan yang bertujuan untuk mempermudah proses integrasi kegiatan investasi. Sentra produksi adalah 1 (satu) kegiatan investasi dalam satu lokasi tertentu. Penentuan KPI sangat bergantung pada jenis objek kegiatan, adanya pelaku usaha dan ketersediaan infrastruktur pendukung. Tentu semua itu tidak dapat berjalan tanpa ada landasan peraturan dan hukum yang kuat sebagai dasar kebijakan. Kebijakan publik dalam rangka memperkuat perekonomian nasional yang berorientasi dan berdaya saing global ditetapkan melalui UU Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005 – 2025, penanaman modal diarahkan untuk mendukung terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi secara berkelanjutan dan berkualitas dengan mewujudkan iklim penanaman modal yang menarik, mendorong penanaman modal bagi peningkatan daya saing perekonomian nasional, serta meningkatkan kapasitas infrastruktur fisik dan pendukung yang memadai. Untuk mencapai tujuan tersebut, Pemerintah telah menetapkan Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) melalui Peratu ran Presiden Nomor 16 Tahun 2012 sebagaimana telah diamanatkan pada pasal 4, UU Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Untuk mendukung visi nasional dalam bidang penanaman modal tersebut, saat ini Pemerintah Aceh sedang dalam proses penyempurnaan Peraturan Gubernur No. 71 Tahun 2012 Tentang Rencana Umum Penanaman Modal Aceh (RUPMA) sebagaimana amanat Per. Ka BKPM RI Nomor 9 Tahun 2012, dan Peraturan Presiden RI No 16 tahun 2012. Secara umum RUPMA terdiri dari Arah Kebijakan Penanaman Modal dan Peta Panduan (Roadmap) Implementasi Rencana Umum Penanaman Modal Aceh. Arah kebijakan penanaman modal yang meliputi 7 (tujuh) elemen utama merupakan langkah strategis yang akan ditempuh oleh Peme rintah Aceh dalam rangka mendukung pencapaian visi penanaman modal nasional yakni “Penanaman Modal yang Berkelanjutan dalam rangka Terwujudnya Indonesia yang Mandiri, Maju dan Sejahtera”. Semoga kedua visi penanaman modal ini dapat bersinergi dengan baik dan memberikan keuntungan bagi perkembangan investasi khususnya, maupun peningkatan pembangunan perekonomian Aceh, dan semoga semua pihak dapat memberikan kontribusi positif untuk mendorong iklim investasi yang sehat di bumi Serambi Mekkah yang kita cintai ini, Amin. []
Karena infrastruktur merupakan pertimbangan para pengusaha untuk berinvestasi.
3
Utama
INFO Investasi Edisi 8 / Tahun II 2014
INFRASTRUKTUR & ENERGI UNTUK INVESTASI ACEH OLEH: AFIF, H. SAKY, CUT ELIZA MUTIA
S
UARA desing mesin terdengar jelas saat kita memasuki areal pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang terletak di Desa Suak Puntong Kecamatan Pesisir Kabupaten Nagan Raya. Dua orang petugas security terlihat tangkas keluar pos penjagaan dan dengan sikap hormat menanyakan maksud kedatangan kami. Usai memperlihatkan surat tugas, satu dari dua orang petugas tersebut memberikan name tag atau ID Card yang tertulis Visitor, dan kemudian menunjukkan salah satu bangunan yang berdiri di areal tersebut. “Silahkan Pak,” katanya. Mobil yang kami tumpangi pun melaju perlahan, jarak antara pos jaga dan bangunan yang ditunjuk oleh petugas jaga tersebut lebih kurang 500 meter. Saat tiba gedung tersebut, baru kami ketahui bahwa suara desing tadi berasal dari bangunan lainnya, yang letaknya kurang dari 400 meter dari bangunan tempat kami berdiri. Sesekali bangunan tersebut mengeluarkan asap putih kehitaman dari cerobongnya, dan tampak pula beberapa pekerja terlihat bergegas dan sepertinya sedang mengerjakan sesuatu. Corak warna dominan biru menjadi ciri khas bangunan yang memiliki cerobong asap tersebut, dan pada salah satu sisi bangunan terlihat belt conveyor yang terhubung dengan bangunan lainnya di sebrang jalan bangunan utama. Disebrang jalan bangunan utama tersebut, terdapat satu bangunan lainnya yang terbuka, dan terlihat satu unit mesin crusher dan excavator sedang bekerja merapikan gunungan batu bara. Pada sisi bangunan lainnya, terlihat lima warga asing berkulit kuning, dari postur tubuhnya yang tinggi rata-rata seperti orang asia, kami menduga bahwa mereka adalah warga china yang sepertinya me rupakan pekerja di areal PLTU Nagan Raya ini. Hendra Fitria Asisten Manager Teknik PT PLN (Persero) Unit Pelaksana Konstruksi Pembangkit Suma tera I menerangkan, keseluruhan total luas area PTLU Nagan Raya adalah 70 hektar, dengan total investasi senilai Rp2,36 triliun, saat ini satu dari dua unit pembangkit PLTU Nagan Raya telah resmi beroperasi sejak 23 April 2014 beberapa bulan yang lalu. “Disini ada dua pembangkit, 2 x 110 MW, dan secara resmi sudah beroperasi satu unit pembangkit, yakni 1x110 MW,” jelasnya. Sementara itu, sambung Hendra yang merupakan alumni Fakultas Teknik Jurusan Mesin Universitas Syiah Kuala ini, satu
Suasana pelabuhan pendaratan ikan di Sawang Bak U, Aceh Selatan. (Foto Afif)
unit pembangkit lainnya sudah beroperasi dengan sistem COD, namun belum secara komersil. Menurutnya, unit pembang kit II baru akan dioperasikan secara resmi pada September 2014 mendatang. Dan jika kedua unit pembangkit ini sudah berope rasi, maka total energi yang akan dihasilkan dari proyek yang dimulai pada tahun 2009 tersebut adalah sebesar 180 MW. Ia menjelaskan, dengan mensuplai kebutuhan energi bagi Aceh sebesar 180 MW, hal ini berarti PLTU Nagan Raya telah memenuhi lebih dari 50 persen kebutuhan Aceh akan daya listrik. “Dari perhitu ngan kebutuhan listrik di Aceh saat ini adalah sebesar 350 MW,” jelasnya. Untuk pasokan kebutuhan batu bara sebagai bahan baku utama pembangkit, sebut Hendra, saat ini PLTU Nagan Raya masih menggunakan material dari Kalimantan. “Untuk kebutuhan batu bara kita masih datangkan dari Kalimantan,” sebutnya. Banyak persepsi di masyarakat yang masih salah mengapa PLTU Nagan Raya harus menggunakan material batu bara dari Kalimantan, papar Hendra. Sebenar nya, terangnya, mesin yang digunakan oleh PLTU Nagan Raya merupakan produk dari China, dan saat ini mesin tersebut masih
dalam tahap garansi selama dua tahun, dan selama masa garansi, vendor penyedia mesin mensyaratkan bahan baku utama yang harus digunakan adalah jenis batu bara yang memiliki Hardgrove Grindability Indeks (HGI) tinggi, dan sementara itu batu bara lokal yang di produksi di Aceh Barat HGI nya rendah. “Ini alasan utama mengapa kita masih harus mendatangkan batu bara dari Kalimantan,” ungkapnya. Namun, lanjutnya, jika nanti tahap garansi sudah selesai, dan kemungkinan ada modifikasi dalam sistem mesin PLTU, bukan tidak mungkin kita akan menggunaka batu bara lokal yang ada di Aceh Barat. “Tentu kita berharap hal ini dapat dilakukan nantinya, sebab pemanfaatan produk lokal akan lebih bernilai positif bagi Aceh,” tuturnya. Saat ini, kata Hendra, pihak PLN te ngah merencanakan investasi baru di Aceh, khususnya di PLTU Nagan Raya dengan akan menambah unit pembangkit seba nyak dua lagi, yakni unit III dan unit IV. “Proses tender untuk kedua unit ini sudah dilangsungkan, dan direncanakan pada 2015 mendatang sudah ground breaking,” ujarnya. Untuk pembangunan unit III dan unit IV ini, tutur Hendra, nantinya mesinnya 100 persen akan menggunakan produksi dalam negeri, dan sistem kerja mesin akan dise-
suaikan dengan material kandungan kalori batu bara yang diproduksi di Aceh Barat. “Unit yang akan dibangun nanti adalah unit III dan unit IV dengan kapasitas terpasang sebesar 2 x 200 MW,” sebutnya. Energi yang dihasilkan dari PLTU Nagan Raya, saat ini hanya dapat dinikmati oleh masyarakat Aceh yang tinggal di kawasan pantai timur hingga Banda Aceh. Dalam sisatem elektrifikasi jaringan PLN Sumbagut, energi yang dihasilkan dari Aceh menjadi salah satu pendukung bagi ketersediaan total kebutuhan listrik di wilayah Sumbagut yang terdiri dari Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat. Dalam sistem elektrifikasi ini, energi yang dihasilkan oleh PLTU Nagan Raya dikirimkan seluruhnya ke Medan sebagai sentral wilayah Sumbagut. di Medan, PT PLN (Persero) memiliki unit tersendiri, yakni Unit Pembagi Beban (UPB). Dari UPB inilah kemudian kebutuhan listrik disalurkan ke seluruh wilayah di Sumbagut berdasarkan beban masing-masing wilayah. “Kawasan pantai timur Aceh, sistem kelistrikannya sudah terintegrasi dengan sistem Sumbagut. Itu sebabnya wilayah tersebutlah yang saat ini menikmati listrik yang dihasilkan dari PLTU Nagan Raya ini,” papar Hendra melanjutkan. Menurut Hendra, ada beberapa ken dala utama yang dihadapi oleh pihak PLN dalam penyaluran sistem kelistrikan di
Utama
INFO Investasi Edisi 8 / Tahun II 2014
4
***
Aktifitas pelabuhan Krueng Geukuh, Aceh Utara. (Foto Afif)
wilayah Barat dan Selatan Aceh, salah satunya dukungan masyarakat dan pemerintah daerah dalam hal pembebasan lahan. “Untuk membangun sistem kelistrikan, yakni pembangunan tower listik kita butuh lahan,” terangnya. PT PLN sendiri, jelas Hendra, telah menyelesaikan tahapan pembangunan Gardu Induk (GI) di Aceh Barat, yakni GI 1 dan GI 2 yang nantinya akan berfungsi sebagai gardu penyalur dan distribusi listrik ke kawasan Barat dan Selatan Aceh. “Gardi Induk sudah kita bangun, namun kendala teknis adalah pembangunan tower listrik, yang masih terganjal soal izin dan pembebasan lahan,” ungkapnya. Karenanya, Ia berharap dukungan penuh dari pemerintah daerah dan ma syarakat agar kedepan tidak ada lagi persoalan krisis energi di Aceh, sebab saat ini dan kedepan ketersediaan energi untuk kebutuhan listrik masyarakat dan juga industri akan semakin terpenuhi. Pemenuhan kebutuhan energi tersebut, tukasnya, tidak hanya disuplai dari PLTU Nagan Raya saja, sebab selain diwilayah ini, PT PLN telah berinvestasi dibeberapa wilayah lainnya untuk pembangunan pembangkit listrik, diantaranya Kabupaten Simeuleu dengan kapasitas terpasang 2 x 10 MW, Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Gas (PLTMG) di Lhokseumawe dengan kapasitas terpasang nantinya sebesar 80 MW, dan di PLTA Peusangan sebesar 88 MW. *** Manager proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Peusangan, Kabupa ten Aceh Tengah Octavianus Duha dalam kesempatan terpisah kepada tabloid Info Investasi menjelaskan, saat ini proyek yang sedang dikerjakan pihaknya telah rampung 41 persen tahap pembangunan sipilnya. PT PLN sendiri, jelas Octa terus memacu penyelesaian proyek ini, sebab ditargetkan pada April 2015 mendatang sudah dapat operasional melayani kebutuhan lis-
trik di kabupaten Aceh Tengah. Octa menerangkan, PLTA Peusangan saat beroperasi nantinya akan mampu menghasilkan listrik dengan kapasitas 88 MW. Sistem operasi pembangkit Peusa ngan ini, nantinya akan terdiri dari 4 unit turbin, yang terdiri dari unit I sampai 4, dengan kapasitas mesin terpasang akan menghasilkan energi sebesar 22 MW. Sistem pembangkit PLTA Peusangan mengadopsi teknologi tinggi, sebab untuk menggerakan pembangkit, pihak PLN membangun bendungan regulating weir yang berfungsi mengatur keseimbangan debit air di Danau Laut Tawar. Dan guna memastikan debit aliran air untuk menggerakan turbin, PLTA Peusa ngan juga melakukan tahapan normalisasi sungai, atau river chanel improvement de ngan melakukan tahapan pengerukan Krueng Peusangan sepanjang 3,2 km. “Jika sudah beroperasi tahun depan, PLTA Peusangan akan mampu mensuplai kebutuhan listik di Aceh Tengah, hingga ke wilayah Kabupaten Bireuen,” jelas Octa. Namun, sebut Octa, target penyelesaian PLTA Peusangan yang direncanakan kemungkinan akan bergeser, sebab ada kendala, yakni penolakan masyarakat sekitar bendungan regulating weir. “Masyarakat dikawasan bendungan menuntut ganti rugi yang tinggi,” ungkapnya. Sebagai akibat belum adanya titik temu antara masyarakat dan pihak PLN, saat ini warga masih memblokir kawasan tersebut. “Karenanya diperlukan peranan pemerintah daerah untuk mencari solusi atas masalah ini,” ungkapnya. Sementara itu, Deputi Manager Komunikasi dan Hukum PT PLN Persero wilayah Aceh Said Mukkaram menambahkan, kebutuhan listrik di Aceh saat beban puncak saat ini adalah sebesar 385 MW, dengan sumber energi terpasang yang dimiliki saat ini, katanya, setidaknya Aceh masih mendapatkan pasokan energi dari Sumut sebesar 76 MW yang kebutuhannya fluktuatif.
Dari sisi pertumbuhan pelanggan dan konsumsi energi di Aceh, sebutnya, tiap tahun wilayah ujung pulau Sumatera ini mengalami pertumbuhan sebesar 9-14 persen, dan hal ini belum sebanding de ngan pertumbuhan kapasitas energi yang dihasilkan di Aceh yang hanya sebesar 9 persen pertahunnya. Dengan ketersediaan energi yang dimiliki PT PLN saat ini, jelasnya, untuk kebutuhan listrik industri sebesar 33 KVa, pihak PT PLN belum dapat memberikan pelayanan. “Kebutuhan listrik industri kita belum dapat layani, sebab PLN lebih mengutamakan kebutuhan listrik bagi rumah tangga,” tukasnya. *** Selain investasi yang dilaksanakan PLN disektor energi di Aceh, di Kabupaten Be ner Meriah juga terdapat investor swasta lainnya yang menanamkan investasinya untuk membangun Pembangkit listrik mikro hidro (PLMH). PT Ilthabi Energia Bener Meriah selaku investor, menggandeng Perusahaan Dae rah (PD) Gayo Energi dengan total nilai investasi sebesar Rp4,5 miliar. Direktur Umum PD Gayo Energi Iswandi Idris menjelaskan, proyek yang diperkirakan akan selesai dua tahun ini, nantinya akan mampu menghasilkan ka pasitas listrik sebesar 5,6 MW. “Untuk kebutuhan listik di Bener Meriah saat ini hanya sebesar 4,6 MW,” ujarnya. Dalam pelaksanaannya nanti, kata Iswandi, energi listrik yang dihasilkan dari PLMH akan dijual ke pihak PT PLN Persero. Dan pada Juni 2014 yang lalu, pihak PT Eltabi Energia dan PLN telah mencapai kesepakatan soal harga jual listrik dengan pihak PLN. “Untuk distribusi dan intalasi listrik di Bener Meriah, PT Ilthabi Energia juga akan membangun instalasi listrik sepanjang 8 kilometer di Kecamatan Bandar dan Meu sidah,” terangnya.
Kepala Badan Investasi dan Promosi (BIP) Aceh Iskandar menerangkan, Perkembangan realisasi investasi pada triwulan II 2014 cukup menggembirakan. Dalam periode triwulan ini, tercatat pertumbuhan investasi sektor energi dan listrik dari penanaman modal asing (PMA) mencapai USD 384.173,57. “Jadi pada periode triwulan II ini, nilai investasi sektor listrik dan energi sebesar 384.173 US Dolar Amerika,” ujarnya. Beberapa perusahaan asing menanamkan modalnya melalui PMA diantaranya adalah PT. VELCAN ILTHABI HYDROPOWER, PT. ACEH HYDROPOWER, PT. HITAY BUMI ENERGY, dan PT. HITAY PANAS ENERGY Sementara itu, untuk tambahan realisasi investasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) pada Triwulan II-2014 tercatat sektor energi dan listrik telah mencapai Rp 151,14 miliar, dan total realisasi perusahaan-perusahaan tersebut telah mencapai Rp 2,972 triliun Proyek PMDN yang telah menanamkan investasinya di Aceh diantaranya adalah PT. PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan I Ketenagalistrikan Aceh Tengah, PT. PLN (Persero) Unit Induk Pembangkit Sumatera I Ketengalistrikan Lhokseumawe, dan PT. PLN (Persero) UP Pembangkit Sumatera I Ketenagalistrikan Nagan Raya. “Kita berharap dengan adanya investasi PMA dan PMDN disektor energi dan ketenagalistrikan ini, maka kecukupan dan ketersediaan energi sebagai daya dukung investasi sudah tidak menjadi persoalan lagi kedepan,” tukasnya. *** BELANJA Pemerintah Aceh dibidang infrakstruktur tiap tahun terus meningkat. Berdasarkan data dan analisis Public Expenditure Analysis and Capacity Strengthening Program (PECAPP), Aceh termasuk daerah yang memiliki belanja infrastruktur ke-tujuh terbesar di Indonesia. Dari data yang disampaikan tersebut, belanja infrastruktur Aceh perkapita pada tahun 2012 tercatat sebesar Rp 736 ribu, sedangkan rata-rata nasional tercatat sebesar Rp 358 ribu. Sebagai bandingan, Provinsi Kalimantan Timur menduduki peringkat pertama dengan belanja infrastruktur terhitung lebih dari Rp 2,6 juta perkapita. Dari data PECAPP juga terlihat, sejak tahun 2009, belanja infrastruktur Aceh terus meningkat, setelah dana otonomi khusus digulirkan pada 2008. Secara ke seluruhan, belanja bidang infrastruktur di Aceh terhitung sebesar Rp 3,6 trilliun. Dari belanja infrastruktur itu, pembangunan jalan dan jembatan masih memiliki porsi besar, hampir setengah dari total anggaran bidang tersebut. PECAPP juga merilis, secara umum, 39 persen jalan kabupaten di seluruh Aceh dalam kondisi rusak. Pada tahun 2011 tercatat jalan kabupaten Nagan Raya dan Aceh Jaya dalam keadaan rusak lebih dari 90 persen. Gayo Lues juga memiliki lebih dari 50 per sen jalan kabupaten dalam kondisi rusak. Tetapi sebahagian besar daerah di
5
Utama
INFO Investasi Edisi 8 / Tahun II 2014
sepanjang pantai timur Aceh, seperti Lhokseumawe, Aceh Tamiang dan Aceh Timur memiliki kondisi jalan kabupaten yang lebih baik, dimana kurang dari 30 persen jalan kabupaten dalam kondisi rusak. Hal ini tak menjadi pertimbangan perencanaan pembangunan infrastruktur bagi pemerintah provinsi. Pengalokasian anggaran yang berasal dari dana otonomi khusus belum sepenuhnya berdasarkan kebutuhan dan kondisi nyata di lapangan. Artinya, alokasi anggaran untuk jalan tidak berdasarkan kepada kondisi jalan rusak. *** Berdasarkan paparan kondisi infra struktur di Aceh, Dekan Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala DR Ir Mirza Irwansyah Hasan, MEngSC menerangkan, Pemerintah Aceh harus melakukan upaya pembenahan yang terintegrasi infrastruktur di Aceh, terutama sektor energi listrik, jalan, pelabuhan laut dan jembatan guna mendukung kegiatan investasi. Salah satu kendala dalam mendatangkan investasi ke Aceh, jelas Mirza, adalah minimnya belanja perawatan dan maintenance infrastruktur di Aceh. Dicontohkannya adalah jalan lintas provinsi di Aceh, dengan besarnya anggaran bidang pembangunan jalan, seharusnya jalan lintas provinsi sudah double line atau dua jalur. “Sementara kondisi jalan provinsi hari ini kan sangat menyedihkan,” ujarnya. Menurut Mirza, infrastruktur sangat vital pada proses perencanaan dan pengembangan wilayah di Aceh. Namun dia melihat justru Pemerintah Aceh saat ini Grand Design Infrastruktur tidak jelas, dan bahkan dia yakin pemerintah tidak memilikinya. “Pendekatan pembangunan infrastruktur harus holistic approach, jangan sektoral approach, agar terintegrasi secara maksimal,” tegasnya. Disektor Energi, Mirza juga meminta Pemerintah untuk mulai menggunakan renewable energy atau energi terbarukan, seperti solar cell. Pasalnya, masih banyak potensi
Menteri Pertanian dan Industri Asas Tani Malaysia YB. Dato’ Sri Ismail Sabri Bin Yaakob saat mengunjungi pelabuhan PPI Lampulo, Banda Aceh. (Foto Fahrurrazi)
energi alternatif di Aceh yang belum dimanfaatkan, salah satunya tenaga gelombang laut. Sementara itu, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Aceh Prof Abubakar Karim kepada Tabloid Info Investasi mengatakan, guna mendorong iklim investasi yang baik, Pemerintah Aceh disektor hulu telah memprioritas sektor pertanian dan perkebunan. Pada sektor perkebunan fokus pada kelapa sawit, kakao, kopi, karet, nilam. Dan pertanian sektor ini ada tiga, yakni padi, jagung dan kedelai. Mengapa pemerintah fokus pada tiga komoditi tersebut, hal ini disebabkan kedepan Pemerintah Aceh akan membangun berbagai industri hilirisasi produk-produk tersebut. Prof Abubakar Karim yang akrap disapa Pak Abu mencontohkan peningkatan kapasitas produksi jagung akan diikuti dengan pembangunan pabrik pakan ternak. Begitu juga jika nantinya untuk produksi kedelai meningkat, maka bisa dibangun pabrik bungkil kedelai dan juga pabrik susu kedelai. “Namun kesemua program tersebut tidak akan mungkin dapat berhasil tanpa sistem transportasi dan infrastruktur terintegrasi,” katanya. Disebutkannya, produk unggulan Aceh seperti jagung letaknya di Gayo Lues dan
Aceh Tenggara, kemudian palawija, sayuran, wortel, kentang dan kol tumbuh subur di dataran tinggi Gayo, di Aceh Tengah dan Bener Meriah serta nilam diproduksi di Aceh Selatan. “Sumber-sumber komoditas ekspor kita kan berada di wilayah tersebut, dan Pelabuhan Krueng Geukueh adalah jawaban untuk mendorong ekspor bagi seluruh kegiatan investasi di sektor agro,” imbuhnya. Untuk itu, maka strategi Pemerintah Aceh kedepan adalah meningkatkan sistem infrastruktur terpadu dengan mencari jalan dekat, yakni jalan KKA dari Aceh Tengah ke Aceh Utara dan menuju ke Krueng Geukeuh. Begitu juga produksi jagung di Aceh Tenggara akan ditingkatkan jalan dengan Blangkjren-Pineng, Lokop-Aceh Timur, Krueng Geukeuh. Begitu juga hasil-hasil pertanian di Gayo Lues, di Barat Selatan juga akan dikoneksikan ke Krueng Geukeuh melalui peningkatan jalan Gayo Lues, Trangon dan Aceh Barat Daya. Jadi dengan peningkatan produksi di semua wilayah tersebut, harus didukung oleh infrastruktur agar biaya produksi menuju pelabuhan dapat lebih cepat, efektif dan efisien. Hal senada juga disampaikan oleh Kepala
Dinas Perhubungan Komunikasi Telekomunikasi (Dishubkomintel) Aceh Rizal Aswandi. Ia menjelaskan, beberapa program prioritas sektor pengembangan sarana transportasi dan pelabuhan saat ini diarahkan bagi penciptaan iklim investasi yang kondusif. Beberapa pelabuhan laut di Aceh, saat ini kondisinya sudah sangat baik, namun memang ada beberapa fasilitas yang perlu ditingkatkan. Contohnya, pihaknya dalam waktu dekat ini akan mendatangkan crane container kapasitas 180 ton di Pelabuhan Malahayati, Krueng Raya. “Dengan adanya crane container kapasitas besar di Krueng Raya, tentu akan lebih mengoptimalkan kegiatan di pelabuhan ini,” jelasnya. Untuk kawasan Tengah Aceh sendiri, Rizal menjelaskan sekarang pihaknya te ngah melakukan kajian strategis guna membangun sarana dan prasarana perkeretaapian dari Aceh Tengah langsung menuju pelabuhan Krueng Geukueh di Aceh Utara. “Wilayah tengah Aceh membutuhkan sistem transportasi massal yang murah dan efektif, dan kereta api adalah solusinya,” jelas Rizal. Dia berharap, kajian teknis yang tengah dilakukan saat ini tuntas, sehingga jalur kereta api yang akan dibangun di sepanjang jalan Bener Meriah menuju simpang KKA ini dapat segera direalisasikan. Selain sistem transportasi darat, saat ini, Rizal Aswandi juga menginginkan melalui dana Anggaran Pendapatan Belanja Nasional (APBN) pihaknya pada tahun ini akan memperluas landasan pacu Bandara Rembele di Bener Meriah. Perluasan landasan pacu yang menghabiskan dana Rp 250 mi liar ini diharapkan akan selesai pada akhir 2015 nanti. Direncanakan, landasan pacu Bandara Rembele akan diperluas dari 800 meter saat ini menjadi 1.450 meter. “Jika landasan pacu sudah tuntas, maka pesawat penumpang jenis ATR kapasitas 60-70 seat sudah dapat mendarat, ini tentunya akan berdampak positif pertumbuhan ekonomi di kedua wilayah tersebut “ jelasnya. []
MENANTI INVESTASI DI SAWANG BAK U
P
elabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Sawang Bak U yang terletak di Gampong Sawang Bak U Kecamatan Sawang, Aceh Selatan kondisinya hari ini masih memprihatinkan. Pelabuhan yang dibangun dengan swadaya masyarakat ini memiliki luas 560 meter persegi, dan saat ini merupakan satu-satunya pelabuhan pendaratan ikan di kabupaten pala tersebut. Saat tim tabloid info investasi berkunjung ke pelabuhan ini, terlihat sejumlah kapal ukuran kecil, sedang dan besar penuh menyesak. Dan bahkan satu-satunya jalan akses menuju pelabuhan sama sekali belum beraspal. Ketua Pelabuhan Sawang Bak U Ismail Jamin me ngatakan, pelabuhan ini terlalu kecil dan sempit dengan jumlah kapal nelayan mencapai puluhan dan bahkan ratusan unit yang tiap harinya mendaratkan hasil tangkapan ikannya disini. “Dan bahkan jika seluruh kapal disini melepas jangkar, maka pelabuhan ini tidak mampu menampung seluruh
kapal nelayan,” jelasnya. Ia menceritakan, pelabuhan yang telah ada sejak 1983 ini baru mengalami satu kali pemugaran dan rehabilitasi pada tahun 2001 yang silam, dan itupun dilakukan oleh masyarakat nelayan secara swadaya. Dalam tahap pemugaran tersebut, kata Ismail, tiap kapal yang beraktivitas dipelabuhan ini dikenakan biaya sebesar Rp7,5 juta, dan dari dana yang terkumpul tersebut, masyarakat melakukan pengerukan pelabuhan agar kapal ukuran besar diatas 30 GT dapat mendarat. “Semua biaya pembangunan pelabuhan tersebut murni bentuk partisipasi dari masyarakat,” jelasnya. PPI Sawang Bak U kini telah berkembang menjadi sentra ekonomi dikawasan tersebut. Walaupun minim fasilitas dan dengan infrastruktur yang kurang memadai, pelabuhan ini telah menggerakan ekonomi masyarakat di Kecamatan Sawang. Transaksi ekonomi yang terjadi di PPI Sawang Bak U diperkirakan capai ratusan juga tiap harinya, dan tentu hal
ini akan bertambah jika kondisi infrastruktur di kawasan ini diperbaiki. “Setidaknya dibutuhkan perluasan PPI Sawang Bak U hingga 500 meter persegi lagi dari kondisi yang ada saat ini,” sebutnya. Beberapa jenis tangkapan ikan nelayan di Sawang Bak U adalah jenis ikan kualitas ekspor, diantaranya jenis tuna, cakalang, dencis, dungun, tongkol dan juga tam bing-tambing. Selain infrastruktur yang minim, PPI Sawang Bk U juga belum memiliki sarana dan fasilitas pendukung lainnya, diantaranya Cold Storage, gudang penyimpanan ikan. Menurut Zainal, Sawang Bak U berpotensi untuk dikembangkan, selain masih luasnya lahan bagi perluasan pelabuhan, di kawasan ini juga tersedia lahan untuk pembangunan berbagai industri perikanan. “Saya hanya berharap kedepan, pelabuhan ini dapat menjadi kawasan yang modern dan terintegrasi dengan industri perikanan,” harap Zainal. []
Khusus
INFO Investasi Edisi 8 / Tahun II 2014
6
MERAJUT KERJASAMA G TO G DI TIMUR TENGAH DAN EROPA OLEH: NETTY MUHARNI
G
EMURUH suara mesin pesawat Emirates yang kami tumpangi menuju Dubai perlahan mereda. Sayup-sayup suaranya membelah kehe ningan malam kota Jakarta. Saat itu, waktu sudah berada pada pukul 00.05 WIB, setelah pesawat lepas landas meninggalkan Bandara Soekarno-Hatta. Meski telah larut, sejumlah penumpang masih terlihat sibuk dengan aktivitas masing-masing. Ada yang membaca, berdoa hingga memejamkan mata. Setelah berada diketinggian beberapa ribu kaki, awak kabin mulai memberikan announcement jika lampu tanda sabuk pengaman telah dipadamkan. Artinya, setiap penumpang telah dibenarkan untuk melepas pengikat itu. Meski demikian, saya memilih tetap mengenakannya hingga pesawat mendarat dengan sempurna. Mengingat waktu penerbangan masih cukup lama, saya pun memilih memejamkan mata. Melepaskan rasa lelah yang menyertai selama perjalanan. Saya berharap, masa istirahat ini mampu mebuat saya lebih segar ketika menghadapi segudang agenda kenegaraan yang telah dijadwalkan. Saya adalah satu dari delapan orang delegasi Pemerintahan Aceh yang dipim pin oleh Gubernur Aceh Zaini Abdullah yang melaksanakan lawatan ke Timur Te ngah dan Eropa dalam rangka pertemuan bisnis dengan sejumlah pimpinan kepala negara dan perusahaan yang ada di kedua wilayah tersebut. Selain Gubernur Aceh, turut serta dalam rombongan kami Ketua DPR Aceh Hasbi Abdullah, Kepala Badan Investasi dan Promosi Aceh Iskandar, Penasehat Gubernur Bidang Energi, Penasehat Gubernur Bidang Hukum dan Pemerintahan, serta
Kami tidak sekedar membangun gedung dan jalan, tapi membangun kota yang ramah lingkungan untuk masa depan yang lebih baik. Staf Khusus Gubernur Aceh.
ABU DHABI, 26 MEI 2014 Rombongan kami, tiba di Dubai sekitar pukul 05.30 waktu setempat. Kedatangan kami di sambut oleh seorang pria yang memperkenalkan dirinya sebagai Konsul Jendral RI di Dubai. Saat bersalaman, saya melirik ID Card yang tergantung di saku nya. Heru Sudrajat, demikian nama itu terlihat jelas. Olehnya, kami diantar menuju menuju hotel untuk beristirahat dan menyi apkan berbagai kebutuhan untuk pertemuan yang telah dijadwalkan pada pukul 14.00 waktu setempat. Tepat pukul 11.00, dengan menyusuri jalan darat, rombongan kami yang jumlahnya telah bertambah sebab turut serta perwakilan Konsulat RI dan perwakilan IPC Dubai (Indonesia Promotion Centre) menempuh jalan darat menuju Abu Dhabi. Kenderaan yang kami tumpangai menyu suri jalan-jalan yang besar, serta dikiri kanannya berdiri gedung-gedung megah, diatas tanah yang dulunya padang pasir. Setelah menempuh waktu sekitar dua setengah jam, akhirnya kami tiba di kantor Mubadala Development, yang merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) milik negeri kaya minyak ini. Dalam pertemuan tersebut, pihak manajemen Mubadala dihadiri langsung oleh CEO Maurizio La Noce, Chief Growth Officer , Musabbeh Al-Kaabi dan Director of Communication, Andrew Mitchell.
Pertemuan penting dengan pihak Mubadala ini adalah sebagai kunjungan balasan, sebab anak perusahaan Mubadala development, yakni Mubadala Petroleum sebelumnya sudah pernah berkunjungan ke Aceh dan bertemu Gubernur Aceh Zaini Abdullah guna membahas investasi sektor pengelolaan minyak dan gas blok Andaman. Dalam pertemuan tersebut, pihak Mubadala kembali menegaskan komitmen dan rencana-rencana mereka untuk berinvestasi di sektor minyak dan gas, serta kemungkinan di bidang lainnya seperti agro-industri. Diakhir pertemuan, pihak Mubadala menegaskan kembali bahwa mereka akan segera kembali berkunjung ke Aceh guna membahas soal-soal teknis dan aspek lainnya dalam rangka investasi perusahaan tersebut nantinya.
27 MEI 2014
Delegasi Aceh yang dipimpin oleh Gubernur Zaini Abdullah, Selasa, 27 Mei 2014 kembali melakukan pertemuan de ngan pihak Dubai Port, di Uni Emirat Arab. Pertemuan yang dilangsungkan di kantor pusat DP World tersebut menghasilkan keputusan penting. Gubernur Aceh dalam kapasitasnya selaku Ketua Dewan Kawasan Sabang menawarkan kepada Dubai Port untuk membantu pengelolaan Kawasan Pelabuhan Bebas Sabang. Keputusan ini diambil setelah sebelumnya juga melakukan pembahasan serupa dengan pihak manajemen pelabuhan lainnya, seperti Si
ngapura dan Malaysia. Keputusan penting itu diambil Gubernur Aceh tentu bukan tanpa alasan. Dengan melihat performa dan kinerja perusahaan DP World dalam pengelolaan pelabuhan di beberapa negara yang berhasil, tentu Gubernur Aceh berharap besar kerjasama yang dilakukan kedua belah pihak dapat mengembangkan pelabuhan Sabang menjadi salah satu port berkelas dunia. “Saya optimis kerjasama ini akan sangat menguntungkan kedua belah pihak,” tutur gubernur dihadapan manajemen DP World. Mendapat penawaran kerjasama oleh Gubernur Aceh dalam pengelolaan Pelabuhan Bebas Sabang, Senior Vice President and Managing Director Asia Pacific DP World menyambut antusias. “Dalam waktu dekat tim kami akan berkunjung ke Sabang untuk mempelajari secara detail rencana kerjasama antara Pemerintah Aceh dan Dubai Port”, kata Senior Vice President dan Managing Director Asia Pacific dari DP World, demikian janji Rasyid Abdullah. *** RASA lelah yang menyertai rombo ngan belum hilang. Setelah melakukan pertemuan dengan pihak DP World, delegasi Aceh langsung melanjutkan perjalanan menuju Istanbul, Turki. Rombongan kami tiba di negara yang memiliki pendapatan perkapita sangat besar tersebut pada pukul 17.55 waktu setempat. Dengan disambut oleh Konsul Jenderal RI Istanbul Bapak Abdullah Hariadi Kusumaningprang beserta stafnya, serta President Director Hitay Energy Pty Ltd, rombongan kami bergerak menuju hotel guna beristirahat sejenak. Sebab Keesokan harinya, tim kami dijadwalkan berkunjung ke kantor Gubernur Istanbul untuk “cour-
7
Khusus
INFO Investasi Edisi 8 / Tahun II 2014
tesy visit” kepada Gubernur Istanbul. . Rabu, 28 Mei 2014 Delegasi Aceh dite rima oleh Gubernur Istanbul, Husyin Avni Mutlu. Dalam pertemuan itu, Gubernur Avni Mutlu berjanji akan mengunjungi Aceh dalam waktu dekat untuk membahas lebih lanjut kerjasama antara kedua daerah tersebut. Gubernur Zaini dalam sambutannya selain menyampaikan sejarah hubungan Aceh-Turki dimasa silam dan peran Turki yang sangat besar dalam masa rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh. Ia mengajak kerjasama “sister province” Aceh dan Istanbul. Ajakan ini disambut baik oleh Husyin Avni Mutlu, dan menyampaikan bahwa Istanbul dapat belajar dari Aceh mengenai penanganan disaster relief (pasca bencana). Hal ini diperlukan, karena selain Turki juga daerah rawan bencana, Turki juga sering menampung para pengungsi dari daerah sekitar ketika negara-negara tetangga mengalami konflik, seperti saat ini, banyak pengungsi Syiria disana, namun kamp pengungsian tidak tersedia. Sementara Aceh sendiri dapat belajar banyak dari Istanbul dalam hal manajemen pemerintahan dan pariwisata. Moderator pertemuan, Konsulat Jenderal RI di Istanbul Abdullah Hariadi Kusumaningprang menyatakan pihaknya siap membantu agar kerjasama ini dapat terwujud. Selanjutnya Gubernur Istanbul menyatakan pihaknya akan segera menulis surat kepada Menteri Luar Negeri Turki untuk persetujuan kerjasama sister province de ngan Aceh. “Setelah sister province terbentuk maka banyak hal yang dapat dikerjasamakan antara kedua pihak”, demikian tegas Husyin Avni Mutlu. Setelah pertemuan dengan Gubernur Istanbul, Gubernur Aceh mendapat kehormatan wawancara eksklusif dengan Bloomberg TV. Agenda lainnya selama berada di Timur Tengah yang diikuti oleh Gubernur Zaini Abdulah yakni pertemuan dengan CEO Hitay Energy Pty. Ltd. Pertemuan tersebut untuk membahas lebih lanjut rencana investasi di bidang Geothermal. Pihak Manajemen Hitay mempunyai komitmen yang kuat untuk berinvestasi di Aceh dan mengharapkan pada bulan Agustus atau September dapat melakukan presentasi di Kementrian ESDM terkait rencana eksplo rasi Geothermal di Pidie dan Gayo Lues. Agenda selama di Timur Tengah ditutup dengan pertemuan dengan Mahasiswa Aceh di Turki yang berlangsung penuh kekeluargaan ini.
PERJALANAN DI EROPA
Setelah Timur Tengah, Delegasi Aceh bertolak ke Eropa. Adapun negara pertama yang dikunjungi yakni Jerman. Rombo ngan bertolak ke Frankfurt pada tanggal 31 Mei 2014, disambut oleh Pejabat Konsulat RI Frankfurt. Disana Gubernur Zaini dan Rombongan juga melakukan beberapa pertemuan. Pada Tanggal 01 Juni 2014, Gubernur Aceh melakukan pertemuan informal de ngan pihak KFW Entwicklungsbank terkait rencana softloan (pinjaman lunak) untuk pembangunan Rumah Sakit di Aceh. Pertemuan formal dengan mannajemen KFW dilaksanakan sehari sesudahnya, dan
menelurkan beberapa kesepakatan penting diantaranya, KFW akan memberikan dana hibah untuk persiapan pembangunan Rumah Sakit di Aceh sebesar €250.000,- Selain itu, delegasi Aceh juga berkunjung ke Nordwest-Krankenhaus Frankfurt. Kedatangan Gubernur Zaini dan Rombongan diterima oleh Tim dokter Rumah Sakit tersebut. Pertemuan membahas tawaran kerjasama telemedicine, suatu sistem komunikasi jarak jauh antar para dokter untuk membahas penanganan pasien, semacam pelayanan “second opinion”, dari para pakar di Rumah Sakit Nordwest Krakenhaus untuk para dokter di negara lain.
STOCKHOLM, SWEDIA
Delegasi Aceh memulai pertemuan di Stockholm dengan pertemuan dengan Manajemen Hammarby Sjostad pada tanggal 03Juni 2014, diterima oleh Erik Freudenthal, Direktur Komunikasi dari Hammarby Sjostad. Hammarby Sjostad merupakan bagian kota Stockholm yang dapat menjadi model green city development. Kunjungan ini merupakan follow up dari program kerjasama IMT-GT yang sedang mengusung kota Banda Aceh sebagai kandidat Green City Innitiatives. Mengusung konsep symbioCity, Hammarby Sjostad menerapkan prinsip sustainable development dalam semua segi kehidupan. “Kami tidak sekedar membangun gedung dan jalan, tapi membangun kota yang ramah lingkungan untuk masa depan yang lebih baik” demikian Erik menerangkan dalam presentasinya kepada Delegasi Aceh. Konsep ramah lingkungan menca kup semua segi kehidupan. Gubernur dan rombongan diajak berkeliling kota dengan berjalan kaki. Eric memperlihatkan rancangan gedung yang dibangun hemat listrik dan air. Semua sistem instalasi dibuat agar hemat energi, seperti kran-kran dirancang khusus agar tidak boros air. Beberapa gedung menggunakan panel surya diatapnya untuk sumber energi. Berbagai sumber energi dimanfaatkan untuk konsumsi masyarakat. Selain panel surya, juga digunakan kelebihan energi dari pemanas dan pendingin, serta biofuel dari sampah. Pengelolaan sampah sangat menarik. 99% dari semua sampah didaur ulang dan hanya 1% yang dibuang ke lingkungan. Semua tempat sampah di Kota ini terhubung dengan saluran pipa dibawahnya yang mempunyai kekuatan sedotan sebesar 90 km/jam, yang akan membawa sampahsampah itu ketempat pengelolaannya. Ada tiga katagori tempat sampah yang tersedia, dan masyarakat yang telah dididik me ngenai cara pembuangan sampah, memilah sampah mereka dan membuangnya ke tong yang sesuai, yaitu sampah combustable waste (mudah terbakar, temasuk kaleng dan botol minuman), sampah organic (termasuk sisa makanan) dan sampah kertas. Combustable waste dimanfaatkan untuk panas dan energi, organic waste untuk biosolid dan bio gas, dan sampah kertas digunakan untuk aneka kertas daur ulang. Sistem Transportasi juga ramah lingkungan. Angkutan massal disediakan untuk mengurangi jumlah kenderaan pri badi dan jalan-jalan dibuat denga menye-
diakan tempat untuk pejalan kaki dan bersepeda. Kenderaan umum juga dibuat hemat energi dan memanfaatkan biofuel dari sampah sebagai bahan bakarnya.
PERTEMUAN DENGAN DEPLU SWEDIA Henrik Cederin, Deputy Asia dan Oceania Kementrian Luar Negeri Swe dia menegaskan rasa optimistiknya akan perkembangan Aceh, setelah mende ngar penjelasan Gubernur Zaini mengenai kondisi ekonomi, politik dan sosial di Aceh belakangan ini, pada pertemuan Selasa siang (03/06/2014) di Gedung Kementrian Luar Negeri Swedia. Henrik juga mempertanyakan kondisi Foreign Direct Investment di Aceh, saat Iskandar, Kepala Badan Investasi dan Promosi Aceh, menjelaskan kondisi ekonomi Aceh dan memberikan kilas balik peran SIDA (Sweden International Development Agency) pada masa rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh, dan berharap SIDA akan terus memberikan dukungan bagi kemajuan Aceh.
PERTEMUAN DENGAN CEO FLORESTA
Pertemuan dengan President dan CEO Floresta, Jouko Virta, berlangsung di ruang pertemuan Quality Hotel Prince Phillip pada tanggal 04 Juni 2014 pukul 10.00, dan merupakan tindak lanjut penandatanganan MoU antara Pemerintah Aceh dengan Floresta beberapa waktu yang lalu di Banda Aceh. Pertemuan ini membahas persiapan pengalihan 60% saham PT Tusam Hutani Lestari (THL), sebuah perusahaan pemegang HPH di Aceh kepada Floresta. Sebenarnya, 60% Saham PT. THL dimiliki oleh PT Alas Helau (milik Prabowo Subianto), dan 40% dimiliki oleh Inhutani. Saham sebesar 40% diharapkan akan dihibahkan oleh Inhutani kepada Pemerintah Aceh. Saat ini Pemerintah Aceh sudah melakukan negosisasi dengan Pemerintah Pusat terhadap hibah dimaksud.
PERTEMUAN DENGAN SVEASKOG
Gubernur Aceh dan rombongan bertemu dengan Manajemen Sveaskog yaitu Herman Sundqvist (Pimpinan Sveaskog), Jan Wintzell (Direktur Divisi Innovasi) dan Per-Olof Wedin (Tenaga ahli), siang (04/06/2014). Sveakog adalah BUMN Pemerintah Swedia yang bergerak dibidang industri kehutanan, dengan bisnis utama yaitu menjual kayu gergajian (sawlogs), pulpwood
dan biofuel. Sveaskog juga menyewakan hutan untuk pertanian menggunakan energi tenaga angin, dan untuk eco tourism. Dari sekitar 27.5 juta hektar hutan di Swedia, 15% dimiliki oleh Sveaskog. Pertemuan ini bertujuan membahas manajemen pengelolaan hutan di Swedia yang dapat diterima oleh komunitas internasional. Aceh perlu mempelajari hal ini karena masyarakat dunia sering memojokkan Aceh menyangkut manajemen hutan di wilayah Leuser, sebagai hutan lindung dengan kekayaan biodiversity yang sa ngat diperhatikan masyarakat pencinta lingkungan di dunia. Sveaskog memiliki metoda manajemen lahan yang sangat baik dengan sistem pemotongan kayu secara bergilir disuatu kawasan yang telah diatur dan dipelajari secara seksama. Selain me ngatur masalah penebangan, mereka juga mengembangkan bibit-bibit kayu yang unggul, agar kayu dapat tumbuh lebih cepat. *** GUBERNUR Aceh didampingi oleh Duta Besar RI untuk Swedia, Dewa Made Juniarta Sastrawan, juga melakukan pertemuan dengan Parlemen Swedia. Pertemuan berlangsung sangat dinamis, terutama membahas isu-isu Aceh melalui persepsi media Internasional yang diterima Parlemen Swedia. Isu utama yang dipertanyakan oleh Parlemen Swedia kepada Gubernur Aceh terutama seputar Hak Asazi Manusia dan Pe nerapan Syariat Islam, yang menurut mereka sangat melanggar Hak Azasi Manusia. Pihak parlemen Swedia juga mempertanyakan bagaimana dua produk hukum yang berbeda diterapkan dalam suatu pemerintahan. Gubernur Aceh menjelaskan secara gamblang kondisi sebenarnya di Aceh, bahwa sebenarnya penerapan syariat islam di Aceh sangat sesuai dengan adat istiadat dan budaya setempat, dan bahwa syariat islam hanya berlaku bagi muslim saja, sedangkan non muslim tidak diberlakukan syariat tersebut. Dubes RI mendukung pernyataan Gubernur Aceh bahwa dua hukum dapat berlaku disatu tempat. Dubes memberikan analogi hukum adat di Bali, yang juga memberlakukan hukum adat selain hukum nasional. “Jadi hal yang berlaku di Aceh juga lumrah berlaku di tempat lain, dan itu sama sekali bukan masalah”, demikian tegasnya.[]
Kegiatan
INFO Investasi Edisi 8 / Tahun II 2014
TRIWULAN II OLEH: AYU MUTIA JUNIYANDRI
P
anas terik Ibu Kota provinsi paling barat Indonesia meru pakan makanan sehari-hari warga Kota Banda Aceh, namun hal ini tidak menyurutkan semangat di kantor Badan Investasi dan Promosi Aceh untuk bekerja keras dengan tujuan meningkatkan investasi dan perekonomian masyarakat Aceh khususnya. Salah-satu yang kami lakukan adalah memberi suguhan menarik berbagai potensi unggulan yang ada di seluruh Aceh kepada calon investor. Usaha ini berbuah manis, terbukti beberapa investor mulai berdatangan dan tertarik mencari informasi lebih lanjut guna menyakinkan diri sebelum berinvestasi di Aceh. Mari kita telusuri lebih jauh dari mana saja caloncalon investor baru itu. China SFECO Group berencana untuk membangun pabrik pengolahan minyak mentah di Sabang dengan nilai investasi yang cukup fantastis sebesar 1,4 juta USD. China SFECO Group ingin melebarkan sayap bisnisnya di Aceh dengan nama Oil Storage Jetty Project yang nantinya diperkirakan akan menyerap tenaga kerja sebanyak 2000 orang. Semangat juga terus meningkat saat BIP kedatangan tamu dari Korea Selatan. Kim Eung Kyo selaku Ceo DSK Engineering, Co, Ltd melirik potensi yang ada di Aceh dan
bertemu BIP untuk melancarkan niatan tersebut. Tamu dari Korea ini ditemani Wakil Bupati Aceh Selatan, Kamarsyah, S. Sos, MM, saat meninjau langsung lokasi dan potensi yang ada di Aceh Selatan sebelum menentukan pilihan investasi yang mereka yakini berprospek cerah. Bukan hanya satu calon investor dari
2014 memberikan pembekalan teknis dan teknologi serta bibit unggul yang akan di impor untuk keperluan budidaya. Rencana mereka meliputi budidaya udang dan ikan air tawar seperti Nila, Sidat (sejenis belut, red) dan Ikan Laut (bidang perikanan); pengenalan dan aplikasi teknologi pertanian (padi); dan terakhir tentang budi-
Usaha ini berbuah manis, terbukti beberapa investor mulai berdatangan dan tertarik mencari informasi lebih lanjut guna menyakinkan diri sebelum berinvestasi di Aceh. Korea yang hadir di kantor BIP Aceh. Mr. Kim, Sig Albert, Excutive Director asal Korea juga telah mengunjungi wilayah Pidie Jaya, Lhokseumawe, Bener Meriah dan Takengon. Ia menawarkan pemasangan secara gratis Light Emiting Diode (LED), yaitu lampu untuk penerangan jalan yang hemat energi. Apabila pemerintah daerah setuju, lampu LED akan dipasang gratis di kabupaten-kabupaten tersebut dengan garansi dan penyediaan pekerja yang siap apabila terdapat kerusakan. Selain dari Korea, ada juga calon investor asal negara Taiwan yang difasilitasi oleh Ultra Energy Resources SDN BHD. Mereka menawarkan kerjasama untuk
8
daya tumbuhan herbal untuk pencegahan kanker (kesehatan). Tidak berhenti di sekali perjumpaan, Ultra Energy Resources SDN BHD yang digawangi oleh Ahmad Nizal kembali mengunjungi BIP Aceh dengan membawa investor yang berbeda. Kali ini mereka membawa investor asal negeri jiran, Malaysia, untuk membicarakan rencana investasi pertambangan, perkebunan, perbankan, dan perhotelan. Ada pula investor lain dari Malaysia yang merencanakan investasi dalam sektor perikanan yang di bawa oleh RH Fishery SDN. BHD. Perusahaan asal Malaysia yang di pimpin oleh Hashim bersaudara ini
begerak dalam bidang pengalengan hasil tangkapan laut. Sebelumnya, tim ini telah melakukan peninjauan lapangan di pesisir pantai Barat Aceh untuk melihat kondisi perairan Aceh sebelum mereka mendirikan pabrik pengalengan cumi (produk lebih spesifik). Tamu spesial terakhir dalam ulasan ini adalah rombongan YB. Dato’ Mohd Rashid Hasnon dari Penang. Berbekal pertemuan sebelumnya pada Invest Penang, rombo ngan ini datang untuk melihat langsung kondisi Aceh. Rencana investasi antara Pemerintah Aceh dengan Penang berfokus pada empat bidang kerjasama, yaitu pariwisata, sumber daya manusia, perdagangan dan investasi, serta makanan halal. Kunjungan ini menghasilkan kesepakatan yaitu untuk segera merealisasikan kerjasama dalam waktu dekat dengan prioritas bidang pariwisata dan sumber daya manusia. Investasi Aceh semakin berwarna untuk ditelisik. Semoga semuanya dapat terwujud untuk mendongkrak perekonomian masyarakat negeri yang berbasis Syariat Islam ini. Hasil kerja keras tersebut diharapkan berbuah manis untuk kepen tingan bersama dalam membangun Aceh tercinta. Tentunya semua yang terjadi ini tidak lantas untuk berpuas diri tapi sebagai pendorong BIP Aceh untuk terus melakukan perbaikan dan inovasi untuk menarik lebih banyak investor potensial yang akan bekerjasama dengan masyarakat Aceh. []
9
Kegiatan
INFO Investasi Edisi 8 / Tahun II 2014
BIP DALAM EVENT ACEH INVESTMENT PROMOTION (AIP) 2014 ACEH Investment Promotion (AIP) 2014 merupakan salah satu agenda terbesar dari strategi promosi yang sedang gencar dilakukan BIP Aceh. Acara ini mengha dirkan beberapa investor asing yang sudah menanamkan modalnya di Aceh untuk bercerita tentang kesuksesan mereka de ngan tujuan untuk lebih menyakinkan calon investor lain. Tak ketinggalan, di lokasi acara diselenggarakan pula pameran mini dari seluruh kabupaten/kota di Aceh yang menampilkan potensi unggulan mereka guna menarik calon-calon investor yang diundang pada acara bergengsi tersebut.
ABF: GO WEST! INVEST IN ACEH “PEMERINTAH Aceh akan membe rikan berbagai kemudahan untuk investor”,
tegas Gubernur Aceh dalam acara The Aceh Business Forum (ABF): “Go West! Invest in Aceh”. Perhelatan ini digelar di Jakarta dengan tamu undangan yang berperan penting dalam bidang ekonomi dan perdagangan. ABF bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang dunia bisnis di Aceh bagi para investor serta meluruskan isu-isu yang mendeskriditkan keamanan di Aceh. Disamping itu, Aceh berkomitmen melin dungi para investor yang akan dan sedang berinvestasi di Aceh karena Aceh memiliki segudang potensi yang patut untuk dikembangkan.
FGD: KAWASAN PERHATIAN INVESTASI LOKASI Aceh yang sangat strategis menjadi kata kunci dalam acara yang bertajuk Focus Group Discussion (FDG) Kawasan Perhatian Investasi (KPI). Acara ini guna menyatukan ide dari berbagai kalangan pemerintahan dan dunia usaha untuk membentuk peraturan gubernur tentang KPI. Pergub KPI berfokus pada infrastruktur, dunia usaha, agroindustri, dan perbankan. Pergub KPI diharapkan dapat mengarahkan peran pemerintah agar fokus membangun investasi yang digerakkan oleh berbagai sentra produksi dan industri pengolahan (industrial park).
SEMINAR PELAYANAN PERIZINAN PENANAMAN MODAL 2014
SOSIALISASI BIDANG PENANAMAN MODAL BAGI CAMAT SE-ACEH
PERIZINAN adalah topik penting dalam investasi. Karena itu, diselenggarakan Seminar Pelayanan Perizinan Penanaman Modal 2014 dengan tujuan memantapkan kebijakan pemberian kemudahan pe rizinan penanaman modal. Intinya adalah perizinan investasi harus murah, mudah, cepat dan transparan sehingga dapat memberikan kenyamanan dalam berinvestasi.
PARA camat memiliki andil dalam perbaikan iklim investasi. Karena itu, BIP menyelenggarakan Sosialisasi Bidang Penanaman Modal bagi Camat se-Aceh. Camat didorong untuk lebih pro aktif dan peduli terhadap segala kegiatan penanaman mo dal di daerahnya. Pengetahuan tentang mekanisme enanaman Modal menjadi penting untuk di ketahui secara baik oleh aparatur di kecamatan. Camat diharapkan dapat memfasilitasi pelayanan penyediaan lahan untuk kepentingan penanaman modal serta menyelesaikan sengketa dan konflik pertanahan antara perusahaan dengan masyarakat.
RAKOR PENGENDALIAN PENANAMAN MODAL TAHUN 2014 ACARA berikutnya adalah Rapat Koordinasi Pengendalian Penanaman Modal tahun 2014 yang membicarakan tentang inovasi teknologi agar mampu mengolah sumber daya mineral dan energi sendiri. Jadi, ke depan Aceh tidak lagi mengekspor barang mentah melainkan sudah diolah menjadi barang jadi atau setengah jadi. Ini akan menambah nilai jual (value added) bagi pelaku bisnis ini. Potensi dan ketentuan untuk eksplorasi pertambangan oleh investor di Aceh beserta kendala dalam pembangunan smelter di Aceh juga menjadi topik pen ting dalam agenda acara tersebut.
PERESMIAN PABRIK KELAPA SAWIT PT. BOSWA MEGALOPOLIS DI akhir April 2014 lalu, Gubernur Aceh meresmikan Pabrik Kelapa Sawit PT. Boswa Megalopolis di Calang. Peresmian ini sekaligus membuktikan bahwa selain memiliki potensi perkebunan kelapa sawit, Aceh juga telah menunjukkan iklim investasi yang kondusif yang meningkatkan miniat investor. Pabrik ini nantinya akan menampung dan mengolah kepala sawit yang dijual ma syarakat tanpa harus di kirim ke daerah lain untuk diolah menjadi CPO. []
Rakyat Bicara
INFO Investasi Edisi 8 / Tahun II 2014
MEREKA BICARA INVESTASI RA keterisolasian kawasan dan krisis energi di Aceh akan segera usai. Hal ini tercermin dari semakin baiknya berbagai sarana infrastruktur jalan, jembatan, dan pelabuhan yang dibangun oleh Pemerintah Aceh. Pun demikin sektor energi dan listrik juga terus dipacu guna memastikan kecukupan listrik dan energi untuk industri dan rumah tangga di Aceh. Disektor infrastruktur, Pemerintah Aceh akan segera membuka sejumlah ruas
jalan, Blangkjren-Pineng, Lokop-Aceh Timur, Krueng Geukeuh. Dan di Barat Selatan juga yang akan terkoneksi ke Pelabuhan Krueng Geukeuh melalui peningkatan jalan Gayo Lues, Trangon dan Aceh Barat Daya Selain jalan, Pemerintah juga telah memulai peningkatan pembangunan sejumlah pelabuhan udara dengan memperpanjang landasan pacu, diantaranya Pelabuhan Rembele di Bener Meriah, dan di Gayo Lues.
Dibidang energi dan listrik, saat ini PLTU Nagan Raya diperkirakan akan beroperasi penuh dengan dua unit turbin yang akan menghasilkan energi sebesar 180 MW. Dengan pertumbuhan infrastruktur dan investasi sektor energi tersebut, diharapkan mampu memberikan dapat nyata bagi bang kitnya investasi sektor lainnya di Aceh. Dan berikut tanggapan masyarakat atas kinerja pembangunan infrastruktur dan energi di Aceh.
S DENI SETIAWAN Alumni Mahasiswa Hukum Unsyiah, Ketua Pemuda Pelopor Indonesia Propinsi Aceh
aat ini Infrastruktur Aceh mengalami perkembangan yang signifikan, baik transportasi darat, udara dan bahkan berbagai pelabuhan penunjang kegiatan ekspor dan impor. Meskipun masih banyak kekurangan-kekurangan dan keluhan dari masyarakat, namun sudah ada perkembangan ke arah yang lebih baik dari pada sebelumnya. Fase-fase pembangunan yang ditempuh telah sesuai dengan amanah Undang-Undang No 25 Tahun 2004 terkait sistem perencanaan pembagunan. Diantaranya ada perencanaan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Kita berharap, seluruh capaian ini, menjadi instrumen penting bagi pemerintah untuk dalam upaya peningkatan ekonomi masyarakat. Bagi kami pemuda, perkembangan infrastruktur akan menciptakan dunia kerja dan peluang sektor lainnya, dan ini juga akan menumbuhkembangkan semangat kewirausahaan para pemuda. Sedangkan mengenai minyak dan gas, sebenarnya ini merupakan salah satu potensi sumberdaya alam yang dimiliki Aceh untuk meningkatkan perekonomian rakyat. Gas dan Listrik harus menjadi prioritas pemerintah jika ingin perekonomian di Aceh tumbuh pesat.
P DETA PRISTIHAYATI Mahasiswa MIPA Biologi Unsyiah
embangunan infrastruktur dan energi juga harus dibarengi dengan peningkatan sumber daya manusia (SDM) masyarakat Aceh. Hal ini dimaksudkan agar pembangunan daerah sejalan dengan konsep pembangunan manusia itu sendiri. Jika terjadi ketimpangan antara pembangunan fisik dan SDM maka kita khawatirkan apa yang sudah dibangun saat ini tidak dapat termanfaatkan dengan baik, dan tidak dapat dikelola secara maksimal oleh masyarakat. “Pembangunan fisik dan SDM harus sejalan agar cita-cita mensejahterakan rakyat dapat dicapai,” katanya. Begitu juga pengelolaan sumber daya alam dan energi yang ada di Aceh. Sebagai daerah yang kaya akan potensi itu, pemerintah perlu menjadikan kekayaan yang dimiliki tersebut dan dimanfaatkan untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. “Energi harus benar-benar dikelola dan dimanfaatkan untuk kemakmuran rakyat Aceh,” tukasnya.
I NADIA USMAN Dosen FSIP Unsyiah/ Staf WDC
nfrastruktur baik Investasi lancar, begitu juga sebaliknya jika infrastruktur buruk menyebabkan investasi melambat, dan kondisi infrastruktur di Aceh saat ini sudah menuju lebih baik meski belum sempurna. Pemerintah sudah mulai memperbaiki dan membangun kembali infrastruktur – infrastruktur yang rusak dan aksesnya pun sudah mulai baik, terutama jalan-jalan kesentra produksi terutama di daerah-daerah potensial. Dengan kondisi jalan atau infrastruktur lain yang baik, maka proses distribusi barang dari daerah produksi akan lebih baik dan hal itu akan berpengaruh terhadap biaya produksi dan biaya operasional. Selain masalah jalan dan infrastruktur, ketersediaan energi dan gas juga berpengaruh dan menjadi hal yang menakutkan dalam upaya pengembangan usaha maklum saat ini Provinsi Aceh masih belum pulih dari krisis listrik dan gas. Karena hingga saat ini masih terus terjadi pemadaman listrik di Aceh dan ini yang benar-benar harus diperhatikan Pemerintah Aceh.
10
11
Wawancara
INFO Investasi Edisi 8 / Tahun II 2014
FOKUS PEMBANGUNAN SARANA PERHUBUNGAN DAN TRANSPORTASI DUKUNG INVESTASI DI ACEH
DUKUNG INVESTASI, GARUDA BUKA TIGA RUTE PENERBANGAN BARU DI ACEH
RIZAL ASWANDI
NANO SETIAWAN
Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi Informasi dan Telematika (Dishubkomintel) Aceh
K
epala Dinas Perhubungan Komunikasi Telekomunikasi (Dishubkomintel) Aceh Rizal Aswandi. Ia menjelaskan, beberapa program prio ritas sektor pengembangan sarana transportasi dan pelabuhan saat ini diarahkan bagi penciptaan iklim investasi yang kondusif. Beberapa pelabuhan laut di Aceh, saat ini kondisinya sudah sangat baik, namun memang ada beberap fasilitas yang perlu ditingkatkan. Contohnya, kata Dia, pihaknya dalam waktu dekat ini akan mendatangkan crane container kapasitas 180 ton di Pelabuhan Malahayati, Krueng Raya. “Dengan adanya crane container kapasitas besar di Krueng Raya, tentu akan lebih mengoptimalkan kegiatan di pelabuhan ini,” jelasnya. Untuk kawasan Tengah Aceh sendiri, kata Rizal, saat ini pihaknya tengah melakukan kajian strategis guna membangun sarana dan prasarana perkerataapian dari Aceh Tengah langsung menuju pelabuhan Krueng Geukueh di Aceh Utara. “Wilayah tengah Aceh membutuhkan sistem transportasi massal yang murah dan efektif, dan kereta api adalah solusinya,” jelas Rizal. Dia berharap, kajian teknis yang tengah dilakukan saat ini tuntas, sehingga jalur kereta api yang akan dibangun di sepanjang jalan Bener Meriah menuju Simpang KKA ini dapat segera direalisasikan. Selain sistem transportasi darat, saat ini, kata Rizal Aswandi, melalui dana APBN, pihaknya pada tahun ini akan memperluas landasan pacu Bandara Rembele di Bener Meriah. Perluasan landasan pacu yang menghabiskan dana Rp250 miliar ini diharapkan akan selesai pada akhir 2015 nanti. Direncanakan, landasan pacu Bandara Rembelu akan diperluas dari 800 meter saat ini menjadi 1.450 meter. “Jika landasan pacu sudah tuntas, maka pesawat penumpang jenis ATR kapasitas 60-70 seat sudah dapat mendarat,” jelasnya. Tentu, lanjutnya, dengan selesainya Bandara Rembele tersebut, maka akan berdampak signifikan bagi pertumbuhan ekonomi di kedua wilayah tersebut. Untuk pembangunan sarana perkeretaapian Sumut Aceh, tahun ini pemba ngunannya juga akan kembali dilanjutkan, kata Rizal Aswandi. Program pembangunan sarana perkeretaapian yang akan berlangsung hingga 2030 mendatang, diproyeksikan akan menghabiskan total dana Rp30 triliun. “Tahun ini untuk pembangunan rel kereta api sepanjang 65 km, pemerintah pusat mengalokasikan dana senilai Rp36 miliar, dan tahun depan Rp800 miliar,” jelasnya. []
Manager PT Garuda Indonesia Wilayah Aceh
M
anager wilayah PT Garuda Indonesia Provinsi Aceh Nano Setiawan mengatakan, pihaknya dalam waktu dekat ini akan segera membuka 3 rute penerbangan baru di wilayah Aceh. “Tiga rute penerbangan yang akan kita buka ditargetkan dapat terbang perdana pada November 2014 mendatang,” katanya. Dijelaskannya, ketiga rute penerbangan PT Garuda Indonesia di Aceh tersebut adalah Medan-Meulaboh-Medan, Medan-Lhokseumawe-Medan, dan Me dan-Sabang-Medan. Guna menyiapkan pelaksanaan penerbangan tersebut, saat ini PT Garuda Indonesia telah membuka kantor pemasaran di tiga wilayah tersebut. Dan khusus untuk kota Lhoksumawe operasionalisasi kantor sudah rampung 100 persen. “Untuk Meulaboh dan Sabang tahapan perampungan kantor pemasaran terus kita lakukan,” jelasnya. Ia mengungkapkan, pihak PT Garuda Indonesia akan menyediakan pesawat ATR72-600 dengan kapasitas 70 kursi. “PT Garuda Indonesia percaya dengan pembukaan rute baru ini akan sangat membantu bagi perekonomian daerah,” tukasnya. Garuda Indonesia sendiri melihat, tambah Nano, dasar penting perluasan akses penerbangan ditiga wilayah ini tentu didasarkan pada potensi daerah, dan masih terbatasnya sarana transportasi udara ditiga wilayah ini. “Dengan melayan tiga rute ini, PT Garuda juga ingin menjadi briging connectivity, atau jembatan penghubung antar wilayah di Aceh,” tandasnya. Selain itu juga, kata Nano, permintaan daerah akan kebutuhan transportasi juga menjadi pertimbangan bisnis kami. “Garuda ingin turut serta meningkatkan akses transportasi sebagai bagian dukungan investasi di Aceh,” ujarnya. Kami percaya, tambah Nano, ketika Garuda Indonesia mengawali investasi dengan membuka jalur baru di suatu daerah, maka hal tersebut akan mendorong pihak lain untuk turut serta berinvestasi diwilayah yang sama.[]
ACEH BELUM PUNYA GRAND DESAIN INFRASTRUKTUR
DR Ir MIRZA IRWANSYAH HASAN
BANK ACEH KUCURKAN Rp 200 MILIAR INVESTASI SEKTOR ENERGI
BUSRA ABDULLAH Direktur Utama Bank Aceh
D
IREKTUR Utama Bank Aceh Busra Abdullah mengatakan, tujuan utama pihaknya turut serta dalam sindikasi perbankan dalam pembiayaan PLTU Nagan Raya didasarkan pada dua aspek penting, yakni untuk pembangunan Aceh, dan juga bisnis perbankan Bank Aceh. Dijelaskannya, pihaknya mengucurkan dana senilai Rp200 milar dalam proyek PLTU Nagan Raya, dan saat ini dari plafond tersebut sisa kredit tinggal Rp70 miliar. “Selain menguntungkan Bank Aceh bagi tumbuhnya kredit produktif, investasi di sektor energi juga dimaksudkan untuk mendorong pembangunan Aceh itu sendiri,” jelas Busra. Sebagai mitra Pemerintah dalam membangun daerah, tentunya Bank Aceh tidak hanya menyandarkan aspek bisnis semata dalam pengucuran kredit. Bank Aceh berpandangan bahwa kecukupan energi adalah modal penting bagi pertumbuhan ekonomi Aceh dimasa depan.[]
Dekan Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala
D
EKAN Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala, DR IR Mirza Irwansyah Hasan, M.EngSC mengatakan, Pemerintah Aceh harus segera membuat grand desain pembangunan infrastruktur di Aceh, hal ini guna mengintegrasikan pembangunan sektor ini lebih optimal. Pemerintah Aceh harus melakukan upaya pembenahan terintegrasi infra struktur di Aceh, terutama sektor energi listrik, jalan, pelabuhan laut dan jembatan guna mendukung kegiatan investasi. Salah satu kendala dalam mendatangkan investasi ke Aceh, jelas Mirza, adalah minimnya belanja perawatan dan maintenance infrastruktur di Aceh. Dicontohkannya adalah jalan lintas provinsi di Aceh, dengan besarnya anggaran bidang pembangunan jalan, seharusnya jalan lintas provinsi sudah double line atau dua jalur. “Sementara kondisi jalan provinsi hari ini kan sangat menyedihkan,” ujarnya. Padahal, kata Mirza, Infrastruktur sangat vital pada proses perencanaan dan pengembangan wilayah di Aceh, namun saya melihat justru Pemerintah Aceh saat ini Grand Design Infrastruktur tidak jelas, dan bahkan saya yakin pemerintah tidak memilikinya. “Pendekatan pembangunan infrastruktur harus holistic approach, jangan sektoral approach, agar terintegrasi secara maksimal,” tegasnya. Disektor Energi, Mirza juga meminta Pemerintah untuk sudah mulai menggunakan renewable energi, seperti solar cell. “Banyak potensi energi alternatif di Aceh yang belum termanfaatkan, salah satunya tenaga gelombang laut,” jelas Mirza.[]
Geliat
INFO Investasi Edisi 8 / Tahun II 2014
12
ENERGI MENJAWAB HAMBATAN INVESTASI
Silo Batu Bara PLTU Nagan Raya. (Foto Afif)
OLEH: ZULKIFLI HAMID PALOH
“M
ati lampu”! begitulah petikan teriakan warga menjelang pertandingan sepak bola piala dunia awal Ramadhan lalu di Banda Aceh. Peristiwa tersebut acapkali terjadi hampir di seantero Aceh, bahkan juga di Medan, Sumatera Utara. Disisi lain investasi di sektor energi terus digalakkan, bahkan pemerintah Aceh telah menempatkan pada program prioritas pembangunan investasi sektor ini, hal ini terlihat dalam Rencana Umum Penanaman Modal Aceh (RUPMA) bahwa infrastruktur dan energi sebagai prioritas perencanaan investasi Aceh hingga tahun 2025. Beberapa tahun yang lalu, World Bank telah mengumumkan bahwa salah satu hambatan dalam investasi Aceh adalah ketersediaan energi listrik. Nah, bagaimana sebenarnya perkembangan realisasi investasi pada sektor ini. Berikut, Zulkifli Hamid Paloh akan mengulasnya untuk pembaca setia tabloid info investasi edisi 8 tahun 2014. Perkembangan realisasi investasi kondisi Triwulan II-2014 (April-Juni) sangat menggembirakan, tercatat bahwa tambahan realisasi investasi penanaman modal asing (PMA) untuk sektor energi dan listrik di Aceh telah mencapai USD 384.173,57. Sementara total realisasi investasi telah mencapai USD 698.973,57. Hal ini dikontribusikan oleh 4 proyek oleh perusahaan berikut ini: BIDANG USAHA
LOKASI
NEGARA ASAL INVESTOR
NO
NAMA PERUSAHAAN
1
PT. VELCAN ILTHABI HYDROPOWER
Pembangkit Tenaga Listrik
Bener Meriah Uni Emirat Arab
2
PT. ACEH HYDROPOWER
Pembangkit Listrik Tenaga Air
Aceh Barat
Uni Emirat Arab
3
PT. HITAY BUMI ENERGY
Pengusahaan Tenaga Panas Bumi
Pidie
Singapura
4
PT. HITAY PANAS ENERGY
Pengusahaan Tenaga Panas Bumi
Gayo Lues
Singapura
Sementara itu, untuk tambahan realisasi investasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) pada Triwulan II-2014 tercatat sektor energi dan listrik telah mencapai Rp 151,14 miliar, dan total realisasi perusahaan-perusahaan tersebut telah mencapai Rp 2,972 triliun. Hal ini dikontribusikan oleh 3 proyek berikut ini: NO
NAMA PERUSAHAAN
BIDANG USAHA
LOKASI
1
PT. PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan I
Ketenagalistrikan
Aceh Tengah
2
PT. PLN (Persero) Unit Induk Pembangkit Sumatera I
Ketengalistrikan
Lhokseumawe
3
PT. PLN (Persero) UP Pembangkit Sumatera I
Ketenagalistrikan
Nagan Raya
Besarnya realisasi investasi sektor energi dan listrik diharapkan dapat menjawab hambatan dalam berinvestasi. Investasi pada bidang ini sudah pada jalur yang benar (on the track). Investor tidak perlu meragukan lagi kepastian pasokan energi listrik di masa depan. Sumber energi listrik merupakan prasyarat bagi investor sebelum akan memulai investasinya di Aceh, apalagi untuk sektor-sektor yang memerlukan daya listrik yang tinggi. Misalnya industri pada bidang pertambangan. Saat ini pemerintah menggalakkan industri pemurnian dan atau pengolahan bahan tambang (smelter). Mandat dari UU No 4/2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara me ngamanahkan untuk mengutamakan pemenuhan kebutuhan dalam negeri dari kekayaan mineral dan batubara dengan terus meningkatkan nilai tambahnya. Menurut kepala bidang pertambangan pada Dinas Pertambangan dan Energi Aceh,
Aktifitas bongkar muat di pelabuhan Krueng Geukuh, Aceh Utara. (Foto Afif)
Mahdinur, bahwa isunya adalah belum adanya minat pembangunan industri smelter di Aceh, hal ini disebabkan oleh selain karena terbatasnya deposit mineral bijih besi dari pemegang IUP yang telah memiliki IUP OP yang layak untuk diba ngun pabrik pengolahan atau pemurnian, tetapi karena juga dianggap masih terbatasnya ketersediaan energi listrik dan infrastruktur yang mendukung untuk memenuhi kebutuhan pabrik smelter. Selain itu, saat ini juga belum ada kajian kelayakan ter hadap pembangunan pabrik smelter yang terpusat guna menampung produksi bijih besih dari beberapa kabupaten yang telah berproduksi. Pada acara Rakor Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal Juni lalu di Banda Aceh, Mahdinur juga berharap bahwa
pemerintah pusat dapat segera menerbitkan PP pengelolaan migas Aceh dan PP kewenangan agar pelaksanaan pengeolaan sektor Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) di Aceh dapat terlaksana sebagaimana amanah dalam UU No.11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh. Sementara itu, kepala Badan Investasi dan Promosi Aceh, Iskandar berharap bahwa investor tidak perlu ragu lagi untuk berinvestasi di Aceh, karena dalam dua tahun ini pemerintah Aceh, BUMN dan swasta sangat concern untuk membenahi kepastian pasokan sumber energi listrik untuk kelancaran dan percepatan investasi di bumi Serambi Mekkah. Bisa dipastikan bahwa ke depan keterbatasan pasokan ener gi listrik bukanlah hambatan dalam investasi di Aceh. []
13
Internasional
INFO Investasi Edisi 8 / Tahun II 2014
ACEH SIAP SAMBUT MEA 2015 OLEH: H. SAKY
P
ada 2015 Indonesia akan menuju ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). MEA bukanlah hal baru, konsep ini sudah dibahas sejak 1977. MEA 2015 adalah perwujudan integrasi ekonomi dikawasan ASEAN yang kompetitif dan dinamis. Dan pembentukan MEA diharapkan akan memperkecil kesejangan ekonomi antara negara ASEAN. Perwujudan MEA 2015 disanggah empat pilar penting, yakni (1) ASEAN
sebagai pasar tunggal dan basis produksi, (2) ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi tinggi, (3) ASEAN sebagai kawasan pengembangan ekonomi merata dan berimbang, dan (4) ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi secara penuh dengan perekonomian global. Dibawah cetak biru AEC, ASEAN berhasil mencatat beberapa pencapain signifikan, yakni (1) penciptaan arus perdagangan bebas dibidang barang, jasa, investasi, tenaga kerja trampil serta modal. (2) Pencapaian MEA 2015 akan dicapai melalui kerjasama bidang kebijakan kompetisi, perlindungan konsumen, hak atas
Gubernur menjelaskan, potensi sektor unggulan di Aceh dibidang perikanan, pertanian, dan perkebunan, nantinya akan dikemas dalam bentuk produk andalan yang dapat dipasarkan di negara ASEAN. kekayaan intelektual, infrastruktur, perpajajan dan e-commerce, selanjutnya pilar ke (3) adalah pengembangan usaha kecil dan menengah (UKM),dan pilar ke (4) adalah interaksi ASEAN dengan ekonomi global, dan ASEAN telah menandatangani lima Free trade Area (FTA) dengan mitra yakni, China, Korea, Jepang, Ausralia, Selandia Baru, dan India. Menghadapi MEA 2015, Pemerintah RI sendiri sudah dan sedang melakukan beberapa kegiatan, diantaranya penerbitan kebijakan lintas sektoral, dan perhatian khusus pada peningkatan daya saing produk guna menghadapi MEA nantinya. Tahun 2015 sudah dihadapan kita. Manfaat integrasi MEA ini tidak serta merta dapat kita nikmati, namun perlu perjuangan dan usaha yang sungguh bagi semua pihak, terutama pemerintah daerah. MEA menawarkan berjuta peluang bagi produk produk maupun sumber daya manusia Indonesia yang memiliki daya saing tinggi. Kesempatan produk Indonesia memasuki pasar ASEAN sangat terbuka luas dan bebas, dan pada MEA nanti juga terbuka peluang bagi tenaga kerja trampil untuk bekerja dikawasan ASEAN. Pemerintah Aceh sendiri menyatakan kesiapannya menyambut MEA 2015.
Kesiapan ini dilakukan dengan penguatan daya saing produk dan ketrampilan masyarakat Aceh. Gubernur Aceh Zaini Abdullah menegaskan, kesiapan Aceh menyambut MEA 2015 telah tertuang dalam berbagai program dan kebijakan pemerintah yang dituangkan dalam kegiatan pemerintah. Salah satu program Pemerintah Aceh yang tertuang dalam Rencana pemba ngunan jangka menengah, kata Gubernur adalah keterlibatan Aceh dalam konteks ekonomi di tingkat Asean. Gubernur menjelaskan, potensi sektor unggulan di Aceh dibidang perikanan, pertanian, dan perkebunan, nantinya akan dikemas dalam bentuk produk andalan yang dapat dipasarkan di negara ASEAN. Saat ini, jelas Gubernur, kegiatan sosialisasi tentang pemberlakuan MEA 2015 juga terus digencarkan pihaknya seluruh wilayah. Dengan soaliasi tersebut, diharapkan masya rakat, pelaku usaha dan akademisi mampu menangkap dan memahami subtasi dari implementasi MEA nantinya, dan bagaimana dapat menangkap peluang tersebut. Aceh memiliki produk unggulan yang nantinya dapat menjadi andalan dalam MEA 2015, diantaranya kopi, udang dan hasil hutan, jelas Gubernur. []
Event
INFO Investasi Edisi 8 / Tahun II 2014
14
PEMENANG ACEH INVESTMENT PHOTO CONTEST 2014 1 APRIL - 30 MEI 2014 // acehinvestment.com
I N F R A S T R U K T U R
K AT E G O R I
JUARA I
JUARA II
JUARA III
Listrik Untuk Semua
Waduk Kotaku
Penghubung Menuju Cita
BY IRWANDI
BY VAN ALVIN
BY BOYHAQI
K AT E G O R I
A G R O I N D U S T R I
JUARA I
JUARA II
JUARA III
Memetik Harapan
Pengrajin Rotan
Kebun Sawit
BY SYAHRUL RIZAL
BY ZULKARNAINI
BY JUNAIDI HANAFIAH
K AT E G O R I
PA R I W I S ATA
JUARA I
JUARA II
JUARA III
Potensi Bawah Laut
Menderu Ombak Lampuuk
Peumulia Jamee
BY HERI JUANDA
BY RINALDI
BY AHMAD ARISKA
15
Profil
INFO Investasi Edisi 8 / Tahun II 2014
OLEH: AFIF
R
AMBUTNYA lurus, kulit hitam hitam kecoklatan, badan kurus, tinggi semampai. Seperti itulah perawakan Irwandi, salah satu pemenang foto kontes yang diselenggarakan oleh Badan Investasi dan Promosi (BIP) Aceh dengan tema Infrastruktur dan Energi. Saat ditemui oleh Tabloid Info Investasi beberapa waktu lalu, Irwandi terlihat santai dengan menggunakan kaos oblong. Obrolan ringan yang berlangsung di salah satu Cafe di Banda Aceh tersebut mengalir santai, dan Irwandi dengan lugas menjawab pertanyaan yang diajukan. Pria kelahiran 19 Maret 1983 ini mengawali pembicaraan dengan satu ungkapan datar bahwa potret-memotret sekarang sudah bagian dari hidupnya. Sambil menyeruput kopi Arabika Gayo yang disediakan di Caffee tersebut, Irwandi melanjutkan cerita, dirinya mulai belajar dan menekuni karya fotografi pada 2010. “Awalnya belajar motret, saya sama sekali belum miliki ilmu fotografi,” tuturnya. Dengan ketekunan dan mencari informasi teknik fotografi di internet, Irwandi terus mengasah keterampilannya tentang teknik memotret, terutama soal-soal teknik pengambilan foto, pengaturan cahaya, dan komposisi. “Dapat saya katakan, ilmu motret saya peroleh otodidak dan membaca referensi,” ujarnya. Ketekunannya telah banyak membuahkan hasil. Banyak prestasi yang telah ia dapatkan. Baik perhargaan tingkat lokal, nasional, bahkan sudah merambah ke internasional. Bagi Irwandi, yang me rupakan anak seorang petani pekebun ini, sebuah karya fotografi yang paling membaggakan adalah saat hasil foto kita dapat dinikmati banyak orang. Terutama karya-karya foto yang memiliki nilai Human Interest. Foto Human Interest bagi Irwandi Caleueu memiliki makna tersendiri, menurutnya foto yang bernilai Human Interest akan bermanfaat dan berdampak positif pada objek yang dipotret. Dengan ada foto itu akan bisa menggugah hati nurani orang lain untuk saling tolong-menolong. Baginya itu jauh lebih berprestasi dari penghargaan yang pernah ia terima. Irwandi juga gemar membidik tema lingkungan. Menurutnya, lingkungan itu harus dilestarikan untuk menjaga keseimbangan seperti perlu ditingkatkan kesadaran menanam mangrove di pinggir pantai supaya tidak terjadi abrasi. Kecintaanya memotret Human Interest
dan lingkungan telah mengantarkannya masuk dalam nominasi 15 besar lomba foto yang diselenggarakan oleh UN Forest pada tahun 2013 lalu. Meskipun hanya masuk dalam 15 besar, baginya merupakan sebuah prestasi yang besar. Dalam perlombaan itu, fotonya berjudul “Reboisasi Mangrove” dilihat jutaan orang di dunia dan mampu menying kirkan ribuan fotografer seluruh dunia.
FOTO GRAFI HIDUP SAYA “Walau masuk 15 besar, saya sangat bangga, karena foto saya dilihat oleh jutaan orang seluruh dunia,” tukasnya. Prestasi lain pria lulusan Sarjana Teknik Mesin Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) tahun 2008 ini, menoreh juara pertama di National Geographic Indonesia yang bertema populasi. Ini prestasi gemilang kedua yang ia peroleh setelah sebelumnya dia juga memenangkan harapan dua lomba foto Wisata Kota Banda Aceh tahun 2012. Dia patut berbangga berhasil meraih juara pertama lomba foto di National Geographic Indonesia. Pasalnya dia berhasil menyingkirkan 16.300 foto terbaik dari seluruh Indonesia dan berhasil menyisihkan 3500 fotografer profesional di seantero Indonesia medio 2011-2012. “Sangat terkesan, saat itu baru satu tahun saya pegang kamera, saya bisa meraih itu, betul-betul kejutan,” imbuhnya. Dikalangan fotografer, nama Irwandi Caleue memang kurang familiar, jarang diekspos oleh media saat prestasi sudah pernah diraihnya. Padahal Irwandi tergolong pemuda berbakat yang telah membawa harum nama Aceh bahkan Indonesia. Irwandi tentu patut berbangga, hasil karyanya hari ini juga berkat dukungan saudaranya, Yuzar Alamsyah yang berasal dari Pidie, Kembang Tanjong. “Dia (Yuzar) guru pertama saya belajar fotografi, dan sekarang fotografi sudah menjadi hidup saya” terangnya. Baginya, yang menentukan sebuah foto berkua litas bagus adalah feeling seorang fotografer saat mengabadikan momentum tertentu, seperti melihat komposisi yang baik dan benar dengan menggunakan alat atau kamera apapun. Good Luck. []
Walau masuk 15 besar, saya sangat bangga, karena foto saya dilihat oleh jutaan orang seluruh dunia.
Ucapan Ramadhan
INFO Investasi Edisi 8 / Tahun II 2014
PEMERINTAH ACEH
BADAN INVESTASI DAN PROMOSI ACEH M E N G U C A P K A N
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1435 H Minal ‘Aidin wal-Faizin Mohon Maaf Lahir & Batin TERTANDA
Ir. ISKANDAR, M.Sc
Kepala Badan Investasi dan Promosi Aceh
16