Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia Vol. 3 No.2 Oktober 2015 ISSN: 2337-6007 (online); 2337-585X (Printed)
KEBUTUHAN DAN STRATEGI DALAM MEMBANGUN E-HOSPITAL DI LEVEL NASIONAL Lily Widjaja Universitas Esa Unggul
[email protected] Abstract Electronic Health Record (E H R) is a patient’s health records are created using electronic media. Means that service providers such as doctors, nurses and other health workers are no longer recorded on paper media but have been using computers and recorded in health record systems that are part of the “E Health”. RSUD Kota Tangerang is a hospital that was heading for E-Health, which since beginning of the Hospital no longer paper-based, but has implemented electronic data collection, but at the beginning of January 2015 made two versions of either electronically or manually( recorded on paper). The purpose of this research is to know the role and knowledge of physicians with the availability of high quality Electronic Health Record in this hospital . The type of research is observational analytic with cross sectional study design, quantitative research that is associative, aims to determine the effect or also the relationship between two or more variables. Target population of this study was a doctor in this hospital. While the sample of this research is all the population that met the inclusion criteria that all doctors who are given the authority did the process of hospital administration using e-health in this Hospital. Results of the test of normality that the data are not normally distributed ordinal and then use Spearman correlation test to examine the relationship between the role and knowledge of physicians with the availability of Electronic Health Records . The result showed that 23.43% based on the role doctors have influence the availability of a complete EHR and 45.7% Physician knowledge, have a significant effect on the availability of RKE. Physicians who have more capabilities can be used as “Champion” so it can be a role model or assist colleagues when experiencing difficulties in the implementation of the EHR. Knowledge doctors need to be improved both CD literature, demonstration or from the website. Implementation can be done in the form of regular training and self-learning, it is necessary to find appropriate solutions for the implementation of EHR is unable to support all interests Keywords: Electronic Health Record (E H R) The role of physicians, physician knowledge, availability HER Abstrak Rekam Kesehatan Elektronik (EHR) adalah catatan kesehatan pasien dibuat menggunakan media elektronik. Berarti bahwa penyedia layanan seperti dokter, perawat dan tenaga kesehatan lainnya tidak lagi dicatat pada media kertas tetapi telah menggunakan komputer dan disimpan di sistem catatan kesehatan yang merupakan bagian dari “E Health”. RSUD Kota Tangerang adalah rumah sakit yang sedang menuju E-Health, yang sejak awal Rumah Sakit berbasis kertas tidak lagi, tapi telah menerapkan pengumpulan data elektronik, tetapi pada awal Januari 2015 yang dibuat dua versi baik secara elektronik maupun manual (dicatat di atas kertas). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran dan pengetahuan dokter dengan ketersediaan kualitas tinggi Rekam Kesehatan Elektronik di rumah sakit ini. Jenis penelitian adalah analitik observasional dengan desain studi cross sectional, penelitian kuantitatif yang bersifat asosiatif, bertujuan untuk mengetahui pengaruh atau juga hubungan antara dua variabel atau lebih. Populasi target penelitian ini adalah seorang dokter di rumah sakit ini. Sedangkan sampel penelitian ini adalah seluruh populasi yang memenuhi kriteria inklusi bahwa semua dokter yang diberi kewenangan melakukan proses administrasi rumah sakit menggunakan e-kesehatan di Rumah Sakit ini. Hasil uji normalitas bahwa data tidak terdistribusi normal ordinal dan kemudian menggunakan uji korelasi Spearman untuk menguji hubungan antara peran dan pengetahuan dokter dengan ketersediaan Elektronik Kesehatan Records. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 23,43% berdasarkan dokter peran memiliki mempengaruhi ketersediaan EHR dan 45,7% pengetahuan Dokter lengkap, memiliki pengaruh yang signifikan pada ketersediaan RKE. Dokter yang memiliki kemampuan lebih dapat digunakan sebagai “Champion” sehingga dapat menjadi panutan atau membantu rekan ketika mengalami kesulitan dalam pelaksanaan EHR. 68
68
Lily Widjaja. Kebutuhan dan Strategi dalam Membangun E-Hospital ...
Dokter pengetahuan perlu ditingkatkan baik CD sastra, demonstrasi atau dari website. Implementasi dapat dilakukan dalam bentuk pelatihan reguler dan belajar mandiri, perlu untuk menemukan solusi yang tepat untuk pelaksanaan EHR tidak dapat mendukung semua kepentingan Kata kunci: Rekam Elektronik Kesehatan (EHR) Peran dokter, pengetahuan dokter, ketersediaan EHR
PENDAHULUAN Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang demikian cepat dan telah meliputi kehidupan masyarakat pada umunya dan dunia kesehatan pada khususnya. Dalam pengolahan data dan informasi kesehatan perlu menggunakan alat bantu atau media lain agar hasil yang diperoleh dapat lebih akurat dan tersedianya tepat waktu. Dengan adanya media elektronik maka fasilitas pelayanan kesehatan perlu memanfaatkannya dengan seksama. Namun demikian tentu banyak factor yang mempengaruhi terlaksananya penggunaan teknologi informasi dan komunikasi . Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2014 Tentang Sistem Informasi Kesehatan dikatakan bahwa E Health merupakan suatu inisiatif pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk pelayanan dan informasi kesehatan, utamanya untuk meningkatan kualitas pelayanan kesehatan dan meningkatkan proses kerja yang efektif dan efisien. Dalam hal implementasi Sistem Informasi Kesehatan secara elektronik, E-Health merupakan superset atau suprasistem dari Sistem Informasi Kesehatan yang diselenggarakan secara elektronik. Selanjutnya dikatakan bahwa untuk menjamin kualitas, dan akses terhadap Informasi Kesehatan yang bernilai pengetahuan, dan mewujudkan penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan yang berdaya guna dan berhasil guna, serta dapat menertibkan dan menyinkronkan penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan yang selama ini belum terintegrasi, diperlukan penguatan Sistem Informasi Kesehatan, lintas program, dan urusan secara berjenjang di pusat dan daerah serta yang didukung dengan peraturan perundang-undangan. Berkembangnya penggunaan teknologi informasi dan komunikasi di fasilitas pelayanan kesehatan dalam hal ini rumah sakit, puskesmas , perusahaan asuransi dan lainnya dengan kita temui adanya yang telah melaksanakannya dengan baik, tetapi ada juga yang telah memulainya tapi masih belum mencapai E
Health secara penuh, sebagian masih manual. Dapat kita lihat dari beberapa rumah sakit yang menjadi pilot project pemerintah . Berdasarkan presentasi dari dirjen BUK pada konferensi Forum Informatika Kesehatan Indonesia pada tanggal 3-4 Desember 2011 di Jakarta, dengan judul” Kebutuhan dan Strategi dalam membangun e-Hospital di Level Nasional “Di Jakarta E Hospital diawali dengan 6 RS Pilot Project (2011), kemudian Seluruh RS Vertikal + RSU Kelas A (2012) dan RS Kelas B + C (2013) dan seterusnya. Pada kenyataannya awal tahun 2015 dari 6 RS Pilot Project itu sendiri belum dapat melaksanakan E Hospital sepenuhnya. Rekam Kesehatan di rumah sakit/ puskesmas merupakan sumber data dari E-Health . dengan adanya pengumpulan, pengolahan dan penyajian data rumah sakit/ puskesmas secara elektronik maka pelaksanaan E-Health dapat berjalan dengan baik. Rekam Kesehatan Elektronik merupakan rekam kesehatan pasien yang dibuat dengan menggunakan media elektronik. Berarti pemberi pelayanan seperti dokter, perawat dan tenaga kesehatan lainnya tidak lagi mencatat di media kertas tetapi telah menggunakan computer dan mengentry dalam system rekam kesehatan yang merupakan bagian dari “E Health “ Menurut Margret K. Amatayakul (2014); Prasyarat untuk RKE yang berkualitas adalah adanya perencanaan, dukungan manajer senior, staf medis (dokter), pengguna yang terlibat dan sumber lainnya. Boonstra, A., & Broekhuis, M. (2010). Dalam penelitiannya tentang ” Barriers to the acceptance of electronic medical records by physicians from systematic review to taxonomy and interventions”. Studi ini mencakup dua puluh dua artikel yang dianggap hambatan ESDM seperti yang dirasakan oleh dokter. Delapan kategori utama hambatan, termasuk total 31sub-kategori, diidentifikasi. Sebagai factor A) Keuangan, B) Teknis, C) Waktu, D) Psikologis, E) Sosial, F) Hukum, G) Organisasi,dan H) Perubahan Proses
69
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia Vol. 3 No.2 Oktober 2015 ISSN: 2337-6007 (online); 2337-585X (Printed)
Semua kategori tersebut saling berkaitan satu sama lain. Secara khusus, Kategori G (Organisasi) dan H (Ganti Process) tampaknya menjadi faktor mediasi pada hambatan lainnya. RSUD Kota Tangerang merupakan rumah sakit yang sedang menuju E-Health , yang pada awalnya tidak lagi berbasis kertas, tetapi telah melaksanakan pengumpulan data adminstratif secara elektronik namun pada awal Januari 2015 dilakukan dua versi baik secara elektronik maupun manua atau mencatat di kertas. Berdasarkan observasi awal tahun 2015 pada rumah sakit swasta yang telah mempunyai Sistem Informasi rumah Sakit didapat bahwa hanya 10% dari dokter melakukan entry data medis melalui computer, sedangkan sisanya masih menggunakan kertas dan tidak ingin berubah ke era elektronik. Oleh karena itu, peneliti bertujuan untuk mengetahui peranan dan pengetahuan dokter dengan ketersediaan Rekam Kesehatan Elektronik yang berkualitas di RSUD Kota Tangerang. Tujuan dari penelitan ini adalah untuk mengetahui hubungan antara peranan dan pengetahuan dokter dengan ketersediaan Rekam Kesehatan Elektronik yang berkualitas di RSUD Kota Tangerang. Urgencynya adalah bahwa Rekam Kesehatan elektronik (RKE) kini menjadi trend terbaru dalam rangka peningkatan mutu dan keselamatan pasien serta mempermudah kinerja manajemen di rumah sakit. Di Indonesia masih sedikit rumah sakit yang menerapkan RKE. Meskipun RS ini telah menerapkan RKE, namun masih belum sepenuhnya, adanya dokter yang belum mau menggunakan elektronik dan masih mencatat Rekam Kesehatan pasiennya di kertas sehingga Rekam Kesehatan Pasien ada yang dalam bentuk kertas dan sebagian dalam bentuk elektronik. Untuk itu berdasarkan urgensi penelitian di atas, peneliti ingin mengetahui bagaimana peran dan pengetahuan dokter dengan ketersediaan Rekam Kesehatan Elektronik yang berkualitas di RS RSUD Kota Tangerang
untuk mengetahui pengaruh ataupun juga hubungan antara dua variabel atau lebih. Populasi sasaran penelitian ini adalah dokter di RSUD Kota Tangerang. Sedangkan sampel penelitian ini adalah semua sampel yang memenuhi kriteria inklusi yaitu seluruh dokter yang diberikan wewenang mengerjakan proses administrasi perumahsakitan menggunakan e- health di RSUD Kota Tangerang. Adapun kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah responden yang tidak bersedia untuk diwawancarai dan tidak memiliki tanggung jawab sebagai dokter yang mengerjakan proses administrasi perumahsakitan menggunakan e- health. Peneliti mengambil seluruh populasi untuk dijadikan responden mengingat jumlah dokter yang masih dapat dijangkau untuk dilakukan observasi. Diperoleh 77 responden dari 100 dokter yang ada di RSUD Kota Tangerang.Analisis data yang dilakukan adalah Analisis univariat untuk melihat distribusi dan frekuensi pada tiap variabel penelitian dan melihat data missing, serta outlier Analisis bivariat digunakan untuk menguji hipotesis dengan menentukan variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen), melalui uji statistik akan dapat disimpulkan ada tidaknya pengaruh dari variabel x terhadap variabel y. Uji statistik yang akan digunakan yaitu uji koefisien korelasi / korelasi Spearman digunakan untuk mencari hubungan berdasarkan data yang dikumpulkan dari dua variabel berskala ordinal (skala likert).Data dari kedua variabel tidak harus berdistibusi normal (Sugiyono (2012:250)
HASIL PENELITIAN Peranan Dokter diperoleh hasil sbb.:
METODE Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat asosiatif, yaitu penelitian yang bertujuan
70
Dokter yang berperan baik dalam ketersediaanRKE ada 7,8% dan cukup berperan 88,3% dan sisanya yang kurang berperan dalam ketersediaan RKE = 3,9%
Widjaja. dan Strategi dalamdan Membangun E-Hospital ... dan sisanya yang kurang Dokter yang berperanLily baik dalam Kebutuhan ketersediaanRKE ada 7,8% cukup berperan 88,3% berperan dalam ketersediaan RKE = 3,9%
Dokter yang berperan baik dalam ketersediaanRKE ada 7,8% dan cukup berperan 88,3% dan sisanya yang kurang 2. Jenis Kelamin berperan dalam ketersediaan RKE = 3,9%
Tabel 2 Distribusi Prosentase Frekwensi Responden berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin
Frekwensi
%
Laki-laki
32
42%
Perempuan
45
58%
Total
77
100%
Berdasarkan tabel di atas , Jumlah responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 32 orang dan perempuan 45 orang. Responden perempuan (58%) lebih banyak dari laki-laki Dokteryang yangberpengetahuan berpengetahuan baik terkait RKE Dokter baik terkait RKE adaada 22,1% dan berpengetahuan cukup terkait RKE 75,3% dan sisanya (42%). yang berpengetahuan kurangcukup terkaitterkait RKE RKE 2,6% 75,3% . 22,1% dan berpengetahuan 3. Pendidikan terakhir dan sisanya yang berpengetahuan terkait Dokter yang berpengetahuan baik terkaitkurang RKE ada 22,1% dan berpengetahuan cukup terkait RKE 75,3% dan sisanya Tabel 3 Distribusi Prosentase Frekwensi Responden RKE 2,6% . yang berpengetahuan kurang terkait RKE 2,6% . Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pendidikan Terakhir
Frekwensi
%
Dokter Umum
16
21%
Dokter Spesialis
61
79%
Total
77
100%
Berdasarkan tabel di atas , Jumlah responden yang Dokter Umum sebanyak 16 orang dan Dokter Spesialis 61 orang. Responden yang Dari Grafik di atas dapat dilihat bahwa ketersediaan RKE yang lengkap ada = 16,9% cukup lengkap = 80,5% Dokter Spesialis jauhdan lebih tinggi (79%) dari dan sisanya yang kurang lengkap ada 2,6% yang Dokter Umum (21%). Dari Grafik di atas dapat dilihat bahwa ketersediaan RKE yang lengkap ada = 16,9% dan cukup lengkap = 80,5% dan Karakteristik Responden 4. Unit Kerja sisanya yang kurang ada 2,6% Grafik diUmur ataslengkap dapat dilihat bahwa ketersediaan 1.Dari Kelompok RKE yang lengkap ada = 16,9%Frekwensi dan cukup Responden lengkap berdasarkan Tabel 4 Distribusi Prosentase Tabel 1 Distribusi Prosentase Kelompok Umur Frekwensi Responden Karakteristik Responden = 80,5% dan sisanya yang kurang lengkap ada 2,6% Berdasarkan Unit Kerja 1. Kelompok Umur Tabel 1 Distribusi Prosentase Frekwensi Responden berdasarkan Kelompok Umur Unit Kerja Frekwensi % Kelompok Karakteristik Responden Umur Frekwensi Prosentase UGD 15 19.5% Rawat Jalan 60 77.9% 1. Kelompok Kelompok Umur 12 <31th 12% Umur Frekwensi Prosentase Rawat Inap 1 1.3% 31-40th 31 Frekwensi 31%Responden Tabel 1 Distribusi Prosentase Lainnya 1 1.3% 41-50th 18Umur 18% berdasarkan Kelompok <31th 12 12% 51-60th 16 16% 31-40th 31 31% Total 77 100% Kelompok Umur Frekwensi Prosentase Total 77 100% 41-50th 18 18% <31th 12 12% pada kelompok umur 31-40 th sebanyak 31 orang (31%) terendah Berdasarkan tabel di atas, tertinggi 51-60th 16 prosetase 16% Berdasarkan tabel di atas, Jumlah responden 31-40th umur <31 th (12%). 31 31% kelompok Total 77 100% unit kerja di UGD sebanyak 15 orang (19.8%), 41-50th 18% Berdasarkan tabel di atas, 18 prosetase tertinggi pada kelompokResponden umur 31-40 yang th sebanyak orang (31%)Jalan terendah di unit 31 kerja Rawat 51-60thumur <31 th (12%). 16 16% kelompok sebanyak 60 orang (77.9%), Rawat Inap Total 77 100% sebanyak 1orang (1.3%), Lainnya sebanyak 1 orang (1.3%), Responden yang di unit kerja Berdasarkan tabel di atas, prosetase tertinggi Rawat Jalan lebih tinggi (77.9%) lebih tinggi pada kelompok umur 31-40 th sebanyak 31 dari di unit UGD (19.5%) orang (31%) terendah kelompok umur <31 th
(12%).
71
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia Vol. 3 No.2 Oktober 2015 ISSN: 2337-6007 (online); 2337-585X (Printed)
5. Lama Bekerja Tabel 5 Distribusi Prosentase Frekwensi Responden berdasarkan Lama Bekerja Lama Bekerja
Frekwensi
%
d”1 tahun
4
5.2%
>1-5 tahun
29
37.7%
>5-10 tahun
13
16.9%
> 10 tahun
31
40.3%
77
100.00%
Berdasarkan tabel di atas , Jumlah responden yang lama kerja < 1 tahun sebanyak 4 orang (5.2%), >1-5 tahun sebanyak 29 orang (37.7%), >5-10 tahun sebanyak 13 orang (16.9%), sedangkan >10 tahun sebanyak 31 orang (40.3%). Kelompok lama bekerja terbanyak adalah kelompok yang bekerja >10tahun sebanyak 31 orang (40.3%). Hubungan antara Peranan dan Ketersediaan RKE Nilai sig 0,000< 0,05 maka Ho ditolak yang artinya terdapat hubungan antara peranan dokter dan ketersediaan RKE. Besar hubungannya (r=0,484) berarti hubungan antara peranan dokter dan ketersediaan RKE cukup kuat. Koefisien determinasi yang di dapat adalah Kd = r2 x 100% = (0,484) 2 x 100% = 23,43 %. Dari hasil tersebut berarti 23,43% peranan dokter mempengaruhi ketersediaan RKE yang lengkap dan sisanya 76,57% dipengaruhi oleh faktor lain . Hubungan antara Pengetahuan dan Ketersediaan RKE Nilai sig 0,000< 0,05 maka Ho ditolak yang artinya terdapat hubungan antara pengetahuan dokter dan ketersediaan RKE. Besar hubungannya (r=0,676) berart hubungan antara peranan dokter dan ketersediaan RKE kuat. Koefisien determinasi yang di dapat adalah Kd = r2 x 100% = (0,676) 2 x 100% = 45,7 %. Dari hasil tersebut berarti 45,7% pengetahuan dokter mempengaruhi ketersediaan RKE yang lengkap dan sisanya 54,3% dipengaruhi oleh faktor lain . Hasil Pengamatan Pelaksanaan Rke Di Lapangan Pelaksanaan RKE di RSUD Kota Tangerang telah dilaksanakan sejak rumah sait berdiri 10 Maret 72
2014, kemudian menerima BPJS sejak 1 September 2014. Karena memerlukan lembaran yang wajib ditandatangani oleh dokter maka sejak sejak Januari 2015 dilaksanakan juga RK yang manual atau ditulis oleh dokter, sehingga terjadi dualisme pelaksanaan.
PEMBAHASAN Faktor yang mempegaruhi peranan Dokter terhadap ketersediaan RKE: 1. Menurut Margret K. Amatayakul (2014); Keterlibatan pengguna dari awal merupakan suatu prasyarat untuk proyek RKE. Pengguna termasuk seluruh dokter seperti juga bagian administrasi keuangan, orang lain yang percaya dengan RKE untuk memikul tanggungjawab mereka. Hasil yang diperoleh bahwa keikutsertaan dokter dalam perencanaan tersedianya RKE cukup tinggi sebesar 91,4% berarti dokter diikutsertakan dalam penyediaan dan pengambil keputusan pengadaan system informasi RSUD Kota Tangerang. 2. Adanya “Physician Champion” akan menjadi contoh dan membantu teman sejawatnya dalam pelatihan dan penggunaaan RKE terutama di tempat kerja , hal ini sangat membantu tim IT RSUD Kota Tangerang 3. Sesuai dengan UU Praktek Kedokteran bahwa dokter wajib mencatat rekam medis dengan baik dan benar serta mencatat informasi yang diberikan kepada pasien dan keluarganya. Dalam implementasi hal ini dilaksanakan dengan baik oleh para dokter di RSUD Kota Tangerang dapat dilihat dari tingginya ketersediaan RKE Dimensi Peranan Dokter , memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ketersediaan RKE. Dokter yang mempunyai kemampuan yang lebih dapat dijadikan Champion sehingga dapat menjadi panutan atau membantu teman sejawatnya bila mengalami kesulitan dalam pelaksanaan RKE. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan Dokter terhadap ketersediaan RKE: Amatayakul mengatakan bahwa pentingnya pengetahuan dokter terkait dengan computer selaku sebagai pengguna media elektronik dalam bekerja. Untuk membantu mengajar bagi pengguna dalam hal ini para dokter dapat dilakukan dengan membagikan CD literatur dan CD demonstrasi , Website demonstrasi atau demonstrsi produk RKE secara berkala sehingga pengguna bisa mulai belajar
sistem ini.Jika hal ini dilakukan sebagai aktifitas edukasi, perlu adanya komunikasi antara pengguna dan vendor . Pada kenyataannya dokter yang bekerja di RSUD Kota Tangerang mempunyai pengetahuan yang cukup dalam mengoperasikan komputer. Dimensi Pengetahuan Dokter , memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ketersediaan RKE. Pengetahuan dokter perlu ditingkatkan baik dari CD literatur, CD demonstrasi maupun dari website. Pelaksanaannya dapat dilakukan dalam bentuk pelatihan rutin maupun mandiri. Pelaksanaan RKE Berdasarkan pengamatan saat ini bahwa pelaksanaan RKE juga disertakan pelaksanaan RK yang manual atau dokter juga menulis di kertas. Pelaksanaan RKE yang dualisme dengan manual sejak Januari 2015 di RSUD Kota Tangerang dapat mempengaruhi para dokter karena mengerjakannya dua kali. Hal ini mungkin akan mempengaruhi ketersediaan RKE pada tahun 2015. Untuk itu perlu dilakukan penelitian lanjutan pada masa yang akan datang untuk ketersediaan RKE
KESIMPULAN Dokter berperan dalam ketersediaan RKE di RSUD Kota Tangerang , 23,43% peranan dokter mempengaruhi ketersediaan RKE yang lengkap dan sisanya 76,57% dipengaruhi oleh faktor lain. Sedangkan 45,7% pengetahuan dokter mempengaruhi ketersediaan RKE yang lengkap dan sisanya 54,3% dipengaruhi oleh faktor lain
DAFTAR PUSTAKA Amatayakul, Margret K., Electronic Health Records, (AHIMA, Chicago, Illionis, 2012) Boonstra, A., & Broekhuis, M. (2010). Barriers to the acceptance of electronic medical records by physicians from systematic review to taxonomy and interventions. BMC Health
Services Research, 10, 231. doi:http://dx.doi. org/10.1186/1472-6963-10-23 Darice Grzybowski, Strategic for Electronic Document and Health Record Management, (AHIMA, Chicago, Illionis, 2014) Davis, MM., Heineke, Janelle, Managing Services, (Mc.Graw-Hill International, New York, 2003) Dirjen Bina Yanmed, Standar Pelayanan minimal RS, 2008 Hatta, Gemala, Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan, (UI Press, Jakarta: 2008) Helton, Jeffrey R Assessing The Impact Of Electronic Health Record Technology Adoption On Hospital Labor Efficiency , The University Of Texas School Of Public Health Houston, Texas May, 2011 Hosizah, Kumpulan Peraturan Perundangan Rekam Medsi dan Informasi Kesehatan (aptiRMIK Press, Yogyakarta, Januari 2014) Huffman, Edna K., “Health Information Management :10th edition, ( Berwyn, Illinois : Physician Record Co, 1994). Notoadmodjo, Soekidjo. “Kesehatan Masyarakat”, (Jakarta :Rineka Cipta, 2007) Patel , Vaishali et al,Variation in Electronic Health Record Adoption and Readiness for Meaningful Use: 2008–2011, Journal General Internal Medicine, 28(7):957–64 ,Januari 2013 Takian, Amirhossein et al ,We are bitter, but we are better off: case study of the implementation of an electronic health record system into a mental health hospital in England, BMC Health Services Research 2012, 12:484 http:// www.biomedcentral.com/1472-6963/12/484 Weng Chi Chao, et al, Benefits And Challenges Of Electronic Health Record System on Stakeholders, J Med Syst (2013) Blog: Fuad, Anis, Peran Teknologi Inf
73