WORKSHOP NASIONAL PENGEMBANGAN GULA KELAPA DAN AREN
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL GULA KELAPA DAN AREN Oleh :
Adisatrya Suryo Sulisto Anggota Komisi VI DPR RI
Purwokerto, 16-17 Desember 2015
POTENSI INDUSTRI GULA KELAPA DAN GULA AREN Gula kelapa dan gula aren masuk dalam salah satu program pemerintah dalam diversifikasi industri gula nasional, yakni pembangunan industri gula kelapa dan aren sebagai salah satu alternatif sumber gula alami non tebu Gula kelapa dan gula aren memiliki nilai nutrisi yang lebih tinggi dibanding gula tebu Gula kelapa dan gula aren mempunyai rasa dan aroma yang khas, maka pasarnya tidak tersaingi oleh jenis pemanis lain. Proses pengolahan gula kelapa dan aren tidak memakai bahan kimia sehingga banyak diminati oleh pasar ekspor. Potensi produksi gula kelapa dan gula aren dalam bentuk gula semut (gula gerus halus) sangat besar. Dalam scope nasional, wilayah Cilacap, Banyumas, Banjarnegara, Purbalingga dan Kebumen masih tersedia lahan cukup luas untuk budidaya pohon kelapa dan aren. Industri pengolahan makanan terus berkembang sehingga pasar gula kelapa dan gula aren tidak akan kehilangan pasar. 1
BANYUMAS SEBAGAI SENTRA GULA KELAPA NASIONAL Kabupaten Banyumas memiliki keunggulan geografis, dan merupakan salah satu daerah penghasil gula kelapa paling potensial di Jawa Tengah, bahkan di Indonesia. Akan tetapi, terdapat beberapa identifikasi permasalahan yang perlu mendapatkan perhatian. Selanjutnya dibahas beberapa faktor keunggulan serta tantangan / permasalahan Keunggulan Memiliki luas lahan sekitar 18.000 hektar dengan kapasitas produksi sekitar 63.000 ton per tahun. Pelaku usaha Banyumas memiliki karakteristik yang homogen, yaitu memproduksi gula kelapa dari air nira. Artinya, sebagian besar UKM didaerah Banyumas bergerak dalam bidang produksi gula kelapa dan gula aren (74 %). Hal ini tentunya apabila dikembangkan dan dikelola secara tepat tentunya akan menambah PAD, menyerap tenaga kerja dan pada ujungnya mensejahterakan masyarakat. Kapasitas produksi gula kelapa di Banyumas rata –rata mencapai 923 kg per bulan. Omset pengusaha gula kelapa di Banyumas rata-rata berkisar Rp. 1 juta sampai dengan Rp. 3 juta per bulan. 2
BANYUMAS SEBAGAI SENTRA GULA KELAPA NASIONAL Tantangan atau Hambatan Industri gula kelapa di Banyumas masih bersifat tradisional, belum dapat dikatakan profesional. Sekitar 88% belum memiliki legalitas usaha dan hanya 12% yang berbentuk CV. Modal kerja yang terbatas dan tidak memiliki akses ke sumber pendanaan formal sehingga seringkali terjerat hutang kepada rentenir / tengkulak yang berfungsi sebagai kreditur informal. Pemasaran masih sangat tergantung pada tengkulak sehingga para petani sulit mendapatkan harga jual yang tinggi. Rendahnya kualitas sumber daya manusia ( SDM ). Sekitar 54% berpendidikan SD dan merupakan pekerja lepas Belum adanya teknologi yang mumpuni. Produksi gula kelapa masih menggunakan kayu bakar sehingga berpotensi merusak lingkungan 3
BANYUMAS SEBAGAI SENTRA GULA KELAPA NASIONAL Tantangan atau Hambatan Belum ada kontrol terhadap proses produksi baik itu dari segi kualitas, kebersihan dan standarisasi mutu produk. Produksi gula kelapa dan aren masih merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari (subsistence). Meskipun dalam satu desa terdapat ratusan pengrajin gula aren atau gula kelapa, masing-masing pengrajin memproses bahan baku dengan caranya sendiri. Akibatnya tidak terdapat standar mutu yang sama. Permintaan gula kelapa untuk kebutuhan ekspor mencapai 5.000 ton per bulan dengan negara tujuan antara lain Hongkong, Canada, Australia, Timur Tengah dan Jerman. Sayangnya, kemampuan untuk mengekspor baru mencapai 1.200 ton per bulan. Belum maksimalnya pembinaan dan koordinasi yang dilakukan oleh Pemerintah baik pusat maupun daerah via Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Disperindakop) ditingkat Kabupaten 4
KEBIJAKAN PEMERINTAH PERATURAN SEBAGAI LANDASAN HUKUM Sejauh ini pemerintah bersama DPR telah berupaya menelurkan berbagai peraturan yang dapat menunjang perindustrian nasional, dalam hal ini khususnya yang berdampak pada industri gula kelapa dan gula aren nasional, antara lain : 1. UU No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian pasal 3
Perindustrian diselenggarakan dengan tujuan antara lain : a) Mewujudkan kepastian berusaha, persaingan yang sehat, serta mencegah pemusatan atau penguasaan Industri oleh satu kelompok atau perseorangan yang merugikan masyarakat. b) Mewujudkan pemerataan Industri ke seluruh wilayah Indonesia guna memperkuat dan memperkukuh ketahanan Nasional. c) Meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat secara berkeadilan.
5
KEBIJAKAN PEMERINTAH 2. UU No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian pasal 8 untuk mewujudkan penyelenggaraan Perindustrian sesuai dengan pasal 3, maka disusunlah Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN ) yang merupakan pedoman pemerintah dan pelaku Industri. RIPIN disusun dalam jangka waktu 20 ( dua puluh ) tahun dan dapat ditinjau kembali setiap 5 ( lima ) tahun. 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 14 Tahun 2015 tentang RIPIN pasal 1 ayat 2 (h) yaitu kebijakan afirmatif industri kecil dan menengah.
4. Lampiran Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 14 Tahun 2015 tentang RIPIN, strategi pembangunan industri antara lain a) Mengembangkan industri hulu berbasis sumber daya alam b) Meningkatkan penguasaan teknologi dan kualitas sumber daya manusia industri c) Mengembangkan Sentra Industri Kecil dan Industri Menengah d) Menyediakan langkah- langkah afirmatif berupa perumusan kebijakan, penguatan kapasitas kelembagaan dan pemberian fasilitas kepada industri kecil dan industri menengah. e) Melakukan pembangunan sarana dan prasarana industri 6
LANGKAH YANG HARUS DIAMBIL Rekomendasi Perlunya Perubahan Struktural secara menyeluruh untuk meningkatkan industri kecil gula kelapa serta mensejahterakan para petani. Perubahan ini meliputi : Memperkuat permodalan dengan didirikan koperasi simpan-pinjam atau institusi keuangan pemerintah agar pengusaha atau petani gula kelapa dapat terlepas dari jeratan rentenir / tengkulak. Misalnya dengan memperkuat fungsi Bank Pembangunan Daerah sebagai pendanaan Industri Kecil Menengah ( IKM ) Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pelatihan atau penyuluhan yang diadakan oleh pemerintah. Meningkatkan fungsi koperasi sebagai trading house yang dilengkapi gudang untuk buffer stock. Tujuannya untuk menjaga kestabilan harga. Pengembangan teknologi agar dapat memiliki mutu yang berstandard internasional, higienis dan ramah lingkungan. Dapat melakukan kerjasama dengan perguruan tinggi atau LIPI. 7
LANGKAH YANG HARUS DIAMBIL Menggunakan teknologi IT dalam promosi penjualan produk gula kelapa. Misalnya melalui penjualan on-line. Melakukan branding sebagai strategi pemasaran seperti mengubah kemasan menjadi menarik serta memenuhi persyaratan lingkungan dan kesehatan. Perluasan lahan dalam rangka peningkatan kapasitas produksi terutama untuk kebutuhan komoditi ekspor. Peningkatan kontrol dan dilakukannya evaluasi oleh Pemda setempat. Tujuannya untuk melihat apakah kebijakan pemerintah sudah dapat diimplementasikan dengan baik sesuai dengan konteks kebutuhan dan persoalan masyarakat.
Terimakasih