POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
GULA AREN (Gula Semut dan Gula Cetak)
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
KATA PENGANTAR Cetakan Syariah
Dalam rangka mengembangkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), Bank Indonesia memberikan bantuan teknis dalam bentuk pelatihan dan penyediaan informasi. Salah satu informasi yang disediakan oleh Bank Indonesia adalah buku pola pembiayaan. Sampai saat ini, telah tersedia 106 judul komoditi. Buku pola pembiayaan tersebut semua mengunakan sistem konvensional (suku bunga). Untuk mendukung perkembangan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) yang makin pesat pada tahun-tahun terakhir ini, Bank Indonesia mengusahakan penyediaan buku pola pembiayaan dengan sistem syariah. Buku pola pembiayaan syariah yang disediakan merupakan konversi dari data dan informasi buku yang sudah diterbitkan. Oleh karena itu bagi peminat yang ingin memanfaatkannya diharapkan dapat menyesuaikan dengan kondisi saat ini. Dari 106 judul buku pola pembiayaan yang sudah tersedia, sampai dengan tahun 2008 Bank Indonesia telah mengkonversikan ke sistem syariah sebanyak 21 judul buku. Pada tahun 2009, Bank Indonesia melakukan konversi 5 (lima) buku pola pembiayaan ke sistem syariah. Satu diantara buku pola pembiayaan yang dikonversikan ke sistem syariah adalah usaha gula aren dengan produk gula semut dan gula cetak. Sedangkan produk pola pembiayaan yang digunakan adalah musyarakah (bagi hasil). Dalam penyusunan pola pembiayaan dengan sistem syariah, Bank Indonesia memperoleh bantuan dari banyak pihak antara lain PT. Bank Syariah Mandiri baik di kantor pusat maupun kantor cabang, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk, PT. Bank Syariah Muamalat Indonesia, PT. Bank Syariah Mega Indonesia dan berbagai nara sumber korespodensi baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Atas sumbang pikir dan bantuan kelancaran penyusunan buku pola pembiayaan syariah ini, Bank Indonesia cq Biro Pengembangan BPR dan UMKM (BPBU) menyampaikan terimakasih.
i
Sedangkan bagi pembaca yang ingin memberikan kritik, saran dan masukkan bagi penyempurnaan buku ini atau ingin mengajukan pertanyaan terkait dengan buku ini dapat menghubungi: BPBU - Tim Penelitian dan Pengembangan Perkreditan dan UMKM (TP3KU), Bank Indonesia dengan alamat: Gedung Tipikal (TP), Lt. V Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10110 Telp: (021) 381-7412, Fax: (021) 351 – 8951 Email:
[email protected] Akhir kata, semoga buku ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi pengembangan UMKM dan Lembaga Keuangan Syariah.
ii
Jakarta, Desember 2009 Direktorat Kredit, BPR dan UMKM
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Ringkasan Pola Pembiayaan Usaha Kecil Syariah Usaha Pembutan Gula Aren No
Unsur Pembiayaan
Uraian
1
Jenis usaha
Usaha Pembuatan Gula Aren
2
Skala usaha optimum
Skala industri kecil dengan produksi gula aren per bulan 12.500kg gula aren semut dan 1.250kg gula aren cetak.
3
Lokasi Usaha
Desa Hariang, Kecamatan Sobang, Kabupaten Lebak
4
Dana yang diperlukan
- Investasi
= Rp259.200.000,-
- Modal Kerja = Rp 92.251.458,- Total
= Rp351.451.458,-
5
Sumber Dana
Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dan modal sendiri
6
Plafon Pembiayaan
a. Plafon pembiayaan dari LKS: Pembiayaan modal kerja sebesar 80% dari total pembiayaan modal kerja yaitu sebesar Rp.70.000.000,b. Kontribusi nasabah: - ±20% dari total kebutuhan modal kerja sebesar Rp.22.251.458,- 100% dari biaya investasi:Rp.259.200.000,Total kontribusi nasabah sebesar Rp. 281.451.458,-.
7
Akad Pembiayaan
Kebutuhan pembiayaan usaha gula aren adalah akad musyarakah (murni), hal ini karena biaya yang dibutuhkan adalah untuk modal kerja dengan kontribusi modal baik dari nasabah maupun dari Lembaga Keuangan Syariah (LKS).
8
Jangka Waktu Pembiayaan
Pembiayaan modal kerja selama 1 tahun,dapat diperpanjang jika sudah jatuh tempo sepanjang kinerja pembiayaannya bagus (sesuai dengan kriteria bank bersangkutan)
iii
9
Perhitungan nisbah
a. Berdasarkan pengakuan pendapatan (revenue sharing) yang disepakati oleh kedua belah pihak melalui berita acara bagi hasil. b. Pengakuan pendapatan ini dilakukan setiap bulan,sebagai dasar perhitungan perolehan nisbah kedua belah pihak.
10
Nisbah Bank
0,76%
11
Nisbah Nasabah
99,24%
12
Periode Pembayaran
- Angsuran pokok pembiayaan dilakukan pada akhir
Pembiayaan
periode pembiayaan - Nisbah bagi hasil bank dibayarkan setiap bulan
13
Kelayakan Usaha a. Periode Proyek
5 tahun
b. Skala usaha
14
Gula Cetak
1.250 kg/bulan
Gula Semut
12.500 kg/bulan
c. Tingkat Teknologi
Manual dan Mesin sederhana
d. Pemasaran Produk
Dijual langsung, agen, pesanan
Kelayakan Usaha
a. Usaha pembuatan Gula Aren mampu menghasilkan keuntungan setelah membayar kewajiban pembiayaan kepada LKS. b. Total nisbah yang diperoleh dari pembiayaan modal kerja dengan akad musyarakah diproyeksikan adalah Rp.9.800.000,-. c. Dengan demikian usaha pembuatan Gula Aren layak untuk diusahakan dan memperoleh pembiayaan dari LKS.
iv
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
DAFTAR ISI
Hal KATA PENGANTAR .................................................................................... i RINGKASAN ............................................................................................... iii DAFTAR ISI ................................................................................................. v DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... viii DAFTAR FOTO ........................................................................................... viii DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix BAB I PENDAHULUAN . ............................................................................ 1 BAB II PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN 2.1. Profil Usaha ................................................................................ 2.2. Pola Pembiayaan ........................................................................
5 6
BAB III ASPEK TEKNIS PRODUKSI 3.1. Lokasi Usaha .............................................................................. 3.2. Fasilitas Produksi dan Peralatan . ................................................. 3.2.1. Fasilitas Produksi . ............................................................ 3.2.2. Peralatan ......................................................................... 3.3. Bahan Baku ................................................................................ 3.4. Tenaga Kerja . ............................................................................. 3.5. Teknologi . .................................................................................. 3.6. Proses Produksi . ......................................................................... 3.7. Jenis, Jumlah dan Mutu Produksi ................................................ 3.8. Produksi Optimum . .................................................................... 3.9. Kendala Produksi .......................................................................
9 9 9 10 10 10 11 11 17 18 18
v
BAB IV ASPEK PASAR DAN PEMASARAN 4.1. Aspek Pasar . .............................................................................. 4.1.1. Permintaan ....................................................................... 4.1.2. Penawaran ...................................................................... 4.1.3. Analisis Persaingan dan Peluang Pasar.............................. 4.2. Aspek Pemasaran ....................................................................... 4.2.1. Harga .............................................................................. 4.2.2. Jalur Pemasaran Produk ................................................... 4.2.3. Kendala Pemasaran .........................................................
21 21 21 22 23 23 23 24
BAB V ASPEK KEUANGAN 5.1. Fleksibilitas Produk Pembiayaan Syariah ...................................... 5.2. Pemilihan Pola Usaha dan Pembiayaan ....................................... 5.2.1 Karakteristik Usaha Gula Aren .......................................... 5.2.2 Pola Usaha dan Pembiayaan..………................................... 5.2.3 Produk Musyarakah............................................................ 5.3. Asumsi dan Parameter Teknis . .................................................... 5.4. Komponen dan Struktur Biaya Proyek ......................................... 5.4.1 Biaya Investasi .................................................................... 5.4.2 Biaya Operasional .............................................................. 5.5. Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja ................................ 5.6. Proyeksi Produksi dan Pendapatan .............................................. 5.7. Proyeksi Laba Rugi dan Break Event Point (BEP)............................ 5.8. Proyeksi Arus Kas ....................................................................... 5.8. Proyeksi Perolehan Nisbah Pembiayaan........................................
25 26 26 27 28 30 32 32 33 34 36 36 37 38
BAB VI ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN 6.1. Aspek Ekonomi dan Sosial .......................................................... 41 6.2. Aspek Dampak Lingkungan ........................................................ 41
vi
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan ................................................................................ 43 7.2. Saran . ........................................................................................ 44 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... DAFTAR WEBSITE ..................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
47 48 50
vii
DAFTAR GAMBAR Gambar Hal Gambar 1.1. Gambar 3. 1. Gambar 3. 2. Gambar 4. 1. Gambar 4. 2.
Pohon Industri Produk Turunan Aren ..................................... Diagram alur proses produksi gula aren cetak dan gula semut oleh pengrajin...................................................... Diagram alur proses produksi gula semut oleh sentra industri. Rantai Pemasaran Gula Aren Cetak........................................ Rantai Pemasaran Gula Aren Semut.......................................
1 16 17 23 24
DAFTAR FOTO Foto Hal 3. 1. 3. 2. 3. 3. 3. 4. 3. 5. 3. 6. 3. 7.
viii
Lodong diberi kapur sebelum dipakai................................................... Nira aren dimasak sambil diaduk.......................................................... Gula aren setelah pekat didinginkan.................................................... Gula Aren Cetak.................................................................................. Mesin Penggiling................................................................................. Gula Aren semut diayak berdasarkan ukuran kehalusan....................... Gula Aren semut berdasarkan 3 jenis ukuran kehalusan.......................
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
12 13 13 14 15 15 15
DAFTAR TABEL Tabel Hal 1.1. 4.1. 5.1. 5.2. 5.3. 5.4. 5.5. 5.6.
Enam Besar Propinsi Penghasil Aren di Indonesia Tahun 2006.............. Perkembangan luas pertanaman, produksi dan produktivitas gula aren di Indonesia.......................................................................... Asumsi dan Parameter Teknis untuk Analisa Keuangan ....................... Kebutuhan Biaya Investasi................................................................... Kebutuhan Biaya Operasional.............................................................. Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja Usaha Gula Aren.............. Proyeksi Produksi dan Penjualan Gula Aren.......................................... Proyeksi Laba Rugi Rata-rata Per Tahun................................................
2 22 31 32 34 35 36 37
ix
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
BAB I PENDAHULUAN
Aren atau enau (Arrenga pinnata Merr) adalah salah satu keluarga palma yang memiliki potensi nilai ekonomi yang tinggi dan dapat tumbuh subur di wilayah tropis seperti Indonesia. Tanaman aren bisa tumbuh pada segala macam kondisi tanah, baik tanah berlempung, berkapur maupun berpasir. Namun pohon aren tidak tahan pada tanah yang kadar asamnya terlalu tinggi. Di Indonesia, tanaman aren dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal pada tanah yang memiliki ketinggian di atas 1.200 meter di atas permukaan laut dengan suhu udara o rata-rata 25 celcius. Di luar itu, pohon aren masih dapat tumbuh namun kurang optimal dalam berproduksi. Pohon aren memiliki potensi ekonomi yang tinggi karena hampir semua bagiannya dapat memberikan keuntungan finansial. Buahnya dapat dibuat kolangkaling yang digemari oleh masyarakat Indonesia pada umumnya. Daunnya dapat digunakan sebagai bahan kerajinan tangan dan bisa juga sebagai atap, sedangkan
Gambar 1.1. Pohon Industri Produk Turunan Aren
1
PENDAHULUAN
akarnya dapat dijadikan bahan obat-obatan. Dari batangnya dapat diperoleh ijuk dan lidi yang memiliki nilai ekonomis. Selain itu, batang usia muda dapat diambil sagunya, sedangkan pada usia tua dapat dipakai sebagai bahan furnitur. Namun dari semua produk aren, nira aren yang berasal dari lengan bunga jantan sebagai bahan untuk produksi gula aren adalah yang paling besar nilai ekonomisnya. Dalam gambar pohon industri, berikut adalah beberapa produk turunan dari aren yang berpotensi untuk dikembangkan. Gula aren sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai salah satu pemanis makanan dan minuman yang bisa menjadi substitusi gula pasir (gula tebu). Gula aren diperoleh dari proses penyadapan nira aren yang kemudian dikurangi kadar airnya hingga menjadi padat. Produk gula aren ini adalah berupa gula cetak dan gula semut. Gula cetak diperoleh dengan memasak nira aren hingga menjadi kental seperti gulali kemudian mencetaknya dalam cetakan berbentuk setengah lingkaran. Untuk gula semut, proses memasaknya lebih panjang yaitu hingga gula aren mengkristal, kemudian dikeringkan (dijemur atau dioven) hingga kadar airnya di bawah 3%. Jenis yang terakhir ini memiliki keunggulan yaitu berdaya tahan yang lebih lama, lebih higienis dan praktis dalam penggunaannya. Tabel 1.1 Enam Besar Propinsi Penghasil Aren di Indonesia Tahun 2006 Daerah
Luas Area (Ha)
Jawa Barat*
13.878
7.866
Sulawesi Utara
5.928
5.846
Sumatera Utara
4.708
3.752
Sulawesi Selatan
4.520
2.503
Jawa Tengah
2.638
2.454
Bengkulu
3.388
2.058
Sumber : Statistik Perkebunan Tahun 2006, hal 8 * Jawa Barat termasuk Banten.
2
Produksi (ton)
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Gula Aren (Gula Semut Dan Gula Cetak)
Luas area pohon aren yang diusahakan di Indonesia adalah 62.120 ha dengan jumlah produksi 36.991 ton dalam bentuk gula merah. Berikut ini adalah enam Propinsi penghasil aren terbesar di Indonesia. Gula aren selama ini menjadi sumber mata pencaharian penting bagi para petani di sentra-sentra produksinya. Salah satu sentra produksi gula aren di Indonesia adalah di Kabupaten Lebak, Propinsi Banten yaitu tepatnya di desa Hariang, Kecamatan Sobang. Kabupaten Lebak dikenal sebagai salah satu daerah penghasil gula aren terbesar di Indonesia. Industri gula aren di kabupaten ini menyerap 5.406 tenaga kerja melalui 2.982 unit usaha mikro dan kecil, belum termasuk tenaga kerja di saluran distribusinya. Kapasitas produksi per tahun mencapai 2.249,4 ton yang tersebar di 44 sentra produksi1.
1
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Lebak, 2005
3
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
BAB II PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN
2.1. Profil Pengusaha Usaha gula aren pada umumnya dilaksanakan oleh para pengrajin sebagai usaha sampingan. Ini karena waktu penyadapan dapat dilakukan pada pagi dan sore hari di luar waktu kerja utamanya. Usaha ini tergolong jenis home industry karena pengerjaannya secara individual di rumah masing-masing pengrajin. Penyadapan biasanya dilakukan oleh para pria, kemudian proses pemasakan hingga menjadi gula cetak atau gula semut setengah jadi dilakukan oleh para wanita di rumah. Proses produksi gula aren di tingkat petani dilakukan dengan peralatan yang sangat sederhana, yaitu menggunakan kuali, pengaduk dan tungku kayu bakar. Gula aren cetak dari hasil produksi para pengrajin (petani) biasanya langsung dijual ke pasar atau pengumpul yang datang pada hari-hari tertentu. Selain daya tahan yang pendek, gula aren cetak memiliki kelemahan, yaitu tingkat harga yang sangat fluktuatif. Pada saat musim hujan, yaitu ketika pasokan gula aren melimpah, harga bisa jatuh hingga kisaran antara Rp. 3000,- dan Rp. 4000,- per kg. Namun pada saat musim kemarau pasokan gula aren sangat terbatas, sehingga harga dapat naik dari Rp. 9.000,- hingga Rp. 10.000,- / kg. Untuk memasok industri usaha gula aren semut, biasanya pengrajin hanya memproduksi bahan setengah jadi, yaitu gula aren semut dengan kadar air yang masih di atas 5%. Bahan tersebut kemudian dikumpulkan ke sentra produksi oleh para pengumpul. Selanjutnya, gula aren setengah jadi dihaluskan dan dikeringkan kembali hingga kadar airnya di bawah 3%. Proses pengeringannya dilakukan dengan dua cara yaitu dengan panas matahari dan menggunakan oven. Usaha gula aren di lokasi penelitian terkonsentrasi pada suatu sentra produksi. Adanya sentra ini membantu pelaku usaha untuk berkembang dan
5
PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN
memudahkan pihak-pihak terkait untuk berkontribusi dalam pengembangannya, misalnya bantuan peralatan (penghancur, oven, loyang penjemur) melalui Dinas Kehutanan dan Perkebunan setempat. Batuan peralatan ini didistribusikan melalui kelompok pengrajin, sehingga pemiliknya adalah kelompok yang bersangkutan/ bukan individual. Hasil produksinya kemudian dijual ke pasar dan pedagang besar di kota-kota besar seperti Tangerang dan Jakarta. Sedangkan, keuntungan yang diperoleh dibagikan di antara anggota (pengrajin dan pengumpul) dengan proporsi yang sudah ditentukan. 2.2. Pola Pembiayaan Pada tingkat pengrajin, pembiayaan yang dibutuhkan adalah untuk keperluan konsumsi daripada usaha. Ini karena usaha gula aren hanya membutuhkan peralatan yang sederhana, seperti: lodong atau bambu sebagai penampung nira aren, kuali, pengaduk, tungku, kayu bakar dan konjor atau cetakan gula aren yang terbuat dari kayu. Peralatan tersebut relatif harganya murah dan atau dapat diusahakan sendiri oleh pengrajin. Sedangkan pinjaman konsumsi dibutuhkan untuk kelangsungan hidup keluarga, terutama pada masa paceklik. Sumber pinjaman biasanya berasal dari pengumpul. Di awal bulan pengumpul memberikan pinjaman kepada pengrajin berupa bahan makanan dan atau uang untuk keperluan hidupnya. Kemudian pengrajin akan membayar pinjamannya dengan gula aren yang dihasilkan. Pengumpul tersebut terdiri dari dua jenis, yaitu pengumpul murni yang membeli gula aren cetak untuk dijual ke pasar/agen, dan pengumpul yang juga berperan sebagai pengusaha gula aren semut. Pengusaha gula aren semut tersebut memproduksi gula aren semut sebagai produk utama dan gula aren cetak sebagai produk sampingan. Pada tingkat pengusaha/pengumpul, pinjaman yang diperlukan untuk kebutuhan investasi yaitu pengadaan alat-alat produksi dan modal kerja. Buku pola pembiayaan ini membahas mengenai pembiayaan modal kerja pada jenis usaha ini. Sumber pembiayaan selain dari bank konvesional dapat juga berasal
6
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Gula Aren (Gula Semut Dan Gula Cetak)
dari perbankan syariah. Salah satu alternatif produk syariah yang dapat digunakan adalah musyarakah (bagi hasil). Jenis Kriteria yang menjadi pertimbangan bank dalam melakukan analisis pembiayaan kepada nasabah adalah 5C, yaitu character (watak), capacity (kemampuan), capital (permodalan), collateral (jaminan) dan condition (kondisi ekonomi). Disamping itu prospek pemasaran dalam usaha juga tetap menjadi perhatian karena aspek pemasaran diakui merupakan faktor penting yang mempengaruhi kelayakan usaha tersebut.
7
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
BAB III ASPEK TEKNIK PRODUKSI
3.1. Lokasi Usaha Lokasi usaha produksi gula aren sebaiknya berada di dekat sumber bahan baku yaitu nira aren. Hal ini disebabkan daya tahan nira aren hanya tiga jam sebelum menjadi asam akibat proses fermentasi. Oleh karena itu, bahan baku perlu penanganan yang cepat dan nira hasil sadapan harus segera diolah menjadi gula cetak. Daerah yang memiliki banyak pohon aren, umumnya menjadi lokasi sentra produksi gula aren baik gula aren cetak maupun gula aren semut. Salah satu sentra produksi yang relatif berkembang ada di Kabupaten Lebak, Propinsi Banten. Di wilayah tersebut terdapat 44 sentra produksi yang mampu menghasilkan ±2.249 ton gula aren per tahun. 3.2. Fasilitas Produksi dan Peralatan
3.2.1. Fasilitas Produksi a. Saung/bangunan untuk proses produksi Saung digunakan untuk aktivitas produksi yang ukurannya disesuaikan dengan kapasitas/skala usaha. Kegiatan produksi di saung/bangunan ini adalah proses pemasakan nira aren dan pencetakan gula aren. b. Lahan penjemuran Luas lahan penjemuran disesuaikan dengan skala usaha. c. Tempat penyimpanan gula aren semut yang sudah jadi.
9
ASPEK TEKNIK PRODUKSI
3.2.2. Peralatan Peralatan yang dibutuhkan dalam usaha gula aren relatif sederhana, yaitu: lodong atau bambu sebagai penampung nira aren, kuali, pengaduk, tungku, kayu bakar, saringan nira, golok sadap, pemukul (paninggur), konjor atau cetakan gula aren yang terbuat dari kayu. Sedangkan untuk usaha gula aren yang sudah berskala industri kecil menggunakan alat tambahan berupa nampan aluminium untuk menjemur gula aren semut, mesin penggiling, oven pemanas, mesin pengayak dan alat pengayak manual.
3.3. Bahan Baku Bahan baku utama yang dibutuhkan untuk usaha gula aren adalah nira aren. Perbedaan jenis gula aren antara gula cetak dan gula semut karena perbedaan pengolahannya. Pada jenis gula aren cetak, pengolahan nira dilakukan sesegera mungkin untuk menghindari kemasaman. Pengolahan gula aren cetak selain bahan baku, juga memerlukan bahan pelengkap yaitu sarang madu yang berfungsi sebagai katalisator untuk mengentalkan nira ketika dipanaskan. Sedangkan untuk gula aren semut, bahan baku selain langsung dari nira aren juga dapat menggunakan gula aren semut setengah jadi. Pada skala industri kecil, umumnya digunakan bahan baku berupa gula aren semut setengah jadi yang diperoleh dari pengrajin dan atau pengumpul. 3.4. Tenaga Kerja Tenaga kerja pada usaha gula aren umumnya berasal dari anggota keluarga dan masyarakat di sekitar lokasi usaha. Tenaga kerja keluarga biasanya dipraktekkan di tingkat pengrajin, yaitu penyadap oleh anggota keluarga laki-laki dan dibantu anggota keluarga perempuan sebagai pemasak nira aren.
10
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Gula Aren (Gula Semut Dan Gula Cetak)
Pada tingkat skala industri kecil, menggunakan tenaga kerja sebanyak 6-12 tenaga kerja yang berasal baik dari keluarga maupun masyarakat sekitar. Tenaga kerja tersebut dapat digolongkan sebagai tenaga kerja tetap dan tenaga kerja tidak tetap yang memproses gula aren semut. Tenaga kerja tetap merupakan tenaga kerja administratif yang digaji per bulan, sedangkan tenaga kerja tidak tetap dibayar upah antara Rp. 20.000,- hingga Rp. 30.000,- per hari. 3.5. Teknologi Teknologi usaha gula aren dapat dibagi menjadi 2, yaitu: a. Teknologi Tradisional Teknologi tradisonal digunakan di tingkat pengrajin, yaitu dengan menggunakan peralatan yang sangat sederhana. Penggunaan alat sederhana berpengaruh pada kapasitas produksi dan mutu yang relatif rendah. b. Teknologi Mekanisasi Teknologi ini umumnya digunakan pada skala industri kecil. Teknologi mekanisasi yang biasanya dipakai antara lain: mesin penggiling, mesin pengayak dan oven pengering. 3.6. Proses Produksi Proses produksi gula aren dapat dibedakan atas: 1. Proses produksi gula cetak 2. Proses produksi gula semut 3.6.1. Proses produksi gula cetak Proses produksi gula cetak dapat dilakukan dengan dua cara yaitu langsung dari nira aren atau dari gula semut reject. Proses produksi gula cetak yang menggunakan nira aren biasanya hanya dilakukan di tingkat
11
ASPEK TEKNIK PRODUKSI
pengrajin. Sedangkan di tingkat industri, gula cetak diproduksi dari gula semut reject yaitu gula semut yang menggumpal dan tidak lolos ayakan. Meskipun demikian, secara garis besar proses produksinya tidak ada perbedaan. Proses produksi dimulai dari penyadapan nira, pemasakan nira, pengadukan dan pencetakan gula aren.
Foto 3.1. Lodong diberi kapur sebelum dipakai
Penyadapan nira aren biasanya dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Sebelum menyadap, lodong atau bambu penampung diberi sedikit air kapur pada dasarnya yang bertujuan untuk mengurangi risiko rusaknya nira aren akibat pembiakan organisme mikro. Nira hasil sadapan pagi disaring menggunakan ijuk dari pohon aren kemudian dituang di kuali dan dimasak hingga matang agar menjadi gula cetak setengah jadi kemudian disimpan. Tujuan memasak nira sebelum disimpan adalah untuk menjaga daya tahan, karena nira aren mentah hanya tahan 3 jam.
12
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Gula Aren (Gula Semut Dan Gula Cetak)
Foto 3.2. Nira aren dimasak sambil diaduk
Foto 3.3. Gula aren setelah pekat didinginkan
Nira yang disadap sore, kemudian dicampur dengan nira pagi yang sudah dimasak untuk kemudian dimasak bersama. Dalam pemasakan nira ini, juga perlu ditambahkan minyak goreng atau minyak kelapa sebanyak 10 gram untuk tiap 25 liter nira. Pada proses memasak, sesekali dilakukan pengadukan. Setelah memasuki fase jenuh yang ditandai dengan terbentuknya buih, pengadukan dilakukan lebih sering hingga nira aren menjadi pekat. Pada fase ini juga dilakukan pembersihan dari buih dan kotoran halus. Kemudian gula aren dicetak di dalam cetakan dari kayu. Sebelum digunakan, cetakan tersebut terlebih dahulu dibersihkan dengan menggunakan air kapur dan merendamnya dengan air bersih untuk memudahkan pelepasan gula aren nantinya. Lama pemasakan nira aren hingga dicetak adalah 3-4 jam.
13
ASPEK TEKNIK PRODUKSI
Gula aren cetak didinginkan
Gula aren cetak siap dijual
Foto 3.4. Gula Aren Cetak
3.6.2. Proses produksi gula semut Proses produksi gula semut hampir sama dengan gula cetak, perbedaannya adalah gula aren semut proses pemasakan lebih lama dibandingkan pada gula aren cetak. Setelah nira aren yang dimasak berubah menjadi pekat, api kemudian dikecilkan. Setelah 10 menit, kuali diangkat dari tungku dan dilakukan pengadukan secara perlahan sampai terjadi pengkristalan. Setelah terjadi pengkristalan, pengadukan dipercepat hingga terbentuk serbuk kasar. Serbuk yang masih kasar inilah yang disebut dengan gula aren semut setengah jadi dengan kadar air masih di atas 5%. Gula semut setengah jadi, kemudian dikirim kepada produsen gula semut skala industri kecil di masing-masing sentra produksi. Industri kecil gula aren semut yang terdapat di beberapa sentra industri gula aren di Lebak menerima gula semut setengah jadi dari pengrajin. Gula semut setengah jadi dari pengrajin terlebih dahulu digiling dengan mesin penggiling untuk menghaluskan gula yang masih menggumpal. Setelah penggilingan, gula aren semut diayak sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Ukuran yang umum dipakai adalah 10 mesh, 15 mesh dan paling halus 20 mesh dengan kadar air di bawah 3%.
14
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Gula Aren (Gula Semut Dan Gula Cetak)
Foto 3.5. Mesin Penggiling
Untuk memperoleh tiga tingkat kehalusan tersebut, gula yang sudah digiling diayak dengan ayakan dari ukuran yang paling besar terlebih dahulu, yaitu 10 mesh. Gula semut yang tidak lolos pada ayakan ini, yang disebut dengan gula reject. Gula reject tersebut kemudian dimasak kembali hingga meleleh dan mengental untuk dibentuk menjadi gula cetak. Gula semut hasil ayakan pertama, kemudian diayak kembali dengan ayakan ukuran yang lebih kecil, demikian seterusnya hingga ukuran ayakan yang terkecil. Jumlah produksi gula semut dengan tiga jenis kehalusan ini disesuaikan dengan permintaan pasar.
Foto 3.6. Gula Aren semut diayak berdasarkan ukuran kehalusan
Foto 3.7. Gula Aren semut berdasarkan 3 jenis ukuran kehalusan
15
ASPEK TEKNIK PRODUKSI
Selanjutnya, gula semut dengan tiga ukuran ayakan tersebut, kemudian dijemur di bawah panas matahari hingga kadar airnya mencapai di bawah 3%. Jika tidak ada sinar matahari, proses pengeringan dapat dilakukan menggunakan alat pengering, misalnya oven pemanas. Gula semut yang sudah kering kemudian dikemas dalam kemasan karung untuk dikirim kepada industri makanan atau pedagang besar dengan kemasan plastik untuk dipasarkan. Secara garis besar alur proses produksi gula aren dapat dilihat pada diagram di bawah ini: Nira Aren
Penyaringan (membersihkan dari kotoran kasar) Pemasakan (ditambah minyak kelapa) serta pembersihan dari buih dan kotoran halus Pekatan nira (peet)
Didinginkan 10 menit tanpa diaduk
Pencetakan dalam kojor
Pengadukan
Pendinginan
Gula Cetak
Pensterilan Pengadukan dipercepat
Gula Semut ½ jadi Gambar 3.1. Diagram alur proses produksi gula aren cetak dan gula semut oleh pengrajin
16
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Gula Aren (Gula Semut Dan Gula Cetak)
Gula Semut ½ Jadi
Penggilingan Gula semut reject
Pemasakan Pekatan nira (peet)
Pengayakan
Pengeringan
Gula Semut
Pencetakan dalam kojor
Pendinginan
Gula Cetak
Gambar 3.2. Diagram alur proses produksi gula semut oleh sentra industri
3.7. Jenis, Jumlah dan Mutu Produksi Usaha gula aren menghasilkan dua jenis produk yaitu gula aren cetak dan gula aren semut. Sedangkan untuk jumlah produksi, baik gula aren cetak atau semut pada skala pengrajin adalah antara 2 – 10 kg per hari. Sementara, pada skala industri kecil, produksi gula aren per hari antara 200 – 2.000 kg. Jumlah produksi dipengaruhi oleh musim, dimana saat musim hujan, jumlah nira aren yang dihasilkan lebih banyak dibanding pada saat musim kemarau. Dengan demikian, hasil produksi gula aren musim hujan lebih banyak dari musim kemarau. Tetapi
17
ASPEK TEKNIK PRODUKSI
dari sisi kualitas, gula aren musim kemarau lebih baik daripada musim hujan. Hal ini karena kadar air nira musim hujan lebih tinggi dari musim kemarau. Mutu gula aren cetak ditentukan oleh tekstur, aroma dan warna. Namun demikian, tidak ada perbedaan harga untuk perbedaan mutu berdasarkan ketiga variabel tersebut baik di tingkat pengrajin maupun industri kecil. Sedangkan, gula aren semut untuk memenuhi standar industri merujuk pada standar tingkat kehalusan serbuk dan kadar air. Kehalusan serbuk dibagi dalam 3 jenis ukuran, yaitu: 10 mesh, 15 mesh dan paling halus 20 mesh dengan kadar air di bawah 3%. Tingkat kehalusan serbuk gula semut inilah yang menentukan perbedaan harga. Harga gula aren semut ukuran 20 mesh (terkecil) adalah yang paling mahal. 3.8. Produksi Optimum Hasil produksi gula aren di tingkat pengrajin ditentukan oleh musim dan jumlah pohon aren yang dimiliki. Rata-rata seorang pengrajin memiliki 10 – 60 pohon, dimana hanya sepertiga atau sekitar 4 – 20 pohon diantaranya yang memproduksi nira. Sementara, sisanya pohon masih muda atau belum berproduksi. Mengingat tidak adanya biaya variabel di tingkat pengrajin gula aren (kayu bakar, minyak kelapa dan nira aren diproduksi sendiri), maka semakin banyak produksi gula aren, keuntungan yang didapat semakin besar. Sedangkan hasil gula aren di tingkat industri kecil, produksi optimum mencapai ± 2 ton per hari. Hal ini diperhitungkan dari besarnya rata-rata permintaan pasar terhadap produk gula aren di Kabupaten Lebak. 3.9. Kendala Produksi Kendala produksi yang dialami dalam usaha pembuatan gula aren adalah fluktuasi jumlah nira aren yang dihasilkan dan harga. Fluktuasi ini terjadi karena pengaruh musim. Pada saat musim hujan jumlah produksi meningkat tetapi harga produk justru turun, sementara pada musim kemarau terjadi sebaliknya.
18
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Gula Aren (Gula Semut Dan Gula Cetak)
Selain itu, pada tingkat industri kecil juga mengalami kendala pengadaan peralatan produksi misalnya oven pengering. Oven ini sangat dibutuhkan terutama pada musim pengujan, dimana produksi sedang tinggi tetapi tidak ada panas matahari sebagai pengering.
19
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
BAB IV ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
4.1. Aspek Pasar 4.1.1. Permintaan Usaha gula aren di Indonesia memiliki prospek yang menjanjikan untuk dikembangkan. Ini dapat diketahui dari tingginya permintaan baik di dalam negeri maupun di luar negeri, khususnya untuk jenis gula semut, yang seringkali sulit dipenuhi. Berdasarkan survei, sebuah industri kecil dalam sebulan dapat memperoleh pesanan sebesar 15 – 25 ton. Pesanan tersebut sampai saat ini belum mampu dipenuhi akibat keterbatasan pasokan dan kurangnya modal. Terkait dengan permintaan dalam negeri, kebutuhan gula semut terbesar datang dari industri makanan dan obat yang tersebar di sekitar Tangerang. Sementara untuk pasar lokal, permintaan tertinggi terjadi pada saat dan menjelang bulan puasa Ramadhan. Sedangkan untuk permintaan ekspor, banyak datang dari Jerman, Swiss dan Jepang. 4.1.2. Penawaran Di Indonesia, usaha gula aren banyak dikembangkan di wilayah pegunungan. Berdasarkan data pada tabel 4.2. luas areal tanaman relatif meningkat dari tahun ke tahun sehingga produksi gula aren juga cenderung meningkat.
21
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN Tabel 4. 1. Perkembangan luas pertanaman, produksi dan produktivitas gula aren di Indonesia Tahun
Luas Areal (Ha)
Produksi (ton)
Produktivitas (Kw/Ha)
1996
46.105
25.392
10,05
1997
45.611
19.067
7,38
1998
44.857
38.069
14,31
1999
44.802
20.874
7,65
2000
47.730
27.682
9,96
2001
50.543
33.498
11,38
2002
48.797
28.189
10,15
2003
55.183
34.051
10,42
2004
59.557
32.880
10,12
2005
60.761
35.899
10,13
Sumber: Ditjen Perkebunan (1996-2007)
Perluasan areal tanaman aren dapat diindikasikan sebagai jaminan pasokan bahan baku. Ini juga berarti usaha gula aren dapat berkelanjutan dan berpeluang untuk meningkatkan kapasitas produksinya. Dengan demikian, dari sisi penawaran berpotensi untuk menaikan produk gula aren sebagai upaya untuk memenuhi permintaan yang cenderung makin tinggi. 4.1.3. Analisis Persaingan dan Peluang Pasar Persaingan antar usaha gula aren di lokasi penelitian relatif masih rendah karena jumlah pengusaha gula aren tidak terlalu banyak. Dengan demikian, jumlah penawaran masih lebih rendah dibanding permintaannya, terutama pada saat permintaan tinggi yaitu pada bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Sebagaimana yang diuraikan pada sub bab 4.1.1 pengusaha seringkali tidak mampu memenuhi permintaan pasar.
22
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Gula Aren (Gula Semut Dan Gula Cetak)
4.2. Aspek Pemasaran 4.2.1. Harga Harga gula aren ditentukan oleh musim, dimana musim hujan saat produksi nira melimpah harga turun, sebaliknya saat musim kemarau saat produksi nira sedang berkurang harga naik. Secara umum fluktuasi harga per kg untuk gula aren cetak berkisar antara Rp 3.000,- sampai Rp 9.000,-, sedangkan gula aren semut berkisar Rp7000,- sampai Rp.10.000,-. 4.2.1. Jalur Pemasaran Produk Gula aren, baik gula aren cetak maupun gula aren semut, dapat dipasarkan melalui beberapa jalur pemasaran. Jalu-jalur tersebut antara lain dapat dilihat pada diagram 4.1 dan 4.2 Pengrajin Pedagang pengumpul di tingkat desa
Pedagang pengumpul di tingkat kecamatan
Pedagang Besar/Bandar di Tingkat kabupaten
Pedagang Besar dari Jakarta dan Tangerang
Pedagang Pengecer
Gambar 4.1. Rantai Pemasaran Gula Aren Cetak
23
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
Pengrajin Pedagang pengumpul di tingkat desa Pedagang pengumpul di tingkat kecamatan Industri kecil Pengolahan Gula Semut
Pedagang Besar dari Jakarta dan Tangerang
Pedagang Pengecer
Industri makanan dan obat
Eksportir
Gambar 4.2. Rantai Pemasaran Gula Aren Semut
4.2.3. Kendala Pemasaran Kendala pemasaran yang masih dihadapi oleh pengusaha dalam pemasaran produk gula aren, antara lain: - Kurangnya akses terhadap informasi pasar, terutama tentang harga, sehingga pengrajin sangat tergantung pada harga yang diberikan oleh pengumpul (posisi tawar pengrajin rendah). - Masyarakat masih kurang mengenal produk gula aren semut sebagai subtitusi gula pasir tebu. Hal ini menyebabkan gula aren semut lebih dikenal untuk keperluan industri daripada untuk konsumsi. Padahal, peluang pasar untuk memenuhi kebutuhan pemanis pada pasar konsumsi relatif besar.
24
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
BAB V ASPEK KEUANGAN
Analisis aspek keuangan diperlukan untuk membantu pihak Lembaga Keuangan Syariah (LKS) mengetahui kelayakan usaha dari sisi keuangan, terutama kemampuan pengusaha untuk mengembalikan pembiayaan yang diperoleh dari LKS. Analisis keuangan ini juga dapat dimanfaatkan pengusaha dalam perencanaan dan pengelolaan usaha gula aren. 5.1. Fleksibilitas Produk Pembiayaan Syariah Berbeda dengan produk pembiayaan konvensional yang hanya mengenal satu macam produk yaitu pembiayaan dengan sistem perhitungan suku bunga, pola syariah mempunyai keragaman produk pembiayaan dan perhitungan perolehan hasil yang fleksibel. Keragaman produk syariah tersebut, diantaranya mudharabah, musyarakah, salam, istishna, ijarah dan murabahah (lampiran 1). Dari produk tersebut, setiap produk juga masih mempunyai turunannya. Oleh karena itu, pada pola pembiayaan syariah satu usaha bisa memperoleh pembiayaan lebih dari satu macam produk. Adapun untuk menghitung tingkat keuntungan yang diharapkan bisa menggunakan sistem margin atau nisbah bagi hasil. Margin merupakan selisih harga beli dengan harga jual sebagai besar keuntungan yang diharapkan. Nisbah bagi hasil adalah proporsi keuntungan yang diharapkan dari suatu usaha. Pada perhitungan nisbah bagi hasil dapat menggunakan metode bagi untung dan rugi (profit and loss sharing/PLS) atau metode bagi pendapatan (revenue sharing). Pada profit sharing, nisbah bagi hasil diperhitungkan setelah dikurangi seluruh biaya (keuntungan bersih). Sementara pada revenue sharing, perhitungan nisbah berbasis dari pendapatan usaha sebelum dikurangi biaya operasionalnya.
25
ASPEK KEUANGAN
Keragaman produk pembiayaan dan perhitungan tingkat keuntungan ini dapat memberi keluwesan/fleksibilitas baik untuk pihak LKS maupun pengusaha guna memilih produk pembiayaan yang sesuai dengan kemampuan dan kapasitasnya masing-masing. Bagi pihak LKS, pemilihan ini dipengaruhi oleh tingkat kepercayaan dan tingkat risiko terhadap nasabah dan usahanya. Sehingga bisa terjadi untuk usaha yang sama, LKS menetapkan produk pembiayaan maupun besaran margin atau nisbah per nasabah yang berbeda. 5.2. Pemilihan Pola Usaha dan Pembiayaan 5.2.1. Karakteristik usaha gula aren Usaha gula aren didukung oleh ketersedian bahan baku nira aren. Ketersediaan nira aren dipengaruhi oleh populasi dari pohon aren. Sejauh ini di lokasi penelitian populasi pohon aren relatif cukup banyak, hampir setiap rumah mempunyai pohon aren. Populasi pohon aren juga relatif terjamin, karena informasi dari Pemerintah Daerah setempat menyampaikan bahwa melalui dinas terkait sedang dikembangkan program pembibitan pohon aren yang selanjutnya akan dibagikan kepada penduduk untuk mengganti pohon aren yang sudah tua. Ini mengindikasikan bahwa dari sisi bahan baku tidak terlalu sulit untuk dipenuhi, hanya kualitasnya yang berfluktuasi dipengaruhi oleh musim, dimana musim kemarau kualitas nira aren lebih bagus dari pada musim penghujan. Dengan demikian mengacu pada ketersedian bahan baku, keberlanjutan usaha gula aren relatif dapat dijalankan. Selain itu, usaha gula aren dapat dilakukan baik dengan peralatan sederhana maupun dengan bantuan teknologi. Oleh karena itu, usaha gula aren dapat dilakukan dalam skala rumah tangga maupun industri. Pasar gula aren masih terbuka lebar, ini dapat diketahui dari tingginya permintaan baik di dalam negeri maupun di luar negeri, khususnya untuk jenis gula semut. Sebagai gambaran, sebuah industri kecil dalam sebulan
26
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Gula Aren (Gula Semut Dan Gula Cetak)
dapat memperoleh pesanan sebesar 15 – 25 ton, pesanan ini belum bisa dipenuhi karena keterbatasan modal. Berdasarkan potensi pasarnya, maka usaha gula aren memiliki prospek untuk dikembangkan. 5.2.2.
Pola Usaha dan Pembiayaan
Analisis keuangan ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada pengusaha maupun pemerhati usaha gula aren terhadap nilai tambah yang dihasilkan dalam kegiatan usaha ini. Model kelayakan usaha ini merupakan pengembangan usaha gula aren yang telah berjalan dan untuk menumbuhkan kemandirian usaha serta upaya replikasi usaha di wilayah lain. Usaha yang dianalisis adalah usaha gula aren skala industri kecil. Industri yang menjadi contoh adalah usaha gula aren yang dimiliki oleh kelompok tani di desa Hariang, kecamatan Sobang, kabupaten Lebak. Produk utama yang dihasilkan adalah gula aren semut dengan kadar air 3% dan produk sampingan adalah gula aren cetak yang berasal dari gula aren semut yang tidak lolos pada saat pengayakan. Kapasitas produksi per bulan adalah 12.500kg gula aren semut dan 1.250kg gula aren cetak. Untuk memenuhi kebutuhan modal kerja usaha gula aren, pada kajian ini diasumsikan dipenuhi oleh LKS. Pola pembiayaan syariah yang dipergunakan adalah pola musyarakah (bagi hasil). Pola/akad musyarakah merupakan akad yang sesuai untuk pembiayaan modal kerja. Pada sistem bagi hasil, akad musyarakah merupakan salah satu bentuk pembiayaan berdasarkan bagi hasil yang relatif mudah untuk diterapkan kepada nasabah. Hal ini karena pada akad musyarakah baik pengusaha maupun perbankan mempunyai kontribusi modal sehingga risiko ditanggung oleh kedua belah pihak. Faktor penting yang mendasari akad musyarakah adalah ‘kepercayaan’. Hal ini karena perhitungan bagi hasil bersumber pada laporan keuangan/
27
ASPEK KEUANGAN
pengakuan pendapatan yang diterima (revenue sharing) atau keuntungan yang diperoleh (profit sharing) oleh nasabah. Inilah yang mendasari pentingnya asas kepercayaan antara bank dan nasabah karena pengakuan realisasi penjualan bersumber pada nasabah bersangkutan meskipun bank juga mempunyai perkiraan perhitungan. Hal kritikal adalah ketika realisasi penjualan lebih besar dari perkiraan bank, di sini kepercayaan nasabah sangat memegang peranan. Untuk itu, perbankan syariah memberikan pembiayaan dengan pola musyarakah kepada nasabahnya secara selektif yaitu untuk nasabah yang memiliki track record yang baik dari pembiayaan sebelumnya. Biasanya, sebelum memperoleh akad musyarakah, perbankan memberikan pembiayaan akad murabahah terlebih dulu untuk dapat lebih mengenal baik usaha maupun karakter nasabahnya. Oleh karena itu, pembiayaan modal kerja untuk usaha gula aren dimungkinkan untuk dibiayai dengan akad musyarakah oleh LKS, sepanjang kinerja pembiayaan sebelumnya menunjukan hasil yang baik, diantaranya tidak pernah menunggak, disiplin dalam pembayaran, mempunyai prospek pemasaran yang baik, dll. 5.2.3.
Produk musyarakah
Pembiayaan musyarakah yaitu pembiayaan berdasarkan akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Pembiayaan musyarakah memiliki keunggulan dalam kebersamaan dan keadilan, baik dalam berbagi keuntungan maupun risiko kerugian. Penjelasan mengenai pembiayaan musyarakah mengacu antara lain pada Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 08/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Musyarakah dan Peraturan Bank Indonesia No. 9/19/PBI/2007
28
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Gula Aren (Gula Semut Dan Gula Cetak)
tanggal 17 Desember 2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa Bank Syariah, sebagaimana diubah dengan Peraturan Bank Indonesia No. 10/16/PBI/2008 tgl. 25 September 2008. Beberapa ketentuan terkait musyarakah sebagaimana terdapat dalam ketentuan dimaksud antara lain adalah sebagai berikut: a. Ketentuan umum Dalam melaksanakan kegiatan usaha baik penghimpunan dana, penyaluran dana maupun pelayanan jasa bank wajib memenuhi prinsip syariah, yang terdiri dari prinsip keadilan dan keseimbangan, kemaslahatan, dan universalisme, serta tidak memenuhi unsur gharar, masyir, riba, dzalim, riswah dan obyek haram. b. Modal 1) Modal yang diberikan harus uang tunai, emas, perak atau yang nilainya sama. Modal dapat terdiri dari aset perdagangan, seperti barang-barang, properti, dan sebagainya. Jika modal berbentuk aset, harus terlebih dahulu dinilai dengan tunai dan disepakati oleh para mitra. 2) Para pihak tidak boleh meminjam, meminjamkan, menyumbangkan atau menghadiahkan modal musyarakah kepada pihak lain, kecuali atas dasar kesepakatan. 3) Pada prinsipnya, dalam pembiayaan musyarakah tidak ada jaminan, namun untuk menghindari terjadinya penyimpangan, LKS dapat meminta jaminan. c. Kerja 1) Partisipasi para mitra dalam pekerjaan merupakan dasar pelaksanaan musyarakah; akan tetapi, kesamaan porsi kerja bukanlah merupakan syarat. Seorang mitra boleh melaksanakan kerja lebih banyak dari yang lainnya, dan dalam hal ini ia boleh menuntut bagian keuntungan tambahan bagi dirinya.
29
ASPEK KEUANGAN
2) Setiap mitra melaksanakan kerja dalam musyarakah atas nama pribadi dan wakil dari mitranya. Kedudukan masing-masing dalam organisasi kerja harus dijelaskan dalam kontrak. d. Keuntungan 1) Keuntungan harus dikuantifikasi dengan jelas untuk menghindarkan perbedaan dan sengketa pada waktu alokasi keuntungan atau penghentian musyarakah. 2) Setiap keuntungan mitra harus dibagikan secara proporsional atas dasar seluruh keuntungan dan tidak ada jumlah yang ditentukan di awal yang ditetapkan bagi seorang mitra. 3) Seorang mitra boleh mengusulkan bahwa jika keuntungan melebihi jumlah tertentu, kelebihan atau prosentase itu diberikan kepadanya. 4) Sistem pembagian keuntungan harus tertuang dengan jelas dalam akad. e. Kerugian Kerugian harus dibagi di antara para mitra secara proporsional menurut saham masing-masing dalam modal. 5.3. Asumsi dan Parameter Teknis Asumsi dan parameter untuk analisis keuangan gula aren menjelaskan gambaran umum variabel-variabel yang digunakan dalam perhitungan analisis keuangan. Asumsi tersebut diambil berdasarkan survei lapangan yang dilakukan terhadap industri terkait. Periode proyek adalah lima tahun dimana tahun ke nol sebagai dasar perhitungan nilai sekarang (present value) adalah tahun ketika biaya investasi awal dikeluarkan. Dengan menggunakan mesin/peralatan dan jumlah tenaga kerja seperti yang tercantum dalam tabel asumsi, seorang pengusaha setiap bulan mampu memproduksi 12.500 kg gula aren semut dan 1.250 kg gula aren cetak dengan angka rendemen sebesar 92%. Harga gula aren semut rata-rata di pasar lokal sebesar Rp8.000,- per kg, dan gula aren cetak Rp6.000,- per kg. Hari
30
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Gula Aren (Gula Semut Dan Gula Cetak)
kerja selama setahun sebanyak diasumsikan 300 hari (25 hari per bulan). Asumsi dan parameter untuk analisis keuangan gula aren dapat dilihat pada tabel 5.1. Selengkapnya dapat dilihat lampiran 2. Tabel 5.1. Asumsi dan Parameter untuk Analisa Keuangan No
Asumsi
1
Periode proyek
2
Jumlah
Satuan
(Nilai) 5
tahun
Jumlah hari kerja per bulan
25
hari
3
Jumlah bulan kerja per tahun
12
bulan
4
Skala Usaha a. Bahan baku *)
Keterangan Periode 5 tahun
Untuk satu hari 600
kg
• Gula Cetak
50
kg
• Gula Semut
500
kg
b. Output produksi
5
Harga produk **) • Gula Cetak
6,000
Rp/kg
• Gula Semut
8,000
Rp/kg
5,000
Rp/kg
6
Harga Bahan Baku **)
7
Upah tenaga kerja • Pimpinan
Untuk satu bulan 2,000,000
Rp/bulan
• Tenaga kerja administrasi
800,000
Rp/bulan
• Tenaga kerja harian ***)
30,000
Rp/hari
5%
%/thn
14%
%
8
Biaya pemeliharaan
9
Expected Return Bank
dari nilai peralatan dan mobil efektif****)
*) Gula aren setengah jadi yang dihasilkan pengrajin **) Harga rata-rata sepanjang tahun (rata-rata terbobot dari harga masing-masing musim) ***) Jumlah hari kerja perbulan dikali upah harian (Rp30.000 per hari) ****) Data per Desember 2009 dari Bank Syariah
31
ASPEK KEUANGAN
5.4. Komponen dan Struktur Biaya Proyek 5.4.1. Biaya Investasi Biaya investasi adalah biaya tetap yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan. Biaya investasi secara garis besar terdiri dari 5 (lima) komponen, yaitu: biaya perizinan, sewa tanah dan bangunan, peralatan produksi, peralatan lain, dan kendaraan carry. Biaya perijinan meliputi SIUP, SITU, ijin usaha industri dan wajib daftar perusahaan yang masa berlakunya 5 tahun, sementara untuk ijin Depkes dan NPWP yang berlaku selamanya. Jumlah biaya perijinan total mencapai Rp1.750.000,-. Sewa tanah dan bangunan dibayarkan sekaligus selama masa proyek yaitu 5 tahun, karenanya setiap tahun harus dikeluarkan biaya amortisasi untuk komponen sewa tanah ini. Pada tahun-tahun tertentu dilakukan reinvestasi untuk pembelian mesin atau peralatan produksi yang umur ekonomisnya kurang dari 5 tahun. Jumlah biaya investasi keseluruhan pada tahun ke nol adalah Rp259.200.000,-. Komponen biaya investasi berurutan dari yang terbesar adalah sewa tanah dan bangunan yaitu 46,3% dari total biaya investasi pada awal usaha, kemudian diikuti biaya kendaraan carry yaitu sebesar 27%, peralatan produksi yaitu sebesar 25,7% dan sisanya 1% adalah untuk investasi pembelian peralatan lain dan perijinan. Kebutuhan biaya investasi dapat dilihat pada tabel 5.2. Sedangkan, rincian biaya investasi dapat dilihat pada lampiran 3. Tabel 5.2. Kebutuhan Biaya Investasi No
32
Jenis Biaya
1
Perizinan
3
Sewa tanah dan bangunan
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Nilai Rp
Penyusutan per thn
1,750,000
240,000
120,000,000
24,000,000
Gula Aren (Gula Semut Dan Gula Cetak)
2
Peralatan Produksi
3
Peralatan lain
4
Kendaraan carry Jumlah Biaya Investasi
66,700,000
13,850,000
750,000
150,000
70,000,000
7,000,000
259,200,000
45,240,000
5.4.2. Biaya Operasional Biaya operasional merupakan biaya variabel yang besar kecilnya dipengaruhi oleh jumlah produksi. Komponen dari biaya operasional adalah pengadaan bahan baku, bahan pendukung, biaya pemasaran, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik, serta biaya administrasi dan umum. Biaya operasional selama satu tahun dihitung berdasarkan jumlah hari untuk produksi gula aren. Jumlah hari kerja dalam setahun adalah 300 hari (asumsi yang digunakan adalah 25 hari kerja per bulan dan 12 bulan kerja dalam setahun). Biaya operasional yang diperlukan selama satu tahun mencapai Rp1.107.017.500,-. Komponen biaya operasional berurutan dari yang terbesar yaitu biaya bahan baku menyerap sebesar 81,3% dari total biaya operasional per tahun, diikuti biaya overhead pabrik yaitu sebesar 13,2% dan 5,5% sisanya adalah biaya bahan pendukung, pemasaran, tenaga kerja serta administrasi dan umum. Tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja tetap dan tidak tetap. Tenaga kerja tetap terdiri dari seorang pimpinan dengan bayaran Rp2.000.000,- per bulan, 2 orang tenaga administrasi gaji masing-masing Rp800.000,- per bulan. Sedangkan tenaga kerja tidak tetap adalah 3 orang yang masing-masing dibayar dengan upah sebesar Rp30.000,- per hari. Jumlah biaya operasional untuk usaha gula aren disajikan pada tabel 5.3. Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4.
33
ASPEK KEUANGAN
Tabel 5.3: Kebutuhan Biaya Operasional No
Jenis Biaya
1
Bahan Baku
3
Bahan Pendukung
4
Pemasaran
5
Biaya Tenaga kerja
6
Biaya overhead pabrik
7
Biaya administrasi & umum
Nilai 900,000,000 30,180,000 3,600,000 27,000,000
Jumlah Biaya
145,637,500 600,000 1,107,017,500
Biaya operasional per bulan
92,251,458
5.5. Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja Besarnya dana modal kerja ditentukan berdasarkan kebutuhan dana awal untuk satu kali siklus produksi. Usaha produksi gula aren mempunyai siklus produksi (dari pembuatan sampai memperoleh penerimaan penjualan) kurang lebih selama 25 hari atau 1 bulan. Sehingga kebutuhan dana modal kerja adalah: Kebutuhan dana modal kerja =
(siklus produksi ) × (biaya (hari kerja setahun )
operasional setahun )
25 = × Rp. 1.107.017..500, 300 = Rp. 92.251.458,-
Dengan demikian total kebutuhan biaya untuk modal awal usaha gula aren sebesar Rp351.451.458,- yang terdiri dari biaya investasi sebesar Rp259.200.000,- dan modal kerja awal untuk 1 siklus produksi gula aren (1 bulan/25 hari) yaitu sebesar Rp92.251.458,-. Dalam penelitian ini untuk
34
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Gula Aren (Gula Semut Dan Gula Cetak)
kebutuhan dana investasi seluruhnya berasal dari modal sendiri sedangkan modal kerja sebagian bersumber dari dana sendiri dan pembiayaan dari LKS. Diproyeksikan pembiayaan untuk modal kerja sebesar Rp70.000.000,yang bersumber dari pembiayaan LKS dan sisanya sebesar Rp22.251.458,berasal dari modal sendiri. Jangka waktu pembiayaan untuk modal kerja satu tahun dan sesudahnya dapat diperpanjang sepanjang kinerja pembiayaannya baik sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh LKS bersangkutan. Dengan memperhitungkan besaran expected return bank sebesar 14%, plafon pembiayaan LKS sebesar Rp 70.000.000,- dan proyeksi pendapatan sebesar Rp1.290.000.000,- per tahun, maka diperoleh nisbah bank sebesar 0.76% dan nisbah nasabah sebesar 99,24%. Angsuran pokok pembiayaan dilakukan pada akhir periode pembiayaan, sedangkan pembayaran nisbah bank dilakukan setiap bulan berdasarkan pengakuan pendapatan. Kebutuhan dana usaha gula aren selengkapnya dapat ditampilkan pada tabel 5.4 dan lampiran 5, sedangkan proyeksi nisbah bank selengkapnya pada lampiran 6. Tabel 5.4.: Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja Usaha Gula Aren No 1
2
3
Rincian Biaya Proyek
Total Biaya (Rp)
Dana investasi yang bersumber dari a. Pembiayaan
-
b. Dana sendiri
259,200,000
Jumlah dana investasi
259,200,000
Dana modal kerja yang bersumber dari a. Pembiayaan
70,000,000
b. Dana sendiri
22,251,458
Jumlah dana modal kerja
92,251,458
Total dana proyek yang bersumber dari a. Pembiayaan
70,000,000
b. Dana sendiri
281,451,458
Jumlah dana proyek
351,451,458
35
ASPEK KEUANGAN
5.6. Proyeksi Produksi Dan Pendapatan Berdasarkan asumsi-asumsi di atas, maka kapasitas produksi usaha gula aren per bulan adalah 12.500 kg gula aren semut dan 1.250 kg gula aren cetak, sehingga selama satu tahun besarnya produksi adalah 150.000 kg gula aren semut dan 15.000 kg gula aren cetak. Harga jual gula aren semut rata-rata sebesar Rp8.000,-/kg, sedangkan untuk gula aren cetak Rp6.000,-/kg. Dengan demikian, pendapatan yang dihasilkan dari produksi gula aren semut adalah Rp1.200.000.000,-. dan gula aren cetak sebesar Rp90.000.000,- atau totalnya (kotor) mencapai Rp1.290.000.000,- per tahun. Perhitungan produksi dan pendapatan dapat dilihat pada tabel 5.5 atau lampiran 7.
Tabel 5. 5. Proyeksi Produksi dan Penjualan Gula Aren No
Uraian
1
Jenis Produk
2
Satuan
Produksi kg/bulan
Produksi kg/tahun
Harga Rp/kg
Nilai Rp/thn
Gula Cetak
Kg
1,250
15,000
6,000
90,000,000
Gula Semut
Kg
12,500
150,000
8,000
1,200,000,000
Total Pendapatan Kotor Per Tahun
1,290,000,000
5.7. Proyeksi Laba Rugi dan Break Event Point (BEP) Tingkat keuntungan atau profitabilitas dari usaha yang dilakukan merupakan bagian penting dalam analisis keuangan dari rencana kegiatan investasi. Keuntungan dihitung dari selisih antara penerimaan dan pengeluaran tiap tahunnya. Tabel pada 5.6. di bawah ini menunjukkan keuntungan (surplus) selama periode proyek.
36
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Gula Aren (Gula Semut Dan Gula Cetak) Tabel 5.6.: Proyeksi Laba Rugi Rata-rata Per Tahun Uraian
No
Rata-rata
1
Pendapatan
1,290,000,000
2
Biaya Operasional Produksi
1,107,017,500
3
Laba Kotor
4
5
182,982,500
Nisbah pembiayaan
9,800,000
Laba Sebelum Pajak
173,182,500
Biaya Penyusutan
45,240,000
Laba Kena Pajak
127,942,500
Pajak 6
Laba Bersih
7
Profit margin (%)
20,882,750 107,059,750 8.30
Perhitungan proyeksi laba rugi (lampiran 8) menunjukkan bahwa laba ratarata selama periode proyek mencapai Rp 107.059.750,- per tahun dengan profit margin rata-rata per tahun sebesar 8,30%. Dengan mempertimbangkan biaya tetap, biaya variabel dan hasil penjualan gula aren, maka diperoleh BEP rata-rata selama 3 tahun untuk usaha ini adalah sebesar Rp 842.090.844,-. Nilai ini sama dengan jumlah BEP rata-rata produksi sebesar 9.792 kg gula aren cetak dan 97.918 kg gula aren semut tiap tahunnya. (lampiran 9) 5.8.
Proyeksi Arus Kas
Untuk aliran kas (cash flow) dalam perhitungan ini dibagi dalam dua aliran, yaitu arus masuk (cash inflow) dan arus keluar (cash outflow). Arus masuk diperoleh dari penjualan produk gula aren selama satu tahun. Untuk arus keluar meliputi biaya investasi, biaya operasional, termasuk angsuran pokok pembiayaan
37
ASPEK KEUANGAN
yang dibayarkan pada akhir periode, nisbah pembiayaan dan pajak penghasilan. Evaluasi kelayakan untuk usaha gula aren dengan pembiayaan musyarakah dapat diukur dari tingkat kemampuan membayar kewajiban kepada LKS baik nisbah bagi hasil maupun pokok pembiayaannya. Dari arus kas diketahui bahwa pada tingkat nisbah bank sebesar 0,76%, usaha ini mampu membayar kewajiban pembiayaannya dan menghasilkan keuntungan. Dengan demikian usaha tersebut layak untuk dilaksanakan dan bisa dipertimbangkan untuk memperoleh pembiayaan. Proyeksi arus kas untuk kelayakan usaha gula aren selengkapnya ditampilkan pada lampiran 10. Pada analisa kelayakan dapat juga memakai beberapa indikator yang umum digunakan pada perhitungan konvensional. Indikator tersebut meliputi IRR (Internal Rate of Return), Net B/C Ratio (Net Benefit-Cost Ratio), PBP (Pay Back Period). Nilai IRR misalnya bisa menjadi indikator untuk mengukur kelayakan usaha, semakin tinggi nilai IRR maka usaha tersebut semakin berpeluang untuk menciptakan keuntungan. Meskipun demikian, indikator tersebut hanya sebagai alat bantu untuk menilai kelayakan suatu usaha. 5.9. Proyeksi Perolehan Nisbah Pembiayaan Pola pembiayaan syariah yang digunakan dalam usaha gula aren adalah musyarakah. Pada kesempatan ini ditampilkan satu contoh alternatif pembiayaan yaitu untuk pengembangan usaha. Dari hasil perhitungan untuk tingkat nisbah bank sebesar 0,76%, selama satu tahun pembiayaan modal kerja diproyeksikan dapat menghasilkan nisbah kepada bank sebesar Rp.9.800.000,-. Selengkapnya, perhitungan pengakuan hasil bagi (nisbah) dapat dilihat pada lampiran 6 dan lampiran 11. Sebagai contoh perhitungan nilai nisbah bank, apabila realisasi penjualan pada bulan berjalan – n1 adalah sebesar Rp115.750.500, maka realisasi pembayaran nisbah bulan ke-n adalah Rp879.345,-. Pembayaran nisbah bank pada praktiknya dapat lebih tinggi atau lebih rendah dari proyeksi bank karena menyesuaikan
38
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Gula Aren (Gula Semut Dan Gula Cetak)
dengan realisasi penjualan/pendapatan (revenue sharing) yang terjadi, sehingga nisbah yang diperoleh dapat berfluktuasi. Selengkapnya contoh perhitungan nisbah bagi hasil musyarakah dapat dilihat pada lampiran 11. Penentuan nisbah mempertimbangkan nilai expected return bank dan prospek usaha bersangkutan. Nilai dan prospek usaha tersebut secara periodik dievaluasi oleh bank untuk menyesuaikan dengan perkembangan ekonomi dan usaha/sektor usaha terkait. Sebagai gambaran, besaran nisbah yang berlaku pada perbankan syariah dapat dilihat pada lampiran 12.
39
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
BAB VI ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN 6.1. Aspek Ekonomi dan Sosial Dampak ekonomi dan sosial dari kegiatan produksi gula aren antara lain sebagai berikut: a) Menyediakan lapangan kerja bagi penduduk di sekitar sentra produksi gula aren. b) Meningkatkan nilai tambah yang dihasilkan dan diperoleh pengrajin dan pengusaha gula aren. c) Meningkatkan optimalisasi pemanfaatan potensi daerah penghasil gula aren. d) Meningkatkan devisa negara melalui ekspor produk gula aren ke luar negeri. e) Mendorong adanya penelitian dan pengembangan teknologi produksi gula aren secara berkesinambungan 6.2. Aspek Dampak Lingkungan Usaha produksi gula aren tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan, bahkan menciptakan manfaat bagi lingkungan karena: a) Tidak ada limbah berbahaya yang dihasilkan oleh industri gula aren. b) Perakaran pohon aren sangatlah dalam, sehingga membantu mengangkat unsur hara dari tanah yang dalam ke permukaan yang berakibat pada semakin suburnya tanah disekitarnya. Itulah sebabnya di sekitar pohon aren, para pengrajin dapat melakukan kegiatan bercocok tanam secara tumpang sari untuk menambah penghasilan.
41
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan a. Industri kecil gula aren dilakukan secara kelompok oleh masyarakat pengrajin di desa Hariang, kecamatan Sobang, kabupaten Lebak merupakan sumber pendapatan keluarga bagi masyarakat. b. Permintaan dan penawaran gula aren di pasar sangat fluktuatif. Permintaan sangat tinggi pada saat menjelang bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri. Sedangkan penawaran juga bergantung pada curah hujan. Saat musim kemarau, air nira yang dihasilkan sangat sedikit sehingga gula aren yang diproduksi jumlahnya kecil tetapi secara kualitas sangat baik karena lebih kental, dan sebaliknya di saat musim penghujan. c. Daerah yang memiliki banyak pohon aren umumnya menjadi lokasi sentra produksi gula aren baik gula aren cetak maupun gula aren semut. Hal ini karena setelah diambil, nira hasil sadapan harus segera diolah. Mengingat daya tahan nira aren setelah disadap hanya 3 jam sebelum menjadi asam akibat proses fermentasi. d. Terkait dengan replikasi usaha di wilayah lain, sepanjang tersedia bahan baku pohon aren maka usaha gula aren dapat dilakukan. Ini mengingat, usaha gula aren relatif tidak membutuhkan tenaga kerja yang memiliki keterampilan khusus, peralatan yang digunakan sederhana dan hanya membutuhkan modal kecil atau tidak sama sekali jika masyarakat mempunyai bahan bakunya sendiri. e. Untuk memenuhi kebutuhan modal kerja usaha gula aren, dapat dipenuhi oleh LKS sebagai salah satu alternatif sumber pembiayaan. Akad musyarakah sesuai untuk pembiayaan modal kerja pada usaha gula aren. Hal ini karena pada akad musyarakah pengusaha hanya membayar nisbah pembiayaan sedangkan
43
KESIMPULAN DAN SARAN
pokok pembiayaan dapat dibayar pada akhir periode. Dengan demikian, pengusaha dapat secara optimal memanfaatkan modal kerja selama jangka waktu pembiayaan tanpa dibebani angsuran pokok tiap bulan. Selain itu, akad musyarakah juga dapat diperpanjang jika telah jatuh tempo. Bagi LKS, akad musyarakah merupakan salah satu cara untuk mitigasi risiko dalam pembiayaan dengan pola bagi hasil, karena pada akad tersebut, baik pengusaha maupun perbankan memiliki kontribusi sehingga risiko juga ditanggung bersama antara LKS dengan nasabah. f. Analisis aspek keuangan memperlihatkan bahwa untuk asumsi pengembangan usaha gula aren, maka diperlukan modal usaha sebesar Rp351.451.458,- yang terdiri dari modal investasi sebesar Rp259.200.000,- dan modal kerja sebesar Rp92.251.458,-. Kebutuhan modal kerja pada usaha ini dapat bersumber dari pembiayaan LKS dengan menggunakan akad musyarakah sebesar Rp70.000.000,- dan pembiayaan dari modal sendiri sebesar Rp281.451.458. g. Berdasarkan contoh perhitungan kelayakan keuangan, usaha gula aren layak untuk diusahakan. Dengan masa proyek 5 tahun dan tingkat nisbah bank sebesar 0,76%, usaha ini dapat membayar kewajiban kepada LKS dan menghasilkan keuntungan yang memadai bagi pengusahanya. h. Pembiayaan dengan sistem bagi hasil untuk usaha-usaha yang memproduksi barang, biasanya diawali dengan akad musyarakah dengan pertimbangan pada akad ini baik pengusaha (nasabah) maupun bank mempunyai kontribusi modal terhadap usaha sehingga masing-masing bertanggung jawab terhadap risiko modal yang diberikan. 7.2. Saran a. Untuk meningkatkan dan memperbaiki mutu produk yang dihasilkan, maka pengusaha perlu lebih memperdalam pengetahuan mengenai teknik produksi, teknologi, dan informasi mengenai produksi gula aren yang efektif dan higienis.
44
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Gula Aren (Gula Semut Dan Gula Cetak)
b. Untuk meningkatkan produksi, perlu diadakan pembudidayaan bibit gula aren secara intensif untuk menggantikan pohon aren yang sudah tidak produktif lagi. Selain itu perlu adanya transfer teknologi pengolahan gula aren cetak dan semut melalui pelatihan dan penyuluhan secara berkala dan pengenalan teknologi tepat guna sehingga lebih efisien. c. Untuk memperbaiki pola pemasaran, pengusaha sebaiknya mendapat pelatihan mengenai strategi pemasaran yang baik untuk meningkatkan penjualan produknya dan mendapatkan harga yang baik. d. Pemenuhan kebutuhan modal kerja usaha gula aren sesuai dibiayai dengan akad musyarakah.
45
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
DAFTAR PUSTAKA BPS.1996-1999.Neraca Bahan Makanan. Clive Gray.2007. Pengantar Evaluasi Proyek. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Departemen Pertanian. 2000-2002. Neraca Bahan Makanan. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Kab. Lebak.2005. Profil Potensi Komoditi Gula Aren. Lebak. Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 08/DSN-MUI/IV/2000 tanggal 13 April 2000 tentang Pembiayaan Musyarakah.2000. Dewan Syariah Nasional. Husein Umar. 1997. Studi Kelayakan Bisnis: Manajemen, Metode, dan Kasus. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Peraturan Bank Indonesia No. 9/19/PBI/2007 tanggal 17 Desember 2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa Bank Syariah.2007. Bank Indonesia. Peraturan Bank Indonesia No. 10/16/PBI/2008 tanggal 25 September 2008 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa Bank Syariah.2008. Bank Indonesia. Rachman, Benny, dkk, 2005. Kajian Sosial Ekonomi Gula Aren. Badan Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Banten, Serang.
47
DAFTAR WEBSITE 1. http://www.cuisinenet.com 2. http://www.ipb.ac.id 3. http://www.islamicfinanceonline.com 4. http://www.ifsb.org 5. http://www.isdb.org 6. http://www.bankislam.com.my 7. http://www.lariba.com 8. http://www.amss.net
48
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
LAMPIRAN
49
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Hal 1. Pengenalan Pola Pembiayaan Syariah . ................................................... 2. Asumsi dan Parameter Usaha Gula Aren ................................................ 3. Biaya Investasi Usaha Gula Aren ............................................................ 4. Biaya Operasional Usaha Gula Aren ....................................................... 5. Kebutuhan Dana untuk Investasi dan Modal Kerja.................................. 6. Proyeksi Pembayaran Nisbah Pembiayaan .............................................. 7. Proyeksi Produksi dan Penjualan Gula Aren............................................. 8. Proyeksi Laba Rugi Usaha ...................................................................... 9. Proyeksi Perhitungan BEP Usaha ............................................................ 10. Proyeksi Arus Kas dan Analisis Kelayakan Usaha .................................... 11. Contoh Perhitungan Nisbah Musyarakah ............................................... 12. Pola Pembiayaan Syariah pada Perbankan Syariah . ................................
50
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
51 56 57 59 60 62 63 64 65 67 69 70
Gula Aren (Gula Semut Dan Gula Cetak)
Lampiran 1. Pengenalan Pola Pembiayaan Syariah Pembiayaan Syariah Bank syariah menunjukkan pertumbuhan yang meningkat. Ini di dorong oleh makin tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk memilih produk yang halal. Pun karena jumlah penduduk Muslim di Indonesia yang paling banyak di dunia, merupakan potensi bagi keuangan syariah untuk menjadi bagian dalam pembiayaan ekonomi masyarakat. Prinsip pembiayaan syariah yang mendasar adalah: 1. Keadilan, pembiayaan saling menguntungkan baik pihak yang menggunakan dana maupun pihak yang menyediakan dana 2. Kepercayaan, merupakan landasan dalam menentukan persetujuan pembiayaan maupun dalam menghitung margin keuntungan maupun bagi hasil yang menyertai pembiayaan tersebut. Untuk mendukung prinsip-prinsip tersebut agar dapat berjalan jauh dari prasangka, manipulasi, korupsi dan kolusi maka dibutuhkan informasi yang memadai. Informasi ini menjadi data pendukung yang dapat digunakan untuk mengambil keputusan yang proposional. Jenis informasi yang dimaksud antara lain: 1. Informasi data nasabah 2. Informasi data penjualan / pembelian / penyewaan riil 3. Proyeksi laporan keuangan 4. Akad pembiayaan Lebih lanjut penjelasan dari informasi yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
51
LAMPIRAN
a. Informasi data nasabah Menyeleksi calon nasabah yang dapat dipercaya untuk memperoleh pembiayaan dilakukan melalui uji kelayakan nasabah. Uji kelayakan bentuknya berupa form pengisian yang memuat data pribadi dan data usaha calon nasabah. Pengisian form dilakukan melalui wawancara secara individual dan kunjungan ke tempat tinggal dan tempat usaha. Informasi dari uji kelayakan ini sebagai pertimbangan apakah calon bisa menjadi nasabah atau tidak. Sekaligus juga menentukan jenis pembiayaan yang sesuai untuk nasabah bersangkutan. b. Informasi data penjualan / pembelian / penyewaan riil Informasi data penjualan/pembelian/ penyewaan riil merupakan data usaha yang sudah terjadi di lapangan. Data riil ini menjadi dasar perhitungan dari akad yang sudah disepakati. Dengan demikian tereliminer kerugian baik yang dirasakan oleh debitur maupun kreditur karena pelaksanaan akad dilandasi dengan data riil. Informasi ini bentuknya berupa form isian, yang diisi secara rutin sesuai dengan siklus usahanya oleh nasabah. Contoh bentuk form yang diberikan sesuai dengan jenis usahanya dan kebijakan LKS masing-masing. c. Proyeksi laporan keuangan Proyeksi laporan keuangan merupakan pelengkap informasi dalam menentukan persetujuan usulan pembiayaan usaha dari nasabah. Proyeksi dari laporan keuangan yang dimaksud terdiri dari proyeksi arus kas, proyeksi laba (rugi) dengan analisa kelayakan seperti NPV, IRR, BEP, B/C ratio, PBP, dll. Proyeksi ini dibuat atas dasar asumsi-asumsi yang relatif tetap sepanjang umur usaha yang dibiayai. Sedangkan dalam hukum syariah semua transaksi harus
52
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Gula Aren (Gula Semut Dan Gula Cetak)
riil. Oleh sebab itu dalam menentukan besaran nominal untuk bagi hasil tidak bisa merujuk pada hasil proyeksi (relatif tetap) tetapi harus merujuk pada transaksi riil (relatif berfluktuasi sesuai dinamika usahanya). d. Akad pembiayaan Akad pembiayaan merupakan kesepakatan antara shahibul maal dan mudharib. Akad ini sebagai landasan hukum syariah bagi transaksi pembiayaan. Akad pembiayaan sesuai dengan jenis pembiayaan usaha nasabah. Produk pembiayaan syariah bermacam-macam, sebagaimana tersaji pada tabel di bawah ini: Tabel Pengenalan Produk Syariah Prinsip Dasar
Jenis – jenis
Bagi Hasil (Profit Sharing)
Al-Musyarakah (Partnership, Project Financing and Participation) Adalah penanaman dana dari shahibul maal (pemilik modal) untuk mencampurkan dana/modal mereka pada suatu usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya, sedangkan kerugian ditanggung semua shahibul maal berdasarkan bagian dana/ modal masing-masing. Al-Mudharabah (Trust Financing, Trust Investment) Adalah akad kerjasama antara 2 pihak di mana pihak shahibul maal menyediakan modal dan pihak mudharib menjadi pengelola. Keuntungan usaha dibagi berdasarkan nisbah sesuai dengan kesepakatan. Pembagian nisbah dapat menggunakan metode bagi untung dan rugi (profit and loss sharing) atau metode bagi pendapatan (revenue sharing).
53
LAMPIRAN
Al-Muzara’ah (Harverst-Yield Profit Sharing) Adalah kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dan penggarap, di mana pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada si penggarap untuk ditanami dan diperlihara dengan imbalan bagian tertentu dari hasil panen. Al Musaqah (Plantation Management Fee Based on Certain Portion of Yield) Adalah bentuk sederhana dari Al-muzara’ah di mana si penggarap hanya bertanggungjawab atas penyiraman dan pemeliharaan. Sebagai imbalan, si penggarap berhak atas nisbah tertentu dari hasil panen. Jual Beli (Sale and Payment Sale)
Bai’ Al Murabahah (Deferred Payment Sale) Adalah akad jual beli antara sebesar harga pokok barang ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati. Barang yang dimaksud adalah barang yang diketahui jelas kuantitas, kualitas dan spesifikasinya Bai’ as Salam (in front Payment Sale) Adalah jual beli barang dengan cara pemesanan dengan syaratsyarat tertentu dengan pembayaran tunai terlebih dahulu secara penuh. Bai’ Al – Istishna’ (Purchase by Order or Manufacture) Jual beli barang dalam bentuk pemesanan pembuatan barang dengan criteria dan persyaratan tertentu yang disepakati dengan pembayaran sesuai dengan kesepakatan
Sewa (Operational Lease and Financial Lease)
54
Al-Ijarah (operational Lease) Adalah transaksi sewa menyewa atas suatu barang dan atau upah mengupah atas suatu jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau imbalan jasa.
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Gula Aren (Gula Semut Dan Gula Cetak)
AL- Ijarah Al Muntahia bit – Tamlik (Financial Lease with Purchase Option) Adalah sejenis perpaduan antara kontrak jual beli dan sewa atau akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang ditangan si penyewa. Jasa (Fee-Based Services)
Al Wakalah (Deputyship) Adalah penyerahan, pedelegasian atau pemberian mandat kekuasaan oleh seseorang kepada orang lain dalam hal-hal yang diwakilkan Al-Kafalah (Guaranty) Merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung, atau mengalihkan tanggungjawab seseorang yang dijamin dengan berbegang pada tanggungjawab orang lain sebagai penjamin. Al-Hawalah (Transfer service) Adalah pengalihan hutang dari orang yang berhutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya Ar-Rahn (Mortgage) Adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterima. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis Al-qardh (soft and Benevolent Loan) Adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan
55
LAMPIRAN
Lampiran 2. Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan Usaha Gula Aren No
Jumlah (Nilai)
Asumsi
Satuan
1
Periode proyek
5
tahun
2
Jumlah hari kerja per bulan
25
hari
3
Jumlah bulan kerja per tahun
12
bulan
4
Skala Usaha a. Bahan baku *)
Keterangan Periode 5 tahun
Untuk satu hari 600
kg
• Gula Cetak
50
kg
• Gula Semut
500
kg
• Gula Cetak
6,000
Rp/kg
• Gula Semut
8,000
Rp/kg
5,000
Rp/kg
b. Output produksi
5
Harga produk **)
6
Harga Bahan Baku **)
7
Upah tenaga kerja
8
Untuk satu bulan
• Pimpinan
2,000,000
Rp/bulan
• Tenaga kerja administrasi
800,000
Rp/bulan
• Tenaga kerja harian ***)
30,000
Rp/hari
Biaya pemeliharaan
5%
%/thn
dari nilai peralatan dan mobil
9
Expected Return Bank
14%
%
efektif****)
*) Gula aren setengah jadi yang dihasilkan pengrajin **) Harga rata-rata sepanjang tahun (rata-rata terbobot dari harga masing-masing musim) ***) Jumlah hari kerja perbulan dikali upah harian (Rp 30.000 per hari) ****) Data per Desember 2009 dari Bank Syariah
56
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
1 1
• Izin Depkes
• NPWP
unit unit unit unit unit unit
• Oven
• Kompor utk Oven
• Loyang aluminium
• Cetakan
• Mesin ayakan
• Ayakan manual
Sub jumlah
unit
Peralatan Produksi
3
• Mesin gilingan
Sewa tanah dan bangunan
6
1
20
60
1
1
2
5
1
• Wajib Daftar Perusahaan
thn
1
• Izin Usaha Industri
Sub jumlah
1
• SITU
Jumlah
1
Berkas
Satuan
• SIUP
Perizinan
Jenis Biaya
2
1
No
250,000
20,000,000
10,000
250,000
5,000,000
15,000,000
5,000,000
24,000,000
250,000
300,000
300,000
300,000
300,000
300,000
Harga satuan Rp
Lampiran 3. Biaya Investasi Usaha Gula Aren
66,700,000
1,500,000
20,000,000
200,000
15,000,000
5,000,000
15,000,000
10,000,000
120,000,000
1,750,000
250,000
300,000
300,000
300,000
300,000
300,000
Nilai
2
5
2
5
5
5
5
5
selamanya
selamanya
5
5
5
5
Umur ekonomis
13,850,000
750,000
4,000,000
100,000
3,000,000
1,000,000
3,000,000
2,000,000
24,000,000
240,000
-
-
60,000
60,000
60,000
60,000
Penyusutan per thn
850,000
750,000
-
100,000
-
-
-
-
-
-
-
Nilai Sisa Rp
Gula Aren (Gula Semut Dan Gula Cetak)
57
58
Jumlah biaya investasi
Kendaraan carry
70,000,000 259,200,000
Peralatan Produksi
Peralatan lain
Kendaraan carry
Jumlah Biaya Investasi
2
3
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
4
750,000
66,700,000
120,000,000
Sewa tanah dan bangunan
3
1,750,000
Nilai
70,000,000
300,000
150,000
Harga satuan Rp
Perizinan
Jenis Biaya
1
1
3
Jumlah
1
No
unit
unit
• Timbangan 25 kg
Sub jumlah
unit
Satuan
• Timbangan 5 kg
Peralatan lain
Jenis Biaya
Rekap Jumlah Biaya Investasi
5
4
No
45,240,000
7,000,000
150,000
13,850,000
24,000,000
10
5
5
Umur ekonomis
240,000
Penyusutan
259,200,000
70,000,000
750,000
300,000
450,000
Nilai
45,240,000
7,000,000
150,000
60,000
90,000
Penyusutan per thn
35,850,000
35,000,000
-
-
-
Nilai Sisa Rp
LAMPIRAN
buah ikat
• Karung
• Kayu bakar
6
per bulan per bulan per bulan per tahun
• Listrik
• Transportasi
• Telpon
• Biaya Pemeliharaan
Jumlah
Biaya administrasi & umum
Bulan
per tahun
• Pembelian pengaduk
Sub jumlah
per tahun
• Pembelian wajan
orang
• Tenaga kerja administrasi
Overhead pabrik (BOP)
5
orang orang
Tenaga Kerja Produksi
4
• Pimpinan
Pemasaran
3
paket
kg
Sub jumlah
Liter
• Kantong plastik
Bahan Pendukung
2
kg
Satuan
• Minyak tanah
Bahan Baku gula cetak
Jenis Biaya
1
No
1
1
1
1
1
2
1
3
1
100
175
30
180
15,000
Jumlah per bulan
Lampiran 4. Biaya Operasional Usaha Gula Aren
50,000
6,872,500
150,000
7,500,000
300,000
15,000
150,000
800,000
2,000,000
30,000
300,000
3,000
7,000
12,000
3,500
5,000
Harga/ satuan
92,251,458
50,000
12,136,458
572,708
150,000
7,500,000
300,000
1,250
12,500
1,600,000
2,000,000
2,250,000
300,000
2,515,000
300,000
1,225,000
360,000
630,000
75,000,000
Biaya per bulan
1,107,017,500
600,000
145,637,500
6,872,500
1,800,000
90,000,000
3,600,000
15,000
150,000
19,200,000
24,000,000
27,000,000
3,600,000
30,180,000
3,600,000
14,700,000
4,320,000
7,560,000
900,000,000
Nilai 1 thn (Rp)
Gula Aren (Gula Semut Dan Gula Cetak)
59
LAMPIRAN
Rekap Jumlah Biaya Operasional Per Tahun No
Jenis Biaya
1
Bahan Baku
3
Bahan Pendukung
4
Pemasaran
5
Biaya Tenaga kerja
6
Biaya overhead pabrik
7
Biaya administrasi & umum
Nilai 900,000,000 30,180,000 3,600,000 27,000,000
Jumlah Biaya
145,637,500 600,000 1,107,017,500
Biaya operasional per bulan=
92,251,458
Lampiran 5. Kebutuhan Dana Untuk Investasi dan Modal Kerja No 1
2
3
60
Rincian Biaya Proyek
Total Biaya
Dana investasi yang bersumber dari a. Pembiayaan
-
b. Dana sendiri
259,200,000
Jumlah dana investasi
259,200,000
Dana modal kerja yang bersumber dari a. Pembiayaan
70,000,000
b. Dana sendiri
22,251,458
Jumlah dana modal kerja
92,251,458
Total dana proyek yang bersumber dari a. Pembiayaan
70,000,000
b. Dana sendiri
281,451,458
Jumlah dana proyek
351,451,458
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Gula Aren (Gula Semut Dan Gula Cetak) Keterangan: Proyeksi Penjualan per tahun 1,290,000,000 Proyeksi Penjualan per bulan 107,500,000 Pembiayaan bank untuk modal kerja ± 80%: Pembiayaan bank 70,000,000 Expected return bank 14% Expected return bank dalam rupiah 9,800,000 Nisbah Bank 0.76% Nisbah nasabah 99.24%
Perhitungan Kebutuhan Dana Modal Kerja Besarnya dana modal kerja ditentukan berdasarkan kebutuhan dana awal untuk satu kali siklus produksi. Usaha produksi gula aren mempunyai siklus produksi (dari pembuatan sampai memperoleh penerimaan dari penjualan) kurang lebih selama 25 hari atau 1 bulan. Sehingga kebutuhan dana modal kerja adalah:
Kebutuhan dana modal kerja =
(siklus
produksi ) × (biaya operasiona l setahun (hari kerja setahun )
)
25 = × Rp. 1.107.017. .500, 300 = Rp. 92.251.458 ,-
61
LAMPIRAN
Lampiran 6. Proyeksi Pembayaran Nisbah Pembiayaan Nilai Pembiayaan Modal Kerja Jangka waktu pembiayaan (bln) Expected return bank Prakiraan Penjualan (bln) Nisbah Bank Bulan
Angsuran Pokok
Nisbah bank
70,000,000 12 14% 107,500,000 0.76% Total Angsuran
Saldo Awal
Saldo Akhir
1
-
816,667
816,667
70,000,000
70,000,000
2
-
816,667
816,667
70,000,000
70,000,000
3
-
816,667
816,667
70,000,000
70,000,000
4
-
816,667
816,667
70,000,000
70,000,000
5
-
816,667
816,667
70,000,000
70,000,000
6
-
816,667
816,667
70,000,000
70,000,000
7
-
816,667
816,667
70,000,000
70,000,000
8
-
816,667
816,667
70,000,000
70,000,000
9
-
816,667
816,667
70,000,000
70,000,000
10
-
816,667
816,667
70,000,000
70,000,000
11
-
816,667
816,667
70,000,000
70,000,000
12
70,000,000
816,667
70,816,667
70,000,000
-
70,000,000
9,800,000
79,800,000
Keterangan: 1. Angsuran pokok pembiayaan dilakukan pada akhir periode pembiayaan, sehingga angsuran bulanan hanya berupa pembayaran nisbah saja 2. Jangka waktu pembiayaan selama satu tahun dan dapat diperpanjang dua kali (jadi total 3 kali) melalui perpanjangan akad setiap tahunnya. Pada contoh asumsi sampai 3 (tiga) tahun dengan perpanjangan setiap tahun 3. Perhitungan nisbah pada contoh di atas berdasarkan asumsi bahwa realisasi penjualan dan besar pembiayaan sebagai dasar perhitungan nisbah adalah tetap sepanjang masa akad pembiayaan dan perpanjangannya. Meskipun demikian, pada prakteknya, pembayaran nisbah a.l. dihitung berdasarkan realisasi penjualan (pendapatan) tiap bulan yang jumlahnya dapat berbeda-beda. 4. Contoh perhitungan pengakuan nisbah bagi hasil dapat dilihat pada lampiran - 10.
62
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Total Pendapatan Kotor Per bulan
3
Kg
• Gula Semut
Total Pendapatan Kotor Per Tahun
Kg
Satuan
• Gula Cetak
Jenis Produk
Uraian
2
1
No
12,500
1,250
Produksi kg/ bulan
Lampiran 7. Proyeksi Produksi dan Penjualan Gula Aren
150,000
15,000
Produksi kg/tahun
107,500,000
8,000
6,000
Harga Rp/kg
1,290,000,000
1,200,000,000
90,000,000
Nilai Rp/thn
Gula Aren (Gula Semut Dan Gula Cetak)
63
64
Laba Kotor
3
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK) 50000000 27,942,500 20,882,750
0.15
0.30
Pajak
50000000
0.10
Share
Profit margin (%)
7
20,882,750
27,942,500
50000000
50000000
8.30
107,059,750
20,882,750
Pajak
Laba Bersih
127,942,500
45,240,000
Biaya Penyusutan
Laba Kena Pajak
173,182,500
9,800,000
182,982,500
1,107,017,500
1,290,000,000
1
Laba Sebelum Pajak
6
5
4
Biaya Operasional Produksi
2
Nisbah pembiayaan
Pendapatan
Uraian
1
No
Lampiran 8. Proyeksi Laba Rugi Usaha
20,882,750
27,942,500
50000000
50000000
Nilai Laba Kena Pajak
8.30
107,059,750
20,882,750
127,942,500
45,240,000
173,182,500
9,800,000
182,982,500
1,107,017,500
1,290,000,000
2
TAHUN
23,822,750
37,742,500
50000000
50000000
8.30
107,059,750
20,882,750
127,942,500
45,240,000
173,182,500
9,800,000
182,982,500
1,107,017,500
1,290,000,000
3
23,822,750
37,742,500
50000000
50000000
8.30
107,059,750
20,882,750
127,942,500
45,240,000
173,182,500
9,800,000
182,982,500
1,107,017,500
1,290,000,000
Rata-rata
LAMPIRAN
20,882,750
Pajak
BEP Produksi (kg)
5
• Gula Semut
• Gula Cetak
BEP Nilai penjualan (Rp)
97,918
9,792
842,090,844
201,277,500
9,800,000
Nisbah pembiayaan Total Biaya Tetap
45,240,000
600,000
Biaya administrasi & umum
Biaya penyusutan
145,637,500
Biaya overhead pabrik (BOP)
Biaya Tetap
27,000,000
Biaya Tenaga Kerja Langsung
4
3
3,600,000
Biaya Pemasaran
981,662,750
30,180,000
Bahan Pendukung
Total Biaya Variabel
900,000,000
Biaya Variabel
2
1,290,000,000
1
Bahan Baku
Hasil Penjualan Produk
Uraian
1
No
Lampiran 9. Proyeksi Perhitungan BEP Usaha
97,918
9,792
842,090,844
201,277,500
9,800,000
45,240,000
600,000
145,637,500
981,662,750
20,882,750
27,000,000
3,600,000
30,180,000
900,000,000
1,290,000,000
2
TAHUN
97,918
9,792
842,090,844
201,277,500
9,800,000
45,240,000
600,000
145,637,500
981,662,750
20,882,750
27,000,000
3,600,000
30,180,000
900,000,000
1,290,000,000
3
Gula Aren (Gula Semut Dan Gula Cetak)
65
LAMPIRAN
Jenis BEP (rata-rata) 1
Nilai penjualan (Rp)
2
Persentase (%)
2
Produksi (kg)
66
Nilai BEP 842,090,844 63.21
• Gula Cetak
9,792
• Gula Semut
97,918
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
351,451,458
Total Outflow untuk IRR
351,451,458
1,127,900,250
1,137,700,250
20,882,750
f. Pajak Total Outflow
9,800,000
-
d. Angsuran pokok
e. Nisbah pembiayaan bank
1,107,017,500
-
1,290,000,000
1,290,000,000
-
-
-
-
1,290,000,000
1
TAHUN
c. Biaya operasional
92,251,458
b. Modal kerja
-
Total Inflow untuk IRR
259,200,000
351,451,458
Total Inflow
-
70,000,000
a. Investasi/re-investasi
Outflow
e. Nilai sisa
d. Pembiayaan modal kerja
-
281,451,458
b. Dana sendiri
c. Pembiayaan investasi
-
0
a. Pendapatan
Inflow
Uraian
Lampiran 10. Proyeksi Arus Kas dan Analisis Kelayakan Usaha
1,129,600,250
1,139,400,250
20,882,750
9,800,000
-
1,107,017,500
1,700,000
1,290,000,000
1,290,000,000
-
-
-
-
1,290,000,000
2
1,127,900,250
1,207,700,250
20,882,750
9,800,000
70,000,000
1,107,017,500
-
1,414,630,000
1,414,630,000
124,630,000
-
-
-
1,290,000,000
3
Gula Aren (Gula Semut Dan Gula Cetak)
67
68 351,451,458 -351,451,458 -351,451,458
PV Cashflow
Kumulatif PV Cashflow
-
PV Cost
PV Benefit
0
Kumulatif cashflow (-nilai sisa) -351,451,458
-
Kumulatif cashflow
Cashflow untuk IRR
-
0
Cashflow
Uraian
-209,258,695
142,192,763
989,386,184
1,131,578,947
162,099,750
152,299,750
152,299,750
152,299,750
1
TAHUN
-85,836,296
123,422,399
869,190,713
992,613,112
160,399,750
302,899,500
302,899,500
150,599,750
2
107,698,118
193,534,414
761,300,542
954,834,956
286,729,750
385,199,250
509,829,250
206,929,750
3
LAMPIRAN
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Gula Aren (Gula Semut Dan Gula Cetak)
Lampiran 11. Contoh Perhitungan Nisbah Musyarakah Contoh Perhitungan Pembayaran Nisbah Bulan Ke-n1 dan Bulan ke - n2 Nama Nasabah
: Fatimah
Ekspektasi penjualan per bulan
: 107,500,000
Plafon pembiayaan
: 70,000,000
Nisbah bagi hasil bank
: 0.76%
Realisasi penjualan bulan ke - n1
: 115,750,500
Nisbah bagi hasil bank bulan ke - n1
: 879,345
Realisasi penjualan bulan ke - n2
: 95,465,500
Nisbah bagi hasil bank bulan ke - n2
: 725,242
Keterangan: 1. Pembayaran nisbah pada bulan ke-n1 sesuai realisasi penjualan = Rp 879.345,2. Pembayaran nisbah pada bulan ke-n2 sesuai realisasi penjualan = Rp 725.242,3. Pembayaran nisbah dapat lebih tinggi atau lebih rendah dari proyeksi bank karena sesuai dengan realisasi penjualan (pendapatan) yang terjadi, sehingga nisbah yang diperoleh dapat berfluktuasi
69
70
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Besar rata-rata (kisaran terkecil dan terbesar) nisbah bagi hasil yang diberikan sampai sekarang
Besar rata-rata (kisaran terkecil dan terbesar) ijarah dan istishna’ yang diberikan sampai sekarang
2
3
Keterangan: *) Data per bulan Juni 2006 1 BRI = Bank Rakyat Indonesia 2 BMI = Bank Muamalat Indonesia
Besar rata-rata (kisaran terkecil dan terbesar) margin yang diberikan sampai saat ini
Parameter
1
No
3 4 5
19% - 22%
(95% - 5%) (77% - 23%)
19% - 22% eff. p.a
BMI
BSM = Bank Syariah Mandiri BSMI = Bank Syariah Mega Indonesia BNIS = Bank Negara Indonesia Syariah
9.45% -18.26% (flat rate p.a)
menyesuaikan dgn base rate yg ada di BRI, yi: 17% - 24% eff. Rate p.a
9.45% 18.26% (flat rate p.a)
BRI
19% - 22% eff. p.a (tergantung jangka waktu pembiayaan)
kisaran bagsi dengan ekspektasi return bank: 16,08% - 19.08% p.a. effektif Adapun nisbah bank tergantung perbandingan antara eksp. bank dan realisasi penjualan nasabah
19% - 22% eff. p.a (tergantung jangka waktu pembiayaan)
BSM
Besaran *)
Lampiran 12. Pola Pembiayaan Syariah pada Perbankan Syariah
belum ada portfolionya
Nasabah: 0,3% 85,3% Bank: 14,7% 99,7%
15% - 24% eff. p.a.
BSMI
belum ada portfolionya
Tergantung Revenue atau Profit mudharib Dengan patokan expected return bank berkisar 14% - 18% p.a
9,00% 10,00% (flat rate p.a)
BNIS
LAMPIRAN