POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
USAHA ABON IKAN
KATA PENGANTAR Cetakan syariah
Dalam rangka mengembangkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), Bank Indonesia memberikan bantuan teknis dalam bentuk pelatihan dan penyediaan informasi. Salah satu informasi yang disediakan oleh Bank Indonesia adalah buku pola pembiayaan. Sampai saat ini, telah tersedia 106 judul komoditi. Buku pola pembiayaan tersebut semua mengunakan sistem konvensional (suku bunga). Untuk mendukung perkembangan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) yang makin pesat pada tahun-tahun terakhir ini, Bank Indonesia mengusahakan penyediaan buku pola pembiayaan dengan sistem syariah. Buku pola pembiayaan syariah yang disediakan merupakan konversi dari data dan informasi buku yang sudah diterbitkan. Oleh karena itu bagi peminat yang ingin memanfaatkannya diharapkan dapat menyesuaikan dengan kondisi saat ini. Dari 106 judul buku pola pembiayaan yang sudah tersedia, sampai dengan tahun 2008 Bank Indonesia telah mengkonversikan ke sistem syariah sebanyak 21 judul buku. Pada tahun 2009, Bank Indonesia melakukan konversi 5 (lima) buku pola pembiayaan ke sistem syariah. Satu diantara buku pola pembiayaan yang dikonversikan ke sistem syariah adalah Usaha Pengolahan Abon Ikan dari bahan baku ikan marlin/jangilus (Istiophorus sp). Sedangkan akad pembiayaan yang digunakan adalah Pembiayaan Rekening Koran Syariah (PRKS) musyarakah. Dalam penyusunan pola pembiayaan dengan sistem syariah ini, Bank Indonesia memperoleh bantuan dari banyak pihak, khususnya PT. Bank Syariah Mandiri, baik di Kantor Pusat maupun di Kantor Cabang, serta berbagai nara sumber korespodensi baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Atas sumbang pikir dan bantuan kelancaran penyusunan buku pola pembiayaan syariah ini, Bank Indonesia cq Biro Pengembangan BPR dan UMKM (BPBU) menyampaikan terimakasih.
i
Sedangkan bagi pembaca yang ingin memberikan kritik, saran dan masukan bagi penyempurnaan buku ini atau ingin mengajukan pertanyaan terkait dengan buku ini dapat menghubungi: BPBU - Tim Penelitian dan Pengembangan Perkreditan dan UMKM (TP3KU), Bank Indonesia dengan alamat: Gedung Tipikal (TP), Lt. V Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10110 Telp: (021) 381-7412, Fax: (021) 351 – 8951 Email:
[email protected] Akhir kata, semoga buku ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi pengembangan UMKM dan Lembaga Keuangan Syariah.
Jakarta, Desember 2009 Direktorat Kredit, BPR dan UMKM
ii
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
RINGKASAN POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH USAHA ABON IKAN No
UNSUR PEMBINAAN
URAIAN
1
Jenis usaha
Pengolahan Abon Ikan (Marlin)
2
Skala usaha optimum
Usaha skala kecil dengan produksi abon ikan sebanyak 1.200 kg/bulan.
3
Lokasi Usaha
Desa Cikahuripan, Kec. Cisolok, Pelabuhan Ratu, Kab. Sukabumi, Jawa Barat
4
Dana yang diperlukan
- Investasi = Rp26.100.00,- Modal Kerja = Rp117.233.813,-
5
Sumber Dana
Lembaga Keuangan Syariah dan modal sendiri
6
Plafon Pembiayaan dan kontribusi nasabah
a. Plafon pembiayaan dari LKS: - Pembiayaan modal kerja untuk pembelian bahan baku selama 1 tahun =Rp90.000.000,Total pembiayaan LKS = Rp90.000.000,b. Kontribusi nasabah - Biaya investasi =Rp26.100.000,- Biaya modal kerja = Rp27.233.813,Total kontribusi nasabah sebesar Rp55.333.813,-
7
Akad Pembiayaan
Kebutuhan pembiayaan usaha abon ikan adalah dipenuhi dengan akad Pembiayaan Rekening Koran Syariah (PRKS) musyarakah, hal ini karena biaya modal kerja yang dibutuhkan relatif berfluktuasi, yang dipengaruhi oleh musim ikan dan tingkat permintaan konsumen akan produk abon
8
Jangka Waktu Pembiayaan
Pembiayaan modal kerja selama 1 (satu) tahun,dapat diperpanjang jika sudah jatuh tempo sepanjang kinerja pembiayaannya bagus (sesuai dengan kriteria bank bersangkutan)
9
Perhitungan nisbah
a. Berdasarkan pengakuan pendapatan (revenue sharing) disepakati oleh kedua belah pihak dan rata-rata pemakaian rekening koran,yang selanjutnya dituangkan dalam berita acara bagi hasil. b. Pengakuan pendapatan dan rata-rata pemakaian rekening koran ini dilakukan setiap bulan,sebagai dasar perhitungan perolehan nisbah kedua belah pihak.
iii
10
Nisbah Bank
1,25%
11
Nisbah Nasabah
98,75%
12
Periode Pembayaran Pembiayaan
a. Pelunasan pokok pembiayaan dilakukan pada akhir periode pembiayaan b. Angsuran nisbah dibayarkan setiap bulan
13
Pola Usaha a. Periode Proyek b. Skala Usaha c. Tingkat Teknologi d. Produk yang dihasilkan e. Pemasaran Produk
14
Kelayakan Usaha
5 tahun 1.200 kg produk per bulan Semi-mekanis Abon ikan Dijual langsung, pesanan, melalui pengecer dan pedagang besar/perantara a.
b.
c.
iv
Usaha pembuatan abon ikan mampu menghasilkan keuntungan setelah membayar kewajiban pembiayaan kepada LKS. Total nisbah yang diperoleh dari pembiayaan modal kerja dengan akad PRKS musyarakah diproyeksikan adalah Rp.12.600.000,- dalam satu tahun pembiayaan Dengan demikian usaha pembuatan abon ikan layak untuk diusahakan dan memperoleh pembiayaan dari LKS.
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
DAFTAR ISI
Hal KATA PENGANTAR ..................................................................................... i RINGKASAN EKSEKUTIF USAHA ABON IKAN ........................................... iii DAFTAR ISI .................................................................................................. v DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii DAFTAR FOTO ............................................................................................. viii DAFTAR TABEL ............................................................................................. ix BAB I
PENDAHULUAN ...........................................................................
1
BAB II
PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN ................................ 2.1. Profil Usaha Abon Ikan ........................................................... 2.2. Pola Pembiayaan Bank ............................................................
5 5 6
BAB III
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN .............................................. 3.1. Aspek Pasar ............................................................................ 3.1.1. Permintaan ................................................................... 3.1.2. Penawaran ................................................................... 3.1.3. Analisis Persaingan dan Peluang Pasar .......................... 3.2. Aspek Pemasaran ................................................................... 3.2.1. Harga ........................................................................... 3.2.2. Rantai Pemasaran ......................................................... 3.2.3. Kendala Pemasaran ......................................................
9 9 9 10 11 11 11 12 13
v
BAB IV
ASPEK PRODUKSI ........................................................................ 4.1 Lokasi Usaha........................................................................... 4.2 Fasilitas Produksi dan Peralatan ............................................... 4.2.1 Fasilitas Produksi ............................................................ 4.2.2 Peralatan Produksi ......................................................... 4.3. Bahan Baku Produksi .............................................................. 4.4. Tenaga Kerja .......................................................................... 4.5. Teknologi ............................................................................... 4.6. Proses Produksi ....................................................................... 4.7. Jenis dan Mutu Produksi ......................................................... 4.8. Produksi Optimum .................................................................. 4.9. Kendala Produksi ....................................................................
15 15 15 15 16 19 22 22 23 30 30 30
BAB V
ASPEK KEUANGAN .................................................................... 5.1. Fleksibilitas Produk Pembiayaan Syariah .................................. 5.2. Pemilihan Pola Usaha dan Pembiayaan.................................... 5.2.1. Karakteristik usaha abon ikan ....................................... 5.2.2. Pola usaha dan pembiayaan.......................................... 5.2.3. Produk Pembiayaan Rekening Koran Syariah (PRKS) Musyarakah .................................................................. 5.3. Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan ..................... 5.4. Komponen Biaya Investasi dan Biaya Operasional.................... 5.4.1.Biaya Investasi................................................................ 5.4.2.Biaya Operasional .......................................................... 5.5. Kebutuhan Dana untuk Investasi dan Modal Kerja .................. 5.6. Proyeksi Produksi dan Pendapatan Kotor ................................ 5.7. Proyeksi Rugi Laba dan Break Even Point (BEP) ........................ 5.8. Proyeksi Arus Kas ................................................................... 5.9. Proyeksi Perolehan Nisbah ......................................................
31 31 32 32 33
vi
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
34 36 37 37 38 39 41 41 43 44
BAB VI
ASPEK SOSIAL EKONOMI DAN LINGKUNGAN .......................... 45 6.1 Aspek Sosial Ekonomi ............................................................. 45 6.2 Aspek Dampak Lingkungan .................................................... 45
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 47 7.1 Kesimpulan............................................................................. 47 7.2 Saran ...................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 51 DAFTAR WEBSITE ....................................................................................... 53 DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... 57
vii
DAFTAR GAMBAR Gambar Hal Gambar 3.1. Rantai Pemasaran Abon Ikan ..................................................... 12 Gambar 4.1. Diagram Alir Proses Produksi Abon ikan..................................... 29
DAFTAR FOTO Foto Hal 3.1. Abon ikan dalam kemasan 250 dan 100 gram yang siap dijual ............ 13 4.1. Lemari Penyimpanan (Etalase) sebagai tempat menyimpan produk yang sudah dikemas dan siap dijual ..................................................... 18 4.2. Proses Penyiangan daging ikan marlin ................................................. 23 4.3. Perebusan Daging Ikan ......................................................................... 24 4.4. Proses Penirisan dan Pengepresan I ....................................................... 25 4.5. Proses pencabikan I .............................................................................. 25 4.6. Proses penyiangan dan pemarutan lengkuas, serta penam-bahan bumbu-bumbu ke serat-serat daging ikan............................................. 26 4. 7. Proses penggorengan ........................................................................... 27 4. 8. Proses pengepresan II ........................................................................... 27 4. 9. Proses Pencabikan II .............................................................................. 28 4.10. Abon ikan curah di gudang penyimpanan dan dalam kemasan siap dijual (ukuran 250 g dan 100 g) ........................................................... 28
viii
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Komposisi Ikan Segar per 100 gram Bahan .................................. Tabel 4.1. Komposisi Bahan-bahan Pembantu Per10 kg Bahan Baku Daging Ikan ................................................................................. Tabel 4.2. Komposisi Bahan-bahan Pembantu Per10 kg Bahan baku Daging Ikan ................................................................................. Tabel 4.3. Komposisi Kandungan Gizi dalam 100 gram Abon Ikan ............... Tabel 5.1. Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan .......................... Tabel 5.2. Biaya Investasi Usaha Abon Ikan .................................................. Tabel 5.3. Biaya Operasional Usaha Abon Ikan per Tahun ............................ Tabel 5.4. Kebutuhan Dana untuk Investasi dan Modal Kerja ....................... Tabel 5.5. Angsuran Pokok dan Bunga Kredit .............................................. Tabel 5.6. Produksi dan Pendapatan Kotor per Tahun .................................. Tabel 5.7. Proyeksi Laba Rugi Usaha Abon ikan ............................................ Tabel 5.8. Kelayakan Usaha Abon Ikan ........................................................
1 21 21 30 36 37 38 39 40 41 42 43
ix
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
BAB I PENDAHULUAN Indonesia adalah negara kepulauan (archipelagic state) terbesar di dunia. Sebagian besar wilayah Indonesia berupa perairan dengan luas wilayah laut mencapai 5,8 juta km2 dan garis pantai sepanjang 81.000 km. Potensi perairan tersebut dapat menghasilkan ± 6,7 juta ton ikan per tahun. Produk Domestik Bruto (PDB) selama periode 2000-2003, sub sektor perikanan meningkat sebesar 26,04%, jauh lebih tinggi dibandingkan peningkatan PDB total yang sebesar 12,14% (DKP, 2004). Pada 2007, PDB sub sektor perikanan mencapai Rp. 96,8 triliun. Nilai ini memberikan kontribusi ke PDB kelompok pertanian sekitar 17,7% atau kontribusi terhadap PDB nasional sekitar 2,45% (DKP, 2007). Oleh sebab itu, perikanan merupakan sub sektor yang sangat potensial untuk dikembangkan dalam pembangunan di Indonesia. Ikan sebagai komoditi utama di sub sektor perikanan merupakan salah satu bahan pangan yang kaya protein. Manusia sangat memerlukan protein ikan karena selain mudah dicerna, pola asam amino protein ikan pun hampir sama dengan pola asam amino yang terdapat dalam tubuh manusia (Afrianto dan Liviawaty, 1989). Di samping itu, kadar lemak ikan yang rendah sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh manusia. Tabel 1. 1. Komposisi Ikan Segar per 100 gram Bahan Komponen Kandungan air Protein Lemak Mineral dan Vitamin
Kadar (%) 76,00 17,00 4,50 2,52-4,50
Sumber: www.ristek.go.id
1
PENDAHULUAN
Namun demikian, ikan merupakan komoditi yang cepat mengalami pembusukan (perishable food). Pembusukan disebabkan oleh enzim, baik dari ikan itu sendiri maupun mikroba dan proses ketengikan (rancidity). Kadar air ikan segar yang tinggi mempercepat proses perkembangbiakan mikroorganisme pembusuk yang terdapat di dalamnya. Daya tahan ikan segar yang tidak lama, menjadi kendala dalam usaha perluasan pemasaran hasil perikanan. Bahkan sering menimbulkan kerugian besar pada saat produksi ikan melimpah. Oleh karena itu, sejak lama masyarakat berusaha melakukan berbagai macam proses pengolahan pasca panen ikan guna meminimalkan kendala tersebut. Pada dasarnya proses pengolahan pasca panen ikan bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam daging ikan. Penurunan kadar air ini bisa menghambat perkembangbiakan mikroorganisme dalam daging ikan sehingga produk olahan ikan akan memiliki daya tahan lebih lama dibandingkan daging ikan segarnya. Terdapat bermacam-macam cara pengolahan pascapanen ikan, mulai dari cara tradisional sampai modern. Salah satu diantara produk olahan ikan adalah abon ikan. Abon merupakan produk olahan yang sudah cukup dikenal luas oleh masyarakat. Dewan Standarisasi Nasional (1995) mendefinisikan abon sebagai suatu jenis makanan kering berbentuk khas yang terbuat dari daging yang direbus, disayat-sayat, dibumbui, digoreng dan dipres. Pembuatan abon menjadi alternatif pengolahan ikan dalam rangka penganekaragaman produk perikanan dan mengantisipasi melimpahnya tangkapan ikan di masa panen. Abon ikan merupakan jenis makanan olahan ikan yang diberi bumbu, diolah dengan cara perebusan dan penggorengan. Produk yang dihasilkan mempunyai bentuk lembut, rasa enak, bau khas, dan mempunyai daya awet yang relatif lama.1 Sementara menurut Karyono dan Wachid (1982), abon ikan adalah produk olahan hasil perikanan yang dibuat dari daging ikan, melalui kombinasi dari proses penggilingan, penggorengan, pengeringan dengan cara menggoreng, serta penambahan bahan pembantu dan bahan penyedap terhadap daging ikan. 1
http://www.ristek.go.id
2
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Usaha Abon Ikan
Seperti halnya produk abon yang terbuat dari daging ternak, abon ikan cocok pula dikonsumsi sebagai pelengkap makan roti ataupun sebagai lauk-pauk. Proses pembuatan abon ikan relatif mudah sehingga bisa langsung dikerjakan oleh anggota keluarga sendiri. Peralatan yang dibutuhkan pun relatif sederhana sehingga untuk memulai usaha ini relatif tidak memerlukan biaya investasi yang besar. Oleh sebab itu, usaha pengolahan abon ikan ini bisa dilakukan dalam skala usaha kecil. Hal ini membuat usaha ini sangat berpotensi untuk dikembangkan di banyak wilayah di Indonesia yang memiliki sumberdaya perikanan laut yang melimpah. Upaya untuk mengembangkan usaha pengolahan abon ikan ini sejalan dengan upaya menumbuhkembangkan UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah). Namun demikian, dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa perbankan masih kekurangan informasi mengenai kelayakan usaha dan pola pembiayaan yang cocok bagi usaha ini, maka menjadi kebutuhan mendesak untuk menyediakan informasi dalam bentuk pola pembiayaan (lending model) usaha kecil untuk usaha pengolahan abon ikan.
3
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
BAB II PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN
2.1. Profil Usaha Abon Ikan Sejumlah wilayah di Indonesia yang telah mengembangkan agroindustri abon ikan adalah Jawa Barat (Sukabumi, Indramayu dan Ciamis), DKI Jakarta, Jawa Tengah (Semarang dan Cilacap), Bali (Jembrana), Kalimantan Tengah (Buntok dan Barito Selatan), dan Jambi (Tanjung Jabung Timur).2 Pada umunya, pola pengolahan abon ikan tersebut didominasi oleh pengolahan tradisional dan bersifat industri rumah tangga (sekitar 68 %).3 Salah satu sentra usaha pengolahan abon ikan yang telah berkembang sejak awal dekade 1990an adalah sentra usaha pengolahan abon ikan yang ada di Kabupaten Sukabumi, tepatnya di Desa Cikahuripan, Kecamatan Cisolok Palabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Pada saat kunjungan lapangan dilakukan (tahun 2007), di wilayah tersebut terdapat dua produsen abon ikan berskala kecil dengan penggunaan teknologi semi-mekanis. Secara garis besar, peralatan yang digunakan relatif masih sederhana. Pemakaian peralatan semimekanis hanya untuk proses penggilingan, pemarutan dan pengepresan yaitu berupa : mesin giling, mesin parutan, dan mesin pengepres. Pada umumnya, unitunit usaha abon ikan di sentra-sentra agroindustri sejenis memang berskala kecil dengan karakteristik yang hampir sama. Produsen abon ikan di Cisolok Kabupaten Sukabumi di atas, berbentuk Kelompok Usaha Bersama (KUB) dan beranggotakan ibu-ibu rumah tangga yang bertempat tinggal di sekitar lokasi unit usaha. Pendirian unit usaha abon ikan di wilayah ini diawali dengan pelaksanaan pelatihan pembuatan abon ikan pada 2 3
http://www.brkp.dkp.go.id (29 November 2006) http://www.brkp.dkp.go.id (5 September 2005)
5
PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN
tahun 1988 melalui Dinas Perindustrian Kabupaten Sukabumi. Perkembangan selanjutnya, kedua KUB tersebut dibina juga oleh sejumlah instansi di Kabupaten Sukabumi, seperti Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Koperasi dan UKM, serta Dinas Kesehatan.
2.2. Pola Pembiayaan Bank Informasi dari pengusaha di lokasi penelitian menyebutkan bahwa unit usaha abon ikan di Cisolok, Sukabumi sudah mendapatkan pinjaman dari perbankan konvensional. Pinjaman dari bank konvensional dapat berupa pinjaman investasi maupun pinjaman modal kerja. Tetapi, sampai saat ini kedua produsen tersebut hanya memperoleh pinjaman Modal Kerja (KMK) dengan menggunakan pola rekening koran. Pinjaman dengan memanfaatkan fasilitas rekening koran memberi keleluasaan kepada pengusaha dalam pengaturan cashflow usahanya. Untuk mendapatkan pinjaman, nasabah harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh bank. Diantara prasyarat tersebut adalah: calon nasabah berusia dewasa (dibuktikan dengan melampirkan KTP), memiliki izin usaha, memiliki karakter yang baik, dan adanya agunan. Izin usaha yang disyaratkan harus dimiliki oleh calon nasabah antara lain: Tanda Daftar Industri (TDI), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP), Izin Usaha Pengolahan (IUP), Tanda Daftar Perusahaan (TDP), izin SB/MD dari Dinas Kesehatan, dan Izin Bebas Gangguan Lingkungan (HO). Sementara itu, agunan pokok yang disyaratkan adalah usahanya, sedangkan agunan tambahan bisa berupa tanah, bangunan, dan barang bergerak dengan bukti kepemilikan yang sah. Pada awal pengajuan pinjaman, nasabah juga harus menanggung biaya administrasi, yaitu: biaya pengikatan jaminan, biaya notaris, provisi dan asuransi risiko. Biaya di atas ditanggung oleh calon debitur dan harus dibayar tunai sebelum pinjaman yang diajukan ditandatangani.
6
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Usaha Abon Ikan
Sumber pembiayaan usaha abon ikan selain dari bank konvesional di atas juga dapat berasal dari Lembaga Keuangan Syariah (LKS). Sehubungan dengan hal tersebut, pada buku ini akan disampaikan contoh pembiayaan syariah untuk usaha abon ikan. Salah satu contoh alternatif produk akad pembiayaan syariah yang digunakan untuk pembiayaan usaha abon ikan adalah Pembiayaan Rekening Koran Syariah (PRKS) musyarakah dengan menggunakan basis perhitungan nisbah berdasarkan pengakuan pendapatan (revenue sharing) dan rata-rata pemakaian rekening koran per bulan. Secara umum, kriteria yang menjadi pertimbangan bank mengacu pada 5C, yaitu character (watak), capacity (kemampuan), capital (permodalan), collateral (jaminan) dan condition (kondisi ekonomi). Disamping itu, prospek pemasaran dalam usaha juga tetap menjadi perhatian penting karena aspek pemasaran diakui merupakan faktor penting yang mempengaruhi kelayakan usaha tersebut.
7
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
BAB III ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
Pada bagian ini akan dibahas mengenai aspek pasar dan pemasaran dari usaha pengolahan abon ikan. Aspek pasar akan menyangkut analisis permintaan, penawaran, serta tingkat persaingan dan peluang pasar. Sementara itu, pada aspek pemasaran akan dibahas tentang harga, rantai pemasaran, peluang pasar, dan kendala-kendala yang dihadapi dalam pemasaran abon ikan.
3.1. Aspek Pasar 3.1.1. Permintaan Sampai saat ini, belum ada data kuantitatif tentang jumlah konsumsi masyarakat terhadap abon ikan. Meskipun demikian, dapat diprediksi bahwa jumlah konsumsi abon relatif tinggi karena makanan olahan ini banyak digemari oleh masyarakat luas. Ritme kehidupan modern masa kini yang menuntut segala sesuatu yang serba cepat dan waktu yang semakin terbatas, semakin memperkuat alasan prospektifnya permintaan pasar bagi produk-produk makanan olahan siap saji, termasuk abon ikan. Proyeksi jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 231,37 juta jiwa pada tahun 2009 dan memiliki tren yang akan terus meningkat (BPS, 2009) merupakan suatu potensi pasar yang sangat menjanjikan bagi produk abon ikan. Hal ini cukup beralasan mengingat akhir-akhir ini terus terjadi peningkatan rata-rata konsumsi masyarakat terhadap produk olahan ikan dan udang. Data menyebutkan bahwa pada tahun 2004 rata-rata konsumsi masyarakat terhadap produk olahan ikan dan udang mencapai 14,75 kalori, meningkat menjadi 15,31 kalori pada tahun 2005 (BPS, 2005).
9
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
Indikasi peningkatan permintaan tersebut sejalan dengan informasi dari produsen abon ikan di Cisolok Sukabumi yang menyatakan bahwa potensi permintaan produk abon ikan sebenarnya relatif masih tinggi. Faktor keterbatasan modal kerja membuat produsen tersebut hanya bisa memenuhi permintaan abon ikan untuk wilayah Sukabumi, Bogor, Jakarta dan Tangerang. Dengan kata lain, masih banyak permintaan abon ikan di berbagai wilayah di luar wilayah-wilayah tersebut yang belum terpenuhi. Di samping itu, bila kendala keterbatasan modal kerja bisa diatasi, sebenarnya peluang ekspor abon ikan pun masih terbuka lebar. 3.1.2. Penawaran Usaha abon ikan telah diusahakan di sejumlah daerah yang banyak menghasilkan ikan, terutama daerah-daerah pantai seperti di Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Bali, Kalimantan Tengah, dan Jambi. Namun demikian, data mengenai jumlah produksi abon ikan baik di tingkat nasional maupun daerah belum bisa diperoleh. Sampai saat ini belum ada survei yang mengidentifikasi jumlah usaha abon ikan baik di tingkat lokal maupun nasional. Oleh sebab itu, jumlah penawaran abon ikan hanya bisa didekati melalui jumlah rata-rata produksi abon secara umum. Data BPS tahun 2005 menunjukkan bahwa jumlah rata-rata produksi abon yang dihasilkan industri menengah dan besar, masing-masing adalah 112.060 kg/tahun dan 2.144,33 kg/tahun. Jumlah rata-rata produksi tersebut tentu masih jauh di bawah potensi pasar abon yang diprediksi akan terus mengalami peningkatan, sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk dan perubahan pola konsumsi masyarakat terhadap produk olahan.
10
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Usaha Abon Ikan
3.1.3. Analisis Persaingan dan Peluang Pasar Di tengah banyaknya variasi produk olahan ikan, abon ikan merupakan salah satu produk yang prospektif untuk dikembangkan. Sejauh ini persaingan antar pengusaha abon ikan belum dirasakan menjadi kendala. Hal ini karena keterbatasan produksi abon ikan di Indonesia sehingga peluang pasar abon ikan bisa dikatakan masih sangat besar. Di samping itu, juga dapat menjadi produk substitusi abon daging serta dapat menjadi komoditi ekspor. Oleh karena itu, kondisi ini merupakan suatu peluang bagus, baik bagi para pengusaha untuk lebih mengembangkan usahanya, maupun bagi para calon investor untuk menanamkan modalnya dalam sektor agroindustri pengolahan abon ikan di berbagai wilayah perairan Indonesia. 3.2. Aspek Pemasaran 3.2.1. Harga Harga abon ikan di Kabupaten Sukabumi ditentukan oleh para produsen. Dalam menentukan harga abon ikan tersebut, produsen sangat mempertimbangkan faktor besarnya biaya produksi, terutama biaya pengadaan bahan baku yaitu ikan Marlin yang mencapai 69% dari total biaya produksi langsung. Pada saat dilakukan survei (Bulan Agustus 2007), harga abon ikan di tingkat produsen di Cisolok Sukabumi adalah Rp 70.000,per kg. Harga produsen ini berlaku untuk semua jalur distribusi pemasaran produk. Sementara itu, harga di tingkat konsumen relatif bervariasi, mulai Rp 70.000,- sampai dengan Rp 90.000,- per kg. Biasanya semakin jauh lokasi konsumen dari lokasi perusahaan, maka harga abon ikan di tingkat konsumen akan semakin mahal.
11
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
3.2.2. Rantai Pemasaran Rantai pemasaran menggambarkan bagaimana suatu produk didistribusikan sehingga bisa sampai kepada konsumennya. Ada paling tidak tiga jalur distribusi produk abon ikan dari produsen ke konsumen, yaitu : 1. Dibeli langsung konsumen ke lokasi produsen (±10%) Konsumen yang biasanya membeli langsung di pabrik antara lain : masyarakat sekitar, konsumen langganan, rombongan tamu sejumlah instansi, dan para wisatawan yang berwisata di pantai sekitar unit usaha. 2. Dijual oleh produsen kepada toko pengecer lokal (±10%) Sejumlah tempat yang bisa menjadi tempat penjualan abon ikan adalah toko pengecer, pasar swalayan, hotel, restoran, terminal, dan tempattempat wisata di kota/kabupaten setempat. Pada jalur distribusi ini, produk abon ikan diantar pihak produsen ke sejumlah tempat tersebut dengan biaya transportasi ditanggung oleh produsen. 3. Dijual oleh produsen ke pedagang besar/perantara di luar kota (±80%) Penjualan diawali dengan tahap pemesanan (partai besar) oleh pedagang besar/perantara langganan. Kemudian pihak produsen akan mengantar langsung produk abon ikan ke lokasi pedagang dengan biaya transportasi ditanggung sepenuhnya oleh pihak pedagang besar yang bersangkutan.
Produsen
Pedagang Besar
Toko Pengecer
Gambar 3.1. Rantai Pemasaran Abon ikan
12
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Konsumen
Usaha Abon Ikan
Sedang untuk cara pembayaran, secara umum ada dua sistem pembayaran. Bagi konsumen yang langsung datang ke lokasi unit usaha, sistem pembayaran dilakukan secara tunai. Sedangkan sistem pembayaran oleh pengecer lokal dan pedagang besar/perantara dari luar kota dilakukan dengan sistem sebagai berikut : 50% dibayar pada saat produk dikirim dan sisanya (50%) dibayar pada saat produk sudah terjual. Biasanya, jangka waktu pembayaran paling lama dengan sistem ini adalah 1,5 bulan sejak produk dikirim.
Foto 3. 1. Abon ikan dalam kemasan 250 dan 100 gram yang siap dijual
3.2.3. Kendala Pemasaran Konsumen abon ikan sering mengeluhkan tentang ketidaktersediaan produk di pasaran. Sejumlah konsumen juga menginginkan abon ikan dengan rasa manis-pedas, tekstur halus dengan aroma tidak terlalu khas ikan, tekstur halus, kemasan dalam toples, dan lain-lain (Wijaya, 2007). Lebih lanjut Wjaya (2007) menyatakan bahwa terkait dengan keinginan konsumen tersebut, kedua produsen Cisolok Sukabumi hanya memproduksi
13
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
satu jenis rasa, yaitu rasa manis dengan kemasan plastik berukuran 100 gram dan 250 gram. Sedangkan dari sisi tekstur abon, terkadang abon ikan yang dihasilkan tersebut bertekstur halus dan terkadang kasar (produk tidak standar). Hal ini tentu berbeda dengan umumnya produk abon dari daging, seperti abon sapi, yang telah mempunyai berbagai variasi rasa, warna dan kemasan sesuai dengan preferensi konsumen. Kondisi ini menjadi salah satu kendala terhambatnya pemasaran produk abon ikan. Dukungan akses teknologi dan akses modal diharapkan dapat menjadi pemacu untuk makin berkembangnya industri olahan abon ikan.
14
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
BAB IV ASPEK PRODUKSI
Aspek produksi ini akan menjelaskan mengenai lokasi usaha, fasilitas produksi dan peralatan, bahan baku, tenaga kerja, teknologi, proses produksi, jenis dan mutu produksi, produksi optimum, serta kendala produksi. 4.1
Lokasi Usaha
Tahap penting dalam memulai suatu usaha adalah pemilihan lokasi tempat usaha akan didirikan. Pertimbangan penetapan lokasi usaha didasarkan pada faktor kedekatan letak dari sumber bahan baku, akses pasar terhadap produk yang dihasilkan, ketersediaan tenaga kerja, air bersih, sarana transportasi dan telekomunikasi. Lokasi usaha pengolahan produk ikan sebaiknya terdapat di daerah-daerah yang dekat kawasan-kawasan kerja pelabuhan perikanan, terutama Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Kondisi tersebut akan mempermudah proses penyediaan bahan baku ikan, mengingat sifat ikan yang mudah rusak, serta bisa mengurangi biaya transportasi dalam penyediaan bahan baku. 4.2
Fasilitas Produksi dan Peralatan 4.2.1 Fasilitas Produksi Proses produksi abon ikan tidak memerlukan tempat usaha tersendiri yang spesifik. Oleh karena itu, proses produksi bisa dilakukan dalam skala rumah tangga, selama memiliki sejumlah peralatan produksi yang diperlukan. Sebagai contoh unit usaha yang dijadikan sampel selama survei lapangan
15
ASPEK PRODUKSI
hanya memiliki luas bangunan seluruhnya 75 m². Bangunan seluas itu, mempunyai fasilitas produksi antara lain ruang produksi, ruang pencucian, serta ruang mesin dan peralatan produksi. 4.2.2 Peralatan Produksi Abon ikan dapat diproduksi dengan alat yang sederhana maupun dengan peralatan semi mekanik. Alat-alat sederhana yang bisa digunakan untuk pembuatan abon ikan adalah : 1. Badeng Alat ini digunakan sebagai wadah dalam proses perebusan daging ikan. 2. Wajan dan sodet Alat ini digunakan pada proses penggorengan abon ikan dan bawang merah. 3. Tungku Alat ini digunakan sebagai tempat pembakaran kayu bakar selama proses perebusan daging ikan serta penggorengan abon ikan dan bawang merah. 4. Pisau Alat ini digunakan untuk menyiangi dan memotong ikan, serta mengupas dan mengiris bawang. 5. Tampah Alat ini digunakan sebagai tempat mencampur bumbu dengan daging ikan yang telah dicabik-cabik. 6. Garpu besar Alat ini digunakan untuk mencabik dan menghaluskan abon yang telah digoreng dan direbus. 7. Baskom plastik besar
16
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Usaha Abon Ikan
8.
9.
10. 11.
12. 13.
14.
15. 16.
Alat ini digunakan sebagai wadah selama pencucian ikan. Baskom plastik kecil Alat ini digunakan sebagai tempat bumbu-bumbu yang akan dicampurkan. Ember plastik Alat ini digunakan sebagai wadah untuk membawa air untuk merebus daging ikan. Saringan kelapa Alat ini digunakan untuk menyaring santan kelapa. Blong (kantong plastik besar). Alat ini digunakan sebagai wadah tempat menyimpan sementara abon ikan sebelum dikemas dan dipasarkan. Plastik kemasan (ukuran 100 g dan 250 g) Digunakan untuk mengemas produk abon ikan siap jual. Timbangan duduk ukuran 2 kg Alat ini digunakan untuk menimbang bahan-bahan pembantu dan abon ikan yang akan dikemas. Timbangan gantung ukuran 25 kg Alat ini digunakan untuk menimbang ikan yang akan dijadikan bahan baku. Ayakan (Tray) Alat ini digunakan untuk meniriskan daging ikan yang telah direbus. Lemari penyimpanan (Etalase). Alat ini digunakan sebagai tempat menyimpan abon ikan yang telah dikemas.
17
ASPEK PRODUKSI
Foto 4. 1. Lemari penyimpanan (Etalase) sebagai tempat menyimpan produk yang sudah dikemas dan siap dijual
Sementara itu, sejumlah peralatan semi-mekanik yang biasa digunakan dalam proses pembuatan abon ikan, antara lain adalah: 1. Mesin pengepres Mesin ini digunakan untuk membuang air dalam daging ikan yang telah direbus (pengepresan I), serta membuang minyak goreng dari bakal abon ikan yang telah digoreng (pengepresan II). 2. Mesin parutan Mesin ini digunakan untuk memarut kelapa dan lengkuas. 3. Sealer (alat pengemas). Alat ini digunakan dalam proses pengemasan produk abon ikan.
18
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Usaha Abon Ikan
4.3. Bahan Baku Produksi Bahan baku yang cocok digunakan dalam pembuatan abon ikan adalah ikan berdaging tebal juga harus memiliki serat kasar dan tidak mengandung banyak duri. Sejumlah spesies ikan yang memenuhi kriteria tersebut adalah: Marlin/ Jangilus (Istiophorus sp), Tuna, Cakalang, Ekor Kuning, Tongkol, Tengiri, dan Cucut. Spesies-spesies ikan ini umumnya dapat ditangkap sepanjang tahun oleh nelayan dengan alat tangkap pancing di perairan laut dalam. Beberapa spesies ikan air tawar pun bisa digunakan, misalnya: Nila dan Gabus. Sedangkan ciri-ciri fisik yang harus dimiliki daging ikan yang bisa dijadikan bahan baku pembuatan abon ikan adalah dalam kondisi segar, warna dagingnya cerah, dagingnya terasa kenyal, dan tidak berbau busuk. Pada unit usaha di lokasi penelitian Cisolok Sukabumi, bahan baku yang digunakan dalam proses produksi abon ikan adalah Ikan Marlin/Jangilus (Istiophorus sp). Alasan pemilihan Ikan Marlin sebagai bahan baku dalam produksi abon ikan adalah karena daging jenis ikan ini memiliki serat yang lebih panjang dan warna yang lebih cerah, bila dibanding dengan daging ikan lainnya. Sebaliknya, ikan Marlin yang digunakan sebagai bahan baku abon ikan memiliki berat di atas 100 kg. Ikan dengan ukuran tersebut akan meminimalkan bagian ikan yang ’terbuang’ pada saat proses penyiangan daging ikan. Pada saat survei, harga beli ikan Marlin adalah Rp 18.000 per kg. Pengadaan bahan baku usaha pengolahan abon ikan di Cisolok Sukabumi diperoleh dari TPI terdekat, yaitu TPI Pajagan dan TPI Pelabuhan Ratu. Namun, bila bahan baku tidak tersedia di kedua TPI tersebut, maka bahan baku masih bisa diperoleh dari TPI Binuangeun (Banten), TPI Muara Angke dan Muara Baru (Jakarta). Proses pembelian bahan baku biasanya dilakukan dengan cara melakukan pemesanan terlebih dahulu dari sejumlah TPI, kemudian pemasok akan mengantarkan langsung bahan baku tersebut ke lokasi produksi dengan biaya pengiriman sepenuhnya ditanggung oleh pemasok. Sistem pembayaran bahan baku biasanya dengan sistem 50 persen dibayar pada saat pasokan tiba dan 50 persen lagi setelah produk abon ikan terjual.
19
ASPEK PRODUKSI
Sistem pembayaran bahan baku seperti ini bisa dilakukan karena sudah lamanya kerjasama yang dilakukan pihak produsen dengan para pemasoknya. Seperti dalam proses pembuatan produk olahan makanan lainnya, dalam pembuatan abon ikan pun digunakan bahan-bahan pembantu (bumbu-bumbu). Fungsi bahan-bahan pembantu tersebut adalah sebagai penyedap rasa dan zat pengawet alami bagi produk abon ikan yang dihasilkan. Sejumlah bahan pembantu yang biasa digunakan dalam pembuatan abon adalah rempah-rempah, gula, garam dan penyedap rasa. Jenis rempah-rempah yang digunakan adalah bawang putih, ketumbar, lengkuas, sereh dan daun salam. Gula yang digunakan adalah gula pasir. Gula pasir dapat memberikan rasa lembut sehingga dapat mengurangi terjadinya pengerasan. Sementara garam yang digunakan sebagai bumbu adalah garam dapur. Di samping sebagai bumbu, garam dapur pun berfungsi sebagai bahan pengawet karena kemampuannya untuk menarik air keluar dari jaringan. Bawang putih mempunyai aktivitas anti mikroba. Senyawa allicin dalam bawang putih berperan memberikan aroma khas, serta memiliki kemampuan merusak protein kuman penyakit sehingga kuman tersebut mati. Sementara itu, penyedap rasa berfungsi untuk menambah kenikmatan rasa abon ikan yang dihasilkan. Sejumlah literatur atau penelitian sebelumnya telah mendokumentasikan komposisi bahan-bahan dalam pembuatan abon ikan. Salah satu publikasi tersebut disajikan pada Tabel 4.1 di bawah.
20
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Usaha Abon Ikan Tabel 4. 1. Komposisi Bahan-bahan Pembantu Per 10 kg Bahan Baku Daging Ikan
Jenis Bahan Pembantu (Bumbu)
Jumlah
Satuan
Bawang Merah
150
gram
Bawang Putih
100
gram
Ketumbar
10.0
gram
Irisan Lengkuas
3
iris
Daun Salam
10
lembar
Serei
3.0
tangkai
Gula Pasir
700
gram
Asam Jawa
6
mata
Kelapa
10
butir
Sumber: www.ristek.go.id
Komposisi bahan-bahan pembantu yang digunakan oleh kedua produsen abon ikan di Cisolok Sukabumi disajikan dalam Tabel 4.2 berikut : Tabel 4. 2. Komposisi Bahan-bahan Pembantu Per 10 kg Bahan baku Daging Ikan Jenis Bahan Pembantu (Bumbu)
Jumlah
Satuan
Gula Pasir
2
Kg
Lengkuas
0.5
Kg
Ketumbar
250
gram
Bawang Putih
150
gram
Bawang Merah
0.5
Kg
MSG
16
gram
Garap Dapur
700
gram
Garam Rebus
2
Kg
Kelapa
2
butir
Serei
2
Batang
Daun Salam
5
helai
Sumber: Data Primer diolah (2007)
21
ASPEK PRODUKSI
4.4. Tenaga Kerja Jenis teknologi yang digunakan dalam industri abon ikan umumnya sederhana dan sangat mudah penguasaannya. Oleh karena itu, industri ini tidak menuntut prasyarat tenaga kerja berpendidikan formal, tetapi lebih mengutamakan keterampilan khusus dalam pengolahan abon ikan. Kebutuhan tenaga kerja dengan spesifikasi tersebut bisa dipenuhi oleh pria atau wanita yang telah mengikuti pelatihan dan/atau magang di unit usaha sejenis. Pada skala usaha abon ikan yang disurvei, dengan kapasitas produksi 60 kg produk abon per hari, jumlah tenaga kerja yang digunakan terdiri dari 1 orang pimpinan perusahaan, 6 orang tenaga kerja produksi dan 1 orang tenaga administrasi. Jumlah tenaga kerja produksi sangat tergantung dari skala produksi, sedangkan tenaga adminstrasi jumlahnya relatif tetap. Sistem pengupahan tenaga kerja produksi adalah upah harian sebesar Rp 25.000,– per hari. Sementara itu, pimpinan perusahaan dan tenaga administrasi digaji bulanan, masing-masing sebesar Rp 1.500.000,– dan Rp 700.000,– per bulan.
4.5. Teknologi Penentuan pilihan teknologi yang akan diterapkan sangat tergantung kepada skala unit usaha yang akan didirikan. Beberapa patokan umum yang dapat dipakai dalam pemilihan teknologi adalah : seberapa jauh derajat mekanisasi yang diinginkan dan manfaat ekonomi yang diharapkan, keberhasilan pemakaian teknologi di tempat lain, serta kemampuan tenaga kerja dalam pengoperasian teknologi. Produsen abon ikan pada umumnya termasuk kategori usaha berskala mikro - kecil dan bersifat padat tenaga kerja. Oleh karena itu, tenaga kerja merupakan faktor produksi utama dalam proses produksi abon ikan. Ini mengingat beberapa tahap produksi abon ikan sangat mengandalkan tenaga manusia. Dengan
22
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Usaha Abon Ikan
demikian, alternatif jenis teknologi yang disarankan untuk digunakan adalah teknologi kombinasi antara peralatan tradisional dan semi-mekanik.
4.6. Proses Produksi Proses produksi abon ikan relatif sederhana dan mudah dilakukan. Secara umum, proses produksi abon ikan, mulai dari tahap pengadaan bahan baku ikan sampai tahap pengemasan abon ikan, adalah sebagai berikut : 1. Pengadaan Bahan Baku Bahan baku yang digunakan adalah ikan Marlin yang masih utuh dan segar, untuk selanjutnya dilakukan proses penyiangan. 2. Penyiangan Bahan baku Pada proses penyiangan yaitu pemotongan ikan dan pencucian daging ikan, maka bagian kepala, isi perut dan sirip ikan dibuang. Daging ikan hasil tahap penyiangan sebaiknya direndam dalam air yang dicampur dengan air cuka. Kadar air cuka yang dipakai adalah ±2%. Ini dilakukan untuk membuat bau amis hilang. Proses penyiangan dapat dilihat pada gambar 3.2 di bawah.
Foto 4.2. Proses Penyiangan daging Ikan Marlin
23
ASPEK PRODUKSI
3. Perebusan Potongan ikan yang telah direndam dalam air cuka kemudian disusun ke dalam badeng dan direbus selama 30 – 60 menit. Proses perebusan akan dihentikan setelah daging ikan menjadi lunak. Selama proses perebusan tersebut juga ditambahkan daun salam dan garam rebus.
Foto 4. 3. Perebusan Daging Ikan
4. Pengepresan I Ikan yang telah direbus kemudian dipres dengan mesin pengepres. Sebelum dipres, daging ikan tersebut sebaiknya ditiriskan terlebih dahulu sekitar 5 – 10 menit. Tahap pengepresan bertujuan untuk mengurangi kadar air pada daging ikan yang telah direbus. Makin sedikit kadar air yang dikandung dalam daging, maka akan makin baik pula serat-serat daging yang dihasilkan.
24
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Usaha Abon Ikan
Foto 4. 4. Proses Penirisan dan Pengepresan I
5. Pencabikan I Setelah daging ikan dipres, kemudian dilakukan proses pencabikan sampai menjadi serat.-serat. Proses ini bisa dilakukan dengan tangan atau dengan mesin pencabik (giling).
Foto 4. 5. Proses pencabikan I
25
ASPEK PRODUKSI
6. Pemberian Bumbu dan Santan Pada tahap ini, serat-serat daging hasil pencabikan ditambahkan bahan-bahan pembantu (bumbu-bumbu). Bumbu-bumbu yang ditambahkan terdiri dari: bawang putih, ketumbar, lengkuas yang telah diparut dengan mesin parutan, gula pasir, garam dapur dan santan kelapa. Proses pembumbuan dapat dilihat pada Foto 4.6.
Foto 4. 6. Proses penyiangan dan pemarutan lengkuas, serta penambahan bumbu-bumbu ke serat-serat daging ikan
7. Penggorengan Setelah bumbu-bumbu tercampur secara merata dalam serat-serat daging ikan, kemudian dilakukan penggorengan ±60 menit. Selama proses penggorengan, secara terus menerus dilakukan pengadukan agar abon ikan yang dihasilkan matang secara merata dan bumbu-bumbu dapat meresap dengan baik. Tahap penggorengan ini akan dihentikan setelah serat-serat daging yang digoreng sudah berwarna kuning kecoklatan. Proses penggorengan dapat dilihat pada Foto 4.7.
26
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Usaha Abon Ikan
Foto 4. 7. Proses penggorengan
8. Pengepresan II Tahap produksi berikutnya adalah pengepresan kembali serat-serat daging ikan yang telah digoreng. Proses pengepresan tahap kedua ini bertujuan untuk mengurangi kadar minyak pasca proses penggorengan.
Foto 4. 8. Proses pengepresan II
27
ASPEK PRODUKSI
9.
Pencabikan II Setelah dipres, kemudian dilakukan pencabikan tahap kedua agar tidak terjadi penggumpalan. Proses pencabikan tahap kedua ini akan dihentikan setelah terbentuk produk akhir berupa abon ikan dengan tekstur yang seragam. Proses pencabikan II dapat dilihat pada Foto 4.9.
Foto 4. 9. Proses Pencabikan II
10. Pengemasan Pada tahap akhir produksi dilakukan pengemasan abon ikan. Jika pengemasan tidak langsung dilakukan, maka produk abon ikan akan disimpan terlebih dahulu dalam kantung plastik besar (blong) di gudang penyimpanan, sebelum dilakukan pengemasan (Foto 4.10).
Foto 4.10. Abon ikan curah di gudang penyimpanan dan dalam kemasan siap dijual (ukuran 250g dan 100 g)
28
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Usaha Abon Ikan
Rata-rata waktu yang dibutuhkan dalam setiap kali produksi abon ikan dengan kapasitas 150 kg bahan baku ikan Marlin, yaitu mulai dari tahap penyiangan ikan sampai ke tahap pengemasan adalah satu hari kerja. Diagram alir proses produksi abon ikan ini dapat dilihat pada Gambar 4.1 di bawah.
Bahan Baku Ikan Marlin
Penyiangan Bahan Baku
Perebusan Daging Ikan (30-60 menit) Pengepresan I
Pencabikan I
Penambahan Bumbu Santan Penggorengan
Pengepresan II
Pencabikan II
Abon Ikan Penambahan dan Pengadukan dengan Bawang Goreng (optional) Pengemasan Gambar 4. 1. Diagram Alir Proses Produksi Abon ikan
29
ASPEK PRODUKSI
4.7. Jenis dan Mutu Produksi Jenis produk yang dihasilkan adalah abon ikan yang dijual dalam kemasan 100 gram (60 persen) dan kemasan 250 gram (40 persen). Tabel 4.3 di bawah menyajikan komposisi kandungan gizi dalam 100 gram abon ikan. Tabel 4. 3. Komposisi Kandungan Gizi dalam 100 gram Abon Ikan No
Zat
Kandungan (gram)
1
Air
4,13
2
Lemak
24,31
3
Karbohidrat
13,41
4
Protein
31,22
5
Mineral
15,87
Sumber: Suryati dan Dirwana (2007)
4.8. Produksi Optimum Kapasitas produksi optimal adalah ± 5 : 3, yaitu bahan baku dibanding hasil produksi. Sebagai contoh untuk 10 kg bahan baku ikan Marlin, yang dicampur dengan bahan-bahan pembantu, akan diperoleh hasil sekitar 4 kg abon ikan (rendemen ± 40 persen). 4.9. Kendala Produksi Kendala produksi yang sangat dirasakan oleh pengusaha abon ikan adalah kontinuitas penyediaan bahan baku. Meskipun bahan baku yaitu ikan Marlin dapat didatangkan dari TPI yang lain, tetapi mengingat sifat bahan baku yang mudah busuk dan persyaratan produksi dengan bahan baku yang segar, dapat berpotensi pada penurunan kualitas. Untuk mengatasi hal ini, seyogyanya produsen abon ikan melakukan pemesanan terlebih dahulu kepada nelayan pemasok langganan di TPI-TPI di sekitarnya, minimal satu minggu sebelum proses produksi dilakukan.
30
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
BAB V ASPEK KEUANGAN
Analisis aspek keuangan diperlukan untuk membantu pihak Lembaga Keuangan Syariah (LKS) mengetahui kelayakan usaha dari sisi keuangan, terutama kemampuan pengusaha untuk mengembalikan pembiayaan yang diperoleh dari LKS. Analisis keuangan ini juga dapat dimanfaatkan pengusaha dalam perencanaan dan pengelolaan usaha abon ikan. 5.1. Fleksibilitas Produk Pembiayaan Syariah Berbeda dengan produk pembiayaan konvensional yang hanya mengenal satu macam produk yaitu pembiayaan dengan sistem perhitungan suku bunga, pola syariah mempunyai keragaman produk pembiayaan dan perhitungan keuntungan (perolehan hasil) yang fleksibel. Keragaman produk syariah tersebut, diantaranya mudharabah, musyarakah, salam, istishna, ijarah dan murabahah (lampiran 1). Dari produk tersebut, setiap produk juga masih mempunyai turunannya. Oleh karena itu, pada pola pembiayaan syariah satu usaha bisa memperoleh pembiayaan lebih dari satu macam produk. Adapun untuk menghitung tingkat keuntungan yang diharapkan bisa menggunakan sistem margin atau nisbah bagi hasil. Margin merupakan selisih harga beli dengan harga jual sebagai besar keuntungan yang diharapkan. Nisbah bagi hasil adalah proporsi keuntungan yang diharapkan dari suatu usaha. Pada perhitungan nisbah bagi hasil dapat menggunakan metode bagi untung dan rugi (profit and loss sharing/PLS) atau metode bagi pendapatan (revenue sharing). Pada profit sharing, nisbah bagi hasil diperhitungkan setelah dikurangi seluruh biaya (keuntungan bersih). Sementara pada revenue sharing, perhitungan nisbah berbasis dari pendapatan usaha sebelum dikurangi biaya operasionalnya.
31
ASPEK KEUANGAN
Keragaman produk pembiayaan dan perhitungan tingkat keuntungan ini dapat memberi keluwesan/fleksibilitas baik untuk pihak LKS maupun pengusaha guna memilih produk pembiayaan yang sesuai dengan kemampuan dan kapasitasnya masing-masing. Bagi pihak LKS, pemilihan ini dipengaruhi oleh tingkat kepercayaan dan tingkat risiko terhadap nasabah dan usahanya. Sehingga bisa terjadi untuk usaha yang sama, LKS menetapkan produk pembiayaan maupun besaran margin atau nisbah per nasabah yang berbeda.
5.2. Pemilihan Pola Usaha dan Pembiayaan 5.2.1. Karakteristik usaha abon ikan Potensi laut di Indonesia mendukung perkembangan usaha abon ikan, karena bahan baku ikan dapat tersedia yaitu utamanya ikan jenis Marlin/ Jangilus (Istiophorus sp), atau dapat juga digantikan dengan ikan Tuna, Cakalang, Ekor Kuning, Tongkol, Tengiri, dan Cucut. Pada dasarnya ikan berdaging tebal dan harus memiliki serat kasar serta tidak mengandung banyak duri dapat digunakan untuk bahan baku abon ikan. Sejauh ini, berdasarkan informasi dari responden penelitian, bahan baku tidak terlalu sulit untuk dipenuhi, terlebih lokasi usaha dikelilingi oleh beberapa TPI yang dapat memasok bahan baku ikan, hanya kuantitasnya yang berfluktuasi dipengaruhi oleh musim penangkapan ikan. Dengan demikian mengacu pada ketersedian bahan baku, keberlanjutan usaha abon ikan relatif dapat dijalankan. Selain itu, usaha abon ikan dapat dilakukan baik dengan peralatan sederhana maupun dengan bantuan teknologi. Oleh karena itu, usaha abon ikan dapat dilakukan dalam skala rumah tangga maupun industri. Sedangkan untuk pasar abon ikan meskipun belum ada dokumentasi secara statistik namun dapat diprediksikan meningkat. Indikasi peningkatan permintaan tersebut sejalan dengan informasi dari produsen abon ikan di
32
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Usaha Abon Ikan
Cisolok Sukabumi yang menyatakan bahwa potensi permintaan produk abon ikan sebenarnya relatif masih tinggi karena pesanan yang ada tidak dapat semua dipenuhi meskipun sudah meningkatkan volume produksinya. Selain itu, mengingat ritme kehidupan modern masa kini yang menuntut segala sesuatu yang serba cepat dan waktu yang semakin terbatas, semakin memperkuat alasan prospektifnya permintaan pasar bagi produk-produk makanan olahan siap saji, termasuk abon ikan. Dengan demikian, merujuk pada potensi pasarnya, maka usaha pengolahan abon ikan memiliki prospek untuk dikembangkan. 5.2.2. Pola usaha dan pembiayaan Kebutuhan modal pembiayaan untuk usaha abon ikan terdiri dari dua komponen biaya yaitu biaya investasi dan biaya modal kerja. Pada contoh pola pembiayaan usaha abon ikan ini komponen biaya yang dibiayai adalah modal kerja. Sedangkan pola pembiayaan yang akan digunakan adalah Pembiayaan Rekening Koran Syariah (PRKS) musyarakah. Rujukan penggunaan akad PRKS Musyarakah dilandasi pertimbangan sebagai berikut: 1. Kebutuhan modal kerja untuk usaha abon ikan relatif berfluktuasi tergantung pada musim ikan dan permintaan konsumen. 2. Oleh karena itu, akan sangat membantu jika pembiayaan yang diperoleh mempunyai fasilitas rekening koran, dengan demikian nasabah dapat memanfaatkan pembiayaan sesuai dengan kebutuhan usahanya. 3. Terkait dengan sistem bagi hasil, akad musyarakah merupakan salah satu bentuk pembiayaan yang relatif mudah untuk diterapkan kepada nasabah UMKM. Hal ini karena pada akad musyarakah baik pengusaha maupun perbankan mempunyai kontribusi modal sehingga risiko ditanggung oleh kedua belah pihak.
33
ASPEK KEUANGAN
4. Perhitungan nisbah bagi hasil dihitung berdasarkan besarnya realisasi pemanfaatan pembiayaan (saldo rata-rata RKS) oleh nasabah dan realisasi penjualan produk abon ikan. Dengan demikian, baik pihak bank maupun nasabah mempunyai kontrol terhadap dinamika perkembangan usaha melalui pematauan penggunaan PRKS bagi bank dan laporan penjualan produk bagi nasabah. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, maka pada contoh PRKS musyarakah abon ikan, kebutuhan modal kerja dihitung untuk satu kali produksi dengan jangka waktu pembiayaan selama satu tahun yang kemudian dapat diperpanjang lagi sepanjang kinerja pembiayaannya baik sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh bank syariah bersangkutan. Pihak perbankan sendiri, dalam pemberiaan pembiayaan dengan pola musyarakah kepada nasabah dilakukan secara selektif, yang biasanya diseleksi melalui pendekatan penilaian track record pembiayaan sebelumnya. Lazimnya, sebelum memperoleh akad musyarakah, perbankan memberikan pembiayaan akad murabahah terlebih dulu untuk dapat lebih mengenal baik usaha maupun karakter nasabahnya. Ini mengingat faktor penting yang mendasari akad musyarakah adalah ‘kepercayaan’. Hal ini karena perhitungan bagi hasil bersumber pada laporan keuangan/pengakuan pendapatan yang diterima (revenue sharing) atau keuntungan yang diperoleh (profit sharing) oleh nasabah. Hal kritikal adalah ketika realisasi penjualan/keuntungan lebih besar dari perkiraan bank, di sinilah kepercayaan nasabah sangat memegang peranan. 5.2.3. Produk Pembiayaan Rekening Koran Syariah (PRKS) Musyarakah Pembiayaan Rekening Koran Syariah (PRKS) adalah suatu bentuk pembiayaan rekening koran yang dijalankan berdasarkan prinsip syari’ah. Sesuai Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 55/DSN-MUI/V/2007 tentang
34
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Usaha Abon Ikan
Pembiayan Rekening Koran Syariah Musyarakah, Pembiayaan Rekening Koran Syariah (PRKS) Musyarakah dilakukan berdasarkan akad musyarakah dan boleh disertai dengan wa’d. Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 55/DSN-MUI/V/2007 tentang Pembiayan Rekening Koran Syariah Musyarakah antara lain mengatur halhal sebagai berikut: 1. Pembiayaan Rekening Koran Syariah (PRKS) adalah suatu bentuk pembiayaan rekening koran yang dijalankan berdasarkan prinsip syari’ah. 2. Pembiayaan Rekening Koran Syariah (PRKS) Musyarakah dilakukan berdasarkan akad musyarakah dan boleh disertai dengan wa’d, yaitu kesepakatan atau janji dari satu pihak (LKS) kepada pihak lain (nasabah) untuk melaksanakan sesuatu; 3. LKS dan nasabah bertindak selaku mitra (syarik), yang masing-masing berkewajiban menyediakan modal dan kerja. LKS boleh mewakilkan kepada nasabah dalam melaksanakan usaha sepanjang disepakati pada saat akad. 4. Nisbah bagi hasil untuk masing-masing pihak disepakati pada saat akad. 5. Dasar perhitungan bagi hasil boleh menggunakan jumlah dana yang telah terpakai dan keuntungan yang diperoleh dari usaha. LKS boleh memberikan sebagian keuntungan yang diperolehnya kepada nasabah.
35
ASPEK KEUANGAN
5.3. Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan Pada analisis aspek keuangan digunakan asumsi-asumsi yang disesuaikan dengan kondisi pada saat survei lapangan di Cisolok Kabupaten Sukabumi (Bulan Agustus 2007), serta berdasarkan hasil perhitungan pada aspek-aspek sebelumnya. Asumsi-asumsi yang dijadikan dasar perhitungan tersebut terangkum dalam tabel 5.1. Tabel 5. 1. Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan No
Asumsi
Jumlah/ Nilai
Satuan
Keterangan
5
tahun
Periode 5 tahun
1
Periode proyek
2
Jumlah hari kerja per bulan
20
hari
3
Jumlah bulan kerja per tahun
12
bulan
4
Rata-rata Skala Produksi per hari a. Rendemen pengolahan ikan ke Abon Ikan
40
%
b. Produksi abon per hari
60
kg
150
kg
a. Dijual di pabrik
10
%
b. Dijual ke pengecer lokal
10
%
c.Dijual kepada pedagang besar
80
%
a. Kemasan 100 gram
60
%
b. Kemasan 250 gram
40
%
c. Bahan baku ikan per hari 5
6
Komposisi pemasaran produk
Komposisi jenis produk menurut kemasan
7
Harga jual produk di tingkat produsen
70,000
Rp/kg
8
Harga bahan baku Ikan Marlin
18,000
Rp/kg
9
Expected return of Bank *)
Keterangan: *) Data Desember 2009 Bank Syariah Mandiri
36
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
14%
%
Dari total produksi
Efektif
Usaha Abon Ikan
5.4. Komponen Biaya Investasi dan Biaya Operasional 5.4.1. Biaya Investasi Biaya investasi untuk usaha abon ikan terdiri dari: biaya perizinan, sewa tanah dan bangunan, serta pembelian mesin/peralatan produksi dan peralatan pendukung lainnya. Jenis, nilai pembelian dan penyusutan dari masing-masing biaya investasi yang dibutuhkan untuk memulai usaha pengolahan abon ikan disajikan pada Tabel 5.2 di bawah. Biaya perizinan adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh surat-surat izin antara lain Surat Izin Usaha Pengolahan (SIUP), P-IRT dari Departemen Kesehatan, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), badan hukum KUB, dan Sertifikat Halal. Masa berlaku masing-masing surat izin tersebut bervariasi. Total biaya perizinan yang dibutuhkan adalah sebesar Rp2.450.000,–. Sewa tanah dan bangunan dilakukan untuk jangka waktu lima (5) tahun. Pada tahun-tahun tertentu juga dilakukan reinvestasi untuk pembelian mesin atau peralatan produksi yang umur ekonomisnya kurang dari lima (5) tahun. Jumlah biaya investasi keseluruhan pada tahun nol (0) adalah Rp 26.100.000,–. Kebutuhan dana investasi ini dipenuhi dari dana sendiri dan kredit investasi dari lembaga keuangan formal seperti bank. Tabel 5. 2. Biaya Investasi Usaha Abon Ikan No
Jenis Biaya
Nilai
Penyusutan/ tahun
1
Perizinan
2,450,000
2
Sewa tanah dan bangunan
10,000,000
3
Mesin/Peralatan Produksi
12,700,000
2,760,000
4
Peralatan lain
950,000
160,000
26,100,000
2,920,000
Jumlah
37
ASPEK KEUANGAN
Komponen terbesar untuk biaya investasi ini adalah pembelian mesin/ peralatan produksi serta sewa tanah dan bangunan yang mencapai 87% dari total biaya investasi. Sisanya adalah biaya investasi untuk pembelian peralatan pendukung dan pengurusan perizinan. 5.4.2. Biaya Operasional Biaya operasional terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. Komponen biaya variabel mencakup biaya bahan baku, bahan pembantu, bahan pendukung, biaya tenaga kerja produksi, biaya makan tenaga kerja produksi dan biaya transportasi. Sementara itu, komponen biaya tetap terdiri dari biaya overhead pabrik (BOP) serta biaya administrasi dan umum. Total biaya operasional untuk satu tahun produksi adalah sebesar Rp937.870.500,–. Biaya bahan baku dan bahan pembantu menyerap 88% dari total biaya operasional tersebut. Tabel 5. 3. Biaya Operasional Usaha Abon Ikan per Tahun No
Jenis Biaya
Nilai (Rp)
A. Biaya Variabel Bahan Baku
648.000.000
Bahan Pembantu
172.926.000
Bahan Pendukung
32.892.000
Tenaga Kerja Produkso
44.400.000
Biaya Trasportasi
6.000.000 Sub Total
904.218.000
Biaya Overhead Pabrik (BOP)
33.232.500
Biaya Administrasi & Umum
360.000
Sub Total
33.652.500
Jumlah Biaya Operasional Per Tahun
937.870.500
B. Biaya Tetap
38
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Usaha Abon Ikan
5.5. Kebutuhan Dana untuk Investasi dan Modal Kerja Besarnya kebutuhan modal kerja dihitung berdasarkan kebutuhan dana awal untuk satu kali siklus produksi. Usaha pembuatan abon ikan mempunyai siklus produksi (lama waktu yang diperlukan dari pembelian bahan baku sampai pembayaran terlama dari penjualan produk) kurang lebih selama 1,5 bulan. Sehingga jumlah kredit modal kerja yang dibutuhkan adalah : Kebutuhan modal kerja
= (siklus produksi/bulan kerja dalam setahun) x biaya operasional selama 1 tahun = (1/8) x Rp 937.870.500 = Rp 117.233.813,–
Sumber dana untuk mencukupi kebutuhan modal kerja diasumsikan berasal dari dana pengusaha sendiri dan dari bank syariah. Pada usaha abon ikan ini akad yang digunakan adalah akad Pembiayaan Rekening Koran Syariah (PRKS) musyarakah. Perincian jumlah dan sumber dana untuk usaha abon ikan dengan akad PRKS musyarakah disajikan dalam tabel 5.4 di bawah. Tabel 5. 4. Kebutuhan Dana untuk Investasi dan Modal Kerja No 1
2
Rincian Biaya Proyek
Total Biaya
Dana investasi yang bersumber dari a. Pembiayaan
-
b. Dana sendiri
26,100,000
Jumlah dana investasi
26,100,000
Dana modal kerja yang bersumber dari a. Pembiayaan
90,000,000
b. Dana sendiri
27,233,813
Jumlah dana modal kerja
117,233,813
39
ASPEK KEUANGAN
3
Total dana proyek yang bersumber dari a. Pembiayaan
90,000,000
b. Dana sendiri
53,333,813
Jumlah dana proyek
143,333,813
Jangka waktu pembiayaan modal kerja diasumsikan selama 1 (satu) tahun, dapat diperpanjang jika sudah jatuh tempo sepanjang kinerja pembiayaannya bagus (sesuai dengan kriteria bank bersangkutan). Perhitungan nisbah dilakukan berdasarkan pengakuan pendapatan (revenue sharing) yang disepakati oleh kedua belah pihak dan rata-rata pemakaian rekening koran. Hasil perhitungan selanjutnya dituangkan dalam berita acara bagi hasil dan dilakukan setiap bulan. Besarnya nisbah bank dengan mempertimbangkan asumsi expected return bank sebesar 14% dan proyeksi penjualan usaha abon ikan dalam 1 tahun sebesar Rp 1.008.000.000,-, maka diperoleh hasil nisbah bank sebesar 1,25% dan nisbah nasabah sebesar 98,75%. Tabel 5.5 menunjukkan proyeksi kumulatif angsuran (angsuran pokok dan nisbah) untuk pembiayaan usaha tersebut. Proyeksi ini, pada praktiknya dapat lebih tinggi atau lebih rendah tergantung dengan realisasi pendapatan dan rata-rata rekening koran yang digunakan oleh pengusaha bersangkutan. Tabel 5. 5. Proyeksi Angsuran Pokok dan Nisbah Usaha Abon Ikan Bulan
Angsuran Pokok
1
-
1,050,000
1,050,000
90,000,000
90,000,000
2
-
1,050,000
1,050,000
90,000,000
90,000,000
3
-
1,050,000
1,050,000
90,000,000
90,000,000
4
-
1,050,000
1,050,000
90,000,000
90,000,000
5
-
1,050,000
1,050,000
90,000,000
90,000,000
6
-
1,050,000
1,050,000
90,000,000
90,000,000
7
-
1,050,000
1,050,000
90,000,000
90,000,000
40
Nisbah bank
Total Angsuran
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Saldo Awal
Saldo Akhir
Usaha Abon Ikan
8
-
1,050,000
1,050,000
90,000,000
90,000,000
9
-
1,050,000
1,050,000
90,000,000
90,000,000
10
-
1,050,000
1,050,000
90,000,000
90,000,000
11
-
1,050,000
1,050,000
90,000,000
90,000,000
12
90,000,000
1,050,000
91,050,000
90,000,000
-
90,000,000
12,600,000
102,600,000
5.6. Proyeksi Produksi dan Pendapatan Kotor Jumlah produksi abon ikan selama satu tahun sebesar 14.440 kg (1.200 kg/ bulan) dan harga abon ikan di tingkat produsen adalah Rp 70.000,- per kg. Dengan demikian, pendapatan dari hasil penjualan abon ikan per tahun adalah sebesar Rp 1.008.000.000,–. Tabel 5.6 menyajikan rincian penerimaan/pendapatan kotor dalam setahun. Tabel 5. 6. Produksi dan Pendapatan Kotor per Tahun No
Uraian
Nilai
Satuan
1
Produksi per hari
60
2
Produksi per bulan
1,200
kg/bulan
3
Produksi per tahun
14,400
kg/tahun
4
Harga jual di tingkat produsen
5
Nilai penjualan per tahun (Pendapatan)
70,000 1,008,000,000
kg/hari
Rp/kg Rp/tahun
5.7. Proyeksi Laba Rugi dan Break Even Point (BEP) Tingkat keuntungan (profitability) dari usaha yang dilaksanakan merupakan bagian sangat penting dalam analisis keuangan dari rencana kegiatan investasi. Keuntungan dihitung berdasarkan selisih antara penerimaan dan pengeluaran tiap tahunnya. Tabel 5.7 di bawah menunjukkan keuntungan Proyeksi Laba Rugi dan
41
ASPEK KEUANGAN
BEP dari Usaha Abon ikan. Perincian selengkapnya disajikan dalam Lampiran 7 dan 8. Hasil perhitungan Proyeksi Laba Rugi menunjukkan bahwa laba rata-rata selama 3 tahun sebesar Rp47.218.075,–. dengan profit margin sebesar 5,70 %. Dengan mempertimbangkan biaya tetap, biaya variabel dan hasil penjualan abon ikan, BEP rata-rata per tahun selama 3 tahun periode pembiayaan usaha abon ikan ini adalah : Rp524.256.312,– per tahun (BEP nilai penjualan), 7.489 kg per tahun (BEP produksi).
Tabel 5. 7. Proyeksi Laba Rugi Usaha Abon ikan No
TAHUN KE-
Uraian
Rata-rata
1
2
3
1,008,000,000
1,008,000,000
1,008,000,000
1,008,000,000
937,870,500
937,870,500
937,870,500
937,870,500
1
Pendapatan
2
Biaya Operasional
3
Laba Kotor
70,129,500
70,129,500
70,129,500
70,129,500
Nisbah pembiayaan
12,600,000
12,600,000
12,600,000
12,600,000
Laba Sebelum Pajak
57,529,500
57,529,500
57,529,500
57,529,500
4 5
Biaya Penyusutan
4,920,000
4,920,000
4,920,000
4,920,000
Laba Kena Pajak
52,609,500
52,609,500
52,609,500
52,609,500
5,391,425
5,391,425
5,391,425
5,391,425
47,218,075
47,218,075
47,218,075
47,218,075
Pajak 6
Laba Bersih
7
Profit margin (%)
4.68
4.68
4.68
BEP Rata-rata
42
1
Nilai penjualan (Rp)
2
Jumlah Penjualan/ produksi (kg)
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
524,256,312 7,489
4.68
Usaha Abon Ikan
5.8. Proyeksi Arus Kas Untuk aliran kas (cash flow) dalam perhitungan ini dibagi dalam dua aliran, yaitu arus masuk (cash inflow) dan arus keluar (cash outflow). Arus masuk diperoleh dari penjualan produk abon ikan selama satu tahun. Untuk arus keluar meliputi biaya investasi, biaya variabel, biaya tetap, termasuk angsuran pokok pembiayaan yang dibayarkan pada akhir periode, nisbah pembiayaan dan pajak penghasilan. Evaluasi kelayakan untuk usaha abon ikan dengan pembiayaan PRKS musyarakah dapat diukur dari tingkat kemampuan membayar kewajiban kepada LKS baik nisbah maupun pokok pembiayaannya. Dari arus kas diketahui bahwa pada tingkat nisbah bank sebesar 1,25%, usaha ini mampu membayar kewajiban pembiayaannya dan menghasilkan keuntungan. Dengan demikian usaha tersebut layak untuk dilaksanakan dan bisa dipertimbangkan untuk memperoleh pembiayaan. Proyeksi arus kas untuk kelayakan usaha abon ikan selengkapnya ditampilkan pada lampiran 10 Pada analisa kelayakan dapat juga memakai beberapa indikator yang umum digunakan pada perhitungan konvensional. Indikator tersebut meliputi IRR (Internal Rate of Return), Net B/C Ratio (Net Benefit-Cost Ratio), PBP (Pay Back Period). Nilai IRR misalnya bisa menjadi indikator untuk mengukur kelayakan usaha, semakin tinggi nilai IRR maka usaha tersebut semakin berpeluang untuk menciptakan keuntungan. Meskipun demikian, indikator tersebut hanya sebagai alat bantu untuk menilai kelayakan suatu usaha. Besaran margin ataupun bagi hasil, harus ditetapkan atas dasar kesepakatan kedua belah pihak (LKS dan pengusaha).
5.9. Proyeksi Perolehan Nisbah Pembiayaan Pola pembiayaan syariah yang digunakan dalam usaha abon ikan adalah PRKS musyarakah. Pada kesempatan ini ditampilkan satu contoh alternatif pembiayaan yaitu untuk pengembangan usaha. Dari hasil perhitungan untuk tingkat nisbah
43
ASPEK KEUANGAN
bank sebesar 1,25%, selama satu tahun pembiayaan modal kerja dengan fasilitas rekening koran, diproyeksikan dapat menghasilkan nisbah kepada bank sebesar Rp.12.600.000,-. Selengkapnya, perhitungan angsuran bagi hasil dapat dilihat pada lampiran 6. Adapun sebagai contoh perhitungan nilai nisbah bank dengan realisasi penjualan pada bulan berjalan n adalah sebesar Rp90.750.000,- dan rata-rata pemakaian rekening koran pada bulan tersebut adalah sebesar Rp.82.445.958,- , maka realisasi pembayaran nisbah bulan ke-n adalah Rp1.039.163,-. Pembayaran nisbah bank pada praktiknya dapat lebih tinggi atau lebih rendah dari proyeksi bank karena menyesuaikan dengan realisasi penjualan/pendapatan (revenue sharing) yang terjadi, sehingga nisbah yang diperoleh dapat berfluktuasi. Selengkapnya contoh perhitungan nisbah bagi hasil musyarakah dapat dilihat pada lampiran 10. Penentuan nisbah mempertimbangkan nilai expected return bank dan prospek usaha bersangkutan. Nilai dan prospek usaha tersebut secara periodik dievaluasi oleh bank menyesuaikan dengan perkembangan ekonomi dan usaha/ sektor usaha terkait. Sebagai gambaran, besaran nisbah yang berlaku pada perbankan syariah dapat dilihat pada lampiran 11.
44
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
BAB VI ASPEK SOSIAL EKONOMI DAN LINGKUNGAN
6.1
Aspek Sosial Ekonomi
Usaha pembuatan abon ikan mempunyai dampak yang positif, baik bagi pengusaha maupun masyarakat setempat. Bagi pengusaha, dampak ekonomis dari usaha ini adalah akan meningkatnya pendapatan mereka. Usaha abon ikan merupakan bisnis yang menguntungkan karena mempunyai peluang pasar yang masih terbuka lebar, terutama bila kendala-kendala pemasaran yang dihadapi pada saat ini bisa diatasi. Di samping itu, beroperasinya usaha abon ikan yang bersifat padat karya akan membantu menyerap tenaga kerja bagi masyarakat setempat sehingga akan membantu peningkatan pendapatan dan kesejahteraan mereka. Lebih jauh, peningkatan produksi abon ikan akan memberi peluang bagi peningkatan pendapatan daerah setempat. Jika dikelola secara optimal (kendalakendala produksi, pemasaran dan keterbatasan modal kerja sudah teratasi), maka produsen abon ikan pun berpeluang mengekspor produknya sehingga bisa berkontribusi bagi penambahan cadangan devisa. 6.2
Aspek Dampak Lingkungan
Aspek dampak lingkungan berkaitan dengan analisis potensi limbah yang mungkin dihasilkan dari suatu unit usaha produksi. Unit usaha pengolahan abon ikan tidak menghasilkan limbah berbahaya, baik bagi manusia maupun lingkungan sekitarnya. Limbah yang dihasilkan hanya air kotor sisa pembersihan. Biasanya air ini dibuang melalui saluran air yang dapat langsung meresap ke tanah. Air limbah juga tidak mengandung zat-zat kimia yang membahayakan organisme tanah dan tanaman.
45
ASPEK SOSIAL, EKONOMI DAN LINGKUNGAN
Alih-alih menghasilkan limbah yang berbahaya, sisa proses produksi abon ikan justru masih bisa dimanfaatkan, misalnya : 1. Bagian-bagian bahan-baku ikan Marlin yang dibuang pada tahap penyiangan, bisa diolah lebih lanjut menjadi hidangan sop ikan yang banyak diminati masyarakat setempat. 2. Air sisa rebusan daging ikan pada tahap perebusan bisa diolah lebih lanjut menjadi produk kecap ikan.
46
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Usaha pengolahan abon ikan sangat berpotensi untuk dikembangkan di banyak wilayah di Indonesia yang memiliki sumberdaya perikanan laut yang melimpah. Proses pembuatan abon ikan relatif mudah dan peralatan yang dibutuhkan pun relatif sederhana sehingga untuk memulai usaha ini tidak memerlukan biaya investasi yang besar. Salah satu spesies ikan yang sangat cocok dijadikan sebagai bahan baku produksi abon ikan adalah Ikan Marlin/Jangilus (Istiophorus sp), karena selain dagingnya tebal juga tidak banyak durinya. Usaha pengolahan abon ikan pada umumnya berskala kecil dan bersifat padat tenaga kerja. Oleh sebab itu, jenis teknologi yang cocok digunakan adalah teknologi semi-mekanik. Kendala produksi yang bisa dijumpai adalah terjadinya kelangkaan bahan baku ikan. Oleh sebab itu, lokasi usaha sebaiknya terdapat di daerah-daerah yang dekat dengan kawasan-kawasan kerja pelabuhan perikanan sehingga akan mempermudah proses penyediaan dan transportasi bahan baku ikan. Abon ikan merupakan produk yang prospektif untuk dikembangkan. Hal ini karena relatif masih terbatasnya produksi abon ikan di Indonesia sehingga peluang pasar abon ikan ini masih sangat besar, baik di dalam maupun di luar negeri (ekspor). Salah satu kebutuhan pembiayaan yang diperlukan untuk usaha abon ikan adalah modal kerja untuk memenuhi kebutuhan selama 1 siklus produksi. Kebutuhan modal kerja ini relatif berfluktuasi tergantung pada bahan baku ikan dan permintaan konsumen.
47
KESIMPULAN DAN SARAN
8.
Pembiayaan dengan akad PRKS musyarakah sesuai untuk kebutuhan pembiayaan modal kerja yang berfuktuasi seperti pada usaha abon ikan. Hal ini karena pada akad PRKS musyarakah, pengusaha memperoleh fasilitas rekening koran, sehingga penggunaan dana pembiayaannya bisa optimal sesuai dengan kebutuhan usahanya. Ditambah lagi, pada akad PRKS musyarakah pengusaha hanya membayar nisbah pembiayaan sedangkan pelunasan pokok pembiayaan dibayar pada akhir periode. Akad ini juga menguntungkan karena nisbah bagi hasil bank akan dihitung berdasarkan besarnya realisasi pemanfaatan pembiayaan oleh nasabah dan realisasi penjualan produk abon ikan. 9. Analisis aspek keuangan memperlihatkan bahwa dengan asumsi pengembangan usaha, maka diperlukan modal usaha sebesar Rp143.333.813,- yang terdiri dari modal investasi sebesar Rp26.100.0000,- dan modal kerja sebesar Rp117.233.813,-. Kebutuhan modal kerja usaha abon ikan sebesar ±80% dari biaya yang dibutuhkan diasumsikan memperoleh pembiayaan dari Lembaga Keuangan Syariah dengan akad PRKS musyarakah sebesar Rp90.000.000,dan sisanya berasal dari pengusaha bersangkutan sebesar Rp53.333.813,-. 10. Berdasarkan analisis kelayakan keuangan, usaha abon ikan layak untuk diusahakan. Dengan masa proyek 5 tahun dan tingkat nisbah bank diasumsikan sebesar 1,25%, usaha ini dapat membayar kewajiban kepada LKS dan menghasilkan keuntungan yang memadai bagi pengusahanya. 11. Beroperasinya usaha abon ikan yang bersifat padat karya akan membantu menyerap tenaga kerja bagi masyarakat setempat sehingga akan membantu peningkatan pendapatan dan kesejahteraan. 12. Unit usaha pengolahan abon ikan tidak menghasilkan limbah berbahaya, baik bagi manusia maupun lingkungan sekitarnya, sehingga dapat dikatakan usaha ini ramah lingkungan (green business).
48
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Usaha Abon Ikan
7.2 Saran 1.
2.
3.
4.
Pada aspek produksi, perlu peningkatan kesadaran pengusaha dan para tenaga kerja terhadap aspek sanitasi (kebersihan) proses produksi dan produk abon ikan yang dihasilkan. Perusahaan perlu melakukan variasi rasa abon ikan yang dihasilkan (dari rasa manis yang selama ini diproduksi), misalnya dengan pengembangan abon ikan dengan rasa manis-pedas. Di samping rasa, perusahaan pun perlu melakukan standarisasi tekstur (tingkat kehalusan) produk abon ikan dengan merujuk pada keragaman selera kelompok konsumennya. Perusahaan perlu melakukan optimalisasi pemanfaatan produk sampingan dari proses pengolahan abon ikan, dalam rangka diversifikasi produk olahan ikan dan lebih meningkatkan keuntungan perusahaan. Berdasarkan kebutuhan modalnya, usaha abon ikan antara lain membutuhkan pembiayaan modal kerja. Kebutuhan modal kerja pada usaha abon ikan berfluktuasi. Sehubungan dengan hal tersebut, akad yang sesuai diterapkan salah satunya adalah akad Pembiayaan Rekening Koran Syariah (PRKS) musyarakah.
49
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, E. Dan Liviawaty. 1989. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. BPS, 2009. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi Indonesia, Maret 2009. Departemen Kelautan dan Perikanan. 2007. Analisis Data Kelautan dan Perikanan. Fatwa Dewan Syariah Nasional No.08/DSN-MUI/IV/2000 tanggal 13 April 2000 tentang Pembiayaan Musyarakah.2000.Dewan Syariah Nasional. Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 55/DSN-MUI/V/2007 tanggal 13 Mei 2007 tentang Pembiayan Rekening Koran Syariah Musyarakah.2007. Dewan Syariah Nasional. Karyono dan Wachid. 1982. Petunjuk Praktek Penanganan dan Pengolahan Ikan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta. Mukti, Ade T.D. 2001. Analisis Harga Pokok Produksi dan Titik Impas Produk Abon Ikan di Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Skripsi pada Program Studi Sosial Ekonomi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, IPB (tidak diterbitkan). Bogor. Peraturan Bank Indonesia No. 9/19/PBI/2007 tanggal 17 Desember 2007 tentang
51
.2007. Bank Indonesia. Peraturan Bank Indonesia No. 10/16/PBI/2008 tanggal 25 September 2008 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah Dalam Kegiatan Perhimpunan Dana dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa Bank Syariah.2008.Bank Indonesia Suryati, Yati dan Iwan Dirwana. 2007. Produksi Hasil Olahan Hurip Mandiri Cisolok (Abon Ikan, Dendeng Ikan dan Kerupuk Ikan) Kabupaten Sukabumi. Koperasi Kelompok Usaha Bersama Hurip Mandiri. Sukabumi. Wijaya, Apip. 2007. Analisis Preferensi Konsumen Terhadap Pengembangan Produk Abon Ikan Kelompok Usaha Bersama (KUB) Hurip Mandiri (Kasus Konsumen Abon Ikan di Kabupaten Sukabumi). Skripsi pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, IPB (tidak diterbitkan). Bogor.
52
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
DAFTAR WEBSITE
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
http://www.cuisinenet.com http://www.ipb.ac.id http://www.islamicfinanceonline.com http://www.ifsb.org http://www.isdb.org http://www.bankislam.com.my http://www.lariba.com http://www.amss.net
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
LAMPIRAN
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Hal 1. Pengenalan Pola Pembiayaan Syariah ..................................................... 59 2. Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan Usaha Abon Ikan .......... 64 3. Biaya Investasi Usaha Abon Ikan.............................................................. 65 4. Biaya Operasional Usaha Abon Ikan ....................................................... 67 5. Produksi dan Penjualan Abon Ikan ......................................................... 72 6. Kebutuhan Dana untuk Investasi dan Modal Kerja .................................. 73 7. Proyeksi Pembayaran Nisbah Pembiayaan ............................................... 74 8. Proyeksi Laba Rugi Usaha Abon Ikan ....................................................... 75 9. Proyeksi Perhitungan BEP Usaha ............................................................. 76 10. Proyeksi Arus Kas ................................................................................... 77 11. Contoh Perhitungan Nisbah Pembiayaan Rekening Koran Syariah Musyarakah ........................................................................................... 78 12. Pola Pembiayaan Syariah pada Perbankan Syariah ..................................
57
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
Usaha Abon Ikan
Lampiran 1. Pengenalan Pola Pembiayaan Syariah
Pembiayaan Syariah Bank syariah menunjukkan pertumbuhan yang meningkat. Ini di dorong oleh makin tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk memilih produk yang halal. Pun karena jumlah penduduk Muslim di Indonesia yang paling banyak di dunia, merupakan potensi bagi keuangan syariah untuk menjadi bagian dalam pembiayaan ekonomi masyarakat. Prinsip pembiayaan syariah yang mendasar adalah: 1. Keadilan, pembiayaan saling menguntungkan baik pihak yang menggunakan dana maupun pihak yang menyediakan dana 2. Kepercayaan, merupakan landasan dalam menentukan persetujuan pembiayaan maupun dalam menghitung margin keuntungan maupun bagi hasil yang menyertai pembiayaan tersebut. Untuk mendukung prinsip-prinsip tersebut agar dapat berjalan jauh dari prasangka, manipulasi, korupsi dan kolusi maka dibutuhkan informasi yang memadai. Informasi ini menjadi data pendukung yang dapat digunakan untuk mengambil keputusan yang proposional. Jenis informasi yang dimaksud antara lain: 1. 2. 3. 4.
Informasi data nasabah Informasi data penjualan / pembelian / penyewaan riil Proyeksi laporan keuangan Akad pembiayaan
59
LAMPIRAN
Lebih lanjut penjelasan dari informasi yang dibutuhkan adalah sebagai berikut: a. Informasi data nasabah Menyeleksi calon nasabah yang dapat dipercaya untuk memperoleh pembiayaan dilakukan melalui uji kelayakan nasabah. Uji kelayakan bentuknya berupa form pengisian yang memuat data pribadi dan data usaha calon nasabah. Pengisian form dilakukan melalui wawancara secara individual dan kunjungan ke tempat tinggal dan tempat usaha. Informasi dari uji kelayakan ini sebagai pertimbangan apakah calon bisa menjadi nasabah atau tidak. Sekaligus juga menentukan jenis pembiayaan yang sesuai untuk nasabah bersangkutan. b. Informasi data penjualan / pembelian / penyewaan riil Informasi data penjualan/pembelian/ penyewaan riil merupakan data usaha yang sudah terjadi di lapangan. Data riil ini menjadi dasar perhitungan dari akad yang sudah disepakati. Dengan demikian tereliminer kerugian baik yang dirasakan oleh debitur maupun kreditur karena pelaksanaan akad dilandasi dengan data riil. Informasi ini bentuknya berupa form isian, yang diisi secara rutin sesuai dengan siklus usahanya oleh nasabah. Contoh bentuk form yang diberikan sesuai dengan jenis usahanya dan kebijakan LKS masing-masing. c. Proyeksi laporan keuangan Proyeksi laporan keuangan merupakan pelengkap informasi dalam menentukan persetujuan usulan pembiayaan usaha dari nasabah. Proyeksi dari laporan keuangan yang dimaksud terdiri dari proyeksi arus kas, proyeksi laba (rugi) dengan analisa kelayakan seperti NPV, IRR, BEP, B/C ratio, PBP, dll. Proyeksi ini dibuat atas dasar asumsi-asumsi yang relatif tetap sepanjang umur usaha yang dibiayai. Sedangkan dalam hukum syariah semua transaksi harus riil. Oleh sebab itu dalam menentukan besaran nominal untuk bagi hasil tidak bisa
60
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Usaha Abon Ikan
merujuk pada hasil proyeksi (relatif tetap) tetapi harus merujuk pada transaksi riil (relatif berfluktuasi sesuai dinamika usahanya). d. Akad pembiayaan Akad pembiayaan merupakan kesepakatan antara shahibul maal dan mudharib. Akad ini sebagai landasan hukum syariah bagi transaksi pembiayaan. Akad pembiayaan sesuai dengan jenis pembiayaan usaha nasabah. Produk pembiayaan syariah bermacam-macam, sebagaimana tersaji pada Tabel Pengenalan Produk Syariah Prinsip Dasar
Jenis – jenis Al-Musyarakah (Partnership, Project Financing and Participation) Adalah penanaman dana dari shahibul maal (pemilik modal) untuk mencampurkan dana/modal mereka pada suatu usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya, sedangkan kerugian ditanggung semua shahibul maal berdasarkan bagian dana/modal masing-masing.
Bagi Hasil (Profit Sharing)
Al-Mudharabah (Trust Financing, Trust Investment) Adalah akad kerjasama antara 2 pihak di mana pihak shahibul maal menyediakan modal dan pihak mudharib menjadi pengelola. Keuntungan usaha dibagi berdasarkan nisbah sesuai dengan kesepakatan. Pembagian nisbah dapat menggunakan metode bagi untung dan rugi (profit and loss sharing) atau metode bagi pendapatan (revenue sharing). Al-Muzara’ah (Harverst-Yield Profit Sharing) Adalah kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dan penggarap, di mana pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada si penggarap untuk ditanami dan diperlihara dengan imbalan bagian tertentu dari hasil panen.
61
LAMPIRAN
Al Musaqah (Plantation Management Fee Based on Certain Portion of Yield) Adalah bentuk sederhana dari Al-muzara’ah di mana si penggarap hanya bertanggungjawab atas penyiraman dan pemeliharaan. Sebagai imbalan, si penggarap berhak atas nisbah tertentu dari hasil panen. Bai’ Al Murabahah (Deferred Payment Sale) Adalah akad jual beli antara sebesar harga pokok barang ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati Barang yang dimaksud adalah barang yang diketahui jelas kuantitas, kualitas dan spesifikasinya Bai’ as Salam (in front Payment Sale) Jual Beli (Sale and Payment Sale)
Adalah jual beli barang dengan cara pemesanan dengan syaratsyarat tertentu dengan pembayaran tunai terlebih dahulu secara penuh. Bai’ Al – Istishna’ (Purchase by Order or Manufacture) Jual beli barang dalam bentuk pemesanan pembuatan barang dengan criteria dan persyaratan tertentu yang disepakati dengan pembayaran sesuai dengan kesepakatan Al-Ijarah (operational Lease)
Sewa (Operational Lease and Financial Lease)
Adalah transaksi sewa menyewa atas suatu barang dan atau upah mengupah atas suatu jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau imbalan jasa. AL- Ijarah Al Muntahia bit – Tamlik (Financial Lease with Purchase Option) Adalah sejenis perpaduan antara kontrak jual beli dan sewa atau akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang ditangan si penyewa.
62
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Usaha Abon Ikan
Al Wakalah (Deputyship) Adalah penyerahan, pedelegasian atau pemberian mandat kekuasaan oleh seseorang kepada orang lain dalam hal-hal yang diwakilkan Al-Kafalah (Guaranty) Merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung, atau mengalihkan tanggungjawab seseorang yang dijamin dengan berbegang pada tanggungjawab orang lain sebagai penjamin. Jasa (Fee-Based Services)
Al-Hawalah (Transfer service) Adalah pengalihan hutang dari orang yang berhutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya Ar-Rahn (Mortgage) Adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterima. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis Al-qardh (soft and Benevolent Loan) Adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan
63
LAMPIRAN
Lampiran 2. Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan Usaha Abon Ikan No
Asumsi
Jumlah/ Nilai
Satuan
Keterangan Periode 5 tahun
1
Periode proyek
5
tahun
2
Jumlah hari kerja per bulan
20
hari
3
Jumlah bulan kerja per tahun
12
bulan
4
Rata-rata Skala Produksi per hari a. Rendemen pengolahan ikan ke Abon Ikan
40
%
b. Produksi abon per hari
60
kg
150
kg
a. Dijual di pabrik
10
%
b. Dijual ke pengecer lokal
10
%
c.Dijual kepada pedagang besar
80
%
a. Kemasan 100 gram
60
%
b. Kemasan 250 gram
40
%
c. Bahan baku ikan per hari 5
6
Komposisi pemasaran produk
Komposisi jenis produk menurut kemasan
7
Harga jual produk di tingkat produsen
70,000
Rp/kg
8
Harga bahan baku Ikan Marlin
18,000
Rp/kg
9
Expected return of Bank *)
Keterangan: *) Data Desember 2009 Bank Syariah Mandiri
64
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
14%
%
Dari total produksi
Efektif
1 1 1 1
• P-IRT dari Dinkes
• NPWP
• Badan Hukum KUB
• Sertifikat Halal
3 7 4
• Batu Penumbuk
• Blong
• Tungku
1
• Lumpang ukuran 1 kg 1
1
• Garpu besar **)
1
2
• Mesin giling
• Lumpang ukuran 3 kg
1
• Mesin parutan kelapa
• Lumpang ukuran 2 kg
2
Mesin/Peralatan Produksi
3
• Mesin pengepres (3 kg)
Sewa tanah dan bangunan 1
1
Sub jumlah
1
• SITU
Jumlah
• SIUP
Perizinan
Jenis Biaya
2
1
No
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
Berkas
Berkas
Berkas
Berkas
Berkas
Berkas
Satuan
30,000
35,000
10,000
150,000
100,000
50,000
50,000
2,500,000
2,500,000
1,000,000
Umur ekonomis
2,450,000
1,000,000
300,000
250,000
300,000
300,000
120,000
245,000
30,000
150,000
100,000
50,000
50,000
5,000,000
2,500,000
2,000,000
10
10
10
10
10
10
5
5
5
5
5
3
selamanya
selamanya
selamanya
5
300,000 selamanya*)
Nilai
10,000,000 10,000,000
1,000,000
300,000
250,000
300,000
300,000
300,000
Harga/ satuan
Lampiran 3. Biaya Investasi dan Usaha Abon Ikan
12,000
24,500
3,000
15,000
10,000
5,000
10,000
1,000,000
500,000
400,000
Penyusutan/tahun
-
-
-
-
60,000
122,500
15,000
75,000
50,000
25,000
Nilai sisa
Usaha Abon Ikan
65
66
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK) 1 5 5
• Saringan Kelapa
• Badeng
• Sodet Besar
1 1
• Timbangan Gantung 25 kg
• Etalase
Jumlah
Sub jumlah
1
• Timbangan Duduk 5 kg
Peralatan lain
Sub jumlah
3
• Baskom Plastik Kecil
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
3 4
• Sealer
• Baskom Plastik Besar
unit
6
• Wajan Penggorengan
Satuan
Jumlah
Jenis Biaya
500,000
300,000
150,000
30,000
40,000
5,000
40,000
60,000
300,000
140,000
Harga/ satuan
26,100,000
950,000
500,000
300,000
150,000
12,700,000
150,000
200,000
5,000
120,000
240,000
900,000
840,000
Nilai
10
5
3
1
2
2
2
2
5
5
Umur ekonomis
2,920,000
160,000
50,000
60,000
50,000
2,760,000
150,000
100,000
2,500
60,000
120,000
180,000
168,000
Penyusutan/tahun
*) Setiap habis 5 tahun harus lapor kembali **) digunakan untuk mengeluarkan daging ikan atau abon setelah pengepresan dari tabung mesin pengepres
4
No
-
-
930,000
300,000
250,000
-
50,000
630,000
-
100,000
2,500
60,000
120,000
Nilai sisa
LAMPIRAN
Jenis Biaya
3
kg kg
• Garam Dapur
• Garam Rebus
Liter
Batang
• Sabun
• Minyak tanah
liter
• Bensin
Bahan Pendukung
Sub total
Helai
kg
• MSG
• Daun Salam
kg
• Bawang Merah
Butir
kg
• Bawang Putih
Batang
kg
• Ketumbar
• Serei
kg
• Lengkuas
• Kelapa
kg
• Minyak goreng
Per hari kg
Bahan pembantu/bumbu/hari
2
kg/hr
Satuan
• Gula pasir
Bahan Baku Ikan Marlin/Jangilus
1
A. Biaya Variabel
No
0.5
1
1
75
30
30
30
10.5
0.24
7.5
2.25
3.75
7.5
30
30
150
Jumlah/ Hari
10
20
20
1,500
600
600
600
210
5
150
45
75
150
600
600
3,000
Jumlah/ Bulan
3,500
5,000
4,500
25
50
1,000
1,500
1,500
10,000
7,000
8,000
18,000
2,000
7,000
8,700
18,000
Harga satuan
Lampiran 4a. Biaya Operasional Usaha Abon Ikan
35,000
100,000
90,000
14,410,500
37,500
30,000
600,000
900,000
315,000
48,000
1,050,000
360,000
1,350,000
300,000
4,200,000
5,220,000
54,000,000
Biaya/ bulan
420,000
1,200,000
1,080,000
172,926,000
450,000
360,000
7,200,000
10,800,000
3,780,000
576,000
12,600,000
4,320,000
16,200,000
3,600,000
50,400,000
62,640,000
648,000,000
Biaya/ tahun
Usaha Abon Ikan
67
68
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK) kantong/ hari
• Kantong Plastik kemasan (250 g)
orang/ hari
b. Biaya Makan Tenaga Kerja
Total Biaya Variabel
Biaya Transportasi
Sub total
orang/ hari
a. Upah
Tenaga kerja produksi
Sub total
kantong/ hari
• Kantong Plastik kemasan (100 g)
1
Satuan Kali Produksi
Jenis Biaya
• Kayu bakar
Per Bulan Per Bulan
• Biaya telepon
orang/ bulan
• Gaji Tenaga Administrasi
• Biaya listrik
orang/ bulan
• Gaji Pimpinan
Biaya Overhead Pabrik (BOP)
B. Biaya Tetap
6
4
No
1
1
7
6
96
360
1
Jumlah/ Hari
1
1
20
140
120
1,920
7,200
20
Jumlah/ Bulan
800,000
1,500,000
25,000
5,000
25,000
300
200
25,000
Harga satuan
250,000
150,000
700,000
1,500,000
72,151,500
500,000
700,000
3,000,000
2,741,000
576,000
1,440,000
500,000
Biaya/ bulan
3,000,000
1,800,000
8,400,000
18,000,000
904,218,000
6,000,000
44,400,000
8,400,000
36,000,000
32,892,000
6,912,000
17,280,000
6,000,000
Biaya/ tahun
LAMPIRAN
Ayakan
Pisau
5
6
4
5
5
10 unit
unit
unit
unit
5,000
10,000
10,000
65,000
40,000
25,000
50,000
100,000
260,000
120,000
150,000
705,000
Nyiru
4
unit
15,000
Harga/ satuan
1,410,000
Baskom ukuran besar
3
3
unit
Satuan
Biaya Total per tahun
Baskom ukuran sedang
2
10
Jumlah
Biaya Total per semester
Baskom ukuran kecil
Jenis Peralatan Habis Pakai
1
No
Nilai
33,652,500
360,000 937,870,500
30,000
Total Biaya Tetap
Per Bulan
33,292,500
682,500
1,410,000
Total Biaya Operasional
Biaya administrasi & umum
*) Peralatan yang memiliki umur ekonomis kurang dari 1 tahun (½ tahun) **) Sebesar 5 % dari total biaya investasi mesin & peralatan per tahun
2
Per Tahun
• Biaya Perawatan & pemeliharaan **) Sub total
Per Tahun
• Biaya peralatan habis pakai *)
Usaha Abon Ikan
69
LAMPIRAN
Rekap Jumlah Biaya Operasional Per Tahun No A
Jenis Biaya Biaya Variabel Bahan Baku
648,000,000
Bahan Pembantu
172,926,000
Bahan Pendukung
32,892,000
Tenaga kerja produksi
44,400,000
Biaya Transportasi Sub total B
Nilai (Rp)
6,000,000 904,218,000
Biaya Tetap Biaya Overhead Pabrik (BOP)
33,292,500
Biaya administrasi & umum
360,000
Sub total
33,652,500
Jumlah Biaya Operasional Per Tahun
937,870,500
Perhitungan Modal Kerja Untuk Biaya Operasional No 1
Jenis Biaya Jumlah dana modal kerja*)
Harga/ satuan
Nilai (Rp)
0.125
117,233,813
*) Diasumsikan kebutuhan modal kerja awal adalah untuk 1,5 bulan pertama operasional Sehingga jumlah dana modal kerja yang dibutuhkan : = (1/8)X biaya operasoional 1 th
70
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Usaha Abon Ikan
Lampiran 4b. Formula bahan pembantu Untuk bahan baku ikan (kg):10 Jenis Bahan Pembantu • Gula pasir • Minyak goreng
Jumlah
satuan
2
kg
2
kg
• Lengkuas
0.5
kg
• Ketumbar
250
Gram
• Bawang Putih
150
Gram
• Bawang Merah
0.5
kg
• MSG
16
Gram
• Garam Dapur
700
Gram
• Garam Rebus
2
kg
• Kelapa
2
Butir
• Serei
2
Batang
• Daun Salam
5
Helai
Lampiran 4c. Bahan pendukung Untuk produk abon per hari (kg): 60 Jenis Bahan Pembantu • Bensin • Sabun • Minyak tanah • Kayu bakar
Jumlah
satuan
1
liter
1
Batang
0.5
Liter
25,000
Rupiah
• Kantong Plastik kemasan (100 g)
360
Kantong
• Kantong Plastik kemasan (250 g)
96
Kantong
71
LAMPIRAN
Lampiran 5. Produksi dan Penjualan Abon Ikan No
72
Uraian
Produksi (kg) Per hari
Per bulan
1
Kapasitas bahan baku
2
Harga jual di tingkat produsen
3
Nilai penjualan per tahun (pendapatan)
1,008,000,000
Rp/tahun
4
Nilai Penjualan per bulan (pendapatan)
84,000,000
Rp/bulan
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
60
1200
70,000
Rp/kg
Usaha Abon Ikan
Lampiran 6. Kebutuhan Dana Untuk Investasi dan Modal Kerja No 1
Rincian Biaya Proyek
Total Biaya
Dana investasi yang bersumber dari a. Pembiayaan
2
26,100,000
Jumlah dana investasi
26,100,000
Dana modal kerja yang bersumber dari a. Pembiayaan
90,000,000
b. Dana sendiri
27,233,813
Jumlah dana modal kerja 3
-
b. Dana sendiri
117,233,813
Total dana proyek yang bersumber dari a. Pembiayaan b. Dana sendiri Jumlah dana proyek
90,000,000 53,333,813 143,333,813
Keterangan: Proyeksi Penjualan rata-rata per tahun (Rp) 1,008,000,000 Proyeksi Penjualan rata-rata per bulan (Rp) 84,000,000 Pembiayaan bank, diasumsikan ±80% dari modal kerja yang dibutuhkan: Pembiayaan bank 90,000,000 Expected return bank 14% Expected return bank (Rp) 12,600,000 Nisbah Bank 1.25% Nisbah nasabah 98.75%
73
LAMPIRAN
Lampiran 7. Proyeksi Pembayaran Nisbah Pembiayaan 1 2 3 4 6
Nilai Pembiayaan Modal Kerja Jangka waktu pembiayaan (bln) Expected return bank Prakiraan Rata-rata Penjualan (bln) Nisbah Bank
90,000,000 12 14% 84,000,000 1.25% Saldo Awal
Saldo Akhir
1,050,000
90,000,000
90,000,000
1,050,000
90,000,000
90,000,000
1,050,000
1,050,000
90,000,000
90,000,000
-
1,050,000
1,050,000
90,000,000
90,000,000
5
-
1,050,000
1,050,000
90,000,000
90,000,000
6
-
1,050,000
1,050,000
90,000,000
90,000,000
7
-
1,050,000
1,050,000
90,000,000
90,000,000
8
-
1,050,000
1,050,000
90,000,000
90,000,000
9
-
1,050,000
1,050,000
90,000,000
90,000,000
10
-
1,050,000
1,050,000
90,000,000
90,000,000 90,000,000
Bulan
Angsuran Pokok
1
-
1,050,000
2
-
1,050,000
3
-
4
Nisbah bank
Total Angsuran
11
-
1,050,000
1,050,000
90,000,000
12
90,000,000
1,050,000
91,050,000
90,000,000
90,000,000
12,600,000
102,600,000
-
Keterangan: 1 Angsuran pokok pembiayaan dilakukan pada akhir periode pembiayaan sehingga angsuran bulanan hanya berupa pembayaran nisbah saja 2 Jangka waktu pembiayaan selama satu tahun dan dapat diperpanjang dua kali (jadi total 3 kali) melalui perpanjangan akad setiap tahunnya. Pada contoh asumsi sampai 3 (tiga) tahun tahun dengan perpanjangan akad PRKS musyarakah setiap tahun 3 Angsuran nisbah pada perhitungan di atas berdasarkan asumsi bahwa :realisasi penjualan, rata-rata penggunaan rekening koran dan besar pembiayaan sebagai dasar perhitungan nisbah adalah tetap sepanjang masa akad pembiayaan dan perpanjangannya. 4. Meskipun demikian, pada prakteknya, pembayaran nisbah bagi hasil dihitung berdasarkan realisasi penjualan (pendapatan) dan realisasi penggunaan rekening koran tiap bulan yang jumlahnya dapat berbeda-beda. 5 Contoh perhitungan pengakuan nisbah bagi hasil dapat dilihat pada lampiran - 10
74
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Usaha Abon Ikan
Lampiran 8 Proyeksi Laba Rugi Usaha Abon Ikan
No
Uraian
TAHUN KE-
Rata-rata
1
2
3
1,008,000,000
1,008,000,000
1,008,000,000
1,008,000,000
937,870,500
937,870,500
937,870,500
937,870,500
70,129,500
70,129,500
1
Pendapatan
2
Biaya Operasional
3
Laba Kotor
70,129,500
70,129,500
Nisbah pembiayaan
12,600,000
12,600,000
12,600,000
12,600,000
Laba Sebelum Pajak
57,529,500
57,529,500
57,529,500
57,529,500
Biaya Penyusutan
4,920,000
4,920,000
4,920,000
4,920,000
Laba Kena Pajak
52,609,500
52,609,500
52,609,500
52,609,500
5,391,425
5,391,425
5,391,425
5,391,425
47,218,075
47,218,075
47,218,075
47,218,075
4 5
Pajak 6
Laba Bersih
7
Profit margin (%)
Share
4.68
4.68
4.68
4.68
Nilai Laba Kena Pajak
0.10
50000000
50000000
50000000
0.15
2,609,500
2,609,500
2,609,500
Pajak
5,391,425
5,391,425
5,391,425
75
LAMPIRAN
Lampiran 9. Proyeksi Perhitungan BEP Usaha No
Uraian
1
Hasil Penjualan Produk
2
Biaya Variabel
1
2 1,008,000,000
1,008,000,000
Bahan Baku
648,000,000
648,000,000
648,000,000
Bahan Pembantu
172,926,000
172,926,000
172,926,000
Bahan Pendukung
32,892,000
32,892,000
32,892,000
Biaya Transportasi
6,000,000
6,000,000
6,000,000
44,400,000
44,400,000
44,400,000
Pajak
5,391,425
5,391,425
5,391,425
909,609,425
909,609,425
909,609,425
33,292,500
33,292,500
33,292,500
360,000
360,000
360,000
Biaya Penyusutan
4,920,000
4,920,000
4,920,000
Prakiraan nisbah pembiayaan
12,600,000
12,600,000
12,600,000.00
Total Biaya Tetap
51,172,500
51,172,500
51,172,500
BEP Nilai Penjualan (Rp)
524,256,312
524,256,312
524,256,312
7,489
7,489
7,489
Total Biaya Variabel Biaya Tetap Biaya overhead pabrik (BOP) Biaya administrasi & umum
BEP Jumlah Penjualan (Kg) BEP Rata-rata 1
Nilai penjualan (Rp)
2
Jumlah Penjualan/produksi (kg)
76
3
1,008,000,000
Biaya Tenaga Kerja produksi
3
TAHUN KE-
524,256,312 7,489
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Usaha Abon Ikan
Lampiran 10. Proyeksi Arus Kas
Uraian
TAHUN 0
1
2
3
a. Pendapatan
-
1,008,000,000
1,008,000,000
b. Dana sendiri
53,333,813
-
-
-
Total Inflow
143,333,813
1,008,000,000
1,008,000,000
1,017,875,000
Total Inflow untuk IRR
-
1,008,000,000
1,008,000,000
1,017,875,000
150,000
715,000
800,000
Inflow
c. Pembiayaan investasi d. Pembiayaan modal kerja e. Nilai sisa
1,008,000,000
90,000,000 9,875,000
Outflow a. Investasi/re-investasi
26,100,000
b. Modal kerja
117,233,813
c. Biaya operasional
-
937,870,500
937,870,500
937,870,500
d. Angsuran pokok
-
-
-
90,000,000
e. Prakiraan nisbah bank
-
12,600,000
12,600,000
12,600,000
f. Pajak
5,391,425
5,391,425
5,391,425
Total Outflow
143,333,813
956,011,925
956,576,925
1,046,661,925
Total Outflow untuk IRR
143,333,813
943,411,925
943,976,925
944,061,925
Cashflow
-
51,988,075
51,423,075
-28,786,925
Kumulatif cashflow
-
51,988,075
103,411,150
74,624,225
-143,333,813
64,588,075
64,023,075
73,813,075
-
884,210,526
775,623,269
687,036,632
PV Cost
143,333,813
827,554,320
726,359,591
637,214,909
PV Cashflow
-143,333,813
56,656,206
49,263,677
49,821,723
Kumulatif PV Cashflow
-143,333,813
-86,677,606
-37,413,929
12,407,794
Cashflow untuk IRR PV Benefit
-
77
LAMPIRAN
Lampiran 11. Contoh Perhitungan Nisbah Pembiayaan Rekening Koran Syariah (PRKS) Musyarakah Contoh Perhitungan Pembayaran Nisbah Bulan Ke-n Nama Nasabah Realisasi penjualan bulan ke n Plafon pembiayaan Rata-rata pemakaian Nisbah bagi hasil bank Saldo pembiayaan Bulan
Tanggal Bulan 03/09
: : : : : : :
Muhammad Sholeh 90,750,000 90,000,000 82,445,958 1.25% 87,308,468 ke-n
Penarikan
Outstanding Pembiayaan
Hari Pemakaian
Pemakaian Rekening PDB
(a)
(b)
(a x b)
85,900,917
-
03/04/08
(882)
85,900,035
3
257,700,105
10/04/08
(18,700,567)
67,199,468
7
470,396,276
18/04/08
20,000,000
87,199,468
8
697,595,744
19/04/08
100,000
87,299,468
1
87,299,468
21/04/08
6,000
87,305,468
2
174,610,936
30/04/08
3,000
87,308,468
9
785,776,212
30
2,473,378,741
Total
87,308,468
Rata-rata harian pemakaian rekening PRKS (c/b)
Bagi hasil untuk bank
: :
82.445.958
82.445.958 x 1,25% x 90.750.000 90,000,000 1,039,163
Keterangan: 1. Pembayaran nisbah pada bulan ke-n sesuai realisasi penjualan = Rp 1.039.163,2. Perhitungan nisbah berdasarkan rata-rata pemakaian dan realisasi hasil penjualan 3. Pembayaran nisbah dapat lebih tinggi atau lebih rendah dari proyeksi bank karena sesuai dengan realisasi penjualan (pendapatan) yang terjadi, sehingga nisbah yang diperoleh dapat berfluktuasi
78
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Usaha Abon Ikan Contoh: Rekapitulasi Penggunaan Fasilitas PRKS Musyarakah selama 1 tahun
Plafon: 90.000.000
Bulan n1
Outstanding
Rata-Rata Pemakaian PDB
Pembayaran Bagi Hasil
87,308,468
82,445,958
1,039,163
n2
114,557,501 108,861,658
1,372,110
n3
110,354,625 111,375,845
1,403,800
n4
112,475,486 105,675,200
1,331,948
n5
112,953,456 102,775,505
1,295,400
n6
102,185,801
95,656,624
637,711
n7
97,823,148
91,245,601
1,150,075
n8
101,325,675
93,476,825
1,178,197
n9
97,195,258
90,347,563
1,138,756
n10
90,235,775
85,438,725
1,076,884
n11
79,435,800
73,800,205
930,190
n12
85,205,335
80,795,435
1,018,359
Total (Rp/Thn)
13,572,592
79
80
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK) 9.45%18.26% (flat rate p.a)
Besar rata-rata (kisaran terkecil dan terbesar) nisbah bagi hasil yang diberikan sampai sekarang
Besar rata-rata (kisaran terkecil dan terbesar)) Ijarah dan Istishna yang diberikan sampai sekarang
2
3.
*) Data per bulan Juni 2006 1. BRI = Bank Rakyat Indonesia 2. BMI = Bank Muamalat Indonesia 3. BSM = Bank Syariah Mandiri 4. BSMI = Bank syariah Mega Indonesia 5. BNIS = Bank Negara Indonesia Syariah
Menyesuaikan dengan base rate yang ada di BRI yl:: 17%-24% eff. Rate p.a
BRI
9.45%-18.26% (flat rate p.a)
Keterangan
1
Parameter
Besar rata-rata (kisaran terkecil dan terbesar) margin yang diberikan sampai saat ini
No
19%-22%
(95%-5%)(77%-23%)
19%-22% eff. p.a
BMI
19%-22% eff.p.a (tergantung jangka waktu pembiayaan)
Kisaran bangsil dengan ekpektasi return bank: 16.00%19.08% p.a effektif adapun nisbah bank tergantung perbandingan antara eksp. bank dan realisasi penjualan nasabah
19%-22% eff.p.a (tergantung jangka waktu pembiayaan)
BSM
Besaran
belum ada forfolionya
Bank: 14,7% - 99%
Nasabah: 0.3 % -85.3%
15%-24% eff.p.a.
BSMI
Lampiran 12. Pola Pembiayaan Syariah pada Perbankan Syariah
belum ada forfolionya
Tergantung Revenue atau profit mudharib dengan patokan expected return bank berkisar 14%-18% p.a
9.00%-10.00% (flat rate p.a)
BNIS
LAMPIRAN