POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
INDUSTRI PAKAIAN JADI MUSLIM
KATA PENGANTAR Cetakan Syariah
Dalam rangka mengembangkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), Bank Indonesia memberikan bantuan teknis dalam bentuk pelatihan dan penyediaan informasi. Salah satu informasi yang disediakan oleh Bank Indonesia adalah buku pola pembiayaan. Sampai saat ini, telah tersedia 106 judul komoditi. Buku pola pembiayaan tersebut semua mengunakan sistem konvensional (suku bunga). Untuk mendukung perkembangan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) yang makin pesat pada tahun-tahun terakhir ini, Bank Indonesia mengusahakan penyediaan buku pola pembiayaan dengan sistem syariah. Buku pola pembiayaan syariah yang disediakan merupakan konversi dari data dan informasi buku yang sudah diterbitkan. Oleh karena itu bagi peminat yang ingin memanfaatkannya diharapkan dapat menyesuaikan dengan kondisi saat ini. Dari 106 judul buku pola pembiayaan yang sudah tersedia, sampai dengan tahun 2008 Bank Indonesia telah mengkonversikan ke sistem syariah sebanyak 21 judul buku. Pada tahun 2009, Bank Indonesia melakukan konversi lima (5) buku pola pembiayaan ke sistem syariah. Satu diantaranya adalah pakaian jadi muslim. Sedangkan produk pola pembiayaan yang digunakan adalah murabahah (jual beli). Dalam penyusunan pola pembiayaan dengan sistem syariah, Bank Indonesia memperoleh bantuan dari banyak pihak antara lain PT. Bank Syariah Mandiri, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk, PT. Bank Syariah Muamalat Indonesia, PT. Bank Syariah Mega Indonesia dan berbagai nara sumber korespondensi baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Atas sumbang pikir dan bantuan untuk kelancaran penyusunan buku pola pembiayaan syariah ini, Bank Indonesia cq Biro Pengembangan BPR dan UMKM (BPBU) menyampaikan terimakasih.
i
Sedangkan bagi pembaca yang ingin memberikan kritik, saran dan masukan bagi penyempurnaan buku ini atau ingin mengajukan pertanyaan terkait dengan buku ini dapat menghubungi: BPBU - Tim Penelitian dan Pengembangan Perkreditan dan UMKM (TP3KU), Bank Indonesia dengan alamat: Gedung Tipikal (TP), Lt. V Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10110 Telp: (021) 381-7412, Fax: (021) 351 – 8951 Email:
[email protected] Akhir kata, semoga buku ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi pengembangan UMKM dan Lembaga Keuangan Syariah.
Jakarta, Desember 2009
ii
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
RINGKASAN POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH INDUSTRI PAKAIAN JADI MUSLIM No 1
Unsur Pembiayaan
Uraian
Jenis usaha
Industri Pakaian Jadi Muslim
2
Skala usaha
Usaha dengan 500 pasang pakaian/bulan, dengan menggunakan kapasitas mesin terpasang sebanyak 5 mesin jahit, 2 mesin obras dengan tenaga kerja 6 orang dan 25 hari kerja dalam satu bulan.
3
Lokasi Usaha
Kecamatan Cakung, Kota Jakarta Timur
4
Dana yang diperlukan
- Investasi = Rp 67.200.000,- Modal Kerja = Rp 31.501.000,- Total = Rp 98.701.000,5
6
Sumber Dana
Plafon Pembiayaan dan kontribusi nasabah
Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dan modal sendiri a. Plafon pembiayaan dari LKS: - Pembiayaan investasi untuk pembelian 5 buah mesin jahit dan 1 buah mesin pelubang kancing = Rp30.000.000,-. - Pembiayaan modal kerja untuk pengadaan bahan baku kain = Rp.14.400.000,Total pembiayaan LKS = Rp44.400.000,b. Kontribusi nasabah - Biaya investasi =Rp37.200.000,- Biaya modal kerja = Rp17.101.000,Total kontribusi nasabah sebesar Rp54.301.000,-
7
Akad Pembiayaan
Kebutuhan pembiayaan syariah untuk usaha pakaian jadi muslim dipenuhi dengan akad murabahah (jual beli), hal ini karena sifat kebutuhan pembiayaan adalah untuk pembelian barang dan mesin.
8
Jangka Waktu Pembiayaan
Pembiayaan investasi 4 tahun, tanpa masa tenggang (grace period) dan pembiayaan modal kerja 1 tahun
9
Tingkat Margin Murabahah
8% (setara flat per tahun pada bank konvensional)
10
Periode Pembayaran Pembiayaan
Angsuran pembiayaan pokok dan margin dibayarkan setiap bulan
iii
No
Unsur Pembiayaan
Uraian
Kelayakan Usaha 11
a. Periode Proyek
5 tahun
b. Kapasitas Produksi
500 unit (pasang) pakaian per bulan
c. Tingkat Teknologi
Manual-mesin sederhana
d. Pemasaran Produk
Pedagang besar/perantara dan atau eceran a. b.
12
Kelayakan Usaha c.
iv
Total margin yang diperoleh dari pembiayaan investasi dan modal kerja adalah Rp.10.752.000,-. Usaha industri pakaian jadi muslim, mampu menghasilkan keuntungan yang dapat digunakan untuk membayar kewajiban pembiayaan kepada LKS. Dengan demikian industri pakaian jadi muslim layak untuk diusahakan.
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
DAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR ....................................................................................... i RINGKASAN .................................................................................................. iii DAFTAR ISI .................................................................................................... v DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ viii DAFTAR FOTO ............................................................................................... viii DAFTAR TABEL .............................................................................................. ix BAB I BAB II
PENDAHULUAN .............................................................................. 1 PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN 2.1 Profil Usaha ................................................................................ 3 2.2 Pola Pembiayaan ......................................................................... 5
BAB III ASPEK PASAR DAN PEMASARAN 3.1 Aspek Pasar ................................................................................ 7 3.1.1 Permintaan ..................................................................... 7 3.1.2 Penawaran ..................................................................... 8 3.1.3 Analisis Persaingan dan Peluang Pasar ........................... 8 3.2 Aspek Pemasaran 3.2.1 Harga ............................................................................. 10 3.2.2 Jalur Pemasaran Produk .................................................. 11 3.2.3 Kendala Pemasaran ........................................................ 11 BAB IV ASPEK TEKNIS PRODUKSI 4.1 Lokasi Usaha .............................................................................. 13 4.2 Fasilitas Produksi dan Peralatan .................................................. 13 4.3 Bahan Baku ................................................................................ 14 4.4 Tenaga Kerja ............................................................................... 16
v
4.5. Teknologi ……………………………………….............................. 17 4.6 Proses Produksi ........................................................................... 18 4.7 Jumlah, Jenis dan Mutu Produksi ................................................ 23 4.8 Produksi Optimum ...................................................................... 24 4.9 Kendala Produksi ........................................................................ 24 BAB V ASPEK KEUANGAN 5.1 Fleksibilitas Produk Pembiayaan Syariah ...................................... 25 5.2 Pemilihan Pola Usaha dan Pembiayaan ......................................... 26 5.2.1 Karakteristik Industri Pakaian Jadi Muslim .......................... 26 5.2.2 Pola Usaha dan Pembiayaan .............................................. 27 5.2.3 Produk Murabahah ........................................................... 29 5.3 Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan ........................ 31 5.4 Komponen dan Struktur Biaya Investasi dan Biaya Operasional ... 32 5.4.1 Biaya Investasi ................................................................... 33 5.4.2 Biaya Operasional ............................................................. 34 5.5 Kebutuhan Dana untuk Investasi dan Modal Kerja ...................... 34 5.6 Proyeksi Produksi dan Pendapatan ............................................. 36 5.7 Proyeksi Rugi Laba dan Break Even Point ..................................... 37 5.8 Proyeksi Arus Kas ........................................................................ 38 5.9 Perolehan Margin Pembiayaan .................................................... 39 5.10 Hambatan dan Kendala ............................................................ 40 BAB VI ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN 6.1 Aspek Ekonomi dan Sosial .......................................................... 41 6.2 Aspek Dampak Lingkungan ........................................................ 41
vi
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan ............................................................................................... 43 7.2 Saran ........................................................................................................ 44 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 46 DAFTAR WEBSITE .......................................................................................... 47 DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... 51
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal 3.1 Skema Jalur Pemasaran Pakaian Jadi Muslim ......................................... 11 4.1 Diagram Alir Proses Pembuatan Pakaian Jadi Muslim ............................. 18
DAFTAR FOTO Foto 1.1 Pakaian Muslim Anak ............................................................................. 4.1 Mesin Jahit ............................................................................................. 4.2 Bahan Penolong (Benang) Untuk Proses Produksi Pakaian Jadi ............... 4.3 Pembuatan Pola ..................................................................................... 4.4 Proses Pemotongan Kain ........................................................................ 4.5 Proses Jelujur ......................................................................................... 4.6 Mesin Obras .......................................................................................... 4.7 Proses Menjahit ....................................................................................
viii
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Hal 2 14 15 19 20 20 21 21
DAFTAR TABEL Tabel Hal 3.1 Perkembangan Harga Pakaian Muslim untuk Satu Pasang ...................... 10 4.1 Fasilitas Produksi dan Peralatan ............................................................... 13 4.2 Komposisi untuk bahan untuk 1 pasang pakaian muslim anak ............... 16 4.3 Komposisi bahan untuk 1 pasang pakaian muslim wanita dewasa .......... 16 4.4 Komposisi Jenis Pakaian Muslim .............................................................. 23 5.1 Asumsi Untuk Analisis Keuangan ............................................................ 31 5.2 Komposisi Biaya Investasi ........................................................................ 33 5.3 Komposisi Biaya Operasional ................................................................... 34 5.4 Kebutuhan Dana untuk Investasi dan Modal Kerja .................................. 35 5.5 Proyeksi Produksi dan Pendapatan .......................................................... 37 5.6 Proyeksi Pendapatan dan Laba Rugi Usaha (Rp) ....................................... 38 5.7 Rata-rata Laba Rugi dan BEP Usaha .......................................................... 38
ix
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
BAB I PENDAHULUAN
Industri pakaian jadi merupakan industri yang sudah sangat lama keberadaannya, bukan merupakan industri baru. Hal ini dikarenakan pakaian merupakan kebutuhan pokok bagi manusia. Perkembangan industri pakaian jadi dapat dipicu oleh pertumbuhan penduduk. Berdasarkan data BPS tahun 2004 yang sudah diolah berdasarkan riset yang dilakukan tahun 2006 bahwa perkembangan produksi industri pakaian jadi dari tahun 2002 sampai tahun 2006 semakin meningkat. Pada tahun 2002 produksi pakaian jadi adalah sebesar 462 ribu ton dan pada tahun 2006 meningkat menjadi 563 ribu ton. Hal ini menunjukkan bahwa industri ini berkembang dari tahun ke tahun. Bermunculannya sentra-sentra pakaian jadi di beberapa daerah seperti Jawa Tengah, Jawa Barat dan Jakarta adalah karena banyaknya permintaan akan pakaian jadi baik dalam negeri maupun untuk diekspor. Dengan demikian jika dilihat dari perkembangan industri tersebut, investasi dalam industri pakaian jadi adalah merupakan investasi yang menguntungkan, apalagi jika pengusaha selalu mengikuti perkembangan trend atau gaya pakaian jadi, dan selalu menjaga kualitasnya. Sekitar 10 tahun belakangan ini, jenis pakaian muslim mulai banyak muncul di pasaran. Seiring dengan perkembangan pakaian muslim yang mengikuti gaya atau fashion, jumlah konsumen pakaian muslim baik dewasa maupun anak-anak menjadi meningkat. Kesadaran akan kewajiban menggunakan pakaian yang menutup aurat semakin tinggi di kalangan masyarakat Indonesia yang memang mayoritas beragama Islam. Banyaknya perancang busana pakaian jadi muslim dan citra pakaian jadi muslim sebagai pakaian yang mengikuti trend semakin meningkatkan permintaan akan pakaian muslim ini. Peralatan/mesin yang digunakan dalam pakaian jadi muslim ini sudah mempergunakan mesin jahit elektrik. Peralatan yang mereka pergunakan dalam
1
PENDAHULUAN
produksi pakaian jadi adalah mesin jahit elektrik, mesin obras, dan mesin pasang kancing/mesin pelubang kancing. Penggunaan mesin jahit elektrik adalah agar pekerjaan dapat selesai dengan waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan mesin jahit manual, dengan asumsi penjahit memiliki kemampuan untuk mengoperasikannya. Dengan demikian karyawan dapat menghasilkan jumlah pakaian yang lebih banyak dan lebih rapi dari sisi kualitas jahitan. Gambaran tentang industri pakaian jadi muslim yang disajikan dalam buku lending model ini meliputi aspek pasar dan pemasaran, aspek produksi, aspek keuangan, aspek ekonomi dan aspek lingkungan. Dalam rangka menyebarluaskan hasil-hasil penelitian kepada masyarakat luas, maka buku pola pembiayaan pakaian jadi ini akan di unggah (upload) dalam Sistem Informasi Terpadu Pengembangan Usaha Kecil (SI-PUK) yang sudah terintegrasi dalam Data dan Informasi Bank Indonesia (DIBI) dan dapat diakses melalui website Bank Indonesia (www.bi.go.id)
Foto 1.1. Pakaian Muslim Anak
2
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
BAB II PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN 2.1. Profil Usaha Industri pakaian jadi yang menjadi sampel dalam penelitian ini merupakan salah satu jenis industri yang umumnya berbentuk usaha perorangan dan berskala kecil dan menengah. Bahan baku yang dipergunakan dalam industri pakaian jadi adalah kain. Sedangkan bahan pembantu atau pelengkap adalah benang, kancing, retsleting, dan hiasan untuk menambah variasi pakaian jadi. Di kotamadya Jakarta Timur, industri pakaian jadi cukup berkembang dengan baik, sebagai pusat atau sentra industri pakaian jadi adalah di daerah Penggilingan, Kecamatan Cakung, tepatnya di Perkampungan Industri Kecil (PIK). Di PIK ini terdapat sekitar 50 pengusaha yang membuat pakaian jadi, sebagian besar mereka mendapat pesanan dari para pedagang di Tanah Abang. Namun sebagian besar industri pakaian jadi di PIK adalah usaha menjahit dan menerima sewa jahitan saja. Mereka biasanya mengerjakan pesanan dari perusahaanperusahaan besar untuk dijual di dalam negeri atau diekspor. Untuk usaha sewa jahit (makloon) beberapa pengusaha sudah memiliki pelanggan tetap sehingga setiap harinya ada saja pekerjaan sewa jahit dari beberapa pelanggan tetapnya. Selain pengusaha pakaian jadi yang ada di PIK, masih banyak pengusaha lain di Jakarta Timur tetapi dengan lokasi usaha yang tersebar. Selain pengusaha yang menerapkan pola makloon, terdapat pengusaha yang melakukan proses produksi secara lengkap, yaitu tidak hanya melakukan proses menjahit saja tetapi melakukan proses produksi secara lengkap mulai dari merancang pakaian hingga menjualnya. Perbedaan mendasar antara pengusaha dengan pola makloon dan pola produksi lengkap adalah sebagai berikut : a. Makloon Pengusaha menerima pesanan dari konsumen dan hanya menjahitkan baju sesuai dengan keinginan konsumen. Bahan baku kain dan renda atau
3
PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN
aksesorisnya berasal dari konsumen, sedangkan bahan pembantu lain seperti benang, kancing, karet, dan retsleting disediakan oleh pengusaha. Model atau rancangan pakaian ditentukan oleh konsumen. Pendapatan pengusaha berasal dari ongkos jahit yang dibebankan ke konsumen. b. Proses produksi lengkap Pengusaha membuat rancangan sendiri, membeli bahan baku kain sendiri dan menjahit pakaian untuk kemudian ditawarkan ke konsumen dan dijual. Dengan demikian seluruh bahan baik bahan baku maupun bahan pembantu berasal dari pengusaha. Pendapatan pengusaha berasal dari harga jual yang diberikan ke konsumen. Terdapat tiga pola usaha yang dapat dilakukan oleh pengusaha, yaitu (1) pola makloon saja, (2) pola produksi lengkap, dan (3) pola kombinasi atau gabungan antara makloon dan produksi lengkap. Pada umumnya pengusaha menerapkan pola (1) dan (3) yaitu pola makloon saja atau pola kombinasi antara makloon dan produksi. Pengusaha yang menerapkan pola makloon saja adalah karena kebutuhan modalnya tidak sebesar modal yang dibutuhkan pada pola produksi lengkap (terutama modal yang diperlukan untuk bahan baku kain). Tetapi pola makloon ini tidak terlalu menguntungkan bagi pengusaha, karena pengusaha hanya mendapatkan ongkos jahit saja. Oleh karena itu untuk menyiasatinya, pengusaha menerapkan pola kombinasi atau gabungan antara makloon dan produksi. Dengan pola kombinasi ini kebutuhan modal tidak terlalu besar, tetapi keuntungan yang didapat lebih besar. Untuk pola kombinasi, besarnya proporsi antara makloon dan produksi lengkap bisa berbeda-beda, tetapi prosentase yang dipilih untuk kajian ini adalah 40% untuk pola makloon dan 60% untuk produksi lengkap. Diharapkan prosentase ini merupakan kombinasi yang ideal bagi pengusaha. Adapun jenis pakaian jadi yang dipilih adalah pakaian jadi muslim untuk wanita dewasa dan pakaian jadi
4
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Industri Pakaian Jadi Muslim
muslim anak-anak. Segmen pasar yang dituju oleh pengusaha adalah kalangan menengah ke bawah. Sebagian besar motivasi pengusaha mendirikan usaha industri pakaian jadi adalah karena keturunan (dalam arti dari orang tuanya sudah memiliki bisnis pakaian jadi dalam waktu yang sudah lama), atau karena mereka sudah bekerja lama di perusahaan garmen dan ingin mengembangkan sendiri usahanya sehingga diharapkan memiliki kelebihan pendapatan dibandingkan pada saat dia menjadi buruh. Motivasi lain adalah karena mereka memiliki pengetahuan/keterampilan dalam pembuatan pakaian jadi, serta sebagian lainnya adalah karena hobi.
2.2. Pola Pembiayaan Pola pembiayaan usaha pakaian jadi dapat berasal dari pengusaha sendiri, kredit dari lembaga swadaya masyarakat, uang muka dari perusahaan besar yang memesan pakaian jadi kepada pengusaha, maupun dari kredit bank konvensional dengan proporsi yang sangat beragam. Sumber pembiayaan selain dari bank konvesional di atas juga dapat berasal dari perbankan syariah. Merujuk pada perkembangan perbankan syariah, maka pada buku ini akan disampaikan contoh pembiayaan syariah. Salah satu contoh alternatif produk syariah yang digunakan untuk pembiayaan usaha industri pakaian jadi muslim adalah murabahah (jual beli). Kriteria yang menjadi pertimbangan bank dalam melakukan analisis kredit/pembiayaan kepada nasabah adalah 5C, yaitu character (watak), capacity (kemampuan), capital (permodalan), collateral (jaminan) dan condition (kondisi).
5
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
BAB III ASPEK PASAR DAN PEMASARAN 3.1. ASPEK PASAR 3.1.1. Permintaan Pertumbuhan penduduk Indonesia dapat mengakibatkan meningkatnya permintaan akan sandang (pakaian). Sehingga industri pakaian jadi pun semakin berkembang dengan bertambahnya permintaan akan kebutuhan sandang. Khusus untuk permintaan pakaian jadi muslim beberapa tahun ini meningkat dikarenakan kesadaran umat Islam akan kewajiban berbusana muslim, dan menjamurnya sekolah-sekolah Islam terpadu, dimana biasanya mereka mengharuskan siswa-siswanya mempergunakan pakaian muslim seragam sekolah. Disamping itu adalah karena trend pada saat ini dimana sebagian besar sekolah, perkantoran, dan instansi pemerintah memperbolehkan pekerja wanitanya mempergunakan pakaian muslim. Permintaan pakaian muslim ini bervariasi sepanjang tahun, dalam arti ada waktu-waktu yang lebih ramai dibandingkan dengan waktu lainnya. Pada umumnya waktu yang lebih ramai adalah pada awal tahun ajaran baru (untuk seragam sekolah muslim) dan lebaran (untuk seluruh pakaian muslim baik bagi anak-anak maupun dewasa). Peningkatan permintaan pada waktu ramai adalah sekitar 20 – 30%. Walaupun demikian, secara umum permintaan pakaian jadi muslim di luar bulan-bulan tersebut tetap baik. Permintaan pakaian muslim terutama untuk seragam sekolah pada Sekolah-Sekolah Islam Terpadu dipicu karena semakin bertambahnya jumlah sekolah-sekolah Islam Terpadu yang mengharuskan siswa-siswanya untuk mempergunakan pakaian muslim. Sekolah Islam Terpadu di Jakarta saja
7
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
mencapai 28 sekolah, sedangkan di Depok, Tangerang dan Bekasi sebanyak 26 sekolah (tausyah275.blogsome.com, 15 November 2008). 3.1.2. Penawaran Sampai saat ini belum ada data yang menyebutkan secara pasti jumlah pengusaha pakaian jadi muslim yang ada di Jakarta. Tetapi sebagai gambaran kasar, data BPS tahun 2006 menyebutkan bahwa jumlah industri tekstil yang ada di Jakarta adalah 138 perusahaan dan pakaian jadi adalah 487 perusahaan. Jumlah tersebut belum termasuk usaha-usaha kecil yang bergerak di bidang ini. Banyaknya pengusaha tersebut menunjukkan penawaran untuk produk ini cukup tersedia. Untuk pola usaha yang bersifat makloon, penawaran yang diberikan oleh pengusaha pakaian jadi muslim ini lebih dipicu karena permintaan. Sedangkan untuk pola produksi, pengusaha berusaha menyediakan pakaian jadi muslim dengan rancangan yang sesuai dengan trend atau model yang sedang diminati. Kemampuan pengusaha dalam merancang atau mendesain ini menjadi sangat penting mengingat model pakaian jadi yang cepat berubah. Namun demikian, pola trend atau siklus mode yang senantiasa berulang dapat menguntungkan pengusaha, sehingga pakaian yang lama tidak terjual dapat ditawarkan kembali jika modelnya sudah trend kembali. Hal ini sesuai dengan pengalaman pengusaha yang dapat menjual pakaian muslim yang diproduksi 3 tahun sebelumnya, dengan catatan kualitasnya masih baik. 3.1.3. Analisis Persaingan dan Peluang Pasar Persaingan bisnis di antara para pengusaha pakaian jadi muslim cukup tinggi, karena antar pengusaha memperebutkan pasar yang sama. Walaupun terkadang beberapa pelanggan tersebut berpindah ke pengusaha
8
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Industri Pakaian Jadi Muslim
yang lain karena harga yang lebih murah untuk kualitas yang sama. Biasanya pengusaha yang kalah bersaing adalah karena tidak mengikuti trend pakaian jadi dari sisi model atau desainnya. Karena penjualan pakaian jadi sangat dipengaruhi oleh model yang sedang diminati. Perluasan pasar umumnya dilakukan dengan pencarian pelanggan baru. Hal ini dilakukan dengan cara mengikuti pameran yang sering dilakukan oleh kantor walikota ataupun pihak lainnya yang umumnya diadakan 4 kali dalam satu tahun. Hal ini dilakukan untuk memperkenalkan produk dalam negeri kepada masyarakat Indonesia pada khususnya dan masyarakat luar negeri pada umumnya, yang diharapkan juga dapat mengenal dan pada akhirnya menimbulkan permintaan potensial. Disamping mengikuti pameran mereka juga menjalin relasi dengan beberapa instansi, perusahaan besar, dan sekolah. Peluang untuk industri ini masih sangat luas, kajian di beberapa daerah seperti Jawa Tengah dimana sentra pakaian jadi adalah di beberapa tempat seperti Kota Pekalongan, Kota Semarang, Kota Surakarta, Kabupaten Pemalang dan Kabupaten Semarang semakin meningkat dalam produksi dan permintaan. Begitu juga di Jawa Barat seperti Bandung dan Tasikmalaya yang banyak menghasilkan pakaian jadi muslim. Sedangkan di daerah Jakarta, banyaknya permintaan dari para pedagang di Tanah Abang yang merupakan pusat grosir terbesar, dimana pembelinya berasal dari berbagai negara di Asia, sehingga memungkinkan produk-produk pakaian jadi yang dihasilkan dapat diekspor atau dibawa ke luar negeri oleh para pedagang tersebut.
9
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
3.2. ASPEK PEMASARAN 3.2.1. Harga Harga pakaian jadi muslim dari tahun ke tahun semakin meningkat, hal ini diakibatkan oleh kenaikan bahan baku, bahan penolong dan upah tenaga kerja. Sehingga secara keseluruhan akan mengakibatkan harga pakaian jadi muslim mengalami peningkatan rata-rata sekitar 5%-15%. Harga yang ditetapkan oleh pengusaha berbeda-beda disesuaikan dengan jenis, ukuran, dan model pakaian jadi muslim tersebut. Sebagai contoh, untuk jenis produk yang sama, perkembangan harga dari tahun 2006 sampai tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 3.1. berikut. Tabel 3.1. Perkembangan Harga Pakaian Muslim untuk Satu Pasang No 1
2
3
4
10
Jenis Pakaian Pakaian muslim anak Laki-laki (L)
Pakaian muslim dewasa wanita (M)
Ongkos jahit pakaian muslim anak
Ongkos jahit pakaian muslim dewasa
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Tahun
Harga
2006
Rp 55.000
2007
Rp 60.000
2008
Rp 70.000
2006
Rp 125.000
2007
Rp 135.000
2008
Rp 135.000
2006
Rp 11.000
2007
Rp 12.000
2008
Rp 13.000
2006
Rp 13.000
2007
Rp 14.000
2008
Rp 15.000
Industri Pakaian Jadi Muslim
3.2.2. Jalur Pemasaran Produk Penjualan produk pakaian jadi muslim ini dapat dilakukan sendiri oleh pengusaha maupun melalui jasa agen penjualan (pedagang perantara), dengan pembeli konsumen langsung, perusahaan dan perkantoran. Pola pemasaran produk pakaian jadi ini secara umum terbagi 3, yaitu : a. Pengusaha menjual langsung produknya ke konsumen akhir yaitu rumah tangga, sekolah dan perkantoran (dapat berupa pola produksi lengkap atau makloon) b. Pemesanan dari beberapa perusahaan besar untuk menyediakan pakaian jadi (pola makloon) c. Pesanan dari para pedagang perantara (pola makloon)
Pengusaha
Pedagang
Konsumen
Perusahaan besar Gambar 3.1. Skema Jalur Pemasaran pakaian jadi muslim
3.2.3. Kendala Pemasaran Kendala pemasaran yang dihadapi oleh industri pakaian jadi muslim adalah kalah bersaing dengan perusahaan garmen, dimana perusahaan ini bisa menghasilkan produk dalam jumlah sangat besar karena mereka sudah mempergunakan mesin-mesin yang cukup canggih. Disamping itu mereka
11
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
hanya membutuhkan tenaga kerja yang sedikit yaitu tenaga kerja untuk mengawasi mesin. Desain pakaian dan kualitas bahan baku juga sangat mempengaruhi penjualan. Jika desain atau model pakaian tidak mengikuti trend yang sedang diminati atau ketinggalan zaman, maka barang tersebut akan kurang laku.
12
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
BAB IV ASPEK TEKNIS PRODUKSI 4.1. Lokasi Usaha Lokasi usaha pembuatan pakaian jadi muslim ini idealnya dekat dengan pasar, dan perumahan (mengarah dekat dengan konsumen). Alasan kedekatan dengan perumahan juga karena tenaga kerja, hal ini disebabkan tenaga kerja sebagian besar adalah ibu-ibu rumah tangga.
4.2. Fasilitas Produksi dan Peralatan Fasilitas produksi dan peralatan yang diperlukan dalam memproduksi pakaian jadi muslim adalah : Tabel 4.1. Fasilitas Produksi dan Peralatan Nama Alat
Fungsi
I. Fasilitas Produksi 1. Bangunan (sewa)
Tempat produksi
2. Sepeda motor
Sarana transportasi
3. Lemari pajang dan rak baju
Menyimpan bahan penolong dan memajang (display) pakaian jadi
4. Kursi plastik
Untuk duduk tenaga kerja
5. Meja
Tempat merancang, membuat pola dan memotong bahan
6. Kursi tamu
Tempat duduk konsumen/klien
II. Peralatan 1. Mesin jahit
Untuk menjahit pakaian
2. Mesin obras
Untuk mengobras kain
3. Mesin pelubang kancing
Untuk melubangi tempat kancing
13
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
4. Meja untuk mesin
Sebagai tempat menyimpan mesin jahit, mesin obras, mesin pelubang kancing
5. Lader
Untuk menandai kain yang akan dijahit
6. Gunting
Untuk menggunting pola pakaian
7. Penggaris
Untuk menggaris tepi jahitan
8. Meteran
Mengukur ukuran pakaian
9. Wadah peralatan menjahit Untuk menyimpan peralatan/bahan penolong yang sedang digunakan 10.Terminal dan socket listrik Peralatan listrik yang digunakan untuk mesin jahit, mesin obras dan mesin pelubang kancing
Foto 4.1. Mesin Jahit
4.3. Bahan Baku Bahan baku utama usaha pakaian jadi muslim adalah kain. Ada berbagai jenis dan kualitas kain dalam pembuatan pakaian jadi. Untuk pakaian jadi segmen menengah ke atas maka kualitas kainnya baik, seratnya halus dan menyerap keringat. Karena biasanya kain ini mahal sehingga akan berakibat mahalnya harga
14
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Industri Pakaian Jadi Muslim
pakaian jadi. Mengingat pakaian jadi ini untuk segmen menengah ke bawah, maka kualitasnya juga menengah ke bawah dalam artian kualitas 2 atau 3, dan dari sisi harga juga lebih murah dibandingkan dengan kualitas 1. Pergerakan harga bahan baku adalah meningkat berkisar antara 5 – 15%. Untuk pengusaha yang disurvei, pasokan bahan baku adalah dari pasar Tanah Abang. Selama ini pengusaha berhubungan baik dengan para pedagang kain di pasar Tanah Abang. Bahan baku yang harus dibeli adalah hanya berasal dari pola produksi yaitu 210 unit untuk pakaian muslim wanita dewasa (60% dari 350 unit) dan 90 unit untuk pakaian muslim anak-anak (60% dari 150 unit). Dengan demikian, berdasarkan tabel 4.1 dan Tabel 4.2, kebutuhan bahan baku untuk satu bulan adalah 960 m, yaitu 3,5 m x 210 unit ditambah 2,5 m x 90 unit. Biasanya pengusaha membeli dalam jumlah yang banyak untuk satu kali pembelian sehingga pengusaha memiliki persediaan bahan baku. Dengan demikian biaya yang dikeluarkan menjadi lebih murah, khususnya berpengaruh terhadap biaya transportasi. Tempat penyimpanan bahan baku ini adalah di salah satu ruangan yang ada di bangunan tempat usaha. Bahan penolong atau pelengkap dari pembuatan pakaian jadi muslim meliputi benang, kancing, retsleting, bahan variasi/renda/pita, kain keras, dan elastik (karet), jarum untuk mesin jahit, jarum pentul, kapur jahit, pensil, dan karbon. Contoh bahan penolong dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Foto 4.2. Bahan Penolong (Benang) Produksi Pakaian Jadi muslim
15
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
Berikut adalah komposisi untuk membuat 1 pasang pakaian muslim anak dan wanita dewasa untuk segmen menengah ke bawah : Tabel 4.2. Komposisi Bahan Untuk 1 Pasang Pakaian Muslim Anak No
Nama Bahan
Kebutuhan
Harga/unit
Total
2,5 meter
Rp 15.000
Rp 37.500
1 buah
Rp 2.000
Rp 2.000
4 buah
Rp
1
Kain
2
Benang
3
Kancing
500
Rp 2.000
4
Kain keras
¼ meter
Rp 8.000
Rp 2.000
5
Elastik/karet
1 meter
Rp 3.000
Rp 3.000
6
Retsleting
1 unit
Rp 2.000
Rp 2.000
7
Renda/aksesoris
1 unit
Rp 3.000
Total
Rp 3.000 Rp 51.500
Tabel 4.3. Komposisi Bahan Untuk 1 Pasang Pakaian Muslim Wanita Dewasa No
Nama Bahan
1
Kain
2
Kebutuhan
Harga/unit
Total
3,5 meter
Rp 15.000
Rp 52.500
Benang
1 buah
Rp 2.000
Rp 2.000
3
Kancing
6 buah
Rp
500
Rp 3.000
4
Kain keras
¼ meter
Rp 8.000
Rp 2.000
5
Elastik/karet
1 meter
Rp 3.000
Rp 3.000
6
Retsleting
1 unit
Rp 2.000
Rp 2.000
7
Renda/aksesoris
1 unit
Rp 3.000
Rp 3.000
Total
Rp 67.500
4.4. Tenaga Kerja Tenaga kerja yang terlibat dalam industri pakaian jadi meliputi bagian desain, potong, jahit, obras, bagian melubangi kancing dan pasang kancing, dan quality control. Semua pekerja yang dapat melakukan proses pemotongan, juga
16
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Industri Pakaian Jadi Muslim
dapat menjahit, melubangi dan memasang kancing. Sedangkan untuk pekerja bagian desain memiliki keterampilan khusus yaitu yang memiliki kemampuan menggambar pola pakaian, serta mempunyai jiwa seni dan kreasi. Upah untuk tenaga kerja bersifat harian, dengan tingkat upah per hari rata-rata adalah Rp 30.000,- Sedangkan untuk tenaga kerja yang memiliki keterampilan khusus seperti dapat merancang pakaian dan menggambar pola, memiliki tingkat upah yang lebih tinggi yaitu Rp 35.000,- per hari. Karyawan yang telah memiliki pengalaman kerja lebih banyak juga memiliki tingkat upah Rp 35.000,- per hari. Sedangkan untuk memperluas dan memperkuat pemasaran maka disediakan biaya rata-rata Rp.7.500.000,- per tahun baik dalam bentuk pembuatan katalog, pengiriman contoh, dll. Pada kapasitas normal yang diproduksi pada kajian ini dibutuhkan jumlah tenaga kerja sebanyak 6 orang karyawan untuk bagian produksi. Sedangkan bagian administrasi dan pemasaran ditangani langsung oleh pemilik. Salah satu kelemahan dari sistem upah harian adalah karyawan yang sering berganti-ganti sehingga menyulitkan pemilik dalam hal melatih karyawan tersebut. Selain itu juga menyebabkan kurangnya karyawan yang memiliki kemampuan yang meningkat. Karyawan yang dipekerjakan pada umumnya adalah ibu-ibu rumah tangga yang tinggal di sekitar lokasi usaha. Karena usaha ini mengharuskan karyawan yang memiliki kemampuan menjahit, maka pengusaha tidak begitu mudah dalam mencari karyawannya.
4.5. Teknologi Teknologi yang diterapkan dalam pembuatan pakaian jadi muslim adalah semi mekanik, dimana sebagian besar mempergunakan mesin, yaitu mesin jahit, mesin pasang/pelubang kancing, dan mesin obras. Namun tidak sepenuhnya menggunakan mesin, karena masih banyak membutuhkan tenaga kerja manusia untuk pengerjaannya.
17
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
4.6. Proses Produksi Berikut adalah diagram alir proses produksi pakaian jadi muslim: Desain dan pembuatan Pola Pemotongan kain Proses dilader dan dijelujur Pengobrasan
Penjahitan Pemasangan kancing dan aksesoris Quality Control
Pengemasan Gambar 4.1 Diagram Alir Proses Produksi Pakaian Jadi Muslim
Proses produksi dalam pembuatan pakaian jadi untuk lebih lengkapnya adalah sebagai berikut : 1. Desain dan membuat pola Awal proses pembuatan pakaian jadi adalah membuat pola atau mendesain bentuk pakaian. Biasanya pengusaha menggunakan kertas koran untuk
18
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Industri Pakaian Jadi Muslim
membentuk pola atau desain pakaian yang akan dibuat. Alat yang dibutuhkan adalah meteran, pensil, penggaris dan kertas koran.
Foto 4.3. Pembuatan Pola
2. Pemotongan kain Setelah pembuatan pola dengan menggunakan kertas koran, kemudian pola tadi akan dipasang di atas kain yang akan dibuat pakaian jadi dan diberi tanda dengan menggunakan kapur jahit. Agar kain dan kertas koran tidak bergeser maka kertas koran yang dipasang di atas kain direkatkan dengan mempergunakan jarum. Kemudian dilakukan pemotongan terhadap kain yang sudah dibentuk polanya.
19
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
Foto 4.4. Proses Pemotongan Kain
3. Proses menandai kain dan proses jelujur Setelah kain dipotong, selanjutnya kain tersebut ditandai dengan alat lader dan diberi alas karbon agar pada saat proses jahit, kain tidak melenceng. Agar kain tidak terlepas, 2 sisi kain dipadukan dan direkatkan dengan cara dijelujur.
Foto 4.5. Proses Jelujur
20
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Industri Pakaian Jadi Muslim
4. Pengobrasan Setelah kain dilader dan dijelujur maka proses selanjutnya adalah kain tersebut diobras dengan menggunakan mesin khusus untuk obras.
Foto 4.6. Mesin Obras
5. Proses menjahit Proses selanjutnya setelah pengobrasan adalah proses menjahit. Kain tersebut dijahit berdasarkan pola yang sudah dibuat, serta mengikuti alur obrasnya. Proses ini merupakan proses yang paling penting karena kualitas jahitan sangat menentukan kualitas produk yang dihasilkan.
Foto 4.7. Proses Menjahit
21
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
6. Pemasangan kancing dan aksesoris Setelah proses menjahit selesai, berikutnya adalah pemasangan kancing, retsleting dan aksesoris lain yang diperlukan, yang disesuaikan dengan desain dari pakaian muslim tersebut. 7. Quality Control Setelah proses pemasangan kancing, retsleting dan aksesoris, maka proses selanjutnya adalah pengecekan terhadap mutu atau kualitas dari pakaian jadi tersebut. Pengecekan mutu atau quality control sangat penting karena akan sangat mempengaruhi daya jual dan daya saing dari produk pakaian jadi tersebut. 8. Pengemasan Pengemasan untuk pakaian jadi muslim ini masih sederhana yaitu hanya dikemas dengan menggunakan plastik bening. Secara keseluruhan proses pembuatan pakaian jadi muslim dari mulai desain hingga pengemasan membutuhkan waktu kurang lebih 4 - 5 jam. Khusus untuk pola makloon waktu penyelesaiannya sedikit lebih cepat karena tidak ada proses perancangan/desain. Tetapi karena proses pembuatan pakaian jadi muslim ini dilakukan secara paralel, maka dalam satu hari dapat menyelesaikan ratarata 4 pasang pakaian untuk satu mesin jahit (20 pakaian untuk 5 mesin jahit). Dengan demikian dalam satu bulan dapat menyelesaikan 500 pasang pakaian jadi muslim.
22
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Industri Pakaian Jadi Muslim
4.7. Jumlah, Jenis dan Mutu Produksi Pakaian jadi yang diproduksi oleh pengusaha sebagian tergantung dari permintaan atau pesanan dari para pedagang dan perusahaan besar (pola makloon). Sedangkan sebagian lagi diproduksi secara lengkap oleh pengusaha. Pada umumnya pengusaha dapat memproduksi sebanyak 500 pasang pakaian/ bulan dengan komposisi 350 pasang untuk pakaian muslim wanita dewasa dan 150 pasang untuk pakaian muslim anak. Berdasarkan asumsi pola kombinasi yang telah diuraikan sebelumnya yaitu 60% produksi lengkap dan 40% dengan pola makloon, maka kombinasinya adalah seperti yang terlihat pada Tabel 4.3 berikut ini. Tabel 4.4. Komposisi Jenis Pakaian Muslim Jenis Pakaian Muslim
Produksi Sendiri (60%)
Makloon (40%)
Total
Pakaian muslim wanita dewasa
210 unit
140 unit
350 unit
Pakaian muslim anak-anak
90 unit
60 unit
150 unit
Total
300 unit
200 unit
500 unit
Khusus untuk pola produksi, model pakaian tersebut bervariasi baik dari segi desain maupun jumlahnya. Rata-rata untuk satu model pakaian diproduksi sebanyak 20 – 30 pasang. Dari segi mutu produksi, tidak ada perbedaan kualitas dari pakaian jadi yang dihasilkan. Semua pakaian diproduksi dengan kualitas yang sama.
23
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
4.8. Produksi Optimum Produksi optimum yang selama ini dicapai oleh pengusaha adalah 500 pasang pakaian/bulan, dengan menggunakan kapasitas mesin terpasang adalah sebanyak 5 mesin jahit dan 2 mesin obras dengan tenaga kerja 6 orang dan 25 hari kerja dalam satu bulan.
4.9. Kendala Produksi Dalam melakukan proses produksi, pengusaha tidak mengalami kendala yang berarti. Hal ini karena bahan baku, dan bahan penolong selalu tersedia. Disamping itu peralatan yang digunakan juga dapat digunakan dalam waktu yang lama, khususnya untuk mesin jahit, mesin obras dan mesin pelubang kancing. Kendala yang ada adalah sering berpindahnya tenaga kerja karena biasanya mereka mencari pengusaha yang berani membayar lebih besar, sehingga pengusaha akan kesulitan pada saat pesanan banyak maka mereka harus mencari tenaga kerja lagi. Hal ini terjadi karena sifat dari tenaga kerjanya adalah harian dan bukan karyawan tetap.
24
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
BAB V ASPEK KEUANGAN
Analisis aspek keuangan diperlukan untuk membantu pihak Lembaga Keuangan Syariah/LKS mengetahui kelayakan usaha dari sisi keuangan, terutama aspek kemampuan pengusaha untuk mengembalikan pembiayaan yang diperoleh dari LKS. Analisis keuangan ini juga dapat dimanfaatkan pengusaha dalam perencanaan dan pengelolaan usaha pada industri pakaian jadi muslim.
5.1. Fleksibilitas Produk Pembiayaan Syariah Produk pembiayaan konvensional hanya mengenal satu macam produk yaitu pembiayaan dengan sistem perhitungan suku bunga. Sedangkan, pada pola syariah mempunyai keragaman produk pembiayaan dan perhitungan keuntungan (perolehan hasil) yang fleksibel. Untuk produk syariah banyak ragamnya, diantaranya mudharabah, musyarakah, salam, istishna, ijarah dan murabahah (lampiran 1). Dari produk tersebut, setiap produk juga masih mempunyai turunannya. Oleh karena itu, pada pola pembiayaan syariah satu usaha bisa memperoleh pembiayaan lebih dari satu macam produk. Sedangkan untuk menghitung tingkat keuntungan yang diharapkan bisa menggunakan sistem margin atau nisbah bagi hasil. Margin merupakan selisih harga beli dengan harga jual sebagai besar keuntungan yang diharapkan. Nisbah bagi hasil adalah proporsi keuntungan yang diharapkan dari suatu usaha. Pada perhitungan nisbah bagi hasil dapat menggunakan metode bagi untung dan rugi (profit and loss sharing/PLS) atau metode bagi pendapatan (revenue sharing). Profit sharing, nisbah bagi hasil diperhitungkan setelah dikurangi seluruh biaya
25
ASPEK KEUANGAN
(keuntungan bersih). Sementara revenue sharing perhitungan nisbah berbasis dari pendapatan usaha sebelum dikurangi biaya operasionalnya. Keragaman produk pembiayaan dan perhitungan tingkat keuntungan ini dapat memberi keluwesan/fleksibilitas baik untuk pihak LKS maupun pengusaha guna memilih produk pembiayaan yang sesuai dengan kemampuan dan kapasitasnya masing-masing. Bagi pihak LKS, pemilihan ini dipengaruhi oleh tingkat kepercayaan dan tingkat risiko terhadap nasabah dan usahanya. Sehingga bisa terjadi untuk usaha yang sama, mendapat produk pembiayaan maupun besaran margin atau nisbah per nasabahnya berbeda.
5.2. Pemilihan Pola Usaha dan Pembiayaan 5.2.1 Karakteristik Industri Pakaian Jadi Muslim Usaha pakaian jadi muslim akan lebih baik diusahakan dekat dengan sumber tenaga kerja, mengingat tenaga kerja merupakan sumber daya yang menentukan dalam usaha ini. Ditambah lagi, usaha pakaian jadi muslim dapat dilakukan baik dengan peralatan sederhana maupun dengan bantuan teknologi (mesin). Hal ini karena, pengusaha dapat memilih bentuk usahanya sesuai dengan kemampuan. Misalnya untuk usaha makloon maka pengusaha hanya menyediakan peralatan sederhana yaitu mesin jahit saja. Sedangkan untuk usaha produksi, pengusaha selain menyediakan mesin jahit, juga membutuhkan mesin potong, mesin obras, mesin pelubang kancing, dsb. Dengan demikian, usaha pakaian jadi muslim dapat diupayakan baik dalam skala rumah tangga maupun industri. Sehubungan dengan pasar, produk pakaian jadi muslim sangat terbuka, hal ini didukung oleh peningkatan jumlah penduduk. Mengingat kebutuhan sandang merupakan kebutuhan pokok, maka seiring dengan jumlah penduduk yang terus meningkat, maka menjadi indikasi pasar produk
26
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Industri Pakaian Jadi Muslim
ini juga cenderung meningkat. Berdasarkan potensi pasarnya, maka usaha industri pakaian jadi muslim memiliki prospek untuk dikembangkan. Terlebih Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang memeluk agama Islam terbesar, maka pasarnya relatif masih menjanjikan. 5.2.2 Pola Usaha dan Pembiayaan
Pola usaha yang dipilih adalah industri pakaian jadi khususnya adalah pakaian muslim wanita untuk dewasa dan pakaian muslim anak-anak, yang merupakan kombinasi antara usaha yang memproduksi sendiri (60%) dan makloon (40%). Perbedaan antara pola produksi sendiri dan pola makloon adalah : a. Produksi sendiri: Pengusaha membuat rancangan sendiri, membeli bahan baku kain sendiri dan menjahit pakaian untuk kemudian ditawarkan ke konsumen dan dijual. Dengan demikian seluruh bahan baik bahan baku maupun bahan pembantu berasal dari pengusaha. Pendapatan pengusaha berasal dari harga jual yang diberikan ke konsumen.
b. Makloon: Pengusaha menerima pesanan dari konsumen dan hanya menjahitkan baju sesuai dengan keinginan konsumen. Bahan baku kain dan renda atau aksesorisnya berasal dari konsumen, sedangkan bahan pembantu lain seperti benang, kancing, karet, dan retsleting disediakan oleh pengusaha. Model atau rancangan pakaian ditentukan oleh konsumen. Pendapatan pengusaha berasal dari ongkos jahit yang dibebankan ke konsumen.
27
ASPEK KEUANGAN
Pola usaha kombinasi ini dipilih karena pada umumnya pengusaha pakaian jadi menggunakan pola makloon karena keterbatasan modal. Tetapi sebetulnya yang lebih menguntungkan adalah produksi sendiri dari mulai merancang hingga menjual ke konsumen karena harga jualnya lebih tinggi dan margin keuntungannya pun lebih besar. Oleh karena itu pola kombinasi diharapkan menjadi jalan tengah yang dapat memberikan keuntungan lebih kepada pengusaha. Skala produksi yang dipilih adalah kapasitas 500 unit (500 pasang pakaian) per bulan, baik untuk pakaian dengan pola produksi sendiri maupun makloon. Dari 500 unit tersebut, sebanyak 350 unit adalah pakaian muslim wanita dewasa dan 150 unit adalah pakaian muslim anak-anak dengan pertimbangan bahwa konsumen pakaian muslim wanita dewasa lebih banyak dibandingkan dengan konsumen anak-anak. Pembagian jenis pakaian muslim tersebut telah diuraikan secara lebih jelas dalam tabel sebelumnya yaitu Tabel 4.3. Penentuan kapasitas 500 unit per bulan ini karena jumlah ini adalah paling optimum untuk pengusaha dengan 5 mesin jahit dan 6 orang karyawan. Perhitungan analisis keuangan ini didasarkan pada kelayakan usaha industri pakaian jadi muslim. Model kelayakan usaha merupakan pengembangan usaha yang telah berjalan dan diharapkan dapat mendorong kemandirian usaha serta upaya replikasi usaha ini di wilayah lain. Pada buku ini, model kelayakan industri pakaian jadi muslim diasumsikan untuk usaha baru atau peremajaan usaha. Kebutuhan pembiayaan yang diperlukan meliputi biaya investasi dan modal kerja yang dipenuhi dengan pembiayaan yang bersumber dari pengusaha dan LKS. Pembiayaan yang diberikan oleh LKS meliputi biaya investasi guna pengadaan mesin jahit dan mesin pelubang kancing. Sedangkan biaya modal kerja diberikan berupa pengadaan bahan baku kain selama 1 siklus produksi. Jangka waktu pembiayaan investasi adalah 3 (tiga) tahun.
28
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Industri Pakaian Jadi Muslim
Merujuk pada sistem keuangan syariah yang mempunyai banyak ragam produk pembiayaan, maka pembiayaan investasi dimaksud dibiayai dengan akad murabahah (jual beli). Pertimbangannya adalah karena produk murabahah ini sesuai untuk pembiayaan pengadaan barang/peralatan/ mesin/bahan baku. Dengan akad ini, pengusaha (nasabah) juga diuntungkan karena dapat memperoleh/membeli barang kebutuhan usaha sesuai dengan kemampuannya. Di samping itu, pembiayaan murabahah juga memberi pilihan pada bank maupun nasabah/pengusaha apakah pembiayaan akan digunakan untuk membiayai seluruh komponen usaha atau hanya untuk komponen-komponen tertentu saja. Bagi perbankan syariah, akad ini relatif sederhana perhitungannya dan nilai margin yang akan diperoleh lebih dapat diprediksikan. Dengan demikian, dengan produk murabahah bank dapat lebih mudah melakukan upaya mitigasi risiko baik terhadap usaha maupun nasabah karena margin secara pasti ditentukan di awal akad. Produk murabahah ini juga sudah banyak diterapkan oleh LKS dan masyarakat sudah mengenal serta mengakses akad pembiayaan tersebut. Oleh karena itu, pada industri pakaian jadi muslim, dengan kebutuhan pembiayaan untuk pembelian mesin dan bahan baku kain, maka akad murabahah merupakan pilihan yang cukup sesuai.
29
ASPEK KEUANGAN
5.2.3 Produk Murabahah Produk pembiayaan murabahah (jual beli) merupakan produk yang paling banyak dimanfaatkan baik oleh LKS maupun oleh nasabah. Peraturan mengenai produk murabahah antara lain mengacu pada Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 04/DSN-MUI/IV/2000 tanggal 1 April 2000 tentang Murabahah (Lampiran 1) dan Peraturan Bank Indonesia No. 9/19/PBI/2007 tanggal 17 Desember 2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa Bank Syariah, sebagaimana diubah dengan Peraturan Bank Indonesia No. 10/16/PBI/2008 tgl.25 September 2008. Beberapa ketentuan umum terkait Murabahah sebagaimana terdapat dalam ketentuan tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
30
1.
Dalam melaksanakan kegiatan usaha baik penghimpunan dana, penyaluran dana maupun pelayanan jasa bank wajib memenuhi prinsip syariah, yang terdiri dari prinsip keadilan dan keseimbangan, kemaslahatan, dan universalisme, serta tidak memenuhi unsur gharar, masyir, riba, dzalim, riswah dan obyek haram.
2.
Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya.
3.
Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba.
4.
Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.
5.
Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini Bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Industri Pakaian Jadi Muslim
6.
Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati.
7.
Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.
8.
Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip, menjadi milik bank. Nasabah mengajukan permohonan dan perjanjian pembelian suatu barang atau aset kepada bank.
5.3. Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan
Dari pemilihan pola usaha di atas, ditentukan asumsi dan parameter yang akan digunakan untuk analisis kelayakan usaha dari sisi keuangan. Asumsi dan parameter ini diperoleh berdasarkan kajian terhadap industri pakaian jadi di daerah Jakarta Timur serta informasi yang diperoleh dari pengusaha dan pustaka. Asumsi untuk analisis keuangan tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.1 dan selengkapnya pada lampiran 2. Tabel 5.1. Asumsi untuk Analisis Keuangan No
Asumsi
Satuan
Nilai/Jumlah 5
1
Periode proyek
tahun
2
Bulan kerja per tahun
bulan
12
3
Hari kerja per bulan
hari
25
4
Tenaga kerja a. Tenaga kerja bersifat harian
orang
6
b. Pemilik
orang
1
31
ASPEK KEUANGAN
5
Kapasitas produksi/bulan
6
Sifat usaha
7
8
9
unit
500
a. Produksi
%
60
b. Makloon
%
40
a. Pakaian muslim wanita dewasa
unit/bulan
350
b. Pakaian muslim anak-anak
unit/bulan
150
a. Tahun 1
%
90
b. Tahun 2
%
95
c. Tahun 3 - tahun 5
%
100
a. Pakaian muslim wanita dewasa (produksi)
Rp/unit
135.000
b. Pakaian muslim anak-anak (produksi)
Rp/unit
70.000
c. Ongkos jahit pakaian anak (makloon)
Rp/unit
13.000
d. Ongkos jahit pakaian dewasa (makloon)
Rp/unit
15.000
%
8
a. Pembiayaan investasi
tahun
4
b. Pembiayaan modal kerja
tahun
1
Jenis produk
Persentase penjualan dari kapasitas produksi
Harga jual
10
Margin Pembiayaan
11
Jangka waktu Pembiayaan
Penentuan umur proyek selama 5 tahun didasarkan atas pertimbangan bahwa investasi peralatan seperti mesin jahit, mesin obras, dan mesin pelubang kancing memiliki umur ekonomis selama 10 tahun, sedangkan lemari dan meja memiliki umur ekonomis 5 tahun. Oleh karena itu dipilihlah umur proyek selama 5 tahun sehingga diharapkan nilai pengembalian dari investasi tidak terlalu lama. Persentase penjualan dari kapasitas produksi untuk tahun pertama diasumsikan 90%, tahun kedua sebesar 95%, sedangkan tahun ketiga hingga tahun kelima adalah 100%. Hal tersebut didasari oleh pertimbangan bahwa untuk tahun pertama dan tahun kedua, pengusaha baru memulai usahanya sehingga belum dapat memaksimalkan penjualannya. Harga jual dan ongkos jahit dari
32
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Industri Pakaian Jadi Muslim
pakaian muslim didasarkan pada harga konstan yaitu harga yang berlaku pada saat proyek akan dimulai (harga tahun pertama). 5.4. Komponen dan Struktur Biaya Investasi dan Biaya Operasional Komponen biaya dalam analisis kelayakan industri pakaian jadi dibedakan menjadi dua, yaitu biaya investasi dan biaya operasional atau modal kerja. Biaya investasi adalah komponen biaya yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dana awal pendirian usaha yang meliputi mesin dan peralatan menjahit serta kendaraan. Tanah dan bangunan tidak menjadi biaya investasi karena dalam kajian ini diasumsikan bangunan yang digunakan dalam usaha adalah sewa. Biaya operasional atau biaya modal kerja adalah seluruh biaya yang harus dikeluarkan dalam proses produksi, baik yang bersifat tetap maupun variabel. 5.4.1. Biaya Investasi Biaya investasi yang dibutuhkan pada tahap awal industri pakaian jadi terdiri dari biaya perizinan, sepeda motor, mesin jahit, mesin obras, mesin pelubang kancing, lemari, meja, kursi, dan perlengkapan menjahit. Biaya investasi yang diperlukan untuk usaha pakaian jadi muslim ini adalah sebesar Rp 67.200.000,- Komponen terbesar adalah untuk mesin jahit, mesin obras, dan mesin pelubang kancing yaitu sebesar 56,55% dan sepeda motor yaitu sebesar 29,76%. Sedangkan biaya investasi untuk perlengkapan tidak terlalu besar yaitu 9,97%, dan perizinan yaitu 3,72% (Tabel 5.2). Komponen biaya investasi secara lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 3
33
ASPEK KEUANGAN
Tabel 5.2. Komposisi Biaya Investasi No
Komponen Biaya
1
Perizinan
2 3 4
Jumlah (Rp)
Persentase (%)
2.500.000
3,72
Sepeda Motor
20.000.000
29,76
Mesin jahit, obras dan pelubang kancing
38.000.000
56,55
Peralatan dan perlengkapan menjahit
6.700.000
9,97
Jumlah
67.200.000
100
5.4.2. Biaya Operasional Biaya operasional dalam industri pakaian jadi meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Total biaya operasional untuk tahun pertama adalah sebesar Rp 378.012.000,- (Tabel 5.3.). Selengkapnya rincian kebutuhan biaya tetap dan biaya variabel ditampilkan pada Lampiran 4 dan 5. Tabel 5.3. Komponen Biaya Operasional (Rp) No
Komponen Biaya
1
Biaya Variabel
2
Biaya Tetap Jumlah Biaya Operasional
Perbulan 26.201.000
Pertahun 314.412.000
5.300.000
63.600.000
31.501.000
378.012.000
5.5. Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja Kebutuhan dana untuk usaha pakaian jadi muslim sebagaimana telah dijelaskan pada sub bab terdahulu meliputi biaya investasi Rp 67.200.000,-, dan biaya modal kerja sebesar Rp 31.501.000,-. Dana investasi dan modal kerja tersebut ada yang bersumber dari pembiayaan LKS dan dana milik sendiri. Kebutuhan dana investasi, pada contoh untuk usaha baru (start up) atau peremajaan usaha, komponen biaya investasi yang memperoleh pembiayaan LKS hanya untuk peralatan mesin jahit sebanyak 5 (lima) unit dan satu unit mesin
34
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Industri Pakaian Jadi Muslim
pelubang kancing dalam jangka waktu 4 (empat) tahun. Sedangkan komponen yang lain diasumsikan telah dimiliki oleh pengusaha yang bersangkutan sebagai bagian dari kontribusinya dalam usaha. Modal kerja merupakan dana yang digunakan untuk operasional usaha sampai usaha tersebut menghasilkan uang/pendapatan. Besarnya kebutuhan modal kerja ditentukan berdasarkan kebutuhan dana awal untuk satu kali siklus produksi. Pada usaha pakaian jadi muslim, modal kerja meliputi biaya operasional usaha selama satu bulan sebesar Rp 31.501.000,- Berkaitan dengan kebutuhan modal kerja, komponen yang dibiayai dari LKS hanya untuk pembeliaan bahan baku yaitu kain sebesar Rp. 14.400.000,- Kebutuhan komponen-komponen biaya modal kerja yang lainnya juga diasumsikan sebagai bagian dari kontribusi pengusaha yang bersangkutan. Pengadaan mesin dan bahan baku kain yang dimaksud pada pembiayaan tersebut di atas, dalam hal ini diasumsikan sudah tersedia dan telah dimiliki oleh pihak LKS. Untuk mengadakan barang dan bahan ini pihak LKS dapat menggunakan pihak lain dengan akad yang terpisah dari akad murabahah ini. Keperluan dana investasi dan modal kerja merujuk pada asumsi dari contoh pembiayaan syariah ditampilkan pada tabel 5.4 dan selengkapnya pada lampiran 7. Tabel 5.4 Kebutuhan Dana untuk Investasi dan Modal Kerja No I
II
III
Rincian Biaya Proyek Kebutuhan Modal Investasi
Total Biaya (Rp) 67.200.000
a. Pembiayaan
30.000.000
b. Dana sendiri
37.200.000
Kebutuhan Modal Kerja (1 bulan)
31.501.000
a. Pembiayaan
14.400.000
b. Dana sendiri
17.101.000
Total dana proyek yang bersumber dari
98.701.000
a. Pembiayaan
44.400.000
b. Dana sendiri
54.301.000
35
ASPEK KEUANGAN
Jangka waktu pembiayaan untuk investasi selama empat tahun tanpa grace period, sedangkan pembiayaan modal kerja yang digunakan dalam analisis ini berjangka waktu satu tahun. Pembiayaan modal kerja pada kenyataannya dapat diperpanjang lagi masa jangka waktunya disesuaikan dengan kemampuan pengusaha membayar. Tingkat margin pembiayaan yang digunakan untuk usaha baru (start up) adalah 8% (konvensional setara dengan suku bunga flat p.a). Pembayaran angsuran pembiayaan dalam perhitungan kelayakan diasumsikan secara tetap dengan cara jumlah pembiayaan dibagi jangka waktu pembiayaan dengan mempertimbangkan siklus produksinya.
5.6. Proyeksi Produksi dan Pendapatan Dalam satu bulan, usaha pakaian jadi muslim diasumsikan dapat menjual 500 unit (pasang) pakaian, yang terdiri dari 350 unit pakaian muslim wanita dewasa, dan 150 unit pakaian muslim anak-anak. Dari jumlah tersebut diasumsikan 60% melalui proses produksi lengkap, dan 40% diasumsikan dengan pola makloon. Dengan pola makloon ini, pengusaha hanya mendapatkan ongkos jahit saja. Berdasarkan harga jual dan ongkos jahit pada asumsi keuangan, proyeksi pendapatan pengusaha setiap bulannya adalah Rp 37.530.000,- dan untuk setiap tahunnya adalah Rp 450.360.000,- (Tabel 5.5.). Untuk tahun pertama, diasumsikan penjualan hanya 90%, tahun kedua 95%, dan tahun ketiga hingga tahun kelima penjualan mencapai 100%. Proyeksi biaya produksi variabel, biaya produksi tetap, dan pendapatan ditampilkan pada Lampiran 4, 5,dan 6.
36
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Industri Pakaian Jadi Muslim Tabel 5.5. Proyeksi Produksi dan Pendapatan No
Produk
1
Produksi pakaian muslim anak
2
Produksi pakaian muslim wanita dewasa
3
Ongkos jahit pakaian muslim anak
4
Ongkos jahit pakaian wanita dewasa dewasa TOTAL
Volume
Unit
Harga Jual (Rp)
Penjualan 1 Bulan (Rp)
90
Unit
70.000
6.300.000
75.600.000
210
Unit
135.000
28.350.000
340.200.000
60
Unit
13.000
780.000
9.360.000
140
Unit
15.000
2.100.000
25.200.000
37.530.000
450.360.000
500
Penjulan 1 Tahun (Rp)
5.7. Proyeksi Rugi Laba Usaha dan Break Even Point Hasil proyeksi laba rugi usaha menunjukkan usaha pakaian jadi muslim telah menghasilkan laba (setelah pajak) pada tahun pertama sebesar Rp 34.697.850,dengan nilai profit on sales senilai 8,56%. Pada tahun kedua laba mengalami penurunan dibandingkan tahun pertama karena biaya variabel dan biaya tetap tahun pertama lebih sedikit dibandingkan tahun kedua, yaitu biaya variabel dan biaya tetap (modal kerja) bulan pertama dikeluarkan pada tahun ke-0. Laba tahun ketiga dan seterusnya mulai mengalami peningkatan. Proyeksi pendapatan dan laba rugi dapat dilihat pada Tabel 5.6. atau Lampiran 8.
37
ASPEK KEUANGAN
Tabel 5.6. Proyeksi Pendapatan dan Laba Rugi Usaha (Rp) Tahun
No
Uraian
1
2
3
4
5
1
Total Penerimaan
405,324,000
427,842,000
450,360,000
450,360,000
450,360,000
2
Total Pengeluaran
364,503,000
394,852,000
394,852,000
394,852,000
392,452,000
3
R/L Sebelum Pajak
40,821,000
32,990,000
55,508,000
55,508,000
57,908,000
4
Pajak (15%)
6,123,150
4,948,500
8,326,200
8,326,200
8,686,200
5
Laba Setelah Pajak
34,697,850
28,041,500
47,181,800
47,181,800
49,221,800
6
Profit on Sales
7
BEP:
Rupiah
8.56%
6.55%
10.48%
10.48%
10.93%
238,086,708
275,119,417
241,631,053
241,631,053
233,680,484
Seperti ditujukan pada Tabel 5.7 selama kurun waktu 5 tahun proyek industri pakaian jadi muslim secara rata-rata akan menghasilkan kinerja keuangan sebagai berikut:
Tabel.5.7. Rata-rata Laba Rugi dan BEP Usaha Uraian Laba per tahun (Rp) Profit Margin BEP: Rupiah
Nilai 41.264.950 9,40% 246.029.743
5.8. Proyeksi Arus Kas Aliran kas (cash flow) dalam perhitungan ini dibagi menjadi dua, yaitu arus masuk (cash inflow) dan arus keluar (cash outflow). Arus masuk diperoleh dari penjualan pakaian jadi muslim dan ongkos jahit selama satu tahun. Nilai sisa proyek di akhir tahun kelima juga dihitung sebagai arus masuk. Artinya di akhir umur proyek, usaha ini masih memiliki aset tetap/investasi senilai Rp 31.000.000,- Untuk
38
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Industri Pakaian Jadi Muslim
arus keluar meliputi biaya investasi, biaya variabel, biaya tetap, angsuran pokok pembiayaan, margin pembiayaan, biaya pemasaran dan pajak penghasilan. Evaluasi kelayakan untuk usaha industri pakaian jadi muslim dengan pembiayaan murabahah dapat diukur dari tingkat kemampuan membayar kewajiban angsuran kepada LKS. Hal ini dapat diketahui karena pada produk murabahah besarnya margin sudah ditentukan di awal akad, sehingga pada analisa laba rugi dan arus kas dapat dihitung kemampuan membayar berdasarkan dari pendapatan yang diperoleh usaha tersebut. Dari arus kas diketahui bahwa pada tingkat margin 8 % p.a flat, usaha ini mampu membayar kewajiban pembiayaannya dan menghasilkan keuntungan. Dengan demikian industri pakaian jadi muslim tersebut layak untuk dilaksanakan dan bisa dipertimbangkan untuk memperoleh pembiayaan. Pada analisa kelayakan dapat juga memakai beberapa indikator yang umum digunakan pada perhitungan konvensional. Indikator tersebut meliputi IRR (Internal Rate of Return), Net B/C Ratio (Net Benefit-Cost Ratio), PBP (Pay Back Period). Nilai IRR misalnya bisa menjadi indikator untuk mengukur kelayakan usaha, semakin tinggi nilai IRR maka usaha tersebut semakin berpeluang untuk menciptakan keuntungan. Meskipun demikian, indikator tersebut hanya sebagai alat bantu untuk menilai kelayakan suatu usaha. Besaran margin ataupun bagi hasil, harus ditetapkan atas dasar kesepakatan kedua belah pihak (LKS dan pengusaha). Proyeksi arus kas untuk kelayakan industri pakaian jadi muslim selengkapnya ditampilkan pada lampiran 9.
5.9. Perolehan Margin Pembiayaan Pola pembiayaan syariah yang digunakan dalam usaha industri pakaian jadi muslim adalah murabahah (jual beli). Pada kesempatan ini ditampilkan satu contoh alternatif pembiayaan yaitu untuk usaha baru atau peremajaan usaha. Dari hasil perhitungan untuk tingkat margin 8% per tahun, selama empat tahun menghasilkan margin sebesar Rp.10.752.000,-. Tingkat margin ini diberlakukan
39
ASPEK KEUANGAN
flat (tetap) per tahun, selama waktu pembiayaan yang disepakati. Selengkapnya, perhitungan perolehan margin dapat dilihat pada lampiran 7. Penentuan besaran margin, diutamakan berdasarkan pada base line data (data rujukan) untuk setiap komponen usaha/sektor ekonomi. Tetapi karena pada saat ini data tersebut belum tersedia, maka nilai margin mempertimbangkan informasi yang diperoleh dari praktek umum yang diterapkan oleh perbankan syariah dan kesetaraan dengan suku bunga Bank Indonesia (SBI). Data pola pembiayaan pada perbankan syariah dapat dilihat pada lampiran 10.
5.10. Hambatan dan Kendala Hambatan atau kendala yang dihadapi oleh pengusaha pakaian jadi muslim terkait dengan keuangan adalah persaingan yang cukup tinggi yang menyebabkan harga jual menjadi sangat kompetitif. Harga jual yang ditetapkan oleh pesaing terkadang lebih murah sehingga pengusaha kesulitan untuk mengikuti harga jual tersebut. Dengan demikian pengusaha pakaian jadi perlu mengelola biaya produksinya agar lebih efisien.
40
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
BAB VI ASPEK EKONOMI, SOSIAL, DAN DAMPAK LINGKUNGAN 6.1. Aspek Ekonomi dan Sosial Dilihat dari aspek sosial, keberadaan industri pakaian jadi di Kotamadya Jakarta Timur telah membawa dampak positif bagi masyarakat sekitarnya, karena industri ini banyak menyerap tenaga kerja terutama untuk kalangan ibuibu. Disamping menyerap banyak tenaga kerja, industri ini juga meningkatkan pendapatan khususnya bagi para ibu rumah tangga. Secara ekonomis usaha industri pakaian jadi ini cukup menguntungkan, terutama bila pengusaha melakukan proses produksi sendiri secara lengkap (bukan pola makloon). Para karyawan di usaha ini juga dapat memiliki keahlian yang dapat meningkatkan kompetensi dari karyawan tersebut. Secara umum, keberadaan industri pakaian jadi muslim ini memunculkan industri-industri yang lain yang berkaitan seperti industri kain, benang, kancing, dan retsleting. Sehingga secara otomatis akan menyebabkan terjadinya penyerapan tenaga kerja yang lebih banyak. 6.2. Aspek Dampak Lingkungan Pada industri pakaian jadi muslim ini tidak menghasilkan limbah yang berbahaya, karena limbahnya adalah hanya kain-kain perca yang merupakan potongan-potongan dari kain yang dijahit atau sisa-sisa kain. Bahkan saat ini limbah tersebut dapat dijual kepada pengrajin keset dan boneka kain perca. Jadi sebagian besar kain-kain perca ini masih bermanfaat. Dari usaha ini juga tidak dihasilkan limbah yang berbentuk cair, gas ataupun polusi suara. Maka dari sudut pandang lingkungan, usaha ini tidak membahayakan karena tidak menghasilkan limbah yang berbahaya.
41
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan a. Usaha pakaian jadi yang dipilih memproduksi jenis pakaian muslim wanita dewasa dan pakaian muslim anak-anak. Sifat usahanya yaitu kombinasi antara produksi secara lengkap (60%) dan makloon (40%). b. Permintaan akan pakaian jadi cukup besar, yaitu berasal dari pedagang, perusahaan/instansi, dan individu/rumah tangga. Sedangkan persaingan usaha yang terjadi cukup tinggi, karena jumlah pengusaha untuk komoditi ini cukup banyak. Hal yang penting dalam memasarkan produk adalah desain/model pakaian dan kualitas produk. c. Proses produksi dalam menghasilkan pakaian jadi relatif tidak terlalu sulit dan tidak membutuhkan banyak peralatan produksi. Ketersediaan bahan baku relatif selalu tersedia dan mudah didapatkan. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam proses produksi adalah kualitas bahan baku, kualitas tenaga kerja, kerapihan jahitan dan kemampuan merancang/mendesain pakaian. d. Kebutuhan usaha pakaian jadi yang dapat dibiayai oleh LKS antara lain adalah pembelian/pengadaan mesin jahit, mesin pelubang kancing dan bahan baku kain. e. Akad murabahah sesuai untuk pembiayaan yang peruntukannya adalah pengadaan barang/peralatan/mesin/bahan baku. Hal ini didukung kelebihan yang disediakan oleh akad ini yaitu bagi pengusaha (nasabah)
43
KESIMPULAN DAN SARAN
dapat memperoleh/membeli barang kebutuhan usaha sesuai dengan kamampuannya. Sedangkan bagi perbankan syariah akad ini relatif sederhana perhitungannya dan nilai margin yang akan diperoleh lebih dapat diprediksikan. Akad murabahah untuk pembelian/pengadaan mesin dan bahan baku usaha pakaian jadi muslim memberi keleluasaan bagi pengusaha untuk memilih barang dengan kualitas dan kuantitas yang sesuai dengan kemampuan keuangannya. f. Analisis aspek keuangan memperlihatkan bahwa dengan asumsi pendirian usaha baru atau peremajaan usaha dengan produk mudarabah (jual beli), maka diperlukan modal usaha sebesar Rp98.701.000,- yang terdiri dari modal investasi sebesar Rp67.200.000,- dan modal kerja sebesar Rp31.501.000,-. Modal tersebut diasumsikan berasal dari pembiayaan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) sebesar Rp44.400.000,- dan dari pemilik/pengusaha sebesar Rp54.301.000,-. g. Berdasarkan analisis kelayakan keuangan usaha industri pakaian jadi muslim layak untuk diusahakan. Dengan masa proyek 5 tahun dan tingkat margin 8%, usaha ini dapat membayar kewajiban kepada LKS dan menghasilkan keuntungan yang memadai bagi pengusahanya. h. Pengembangan industri pakaian jadi muslim memberikan manfaat yang positif bagi masyarakat sekitar karena dapat membuka lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan atau taraf hidup. Disamping itu, dalam hal lingkungan tidak menimbulkan limbah yang berbahaya.
7.1. Saran a. Sebaiknya para pengusaha harus memiliki kreativitas dalam desain atau model pakaian sehingga tidak ketinggalan zaman serta memiliki keunikan dibandingkan dengan pesaingnya.
44
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Industri Pakaian Jadi Muslim
b. Sebaiknya para pengusaha memiliki tenaga kerja yang bersifat tetap dan tidak seluruhnya harian, sehingga dapat mengurangi perputaran karyawan dengan demikian kemampuan dalam mendesain dan menjahit pakaian selalu meningkat. c. Usaha pakaian jadi muslim untuk pembelian mesin jahit, mesin pelubang kancing dan bahan baku kain sesuai dibiayai LKS dengan akad murabahah.
45
DAFTAR PUSTAKA BPS Jakarta. 2007. Jakarta dalam Angka. Himpunan Fatwa Dewan Syariah. 2003. Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia dan Bank Indonesia. Peraturan Bank Indonesia No. 9/19/PBI/2007 tanggal 17 Desember 2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa Bank Syariah.2007. Bank Indonesia. Peraturan Bank Indonesia No. 10/16/PBI/2008 tanggal 25 September 2008 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa Bank Syariah.2008. Bank Indonesia. Stone, P. 2004. The Ultimate Business Plan – Perencanaan Bisnis yang Sempurna. PT. Elex Media Komputindo, Jakarta. Tausyah275.blogsome.com, 15 November 2008. Touchie, R.D. dan B. Comm. 1997. Membuat Rencana Bisnis yang Jitu. Terjemahan. Arcan, Jakarta.
46
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
DAFTAR WEB SITE
1. http://www.cuisinenet.com 2. http://www.ipb.ac.id
3. http://www.islamicfinanceonline.com 4. http://www.ifsb.org 5. http://www.isdb.org 6. http://www.bankislam.com.my 7. http://www.lariba.com 8. http://www.amss.net
47
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
LAMPIRAN
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Hal
1.
Pengenalan Pola Pembiayaan Syariah ..................................................... 53
2.
Asumsi Untuk Analisis Keuangan ............................................................ 58
3.
Biaya investasi ......................................................................................... 59
4.
Biaya Variabel ........................................................................................ 60
5.
Biaya Tetap ............................................................................................ 61
6.
Proyeksi Produksi dan Pendapatan Kotor ................................................ 61
7.
Proyeksi Perolehan Margin Pembiayaan Pakaian Jadi Muslim ................... 62
8.
Proyeksi Laba Rugi Usaha (Rp) ................................................................ 63
9.
Proyeksi Arus Kas ................................................................................... 64
10. Pola Pembiayaan Syariah pada Perbankan Syariah ................................. 66
51
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
Industri Pakaian Jadi Muslim
Lampiran 1. Pengenalan Pola Pembiayaan Syariah
Pembiayaan Syariah Bank syariah menunjukkan pertumbuhan yang meningkat. Ini didorong oleh makin tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk memilih produk yang halal. Pun karena jumlah penduduk Muslim di Indonesia yang paling banyak di dunia, merupakan potensi bagi keuangan syariah untuk menjadi bagian dalam pembiayaan ekonomi masyarakat. Prinsip pembiayaan syariah yang mendasar adalah: 1. Keadilan, pembiayaan saling menguntungkan baik pihak yang menggunakan dana maupun pihak yang menyediakan dana 2. Kepercayaan, merupakan landasan dalam menentukan persetujuan pembiayaan maupun dalam menghitung margin keuntungan maupun bagi hasil yang menyertai pembiayaan tersebut. Untuk mendukung prinsip-prinsip tersebut agar dapat berjalan jauh dari prasangka, manipulasi, korupsi dan kolusi maka dibutuhkan informasi yang memadai. Informasi ini menjadi data pendukung yang dapat digunakan untuk mengambil keputusan yang proposional. Jenis informasi yang dimaksud antara lain: 1. 2. 3. 4.
Informasi data nasabah Informasi data penjualan / pembelian / penyewaan riil Proyeksi laporan keuangan Akad pembiayaan
53
LAMPIRAN
Lebih lanjut penjelasan dari informasi yang dibutuhkan adalah sebagai berikut: a. Informasi data nasabah Menyeleksi calon nasabah yang dapat dipercaya untuk memperoleh pembiayaan dilakukan melalui uji kelayakan nasabah. Uji kelayakan bentuknya berupa form pengisian yang memuat data pribadi dan data usaha calon nasabah. Pengisian form dilakukan melalui wawancara secara individual dan kunjungan ke tempat tinggal dan tempat usaha. Informasi dari uji kelayakan ini sebagai pertimbangan apakah calon bisa menjadi nasabah atau tidak. Sekaligus juga menentukan jenis pembiayaan yang sesuai untuk nasabah bersangkutan. b. Informasi data penjualan / pembelian / penyewaan riil Informasi data penjualan/pembelian/ penyewaan riil merupakan data usaha yang sudah terjadi di lapangan. Data riil ini menjadi dasar perhitungan dari akad yang sudah disepakati. Dengan demikian tereliminer kerugian baik yang dirasakan oleh debitur maupun kreditur karena pelaksanaan akad dilandasi dengan data riil. Informasi ini bentuknya berupa form isian, yang diisi secara rutin sesuai dengan siklus usahanya oleh nasabah. Contoh bentuk form yang diberikan sesuai dengan jenis usahanya dan kebijakan LKS masing-masing. c. Proyeksi laporan keuangan Proyeksi laporan keuangan merupakan pelengkap informasi dalam menentukan persetujuan usulan pembiayaan usaha dari nasabah. Proyeksi dari laporan keuangan yang dimaksud terdiri dari proyeksi arus kas, proyeksi laba (rugi) dengan analisa kelayakan seperti NPV, IRR, BEP, B/C ratio, PBP, dll.
54
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Industri Pakaian Jadi Muslim
Proyeksi ini dibuat atas dasar asumsi-asumsi yang relatif tetap sepanjang umur usaha yang dibiayai. Sedangkan dalam hukum syariah semua transaksi harus riil. Oleh sebab itu dalam menentukan besaran nominal untuk bagi hasil tidak bisa merujuk pada hasil proyeksi (relatif tetap) tetapi harus merujuk pada transaksi riil (relatif berfluktuasi sesuai dinamika usahanya). d. Akad pembiayaan Akad pembiayaan merupakan kesepakatan antara shahibul maal dan mudharib. Akad ini sebagai landasan hukum syariah bagi transaksi pembiayaan. Akad pembiayaan sesuai dengan jenis pembiayaan usaha nasabah. Produk pembiayaan syariah bermacam-macam, sebagaimana tersaji pada tabel di bawah ini:
Tabel Pengenalan Produk Syariah Prinsip Dasar
Jenis – jenis Al-Musyarakah (Partnership, Project Financing and Participation)
Bagi Hasil (Profit Sharing)
Adalah penanaman dana dari shahibul maal (pemilik modal) untuk mencampurkan dana/modal mereka pada suatu usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya, sedangkan kerugian ditanggung semua shahibul maal berdasarkan bagian dana/modal masing-masing.
55
LAMPIRAN
Al-Mudharabah (Trust Financing, Trust Investment) Adalah akad kerjasama antara 2 pihak di mana pihak shahibul maal menyediakan modal dan pihak mudharib menjadi pengelola. Keuntungan usaha dibagi berdasarkan nisbah sesuai dengan kesepakatan. Pembagian nisbah dapat menggunakan metode bagi untung dan rugi (profit and loss sharing) atau me tode bagi pendapatan (revenue sharing). Al-Muzara’ah (Harverst-Yield Profit Sharing) Bagi Hasil (Profit Sharing)
Adalah kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dan penggarap, di mana pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada si penggarap untuk ditanami dan diperlihara dengan imbalan bagian tertentu dari hasil panen. Al Musaqah (Plantation Management Fee Based on Certain Portion of Yield) Adalah bentuk sederhana dari Al-muzara’ah di mana si penggarap hanya bertanggungjawab atas penyiraman dan pemeliharaan. Sebagai imbalan, si penggarap berhak atas nisbah tertentu dari hasil panen. Bai’ Al Murabahah (Deferred Payment Sale) Adalah akad jual beli antara sebesar harga pokok barang ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati
Jual Beli (Sale and Payment Sale)
Barang yang dimaksud adalah barang yang diketahui jelas kuantitas, kualitas dan spesifikasinya Bai’ as Salam (in front Payment Sale) Adalah jual beli barang dengan cara pemesanan dengan syarat-syarat tertentu dengan pembayaran tunai terlebih dahulu secara penuh. Bai’ Al – Istishna’ (Purchase by Order or Manufacture) Jual beli barang dalam bentuk pemesanan pembuatan barang dengan criteria dan persyaratan tertentu yang disepakati dengan pembayaran sesuai dengan kesepakatan
56
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Industri Pakaian Jadi Muslim
Al-Ijarah (operational Lease)
Sewa (Operational Lease and Financial Lease)
Adalah transaksi sewa menyewa atas suatu barang dan atau upah mengupah atas suatu jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau imbalan jasa. AL- Ijarah Al Muntahia bit – Tamlik (Financial Lease with Purchase Option) Adalah sejenis perpaduan antara kontrak jual beli dan sewa atau akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang ditangan si penyewa. Al Wakalah (Deputyship) Adalah penyerahan, pedelegasian atau pemberian mandat kekuasaan oleh seseorang kepada orang lain dalam hal-hal yang diwakilkan Al-Kafalah (Guaranty) Merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung, atau mengalihkan tanggungjawab seseorang yang dijamin dengan berbegang pada tanggungjawab orang lain sebagai penjamin. Al-Hawalah (Transfer service)
Jasa (Fee-Based Services)
Adalah pengalihan hutang dari orang yang berhutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya Ar-Rahn (Mortgage) Adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterima. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis Al-qardh (soft and Benevolent Loan) Adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan
57
LAMPIRAN
Lampiran 2. Asumsi Untuk Analisis Keuangan No
Asumsi
Satuan
Nilai / Jumlah
1
Periode proyek
tahun
5
2
Bulan kerja per tahun
bulan
12
3
Hari kerja per bulan
hari
25
a. Tenaga kerja bersifat harian
orang
6
b. Pemilik
orang
1
unit
500
a. Produksi
%
60
b. Makloon
%
40
a. Pakaian muslim wanita dewasa
unit/bulan
350
b. Pakaian muslim anak-anak
unit/bulan
150
a. Tahun 1
%
90
b. Tahun 2
%
95
c. Tahun 3 - tahun 5
%
100
Rp/unit
135,000
4
Tenaga kerja
5
Kapasitas produksi/bulan
6
Sifat usaha
7
8
9
Jenis produk
Persentase penjualan dari kapasitas produksi
Harga jual a. Pakaian muslim wanita dewasa (produksi) b. Pakaian muslim anak-anak (produksi)
Rp/unit
70,000
c. Ongkos jahit pakaian anak (makloon)
Rp/unit
13,000
d. Ongkos jahit pakaian dewasa (makloon)
Rp/unit
15,000
%
8
a. Pembiayaan investasi
tahun
4
b. Pembiayaan modal kerja
tahun
1
10
Margin Pembiayaan
11
Jangka waktu Pembiayaan
58
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
unit
Mesin jahit
Mesin obras
Mesin pelubang kancing
Lemari/rak baju
Lemari pajang
Meja
Meja untuk mesin
Gunting
Meteran baju
Penggaris
Lader
Kursi plastik
Kursi tamu
Wadah peralatan menjahit
Terminal listrik
Socket listrik
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Jumlah
unit
Sepeda motor
2
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
Perizinan
1
SATUAN
Komponen Biaya
No
3
3
5
2
10
5
3
5
5
8
2
1
3
1
2
5
2
1
Jumlah Fisik 2,500,000
Jumlah Biaya Rp
8,000,000
20,000
30,000
50,000
100,000
60,000
7,000
30,000
5,000
30,000
300,000
400,000
500,000
500,000
67,200,000
60,000
90,000
250,000
200,000
600,000
35,000
90,000
25,000
150,000
2,400,000
800,000
500,000
1,500,000
15,000,000 15,000,000
4,000,000
3,000,000 15,000,000
10,000,000 20,000,000
2,500,000
Harga per Satuan Rp
Lampiran 3. Biaya Investasi
3
3
3
3
3
3
3
3
3
5
5
5
5
10
10
10
10
Umur Ekonomis (tahun)
Nilai sisa di akhir umur proyek (Rp)
7,500,000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
8,500,000
4,000,000
6,940,000 31,000,000
20,000
30,000
83,333
66,667
200,000
11,667
30,000
8,333
50,000
480,000
160,000
100,000
300,000
1,300,000
800,000
1,500,000
1,800,000 11,000,000
Nilai Penyusutan per tahun (Rp)
Industri Pakaian Jadi Muslim
59
LAMPIRAN
Lampiran 4. Biaya Variabel
No 1
Struktur biaya
m2
960
15,000
14,400,000
172,800,000
Unit
10
1,000
10,000
120,000
b.Jarum pentul
Dus
2
5,000
10,000
120,000
c. Benang
Unit
500
2,000
1,000,000
12,000,000
d. Kancing
Unit
2,700
500
1,350,000
16,200,000
e. Kain keras
m
125
8,000
1,000,000
12,000,000
f. Elastik/Karet
m
500
3,000
1,500,000
18,000,000
Unit
300
3,000
900,000
10,800,000
h. Retsleting
Unit
500
2,000
1,000,000
12,000,000
h. Kapur jahit
Unit
5
3,000
15,000
180,000
i. Pensil
Unit
3
2,000
6,000
72,000
Lembar
10
1,000
10,000
120,000
Unit
500
500
250,000
3,000,000
a. Dua orang
Hari
50
35,000
1,750,000
21,000,000
b. Empat orang
Hari
100
30,000
3,000,000
36,000,000
26,201,000
314,412,000
g. Renda/asesoris
j. Karbon Bahan Kemasan a. Plastik pengemas 4
Tenaga kerja harian
Total Biaya Variabel
60
Jumlah biaya 1 tahun Rp
Satuan
Bahan pembantu a. Jarum untuk mesin jahit
3
Jumlah biaya 1 bulan Rp
Bahan baku a. Kain
2
Biaya per satuan Rp
Jumlah Fisik
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Industri Pakaian Jadi Muslim
Lampiran 5. Biaya Tetap No 1
Uraian
Jumlah
Unit
Biaya Per Unit
Total Biaya 1 Bulan
Total Biaya 1 Tahun
Tenaga Kerja a. Pemilik
1
Orang
2,000,000
2,000,000
24,000,000
2
Sewa bangunan
1
Bulan
1,000,000
1,000,000
12,000,000
3
Bensin
100
liter
6,000
600,000
7,200,000
4
Listrik
1
Bulan
700,000
700,000
8,400,000
5
Air
1
Bulan
150,000
150,000
1,800,000
6
Telepon
1
Bulan
250,000
250,000
3,000,000
7
Administrasi
1
Bulan
100,000
100,000
1,200,000
8
Perawatan mesin jahit
1
Bulan
200,000
200,000
2,400,000
9
Biaya lain-lain
1
Bulan
300,000
300,000
3,600,000
5,300,000
63,600,000
Total Biaya Tetap
Lampiran 6. Proyeksi Produksi dan Pendapatan Kotor HARGA JUAL
PENJUALAN 1 BULAN
PENJUALAN 1 TAHUN
NO
Produk
VOLUME
UNIT
1
Produksi pakaian muslim anak
90
Unit
70,000
6,300,000
75,600,000
2
Produksi pakaian muslim wanita dewasa
210
Unit
135,000
28,350,000
340,200,000
3
Ongkos jahit pakaian muslim anak
60
Unit
13,000
780,000
9,360,000
4
Ongkos jahit pakaian muslim wanita dewasa
140
Unit
15,000
2,100,000
25,200,000
TOTAL
500
37,530,000
450,360,000
61
LAMPIRAN
Lampiran 7 Proyeksi Perolehan Margin Pembiayaan Pakaian Jadi Muslim No 1 2 3
4
Uraian
Jumlah
Total Biaya Investasi
67,200,000
Pembiayaan untuk pembelian mesin
30,000,000
Total Biaya modal kerja
31,501,000
Pembiayaan pembeliaan bahan baku (kain)
14,400,000
Total Biaya produksi
98,701,000
a. Pembiayaan
44,400,000
b. Modal sendiri
54,301,000
Total pembiayaan dan Margin
55,152,000
a. Pembiayaan investasi
30,000,000
Margin Investasi
9,600,000
b. Pembiayaan modal kerja
14,400,000
Margin Modal kerja
1,152,000
c. Total margin
10,752,000
Keterangan: Angsuran pengembalian pembiayaan 1 tahun 12 bulan Margin 8.0% (setara flat rate per tahun)
62
A Pembiayaan Investasi Jangka waktu Besarnya margin Uang muka Angsuran pokok per tahun Angsuran margin per tahun
30,000,000 4 tahun 9,600,000 0 7,500,000 2,400,000
B
Pembiayaan modal kerja
14,400,000
Jangka waktu Besarnya margin Uang muka Angsuran pokok per tahun Angsuran margin per tahun
1 tahun 1,152,000 0 14,400,000 1,152,000
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Industri Pakaian Jadi Muslim
Lampiran 8. Proyeksi Laba Rugi Usaha (Rp)
No A
Uraian
2
90%
95%
405,324,000
i. Biaya Variabel ii. Biaya Tetap
Penerimaan
3
4
5
100%
100%
100%
427,842,000
450,360,000
450,360,000
450,360,000
288,211,000
314,412,000
314,412,000
314,412,000
314,412,000
58,300,000
63,600,000
63,600,000
63,600,000
63,600,000
iii. Depresiasi
6,940,000
6,940,000
6,940,000
6,940,000
6,940,000
iv. Angsuran Margin
3,552,000
2,400,000
2,400,000
2,400,000
-
v. Biaya Pemasaran/ Distribusi
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
364,503,000
394,852,000
394,852,000
394,852,000
392,452,000
Total Penerimaan B
Tahun 1
Pengeluaran
Total Pengeluaran C
R/L Sebelum Pajak
40,821,000
32,990,000
55,508,000
55,508,000
57,908,000
D
Pajak (15%)
6,123,150
4,948,500
8,326,200
8,326,200
8,686,200
E
Laba Setelah Pajak
34,697,850
28,041,500
47,181,800
47,181,800
49,221,800
F
Profit on Sales
8.56%
6.55%
10.48%
10.48%
10.93%
G
BEP:
238,086,708
275,119,417
241,631,053
241,631,053
233,680,484
Rupiah
63
64
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
B
3,552,000 6,123,150
6. Pajak
58,300,000
5. Angsuran Margin Pembiayaan
5,300,000
3. Biaya Tetap
288,211,000 21,900,000
26,201,000
2. Biaya Variabel
373,823,000
405,324,000
405,324,000
1
4. Angsuran Pokok Pembiayaan
67,200,000
1. Biaya Investasi
Arus Keluar
-
Arus Masuk untuk Menghitung IRR
17,101,000 98,701,000
4. Nilai Sisa Proyek
b. Modal Kerja
a. Investasi
37,200,000
14,400,000
3. Modal Sendiri
30,000,000
b. Modal Kerja
0
a. Investasi
2. Pembiayaan
1. Total Penjualan
Arus Masuk
Uraian
Total Arus Masuk
A
No
4,948,500
2,400,000
7,500,000
63,600,000
314,412,000
-
427,842,000
427,842,000
427,842,000
2
3
8,326,200
2,400,000
7,500,000
63,600,000
314,412,000
1,500,000
450,360,000
450,360,000
450,360,000
Tahun
Lampiran 9. Proyeksi Arus Kas
8,326,200
2,400,000
7,500,000
63,600,000
314,412,000
-
450,360,000
450,360,000
450,360,000
4
8,686,200
-
-
63,600,000
314,412,000
-
481,360,000
481,360,000
31,000,000
450,360,000
5
LAMPIRAN
Discount Factor (8%)
Present Value (98,701,000)
1.0000 (98,701,000)
CASH FLOW UNTUK MENGHITUNG IRR
D
CUMMULATIVE
(98,701,000)
Arus Bersih (NCF)
C
E
98,701,000 98,701,000
0
Arus Keluar untuk Menghitung IRR
7. Biaya Pemasaran/ Distribusi
Uraian
Total Arus Keluar
No 1
(86,026,139)
12,674,861
0.9259
13,688,850
19,737,850
360,134,150
385,586,150
7,500,000
2
(53,977,528)
32,048,611
0.8573
37,381,500
27,481,500
390,460,500
400,360,500
7,500,000
3
(10,299,449)
43,678,079
0.7938
55,021,800
45,121,800
395,338,200
405,238,200
7,500,000
Tahun 4
31,245,761
41,545,210
0.7350
56,521,800
46,621,800
393,838,200
403,738,200
7,500,000
5
90,566,618
59,320,857
0.6806
87,161,800
87,161,800
394,198,200
394,198,200
7,500,000
Industri Pakaian Jadi Muslim
65
66
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK) 9.45%18.26% (flat rate p.a)
Besar rata-rata (kisaran terkecil dan terbesar) nisbah bagi hasil yang diberikan sampai sekarang
Besar rata-rata (kisaran terkecil dan terbesar)) Ijarah dan Istishna yang diberikan sampai sekarang
2
3.
*) Data per bulan Juni 2006 1. BRI = Bank Rakyat Indonesia 2. BMI = Bank Muamalat Indonesia 3. BSM = Bank Syariah Mandiri 4. BSMI = Bank syariah Mega Indonesia 5. BNIS = Bank Negara Indonesia Syariah
Menyesuaikan dengan base rate yang ada di BRI yl:: 17%-24% eff. Rate p.a
BRI
9.45%-18.26% (flat rate p.a)
Keterangan
1
Parameter
Besar rata-rata (kisaran terkecil dan terbesar) margin yang diberikan sampai saat ini
No
19%-22%
(95%-5%)(77%-23%)
19%-22% eff. p.a
BMI
19%-22% eff.p.a (tergantung jangka waktu pembiayaan)
Kisaran bangsil dengan ekpektasi return bank: 16.00%19.08% p.a effektif adapun nisbah bank tergantung perbandingan antara eksp. bank dan realisasi penjualan nasabah
19%-22% eff.p.a (tergantung jangka waktu pembiayaan)
BSM
Besaran
belum ada porfolionya
Bank: 14,7% - 99%
Nasabah: 0.3 % -85.3%
15%-24% eff.p.a.
BSMI
Lampiran 10. Pola Pembiayaan Syariah pada Perbankan Syariah
belum ada porfolionya
Tergantung Revenue atau profit mudharib dengan patokan expected return bank berkisar 14%-18% p.a
9.00%-10.00% (flat rate p.a)
BNIS
LAMPIRAN