KEBIJAKAN DINAS KESEHATAN HEWAN DAN PETERNAKAN PROVINSI ACEH DALAM RANGKA MENDUKUNG PROGRAM PEMBEBASAN RABIES 2020 OLEH : Drh. M U S L I M BIDANG KESWAN DAN KESMAVET
DISAMPAIKAN PADA : WORKSHOP PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA RABIES SE PROVINSI ACEH TANGGAL 13 – 15 OKTOBER 2016, BANDA ACEH
PESERTA WORKSHOP PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA RABIES SE PROVINSI ACEH
STRUKTUR ORGANISASI DINAS KEPALA DINAS FUNGSIONAL
SEKRETARIAT
SUB BAGIAN UMUM
SUBBAG. KEPEGAWAIAN DAN TATA LAKSANA
BIDANG USAHA, PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL
BIDANG PRODUKSI DAN PENGEMBANGAN TERNAK
HEWAN
SEKSI PEMBINAAN & PELAYN. USAHA AGRIBIS PETERNAKAN
SEKSI SARANA PRODUKSI, PERALATAN&TEKNOLOGI BUDIDAYA
SEKSI PENGAWASAN OBAT DAN PELAYANAN KESWAN
SEKSI PEMBINAAN USAHA TANI & SUMBER DAYA TERNAK
SEKSI PENGEMBANGAN DAN PENYEBARAN TERNAK
SEKSI KESMAVET
SEKSI PENGOL. PEMASARAN HASIL DAN INFORMASI PASAR
SEKSI PENGEMBANGAN KAWASAN DAN AREAL PETERNAKAN
BIDANG PROGRAM DAN PELAPORAN
BIDANG KESWAN DAN KESMAVET
SEKSI DATA DAN INFORMASI
SEKSI PENGEND,PENCEGAH, PEMB. PENYAKIT
SEKSI PENYUSUNAN PROGRAM
SEKSI PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN
UPTD
UPTD LAB VETERINER
UPTD INKUBATOR KADER PETERNAKAN
UPTD BALAI TERNAK NON RUMINANSIA
UPTD BALAI IB
SUBBAG KEUANGAN
.
BIDANG KESWAN DAN KESMAVET VISI
TERWUJUDNYA STATUS KESWAN DAN KESMAVET YANG IDEAL MELALUI PEMBANGUNAN KESWAN DAN KESMAVET YANG MODERN, PROFESIONAL, MAJU, EFEKTIF DAN EFISIEN
MISI
MELINDUNGI HEWAN / TERNAK MELINDUNGI MASYARAKAT / KONSUMEN MELINDUNGI LINGKUNGAN MEMFASILITASI PERDAGANGAN MENINGKATKAN PROFESIONALISME SUMBER DAYA MANUSIA (SDM), PENYELENGGARAAN DIBIDANG KESWAN & KESMAVET MELALUI PELATIHAN2, WORK SHOP, SEMINAR DLL
TARGET INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) 2015/2016 Menurunnya angka kesakitan dan kematian serta meningkatnya angka kelahiran hewan/ternak.
PENGENDALIAN, PENCEGAHAN, PEMBERANTASAN PENYAKIT HEWAN
Meningkatnya produktifitas ternak. Meningkatnya kualitas dan kredibilitas data dan informasi kesehatan hewan Meningkatnya kemampuan merespons terhadap timbulnya wabah penyakit hewan menular dan eksotik.
PENGAWASAN OBAT HEWAN DAN PELAYANAN KESEHATAN HEWAN
KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER
Meningkatnya ketersediaan obat hewan yang aman, bermutu dan berkhasiat.
Meningkatnya jumlah unit pelayanan kesehatan hewan Terwujudnya jaminan Pangan Asal Hewan (PAH) yang ASUH
Terwujudnya status kesehatan hewan yang ideal dan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Veteriner dalam Menjamin Kesehatan dan Ketentraman Bathin Masyarakat.
Terwujudnya jaminan pencegahan penyakit zoonosis bersumber bahan pangan (food borne diseases) dan penerapan kesejahteraan hewan Terwujudnya SDM yang professional dalam rangka peningkatan pelayanan kesmavet dan pasca panen kepada masyarakat.
6
MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN & KESEHATAN MELALUI STATUS KESWANAS UNTUK MENCAPAI KONDISI KESEHATAN, PRODUKSI & PRODUKTIVITAS HEWAN DAPAT MENINGKAT SECARA OPTIMAL
PERLINDUNGAN HEWAN DAN HEWAN NON PANGAN BEBAS DARI PENYAKIT HEWAN MENULAR STRATEGIS (PHMS), ZOONOSIS DAN EKSOTIK
PENGADAAN OBAT2AN, HORMONAL DAN VAKSIN
PENYEDIAAN RUMAH POTONG HEWAN(RPH) DAN RUMAH POTONG UNGGAS (RPU) YANG REFRESENTATIF
PENERAPAN KESEJAHTERAAN HEWAN (KESRAWAN)
PENYEDIAAN PANGAN ASAL HEWAN YANG AKAN DIKONSUMSI (DAGING, SUSU, TELUR & PRODUK OLAHANNYA) HARUS DALAM KONDISI AMAN, SEHAT, UTUH & HALAL (ASUH)
= AMAN : TIDAK MENGANDUNG BAHAN YG DAPAT MEMBAHAYAKAN KESEHATAN KONSUMEN = SEHAT : TIDAK MENYIMPANG DARI KARATERISTIK ASLINYA = UTUH : MENGANDUNG ZAT2 (PROTEIN/VIT/MINERAL DLL) = HALAL : PENYEMBELIHAN DILAKUKAN SECARA AGAMA ISLAM
KEBIJAKAN BIDANG KESWAN KESMAVET
PERLINDUNGAN HEWAN & HEWAN NON PANGAN BEBAS DARI PHMS, ZOONOSIS & EKSOTIK
PENGADAAN OBAT2AN, HORMONAL & VAKSIN
PENYEDIAAN RPH/RPU YG REFRESENTATIF
PENERAPAN KESEJAHTERAAN HEWAN (KESRAWAN)
PENYEDIAAN PANGAN ASAL HEWAN YG ASUH
PENYAKIT TERNAK
TIDAK MENULAR GANGGUAN FISIOLOGIS DAN METABOLIK (DEF. VITAMIN/MINERAL, KETOSIS, DLL.)
MENULAR
JENIS JENIS PENYAKIT HEWAN MENULAR (PHM) YANG MENDAPAT PRIORITAS PENGENDALIAN DAN ATAU PEMBERANTASANNYA (Peraturan Dirjen Nak No. 59/Kpts/PD610/05/2007)
Zoonosis • Rabies • Avian Influenza (AI) • Brucellosis • Anthrax • Salmonellosis
Non Zoonosis • • • • • •
Newscastle Diseases Jembrana Bovine Viral Diarrheae Septicemia Epizootica Classical Swine Fever/CSF Infectious Bovine Rhinotracheitis (IBR)
• Infectious Bursal Disease
SITUASI UMUM PENYAKIT HEWAN MENULAR TAHUN 2015 Model : E-1 Kab/Kota/ No Kecamatan
Jenis Penyakit ( Jumlah Kasus)
AT BR
BVD
GB
HC
IBR
JA
ND
RA
SAL
SE
AI
PE
ORF
P.Int
1884 199 168 1787
MCF 21 -
SA 22 1
PULL 23 -
231 -
127 1323
-
-
-
44
-
364
-
-
-
111 41 14 648 61
130 57 616 16
194 111 219 -
593 335 59 1316 747
-
1 -
-
-
-
-
46 235
163 138
-
-
-
-
-
127
153
867
497
-
-
-
425
305
5301
4297
4296 10802
1 1 2 3 4 5 6 7 8
2 Aceh Besar Pidie Aceh Utara Bireuen Aceh Timur Aceh Tengah Aceh Barat Aceh Selatan
4 -
5 1
6 -
7 -
8 -
9 -
10 -
11 3422 65 545
12 -
13 25
14 11 30
15 282 12 -
17 642 1579 355 356 8 762
18 128 705 248 355 24 1039
19 669 973 53 97 601
9 10 11 12 13
Kota Banda Aceh Kota Sabang Simeulue Aceh Singkil Aceh Jaya
-
1
-
-
-
-
-
15 -
-
-
43 -
11 -
210 343
266 516
14 Kota Lhokseumawe
-
-
-
-
-
-
-
2
-
-
-
-
44
15 16 17 18 19 20
-
-
-
-
-
-
-
200
-
-
61 -
-
21 Aceh Tenggara 22 Pidie Jaya
-
5
-
20 -
-
-
-
16 325
-
-
280
23 Subulussalam
-
-
-
200
-
-
-
793
-
25
Aceh Tamiang Nagan Raya Kota Langsa Gayo Lues Abdya Bener Meriah
Jumlah
= Penyakit
Zoonosis
7
220
5383
P.Eks 20 637 1315 1656
2
SITUASI PHM DI DAERAH ACEH Tahun 2014,2015 Septikemia Epizootika Brucellosis Scabiosis PHM
Avian Influenza
Pink Eye ND
SURRA
Orf Salmonellosis Parasit Interna
RABIES Parasit Externa
PENYAKIT HEWAN MENULAR STRATEGIS
1. Angka morbiditas (penyerangan) dan mortalitas (kematian) Tinggi 2. Penyakit yang berdampak kerugian ekonomi secara meluas 3. Epizootik (terjadi secara cepat), Enzootik (terjadi kontinyu) dan Sporadik (terjadi tiba-tiba)
4. Bersifat Zoonosis
PENYAKIT HEWAN MENULAR STRATEGIS (Kepmentan 4026/Kpts/OT.140/4/2013)
1. Anthrax 2. R a b i e s 3. Brucellosis 4. A I 5. S E 6. Leptoospirosis 7. Bovine Tuberculosis 8. Jembrana 9. Surra 10. Clasical Swine Fever 11. Compylobacter 12. Paratuberculosis 13. Toxoplasmosis
14. Swine Influ Novel (H1N1) 15. Brucella Melitensis 16. Cyticercosis 17. I B R 18. Salmonellosis 19. P R R S 20. Helminthiasis 21. Nipah Virus Enchepalitis 22. Salmonellosis 23. P M K * 24. B S E * 25. Rift Falley Fever *
cat: * Penyakit eksotik/belum ada di Indonesia
NAMA LAIN RABIES YUNANI
JERMAN
PRANCIS
INDONESIA
LYSSA
atau
TOLLWUT
RAGE
atau
LYTTA
(KEGILAAN)
(MERUSAK DAN MARAH)
ROBERE
PENYAKIT ANJING GILA
.
(MENJADI GILA)
LANDASAN HUKUM 1. 2. 3. 4. 5. 6.
7. 8. 9.
Undang-undang RI No. 4 thn 1984 ttg Wabah Penyakit Menular; Undang-undang RI No.16 thn 1992 ttg Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan; Undang-undang RI No. 23 thn 1992 ttg Kesehatan; Undang-undang RI No. 32 thn 2003 ttg Pemerintah Daerah; Undang-undang RI No. 41 tahun 2014 perubahan atas Undangundang No. 18 thn 2009 ttg Peternakan dan Kesehatan Hewan; Peraturan Pemerintah RI No. 17 thn 1973 ttg Pembuatan, Persediaan, Peredaran dan Pemakaian Vaksin, Sera dan Bahan Diagnostika untuk Hewan; Peraturan Pemerintah RI No. 15 thn 1977 ttg Penolakan, Pencegahan, Pemberantasan dan Pengobatan Penyakit Hewan; Peraturan Pemerintah RI No. 22 thn 1983 ttg Kesehatan Masyarakat Veteriner; Peraturan Pemerintah RI No. 28 Thn 1991 ttg Penanggulangan Wabah Penyakit Menular;
LANJUTAN 10.
Peraturan Pemerintah No. 95 tahun 2012 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Kesejahteraan Hewan;
11.
Peraturan Pemerintah No. 47 tahun 2014 ttg Pengendalian dan penanggulangan Penyakit Hewan;
12.
Peraturan Presiden No. 30 thn 2011 ttg Pengendalian Zoonosis;
13.
Keputusan Bersama Menteri Kesehatan, Menteri Pertanian dan Menteri Dalam Negeri RI No. 279A/ Menkes/SK/VIII/ 1978, No. 522/Kpts/UM/8/1978 dan No. 143 thn 1978 ttg Peningkatan Pemberantasan dan Penanggulangan Rabies;
14.
Keputusan Menteri Pertanian No. 487/Kpts/Um/6/1981 ttg Pencegahan, Pemberantasan dan Pengobatan Penyakit Hewan Menular;
15.
Keputusan Menteri Pertanian No. 363/Kpts/PD.530/6/1982 ttg Pedoman Khusus Pencegahan dan Pemberantasan Rabies;
16.
Keputusan Menteri Pertanian No. 4026/Kpts/OT.140/04/2013 ttg Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS);
17.
Peraturan DirjenNak No. 59/Kpts/PD610/05/2007 ttg Jenis Penyakit Hewan Menular (PHM) yang mendapat Prioritas Pengendalian dan Pemberantasannya;
18.
Kepmentan No. 4026/Kpts/OT.140/04/2013 tentang PHMS
19.
Peraturan DirjenNak No. 59/Kpts/PD610/05/2007 ttg Jenis Penyakit Hewan Menular (PHM) yang mendapat Prioritas Pengendalian dan Pemberantasannya;
PENDAHULUAN .
RABIES BERASAL DARI BAHASA SANSEKERTA KUNO YAITU RABHAS YANG BEARTI MELAKUKAN KEKERASAN ATAU KEJAHATAN. PENYAKIT ANJING GILA (RABIES) MERUPAKAN SALAH SATU PENYAKIT DI DUNIA DAN BAHKAN MENEPATI DAFTAR URUTAN KEDUA SETELAH MALARIA. PADA
TINGKAT
REGIONAL
ASIA
TENGGARA
MENURUT
WORLD
HEALTH
ORGANIZATION (WHO) TAHUN 2007 MENYATAKAN BAHWA RABIES TETAP PADA PRIORITAS KEDUA SETELAH PENYAKIT AVIAN INFLUENZA (FLU BURUNG).
PENYAKIT ANJING GILA (RABIES) MERUPAKAN PENYAKIT HEWAN MENULAR AKUT PADA SSP YANG DISEBABKAN OLEH VIRUS RABIES YANG DIKELUARKAN BERSAMA AIR LIUR HEWAN YANG TERINFEKSI DAN DISEBARKAN MELALUI LUKA
GIGITAN ATAU JILATAN SERTA DAPAT MENULAR DARI HEWAN KE MANUSIA (BERSIFAT ZOONOSIS),
LANJUTAN APABILA PENDERITA RABIES TELAH MENUNJUKKAN GEJALA KLINIS, MAKA KASUS RABIES SELALU BERAKHIR DENGAN KEMATIAN BAIK PADA HEWAN MAUPUN MANUSIA DENGAN CFR (CASE FATALITY RATE) 100 %, SEHINGGA MENGAKIBATKAN TIMBULNYA RASA TAKUT DAN KEKHAWATIRAN SERTA KERESAHAN BAGI MASYARAKAT. SEMUA HEWAN BERDARAH PANAS / HEWAN KARNIVORA HEWAN RENTAN RABIES, TETAPI SUMBER PENULARAN
ADALAH PENYAKIT
RABIES 98 % DARI ANJING DAN 2 % DARI KUCING, MONYET/KERA DAN HEWAN LAINNYA (MUSANG, KELELAWAR, RUBAH, DLL)
SEHUBUNGAN
DENGAN
HAL
TERSEBUT
DIATAS,
PEMERINTAH
SECARA INTENSIF DAN SISTEMATIS TETAP MELAKUKAN PROGRAM PEMBEBASAN PROGRAM
RABIES
NASIONAL
SECARA DAN
BERTAHAP
DIHARAPKAN
DAN
PADA
INDONESIA DAPAT MENCAPAI STATUS BEBAS RABIES.
MERUPAKAN TAHUN
2020
RABIES DI INDONESIA RABIES PERTAMA KALI DILAPORKAN OLEH ESSER PADA TAHUN 1984 YANG TERJADI PADA KERBAU, KEMUDIAN OLEH PENNING 1889 PADA ANJING, DAN OLEH EILEFTS VAN DE HAAN PADA TAHUN 1894 PADA MANUSIA Kesemuanya kasus terjadi di Jawa Barat
MENYEBAR KE WILAYAH INDONESIA LAINNYA DAN SAMPAI AKHIR TAHUN 2015 DAERAH TERTULAR RABIES SEBANYAK 24 PROVINSI
KEJADIAN RABIES DI ACEH PERTAMA KALI TERJADI PADA TAHUN 1970. PULAU JAWA TELAH BEBAS RABIES JAWA TENGAH, JAWA TIMUR DAN DIY YOGYAKRTA DI NYATAKAN BEBAS RABIES BERDASARKAN SK MENTAN NO.897 TAHUN 1997
LANJUTAN
PROVINSI DKI JAKARTA , BANTEN (1996) DAN JAWA BARAT (2001) TELAH DINYATAKAN BEBAS RABIES MELALUI SK MENTAN NO.566 TAHUN 2004 DAERAH YANG SECARA HISTORIS BEBAS RABIES (BELUM PERNAH ADA KASUS) ADALAH PROVINSI NTB, NTT (KECUALI PULAU FLORES), KALBAR, PAPUA, IRIAN JAYA, MALUKU UTARA, KEPRI, DAN BABEL. PROVINSI ACEH DAERAH YANG SECARA HISTORIS BEBAS RABIES (BELUM PERNAH ADA KASUS) ADALAH KOTA SABANG DAN KABUPATEN SIMEULUE. PULAU WEH KOTA SABANG SUDAH DINYATAKAN STATUS BEBAS RABIES SESUAI DENGAN SK MENTAN NO.363/Kpts/PK.320/5/2016 TANGGAL 31 MEI 2016
STATUS DAERAH DAN KRITERIANYA
.
PENGAWASAN LALU LINTAS
D A E R A H
SURVEILANS DETEKSI DINI
VAKSINASI DAERAH RISIKO TINGGI
MANAJEMEN POPULASI
B E B A S
KIE=KOMUNIKASI INFORMASI EDUKASI PENGUATAN KAPASITAS DAN KOORDINASI
.
D A E R A H E N D E M I S
VAKSINASI MINIMAL 70%
SURVEILANS MANAJEMEN POPULASI
PENGAWASAN LALU LINTAS KIE = KOMUNIKASI INFORMASI EDUKASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
D A E R A H t e r s a N G K a
TINDAKAN YANG DILAKUKAN = DAERAH BEBAS
PELAKSANAAN PENYIDIKAN DAN PEMANTAUAN DILAKUKAN LEBIH INTENSIF
TARGET BEBAS RABIES 2014 KALBAR
2015 MENTAWAI
2016 WEH
2017 SITARO
2018
2019
BANTEN
SULSEL
2020 ACEH SUMUT
MERANTI BABEL
ENGGANO
SIMEULEU
JABAR BALI KALTIM
MALUT
RIAU SUMBAR JAMBI LAMPUNG
NTT NIAS
KALSEL KALTENG
SULUT MOROTAI
SULTRA
SULTENG
SYARAT BEBAS RABIES (OIE)
TIDAK ADA KASUS RABIES, BAIK PADA HEWAN MAUPUN MANUSIA SELAMA 2 TAHUN TERAKHIR (INDIGENOUS)
TIDAK ADA KASUS RABIES PADA HEWAN KARNIVORA DI LUAR KARANTINA SELAMA 6 BULAN TERAKHIR.
SURVEILANS-TATA LAKSANA KASUS GIGITAN TERPADU (TAKGIT) KLINIS BEBAS SEJARAH
BEBAS RABIES
TIDAK ADA KASUS OBSERVASI
DIAGNOSIS LAB
ADA KASUS
PER PULAU
KONTROL POPULASI VAKSINASI KIE PENGAWASAN LALIN REGULASI
LAS
SURVEILANS
PER DAERAH
KASUS TURUN
NOL KASUS 2 TAHUN
TERTULAR EVALUASI
OBSERVASI HEWAN Kegiatan observasi terhadap hewan tersangka menderita rabies dilakukan oleh petugas dinas peternakan atau petugas yang ditunjuk, observasi selama 10-14 hari. Hewan yang mati dalam proses observasi harus diambil specimennya untuk dikirim ke BBV / BPPV.R atau labotarorium type B yang ditunjuk OBSERVASI DILAKUKAN DENGAN 2 TAHAP
PENGAMATAN (10 – 14 HARI)
PENGUJIAN (Specimen)
POLA PENGGIGITAN
PROVOKASI
TAMPA PROVOKASI
DIAGNOSA LAPANGAN
ANJING YANG MENGGIGIT HARUS DITANGKAP DAN DIOBSERVASI RIWAYAT PENGGIGITAN, ADA TIDAKNYA PROVOKASI JUMLAH PENDERITA GIGITAN
PENENTUAN RABIES DI LAPANGAN HEWAN MENGGIGIT 1 ORANG TANPA PROVOKASI KEMUNGKINAN (POSITIF) RABIES 25 %
HEWAN MENGGIGIT 2 ORANG TANPA PROVOKASI KEMUNGKINAN (POSITIF) RABIES 50 % HEWAN MENGGIGIT 3 ORANG TANPA PROVOKASI KEMUNGKINAN (POSITIF) RABIES 75 %
HEWAN MENGGIGIT 4 ORANG TANPA PROVOKASI KEMUNGKINAN (POSITIF) RABIES 100 %
CARA MENDIAGNOSA RABIES SECARA LABORATORIS
MICROSKOPIS
ANTIGEN ANTIBODY
ISOLASI VIRUS
KONSEP PENGENDALIAN PHMS
PENCEGAHAN
PENGENDALIAN
PEMBERANTASAN
SUBSISTEM DALAM PENGENDALIAN DAN PEMBERANTASAN PHMS SISTEM SURVEILANS DAN MONITORING
SISTEM KEWASPADAAN DINI (EARLY WARNING SYSTEM) DAN DARURAT PENYAKIT (EMERGENCY PREPARED NESS) SISTEM INFORMASI KESEHATAN HEWAN (SIKHNAS) SISTEM KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER (SISKESMAVET)
SISTEM KEWASPADAAN DINI EAREARLY WARNING SYSTEM (EWS), TERGANTUNG PADA PERAN DARI
PEMERINTAH
PETERNAK DAN ASOSIASI PRODUSEN
TENAGA LABORATORIUM
DOKTER HEWAN SWASTA & PRAKTISI
PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN RABIES
PENYULUHAN
PENDATAAN DAN
REGITRASI ANJING
PENDATAAN POPULASI ANJING DILAKUKAN DI TIAP-TIAP DESA / KELURAHAN PENDATAAN DAN REGITRASI DILAKUKAN OLEH DINAS PETERNAKAN KABUPATEN / KOTA
Hewan sasaran terutama anjing
VAKSINASI ANJING
Kegiatan massal dilaksanakan bulan september – oktober, dan kegiatan konsolidasi pada bulan februari.
Lokasi sasaran hanya pada desa tertular dan desa di sekitarnya
Terget vaksinasi minimum 70% dari populasi untuk kegiatan massa, dan 25%dari populasi untuk kegiatan konsolidasi
UPAYA PENGENDALIAN YANG DILAKUKAN Melakukan vaksinasi rutin kontrol populasi HPR di Kabupaten Bener Meriah, Kabupaten Aceh Tengah, Gayo Lues, Aceh Tenggara Kota Banda Aceh , Aceh Besar , Kota Subulussalam, Singkil. Khusus untuk Kota Sabang hanya dilakukan Kontrol Populasi dan tidak dilakukan vaksinasi Mengoptimalkan SDM kesehatan hewan yang tersedia dan menggerakan partisipasi masyarakat dengan pembentukan kader desa sebagai vaksinator
Melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat tentang bahaya Rabies dengan penyebaran leaflet, buku saku , spanduk .
Pemberdayaan masyarakat melalui KIE Meningkatkan Kerjasama lintas sektor .
PENGAWASAN LALU – LINTAS HEWAN PENULAR RABIES PADA DAERAH TERTULAR DENGAN HEWAN YANG AKAN KELUAR, PADA DAERAH BEBAS BAGI HEWAN YANG AKAN DIMASUKKAN PADA POS – POS / CHECK POINT DAERAH RAWAN
PADA JALUR DARAT, LAUT MAUPUN UDARA
PADA JALUR TRANSPORTASI YANG TIDAK DILENGKAPI DENGAN DOKUMEN, DIUPAYAKAN UNTUK DITINDAK SESUAI DENGAN PERATURAN YANG BERLAKU
PENERTIBAN DAN PENGAWASAN PEMELIHARAAN ANJING DIVAKSINASI
DIPELIHARA DI HALAMAN ANJING HARUS DIIKAT DENGAN RANTAI, PANJANGNYA TIDAK LEBIH DARI 2 METER
YANG TELAH DIVAKSINASI DIBERI TANDA KELUAR HALAMAN, ANJING HARUS DIIKAT DENGAN RANTAI / TALI DAN MONCONGNYA DIBRANGUS
ANJING TERDAFTAR PADA PERANGKAT DESA SETEMPAT
RABIES PADA HEWAN (DUMB RABIES)
(FURIOUS RABIES)
RABIES JINAK
RABIES GANAS
TERJADI KELUMPUHAN, TIDAK DAPAT MENGUNYAH DAN MENELAN, AIR LIUR MENETES BERLEBIHAN, TIDAK ADA KEINGINA N MENYERANG/MENGGIGIT DAN MATI DALAM BEBERAPA JAM.
AGRESIF, TIDAK MENGENAL PEMILIKNYA, MENYERANG ORANG, HEWAN DAN BENDA YANG BERGERAK LAINNYA, KAKU, EKOR DIANTARA KEDUA PAHA BELAKANG DAN GANAS
RABIES PADA MANUSIA RASA TAKUT YANG SANGAT PADA AIR PEKA TERHADAP CAHAYA, UDARA, DAN SUARA AIRMATA DAN AIR LIUR KELUAR BERLEBIHAN PUPIL MATA MEMBESAR BICARA TIDAK KARUAN SELALU INGIN BERGERAK NAMPAK KESAKITAN KEJANG-KEJANG LALU LUMPUH DAN AKHIRNYA MENINGGAL DUNIA
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN RABIES
TIDAK MEMBERIKAN IZIN UNTUK MEMASUKKAN ATAU MENURUNKAN ANJING, KUCING, KERA DAN HEWAN SEBANGSANYA DI DAERAH BEBAS RABIES MEMUSNAHKAN ANJING, KUCING, KERA ATAU HEWAN SEBANGSANYA YANG MASUK TANPA IZIN KE DAERAH BEBAS RABIES
DILARANG MELAKUKAN VAKSINASI ATAU MEMASUKKAN VAKSIN RABIES KEDAERAH - DAERAH BEBAS RABIES MELAKSANAKAN VAKSINASI TERHADAP SETIAP ANJING, KUCING DAN KERA, 70% POPULASI YANG ADA DALAM JARAK MINIMUM 10 KM DISEKITAR LOKASI KASUS PEMBERIAN TANDA BUKTI ATAU PENING TERHADAP SETIAP KERA, ANJING, KUCING YANG TELAH DIVAKSINASI MENGURANGI JUMLAH POPULASI ANJING LIAR ATAN ANJING TAK BERTUAN DENGAN JALAN PEMBUNUHAN DAN PENCEGAHAN PERKEMBANGBIAKAN ANJING PELIHARAAN, TIDAK BOLEH DIBIARKAN LEPAS BERKELIARAN, HARUS DIDAFTARKAN KE KANTOR KEPALA DESA/KELURAHAN ATAU PETUGAS DINAS . PETERNAKAN SETEMPAT
LANJUTAN ANJING HARUS DIIKAT DENGAN RANTAI YANG PANJANGNYA TIDAK BOLEH LEBIH DARI 2 METER. ANJING YANG HENDAK DIBAWA KELUAR HALAMAN HARUS DIIKAT DENGAN RANTAI TIDAK LEBIH DARI 2 METER DAN MONCONGNYA HARUS MENGGUNAKAN BERANGUS (BERONSONG) MENANGKAP DAN MELAKSANAKAN OBSERVASI HEWAN TERSANGKA MENDERITA RABIES, SELAMA 10 SAMPAI 14 HARI, TERHADAP HEWAN YANG MATI SELAMA OBSERVASI ATAU YANG DIBUNUH, MAKA HARUS DIAMBIL SPESIMEN UNTUKDIKIRIMKAN KE LABORATORIUM TERDEKAT UNTUK DIAGNOSA MENGAWASI DENGAN KETAT LALU LINTAS ANJING, KUCING, KERA DAN HEWAN SEBANGSANYA YANG BERTEMPAT SEHALAMAN DENGAN HEWAN TERSANGKA RABIES MELAKSANAKAN VAKSINASI TERHADAP SETIAP ANJING, KUCING DAN KERA, 70% POPULASI YANG ADA DALAM JARAK MINIMUM 10 KM DISEKITAR LOKASI KASUS MEMBAKAR DAN MENANAM BANGKAI HEWAN YANG MATI KARENA RABIES SEKURANG-KURANGNYA 1 METER
PERTOLONGAN PERTAMA GIGITAN HEWAN TERSANGKA RABIES MENCUCI LUKA GIGITAN DENGAN SABUN ATAU DENGAN DETERJEN SELAMA 10-15 MENIT DIBAWAH AIR MENGALIR/DIGUYUR LUKA DIBERI ANTISEPTIC (ALKOHOL 70%) ATAU YODIUM TINCTURE ATAU LAINNYA PERGI SECEPATNYA KE PUSKESMAS ATAU DOKTER YANG TERDEKAT UNTUK MENDAPATKAN PENGOBATAN SEMENTARA SAMBIL MENUNGGU HASIL OBSERVASI HEWAN
PENGOBATAN PENDUDUK YANG KENA GIGITAN HEWAN TERSANGKA ATAU MENDERITA RABIES DI BAWA LANGSUNG PADA PUSKESMAS TERDEKAT GUNA MENDAPAT PERAWATAN LUKA DAN PENGOBATAN PASTEUR (ANTI RABIES) DI BAWA LANGSUNG PADA PUSKESMAS SAMBIL MENUNGGU HASIL PEMERIKSAAN/OBSERVASI HEWAN TERSANGKA RABIES PEMERIKSAAN KLINIS ATAU LABOLATORIS HEWAN POSITIF RABIES MAKA PASIEN HARUS MENDAPATKAN PENGOBATAN KHUSUS ATAU PASTEUR DI UNIT KESEHATAN YANG MEMPUNYAI FASILITAS PENGOBATAN ANTI RABIES DENGAN KUUR LENGKAP APABILA HEWAN YANG MENGIGIT ITU TIDAK DAPAT DITANGKAP UNTUK DIOBSERVASI PADA DAERAH TERTULAR/ENDEMIS MAKA ORANG TERSEBUT HARUS SEGERA DIKIRIM KE UNIT KESEHATAN YANG MEMPUNYAI FASILITAS PENGOBATAN ANTI RABIES APABILA HEWAN YANG MENGIGIT ATAU MENJILAT ADALAH MARGASATWA YANG DAPAT MENULARKAN RABIES MAKA ORANG TERSEBUT HARUS SEGERA DIKIRIM KE UNIT KESEHATAN YANG MEMPUNYAI FASILITAS ANTI RABIES
KASUS GIGITAN HEWAN PENULAR RABIES DI PROVINSI ACEH TAHUN 2014-2015 NO
KABUPATEN/KOTA
KASUS GIGITAN
1
Banda Aceh
37
2
Langsa
52
3
Aceh Besar
26
4
Pidie
6
5
Aceh Utara
7
6
Bireuen
50
7
Lhokseumawe
31
8
Aceh Timur
11
9
Aceh Tamiang
60
10
Aceh Tengah
256
11
Bener Meriah
141
12
Aceh Tenggara
23
POSITIF RABIES
1
LLANJUTALANJUTALNanjutan.. NO
KABUPATEN/KOTA
KASUS GIGITAN
13
Gayo Lues
23
14
Aceh Barat
5
15
Aceh Jaya
6
16
Nagan Raya
20
17
Aceh Selatan
0
18
Aceh Barat Daya
1
19
Singkil
6
20
Pidie Jaya
12
21
Subulussalam
2
22
Sabang
1
23
Simeulue
0
POSITIF RABIES
SARANA PENDUKUNG UNTUK PROGRAM PENGENDALIAN DAN PEMBERANTASAN PHMS 1.
TERSEDIANYA UNIT PELAYANAN KESEHATAN HEWAN TERSEBAR DI 23 KAB/KOTA 89 UNIT.
2.
TERSEDIANYA SDM DOKTER HEWAN DI PUSKESWAN SEBANYAK 69 ORANG , DAN DOKTER HEWAN PADA DINAS KESEHATAN HEWAN DAN PETERNAKAN ACEH 56 ORANG.
3.
TERSEDIANYA LABORATORIUM VETERINER SEBANGAI SARANA PENYIDIKAN DAN DIAGNOSA PENYAKIT HEWAN YANG REPRESENTATIF.
4.
ADANYA POST CHECK POINT SEBAGAI SARANA PENGAWASAN LALULINTAS TERNAK DI ACEH TAMIANG, KOTA SUBULUSSALAM, ACEH SINGKIL DAN ACEH TENGGARA.
5.
KARANTINA HEWAN SEBAGAI PENGAWASAN DIPINTU MASUK UDARA DAN LAUT., BANDARA SIM, LHOKSEUMAWE, NAGAN RAYA , SIMEULUE, PELABUHAN MALAHAYATI, ULEELHEU, BALOHAN SABANG, KRUENGGEUKUH, LABUHAN HAJI, KUALA LANGSA.
6.
UPTD INKUBATOR KADER PETERNAKAN DI SAREE, SEBAGAI TEMPAT MELATIH KADER PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN
HAMBATAN DAN KENDALA PROGRAM PENGENDALIAN DAN PEMBERANTASAN
Belum adanya komitmen yang sama antara pusat, provinsi dan kabupaten terutama didalam penganggaran Keterbatasan jumlah SDM kesehatan Hewan baik Medik veteriner maupun paramedik Veteriner Keterbatasan alokasi vaksin dan obatobatan Cakupan vaksinasi hanya 10-20 % Kurangnya Kolaborasi lintas sektoral Kurangnya kesadaran masyarakat
LANJUTAN
Belum optimalnya sinergi pelaksanaan kebijakan di daerah tertular, fragmentasi pelaksanaan vaksinasi dan eliminasi hewan penular;
Belum difokuskan upaya pengendalian pada penyebab penularan di sektor hulu dan pengurangan faktor risiko penularan antara lain perilaku, lingkungan, sosial budaya dan lain-lain;
Keterbatasan sumber daya pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk mencegah dan menanggulangi penyebaran zoonosis;
Sistem kesehatan hewan nasional yang belum berjalan secara optimal karena belum optimalnya otoritas veteriner di pusat dan daerah; Kurangnya fasilitas pendukung penanggulangan zoonosis, khususnya fasilitas penanggulangan zoonosis pada sumbernya;
Keterbatasan kapasitas kelembagaan;
LANJUTAN
Keterbatasan regulasi;
Keterbatasan penelitian dan pengembangan tentang zoonosis;
Kurangnya pengawasan lalu lintas hewan dan produknya;
Kurangnya pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap zoonosis dan kemungkinan risikonya;
Belum adanya rencana strategis untuk pencegahan dan penanggulangan zoonosis terpadu;
Belum adanya sistem informasi yang terintegrasi.
SASARAN PENGENDALIAN ZOONOSIS
Mempertahankan dan memperluas daerah bebas zoonosis
Menurunkan kasus penularan dan kematian akibat zoonosis pada hewan dan manusia di masyarakat.
Mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat zoonosis.