Kajian Ilmiah dalam Rangka Mendukung Program Pembebasan Rabies Pengendalian dan Penanggulangan Rabies Tahun 2020
1. Drh. Muhammad Syibli
Kasubdit P3H – Dit. Kesehatan Hewan
2. Drh. Muhammad Azhar
Medik Veteriner Madya/Koor. URC-PHMS Pusat Direktorat Kesehatan Hewan
Disampaikan pada Workshop : Pengendalian dan Penanggulangan Bahaya Rabies Prov. Aceh Banda Aceh, 13 – 15 Oktober 2016
Topik Bahasan 1. Rencana Aksi Pemberantasan Rabies di Indonesia 2. Konsep Pengendalian Populasi Anjing Berbasis Ekologi 3. Rencana Anggaran 4. Metode Estimasi Populasi Anjing 5. Simulasi Proposal Survei Estimasi Populasi di Prov. Aceh (Praktek)
1. Rencana Aksi Pemberantasan Rabies di Indonesia Referensi :
drh. Anak Agung Gde Putra, MSc, PhD, SH Mantan Medik Veteriner Utama, Balai Besar Veteriner Denpasar Anggota Komisi Akhli Kesehatan Hewan (2014-2018) Ketua Asosiasi Epidemiologi Veteriner Indonesia (2014-2018)
Acuan Teknis Operasional • Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2014 tentang Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan • Peraturan Presiden No. 30 Tahun 2012 tentang Pengendalian Zoonosis • Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor: 61/Permentan/PK.320/ 12/2015 tentang Pemberantasan Penyakit Hewan tanggal 10 Desember 2015. • Petunjuk Teknis Pemberantasan Rabies.
Salah Satu Sumber Risiko Penyebaran Rabies Antar Pulau
Anjing Kampung dan Rabies di Indonesia Anjing Kampung
Berpemilik
Dalam rumah
Kombinasi: rumah dan lepas
Tidak Berpemilik
Dilepas liarkan
Liar/ Stray
Kasus rabies semakin sulit dikendalikan
Pemerintah Canangkan Indonesia Bebas Rabies Tahun 2020 ? 1970
1956
2010
1974 1958
1975
2005
2005
1971
1959
1953
1972
1972 1969
1884
1983
1958 ?
2003 1997
2004
?
? 2010
1997 2008
Free Infected
2016 Sekarang Kita Disini
2017
2018
2019
2020
Kebijakan Nasional: Bahan Diskusi
Pencegahan, Pengendalian atau Pemberantasan rabies menggunakan pendekatan Pulau : - Cegah masuk ke Pulau Papua, dan pulau-pulau lainnya, - Kendalikan di pulau tertular sesuai prioritas.
Berantas bertahap berdasarkan prioritas (priority setting) karena keterbatasan sumber daya (logistik dan SDM: - Jumlah rabies pada manusia tinggi, - Jumlah rabies pada anjing (HPR) tinggi, - Komitmen Pemda (provinsi dan kabupaten/kota)
Kebijakan Nasional: Bahan Diskusi Penyusunan Rencana Aksi Pemberantasan Berdasarkan Kondisi Sosial Budaya Setempat : -
Pulau Kalimantan, dan sekitarnya Pulau Sumatera, dan sekitarnya Pulau Sulawesi, dan sekitarnya, Pulau Flores (sedang berjalan), Pulau Bali (sedang berjalan) Pulau Jawa, Pulau pulau lainnya
Mengapa Perlu Memberantas Rabies Secara Terintegrasi; Provinsi dan Kabupaten/Kota Dalam Satu Pulau • Integrasi Antar Wilayah: - Sangat sulit mengawasi lalulintas anjing (HPR) antar daerah/wilayah, - Wilayah yang sudah bisa dibebaskan terancam tertular kembali.
• Integrasi Antar Sektor: - Integrasi kegiatan antar Dinas Kesehatan dan Dinas Peternakan dapat meningkatkan upaya menekan kasus rabies pada manusia se efektif mungkin, - Integrasi kegiatan antar Dinas Kesehatan dan Dinas Peternakan serta Badan Lingkungan Hidup dapat mengendalikan lingkungan hidup anjing tanpa pemilik (stray dog) dan anjing yg dipelihara dilepas.
Perlu Pengendalian Sampah
Tahap-tahapan Penyusunan Master Plan Pemberantasan Rabies Dalam Satu Pulau
Membangun Komitmen Bersama 1
Persiapan Penyusunan Program Pemberantasan
2
Audiensi Ke Gubernur dan Bupati / Walikota
3
Finalisasi Program Pemberantasan Masuk DIPA
4
Gerakan Massal Pemberantasan Rabies Serentak se Pulau
5
Penyusunan Program Pemberantasan Rabies •
Persiapan Penyusunan Proposal Induk Pemberantasan Rabies Dalam Satu Pulau Masing-masing Dinas Peternakan Provinsi, menyiapkan/mengumpulkan data kabupaten/kota, tentang: - Estimasi data populasi anjing (berbasis desa), - Data rabies pada anjing (HPR) dalam 5 tahun terakhir (berbasis desa), - Data rabies pada manusia dalam 5 tahun terakhir (berbasis desa), - Data gigitan anjing (HPR) dalam 5 tahun terakhir (berbasis desa),
Organisasi dan Koordinasi • Tersedia TIKOR Rabies pada setiap jenjang pemerintahan pada : - setiap provinsi, - kabupaten/kota dalam satu Pulau • Tersedia Tim Teknis (ICS) Rabies pada setiap jenjang pemerintahan pada : - setiap provinsi, - kabupaten/kota dalam satu Pulau
Organisasi dan Koordinasi • Surveilans rabies diusulkan dikoordinasikan oleh BBVet atau BVet yg ada di pulau terkait. • Pengujian Otak Anjing (HPR) dan Uji Serologi Sblm atau Pasca Vaksinasi oleh: -
BBVet atau BVet, sekaligus sebagai laboratorium rujukan. Lab. Veteriner Provinsi/Kab.-Kota jika tersedia fasilitas untuk itu
Organisasi dan Koordinasi Tim Teknis Sekurang-kurangnya Memuat: Koordinator Pengendali Program, yang mengkoordinir: 1. Tim Perencanaan 2. Tim Logistik 3. Tim Operasional, yg meliputi : - Unit Respons Cepat - Tim Vaksinator yang cukup, sesuai estimasi populasi anjing & geografi - Tim Surveilans - Tim KIE - Tim Data, Analisis dan Informasi, dan - lain-lain Tim Penghubung dengan Dinas Kesehatan dan Instansi terkait lainnya Libatkan masyarakat
Isu Teknis • Vaksin dan Vaksinasi • Eliminasi Anjing • Estimasi Populasi Anjing
Vaksin dan Vaksinasi • Vaksinasi adalah cara paling efektif memberantas rabies. • Pilihan jenis vaksin, tergantung pada tipe pemeliharaan anjing. • Cakupan vaksinasi sekurang-kurangnya 70% (angka ini diperoleh dari Ro rabies dan pertimbangan cepatnya pergeseran populasi anjing termasuk kegagalan vaksinasi).
Memvaksin Anjing Yang Dipelihara Secara Dilepas dan Stray Dog
Anjing Pasca Vaksinasi (pakai kolar/kalung)
Pembelajaran: Vaksinasi Massal Rabies di Peru • • • • • • •
•
Estimasi populasi HPR : 400.000 ekor Rasio manusia:anjing = 10:1 Vaksinasi massal 25 Febr s/d 27 Maret 1985 (tiap hr selama 30 hr) Jmlh vaksinatur: 110 tim (tiap 2 orang) untuk menangani 11 daerah, dan 11 supervisor Vaksin: 3-year long lasting immunity, sekali suntik Jumlah HPR tervaksin : 327.535 (~ 82%) HASIL Tingkat protektivitas: 1 th pasca vaks : 97% 2 th pasca vaks : 89% 3 th pasca vaks : 83% Kasus Rabies pasca vaksinasi massal: 3 bln pasca program : 2 rabies pada kucing dan 1 pd anjing Setelah itu tdk ada lg kasus rabies 38 bln pasca vaksinasi (Chomel etal.1988; Lombard etal., 1988)
Mengapa R0 Penting Diketahui? Critical vaccination percentage
P crit = 1 - 1/R0
↑ R0 = ↑ Pcrit R0 = 2 → Pcrit = 1 - 1/2 = 50% R0 = 5 → Pcrit = 1 - 1/5 = 80% R0 = 10 → Pcrit = 1 - 1/10 = 90%
Pemusnahan atau Eliminasi Anjing - Penurunan densitas kontak hanya bersifat sementara (penurunan sementara Ro). - Anjing adalah hewan sosial, walau populasi menurun, mereka masih bisa saling bertemu, jadi tingkat kontak tidak menurun signifikan. - Dapat mengurangi dukungan masyarakat terhadap pengendalian/pemberantasan rabies. - Eliminasi anjing berpotensi memicu pergerakan anjing, sehingga berrisiko menyebarkan rabies.
Eliminasi Anjing dan Kelahiran Anak Anjing
Kekuatan...................strength 1. Sumber Dana : APBN dan APBD 2. Sumber Daya Manusia : a) Tenaga Pelaksana Keswan (BBV, Dinas yang membidangi fungsi Keswan tingkat Provinsi dan Kab/Kota). b) Tenaga Kesehatan Dinas Kesehatan Tingkat provinsi, Kab/Kota dan Puskesmas c) Stake Holder Karantina, Perangkat Desa, BNPB, POLRI dan TNI d) Masyarakat . 3. Kemampuan Pengujian Laboratorium.
Kelemahan...........................weakness 1. Rendahnya kesadaran Masyarakat . 2. Tidak semua kegiatan teknis kesehatan hewan di tanggulangi oleh APBD. 3. Data populasi HPR yang belum akurat. 4. Data laporan GHPR yang tidak singkron antara Dinas yang membidangi fungsi keswan dan Dinkes. 5. Rendahnya koordinasi dalam penggulangan rabies (Dinas Keswan – Dinas Kesehatan). 6. Anjing sebagai komoditas yang memiliki nilai ekonomi (economic value). 7. Lemahnya pengawasan lalu lintas HPR antar daerah
Peluang...........................opportunity 1. Pendekatan kepulauan . 2. Komitmen pemerintah daerah dalam pencapaian status bebas. 3. Pendekatan non Teknis : • KIE melalui pendekatan sosial dan keagamaan.
STRATEGI TINDAKAN PEMBERANTASAN RABIES.......action plan NON TEKNIS : 1. Penerbitan Peraturan 2. Komunikasi – Informasi dan Edukasi (Sosialisasi Rabies) 3. Pengawasan pemeliharaan HPR 4. Pengendalian lalu-lintas HPR 5. Peningkatan peran serta masyarakat umum 6. Peningkatan tanggungjawab pemilik HPR 7. Pengendalian Populasi Anjing (control populasi).
TEKNIS:
1. Pendataan HPR (Estimasi Populasi HPR). 2. Pelatihan Vaksinator Mandiri 3. Pelatihan rantai dingin. 4. Vaksinasi Massal 5. Observasi hewan tersangka rabies (Tracing GHPR) 6. Penyidikan dan tracing 7. Surveilans dalam Rangka pembebasan. 8. Penguatan Laboratorium
2. Konsep Pengendalian Populasi Anjing Berbasis Ekologi Sumber: Drh. Tri Satya Putri Naipospos MPhil, PhD Ketua Komisi Ahli Kesehatan Hewan dan Kesmavet, 2016
Anjing dan Manusia Artikel 7.7.1. butir (2) OIE TAHC
Ekologi anjing berkaitan dengan aktivitas manusia apabila ingin efektif, pengendalian populasi anjing harus dibarengi dengan perubahan perilaku manusia
Klasifikasi Anjing Menurut lokasi: • Anjing urban • Anjing pedesaan Menurut tingkat keliaran: • Anjing berpemilik, dilepasliarkan • Anjing tidak berpemilik, dilepasliarkan • Anjing liar (anjing domestik berbalik menjadi liar)
Menurut fungsi: • Anjing masyarakat • Anjing pemburu • Anjing kesayangan • Anjing peternakan • Anjing transportasi • Anjing konsumsi Sumber: Mariela Varas (OIE)
Populasi anjing Tingkat pengawasan/ikatan sosial: Sangat baik
Tidak ada
Liar
Sumberdaya (pakan, air, penampungan): Dengan sengaja Sumber dari manusia “dog food”
Tanpa sengaja Limbah dan sampah
Predator Sumber: Wandeler A.I. (CFIA)
Rabies – Eliminasi anjing – Media massa Populasi Anjing Liar di Bali Sangat Mengkhawatirkan. Dipublikasikan tanggal 14 Februari 2015. Republika, Baca: http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/15/02/14/nj qbg1-populasi-anjing-liar-di-bali-sangat-mengkhawatirkan Hindari Rabies, Usulkan Semua Anjing di Bali Dihabisi. Dipublikasikan tanggal 19 Juni 2015, Jawa Pos. Baca: http://www2.jawapos.com/baca/artikel/17554/hindari-rabiesusulkan-semua-anjing-di-bali-dihabisi Pembantaian Anjing di Bali, Ini Alasan dan Metodenya. Dipublikasikan tanggal 24 Juli 2015, Tempo. Baca: https://m.tempo.co/read/news/2015/07/24/058686077/pembantai an-anjing-di-bali-ini-alasan-dan-metodenya
Studi populasi anjing Sangat baik Berpemilik
Tidak ada “Milik Masyarakat”
Liar Tidak berpemilik
Ukuran populasi
Kuesioner
mark – recapture
Struktur populasi
Kuesioner
observasi langsung studi postmortem
Kuesioner
observasi langsung radio telemetry
Pemanfaatan sumberdaya
Sumber: Wandeler A.I. (CFIA)
Manajemen populasi anjing terkait pengendalian rabies Estimasi ukuran populasi (population size) Menurunkan ukuran populasi/pertumbuhan/ pergantian (turnover):
• Kontrol kelahiran (birth control) Lebih sedikit anjing yang harus divaksin – operasi (surgikal) Mempertahankan kekebalan – chemikal populasi
• Pemusnahan (culling)
Menghilangkan infeksi & risiko
– Pemusnahan massal – Pemusnahan bertarget hewan berisiko tinggi
• Manajemen habitat • Pengendalian lalulintas
Tujuan program pengendalian populasi anjing (Artikel 7.7.3. OIE TAHC) • Meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan anjing berpemilik dan yang dilepasliarkan; • Mengurangi jumlah anjing liar ke batas yang dapat diterima; • Mempromosikan kepemilikan yang bertanggung jawab (responsible dog ownership); • Menciptakan dan mempertahankan populasi anjing yang memiliki kekebalan dan bebas rabies; • Mengurangi risiko penyakit-penyakit zoonotik selain rabies; • Mengelola risiko kesehatan manusia lainnya; • Mencegah bahaya lingkungan dan hewan lainnya • Mencegah perdagangan ilegal dan penyelundupan
Pemerintah daerah Asosiasi kesejahteraan hewan
Pemerintah Pusat Legislasi
Dokter hewan swasta
Promosi dan edukasi kesejahteraan hewan
Universitas
Masyarakat Kepemilikan yang bertanggungjawab (kendali kelahiran, registrasi dan identifikasi anjing)
Program pengendalian anjing liar
Media
Kelembagaan nasional dan regional lainnya
Estimasi Ukuran Populasi • Survei rumah tangga – terbatas pada anjing berpemilik
• Tek ik mark – recapture (capture – recapture) – menangkap anjing berkeliaran (observasi)
Estimasi populasi anjing dengan metoda Photographic capture and recapture • Untuk menghitung anjing lepasliar dilakukan pemantauan ke 4 (empat) desa di Bali dengan memfoto semua anjing yang berada dalam radius 25 meter selama 4 hari berturut-turut. • Anjing baru dan anjing yang di ‘recaptured’ (difoto lagi pada hari yang berbeda) diidentifikasi dan dihitung.
Probabilitas deteksi anjing berkeliaran 1491 individu anjing
0,35 0,30
0,26
0,24
Probabilitas
0,25
0,24 0,19
0,20 0,15
0,20
0,19
0,10
0,19 Betina
0,15
Female Jantan
0,05
Male Betina
0,00 1
2
3
Hari survei keSumber: Riana Arief et al. (CIVAS)
4
• Probabilitas deteksi anjing berkeliaran hanya 19% yang teramati setiap harinya dan 43% anjing berkeliaran tidak pernah teramati! • Lebih dari 60% anjing berpemilik dilepasliarkan oleh pemiliknya
Estimasi Jumlah Anjing di Banjar 80%
Total = 7.468 Total = 2.418 Med = 42,5 Med = 17,7
70%
Persen
60% 50% 40%
• Rata2 jumlah anjing berpemilik = 61,2 ekor • Rata2 jumlah anjing berkeliaran =19,8 ekor
30% 20% 10% 0% 0-25
26-50
51-75
76-100
101-125 126-150
More
Jumlah anjing di Banjar
Anjing berkeliaran Owned Observed free-roaming dog Anjing dog berpemilik Sumber: Riana Arief et al. (CIVAS)
Contoh studi ekologi: Perilaku anjing Dilakukan pengamatan terhadap perilaku anjing (dog behaviour) di 26 desa di Kabupaten Gianyar, Karang asem dan Kota Denpasar (jumlah semua 69 anjing) Pengamatan selama 48 yang dilakukan oleh 3 tim
Tiga jenis data diambil pada pengamatan ini, yaitu – Data tentang aktivitas anjing; – Data tentang pergerakan anjing; dan – Data sumber-sumber makanan bagi anjing Sumber: Andri Jatikusumah (CIVAS)
Profil perilaku anjing 24 jam
Kontak
Makan Grooming
Bergerak
Sosialisasi netral Istirahat
• Aktifitas dominan adalah istirahat • Proporsi bervariasi setiap individu anjing
• Anjing beristirahat 23.00-04.00 10.00-13.00 dan 18.00-20.00 • Aktifitas lain adalah perilaku netral dan bergerak terjadi sepanjang hari 00.00-23.00
Sumber: Andri Jatikusumah (CIVAS)
Rata-rata lama istirahat (menit) per hari 250 200
• Aktivitas anjing jantan lebih tinggi dari anjing betina dewasa di malam hari • Umumnya anjing beristirahat di siang hari (11:00-15:00)
150 100 50 0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Istirahat – Betina - Dewasa Rest - Female - Adult
Rest - Male - Adult Istirahat – Jantan - Dewasa Sumber: Andri Jatikusumah (CIVAS)
Rata-rata kontak anjing–manusia per jam • Kontak anjing-manusia tertinggi terjadi di pagi dan sore hari
2,5 2,1 2,0 2 1,6 1,5
1,4
1,3
1,3
kontak - Average of Adult Male Kontak-jantan dewasa
Kontak-jantan betina kontak - Average of Adult Female 1,0
1,0
1,0
1 0,8
0,8
0,9 0,8
0,4
0,8
0,8 0,5
0,5
Kontak-anak kontak - Average of laki2 Boys
1,0
0,5 0,4
0,4 0,2
0,4 0,3 0,3 0,3
0,7
Kontak-anak kontak - Average of perempuan Girls
0,8 0,7 0,4
0,5 0,2
0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
0,0 0,0
0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
0 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 23
Sumber: Andri Jatikusumah (CIVAS)
Pola pergerakan anjing
Pergerakan anjing selalu konsisten mengikuti jalan raya (3 contoh yang diplot oleh Google Earth) Sumber: Andri Jatikusumah (CIVAS)
Kontrol kelahiran Rasional
Alasan untuk menggunakan
Alasan untuk tidak menggunakan
Biologik
-Me gura gi turnover da penambahan yang peka -Dapat mengurangi ukuran populasi (relatif lambat dibandingkan pemusnahan) -Meningkatkan kesehatan dan daya hidup, sehingga mempertahankan cakupan vaksinasi
-Jumlah yang besar harus ditargetkan untuk efek yang cukup signifikan -Tidak ada pengurangan populasi jika permintaan tinggi atau ada peningkatan lalulintas untuk memenuhi permintaan -Meningkatkan daya hidup sehingga mempercepat pertumbuhan populasi
Sosial
-Manusiawi (humane) -Peningkatan kesehatan dapat diketahui pemilik/masyarakat -Mengurangi gangguan akibat anjing kawin dan anak anjing
-Tidak manusiawi (inhumane) -Respon tidak begitu terlihat
-Berpotensi untuk disuntikkan
-Mahal -Hanya beberapa sterilan yang disetujui (atau hanya untuk 1 jenis kelamin saja)
Operasional
-Permintaan akan anak-anak anjing
Sumber: Katie Hampson et al. (University of Glasgow)
Pemusnahan (culling) Rasional
Alasan untuk menggunakan
Alasan untuk tidak menggunakan
Biologik
-Mengurangi tingkat kontak dengan asumsi bergantung pada kepadatan populasi -Mengurangi ukuran populasi secara cepat -Mengeliminasi anjing terinfeksi dan yang sedang menginkubasi -Menghilangkan suseptibilitas (apabila vaksinasi ada tandanya) -Mengurangi penambahan yang peka (lebih sedikit anjing reproduktif yang bisa bertahan)
-Tidak ada efek pengurangan kepadatan terhadap penularan -Batas ambang tidak diketahui/tidak ada -Meningkatkan kontak & penyebaran akibat gangguan sosial/lalu lintas manusia -Penggantian anjing (biasanya yang tidak divaksin) mengurangi cakupan dan memungkinkan masuknya infeksi baru -Penghilangan anjing yang divaksin akan mengurangi kekebalan kelompok -Meningkatkan pertumbuhan populasi -Menyebabkan gangguan sosial
Sosial
-Respon nyata oleh lembaga yang bertanggungjawab -Persepsi logis terhadap efeknya
-Rasa dendam apabila anjing sehat/berpemilik dimusnahkan -Metoda tidak manusiawi/tidak diterima secara sosial
Operasional
-Dirasa murah dan langsung -Peralatan tersedia
-Mahal -Semakin sulit didapat -Anjing yang divaksin sulit dibedakan
Sumber: Katie Hampson et al. (University of Glasgow)
Metoda inefektif yang tidak kompromistis dengan kesejahteraan hewan • Kekurangan sumberdaya + pengetahuan + ketakutan akan rabies telah memunculkan sejumlah upaya masyarakat untuk mencoba mengendalikan populasi anjing lewat peracunan, elektrik atau menenggelamkan ke dalam air. – Peracunan dengan strychnine sampai akhir-akhir ini merupakan satu-satunya upaya pengendalian anjing yang tersedia di sejumlah negara. Anjing mati secara perlahan, kejang-kejang dan memerlukan waktu beberapa jam untuk mati.
• Pesan OIE (Terrestrial Animal Health Code): « Euthanasia anjing, jika hanya digunakan sendiri, tidak efektif untuk tindakan pengendalian. Jika digunakan, harus dilakukan secara manusiawi dan dengan kombinasi dengan tindakan lain untuk mencapai pengendalian jangka panjang yang efektif. » Sumber: Mariela Varas (OIE)
Apa yang perlu dipelajari? Anjing
• Jumlah anjing dilepasliarkan atau anjing jalanan • Di a ika populasi lepasliar (stray) (berpemilik vs lepasliar, kesejahteraan, jenis kelamin, umur, betina menyusui/bunting, anak-anak anjing) • Akses sumberdaya: apa yang menyebabkan anjing bertahan hidup dan bereproduksi? • Besaran/ukuran populasi anjing berpemilik
Perilaku Masyarakat (Apa yang difikirkan publik, apa yang diinginkan publik)
• Perilaku masyarakat terhadap anjing lepasliar? Terhadap anjingnya sendiri? • Kesadaran masyarakat tentang hubungan antara anjing lepasliar dan berpemilik ( lepasliar bisa berarti lepasliar berpemilik, tetapi memproduksi anak anjing) • Kesadaran masyarakat dan perilaku terhadap prinsip-pri sip responsible pet ownership (vaksinasi, sterilisasi, kendali reproduksi) • Apa yang menjadi kepedulian publik? Rabies? Gigitan? Gonggongan? • Apakah publik menginginkan anjingnya dilepasliarkan? vs. Apakah menginginkan anjingnya dimusnahkan? • Apakah publik bertoleransi dengan komunitas anjing jika aman/sehat, tidak agresif dan disterilisasi?
Perilaku orang (Apa yang dilakukan orang)
• • • •
Mengapa orang memiliki anjing? Bagaimana orang tersebut memperlakukan anjingnya? Pelatihan? Apakah orang tersebut membiarkan anjingnya dilepasliarkan? Diabaikan? Apakah yang dilakukan orang tersebut dengan anak-anak anjing yang tidak diinginkan jika anjingnya bunting? • Apa isu yang paling umum yang orang tidak bisa tangani sehingga menyebabkan pembiaran? Penyakit, perilaku, uang dlsbnya. Sumber: Alexandra Hammond-Seaman (RSPCA)
3. Rencana Anggaran Pemberantasan Rabies
Administrasi No Kegiatan 1 2 3 4
Pengadaan ATK dan Bahan Komputer Supplies Penggandaan dan penjilidan Jasa surat menyurat Bahan publikasi (Baliho,/spanduk/banner)
Volume
1 1 1 1
Satuan
Paket Tahun Tahun Paket
Harga Satuan 10,000,000 10,000,000
5,000,000 5,000,000
Penyusunan Program dan Rapat Koordinasi No 1
2 3 4
Kegiatan
Penyusunan Proposal Pemberantasan Rabies Rakor Tingkat Regional Rakor Tingkat Provinsi Rakor Tingkat Kabupaten
Volume Satuan
1 2 2 10
Paket Paket Paket Paket
Harga Satuan
10,000,000 67,000,000 25,000,000 10,000,000
Vaksinasi No
Kegiatan
1 2
Vaksin rabies anjing Operasional
3
Pengadaan Sarana Prasarana/Peralatan: * Kulkas * Ice Box * Colar & Penning * Spuit * Kapas * Sarung Tangan
Volume Satuan
Harga Satuan
15,000
dosis
16,000
15,000
dosis
5,000
2
unit
3,500,000
20
unit
500,000
15,000
bh
10,000
200
box
150,000
5
kg
100,000
60
box
100,000
No
Kegiatan
Volume
Satuan
* Masker 60
* Jaring / Net penangkap anjing * VAR untuk petugas
box
20
unit
50
kuur
20
unit
20
unit
10
botol
10
botol
* Thermometer * Forcep Panjang * Ketalar 50 cc
* Xylazine 50 cc * Antiseptik (alkohol 70%)
50
botol
Harga Satuan 100,000 1,000,000
800,000 75,000 750,000
850,000 500,000
15,000
Regulasi No 1
2
3
Kegiatan
Penyusunan Perda Kabupaten/Kota (Pembatasan HPR) Penyusunan Pergub Prov (Pembatasan Lalu lintas HPR) Penyusunan Instruksi Bupati/Walikota tentang Pengendalian dan Penanggulangan Rabies
Volume
Satuan
Harga Satuan 75,000,000
1
Paket 5,000,000
1
Paket
5,000,000 1
Paket
Sosialisasi Penerapan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) No 1 2 3
Kegiatan Pelaksanaan Workshop Tingkat Provinsi Pelaksanaan Workshop Tingkat Kabupaten Operasional Sosialisasi / Penyuluhan / KIE di lapang
Volume
Satuan
2 4
Paket Paket
Harga Satuan 50,000,000 25,000,000 100,000
300
OH
Pemutakhiran Data No 1
2
3
4
Kegiatan Petugas Pendata Estimasi Populasi HPR (anjing), BV Medan Petugas Pendata Estimasi Populasi HPR (anjing), Dinas Prov. Aceh Petugas Pendata Estimasi Populasi HPR (anjing), Kabupaten/Kota Analisis Data Populasi HPR di Kab/Kota oleh BV Medan
Volume Satuan
Harga Satuan 7,515,000
9
OP 350,000
30
OH 150,000
15
OH
1
Lap
5,000,000
Pengawasan Lalu Lintas No 1 2 3
Kegiatan
Pembangunan dan operasional Check Point Pembangunan dan operasional Check Point Pembangunan dan operasional Check Point
Volume
Satuan
1
Lokasi
1
Lokasi
1
Lokasi
Harga Satuan
Surveilans No 1
2 3
Kegiatan Pengambilan Sampel / Spesimen Oleh BV Medan : a) Serum darah b) Kepala anjing/otak Bahan Pengujian Laboratorium Pengambilan Sampel / Spesimen Oleh Dinas Prov Aceh : a) Kepala anjing/otak b) Bahan Pengujian Laboratorium
Volume
Satuan
Harga Satuan
9 9 1
OP OP Paket
7,515,000 7,515,000 50,000,000
90
Kepala
100,000
1
Paket
50,000,000
Peningkatan Kapasitas SDM No 1
2 3 4 5
6
Kegiatan Pembinaan Lab. Veteriner Prov. Aceh, untuk mendukung pemberantasan rabies Pelatihan Vaksinator /CC Pelatihan Dog Catcher Pelatihan Komunikasi bagi penyuluh /petugas Pelatihan Data encoder Pelatihan Penanganan Sampel
Volume Satuan
Harga Satuan 7,515,000
3 1 1
OP Paket Paket
1 1
Paket Paket
1
Paket
50,000,000 75,000,000
50,000,000 50,000,000 50,000,000
Investigasi, Diagnosa dan Penanganan Gigitan HPR No
Kegiatan
1
Investigasi dan Diagnosa: Pengumpulan data kasus penyakit Rabies Penata laksanaan kasus Gigitan HPR
2
Volume Satuan
Harga Satuan
7,515,000 9 50
OP 800,000
4. Metode Estimasi Populasi Anjing
Metode Estimasi Populasi Anjing Kampung Beberapa metode yang mungkin dapat dilakukan : 1. Metode Capture – Mark - Release - Recapture 2. Metode Sight Resight 3. Metode dengan menghitung rasio antara manusia dan anjing
Kabupaten .............. Kabupaten ........
Kec A
Kec B
Kec C
Kec ......
Desa
Desa
Desa
Desa
@ desa 25kk
@ desa 25kk
@ desa 25kk
@ desa 25kk
Estimasi Populasi Anjing: Menggunakan Rasio Anjing : Manusia Suber Informasi
Unit Perhatian
Rasio Anjing: Manusia
WHO, 1984
Asia
1 : 16
Dr. Teken Temadja, Ditjennak, 1984
Bali
1:4
Indonesia
1 : 25
Yudistira Foundation, Bali
Bali
1 : 6.5
Disnak Badung, Februari 2009
Badung
1 : 8.27
Dr. Sofyan Sudardjat, Ditjennak, 1992
Densitas Anjing Kampung dan Penduduk per Km2 di Kabupaten Badung Tipe Desa
Mean + SD
Range
95% CI
256 + 191
137 - 645
55 - 458
2.051 + 1.534
1.102 – 5.163
441 – 3.662
185 + 95
31 - 371
142 – 227
1.479 + 764
250 – 2.989
1.140 – 1.817
129 + 61
18 - 245
108 - 151
1.034 + 488
149 – 1.955
863 – 1.204
Urban (6 desa): Anjing Manusia Sub-urban (22):
Anjing Manusia Rural (34 desa);
Anjing Manusia
50 kuur
Drh. Muhammad Azhar Med Vet Madya/Koor URC-PHMS HP. 0818914043 Email:
[email protected] Website: Ditjennak.Pertanian.go.id
800,000