IV. ZOONOSIS VIRAL RABIES 1. Sinonim : - Penyakit anjing gila - HydrophobiaP - lyssa 2. Etiologi: - Virus RNA Famili : Rhabdoviridae Genus : Lyssavirus Ada 4 serotipe : a. Serotipe 1: CVS (prototipe galur virus rabies klasik). b. Serotipe 2 : LBV (Lagos bat virus), diisolasi dari kelelawar pemakan buah-buahan (Eidolon helvum) di Nigeria. c. Serotipe 3 : MOK (prototipe galur Mokola), diisolasi dan tikus celurut Afrika dan dan manusia. d. Serotipe 4 : galur yang diisolasi clan nyaimik (Culicides spp.) , dan kuda di Nigeria, dan nyamuk (Nansonia unifornils) di Sudan Dalara virus rabies kiasik, dibedakan : a. Street virus b. Fixed virus STREET VIRUS : =
adalah virus rabies yang diisolasi dan hewan dan tidak dimodifikasi.
=
tersifat oleh : * masa inkubasi yang sangat variabel dan kadang-kadang lama. * mampu menyerang kelenjar ludah.
FIXED VIRUS : =
adalah virus rabies yang diadaptasikan ke hewan lab. dengan serial passage intracerebral.
=
tersifat oleh : masa inkubasi yang pendek yaitu 4 - 6 hari. * tidak menyerang kelenjar ludah. * pada kondisi tertentu dapat bersifat patogenik bagi manusia dan hewan.
3. Distribusi: - di seluruh dunia, terutama di negara-negara yang sedang berkembang. - Negara-negara yang bebas rabies: = Australia
= Norwegia
= Jepang
= New Zealand
= Swedia
= Taiwan
= Inggris
= Spanyol
= Irlandia
= Portugal
Universitas Gadjah Mada
39
4. Kejadian dan penyakit pada manusia : -
jarang terjadi di negara yang berkembang karena program pemberantasan rabies sudah berjalan dengan balk.
-
masa inkubasi : biasanya 2 - 8 minggu, tapi dapat hanya 5 hari atau
1 tahun. Ini
tergantung pada : = jumlah virus yang diinjeksikan melalul gigitan (virus sedikit, masa inkubasi lebib lama). = tempat gigitan (jauh dan CNS, masa inkubasi lebih lama). = keganasan luka (kurang ganas, masa inkubasi lebih lama). -
gejala : =
mula-mula timbul perasaan kuatir menjadi gila.
=
sakit kepala dan sedikit demam.
=
rasa sakit dan irritasi luka gigitan.
=
fase exitasi : * sangat peka terhadap sinar dan suara. * pupil dilatasi.
= bila penyakit terus berkembang, terlihat: * kekejangan otot pengunyah, sehingga tak dapat menelan, yang berakibat hypersalLrasi dan hydrophobia. * dapat melanjut ke kejang otot secara umum, diikuti paralysis umuin dan mati karena paralysis otot pernafasan. -
kerugian yang disebabkan rabies pada manusia : 1. Mortalitas tinggi (100%). 2. Kerugian ekonomi karena kehilangan waktu selama pengobatan. 3. Mempengaruhi mental dan emosi penderita (kuatir jadi gila).
5. Kejadian dan penyakit pada hewan : -
Ada 2 tipe rabies : 1. furious 2. paralytic / dumb
-
Ada 2 siklus rabies : a. Rabies urban : = pada anjing = terjadi di negara yang sedang berkembang. = tipenya : furious dan paralytic. b. Rabies sylvatic : =
pada kelelawar (tipe paralytic) : * vampire * fructivorous * insectivorous Universitas Gadjah Mada
40
=
pada carnivora liar (tipe furious) : Yang sangat peka : * rubah *serigala
* coyote * jackal
Yang kurang peka : * skunk (sejenis musang) * raccoon * mongoose (sejenis tikus) =
secara sporadik pada : * anjing * kucing * ternak
=
terjadi di Amerika : * USA kecuali Hawaii * Amerika Latin
ANJING : -
Masa inkubasi: 10 hari - 2 bulan.
-
Rabies tipe furious mempunyai 3 fase : 1. Fase prodromal 2. Fase exitasi 3. Fase terminal
-
Gejala fase prodromal : =
sembunyi di pojok ruang yang gelap
=
anorexia.
=
sedikit demam.
=
irritasi tempat gigitan.
=
stimulasi saluran genitourinaria.
Gejala fase exitasi : =
mudah terkejut.
=
menjadi aggresif dan cenderung menggigit benda, manusia, hewan lain atau dirinya sendiri.
=
hypersalivasi karena paralysis otot pengunyah, sehingga tidak dapat menelan.
=
suaranya berubah kareria paralysis sebagian tali suaranya.
Gejala fase terminal : =
kejang secara umum.
=
inkoordinasi otot.
=
paralysis otot kaki.
Universitas Gadjah Mada
41
-
Rabies tipe paralytic / dumb : =
paralysis otot kepala dan leher.
=
fase exitasi lebih pendek atau tidak ada.
=
sukar menelan.
KUCING : -
tipe furious
-
gejala anjing
SAPI : -
etiologi : anjing dan vampire
-
gejala :
= sapi menyendiri. = irritasi tempat gigitan, digaruk, terjadi ulcerasi. = lemah dan depressi. = pupil dilatasi dan lakrimasi. = inkoordinasi otot :
* gerakan abnormal kaki belakang. * otot leher dan kaki kontraksi kuat sehingga terlihat gemetar.
= paralysis :
* sukar menelan. * ruminasi berhenti. * konstipasi menonjol.
BABI : -
jarang terjadi.
-
gejala anjing, hanya periode exitasinya lebih hebat.
KUDA, DOMBA, DAN KAMBING : -
gejala = sapi, hanya periode exitasinya lebih laraa, intensitasnya bervariasi.
6. Kejadian dan penyakit di Indonesia : -
di Indonesia penyakit rabies dikenal sejak tahun 1889 pada hewan, dan tahun 1894 pada manusia, serta undang-undang pemberantasannya telah dikeluarkan pada tahun 1926.
-
hewan yang dapat menularkan rabies di Indonesia: =
-
anjing, kucing, kera, sapi dan kambing.
rabies pada kuda di Indonesia pernah dilaporkan pada tahun 1896, dan baru-baru ini, yaitu pada tahun 1994, di kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, telah ditemukan kasus rabies pada kuda.
Universitas Gadjah Mada
42
7. Sinubr infeksi : -
Rabies urban : anjing
-
Rabies sylvatic : kelelawar =
carnivora liar
8. Gara penularan : Rabies urban : - melalui gigitan anjing gila Catatan : Tidak semua gigitan anjing gila bersifat infeksius, karena tidak semua anjing gila mengeliminasi virus rabies melalui saliva. Rabies sylvatic : - Melalui gigitan kelelawar / carnivora liar - inhalasi aerosol dari saliva / urine kelelawar insectivorous. 9. Diagnosa : -
Specimen dapat berupa : 1. otak / hippocampus / cairan cerebrospinalis 2. ludah / kelenjar ludah terutama kelenjar submaxillaris 3. serum 4. kulit
-
Kemudian diagnosa dilakukan dengan : a. Isolasi dan ideritifikasi virus rabies : =
Pemeriksaan mikroskopis untuk Negri bodies (dari hippocampus)
=
Inokulasi pada mencit (umur s/d 3 hari) secara intracerebral (dari semua specimen kecuali kulit dan ludah / kelenjar ludah)
b. Uji serologis : =
uji immunofluorescence (dan otak, ludah / kelenjar ludah dan kulit)
=
uji netralisasi (dan serum dan cairan cerebrospinalis).
Catatan : Specimen harus diawetkan sebeluni dikirim ke lab., karena kalau busuk, hasil ujiuji tsb. akan negatif. 10. Pencegahan dan pengendalian : PADA MANUSIA : 1.
Sebelum teninfeksi : -
Vaksinasi orang yang mernpunyai resiko tinggi, seperti : =
dokter hewan
=
pekerja laboratorium
=
pekerja karantina anjing
=
penjaga hutan di daerah endemik rabies Universitas Gadjah Mada
43
=
orang yang akan mengunjungi daerah endemik rabies untuk waktu cukup lama.
-
2 tipe vaksin yang tersedia saat ini : a. HDCV (Human Diploid Cell Vaccine) : vaksin inaktif yang dibuat dan virus yang ditumbuhkan dalam biakan sel diploid manusia. b. RVA (Rabies Vaccine Adsorbed) : vaksin inaktif yang ditumbuhkan pada sel diploid rhesus. -
Ke 2 vaksin ini diberikan 3 x dalam dosis 1 ml IM, yaitu pada hari ke 0, 7 dan 21 atau 28.
-
Jika resiko terinfeksi berlangsung lebih lama, dosis tunggal booster harus diberikan, atau serum diuji untuk antibodi netralisasi setiap 2 tahun, dan pemberian booster dilakukan jika ditentukan.
2.
Setelah terinfeksi : 1. Fengobatan luka : -
luka segera dicuci dengan sabun / detergent di bawah aliran air yang deras, kemudian diberi antiseptik (40 - 70% alkohol, iodium tincture, dsb.).
-
luka tidak boleh segera dijahit, supaya perdarahan dan drainase dapat bebas berjalan.
2. Immunisasi pasif dan aktif : limnunisasi pasif : -
luka diinfiltrasi dengan serum anti rabies, misalnya RIG (Rabies Immune Globulin) segera setelah terinfeksi, untuk menetralisasi virus.
-
RIG diberikan dalam dosis tunggal 20 i.U./kg, separoh diinfiltrasikan sekitar luka gigitan dan sisanya diberikan secara IM.
-
jika digunakan serum heterologous (serum asal hewan), dapat menyebabkan
terjadinya
realsi
anaphylactic,
maka
sebelum
diberikan, harus dilakukan uji intradermal, dan dosis harus dinaikkan uienjadi 40 I.U./kg. Immunisasi aktif / Vaksinasi : -
vaksinasi dapat dilaicukan karena masa inkubasi pada manusia biasanya lama, tapi harus dilakukan secepat mungkin sebelum virus mencapai CNS.
-
HDCV diberikan 5 x dalarn dosis 1 ml IM. Dosis pertama diberikan segera setelah digigit, yaitu bersamaan dengan pemberian RIG, dan dosis lainnya diberikan pada han ke 3, 7, 14 dan 28 - 35 han setelah dosis pertama. Universitas Gadjah Mada
44
3. Perlakuan terhadap hewanriya: -
anjing / kucing yang menggigit ditangkap dan diawasi selama 10 hari, jika rabies negatif, pengobatan pada orang yang digigit dihentikan.
PADA HEWAN : -
Ada 3 program : 1. Pengendalian dan pemberantasan rabies urban 2. Pengendalian rabies sylvatic 3. Peraturan internasional tentang transfer hewan
Pengendalian dan pemberantasan rabies urban : a. Eliminasi anjing jalanan dengan cara : =
dibunuh
=
dikurung (dapat diambil kembali oleh pemiliknya asal membayar denda dan anjingnya divaksinasi).
b. Anjing / kucing yang digigit hewan gila, harus dibunuh, kecuali sudah divaksinasi dan masih dalam periode kekebalan, serta tetap diawasi selama 3 bulan. c. Vaksinasi anjing dan orang yang mempunyai resiko tinggi. Pengendalian rabies sylvatic : a. Yang ditularkan oleh kelelawar pengisap darah / vampire : =
reduksi populasi vampire : Vampire di sekitar kandang / padang gembalaan ditangkap, punggungnya diolesi campuran vaselin dan diphenadione (anti koagulansia), lalu dilepas kembali ke kelompoknya. Pada waktu membersihkan bulu dan kulit, vampire saling menjilati tubuh, sehingga dapat mati karena hemorrhagi interna.
=
vaksinasi sapi di daerah terinfeksi.
b. Yang ditularkan oleh kelelawar bukan pengisap darah (pada manusia) : =
jangan memungut kelelawar yang jatuh di tanah atau menangkap yang terbang.
=
gedung-gedung disemprot dengan obat anti kelelawar.
c. Yang ditularkan oleh carnivora liar : =
reduksi populasi hospes utama virus rabies : * dengan umpan toksik : untuk skunk
: strychnine
untuk mongoose
: sodium fluoroacetat thalium sulfat Universitas Gadjah Mada
45
* dengan fumigasi gas beracun selama periode kebuntingan : untuk rubah
: cyanida hydrogen fosfat
* dengan memburu dengan senjata api dan perangkap (cara ini kurang efisien). =
vaksinasi rubah per oral (masih experiment).
Peraturan Internasional tentang transfer Hewan : a. Negara bebas rabies dilarang import anjing/kucing dan daerah terinfeksi. b. Hewan yang masuk harus diimmunisasi dan dikarantina selama 4 - 6 bulan. c. Di negara dengan rabies dan kararitina yang tidak mungkin dilakukan dalam waktu lama, anjing / kucing diizinkan masuk asal: - sudah divaksinasi - dikarantina dalam waktu singkat - tetap diawasi dokter hewan.
Universitas Gadjah Mada
46
ORF 1. Sinonim : - Dakangan - Contagious ecthyma - Contagious pustular dermatitis 2.
Etiologi : - Virus DNA Famili : Poxviridae Genus : Parapoxvirus - Virus ini sangat tahan terhadap kekeringan - Tahan hidup sampai beberapa bulan di dalam keropeng - Tidak tahan terhadap sinar ultra violet.
3.
Distribusi : - di seluruh dunia, terutama di negara yang banyak memelihara domba dan kambing.
4.
Kejadian dan penyakit pada manusia : -
berhubungan dengan pekerjaan, yaitu pada orang yang selalu kontak dengan domba / kambing, misalnya : = penggembala
= peternak
= peneukur bulu
= dokter hewan
= jagal -
masa inkubasi : biasanya 3 - 6 hari.
-
lesi : = biasanya berupa lesi tunggal, pada tangan, lengan atau muka. = berbentuk papula, vesicula, pustula dan keropeng / nodul.
-
jika tidak terjadi infeksi sekunder, lesi sembub dalam 2 - 4 minggu, keropeng lepas tanpa meninggalkan bekas.
5.
Kejadian dan penyakit pada hewan : -
Hewan yang diserang: domba dan karnbing, terutama yang muda, umur < 1 tahun.
-
Masa inkubasi : 2 - 3 han.
-
Lesi : = pada bibir, mulut, lubang hidung, kelopak mata dan telinga. = kadang-kadang pada puting dan ambing akibat menyusui anak domba / kambing yang terinfeksi.
-
Morbiditas tinggi, tapi mortalitas rendah, biasanya karena komplikasi yang disebabkan oleh infeksi sekunder. Contoh komplikasi yang panting yaitu mylasis yang disebabkan oleb larva lalat Cochliornyia horminivorax. Universitas Gadjah Mada
47
6.
Kejadian dan penyakit di Indonesia : -
Orf dikenal di Indonesia sejak tahun 1931. Sekarang orf telah dilaporkan terjadi di Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Irian Jaya, Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan.
-
Diagnosa orf di Indonesia berdasarkan gejala kliais dan uji AGP (agar gel presipitasi) dengan seakern agarose sebagai bahan agar gelnya.
-
Kerugian ekonomi karena : =
penurunan berat badan.
=
kematian anak-anak domba.
7.
Sumber infeksi : - domba dan kambing terinfeksi.
8.
Cara penularan : Pada manusia : -
-
kontak langsung dengan (melalui luka pada kulit) : =
selaput lendir hewan terinfeksi
=
lesi-lesi dan kambing induk yang menyusui
kontak tak langsung dengan : =
benda-benda tercexnar seperti :
* pisau cukur hewan * tempat pakan hewan * truk pengangkut hewan * pakaian kerja, dsb.
Pada hewan : -
kontak langsung dengan : idem pada manusia.
-
kontak tak langsung dengan : =
padang rumput yang tercemar
=
makan pakan yang sangat keras, ini dapat melukai epithel mulut, yang kemudian merupakan terapat penetrasi virus.
9.
Diagnosa : -
Specimen dapat berupa: a. Keropeng kulit clengan jaringan di bawahnya : =
untuk pemeriksaan virologi, harus diawetkan dalam gliserin NaC1 50%
=
untuk pemeriksaan histopatologi, harus diawetkan dalam formalin 10%
b. Cairan vesicular : =
specimen mi hanya tahan beberapa jam Universitas Gadjah Mada
48
c. Serum d. Ginjal embryo domba -
Kemudian dilakukan diagnosa dengan cara : 1. Isolasi dan identifikasi virus orf : =
Pemeriksaan dengan mikroskop elektron, dari : * keropeng kulit * cairan vesicula
=
Biakan sel, dari : * ginjal embryo domba
2. Uji serologis : =
uji fiksasi komplemen, dari : * serum * suspensi keropeng * cairan vesicula
=
uji immunofluorescence, dan: * serum
10. Pencegahan dan pengendalian : Pada manusia : -
Hindari kontak dengan lesi/selaput lendir hewan sakit, lebih-lebih kalau ada luka di kulit tangan, maka pakailah sarung tangan.
-
Rebus / disinfeksi alat-alat yang tercemar.
Pada hewan : -
Isolasi hewan terinfeksi.
-
Vaksinasi anak-anak domba umur 1 - 2 hari dan peternakan yang sebelumnya pernah terinfeksi, dengan vaksin yang dibuat dan suspensi bubuk keropeng yang ganas dalam cairan mengandung gliserin. Vaksin diberikan dengan cara penggoresan / pencacaran pada axilla.
-
Padang gembalaan yang terinfeksi, sebaiknya tidak dipakai lagi untuk waktu yang lama.
-
Hewan yang mati segera dibakar / dikubur dalam - dalam.
-
Karena dapat inenulani manusia, maka sebaiknya daging tidak dikonsumsi.
11. Pengobatan : -
kulit yang terinfeksi dapat diberi obat-obat topikal atau iodium tincture.
-
untuk menegah infeksi sekunder, dapat diberikan antibiotika berspektrum luas.
-
untuk memperbaiki kondisi tubuh, dapat dIberikan multivitamin. Universitas Gadjah Mada
49