IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1.
Letak Wilayah Dusun Bauluang termasuk salah satu Dusun di Desa Mattirobaji
Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar dan merupakan sebuah pulau yang terpisah dari wilayah dusun yang lainnya. Di desa Mattirobaji terdapat 6 dusun, yakni: 1.
Pulau Satangga
2.
Dusun Lantangpeo
3.
Pulau Rewatayya,
4.
Dusun Kalukuang
5.
Pulau Dayang-Dayang
6.
Pulau Bauluang
Adapun batas-batas Pulau Bauluang sebagai berikut : 1.
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Bontonompo
2.
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Polongbangkeng Selatan
3.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Manggarabombang
4.
Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar. Sedangkan secara Geografis Pulau Bauluang berada pada posisi 5°26’48”
LS - 5°27’41” LS dan 119°13’50 BT - 119°14’11” BT. Bentuk pulau ini memanjang dari utara ke selatan dimana pada sisi barat pulau ditumbuhi oleh mangrove yang sangat tebal dan lebat. Sedangkan sisi timur terbuka dari pengaruh angin timur dan pada sisi ini dijadikan wilayah pemukiman oleh penduduk
sepanjang garis pantai. Luas Pulau Bauluang 215 Ha dengan luas hutan mangrove sekitar 149 Ha. (Pirzan et al, 2004). Pulau bauluang dapat dicapai melalui jalur angkutan laut dari daratan pantai Kabupaten Takalar (muara sungai Kecamatan Mappakasunggu – Takalar Lama), dengan waktu perjalanan ±2 jam. Kapal angkutan laut yang relatif besar, setiap harinya beroperasi regular dari dan ke Dusun tompotana - Pulau Tanakeke. Dusun Tompotana - pulau Tanakeke merupakan lokasi transit, selanjutnya perjalanan selanjutnya kepulau-pulau terdekat dengan kapal yang relatif lebih kecil. Dari Dusun Tompotana - Pulau Tanakeke ke Pulau Bauluang membutuhkan waktu tempuh sekitar setengah jam. 4.2. Jumlah Penduduk Jumlah penduduk Pulau Bauluang sebanyak 497 orang dengan Kepala Keluarga sebanyak 105. 4.3. Mata Pencaharian Pokok Dalam pemenuhan kebutuhan mata pencaharian, masyarakat Pulau Bauluang pada umumnya mereka adalah nelayan, namun mereka juga mengelolah sawah tadah hujan pada musim hujan dengan menanam padi dan pada musim kemarau mereka menanam kacang tanah, ubi jalar dan sayuran. 4.4. Sarana Pendidikan Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi kemajuan masyarakat, tingkat pendidikan merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi keberhasilan masyarakat dalam melaksanakan usaha baik untuk petani ataupun sebagai
32
nelayan. Untuk lebih jelasnya jumlah penduduk yang ada di Pulau Bauluang, berdasarkan tingkat pendidikannya dapat dilihat pada Tabel 1: Tabel 1. Tingkat Pendidikan Penduduk di Pulau Bauluang Desa Mattirobaji Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar No Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk Persentase % 1 2 3 4 5 6
Tidak Pernah Sekolah SD SMP SMA Akademi ( D1 - D3) Sarjana (S1 – S2) Jumlah
192 187 56 53 4 5 497
38.63 37.62 11.26 10.66 0.80 1.00 100.00
Sumber : Hasil Sensus Penduduk Desa Mattirobaji Berdasarkan Tabel diatas menunjukkan rata-rata tingkat pendidikan masyarakat di sekitar kawasan hutan mangrove sangat rendah. Hal ini ditandai dengan rasio yang cukup tinggi antara jumlah penduduk yang memiliki tingkat pendidikan SD hingga SMA. 4.5. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor penting dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat, karena amat berhubungan dengan berbagai segi kehidupan jasmani maupun rohani. Ketersediaan sarana dan prasarana tersebut tentu akan memperlancar kegiatan masyarakat. Tabel 2 menunjukkan sarana dan prasarana di Pulau Bauluang Desa Mattirobaji.
33
Tabel 2. Sarana dan Prasarana di Pulau Bauluang Desa Mattirobaji No Sarana dan Prasarana Jumlah 1 2 3 4
Sekolah Masjid Posyandu Rumah Kerja Kelompok Tani Total
1 2 1 1 4
Sumber : Hasil Sensus Penduduk Pulau Bauluang Desa Mattirobaji, 2015 Tabel 2 menjelaskan bahwa sarana dan prasarana yang ada di Pulau Bauluang Desa Mattirobaji Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar memiliki sarana dan prasarana yang sangat minim. Terutama untuk sekolah yang hanya tersedia satu sekolah dasar saja. 4.6. Agama Bidang kepercayaan, masyarakat di Pulau Bauluang Desa Mattirobaji Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar memeluk agama Islam 99,9%. Sarana peribadatan yang tersedia adalah 2 bangunan masjid untuk sebuah pulau yang tdk terlalu luas.
34
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Identitas Responden Identitas petani menggambarkan kondisi atau keadaan serta status orang yang menjadi responden. Identitas responden ini meliputi umur, tingkat pendidikan dan jumlah tanggungan keluarga. 5.1.1. Umur Berdasarkan hasil penelitian dari 35 orang, umur responden berkisar antara 28 - 68 tahun yang lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Klasifikasi Umur Responden di Pulau Bauluang Desa Mattirobaji Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase % 28-35 5 15,67 36-43 4 13,33 44-51 8 26,67 52-60 7 23,33 61-68 6 20,00 Jumlah 30 100,00 Sumber : Data primer setelah diolah, 2016 Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa dari 30 orang responden, yang berumur 44-51 tahun sebanyak 8 orang atau 26,67%, umur 52-60 sebanyak 7 orang atau 23,33%, umur 61-68 tahun sebanyak 6 orang atau 20,00%, umur 28-35 tahun sebanyak 5 orang atau 15,67% dan umur 36-43 tahun sebanyak 4 orang atau 13,33 %. Dari hasil data diketahui bahwa umur responden yang tergolong 44-68 lebih banyak dibandingkan usia yang relatif lebih muda. 5.1.2. Pendidikan Responden Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan pola pikir masyarakat dalam mengembangkan usahanya terutama dalam pemanfaatan
ekonomi di hutan mangrove untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal yang diperoleh masyarakat semakin tinggi pula tingkat pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam mengelola hutan mangrove. Tingkat pendidikan masyarakat dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Klasifikasi Tingkat Pendidikan Responden di Pulau Bauluang Desa Mattirobaji Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%) Tidak Sekolah 10 33,33 SD 9 30,00 SMP 6 20,00 SMA 3 10,00 S1 2 6,67 Jumlah 30 100,00 Sumber : Data primer setelah diolah, 2016 Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa jumlah masyarakat yang tidak sekolah sebanyak 10 orang atau 33,33%, SD sebanyak 9 orang atau 30%, SMP sebanyak 6 orang atau 20%, SMA sebanyak 3 orang atau 10% dan STRATA 1 sebanyak 2 orang atau 6,67%. Tingkat pendidikan responden yang paling banyak adalah masyarakat yang tinggat pendidikannya hanya samapai sekolah dasar, tentunya pemahaman dan ilmu yang dimiliki sangat berpengaruh terhadap usaha dalam mengelola hutan mangrove. 5.1.3. Jumlah Tanggungan Keluarga Tanggungan keluarga adalah semua orang yang menjadi tanggungan kepala rumah tangga yang tinggal dalam rumah tersebut. Jumlah keluarga juga mempengaruhi
besarnya
biaya
yang
dikeluarkan,
tentunya
juga
dapat
mempengaruhi responden untuk terus bekerja keras dalam memenuhi kebutuhan keluarganya.Jumlah tanggungan keluarga responden dapat dilihat pada Tabel 5.
36
Tabel 5. Jumlah Responden Berdasarkan Tanggungan Keluarga. Tanggungan Keluarga Jumlah (KK) Persentase (%) 0-3 11 36,67 4-7 19 63,33 Jumlah 30 100,00 Sumber : Data primer setelah diolah, 2016 Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa masyarakat yang memiliki tanggungan keluarga 0-3 sebanyak 11 KK atau 36,67% dan 4-7 sebanyak 19 orang atau 63,33%. Sehingga dapat diketahui bahwa nelayan yang memiliki tanggungan keluarga yang banyak tentunya memerlukan biaya yang banyak pula untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. 5.2. Identifikasi Manfaat Tidak Langsung Hutan Mangrove 5.2.1. Nilai Manfaat Penahan Abrasi Manfaat tidak langsung dari hutan mangrove sebagai penahan abrasi dapat tergantikan dengan membangun beton pemecah gelombang (Water Breaker). Metode ini disebut metode proyek bayangan, Misalkan jika tidak ada ekosistem mangrove sebagai zona penahan gelombang, maka berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk membangun tanggul dari beton disepanjang pantai. Acuan yang dipakai untuk menghitung berapa besaran biaya yang dikeluarkan untuk membangun tanggul guna pencegah abrasi dan penahan gelombang dari Proyek Pembangunan Pengaman Abrasi Pantai Cikoang Kecamatan Manggarabombang Kabupaten Takalar sepanjang 500 meter yang dikerjakan pada tahun 2014 yang dikerjakan oleh PPK Sungai Dan Pantai 1 dengan biaya sebesar Rp. 7.968.480.000. Panjang garis pantai Pulau Bauluang Desa Mattirobaji Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar yang dilindungi hutan mangrove yaitu sepanjang 1.320 meter. Sehingga manfaat tidak langsung 37
mangrove sebagai penahan abrasi adalah sebesar Rp. 21.036.787.200 Nilai tersebut kemudian dibagi 10 guna untuk mendapatkan nilai per tahunnya. Dengan demikian manfaatnya adalah sebesar Rp. 2.103.678.720/tahun. Menurut hasil penelitian Setiawan (2015) di hutan mangrove Delta Mahakam, manfaat hutan mangrove sebagai penahan abrasi dengan panjang pantai 53.501,68 meter sebesar Rp. 126.381.921.260/tahun dengan daya tahan 10 tahun. Perbedaan nilai pada penelitian Setiawan (2015) ini disebabkan lokasi dan panjang pantai yang diteliti. 5.2.2. Nilai Manfaat Penyedia Pakan Alami. Keberadaan hutan mangrove disuatu satuan wilayah pesisir pantai dapat menyediakan pakan secara alami bagi berbagai jenis makhluk hidup yang berdiam daerah tersebut termasuk pakan untuk udang. Ketersediaan pakan ini dapat menjamin kelangsungan hidup populasi udang disekitar hutan mangrove di Pulau Bauluang Desa Mattirobaji Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar ini ditandai oleh banyaknya udang yang dapt ditangkap oleh masyarakat setempat. Penghitungan nilai manfaat pilihan hutan mangrove sebagai penyedia pakan alami dapat dihitung berdasarkan sumber daya yang menggantikannya (Direct Subsitute Approach) diestimasi dengan jumlah pakan yang dibutuhkan untuk setiap kilogramnya benur udang yang dipelihara ditambak hinggah dapat dipanen kemudian dikalikan dengan harga pupuk yang digunakan untuk memupuk lumut dan mikrooraganisme kecil lainnya sebagai pakan udang didaerah tersebut. Selengkapnya data responden penangkap udang disajikan dalam Tabel 6.
38
Tabel 6. Responden nelayan penangkap udang di Pulau Bauluang Desa Mattirobaji Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar. Responden
A1 A2 A4 A6 A7 A10 B1 B2 B3 B7 B9 B10 C2 C3 C5 C6 C7
Intensitas Penangkapan (Minggu)
2 3 1 2 2 1 3 1 1 1 2 3 3 1 1 2 3 C8 2 C9 1 JUMLAH 35 Sumber : Data primer setelah di olah, 2016
Hasil Tangkapan (Kg/Tahun)
78.56 176.76 117.84 78.56 39.28 78.56 117.84 78.56 117.84 78.56 157.12 58.92 353.52 78.56 58.92 117.84 235.68 157.12 78.56 2.258,61
Dari Tabel 6. di ketahui bahwa hasil tangkapan udang oleh responden disekitar hutan mangrove Pulau Bauluang Desa Mattirobaji Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar sebanyak 2.258,61 kg setiap tahunnya dengan 9 bulan aktif kegiatan pencarian yaitu dari bulan 4 sampai bulan 12, sementara untuk bulan 1 sampai bulan 3 tidak dapat dilakukan pencarian karena intensitas hujan yang sangat tinggi. Menurut data hasil wawancara dengan salah seorang penambak udang di pulau tersebut untuk 1 Ha tambak butuh benur 180.000 ekor/tahun dengan 3 kali masa panen dengan kebutuhan pakan sekitar 1.800 kg sementara harga pakan 2.600/kg. Maka untuk setiap ekor benur membutuhkan pakan sekitar 10 gram atau
39
seharga Rp.260/ekor. Dengan metode Direct Substitute Approach maka dengan luas
hutan
mangrove
Pulau
Bauluang
Desa
Mattirobaji
Kecamatan
Mappakasunggu Kabupaten Takalar 149 Ha yang menghasilkan 2.258,61 kg/tahun atau 90.344,4 ekor jika dalam 1 kilogram udang mencapai 40 ekor. Total nilai manfaat hutan mangrove Pulau Bauluang Desa Mattirobaji Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar sebagai penyedia pakan udang alami telah memberikan pakan sekitar 903,44 kg atau seharga Rp.2.348.954,4/tahun. 5.2.3. Nilai Manfaat Pencegah Intrusi Air Laut Salah satu manfaat besar yang diberikan oleh hutan mangrove terhadap masyarakat Pulau Bauluang Desa Mattirobaji Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar adalah Pencegahan intrusi air laut. Ini dibuktikan dengan banyaknya masyarakat dari pulau sekitarnya yang mengambil air tawar dari pulau ini. Termasuk masyarakat dari pulau Tanakeke dan pulau Satangnga yang menjadi pulau terdekat dari Pulau Bauluang. Manfaat ini dapat diukur dengan metode biaya pengganti, pendekatan ini merupakan suatu metode valuasi ekonomi berdasarkan pengeluaran potensial. Biaya pengganti adalah jumlah pengeluaran untuk memperoleh kembali barang atau jasa yang sama (Harahap, 2010). Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 7.
40
Tabel 7. Responden Pengguna Air Tawar Berdasarkan Jumlah Keluarga Di Pulau Bauluang Desa Mattirobaji Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar
No.
Respo nden
Umur
Pekerjaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10 C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 C10
42 47 28 32 63 45 58 65 55 49 45 30 53 66 60 61 32 68 47 36 62 47 52 44 28 37 42 50 55 52
Nelayan Petani Guru Nelayan Guru Petani Nelayan IRT IRT Nelayan Nelayan Petani Nelayan IRT Nelayan Nelayan Petani Nelayan Nelayan Nelayan Petani Nelayan Nelayan IRT Nelayan Nelayan Nelayan Petani Nelayan Nelayan
Jumlah keluarga
4 5 3 4 5 7 6 2 2 5 5 3 3 4 4 5 4 4 3 4 3 5 6 2 3 4 3 3 4 4
Total kebutuhan air (liter/hari)
139 171 118 144 177 216 204 81 86 157 167 118 113 150 150 167 140 140 103 130 118 162 194 76 98 125 108 108 145 150
4155 Total 119 138.5 Rata-rata 3.9 Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2016
Total kebutuhan air (liter/tahun)
50.735 62.415 43.070 52.560 64.605 78.840 74.460 29.565 31.390 57.305 60.955 43.070 41.245 54.750 54.750 60.955 51.100 51.100 37.595 47.450 43.070 59.130 70.810 27.740 35.770 45.625 39.420 39.420 52.925 54.750 1.516.575 50.552,5
Nilai air (biaya pengganti) .
5.073.500 6.241.500 4.307.000 5.256.000 6.460.500 7.884.000 7.446.000 2.956.500 3.139.000 5.730.500 6.095.500 4.307.000 4.124.500 5.475.000 5.475.000 6.095.500 5.110.000 5.110.000 3.759.500 4.745.000 4.307.000 5.913.000 7.081.000 2.774.000 3.577.000 4.562.500 3.942.000 3.942.000 5.292.500 5.475.000
151.657.500 5.055.250
41
Jumlah
KK
di
Pulau
Bauluang
Desa
Mattirobaji
Kecamatan
Mappakasunggu Kabupaten Takalar sebanyak 105 dengan jumlah penduduk 497 orang. Jika rata-rata penggunaan air per KK/hari sebanyak 138,5 liter atau 50.552,5 liter pertahun dengan harga Rp. 5.055.250/KK/tahun. Jika dikalikan dengan jumlah KK 105 maka didapatkan total Rp. 151.657.500 -, Berdasarkan hasil penelitian ini maka nilai manfaat hutan mangrove sebagai pencegah intrusi air laut di Pulau Bauluang Desa Mattirobaji Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar sebesar Rp. 151.657.500-, 5.3.
Identifikasi Manfaat Pilihan dari Hutan Mangrove
5.3.1. Nilai Pemeliharaan Keanekaragaman Hayati (Biodiversity) Nilai manfaat ini dapat dihitung berdasarkan besarnya biaya untuk merehabilitasi hutan mangrove. Besaran biaya ini mengacu pada anggaran biaya dari Peraturan Direktur Jenderal Bina PBDASPS Sulawesi Selatan Tentang Ancar-Ancar Harga Satuan Pokok Kegiatan Pembangunan Bidang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Dan Perhutanan Sosial Tahun 2014. Untuk setiap hektar dengan total tanaman 3.300 batang/Ha membutuhkan biaya sebesar Rp. 6,440,000. Luas hutan mangrove Pulau Bauluang Desa Mattirobaji Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar yaitu 149 Ha. sehingga nilai manfaat pilihan hutan mangrove di Pulau Bauluang Desa Mattirobaji Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar yaitu sebagai pemelihara keanekaragaman hayati sebesar Rp. 959.560.000.
42
5.4.
Total Nilai Manfaat Ekonomi Hutan Mangrove Nilai ekonomi total hutan mangrove diperoleh dengan menjumlahkan
semua nilai yang terkandung dalam nilai manfaat tidak langsung. nilai manfaat ekonomi dari nilai manfaat tidak langsung sebagai penahan abrasi, nilai manfaat penyedia pakan alami, nilai manfaat pencegah intrusi air laut. Hasil penjumlahan dari ketiga manfaat tidak langsung tersebut diperoleh nilai total manfaat tidak langsung hutan mongrove. Secara lengkap nilai manfaat tidak langsung dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 18. Total Nilai Manfaat Ekonomi Hutan Mnagrove No Nilai Manfaat Ekonomi Nilai total (Rp) 1 Penahan Abrasi 2.103.678.720 2 Penyedia Pakan Alami 2.348.954,4 3 Pencegah Intrusi Air Laut 151.657.500 4 Pemeliharaan keanekaragaman hayati 959.560.000 Total 3.217.245.174,4 Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2016 Berdasarkan Tabel 8. diketahui bahwa total nilai manfaat ekonomi hutan mangrove sebagai penahan abrasi memiliki nilai terbesar dengan nilai total Rp. 2.103.678.720 pertahunnya dengan panjang garis pantai yang ditumbuhi hutan mangrove 1.320 meter. Kemudian manfaat ekonomi hutan mangrove sebagai pemelihara keanekaragaman hayati sebesar Rp. 959.560.000 dengan luas hutan mangrove 149 Ha.. Kemudian manfaat ekonomi hutan mangrove sebagai pencegah intrusi air laut dengan total nilai Rp. 151.657.500. Sedangkan nilai manfaat hutan mangrove sebagai penyedia pakan alami hanya sebesar Rp. 2.348.954,4.
43
Nilai manfaat total dari hutan mangrove merupakan penjumlahan dari manfaat-manfaat hutan mangrove yang telah diidentifikasi dan dikuantifikasi. Total nilai manfaat ekonomi hutan mangrove dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Presentase Total Nilai Mnafaat Ekonomi Hutan Mangrove No Nilai Manfaat Ekonomi Nilai total (Rp) Presentase (%) 1
Manfaat tidak langsung
2
Manfaat pilihan Total
2.257.685.174
70,17
959.560.000
29,83
3.217.245.174
100,00
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2016 Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa total nilai manfaat ekonomi hutan mangrove dari manfaat tidak langsung dan manfaat pilihan di dapatkan hasil bahwa manfaat pilihan lebih besar nilainya jika dibandingkan dengan manfaat tidak langsung. Hal ini membuktikan bahwa hutan mangrove memiliki intangible benefit (nilai jasa dan lingkungan) yang sangat tinggi sehingga pentingnya estimasi nilai ekonomi hutan mangrove kedalam nilai rupiah agar masyarakat mengetahui betapa besarnya nilai ekologi hutan mangrove yang selama ini diabaikan oleh masyarakat karena dianggap tidak memiliki nilai pasar. Hasil penelitian Benu, Timban, Kaunang dan Ahmad (2011) di hutan mangrove Desa Palaes, Kecamatan Likupang Barat, Kabupaten Minahasa Utara menunjukkan nilai ekonomi total sebesar Rp. 10.888.218.122,00 per tahun dengan nilai guna tak langsung sebesar 97,99% atau Rp. 10.671.627.482,00 per tahun. Artinya hutan mangrove Desa Palaes mempunyai manfaat dan fungsi yang penting sebagai sumberdaya ekonomi maupun sumberdaya ekologi bagi kehidupan masyarakat yang berada di sekitarnya. Begitu pula dengan hasil penelitian. Sofian (2012), nilai ekonomi total hutan mangrove di Desa Penunggul, 44
Kecamatan Nguling, Kabupaten Pasuruan sebesar Rp 5.195.443.820,00 per tahun dengan nilai guna tak langsung sebesar 61,93% atau Rp 3.217.760.180,00 per tahun.
45
VI. PENUTUP 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian nilai manfaat ekonomi hutan mangrove di Pulau Bauluang Desa Mattirobaji Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar dapat disimpulkan bahwa : 1. Manfaat hutan Mangrove di Pulau Bauluang Desa Mattirobaji Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar terdiri atas manfaat tidak langsung dan manfaat pilihan. Manfaat tidak langsung meliputi manfaat sebagai penahan abrasi, sebagai penyedia pakan alami, dan sebagai pencegah intrusi air laut. Sedangkan manfaat pilihan berupa pemeliharaan keanekaragaman hayati (Biodiversity). 2. Nilai manfaat ekonomi tidak langsung hutan mangrove dari manfaat sebagai penahan abrasi sebesar Rp. 2.103.678.720, nilai manfaat sebagai penyedia pakan sebesar
Rp. 2.348.954,4, dan nilai manfaat sebagai
pencegah intrusi air laut sebesar Rp. 151.657.500 3. Nilai
manfaat
pilihan
hutan
mangrove
sebagai
pemelihara
keanekaragaman hayati adalah sebesar Rp. 959.560.000 Nilai tersebut kemudian diestimasikan dengan biaya rehabilitasi hutan mangrove perhektar. Dengan luas hutan mangrove Pulau Bauluang Desa Mattirobaji Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar 149 hektar.
6.2. Saran Dengan memperhatikan nilai ekonomi total yang diperoleh dari ekosistem hutan mangrove di Pulau Bauluang Desa Mattirobaji Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar, ternyata hutan mangrove mempunyai manfaat dan fungsi yang penting sebagai sumberdaya ekologi bagi kehidupan masyarakat yang berada disekitarnya.
47