21 NOVEMBER -9 DESEMBER 2016 TEATER KECIL, TAMAN ISMAIL MARZUKI TEATER LUWES, INSTITUT KESENIAN JAKARTA
FTJ 1
KATALOG
FTJ 2
//TRANS>
FTJ 3
FTJ 4
SAMBUTAN Sambutan Pelaksana Tugas Gubernur Provinsi DKI Jakarta Sambutan Kepala Dinas Pariwisata Provinsi DKI Jakarta Sambutan Ketua Pengurus Harian Dewan Kesenian Jakarta //TRANS>
Lenong Denes Puja Betawi Sahibul Hikayat Ita Saputra Wayang Orang Bharata Sandiwara Sunda Miss Tjitjih LOKAKARYA Fotografi Seni Pertunjukan Jurnalistik Seni Pertunjukan Riset Teater Lewat Jalan Mural DISKUSI Biografi Penciptaan Arsip Teater Estetika dalam Tantangan Masa Kini Presentasi Manajemen & Desain Komunikasi Visual FTJ 2016 Pembacaan Kuratorial FTJ 2016 PROGRAM LINTAS MEDIA Pameran Arsip Teater Kafe Aktor Kedai Kuliner dan Buku PENUTUPAN Pentas SEMEGIAI Random 02 MuDA (Jepang) PANITIA PENYELENGGARA FTJ 2016 UCAPAN TERIMA KASIH
FTJ 5
SAYAP KLASIK
FTJ 6
SAMBUTAN PELAKSANA TUGAS GUBERNUR PROVINSI DKI JAKARTA
Salam Budaya, Untuk mencapai tujuannya sebagai kota seni-budaya berkelas internasional, Jakarta memerlukan sebanyak mungkin acara seni-budaya yang bermutu. Sejauh ini acara-acara seni-budaya yang bersifat populer telah disajikan oleh tempat-tempat hiburan, pusat-pusat perbelanjaan, hingga festival-festival yang digagas oleh pihak swasta maupun kelompok masyarakat. Meskipun begitu, minat kepada acara-acara seni-budaya yang lebih serius dan tinggi nilai artistik dan estetiknya tetaplah memerlukan penyaluran. Untuk acara-acara jenis ini Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta telah merancang sejumlah festival baik untuk kalangan umum maupun pelajar/ mahasiswa. Festival Teater Jakarta (FTJ) adalah salah satu festival teater yang mendapat dukungan dari Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta. Jika kita membuka kembali arsip penyelenggaraan FTJ—awalnya bernama Festival Teater Remaja (FTR)—akan terlihat betapa pentingnya festival teater ini bagi kehidupan teater di Jakarta. Melalui prakarsa sejumlah seniman dan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), festival ini berhasil menyemarakkan kehidupan teater dan meningkatkan minat remaja kepada kegiatan seni-budaya. Kesemarakan berfestival bukan hanya terjadi ketika babak final festival digelar di Taman Ismail Marzuki (TIM), tetapi juga di gelanggang-gelanggang remaja di lima wilayah DKI Jakarta ketika FTJ menjalani babak penyisihan.
Kini penyelenggaraan FTJ telah memasuki tahun ke-43. Sudah banyak kelompok teater yang dinyatakan senior dan mendapat pembinaan dari DKJ. Dan selama itu pula, dukungan Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta tidaklah surut. Kami percaya dukungan ini telah memperkuat sendi-sendi kehidupan kesenian, khususnya teater, di Jakarta. Lebih jauh lagi, dukungan ini adalah juga bagian dari komitmen kami untuk menjadikan Jakarta sebagai kota senibudaya bertaraf internasional. Karena itu, kami harapkan FTJ tetap berjalan pada relnya, yakni menjadi ladang yang subur bagi pertumbuhan kelompok-kelompok teater di Jakarta dan DKJ sebagai penyelenggara mampu melakukan pembinaan kepada para juara secara berkelanjutan. Atas semua ini, kami juga berterima kasih atas kerja keras pelbagai pihak yang terlibat dalam program ini: peserta, panitia, penonton, media massa, bahkan mitra program dan sponsor sekalian. Kami percaya segala kerja keras yang penuh kecintaan ini akan membuahkan hasil yang baik. Karena itu, tetaplah bekerja keras demi kehidupan seni-budaya yang lebih baik, beragam dan meriah di kota kita tercinta ini. Selamat berfestival dan mencetak prestasi tertinggi.
Pelaksana Tugas Gubernur Provinsi DKI Jakarta
Soni Sumarsono
FTJ 7
SAMBUTAN KEPALA DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN PROVINSI DKI JAKARTA
Assalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh. Festival Teater Jakarta (FTJ) yang semula bernama Festival Teater Remaja adalah salah satu festival teater tertua di Jakarta, bahkan di Indonesia. Penyelenggaraan FTJ yang pada tahun ini memasuki usia ke-43, telah menghasilkan puluhan kelompok teater yang ikut menandai perkembangan dan pertumbuhan teater di Indonesia. Penyelenggaraan FTJ punya semacam mandat historis untuk memberikan rangsangan dan peluang bagi tumbuh-kembangnya perteateran yang semakin berkualitas, menghibur, mendidik dan mencerahkan serta menjadikan teater sebagai kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta melalui APBD Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, pada 2016 ini kembali menyelenggarakan FTJ bekerja sama dengan Komite Teater Dewan Kesenian Jakarta. Melalui penyelenggaraan FTJ serta kegiatan-kegiatan seni-budaya lainnya di Jakarta, kami berharap akan
semakin mengukuhkan citra Jakarta sebagai kota seni-budaya. Atas hajatan kesenian yang besar dan penting ini, saya berterima kasih kepada semua pihak dan seluruh insan teater yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung. Semoga penyelenggaraan FTJ kali ini menjadi momentum penting bagi perubahan orientasi FTJ ke arah yang lebih luas dan berkelas. Semoga pertumbuhan teater di Jakarta menjadi lebih baik lagi. Selamat berfestival. Wassalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh. Jakarta, November 2016 Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta
Catur Laswanto
NIP 196101041987091002
FTJ 8
SAMBUTAN KETUA PENGURUS HARIAN DEWAN KESENIAN JAKARTA
Kami gembira karena FTJ kali ini mencoba mengubah orientasi festivalnya, dari festival yang melulu berisi kompetisi menjadi festival yang lebih beragam dan meriah dengan pentas para penampil tamu, kegiatan diskusi dan lokakarya serta kegiatan pendamping lainnya. Perubahan ini tentu saja tidak bisa serta-merta berjalan. Ia memerlukan proses yang berkesinambungan dengan sosialisasi menyeluruh ke lima wilayah kota Jakarta. Perubahan ini juga tidak bisa berjalan jika hanya berangkat dari DKJ selaku penggagas, tetapi memerlukan dukungan penuh dari kelompok-kelompok teater peserta festival dan Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan.
Visi utama Festival Teater Jakarta 2016 adalah lintas media. Festival kali ini mencoba mengelola setiap batas titik singgung, batas antara teater dan media lain yang mengelilinginya; batas tubuh, bahasa dan ruang. Kami menyebutnya sebagai //trans>
telah bekerja keras menyiapkan FTJ 2016. Juga kepada segenap panitia, peserta dan khalayak penonton. Semoga festival ini bisa berlangsung lancar dan menghasilkan tidak hanya para jawara teater baru tetapi juga pemikiran-pemikiran yang akan berguna bagi dunia teater kita Selamat berfestival. Jakarta, November 2016
Irawan Karseno
Ketua Pengurus Harian Dewan Kesenian Jakarta
//T
RA
//
Fe Ja st k a i va rt l T a e 20 at 16 er
Namun, sebagaimana umum diketahui, FTJ sebenarnya menghasilkan hanya “sedikit” kelompok teater bermutu baik dan bisa bertahan hingga hari ini. Meski label “remaja” sudah dihapuskan sejak 1984—karena itu namanya berubah dari Festival Teater Remaja (FTR) menjadi Festival Teater Jakarta—festival ini hampir selalu berada dalam suasana remaja. Teater pada akhirnya adalah dunia remaja yang akan segera tamat begitu penggiatnya dewasa, berkeluarga dan bekerja. Jika ada satu-dua kelompok teater produk FTJ yang bertahan dan tetap
FTJ 9
Sepanjang hampir empat setengah dasawarsa, Festival Teater Jakarta (FTJ) tumbuh dalam patronase Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ). Dalam kondisi seperti ini kelompok-kelompok teater remaja-amatir di Jakarta mendapatkan bukan hanya kesempatan berkompetisi secara berkala, tetapi juga serangkaian pembinaan bagi para juaranya. Mereka merayakan festival setiap tahun dan memberi ucapan selamat kepada para juara di antara mereka. Festival pada akhirnya menjadi rutin dan sekadar program yang mesti dijalankan. Pola pembinaan seperti ini mungkin tidak kita temukan di kota-kota lain di Indonesia.
FTJ 10
PENGANTAR KURATORIAL
berproduksi hingga saat itu, itu berarti, mereka telah melewati masa remaja dan sepenuhnya memandang teater sebagai dunia kaum dewasa, yang dijalankan dengan penuh komitmen dan pengabdian pada dunia kesenian pilihan mereka. Di sisi lain, FTJ juga tampak sebagai laboratorium teater yang nyaris terpisah dari pertumbuhan seni kontemporer di Jakarta. Kelompok-kelompok teater peserta FTJ telah berkembang dalam “tempurung festival”. Mereka seperti tidak bersangkutpaut dengan perkembangan teater di Jakarta pada umumnya, bahkan dengan teater di Indonesia hari ini. Dalam konteks Jakarta saja mereka mesti berhadapan dengan kelompok-kelompok teater yang bertumbuh di luar festival dan kelompok teater senior yang sudah lebih dulu mencatatkan keharuman nama mereka. Sementara kelompok-kelompok teater terbaik dari kota-kota lain di Indonesia hampir bisa dipastikan bukanlah lawan tanding mereka. Yang akan segera tampak dalam perbandingan ini adalah kemiskinan wawasan, kelemahan manajemen, tidak adanya tradisi riset dan studi kritis, tidak adanya wawasan internasional pada kelompok teater remaja-amatir di Jakarta. Lantas, bagaimana kita melihat FTJ sekarang ini. Sejumlah pertanyaan kritis bisa diajukan: Bagaimana posisi FTJ di tengah konstelasi perteateran di
Jakarta dan Indonesia? Apa sumbangsih penting FTJ bagi perkembangan teater di Jakarta? Sekadar melahirkan dan membina para jawara teater atau bisa berkembang lebih luas dari itu? Bagaimana mestinya watak festival FTJ? Bagaimana FTJ berkontribusi terhadap upaya Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta yang mengancang Jakarta sebagai kota seni-budaya bertaraf internasional? Untuk itulah FTJ 2016 mengancang sejumlah perubahan. Dengan tema utama “Transisi”—yang ditulis dengan gaya bahasa pemrograman komputer menjadi //TRANS>
(Sandiwara Penggemar Maya), bahkan kepada bentuk teater sekolahan yang diperkenalkan oleh Akademi Seni Drama dan Film (Asdrafi) di Yogyakarta pada 1950 dan Akademi Teater Nasional Indonesia (ATNI) di Jakarta pada 1955. Kait-mengait antara tradisi dan modernitas di lapangan teater akan dibaca dalam konteks sosialpolitik Indonesia masa itu. Juga dengan meneropong tahun-tahun pertumbuhan teater Indonesia setelah DKJ dan TIM berdiri pada 1968, dasawarsa yang ditandai sebagai puncak avantgardisme penciptaan seni di Indonesia. Apa yang dipahami sebagai “transisi” dalam FTJ kali ini mesti diuji berkali-kali. Paling tidak, ia tidak boleh berhenti kali ini saja. Pada akhirnya transisi itu juga menyangkut sikap dan komitmen DKJ, khususnya Komite Teater, untuk terus menghidupkan FTJ dengan kualitas yang makin baik dan menjangkau publik yang lebih luas dan beragam. Ke depan, FTJ juga mesti menjadi barometer perkembangan teater, bukan hanya di Jakarta tetapi juga di Indonesia. Itulah mengapa secara perlahan-lahan watak internasional festival ini mulai diperkuat. Semoga yang terakhir ini bisa menjadi daya tarik kota Jakarta yang mengancang dirinya sebagai sebagai kota seni-budaya bertaraf internasional.
D E WA N K U R AT O R Autar Abdillah Dindon W.S. Fabianus Hiapianto Gandung Bondowoso Nirwan Dewanto
FTJ 11
festival yang meriah beragam bentuk pementasan, diskusi, lokakarya, pameran arsip dan pasar seni. Sebuah festival yang mencoba mengakomodasi perkembangan seni-seni lain demi memperkaya bentukbentuk pementasan, termasuk dengan mengundang kelompok-kelompok teater dari luar Jakarta dan luar negeri. Juga festival yang mencoba memperluas jangkauannya ke luar lingkungan TIM sebagai pusat kesenian, di samping menawarkan panggung bagi peserta dari yang konvensional (prosenium, arena, dalam ruangan) ke non-konvensional (halaman, luar ruangan). Begitulah, FTJ kali ini mencoba mengubah warna festivalnya. FTJ 2016 tidak melulu menampilkan para finalis dari lima kota administrasi di DKI Jakarta, tetapi juga menampilkan kelompok-kelompok teater dari produk festival di luar FTJ, baik dari khazanah tradisi maupun modern. Enam belas finalis akan tampil di Sayap Utama, sementara kelompok-kelompok teater undangan akan tampil di Sayap Klasik (Sandiwara Sunda Miss Tjitjih, Wayang Orang Bharata, Lenong Denes, Sahibul Hikayat), Sayap Perspektif (kolaborasi seniman di pembukaan, kelompok teater MuDA dari Jepang di penutupan), Sayap Tamu (Padepokan Seni Madura, Jaring Project, Artery, Sena Didi Mime Indonesia). Selain produksi pertunjukan, FTJ kali ini juga menyajikan sejumlah lokakarya dan diskusi. Mulai dari lokakarya multimedia, fotografi pertunjukan, peliputan seni pertunjukan hingga riset teater melalui mural. Sementara diskusi tentang biografi penciptaan, tantangan estetika masa kini, arsip teater hingga pembacaan kuratorial. Selain itu masih ada penerbitan jurnal FTJ, forum kafe aktor, pasar seni dan pameran buku. Berkaitan dengan pameran dan diskusi arsip, FTJ kali ini mencoba menyoroti proses transisi kelompok teater di Indonesia sepanjang dasawarsa 19401960. Hal penting yang terjadi dalam dua dasawarsa itu adalah perubahan orientasi dari generasi tonil (semacam Dardanella dan Orion) ke generasi teater modern
FTJ 12
FTJ 13
PEMBUKAAN SAYAP PERSPEKTIF
FTJ 14
SAYAP PERSPEKTIF
Pembukaan FTJ 2016
3T>TO-THE-TIT Sutradara: Yustiansyah Lesmana Dramaturg: Taufik Darwis Durasi: 30 Menit Senin, 21 November 2016 19:00 WIB Plaza Teater Kecil
Pembukaan FTJ 2016 akan menampilkan pentas kolaboratif sejumlah seniman dari disiplin berbeda. Disutradarai oleh Yustiansyah Lesmana dengan dramaturg Taufik Darwis, kolaborasi ini akan menanggapi instalasi bambu The Leviathan Lamalera karya Jonas Sestakresna. Selain Jonas dan karya instalasinya, mereka yang akan tampil adalah VJ Macula (video mapping), Ensemble Tikoro, Wayang Orang Bharata dan sejumlah pemain lainnya. Ide dasar kolaborasi ini diturunkan dari tema besar FTJ 2016: //TRANS>
FTJ 15
PROFIL Jonas Sestakresna adalah seniman rupa yang berfokus pada media baru dan dikenal lewat penciptaan berbagai pertunjukan multimedia dengan instalasi bambu—yang sarat dengan pesan penyelamatan lingkungan hidup. Ia juga mengajar teater dan seni video. Salah satu karyanya pernah dipamerkan dalam Jakarta Biennale 2015. Yustiansyah Lesmana mulai menyutradarai pertunjukan Teater Ghanta pada 2009. Lewat pentas Likukuliku (2014) produksi Teater Ghanta ia meraih penghargaan Sutradara Terbaik pada Festival Teater Jakarta 2014. Sebagian besar karyanya menggunakan nama benda, misalnya Dari Jam Ban Ke Speed Tank (2009),
Gaspol Remblong (2011). Sedangkan karyanya yang lain, Jakarta Karikatur (2012) dan Stiang? (2014), adalah pengolahan akar tradisi dalam teater kontemporer. Taufik Darwis memfokuskan diri sebagai dramaturg penciptaan teater, tari dan musik setamat dari STSI Bandung pada 2011. Ia juga mengikuti program “work in progress” praktik kuratorial tari di Indonesian Dance Festival 2016. Sebelumnya, pada 2014, ia meneliti relasi teater di Bandung dengan pembentukan subyek politik publiknya dan sebagian hasil penelitiannya akan dipresentasikan DKJ pada Desember nanti. Taufik aktif bersama Bandung Performing Arts Forum (BPAF).
Ensemble Tikoro adalah kelompok paduan suara yang memainkan suara leher dengan mengolah teknik vokal dalam musik metal, extended vocal, gangsa, ngolotrok dan teknik throat singing lainnya. Ansambel ini dibentuk oleh komunitas Bandung Death Metal, musisi dan mahasiswa seni di Bandung yang menyukai musik metal. Ensemble Tikoro menjadi tempat mengolah dan mengembangkan teknik bernyanyi dengan suara leher, di samping sebagai tempat diskusi dan pembelajaran musik kontemporer.
KOLABORATOR Jonas Sestakresna & Rumah Kreatif Jati Tujuh (instalasi); Jonas Sestakresna, APE (After Party Experiment) & VJ Macula (multimedia/video mapping); Ensemble Tikoro (guttural vocal ensemble); Taufik Darwis (dramatug); Yustiasyah Lesmana (sutradara); Wayang Orang Bharata (Raksasa, Gatot Kaca, Shinta); Diah Lestari, Endang Kahfi, Endang Kahfi, Khairul Fiqih Firmansyah, John Heryanto, Yusuf Bakrie, Washadi (pemain).
TIM PRODUKSI Pemimpin Produksi Ajeng Nurul Aini Manajer Produksi Yulia Darnis Manajer Panggung Dadang Juni Rafi’i Awak Panggung Ujang Supradi, Budi Anto Penata Cahaya Azis Indriyanto Asisten Penata Suara Helmy Fauzan Penata Set & Properti Mukhlis Abot
FTJ 16
INSTALASI & LOKAKARYA
The Leviathan Lamalera
SENIMAN
Jonas Sestakresna Pameran: 21 November9 Desember 2016 Pelataran TIM & Pelataran Teater Kecil
Festival Teater Jakarta 2016 bukan melulu peristiwa teater, tetapi juga peristiwa seni rupa. Selama festival ini juga ada satu karya instalasi yang menjadi penanda penting. Yakni, The Leviathan Lamalera. The Leviathan Lamalera karya Jonas Sestakresna adalah proyek instalasi bambu dalam bentuk Paus Sperma (Koteklema). Mamalia ini biasa diburu oleh penduduk Desa Lamalera, Lembata, Flores Timur—oleh karena itu pula masyarakat Lamalera dikenal sebagai “Pemburu Paus”. Sebelumnya proyek ini juga dikerjakan Jonas di Lamalera untuk memberi empati kepada masyarakat setempat agar tetap menjaga warisan budaya tersebut. Di sana Jonas juga mengundang seniman dan warga biasa untuk berlatih seni dan menghasilkan pertunjukan multimedia. Instalasi ini akan berkembang menjadi museum kecil multimedia dengan menyusun kembali tulang-tulang mamalia tersebut di Lamalera.
Sensor Gerak Lokakarya ini akan memperkenalkan alat penangkap gerak berupa kamera dan kinectbox 360 dan pemrograman sederhana. Juga memperkenalkan program visual jockey yang digunakan untuk proyektor. Lokakarya ini bisa menjadi alternatif tampilan artistik atau laku aktor dalam sebuah pentas teater. Pada tingkat lebih lanjut, pemrograman komputer juga bisa memanfaatkan seseorang untuk memerintah suara atau cahaya.
FTJ 17
LOKAKARYA MULTIMEDIA
PEMATERI
Jonas Sestakresna, A.P.E. & VJ Macula Selasa, 22 November 2016 11:00 WIB Kineforum Untuk pendaftaran, sila hubungi 081284709400 (Ardian)/ [email protected]
FTJ 18
FTJ 19
SAYAP UTAMA PARA PEMENANG FTJ WILAYAH
FTJ 20
SAYAP UTAMA
Teenagers Voice
PENAMPIL
SINOPSIS
CATATAN SUTRADARA
TEATER PETRA (Jakarta Pusat)
Teenagers Voice adalah sebuah komunitas jurnalistik remaja. Komunitas mereka berhasil memenangi kontes video jurnalisme warga yang diadakan oleh salah satu stasiun televisi. Setelah berhasil memenangi kontes tersebut, salah seorang anggota mereka yang bernama Sidik berniat melakukan investigasi. Sidik yang memiliki idealisme tinggi selalu percaya bahwa “bad news is good news” sebab masih banyak kebohongan yang harus diungkap.
Lewat lakon ini kami mengangkat pertunjukan teater realis dengan berbagai elemen artistiknya. Unsur drama musikal dan multimedia juga menjadi bagian dari pertunjukan. Pertunjukan ini mencoba berinovasi terkait dunia jurnalistik di era masa kini. Cerita yang diangkat mengarah pada proses riset untuk merepresentasikan apa yang terjadi pada kehidupan seharihari, khususnya dalam organisasi media masa.
Sutradara Ahmad Rifqi & Sultan Mahadi Syarif Penulis Naskah Sultan Mahadi Syarif Selasa, 22 November 2016 20:00 WIB Durasi: 90 menit Teater Kecil
AHMAD RIFQI & SULTAN MAHADI SYARIF
PROFIL Teater Petra adalah sebuah komunitas teater remaja. Anggota kelompok teater ini kebanyakan lulusan teater SMAN 27 dan teater anak. Kata petra berarti “harmonis”. Dengan nama ini diharapkan lahirnya proses kreatif yang lebih harmonis dan pementasan teater yang lebih menarik. Lewat lakon Teenagers Voice Teater Petra meraih predikat Grup Terbaik III di Festival Teater Jakarta Pusat 2016.
Ahmad Rifqi Fakhruzzaman dilahirkan di Jakarta pada 24 Oktober 1992. Sejak duduk di bangku sekolah dasar ia sudah aktif dalam kegiatan seni, mulai dari pementasan teater anak, musikalisasi puisi hingga pentas teater remaja bersama Teater Sapta (sekarang berubah menjadi Teater Lorong Junior). Saat ini ia berkuliah di Jurusan Akuntansi Universitas Mercu Buana, Jakarta.
Sultan Mahadi Syarif adalah mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Al-Azhar Indonesia, Jakarta. Ia sudah menekuni dunia teater sejak kecil. Ia telah memulai proyek penulisan naskah teaternya yang pertama di Festival Teater Jakarta. Selain kuliah dan berteater ia juga mengajar teater di SMA.
FTJ 21
PEMAIN
TIM PRODUKSI
Sultan M.S. sebagai Sidik Fildzah Fauziyah N.S. sebagai Arneti Ahmad Rifqi F. sebagai Sumitro Kharunnisa I.P. sebagai Aviva Gilang F.S. sebagai Hans Putra Wijaya Prasetyo sebagai Radid Shifa Dian N. sebagai Nurzanah Saskia Karimiyah sebagai Resa Rizky Rahayudi sebagai Jarwo Carax Sudrajat sebagai Lono Nurike Laura sebagai Reporter 1 Yohanes sebagai Reporter 2 Amelia Dewi Rizky sebagai Reporter 3 Azzahra Rabiatul Rabina sebagai Reporter 4 Boby Faisal sebagai Anak Magang Andini Lesmono sebagai Layouter Firly Andini sebagai Pengiklan Amat Roy sebagai Kurir
Sutradara Ahmad Rifqi Fakhruzzaman & Sultan Mahadi Syarif Penulis Naskah Sultan Mahadi Syarif Pembina H.M. Isnaeni Syarif Pemimpin Produksi Rizky Robby Nur Isnaeni Sekretaris Produksi Khairunnisa I.P., Fildzah F.N.S. Bendahara Shifa Dian N., Firly Andini Manajer Panggung Boriz Faizra Penyelia Djaelani Manock Penata Lampu Eggy Iskandar Penata Suara Tomy Setiawan Penata Artistik Oman Noorta Pembangun Set Cang Emo Penata Properti Rizal Izra Penata Gerak Monsanti, Mala, Santi Penata Musik Agustrio Penyanyi Noni & Okta Pemusik Tio, Miftah, Dio, Goldhy Penata Kostum Petra kostum Penata Rias Azzahra Rabiatul Dokumentator Muharir Jadid, Kusuma Galih Konsumsi Oma Cathering Humas Rizky Joko Penata Multimedia Goldhy Nathaniel Pertiketan & Undangan Sinta Maulana, Nadine Koordinator Latihan Putra Wijaya, Gilang F.S.
FTJ 22
SAYAP UTAMA
Dawala dan Hilangnya Jimat Kalimasada
PENAMPIL
SINOPSIS
CATATAN SUTRADARA
TEATER EL NA’MA (Jakarta Selatan)
Lakon Dawala dan Hilangnya Jimat Kalimasada bermula saat para pandawa gelisah karena kegagalan mereka membangun tempat ibadah “Eka” serta menghilangnya Jimat Kalimasada yang dicuri oleh Mustakaweni. Dengan memanfaatkan kesaktian Bambang Priambada, Srikandi mengutus Arjuna yang diiringi oleh Dawala untuk mengambil kembali jimat itu. Tapi jimat itu justru jatuh ke tangan Dawala yang telah terhasut oleh kejahatan.
Pertunjukan Dawala dan Hilangnya Jimat Kalimasada memanfaatkan ruang di luar panggung dan menciptakan kembali bentuk Wayang Orang Betawi yang terpengaruh oleh teater tradisi Jawa dan Sunda dan dipadukan dengan anasir kekinian. Pertunjukan ini menyoroti keberagaman tradisi dan agama sebagai kekayaaan Indonesia yang luar biasa. Dalam wayang Betawi terlihat bagaimana keberagaman mampu menghadirkan sesuatu yang menarik. Semua dihargai hingga memunculkan entitas yang baru dan unik.
Sutradara Achmad “Echo” Chotib Penulis Naskah N. Riantiarno Kamis, 24 November 2016 20:00 WIB Durasi: 120 menit Teater Kecil
ACHMAD “ECHO” CHOTIB
PROFIL Teater eL Na’ma yang dibentuk di Ciputat, Tangerang Selatan, pada 20 Juni 2000. Kelompok teater ini terbuka akan berbagai pendekatan artistik dan estetik. Beberapa pementasan Teater eL Na’ma yang terbaru adalah Republik Petruk di Gelanggang Remaja Jakarta Selatan (2016), “Sybil” “Anzing” “Mulut” “Sang Orator” di London School of Public Relation, Jakarta (2016) dan Hamlet di Teater Kecil TIM (2015). Mereka pernah meraih penghargaan Grup Terbaik II Festival Teater Jakarta Selatan (2016) dan Penata Musik Terbaik Festival Teater Jakarta Selatan (2016). Juga menjadi unggulan Monolog Terbaik pada Festival Monolog Dramakala di London School of Public Relation, Jakarta (2016).
Achmad “Echo” Chotib adalah lulusan Fakultas Hukum UIN Jakarta. Selain menjadi sutradara, ia juga aktif sebagai penulis naskah, aktor dan penata artistik Teater eL Na’ma sejak 1996. Ia pernah meraih penghargaan Sutradara Terbaik Festival Teater Jakarta Selatan (2014), Penulis Naskah Terbaik Komedi Betawi (2013) dan mengantar Teater el Na’ma tiga kali meraih predikat Grup Terbaik FTJ 2003, 2004 dan 2009.
N. Riantiarno dilahirkan di Cirebon, Jawa Barat, pada 6 Juni 1949. Ia berteater di kota kelahirannya sejak 1965. Setelah itu ia melanjutkan pendidikan teaternya di ATNI Jakarta (1967) dan Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara (1971). Ia juga ikut mendirikan Teater Populer (1968) dan Teater Koma (1977). Nano, begitu ia biasa disapa, menulis sebagian besar naskah lakon Teater Koma: Rumah Kertas, J.J Atawa Jian Juhro, Maaf Maaf Maaf, Opera Kecoa, Opera Primadona, Sampek Engtay, Banci Gugat, Opera Ular Putih, Cinta yang Serakah, Semar Gugat, Opera Sembelit, Presiden Burung-burung, Republik Bagong dan Tanda Cinta.
FTJ 23
PEMAIN
TIM PRODUKSI
Lailatin Na’ma sebagai Mustakaweni Lalu Karta Wijaya sebagai Dawala Siti Rukoyah sebagai Limbuk Sa’diyah sebagai Cangik Tio Zulfan Amri sebagai Dalang M.J. Haekal sebagai Gareng
Sutradara Achmad “Echo” Chotib Penata Musik Muhammad Ramdhani Penata Artistik & Manajer Panggung Muhriji Penata Cahaya Zulfi Ramdhoni Penata Busana Hilmia Murtaqia Sama Penata Rias Nufus Art Penata Properti Anwar dan Idris Penata Grafis Rizki Kamil Pemimpin Produksi Lailatin Na’ma Sekretaris Produksi Siti Rukoyah Humas M. Irfan, Annisa Rahayu Publikasi Nurkholis Makki, Idris Konsumsi Sa’diyah, Melati Rahman Pertiketan Rukoyah, Riska Pembantu Umum Abong, Ryan Transportasi Suhail
AKTOR LAINNYA Bahtar (Semar), Muhriji (Cepot), Nurkholis Makki (Bambang Priambada), Khoirul (Yudistira), M. Irfan (Arjuna), Aan Sugiarto (Bima), M. Suhail Prabu (Jayasentika), Melati Rahman (Srikandi), Ryan N. Sukma (Panglima Lojitengara), Annisa Rahayu (Ambarawati), Imam Widayat (Kresna), Khoerul Anwar (Nakula), Idris Affandi (Sadewa), Kurniawan Jamilul Abror (Gatot Kaca), Riska Safitri Amenda (Drupadi)
FTJ 24
SAYAP UTAMA
Rumah yang Dikuburkan
PENAMPIL KEMBALI SATU (K_1) (Jakarta Barat) Sutradara Mameth Z. Tegong Penulis Naskah Sam Shepard Jumat, 25 November 2016 20:00 WIB Durasi: 120 menit Teater Kecil
SINOPSIS
CATATAN SUTRADARA
Seorang lelaki tua bernama Doj sedang menghadapi kenyataan hidup yang pelik. Doj yang dulunya seorang petani mapan kini mengalami sakit yang berkepanjangan. Kegiatan sehari-harinya hanya menonton TV dan mabukmabukan sehingga ia tidak peduli lagi terhadap semua hal. Keberadaan Halie, sang istri, dan dua anak mereka, Bradlie dan Tilden, seakan hanya menjadi beban baginya. Juga kedatangan cucunya dan sang pacar, semakin membuat Doj tidak mengerti apa maksud dari semua peristiwa yang sedang berlangsung dalam kehidupannya itu.
Rumah yang Dikuburkan ialah peristiwa alienasi manusia dalam latar kehidupan pascaperubahan sosial-ekonomi. Cerita menggambarkan perubahan masyarakat dan sisasisa kebudayaan yang terbelah oleh hasil ciptaan tangan manusia sendiri. Dengan konsep pementasan alternatif, lakon ini menyoroti representasi tubuhtubuh dan peristiwa di dalam rumah yang menjadi ruang kesuraman dan penyimpangan keluarga. Doj adalah pemecah ikatan keluarga yang mengalami krisis eksistensi, keterasingan, keterpisahan, pertentangan dan ketercerabutan.
PROFIL Teater Kembali Satu (K_1) didirikan oleh sejumlah pekerja teater pada 1 Maret 2008. Di samping memproduksi pertunjukan, kelompok teater ini juga berupaya memperdalam aspek kajian teater. Pentas mereka sebelum ini antara lain Cebitakru di Gelanggang Remaja Jakarta Barat (2015), Kisah Cinta dan Lain-Lain di Gelanggang Remaja Jakarta Barat (2014) dan Puisi yang Terabaikan di Gelanggang Remaja Jakarta Barat (2012).
Mameth Z. Tegong memulai kariernya sebagai penata musik di beberapa kelompok teater. Sebelum itu ia juga pernah belajar teater di Teater Pualam, Teater Kolom, Teater Study 24, Teater Cermin, Teater Kaki 5, Teater Kelakon dan Teater Stasiun. Mulai 2009 ia dipercaya untuk menyutradarai kelompok Teater K_1.
MAMETH Z. TEGONG
FTJ 25
PEMAIN
TIM PRODUKSI
Kutman sebagai Doj Lasmy Purwaty sebagai Halie Suyud Buyudi sebagai Tilden Sobari sebagai Bradli Adi Irawan sebagai Pins Nurul Paramitha sebagai Salie
Sutradara Mameth Z. Tegong Penata Musik Muhammad Sofian Maliki Penata Artistik Mameth Z. Tegong Penata Cahaya Dony Lazuardi (Heriyanto) Penata Busana Devonurows
FTJ 26
SAYAP UTAMA
1 Lelaki 3 Perempuan dan Octopus
PENAMPIL
SINOPSIS
CATATAN SUTRADARA
TEATER POROS (Jakarta Pusat)
1 Lelaki 3 Perempuan dan Octopus bercerita tentang kekerasan seksual terhadap perempuan. Perempuan sebagai obyek kekerasan yang paling empuk dalam cerita ini diibaratkan sebagai sebuah kasur yang dihantam oleh besi dan baja. Juga kehadiran bendabenda lain yang menjadi saksi bisu dan dihidupkan oleh para pelakon untuk memainkan aspek tragedi dari berbagai kontradiksi yang saling melengkapi.
Pertunjukan ini mengeksplorasi benda-benda rongsokan untuk dijadikan teks pertunjukan. Kami memanfaatkan benda-benda rongsokan dari Gelanggang Remaja Senen, seperti kloset, bak mandi, parabola, lampu taman, pintu, kerangkeng besi dan benda-benda lainnya. Para pelakon juga dipersilakan untuk membuat cerita yang bersumber dari mana saja terkait kekerasan terhadap perempuan. Peristiwa yang sering bertebaran di seputar kita, yang mau tidak mau harus dimakan dan selanjutnya terlupakan.
Sutradara & Penulis Naskah Acep S. Martin Sabtu, 26 November 2016 15:00 WIB Durasi: 120 Menit Teater Luwes
ACEP S. MARTIN
PROFIL Teater Poros didirikan pada 31 Oktober 1990. Pada awalnya Teater Poros berdiri untuk memenuhi kebutuhan acaraacara perayaan hari ulang tahun RI di Karang Taruna Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Teater Poros kemudian pindah dan berdomisili di Gelanggang Remaja Senen. Ketika itu tingkat kriminalitas di kawasan Senen masih cukup tinggi. Tugas utama Teater Poros waktu itu adalah melakukan pembinaan remaja dan pemuda lewat kesenian, terutama teater. Kelompok teater ini pernah mementaskan karya Bakdi Soemanto dalam Pentas 5 Kota meliputi Jakarta, Purwokerto, Jogyakarta, Surabaya dan Denpasar (2010); karya Arthur S. Nalan di Teater Kecil TIM (2012). Teater Poros pernah menjadi Grup Terbaik I FTJ 1999, Grup Terbaik II FTJ 2001 dan Grup Terbaik II Festival Teater Nasional 2002.
Acep S. Martin dilahirkan di Bogor, Jawa Barat, pada 4 Agustus 1968. Ia kini memimpin Teater Poros. Selain sebagai sutradara dan menulis naskah teater, ia juga penulis skenario film dan sinetron. Naskah drama yang pernah ia tulis antara lain Klik, Gila, Garis, Sintren dan 1 Lelaki 3 Perempuan dan Octopus. .
FTJ 27
PEMAIN
Savira Artha Chevadina M. Tahta Subandrio Hartati Ega TIM PRODUKSI
Sutradara Acep S. Martin Penata Musik Kiel, Widy Penata Artistik Andi Rochyandi Penata Cahaya Ipoer Wangsa, Firman Penata Busana Enday Penata Rias Dina Manajer Panggung Budi Renil Penata Properti Sultan, Apri, Fazar, Renner Pendukung Lainnya Okta, pipit, Restari, Vianda, Ikhsan, Jonatan, Yudi
FTJ 28
SAYAP UTAMA
Orkes Madun I atawa Madekur dan Tarkeni
PENAMPIL TEATER TEMA GUNADARMA (Jakarta Selatan) Sutradara M. Djunaedi Lubis Penulis Naskah Arifin C. Noer Sabtu, 26 November 2016 20:00 WIB Durasi: 130 menit Teater Kecil
SINOPSIS
CATATAN SUTRADARA
Orkes Madun I atawa Madekur dan Tarkeni menceritakan rombongan Semar dan Waska yang mementaskan naskah Madekur dan Tarkeni, yaitu kisah cinta pencopet dan pelacur. Masalah muncul ketika Madekur dan Tarkeni tidak mendapat restu dari orang tua mereka untuk menikah. Mereka tetap menikah meskipun harus berbohong. Cerita dan kebohongan-kebohongan mereka terus berlanjut, porosnya ada pada kedua tokoh itu hingga hidup mereka berakhir tragis.
Orkes Madun I atawa Madekur kegelisahan hidup manusia. Naskah ini bagian dari serial naskah Orkes Madun. Kami berusaha mendekatkan teks ke masa kini, dengan berbagai penyesuaian, mulai dari menyunting naskah hingga meramu beberapa kemungkinan bentuk pemanggungan. Unsur tarian dan nyanyian disajikan dengan tari kreasi dan musik dangdut. Juga kolaborasi antara gerak-gerak seperti saman, tor-tor dan togog. Kekuatan aktor menjadi pijakan dalam mengalirkan cerita yang berstruktur Artistotelian. Kami memilih jembatan atau bantaran kali sebagai latar peristiwa karena lakon ini akan lebih hidup jika terjadi di tempat seperti itu. M. DJUNAEDI LUBIS
PROFIL Tema Gunadarma didirikan pada 4 Oktober 1992 oleh sejumlah mahasiswa Universitas Gunadarma dan masyarakat di sekitar kampus mereka. Pada awalnya kelompok ini bernama Teater Tema tapi kemudian beberapa kali berganti nama hingga tetap dengan nama seperti sekarang ini. Dalam Festival Teater Jakarta Selatan 2015 dan Festival Teater Jakarta 2015 mereka mementaskan Mega-Mega. Kali ini mereka membawakan Orkes Madun I atawa Madekur dan Tarkeni di Festival Teater Jakarta Selatan dan babak final FTJ 2016.
dan Tarkeni adalah gambaran
M. Djunaedi Lubis memulai kegiatan seninya di Teater Hijau Lima Satu UPN Veteran Jakarta pada 1997. Ia pernah menyutradarai sejumlah naskah, seperti Aum karya Putu Wijaya, Dokter Gadungan karya Moliere dan MegaMega karya Arifin C. Noer. Selain itu ia juga aktif di Teater Siluet dan terlibat dalam pertunjukan King Lear karya William Shakespeare, Perguruan karya Wisran Hadi dan Kocak-kacik karya Arifin C. Noer. Pada 2004 ia melanjutkan studi ke ISI Yogyakarta dan sempat bergabung dengan Saturday Acting Club dan Padepokan Seni Bagong Kussudiardja. Sejak 2011 ia menjadi pelatih dan sutradara di Teater Tema, Teater Hijau Lima Satu, Komunitas Anak Kebun Ilalang danTeater Citra Negara.
Arifin C. Noer adalah sutradara teater dan film yang beberapa kali memenangi Piala Citra. Ia mulai menulis lakon ketika aktif di Lingkaran Drama Rendra dan menyutradarai lakon-lakonnya sendiri seperti Kapai-kapai, Tengul, Madekur dan Tarkeni, Umang-umang dan Sandek Pemuda Pekerja. Naskahnya Lampu Neon atau Nenek Tercinta memenangi sayembara naskah lakon yang diadakan Teater Muslim (1967). Saat berkuliah di Universitas Tjokroaminoto ia sempat bergabung dengan Teater Muslim yang dipimpin oleh Mohammad Diponegoro. Kemudian ia hijrah ke Jakarta dan mendirikan Teater Ketjil pada 1968. Teaternya akrab dengan publik lewat anasir lenong, komedi stambul, boneka (marionet), wayang kulit, wayang golek.
FTJ 29
PEMAIN
TIM PRODUKSI
Valerie Shania Angkouw sebagai Tarkeni Adittya Eka H. sebagai Madekur Soviyah Hayyun Anggreini sebagai Ibu Tarkeni Ermi Apriana sebagai Ibu Madekur Setyadi Darmawan sebagai Bapak Tarkeni Ubaidillah Hanif sebagai Bapak Madekur Yuanditra Bhayu Utarto sebagai Semar/Waska Raka Andika sebagai Nabi Mia Nofriana, Lintang Semesta, Putri Islamiah, Aji Akbar R., Siti Sarah Putri Andika, Roy Saputra, Derson Henriko H.S. sebagai Umang-Umang
Sutradara M. Djunaedi Lubis Penata Musik Afan Fatwa Ghifari Penata Artistik Yuanditra Bhayu Utarto Penata Cahaya Bayu Agumsah Penata Busana Mia Nofriana
FTJ 30
SAYAP UTAMA
01:29
PENAMPIL
SINOPSIS
CATATAN SUTRADARA
TEATER MAGMA 50 (Jakarta Timur)
01:29 menceritakan ketidakadilan dalam hidup. Perihal hukum yang dapat dibeli oleh seseorang, oleh kekuatan, sehingga kerap mengorbankan orang-orang lemah.
Lakon ini terinspirasi dari salah satu naskah berbahasa Sunda yang diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Dengan konsep realis konvensional, lakon ini didukung dengan set simbolis dan beberapa adegan yang berbau surrealis.
Sutradara Didi Ardi Penulis Naskah Ayi G. Sasmita Minggu, 27 November 2016 15:00 WIB Durasi: 90 menit Teater Kecil
DIDI ARDI
PROFIL Teater Magma 50 terbentuk pada 3 april 2014. Kelompok ini lahir atas saran para pekerja teater senior untuk mempertahankan seni teater melalui proses regenerasi. Beberapa pementasan mereka sebelum ini, antara lain Jam Hiji Dua Puluh Salapan Menit dalam Forum Drama Bahasa Sunda (FDBS) di Gedung Kesenian Rumentang Siang, Bandung (April 2016) dan 01:29 di Festival Teater Jakarta Timur (November 2016). Berkat naskah 01:29 Teater Magma 50 meraih penghargaan Grup Terbaik III di Festival Teater Jakarta Timur 2016.
Didi Ardi berteater sejak 1986 ketika masih duduk di bangku SMA. Ia bergabung dengan Teater Pelangi yang dipimpin oleh Diding ZETA. Pada 2014 ia mulai menyutradarai Teater Galaxy. Ia pernah pula menjadi asisten sutradara pementasan Mengapa Kau Culik Anak Kami (2015) produksi Teater Galaxy. Kemudian ia menyutradarai Air Prawita Sari produksi Teater Jabali dalam Festifal Teater Anak (2015).
Ayi G. Sasmita dilahirkan di Bandung. Ia adalah penulis naskah berbahasa Sunda yang karya-karyanya sering dipentaskan dalam perhelatan FDBS di Bandung.
FTJ 31
PEMAIN Nona Ophi Syafe’i Didi Ardi Ozie Aulia, Zidan, Suryadi, Nova
TIM PRODUKSI Sutradara Didi Ardi Penata Musik Dhipta Penata Artistik Dian Ardiani Penata Cahaya Zank Warga Smooth Penata Busana Kiki
FTJ 32
SAYAP UTAMA
Ari-Ari atawa Interogasi 2
PENAMPIL
SINOPSIS
CATATAN SUTRADARA
TEATER HIJAU
Ari-Ari atawa Interogasi 2 adalah sebuah nyanyian bebas yang mengangkat tema eksistensi manusia dalam masyarakat modern. Naskah karya Arifin C Noer ini mengandung banyak pesan moral dan mencerminkan manusia di tengah abad kemiskinan. Lakon ini sarat kritik tajam mengenai kebingungan manusia modern dalam menghadapi hidup yang tidak seimbang, karena penemuan mereka sendiri. Juga mengenai orang-orang yang tertindas secara ekonomi, budaya dan keyakinan spiritual.
Dalam penggarapan Ari-Ari atawa Interogasi 2, sutradara melakukan sedikit pemotongan pada naskah asli dan lebih menekankan penggunaan dialek lokal yang beragam dalam setiap dialognya. Keberagaman dialek tersebut sebagai simbolisasi dari beragam suku di Indonesia menjelang abad ke-21, yang sedang dilanda kemiskinan. Penggunaan dialek lokal juga difungsikan agar seluruh dialog dalam pertunjukan akan menjadi variatif dan lebih menarik.
LIMA SATU (Jakarta Selatan) Sutradara Sammy Rian Afanto Penulis Naskah Arifin C. Noer Minggu, 27 November 2016 20:00 WIB Durasi: 120 menit Teater Luwes
SAMMY RIAN AFANTO
PROFIL Teater Hijau Lima Satu telah berdiri kurang lebih selama 24 tahun. Grup teater ini adalah unit kegiatan mahasiswa (UKM) yang berada di bawah naungan UPN Veteran Jakarta. Mereka pernah menjadi Grup Terbaik 3 pada Festival Teater Jakarta Selatan 2013 dan 2014 serta Grup Terbaik 1 pada Festival Teater Jakarta Selatan 2016. Beberapa pementasan mereka sebelum ini adalah Malam Botak karya A.B, Asmarandana dalam Festival Teater Jakarta Selatan 2015 dan Sobrat karya Arthur S. Nalan dalam Festival Teater Jakarta Selatan 2014.
Sammy Rian Afanto dilahirkan di Jakarta pada 20 mei 1986. Ia bergabung dengan Teater Hijau Lima Satu pada 2004 ketika kuliah di Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran. Ketertarikannya pada teater selalu memacu dirinya untuk terus belajar hingga saat ini. Beberapa karya yang pernah ia ciptakan, antara lain Anulator, Cerita Bukan Cerita, Pontang-Panting, Suami dan sebagainya. Selain menulis karya sendiri ia juga pernah mementaskan beberapa naskah, antara lain AAIIUU, Orang Asing, Sepasang Mata Indah.
Arifin Chairin Noer adalah sutradara teater dan penulis naskah terbaik yang pernah dimiliki Indonesia. Ia pernah menjadi seniman mukiman di International Writing Program di Universitas Iowa, Iowa City, Amerika Serikat (1972-1973). Selain aktif di teater, ia juga menyutradarai film layar lebar yang beberapa kali memenangi Piala Citra dan penghargaan dari luar negeri. Karyanya memberi sumbangan besar bagi perkembangan seni peran di Indonesia dan menunjukkan eksistensinya sebagai salah satu pencetus bentuk teater modern Indonesia. Arifin meninggal dunia karena sakit kanker hati dan lever di Jakarta, 28 Mei 1995.
FTJ 33
0812 8066 7233 (Meilinda Nurullita)
PEMAIN Dewi Rustiani sebagai Ibu Malin Yuniarto Wibowo sebagai Sutradara Rian Afanto sebagai Direktur Anery RM sebagai Ivon Wisnu Juliansyah sebagai Detektif Mauris Ibrahim sebagai Sandek
TIM PRODUKSI Sutradara Sammy Rian Afanto Penata Musik M. Nazarudin Lubis Penata Artistik Tumbor S. Situmorang Penata Cahaya Remon Penata Busana Meilinda Nurullita Kru Kevin Misael
FTJ 34
SAYAP UTAMA
Bunga Itu Bernama Sari
PENAMPIL
SINOPSIS
CATATAN SUTRADARA
MUTIARA UTARA BINTANG LIMA (Jakarta Utara)
Bunga Itu Bernama Sari menceritakan kondisi kehidupan hari ini. Lakon ini disadur dari terjemahan Buta karya Khalil Gibran, juga dengan penguatan lewat sejumlah larik puisi “Tuhan Kita Begitu Dekat” karya Abdul Hadi W.M.
Pementasan naskah ini mengusung konsep teater rakyat, yakni tidak adanya jarak antara pemain dan penonton sehingga penonton bisa ikut aktif dalam pertunjukan ini. Selain itu, pentas ini berlangsung di ruang terbuka dengan panggung yang dikelilingi instalasi bambu-bambu.
Sutradara & Penulis Naskah Afri Rosyadi Senin, 28 November 2016 20:00 WIB Durasi: 60 Menit Gelanggang Remaja Jakarta Utara
AFRI ROSYADI
PROFIL Mutiara Utara Bintang Lima didirikan untuk memberikan wadah bersama kepada pegiat teater di Jakarta Utara. Lakon Bunga Itu Bernama Sari adalah produksi perdana mereka, dan lewat lakon tersebut mereka meraih Juara 1 Festival Teater Jakarta Utara 2016.
Afri Rosyadi adalah sutradara dan penulis naskah teater. Ia belajar teater di Bandar Teater Jakarta. Beberapa tahun belakangan ini aktif menulis sejumlah naskah teater. Salah satunya adalah Bunga Itu Bernama Sari.
FTJ 35
PEMAIN
Sari Chikata Boby Kardi Disty Imoeds Soni Pohan
TIM PRODUKSI Sutradara Afri Rosyadi Penata Musik Honggo Baskoro Penata Artistik Butom dan Moel Penata Cahaya Mamed Slasov Penata Busana Dani
FTJ 36
SAYAP UTAMA
Pertja
PENAMPIL
SINOPSIS
CATATAN SUTRADARA
SANGGAR KUMMIS (Jakarta Selatan)
Pertja menceritakan tiga perempuan bernama Rosa, Pupu dan Selasih. Kisah hidup mereka adalah khas masyarakat urban, yang penuh konflik antara perbudakan tata cara dan keinginan berkehendak bebas. Serangkaian masalah terus menghantui mereka: kemiskinan, impian akan kekayaan, kebangkrutan, putus asa, ketidakadilan. Meski masingmasing tokoh berbeda pendapat, mereka akhirnya berjuang mencari jalan penyelamatan— demi keutuhan keluarga.
Pertja adalah penelaahan kembali realisme dalam teater. Dengan mengurangi spektakel tubuh, sensasi rupa dan multimedia, aktor dapat menemukan kekuatan rasa dan menampilkan akting yang wajar. Naskah ini digarap lewat konsep realisme urban yang berusaha keluar dari jebakan realisme pada umumnya. Realisme urban, seperti yang terjadi di kota-kota besar Indonesia, memperlihatkan pelbagai anasir masalah sekaligus menghaluskan bobot permainan yang terbayang-bayangi oleh aspek-aspek skizofrenik manusia urban itu sendiri.
Sutradara Aseng Komarudin Penulis Naskah Benny Yohanes Rabu, 30 November 2016 20:00 WIB Durasi: 90 menit Teater Kecil
ASENG KOMARUDIN
PROFIL Sanggar Kummis pada mulanya adalah kelompok teater mahasiswa IAIN Syarif Hidayatullah (kini Universitas Islam Negeri [UIN] Jakarta) angkatan 1990. Kelompok ini mengikuti Festival Teater Kampus se-Jabodetabek yang diselenggarakan oleh kampus mereka. Meski tidak menang, para anggota kelompok ini sepakat membentuk sebuah kelompok teater baru bernama Sanggar Kummis pada 23 Juni 1991. Beberapa pementasan Sanggar Kummis sebelum ini adalah Ada Apa Dengan Kebon Jengkol di Aula STIEAD Jakarta (2015), Tengul di Gelanggang Remaja Jakarta Selatan dan Teater Kecil, TIM (2015) dan 3 Kali Sehari Satu Sendok di Aula STIEAD Jakarta (2016). Sanggar Kummis adalah Juara Harapan II Festival Teater Jakarta Selatan 2014, Juara I Festival Teater Jakarta Selatan 2015 dan Juara I Festival Teater Jakarta 2015.
Aseng Komarudin lahir di Cibadak, Jawa Barat, 11 November 1971. Sandiwara di Atas Sandiwara karya Danarto adalah naskah yang pertama kali ia mainkan. Mengawali proses berteaternya di UKM Teater Syahid UIN Jakarta pada 1993, Lab Teater dan menyutradarai Sanggar Kummis sejak 2014. Beberapa penghargaan yang pernah ia raih adalah Juara 1 Lomba Baca Puisi se-Jabodetabek (2012), Juara Umum Lomba Musikalisasi Puisi di Universitas Nasional (2014) dan Sutradara Terbaik di Festival Teater Jakarta 2015.
Benny Yohanes kini mengajar di ISBI Bandung. Sebagai penulis naskah teater BenJon, begitulah ia kerap disapa, kerap menghadirkan hal-hal yang mengandung unsur kekerasan, erotisme, vulgar dan ganjil-metaforik, baik dalam lakuan maupun dialog. Selain Pertja, naskahnya yang lain adalah Momok Zaman (1988), Cannibalogy (2008), Shakespeare Carnnivora (2009). Pertja adalah Pemenang Pertama Sayembara Lakon Realis Salihara 2010. Sementara Metropolutan (2002) meraih penghargaan kedua dalam kompetisi naskah drama radio diselenggarakan oleh Kantor Berita 68H. Sementara Makan Hakan meraih penghargaan pertama dalam kompetisi naskah drama oleh Goethe-Institut.
FTJ 37
PEMAIN Setiawati sebagai Rosa Indra Sugara sebagai Rian Maisaroh sebagai Pupu Rizki Yanuarti sebagai Selasih Candra Untung Prasetio sebagai Brojo
TIM PRODUKSI Sutradara Aseng Komarudin Penata Musik Ramdhan Penata Artistik Ujang Mukhlis Solehudin Penata Cahaya Yanuar Ishak Penata Busana Rika Rosthika Johara Penata Rias Rika Rosthika Johara Penyelia Adi Chandra Pemimpin Produksi Fariz Sam Hidayat
Sekretaris Ridzalyca Noor Arinda Bendahara Mia Audina Pertiketan Syalika Tiar Nurfikri, Mia Audina Publikasi Masum Proposal Murni Malasari, Sayyidatul Ulupah Penata Grafis Choki Andrian Dokumentator Mutiara Alya, Mela Agustin Konsumsi Syifa Maftuhatul Muflihah, Elsa Aida Sarah Kesehatan Mutiara Alya Akomodasi Syalika Tiar Nurfikri Manajer Panggung Ridwan Setiawan Koordinator Latihan Syalika Tiar Nurfikri
FTJ 38
SAYAP UTAMA
Orang Kasar
PENAMPIL
SINOPSIS
CATATAN SUTRADARA
KOMUNITAS RANGGON SASTRA (Jakarta Timur)
Kegelisahan dan kesedihan menyelimuti jiwa dan raga Nyonya Martopo. Gairah hidupnya ikut mati bersama jasad suami tercinta. Namun, ada Darmi yang selalu setia dengan guyonan dan berupaya mengembalikan senyum Nyonya Martopo. Lalu sebuah harapan datang dari si penagih utang yang kasar bernama Baitul Bilal. Akankah Baitul Bilal berhasil meluluhkan sang nyonya? Ataukah justru ia kembali dengan tangan hampa?
Lakon ini menampilkan wacana protes terhadap penguasa. Maka, kami menafsir ulang lakon ini dengan memasukkan masalah kolonialisme Belanda. Kami mewacanakan protes dan pengembalian harta kekayaan Indonesia yang telah dirampas di masa kolonial itu. Nyonya Martopo kami identifikasi ulang sebagai mantan istri seorang pria Belanda.
Muhammad Adli dilahirkan di Jakarta pada 8 Juli 1988. Ia mulai berteater di Komunitas Ranggon Sastra pada 2009. Ia juga aktif sebagai aktor di Teater Popcorn dalam lakon Bongkar (2011). Bersama Komunitas Ranggon Sastra ia tampil sebagai aktor dalam sejumlah pementasan, seperti Sampah Negeri dan tiTIKKUSut. Tahun ini, ia menyutradarai Komunitas Ranggon Sastra dan diunggulkan sebagai Sutradara Terbaik serta berhasil membawa Komunitas Ranggon Sastra menjadi Grup Terbaik II Festival Teater Jakarta Timur 2016.
Anton Pavlovich Chekhov dilahirkan di pelabuhan kecil Taganrog Ukraiana pada 17 Januari 1860. Ia dikenal sebagai seorang penulis lakon dan cerpenis. Chekhov menjelajahi banyak tema: kemiskinan, tragedi, birokrasi serta kehidupan sehari-hari budak dan petani di Rusia. Relatif tidak dikenal di luar Rusia sampai setelah Perang Dunia I, drama Chekhov setelah itu diproduksi di seluruh dunia oleh berbagai kelompok teater. Beberapa karyanya yang diterjemahkan dan disadur ke bahasa Indonesia adalah Bahaya Racun Tembakau (1886), Pinangan (1888), Burung Camar (1896), Paman Vanya (1899), Kebun Ceri (1904).
Sutradara Muhammad Adli Penulis Naskah Anton Chekhov Kamis, 1 Desember 2016 15:00 WIB Durasi: 60 Menit Teater Kecil
MUHAMMAD ADLI
PROFIL Komunitas Ranggon Sastra didirikan oleh mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Indraprasta PGRI (UNINDRA), Jakarta, pada 3 Maret 2009. Komunitas ini mempunyai tiga divisi: cerpen, puisi, teater. Komunitas Ranggon Sastra telah mengikuti Festival Teater Jakarta sejak 2012 dengan membawakan naskah Sampah Negeri. Pada Festival Teater Jakarta Timur 2013 Komunitas Ranggon Sastra membawakan naskah Jaka Tarub, tahun berikutnya membawakan naskah tiTIKKUSut. Pada tahun ini, dengan naskah Orang Kasar, mereka meraih Juara II Festival Teater Jakarta Timur.
FTJ 39
PEMAIN
TIM PRODUKSI
Rere Adida W.S. Restu Wahyu Rahmiati
Sutradara Muhammad Adli Penerjemah & Penyadur W.S. Rendra Penata Musik Aziz n’ Ranggon Musical Penata Artistik Johanes, Boim Penata Cahaya Zank Smooth Penata Busana Siti Syalwa Awak Panggung Tita, Jeje Dinda, Hanan, Reinita
FTJ 40
SAYAP UTAMA
Mega-Mega
PENAMPIL
SINOPSIS
CATATAN SUTRADARA
STUDY TEATER 24 (Jakarta Barat)
Mae adalah seorang perempuan tua dari kampung yang pernah menikah namun tidak pernah melahirkan. Karena itu ia memperlakukan Tukijan, Hamung, Retno, Koyal dan Panut seperti anak-anak kandungnya sendiri. Watak anak-anak asuh ini satu sama lain berbeda; mereka mewakili kehidupan masyarakat yang terjepit berbagai masalah sosial.
Ternyata kita semua membutuhkan seorang ibu. Ia adalah figur penuh kasih sayang yang berperan pentingd alam meredam beragam emosi (kesedihan, kegembiraan, kemarahan) agar kita tidak berlaku anarkis dalam hidup kita.
Sahnan Rijali (Rizal Nasti) dilahirkan di Kota Pinang, Sumatra Utara, pada 15 Mei 1958. Ia adalah sutradara sekaligus pendiri kelompok Study Teater 24. Sebelumnya ia pernah bergabung dengan banyak grup teater, salah satunya Teater Kwadrat dan meraih sejumlah penghargaan bersama kelompok teater itu. Pada 1978, ia bergabung bersama Ikatan Drama Jakarta Barat (Indraja) dan menjabat Ketua Indraja selama 2002-2013. Ia meraih sejumlah penghargaan sebagai sutradara terbaik, salah satunya di Festival Teater Jakarta 2006 dengan lakon Surat Pada Gubernur.
Arifin C. Noer adalah sutradara teater dan film yang beberapa kali memenangi Piala Citra. Sebagai penulis ia pernah menjadi seniman mukiman di International Writing Program di Universitas Iowa, Amerika Serikat, pada 1972-1973. Ia mulai menulis lakon ketika aktif di Lingkaran Drama Rendra dan menyutradarai lakonlakonnya sendiri. Naskahnya Lampu Neon atau Nenek Tercinta memenangi sayembara naskah lakon yang diadakan Teater Muslim (1967). Saat berkuliah di Universitas Tjokroaminoto ia sempat bergabung dengan Teater Muslim yang dipimpin oleh Mohammad Diponegoro. Kemudian ia hijrah ke Jakarta dan mendirikan Teater Ketjil pada 1968. Teaternya akrab dengan publik lewat anasir lenong, komedi stambul, boneka (marionet), wayang kulit, wayang golek dan khazanah Seribu Satu Malam. Arifin meninggal karena sakit kanker hati dan lever pada 28 Mei 1995.
Sutradara Sahnan Rijali Penulis Naskah Arifin C. Noer Jumat, 2 Desember 2016 20:00 WIB Durasi: 150 Menit Gelanggang Remaja Jakarta Barat
SAHNAN RIJALI
PROFIL Study Teater 24 didirikan oleh para siswa dan lulusan SMEA 24 pada Juni 1980. Naskah mereka bawakan pertama kali adalah Joko Bodo karya Darwis di Festival Teater Jakarta 1981. Setelah itu mereka memainkan naskah Bila Malam Bertambah Malam karya Putu Wijaya, Perampok karya W.S. Rendra, Perkawinan karya Nikolai Gogol, Perguruan karya Wisran Hadi, Hah karya Putu Wijaya, Kapai-kapai karya Arifin C. Noer, Inspektur Jenderal karya Nikolai Gogol, Mega-Mega karya Arifin C. Noer. Study Teater 24 pernah menjadi penghargaan Grup Terbaik III FTJ 2006, Grup Terbaik II FTJ 2007, Grup Terbaik I FTJ 2008.
FTJ 41
PEMAIN
TIM PRODUKSI
Reni Kristian Handayani sebagai Mae Faizal Ridho Bakrie sebagai Koyal Fahri Syafiqoh sebagai Retno Rian F Nasti sebagai Tukijan Wiji Solichin sebagai Hamung Supri Yadi sebagai Panut Nakka Rosandi, Robert Mugabe, Saman W. sebagai Peronda
Pimpinan Produksi Sugianto Sutradara Sahnan Rijali (Rizal Nasti) Asisten Sutradara Arsha Dwi S Bendahara Siti Khodijah Penata Musik Erry Fajar Irawan (Buyung Er) Penata Artistik 24 Art Penata Set Nakka Rosandi Penata Cahaya Andi Trianto Penata Busana Tongkat Kebahagiaan Salone Penata Grafis Robert Mugabe Penata Rias Dani Husen, Pandan Wangi Konsumsi Gerry Akbar Publikasi Dua Empat Group Dokumentator Study 24 Photo
FTJ 42
SAYAP UTAMA
Orang-Orang di Tikungan Jalan
PENAMPIL TEATER SEMUT UNSADA (Jakarta Timur) Sutradara Kukuh Santosa Penulis Naskah W.S. Rendra Sabtu, 3 Desember 2016 15:00 WIB Durasi: 90 menit Teater Luwes
SINOPSIS
CATATAN SUTRADARA
Malam ini tak begitu romantis, kadang indah kadang mencekam. Malam punya suara jangkrik, sinar bulan, bintang, wanita dan lelaki jalang. Ada juga suara-suara doa di rumahrumah ibadah. Malam ini tak terbaca, malam ini tak bisa diceritakan rahasianya, bayi lahir dan mati. Malam ini punya langit berwarna baru. Aku mau tidur. Aku perlu dan harus tidur. . . .
Ini adalah kisah orang-orang yang berada di tikungan jalan, tanpa sadar mereka menceritakan kisah-kisah hidup mereka, cinta mereka, yang pahit lagi getir. “Aku ingin kisahku ini bisa didengar orangorang, agar mereka semua tahu tentang kisah hidupku.” KUKUH SANTOSA
PROFIL Teater Semut Unsada didirikan pada 1989. Kelompok ini pernah mementaskan naskah Reuni Orang-Orang pada 2012, Mega-Mega pada 2011, Tikungan Maut di Festival Teater Jakarta Timur 2010. Lewat lakon Orang-Orang di Tikungan Jalan mereka meraih penghargaan Juara Umum, Juara 1, Sutradara Terbaik, Artistik Terbaik, Pemeran Pembantu Laki-laki terbaik dalam Festival Teater Jakarta Timur 2016.
Kukuh Santosa selalu berkeinginan membuat pementasan di pelbagai tempat setiap tahunnya. Ia aktif terlibat kegiatan teater di sekolah dan kampus. Ia juga mendirikan sebuah sanggar seni di Jakarta Timur.
W.S. Rendra dilahirkan di Solo, Jawa Tengah, 7 November 1935. Sejak remaja Rendra sudah menulis puisi, naskah drama, cerpen dan esai sastra di berbagai media massa. Sepulang dari belajar teater di Amerika Serikat ia mendirikan Bengkel Teater di Yogyakarta pada 1967. Ia juga menerjemahkan dan menyadur sejumlah naskah asing ke bahasa Indonesia, seperti Oedipus Sang Raja karya Sophokles, Orang Kasar karya Anton P. Chekhov, dan Kereta Kencana karya Eugene Ionesco. Ia menulis lakon Orang-Orang di Tukungan Jalan pada 1954 ketika usianya belum genap 20 tahun.
FTJ 43
PEMAIN
TIM PRODUKSI
Sondang Marsinar Dicky Baihaqi Inda Hanny Kukuh Santosa Alfian Umarella Rizal
Sutradara Kukuh Santosa Penata Musik Dowenk Penata Artistik Tjokro Adjie Penata Cahaya Zank Smooth Penata Busana Esty
FTJ 44
SAYAP UTAMA
Tanah Lie
PENAMPIL
SINOPSIS
CATATAN SUTRADARA
TEATER ALAMAT (Jakarta Barat)
Guatnio, seorang janda beranak dua, sedang menghadapi banyak cobaan. Cobaan-cobaan itu kian berat saat Wawah (adik iparnya) diam-diam berencana menjual rumah yang ia huni. Bagian cerita lainnya berkisah tentang keadaan lingkungan tempat tinggal mereka. Misalnya tentang status kewarganegaraan, ketidakadilan di dalam masyarakat keturunan Tionghoa di Teluk Naga, Tangerang, yang lebih dikenal dengan sebutan Cina Benteng. Semua itu diungkapkan dan diwakili oleh seorang lelaki bernama Joklie.
Pementasan Tanah Lie menggunakan pendekatan realisme. Suasana panggung menyaran kepada suasana sebagaimana aslinya. Tata cahaya pun dihadirkan sesuai yang tampak di sana. Musik gambang kromong menjadi pilihan utama, selain bunyi-bunyi lain sebagai penguat suasana. Musik gambang kromong dalam Tanah Lie adalah gambang kromong klasik, yang sudah jarang terdengar dan nyaris tidak dikenali lagi oleh penyanyi gambang kromong saat ini.
Sutradara & Penulis Naskah Budi Yasin Misbach Minggu, 4 Desember 2016 15:00 WIB Durasi: 90 Menit Teater Luwes
PROFIL Teater Alamat didirikan oleh pegiat teater lulusan SMAN 94 Jakarta pada 17 Januari 2009. Alamat adalah singkatan dari Anggota Lama SMA Sembilan Empat. Kini Teater Alamat memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi para generasi muda yang ingin ikut bergabung. Pementasan mereka sebelum ini antara lain Obrok OwokOwok Ebreg Ewek-Ewek di Gelanggang Remaja Jakarta Barat (2014), Nyeloncong di Gelanggang Remaja Jakarta Selatan (2014) dan Kadung Kait di Gelanggang Remaja Jakarta Barat dan Teater Kecil TIM (FTJ 2015). Mereka pernah meraih Juara Kedua FTJ 2015 dan Juara 1 dan Juara Umum Festival Teater Jakarta Barat (2016).
Budi Yasin Misbach dilahirkan di Jakarta pada 28 september 1970. Sempat berhenti berteater beberapa tahun dan mulai aktif kembali pada 1987. Sejak 2003 ia mulai melatih teater di SMA. Budi beberapa kali mendapat penghargaan sebagai sutradara maupun sebagai penata artistik pada Festival Teater Pelajar yang diadakan di Jakarta Barat. Pada 2009, bersama para alumni teater SMA 94, ia mendirikan Teater Alamat.
BUDI YASIN MISBACH
FTJ 45
PEMAIN
TIM PRODUKSI
Ratna Alfiani sebagai Guatnio Yussi Sarastyawati sebagai Wawah Rangga Gohan sebagai Joklie Firhan Novriansyah sebagai Cungguan Mudrika Risaliva sebagai Enci Empang Nanda Ayu Lestari sebagai Enci Santi Mega Putri Ramadhani sebagai Jiu Umyati Puspita Sari sebagai Nelly Nurmala sebagai Yenny Hilda sebagai Tante Berty Kis Edi Sukoco sebagai Yongki Tri Alfin Saputra sebagai Kimsen Ryan Hidayat sebagai Pak RT Anang sebagai Suami Enci Santi Muhammad Lutfi sebagai Tukang Roti Ba’ Septian Rizqi A. sebagai Tukang Kopi Nur Huda, M. Rezal, M. Ridwan sebagai Pemuda
Sutradara Budi Yasin Misbach Penata Musik Mega Putri Rahmadani Penata Artistik Mendit Gontay Penata Cahaya M. Yazied Alwi Penata Busana Umyati Puspita Sari
PENDUKUNG LAINNYA Ratna Alfiani, Mudrika Risaliva, Yussi Sarastyawati, Achmad Robi Setiawan, Achmad Prawiro, Rekliani Enggal Wulandari, Rangga Armayansjah, Deassy Novianty, Artanto, Nurmala, Nanda Ayu Lestari, Huda, Abdul Kohar, Devi Bernadette
FTJ 46
SAYAP UTAMA
Melangkah
PENAMPIL
SINOPSIS
CATATAN SUTRADARA
TEATER MANTERA (Jakarta Utara)
Melangkah bermula dari kegelisahan seorang ibu yang harus melepas anaknya demi cita-cita si anak. Sang ibu adalah orang tua tunggal yang memiliki kesuksesan dalam kariernya.
Lakon Melangkah hanya dibatasi untuk 30 orang penonton. Seluruh bagian pada tubuh aktor lebih diutamakan ketimbang aktingnya. Hal ini dilakukan untuk memaksimalkan pertunjukan.
Sutradara Scotlet Penulis Naskah Seruni Puti Rahmita Senin, 5 Desember 2016 20:00 WIB Durasi: 50 Menit Lobi Teater Kecil
SCOTLET
PROFIL Teater Mantera didirikan oleh sejumlah anggota lokakarya teater di halaman markas asosiasi Ikatan Teater Jakarta Utara (Itera) pada 2015.
Scotlet dilahirkan di Tanjung Priok, Jakarta Utara, pada 10 agustus 1966. Ia berkesenian sejak 1982 sebagai pemain, penata gerak, penata artistik dan sutradara. Ia pernah bergabung dengan Bandar Teater Jakarta dan mengikuti proses penggarapan Mangkuk Bakhus karya Ugeng T. Moetidjo yang disutradarai Malhamang Zamzam. Beberapa tahun terakhir ini ia menyutradarai beberapa karya, di antaranya Tokek (2012) karya Vredi Kastam Marta, Ssst (2015) karya Ikranegara dan Melangkah (2016) karya Seruni Putri Rahmita.
PEMAIN
TIM PRODUKSI
Rana Besoes Hartini DTK Ratna Nuri Wulandari
Sutradara Scotlet Penata Musik Dimas Budi Susilo Penata Artistik Seketi Tewel Penata Cahaya Mamedz Penata Busana Manter Botique Penata Rias Rizky Fernanda
Seruni Puti Rahmita dilahirkan di Padang, Sumatra Barat, pada 4 Mei 1992. Ia menamatkan pendidikan tingginya di Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Andalas, Padang, pada 2015. Beberapa tahun terakhir Seruni mengolaborasikan tulisan-tulisannya dengan gambar dan film. Ia pernah menjadi finalis lomba film pendek yang diselenggarakan oleh GoJek dan Plaza Indonesia.
FTJ 47
FTJ 48
SAYAP UTAMA
Bukan Rumah Gue
PENAMPIL TEATER GUMILAR (Jakarta Pusat)
Sutradara & Penulis Naskah R. Mono Wangsa & Yanto Le Honzo Selasa, 6 Desember 2016 20:00 WIB Durasi: 75 Menit
PDS H.B. Jassin
SINOPSIS
CATATAN SUTRADARA
Bukan Rumah Gue menceritakan sekelumit kisah kaum urban di kota besar yang disampaikan dengan sifat pertunjukan eksploratif. Lakon ini membuka dirinya untuk dimasuki sekaligus ditinggalkan. Karena setiap orang adalah saksi sejarah bagi dirinya sendiri di dalam rumah yang telah menyimpan masa lalu setiap orang. Lakon ini juga tentang bagaimana seseorang melihat kehidupan yang lebih luas di luar rumahnya sendiri.
Bukan Rumah Gue menggunakan konsep pertunjukan teater audiovisual dengan genre hyperrealis, juga ditampilkan di luar ruangan agar terasa dekat dengan penonton. Lakon ini menyoroti Jakarta sebagai kota metropolis serta problematika di dalam setiap individu. Seluruh unsur yang terlibat di dalam lakon ini adalah satu kesatuan, dari hasil observasi, penelitian dan kontemplasi terhadap lingkungan, yang dilakukan seperti melakukan kegiatan sehari-hari. R. MONO WANGSA & YANTO LE HONZO
PROFIL Teater Gumilar berdiri pada 1985. Sempat vakum dari dunia teater, namun lima tahun belakangan ini mereka kembali aktif dalam beberapa pementasan di Jakarta. Membawa semangat baru yaitu “Satu Langkah Berjuta Cakrawala” untuk kesenian teater di Jakarta dan Indonesia. Pementasan mereka sebelumnya, antara lain Villa dan Sebotol Anggur (2010), Ibu Saya Sakit Saya Ibu (2015) dan Bukan Rumah Gue (2016). Tahun ini mereka meraih penghargaan sebagai Juara Festival Teater Jakarta Pusat 2016 dalam kategori Grup Terbaik, Aktor Perempuan Terbaik, Aktor Laki-laki Terbaik.
R. Mono Wangsa pernah kuliah di Jurusan Teater Institut Kesenian Jakarta dengan peminatan Penyutradaraan. Selain sebagai sutradara teater, ia juga menyutradarai banyak film televisi, sinetron, film pendek dan film dokumenter. Sebagai pekerja sosial, ia kerap memberikan lokakarya bagi anakanak jalanan, komunitas film dan teater.
Yanto Le Honzo menulis sejak duduk di bangku SMP. Ia pernah menjadi aktor di Kelompok Teater Kami (19992010). Tahun lalu ia menulis teks dan menjadi asisten sutradara pentas Ibu Saya Sakit Saya Sakit Ibu produksi Teater Gumilar.
FTJ 49
PEMAIN
TIM PRODUKSI
Anisurestu, Alfa, Nova Adela Teuku Rina, Marwah, Iwuel Rini Kreet, Qodrat P. Putra Ipoel, Panji, Charles, Nabil Zaki, Cholis Tegal, Babs Yul, Gladys, Rieke
Sutradara R. Mono Wangsa, Yanto Le Honzo Penata Musik Torik, Reza Eblenk, Leo Oel, Bhakti, Eko Banding Penata Artistik Danny Oki D. Penata Lighting Monce, Hendro Penata Busana Style, Prodigiouse Pendukung Lain Dewi Arifiani, PepiIpep, Herman
FTJ 50
SAYAP UTAMA
Tokek
PENAMPIL
SINOPSIS
LABS STUDY TEATER (Jakarta Utara)
Suara-suara tokek terus membayangi sepasang suamiistri. Terutama ketika si istri sedang bimbang perihal kehamilannya, apakah anaknya kelak akan terlahir sebagai lelaki atau perempuan. Sementara itu, karena terganggu, si suami berencana membunuh tokek tersebut, tetapi si istri melarangnya karena takut terkena tulah. Dari sini sebuah konflik bermula tersebab tokek yang dikenal unik sosok dan suaranya.
Sutradara Idris Senopati Penulis Naskah Vredi Kastam Marta Rabu, 7 Desember 2016 20:00 WIB Durasi: 60 menit Teater Kecil
PROFIL Labs Study Teater didirikan di Pademangan, Jakarta Utara, oleh sekelompok anak muda yang mulanya berpentas di acara-acara Agustusan. Namun, mereka terus aktif hingga bisa memasuki festival teater tingkat wilayah dan meraih prestasi yang cukup baik. Lakon mereka sebelumnya Penggali Intan karya Kirdjomuljo meraih Juara 2 di Festival Teater Jakarta Utara 2015, sementara lakon yang dibawakan kali ini meraih Juara 3 di Festival Teater Jakarta Utara 2016. Kelompok ini memiliki motto “bersama lebih baik daripada sendiri.”
Idris Senopati mulanya belajar teater di Sanggar Poros. Pernah pula ia bergabung dengan kelompok teater Satu Merah Panggung yang dipimpin oleh Ratna Sarumpaet dan ikut dalam pementarasan Jamila dan Presiden. Ia pernah meraih predikat Aktor Terbaik di FTJ 2006 lewat aksinya memerankan salah satu tokoh dalam lakon King Lear karya William Shakespeare.
Vredi Kastam Marta dikenal sebagai budayawan, sastrawan dan seniman dan berdomisili di Sukabumi, Jawa Barat. Karya-karyanya selalu mengedepankan tema-tema sosial dan menyoroti mitosmitos yang ada dalam masyarakat. Selain naskah Tokek, Vredi juga menulis naskah Syekh Siti Jenar dan Toet-toet.
FTJ 51
PEMAIN Nadine Nadila Idris Senopati
TIM PRODUKSI Sutradara Idris Senopati Penata Musik Nardi JEFF and Friends Penata Artistik Erica Penata Cahaya Imam Maarif Penata Busana Oktavionil Awak Panggung Apri, Rener, Sultan, Fajar
FTJ 52
FTJ 53
SAYAP TAMU
FTJ 54
SAYAP TAMU
Menjaring Malaikat
PENAMPIL
SINOPSIS
CATATAN SUTRADARA
JARING PROJECT (Yogyakarta)
Menjaring Malaikat adalah pertunjukan aktor tunggal yang tidak ingin terjebak dalam kategori monolog. Lakon yang menceritakan kegelisahan wong cilik di tengah carutmarut konflik elite negara ini mengambil ide dari cerita pendek karya Danarto yang berjudul Mereka Toh Tidak Mungkin Menjaring Malaikat. Ada tokoh Jibril yang berperan santai dan suka bercanda, namun tanpa meninggalkan kesannya yang agung. Lakon ini dengan mudah memain-memainkan peristiwa genting umat manusia menjadi semacam humor sekaligus satire.
Menjaring Malaikat menyusun aroma surrealis namun bisa diperankan secara realis. Kerja penyutradaraan dan kerja penulisan naskah (pengadaptasian cerpen) adalah proses yang simultan tanpa saling mendahului. Penyutradaraan lebih menyoroti subyek peristiwa-laku, tidak selalu mesti menerjemahkan peristiwa-teks yang ada dalam naskah. Aktor tunggal dalam pertunjukan ini diposisikan sebagai manusia yang bisa membelah diri jadi banyak sosok. Proses penggarapan pertunjukan ini di satu sisi juga menjadi wadah untuk menguji kekuatan aktor dalam pertemuan dan dialognya dengan ketiadaan di atas panggung, bukan dengan aktor lain.
Sutradara Ibed Surgana Yuga Penulis Naskah Desi Puspitasari Selasa, 29 November 2016 20:00 WIB Durasi: 60 Menit Teater Kecil
IBED SURGANA YUGA
PROFIL Sejak 2013 para anggota Jaring Project sering terlibat dalam berbagai acara kesenian di Yogyakarta. Dalam kurun waktu empat tahun mereka juga mengerjakan program-program seni di luar Yogyakarta bahkan di luar negeri. Maka dari banyaknya kesempatan kerja kolektif timbul gagasan untuk menamakan diri Jaring Project. Berangkat dari produksi Menjaring Malaikat, Jaring Project ingin menampilkan kolaborasi antarcabang seni, mengingat para personelnya berasal dari latar belakang berbedabeda. Sebelum ini Jaring Project memainkan Menjaring Malaikat dalam Mimbar Teater Indonesia 2016 di Taman Budaya Surakarta.
Ibed Surgana Yuga dilahirkan di Bali pada 14 Agustus 1983. Setamat dari SMA ia bekerja sebagai wartawan, lalu melanjutkan pendidikannya di Jurusan Teater ISI Yogyakarta. Di Yogyakarta, bersama seorang temannya, Ibed mendirikan Seni Teku pada 2005 dan mengukuhkan diri sebagai sutradara dan penulis naskah lakon. Melalui garapannya bersama Seni Teku yang berjudul Kintir (Anak-Anak Mengalir di Sungai) dalam Festival Teater Jogja 2009, Ibed mendapat penghargaan sebagai Sutradara Potensial sekaligus Penghargaan Umar Kayam. Pada 2012 Ibed mendirikan Kalanari Theatre Movement, sebuah lembaga yang melakukan gerakan budaya melalui karya-karya teater.
Desi Puspitasari adalah novelis dan cerpenis yang karya-karyanya telah difilmkan dan disinetronkan. Selain sebagai penulis, perempuan kelahiran Madiun, Jawa Timur, 1983 ini juga bergelut di dunia seni pertunjukan. Ia pernah terlibat dalam sejumlah pentas, misalnya pentas monolog Sang Primadona saduran cerpen A. Mustofa Bisri, sebagai presentasi program beasiswa keaktoran Actor Studio 2 Teater Garasi (2008); Tempat Istirahat, sebagai presentasi program beasiswa Actor Studio 3 Teater Garasi (2009), Kura-kura Bekicot saduran atas naskah Eugene Ionesco (2010).
FTJ 55
PEMAIN Jamaluddin Latif Andy Setyanta Tri Haryanto Agung Febriyanto
TIM PRODUKSI Sutradara Ibed Surgana Yuga Penulis Naskah Desi Puspitasari Penata Musik Ari Wulu Penata Artistik Roby Setiawan Penata Cahaya Sugeng Utomo Penata Busana Aries Danu Jundan Susilo Manajer Panggung Adib Nurul Fajariyanto Manajer Produksi Andy Setyanta
FTJ 56
SAYAP TAMU
Abracadabra
PENAMPIL
SINOPSIS
CATATAN SUTRADARA
ARTERY (Jakarta)
Abracadabra menghadirkan suasana magis, alam lokal Jawa, lanskap imajiner, sesuatu yang asing, bercampur-baur antara ada dan tiada, sebagaimana yang umum hadir di dalam cerpen-cerpen Danarto. Dengan daya pikat tersebut pertunjukan ini bermaksud untuk menumbuhkan apresiasi terhadap karyakarya Danarto dan melacak kehidupan masyarakat pada sisi kepercayaan terhadap hal-hal mistik atau supranatural serta kaitannya dengan kemajuan peradaban.
Abracadabra adalah riset tentang karya Danarto yang diolah ke dalam bentuk pertunjukan. Penampil menanggapi karakter, dialog antartokoh maupun monolog dalam cerpen-cerpen Danarto. Artery juga menggunakan sumber riset lain yang berkaitan dengan Danarto dalam kerangka pemeranan, stilisasi tubuh maupun . Selain itu, permainan cahaya dan bebunyian yang sugestif akan membangun suasana seperti dalam karya Danarto. Pertunjukan ini adalah lanjutan dari penggarapan Abracadabra sebelumnya tampil di Mimbar Teater Indonesia V di Teater Arena Taman Budaya Surakarta, September 2016.
Sutradara & Penulis Naskah Dendi Madiya Kamis, 1 Desember 2016 20:00 WIB Durasi: 60 Menit Galeri Cipta II
DENDI MADIYA
PROFIL Artery didirikan di Lubang Buaya, Jakarta Timur, pada awal 2013. Mulanya para pendiri Artery bergiat di Teater Omponk di Gelanggang Olahraga Bekasi. Akhirnya mereka mengganti nama Teater Omponk menjadi Artery. Mereka pernah meraih predikat Grup Terbaik I Festival Teater Jakarta Timur (2013), Sutradara Terbaik Festival Teater Jakarta Timur (2013), Pemeran Pembantu Wanita Terbaik Festival Teater Jakarta Timur (2013). Pertunjukan Artery sebelum ini adalah Tidak Ada Kekosongan di pelataran parkir Taman Budaya Surakarta dalam program Hari Teater Sedunia (2016); Abracadabra di Teater Arena Taman Budaya Surakarta dan Gemar Bermain Panggung dalam Mimbar Teater Indonesia V 2016.
Dendi Madiya lahir di Pelabuhan Ratu, Jawa Barat, pada 7 Maret 1977. Baru-baru ini ia mengikuti lokakarya “Dramaturgi Baru dan Hal-Hal yang Melatarinya” dengan pemateri Peter Eckersall (profesor Kajian Teater dan Performance di Universitas New York, Amerika Serikat) pada Art Summit Indonesia ke-8. Pada Oktober dan November 2015 ia menjadi peserta Bengkel Riset Naskah “Album Keluarga” yang diselenggarakan oleh Komite Teater DKJ dengan pemateri Benny Yohanes. Mulai akhir 2014 ia ikut mengeloka situs web Komite Teater DKJ sebagai penulis di www.teaterdankota. org dan periset untuk www.ftj.or.id.
FTJ 57
PEMAIN Suwarni (Adek Ceeguk) Firshada Hellen
TIM PRODUKSI Sutradara Dendi Madiya Penata Musik & Suara Muchammad Syahbudin Lail Penata Artistik Fidelis Krus Yosua Penata Cahaya Fahmi Ulhaq Penata Busana Adek Ceeguk Awak Panggung Ricky Unik, Bayu Setyo Parikesit, Didit Aditio, Masita Kirana, Della Octaviani.
FTJ 58
SAYAP TAMU
Ilusi Pasi
PENAMPIL
SINOPSIS
CATATAN SUTRADARA
PADEPOKAN SENI MADURA (Madura)
Ilusi Pasi mengungkapkan kegelisahan-kegelisahan manusia terhadap dunia utopis yang berbenturan dengan kenyataan sehari-hari. Gagasan tersebut ditampilkan ke sebuah titian dari bambu untuk dilompati pelakon layaknya pemain sirkus. Pelakon yang gelisah akan mencoba mencari sesuatu di tempat yang lebih tinggi, namun ternyata ia tidak menemukan apa-apa selain kekosongan. Yang bisa ia lakukan kemudian hanyalah lompat dan kembali ke asalnya, yakni sisi yang lebih rendah.
Ilusi Pasi hadir untuk menanggapi keresahan di alam bawah sadar (mimpi) dan konflik individu dalam kehidupan kita. Pertunjukan ini menggunakan pola pertunjukan teater tradisional. Pada proses penggarapannya, pelakon berhak menafsirkan gaya bermain sendiri tanpa keluar dari benang merah pertunjukan. Pada tahap ini pula penulis naskah mulai masuk untuk menulis bentuk-bentuk yang muncul dari tafsir para pelakon dan memberi pertimbangan narasi untuk mereka.
Sutradara Anwari Penulis Naskah Elyda K. Rara Sabtu, 3 Desember 2016 20:00 WIB Durasi: 60 Menit Teater Kecil
ANWARI
PROFIL Padepokan Seni Madura didirikan pada 2014. Kelompok ini adalah ruang kreativitas untuk pelaku seni di Madura yang tidak dibatasi oleh wilayah kabupaten. Di sini mereka mempertemukan dan membahas wacana, ide, kreativitas, metode dan gagasan perkembangan teater mutakhir. Beberapa pementasan mereka sebelumnya adalah Mini-Mini #3 Batu di Dewan Kesenian Malang (2016) dan Mini-Mini #2 Batu di Taman Budaya Jawa Timur, Surabaya (2015). Kelompok ini pernah menerima Hibah Seni kategori Karya Keliling dari Yayasan Kelola pada 2016 dan kategori Karya Inovatif pada 2014, juga terpilih menjadi penyaji di Parade Teater Nusantara di Taman Budaya Jawa Timur, Surabaya (2015).
Anwari dilahirkan di Sumenep, Madura, pada 2 April 1992. Ia beberapa kali menjadi pemonolog terbaik, terutama dalam Festival Monolog Ruang Publik Federasi Teater Indonesia (2011), Festival Monolog Dramakala di London School of Public Relation, Jakarta (2012) dan Festival Monolog Federasi Teater Indonesia (2013). Masih di tahun yang sama ia menjadi aktor terbaik dalam Festival Teater Internasional di Maroko. Pementasannya yang berjudul Kapal Terbang dari Bantal karya Afrizal Malna mendapat Hibah Seni kategori Karya Inovatif dari Yayasan Kelola. Pada 2016 ini, ia juga diterima untuk mengikuti proyek kolaborasi Bumi Purnati (Indonesia) dengan Suzuki Company of Toga, Jepang.
Elyda K. Rara adalah penulis, pengajar, editor lepas, pemain dan sutradara teater. Ia adalah manajer program Kamateatra Art Space (Singosari, Malang) dan Singkong Art Space (Dasuk, Sumenep), Ketua Teater Komunitas, Pembina Teater Gema SMAN 1 Lawang, pengajar Bahasa dan Sastra Indonesia di SMAN 1 Lawang, aktor di Ruang Karakter, tergabung dalam Laskar Penyair Nusantara PMK (Puisi Menolak Korupsi), menulis dan mengikuti apresiasi sastra di Pelangi Sastra Malang. Ia belajar keaktoran dan penyutradaraan kepada Arswendy Nasution dan beberapa tokoh teater Indonesia.
FTJ 59
PEMAIN Anwari sebagai Pria 1 Kun Baehaqi Almas sebagai Pria 2 Hafiki sebagai Pria 3
TIM PRODUKSI Sutradara Anwari Pemimpin Produksi Elyda K. Rara Penata Cahaya Ronald Irsyadi Dokumentator Riza F. Ramadhani Transportasi Nigas Penata Set dan Properti Ezzy Ferdiansyah
FTJ 60
SAYAP TAMU
Ruang Kelas (Class Room)
PENAMPIL
SINOPSIS
CATATAN SUTRADARA
SENA DIDI MIME INDONESIA (Jakarta)
Di ruang kelas kita pernah duduk bersama dalam satu sejarah, memperdebatkan soal kenapa kentut tidak dapat dihitung, padahal ia bisa dibagi seisi ruang? Ingatan kita tentang bunyi menjadi nol lantaran angin menolak dikatakan kentut. Ingatan kita tentang rindu, terus menunggu, lantaran waktu tak kunjung tiba. Kita kemudian sejajar dengan angin namun bukankah kita tak pernah belajar terbang? Di ruang kelas kita pernah duduk bersama dalam satu sejarah, lalu hilang ingatan bersama guru yang tak pernah ada.
Ruang Kelas (Class Room) membuat hal spontan menjadi hal yang memang harus terjadi, tetapi tetap terkesan spontan. Ceritanya sengaja tidak dirangkai secara naratif, tetapi dibiarkan hadir begitu saja. Karakterkarakter antagonis pada saat tertentu bisa saja berubah menjadi protagonis ataupun sebaliknya. Oleh karena itu pembacaan pentas lebih tepat dianalogikan seperti membaca puisi ketimbang membaca prosa. Kami tidak bermaksud memaksa penonton untuk mengerti, tetapi teater tubuh yang kami bawakan perlu dinikmati dengan hening.
Sutradara & Penulis Naskah Yayu Unru Selasa, 6 Desember 2016 20:00 WIB Durasi: 75 Menit Teater Kecil
YAYU UNRU
PROFIL Sena Didi Mime Indonesia resmi berdiri pada 1987, meski sudah dimulai kegiatannya oleh Sena A. Utoyo dan Didi Petet sejak akhir 1970-an. Dalam perjalanan berkarya yang cukup panjang, kelompok mime ini mampu memasuki percaturan pantomim dunia. Mereka sering memperoleh undangan untuk mengikuti festival pantomim tingkat internasional. Kelompok mime ini juga telah memprakarsai diadakannya festival pantomim tingkat internasional di Indonesia pada 1992 dan 1994. Mereka juga pernah meraih penghargaan The Craziest Production Award, Istropolitana Project June, Academy of Performing Arts, Bratislava, Slovakia (2016).
Yayu Unru belajar di Jurusan Teater IKJ pada 1982. Ia belajar komedi kepada aktor komedi Prancis Roland Ganamet dan belajar mime kepada Elizabet Ceki yang juga dari Prancis. Ia pernah bergabung dengan Krisno Mime Teater dan aktif di Bengkel Gerak bersama Lena Simanjuntak. Pada 1989 ia memperoleh beasiswa dari Goethe Institut untuk belajar pantomim di Jerman selama delapan bulan. Yayu pernah berpentas bersama Sardono Dance Teater di Jenewa, Swiss (1988); bersama Lena Simanjuntak di beberapa kota di Jerman (1988); bersama kelompok Bona Ni Ogung di Deutsche Welle, Jerman, dan beberapa kota di Belanda (1998). Yayu juga pernah
tampil di Dunya Festival di Belanda dan di pembukaan Expo Hanover, Jerman (2000) dan di Hanoi, Vietnam (2002). Hingga kini ia telah menyutradarai banyak pentas, mengajar di Jurusan Teater IKJ dan beberapa kelas akting serta menjadi pelatih akting untuk sejumlah produksi film nasional.
FTJ 61
PEMAIN Stephanus Hermawan “Tjieproet” Kameo Lova Beni Ober Syafrudin Almanzo Konoralma Richard Kalipung Boy Idrus Iqbal Sulaiman
TIM PRODUKSI Sutradara Yayu Unru Penata Musik Yehuda Gabriel Penata Artistik Beni Ober Siagian Penata Cahaya Nurilatif Ramadhonie “Birkoed” Penata Busana Aguy Kostum Manajer Iwan Pagaralam
FTJ 62
FTJ 63
SAYAP KLASIK
FTJ 64
SAYAP KLASIK
Pinang Laki-laki yang Berbuah Tunggal
PENAMPIL PUJA BETAWI (Jakarta) Sutradara & Penulis Naskah Babeh Rodjali Rabu, 23 November 2016 20:00 WIB Durasi: 60 Menit
Teater Kecil
SINOPSIS
CATATAN SUTRADARA
Ada seorang raja bernama Rajawali yang mempunyai tiga orang putra. Ketiga putranya sama-sama punya permintaan, yaitu ingin beristri. Rajawali pun memberi ketiga putranya sebuah syarat, yaitu apabila ingin beristri, mereka harus mencari buah pinang lakilaki yang berbuah tunggal. Singkat cerita, salah seorang anaknya berhasil menemukan buah pinang laki-laki yang di dalamnya berisi seorang putri yang cantik jelita.
Pinang Laki-Laki yang Berbuah Tunggal adalah pentas lenong denes yang menggunakan konsep panggung teater tradisi. Ruang dan peristiwa dijelaskan dengan layar bergambar. Ada beberapa perubahan latar pertunjukan mulai dari latar kerajaan, kahyangan dan hutan. Peran pemain tampak dari benang merah pertunjukan. Selama pertunjukan pemain akan menguatkan peran masing-masing dengan berimprovisasi dan spontanitas yang tinggi. BABEH RODJALI
PROFIL Puja Betawi adalah salah satu grup lenong yang merupakan transformasi grup lenong Sedap Malam. Sedap Malam berkembang sejak 1950-an dan melakukan regenerasi sehingga berubah menjadi Djali Putra. Di bawah pimpinan Babe Rodjali nama kelompok ini berubah menjadi Sanggar Puja Betawi yang sampai sekarang terus mempertahankan bentuk lenong denes di Jakarta. Pentas mereka yang terbaru adalah Raden Damarwulan di BLK Jakarta Timur (2016) dan dipentaskan juga di Kelurahan Jati Jajar (2015); Raja Durjanah di Monas (2014). Puja Betawi pernah meraih Juara 1 Lomba Lenong Tingkat DKI Jakarta pada 1990, 1995 dan 2009.
Babeh Rodjali mulai berkiprah di dunia lenong pada 1950-an. Kini usianya sudah menginjak 80 tahun. Atas kiprahnya, ia meraih gelar Maestro Seniman Betawi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada 2014.
FTJ 65
PEMAIN
TIM PRODUKSI
Ika Firmansyah Mila Murtani Jafar
Sutradara Babeh Rojali Penata Musik Firmansyah Penata Artistik Zainal Penata Cahaya Murtani Penata Busana Lilis Pendukung Lainnya Muhamad
FTJ 66
SAYAP KLASIK
Sahibul Hikayat Abdul Kirom Pedagang Kacang
PENAMPIL
SINOPSIS
ITA SAPUTRA (Jakarta)
Abdul Kirom Pedagang Kacang menceritakan seorang pedagang kacang keliling di sebuah negeri bernama Ajra. Ketika itu raja di negeri itu sedang mencari menantu untuk putrinya, karena itu ia mengadakan sayembara: Barang siapa yang yang mampu menaklukkan seekor gajah putih akan bisa menikahi putrinya yang cantik jelita. Namun sesuatu yang tak terduga terjadi. Si pedagang kacang yang kebetulan sedang berjualan kacang di sekitar istana, tanpa disengaja, berhasil menaklukan gajah putih itu.
Sutradara & Penulis Naskah Ita Saputra Minggu, 4 Desember 2016 14:00 WIB Durasi: 60 menit Galeri Cipta II
PROFIL Sahibul Hikayat adalah jenis sastra lisan yang masih bertahan di masyarakat Betawi. Pada mulanya, jenis kesenian ini berkembang di wilayah Betawi Tengah, seperti Tanah Abang, Salemba, Kebon Sirih, Kemayoran, namun kemudian menyebar ke wilayah pinggiran Betawi. Sahibul Hikayat disampaikan dalam bentuk prosa dengan beberapa bait pantun oleh satu orang profesional yang biasa disebut juru hikayat. Kisah-kisah dalam sahibul hikayat berasal dari khazanah sastra lisan Timur Tengah. Sebelum ini tokoh sahibul hikayat yang legendaris adalah Ahmad Sofyan Zaid. Ia meneruskan ayahnya bernama Mohammad Zaid. Selain itu, ada juga nama-nama seperti Haji Ja’far dan Haji Ma’ruf.
Ita Saputra dilahirkan di Jakarta pada 1956. Ia dikenal sebagai seniman tradisi, penutur, pendongeng dan sahibul hikayat. Ia menekuni sahibul hikayat sejak 1980. Yang membedakan Ita dari Ahmad Sofyan Zaid adalah ia membawakan sahibul hikayat dalam dialek Betawi Ora yang digunakan oleh masyarakat Betawi pinggiran lengkap dengan humor yang kental dan khas, sementara Ahmad Sofyan Zaid membawakan sahibul hikayat dengan bahasa Betawi Kota dan lebih menitikberatkannya pada pesan-pesan moral-religius. Ita Saputra telah menghasilkan berpuluh-puluh karya sahibul hikayat tetapi tidak terdokumentasikan dengan
baik. Selain Abdul Kirom Pedagang Kacang, ia membawakan karyakaryanya yang lain seperti Saudagar Kaya, Hari Kemerdekaan dan Yatim Piatu. Ia membawakan sastra lisan khas Betawi ini di pelbagai acara, mulai dari perayaan sunatan dan pernikahan hingga perayaan Agustusan dan sebagai selingan pentas dangdut di Jakarta, Depok dan Tangerang.
PEMAIN
Ita Saputra
FTJ 67
FTJ 68
SAYAP KLASIK
Punakawan Sungging
PENAMPIL WAYANG ORANG BHARATA (Jakarta) Sutradara Teguh Ampiranto Minggu, 4 Desember 2016 20:00 WIB Durasi: 120 menit
Teater Kecil
SINOPSIS
CATATAN SUTRADARA
Punakawan Sungging mengisahkan seorang wanita bernama Endang Nirasmoro yang ingin dipersunting dua lelaki, yaitu putra mahkota Kerajaan Astina Raden Lesmana Mandrakumara dan anak tiri Ki Lurah Semar bernama Joko Panandang. Endang Nirasmoro mau dipersunting oleh siapa pun asal semua permintaannya dapat dipenuhi. Lantas siapakah yang berhasil mendapatkan Endang Nirasmoro, yang sebenarnya adalah Abimanyu dan Siti Sundari?
Punakawan Sungging adalah cerita carangan (lakon wayang yang keluar dari pakem) yang lucu dan menghibur. Cerita ini sarat dengan filosofi dan pesan moral yang bermanfaat bagi masyarakat.
PROFIL Wayang Orang Bharata didirikan pada 5 Juli 1972. Kelompok wayang orang ini telah mendapatkan berbagai penghargaan dan pengakuan dari dalam dan luar negeri. Wayang Orang Bharata mementaskan naskah setiap Sabtu pukul 20:00 WIB di Gedung WO Bharata, Senen, Jakarta Pusat. Pementasan mereka yang terbaru antara lain adalah Kongso Adu Jago di Gedung Kesenian Jakarta (2014) dan Sang Sumantri di Teater Besar TIM (2013). Museum Rekor Dunia (MURI) pernah mencatatkan nama mereka dalam rekor Penyelenggara Pentas Wayang Orang Bharata Generasi VII (2012) dan Penyelenggara Monolog Wayang Orang Pertama (2015).
Teguh Ampiranto telah berkiprah di Wayang Orang Bharata sejak pertengahan 1980-an. Ia menyutradarai tujuh pertunjukan Wayang Orang Remaja pada pertengahan 1990-an. Bersama kelompok pelestari seni tradisional Sekar Budaya Nusantara, lelaki yang akrab disapa Kenthus ini telah menggarap lebih dari 70 lakon yang direkam dan disiarkan di stasiun televisi nasional dan didistribusikan dalam bentuk DVD. Belum terhitung karyanya untuk acara instansi pemerintah dan perusahaan. Karyanya bersama WO Bharata antara lain adalah Bambang Pramusinto (2009), Salya Wiratama (2010, 2012), Gareng Dadi Ratu (2011), Sang Sumantri (2013), Kongso Adu Jago (2014) dan monolog wayang orang Destarastra (2015).
TEGUH AMPIRANTO
FTJ 69
PEMAIN
TIM PRODUKSI
Kies Slamet, Aries Mukadi, Marsam Mulyoatmojo, Ismuri, Mujo Setiyo, Slameto, Surip Handayani, Haryati, Sentot Erwin, Senthun Bhima Nugraha, Moch. Wahyudi, Nugroho Aprihadi, Nunung Rustiawati
Sutradara Teguh Ampiranto Penata Musik/Gending Kadar Soemarsono Penata Artistik M. Wahyudi Penata Busana Ariyati Nyatmi Widuri Koreografer Nanang Ruswandi Penasihat Sutradara Slameto, Surip H., Sentot Erwin
PENGRAWIT & PESINDEN
Kadar Soemarsono, Susamsi, Japon Suprayogi, Wardoyo, Kasiyanto, Puthut Susanto, Moetmainah, Mulyaningsih
FTJ 70
SAYAP KLASIK
Si Manis Jembatan Ancol
PENAMPIL SANDIWARA SUNDA MISS TJITJIH (Jakarta) Sutradara Imas Darsih Penulis Naskah Adim Diiyati Kamis, 8 Desember 2016 20:00 WIB Durasi: 120 menit
Teater Kecil
SINOPSIS
Hubungan cinta Mariah dan Mamat tidak mendapatkan restu dari ibunya Mamat. Dalam kesedihannya, Mariah bertemu Usin yang bersedia menjadi pengganti Mamat. Namun karena suatu hal, Mariah harus pergi meninggalkan Usin. Takdir berkata lain, pada suatu hari Mariah bertemu kembali dengan Usin di Jembatan Ancol dan berjanji bertemu untuk kedua kalinya. Namun ketika sampai di tempat dan waktu yang dijanjikan, Usin menemukan Mariah meninggal di bawah Jembatan Ancol.
PROFIL Sandiwara Sunda Miss Tjitjih didirikan oleh Sayyed Aboebakar Bafaqih dengan nama resmi Miss Tjitjih Toneel Gezelschap pada 1928. Kelompok ini mengambil nama Miss Tjitjih berdasarkan nama diva panggung sandiwara itu: Nyi Tjitjih. Kini dialog yang digunakan mengalami pergeseran dari bahasa Sunda menjadi campuran bahasa Sunda-Melayu Betawi. Ini semua dilakukan agar Miss Tjitjih dapat diterima oleh semua kalangan, karena bahasa Betawi relatif sama dengan bahasa Melayu. Nyi Tjitjih sendiri wafat pada 1936, tapi perjuangannya dalam melestarikan kesenian Sunda dilanjutkan oleh anggota lainnya hingga hari ini. Beberapa pentas mereka yang terbaru adalah Nyimas Gandasari di Gedung Sasono Langen Budoyo, TMII (2015), Bawang Merah Bawang Putih di Galeri Indonesia Kaya (2015) dan Beranak dalam Kubur di halaman kantor Walikota Garut (2015).
Imas Darsih dilahirkan di Bandung, Jawa Barat, pada 9 Januari 1962. Anak ketujuh dari sembilan bersaudara dari pasangan Ali Teba dan Atikah (pemain Miss Tjitjih). Imas mengenal sandiwara pertama kali pada 1968 dan sejak kelas 1 SD ia sudah bermain reog. Ia mulai menyutradarai pementasan Miss Tjitjih pada 2011. Karya-karya penyutradaraannya yang terbaru adalah Kuntilanak Warudoyong (2013), Guru Minda atau Lutung Kasarung (2014), Kabayan dan Jaka Tarub.
Adim Diiyati dilahirkan pada 1920an. Di teater tradisi Sunda ia banyak berperan sebagai pemain, sutradara dan penulis naskah. Adim menulis sejumlah naskah untuk Miss Tjitjih, di antaranya Pendekar Goa, Setan Melati dan Si Manis Jembatan Ancol. Selain aktif berkesenian di kelompok Sandiwara Sunda Miss Tjitjih, ia juga mendirikan kelompok sandiwara sejenis di Karawang dengan nama Gaya Baru. Adim wafat pada 1986.
FTJ 71
PEMAIN
TIM PRODUKSI
Rohatin sebagai Mariah Omah sebagai Ibu Mamat Aris sebagai Mamat Boyot, Wawan, Tigin sebagai Pembantu Dadang sebagai Pak Acim Elly sebagai Bu Acim Kucay sebagai Husin Ujang G.B. sebagai Bek Sani Upay sebagai Teman Husin Karta sebagai Bang Dul Dina Jihan sebagai Noni Nana sebagai Nini Nini Omo sebagai Aki-Aki Diding sebagai Kondor Sri, Irma sebagai Teman Mariah
Sutradara Imas Darsih Penata Musik Sudaryana, Ari Ismaya Penata Artistik Udin Syarifudin Penata Cahaya Ujang Smooth Staf Penata Cahaya Egi Penata Busana Aris Fadilah, Sariyah Penata Dekor Bambang Tjuk, Adang, Hendri Penata Teknik Sambas Aco, Agus Kacang, Upay, Iip Penata Properti Budi, Apis Penata Suara Nunu
FTJ 72
FTJ 73
LOKAKARYA
FTJ 74
LOKAKARYA
Fotografi Seni Pertunjukan
PEMATERI WITJAK WIDHI CAHYA Kamis-Jumat, 24-25 November 2016 11:00 WIB Lobi Teater Kecil Untuk pendaftaran, sila hubungi 081284709400 (Ardian)/ [email protected]
Memotret pentas seni pertunjukan sekarang ini bukan lagi monopoli fotografer profesional. Kemunculan ponsel pintar beberapa tahun belakangan ini telah memudahkan siapa saja untuk memotret atau mendokumentasikan segala macam peristiwa—tak terkecuali pentas teater atau seni lainnya. Aneka media sosial juga telah menjadi semacam galeri tempat memajang karya-karya mereka. Namun, memotret seni pertunjukan tampaknya tidak sesederhana yang dibayangkan. Kerap kali sebuah acara seni menuntut sejumlah syarat pemotretan.
Sejatinya, kemampuan memotret sebuah peristiwa seni memerlukan kemampuan tertentu. Itulah yang akan dipelajari dalam lokakarya kali ini. Bukan hanya teknis menggunakan kamera (mengatur pencahayaan dan fokus misalnya), tetapi juga bagaimana mengambil sudut pandang yang pas agar bisa menghasilkan foto seni pertunjukan bermutu baik. Semua itu bergantung bukan hanya kepada jenis kamera yang kita gunakan, tetapi juga kepada selera dan kemampuan kita sebagi pemotret. Lokakarya ini akan diberikan oleh Witjak Widhi Cahya, seorang fotografer yang selama ini bekerja mendokumentasikan pentas-pentas seni di Komunitas Salihara.
Jurnalistik Seni Pertunjukan Perkembangan seni pertunjukan di Indonesia tidak berbanding lurus dengan jurnalistik seni pertunjukan. Banyaknya pentas seni pertunjukan tidak diimbangi dengan kemunculan liputan atau kritik seni pertunjukan bermutu baik. Sudah menjadi rahasia umum bawah media massa tidak sepenuhnya peduli pada perkembangan seni. Soal lain adalah kemampuan wartawan dalam mengapresiasi perkembangan seni pertunjukan yang ada. Liputan pentas-pentas seni kerap kali hanya berisi prinsip dasar jurnalistik (5W 1 H)—dengan kutipan yang diambil dari katalog atau buku acara. Liputan tidak didasarkan oleh kemampuan yang baik si wartawan dalam mengapresiasi setiap peristiwa seni.
Lokakarya ini mencoba memberikan pemahaman dan wawasan dasar kepada para penulis dalam menghadapi perkembangan seni pertunjukan. Juga tentang kemampuan praktis menulis jurnalistik seni pertunjukan. Pertanyaan-pertanyaan yang bisa diajukan: Bagaimana sikap apresiatif penulis atau wartawan bisa tumbuh dan mengena terhadap setiap peristiwa seni? Bagaimana pula seharusnya penulis atau wartawan mengambil sudut pandang yang tepat? Syarat-syarat dasar apa saja yang mesti dikuasai oleh seorang penulis dalam melakukan peliputan acara seni pertunjukan? Bagaimana menghasilkan liputan atau ulasan seni pertunjukan yang bisa dinikmati pembaca? Lokakarya ini akan menghadirkan Putu Fajar Arcana, seorang redaktur dan wartawan senior bidang seni pertunjukan di harian Kompas, juga para jurnalis dan situs web kompas.com.
FTJ 75
LOKAKARYA
PEMATERI JERRY HADIPROJO & ISKANDAR ZULKARNAEN (PIJARU & KOMPASIANA (JAKARTA)) Senin, 28 November 2016 11:00 WIB Ruang Pleno DKJ
PEMATERI PUTU FAJAR ARCANA (KOMPAS (JAKARTA)) Jumat, 2 Desember 2016 11:00 WIB Ruang Pleno DKJ Untuk pendaftaran, sila hubungi 081284709400 (Ardian), 088213098062 (Bayu)/[email protected]
FTJ 76
LOKAKARYA
Riset Teater Lewat Jalan Mural
PEMATERI FARHAN SIKI Jumat-Minggu, 2-4 Desember 2016 11:00 WIB Galeri Cipta II Terbuka untuk umum dengan pendaftaran Untuk pendaftaran, sila hubungi 081284709400 (Ardian)/ [email protected]
Mural sesungguhnya merupakan medium seni yang sangat kompleks dalam proses penciptaan karya seni rupa. Bukan sekadar menggambar atau merespons tembok, tetapi ia sangat berkaitan dengan pemahaman atas ruang fisik dan ruang sosial tempat mural itu dikerjakan. Karena hampir selalu dikerjakan di ruang publik, maka dalam proses kerja mural sering bersifat partisipatif. Secara teknis dan material mural juga sangat mungkin didekati dengan berbagai media. Jika melukis dan menggambar sudah dianggap konvensional, maka mural bisa diaplikasikan dengan karya instalasi trimatra, kolase, wheatpaste, stensil bahkan dinding digital. Lokakarya ini akan diproyeksikan sebagai metode penciptaan karya pertunjukan teater dengan pendekatan seperti proses kerja penciptaan mural. Lokakarya diupayakan mampu memberikan cara pandang berbeda bagi pekerja teater dalam penulisan naskah, penyutradaraan, pemeranan dan tentu saja artistik panggung. Lokakarya akan berlangsung di lokasi tertentu di sekitar Cikini atau Menteng, dengan rangkaian metode dan praktik seperti pengenalan situs, pemulungan artefak, pemilahan artefak, kritik dan pembuatan karya. Lokakarya akan diberikan oleh Farhan Siki, seorang seniman mural yang banyak memamerkan karyanya di dalam dan luar negeri. Pameran terakhirnya Trace berlangsung di Milan, Italia, MaretSeptember 2016.
FTJ 77
DISKUSI
FTJ 78
DISKUSI
Biografi Penciptaan
PENAMPIL SUTRADARA PESERTA FTJ 2016 Setiap hari, 21 November-8 Desember 2016 18:00 WIB Lobi Teater Kecil
Biografi Penciptaan adalah program yang bertujuan untuk membongkar sekaligus menampilkan segi-segi dalaman produksi teater sebuah kelompok. Pertanyaanpertanyaan yang bisa diajukan untuk ini adalah sebagai berikut: Apa saja yang terjadi dalam mewujudkan produksi pertunjukan yang maksimal? Bagaimana gagasan ditentukan yang melibatkan pemilihan naskah, pencarian data dan referensi pendukung? Bagaimana faktor lingkungan (kondisi sosial tempat proses dilakukan) ikut menentukan konteks pertunjukan? Bagaimana menentukan tim kerja yang baik? Adakah media khusus yang digunakan dalam pertunjukan? Apakah proses produksi terbuka bagi pihak lain untuk memberikan masukan? Situasisituasi kritis seperti apa yang mungkin dialami selama proses produksi? Posisi apa yang diambil sebuah kelompok teater ketika menentukan dirinya mengikuti FTJ sebagai sebuah “lomba”? Apakah sebuah kelompok hanya berteater untuk festival? Bagaimana menentukan target untuk menang? Tetapi sesungguhnya, menang atau kalah dari siapakah? Presentasi Biografi Penciptaan dilakukan masing-masing sutradara peserta di semua sayap festival untuk memproduksi jejak-jejak pertunjukan sebagai wacana maupun arsip.
Arsip Teater
FTJ 79
DISKUSI
Dari Tooneel ke Teater (Sekolahan) Bagaimana sebenarnya pertumbuhan teater modern di Indonesia masa permulaan? Bagaimana kita membicarakan masa ini lewat sejumlah arsip yang tersedia? Kapan sebenarnya masa yang bisa ditandai sebagai permulaan teater Indonesia modern? Bagaimana peralihan yang berlangsung dari tradisi tonil ke bentuk teater modern? Bagaimana para pekerja teater bertahan dalam masa peralihan itu? Masalah-masalah ini menarik diperbincangkan terutama untuk mencari landasan kesejarahan teater Indonesia hari ini. Namun, bagaimana kita membicarakan semua ini tanpa kehadiran arsip yang memadai. Karena itu, demi memperkuat aspek intelektual Pameran Arsip Teater yang berlangsung selama babak final FTJ 2016, akan ada pula diskusi seputar arsip teater. Diskusi akan berfokus kepada hasil riset yang dilakukan tim arsip FTJ 2016, termasuk arsip audio DKJ tentang perkembangan teater Indonesia sepanjang berdirinya TIM pada 1968 hingga akhir 1970-an. Diskusi akan menghadirkan pembicara Heru Joni Putra dan Zen Hae dengan moderator Sulaiman Harahap.
PEMBICARA HERU JONI PUTRA & ZEN HAE Selasa, 29 November 2016 14:00 WIB Lobi Teater Kecil
FTJ 80
DISKUSI
Estetika Dalam Tantangan Masa Kini: Medan Indra dalam Estetika Hindu dan Tubuh dalam Perspektif Filsafat
PEMBICARA HERI LENTHO & A. SETYO WIBOWO Selasa, 6 Desember 2016 14:00 WIB Lobi Teater Kecil Terbuka untuk umum dan gratis
Dalam kerja teater tubuh aktor adalah modal kerja utama pemanggungan. Namun demikian, telaah tentang tubuh dari berbagai perspektif belum banyak dilakukan. Diskusi ini akan membahas dua aspek penting dalam menelaah tubuh dalam teater: bagaimana kinerja pancaindra kita dalam memproduksi karya teater dan bagaimana jika tubuh ditilik dari sudut pandang filsafat. Heri Lentho, seorang koreografer dan seniman pertunjukan dari Surabaya, nyatanya banyak menggali dan mengolah estetika Hindu dalam proyek-proyek seninya. Heri memusatkan perhatiannya pada aspek kerja pancaindra dalam memproduksi energi, dimensi ruang maupun vibrasi. Apakah estetika Hindu terkait tubuh itu? Bagaimana tubuh direpresentasikan di atas panggung? Sementara, A. Setyo Wibowo, pengajar di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta, akan memaparkan riwayat tubuh dalam perspektif filsafat: bagaimana tubuh dipersonifikasi melalui berbagai relasi kuasa? Apakah tubuh merupakan subyek yang rentan dikuasai dan ditindas? Apakah berbagai produksi budaya, teknologi, bahasa, kesenian, juga ketakutan, berhubungan langsung dengan aktivisme tubuh? Apakah tubuh menyimpan memori dan berbagai relasi dengan masa lalu? Apakah tubuh adalah ilusi tentang hidup dan kematian? Tantangan seperti apa yang dihadapi tubuh dalam relasinya dengan industri media masa kini yang mengalami digitalisasi.
Manajemen dan Desain Komunikasi Visual FTJ 2016 Banyak hal yang perlu diperhatikan dalam menyelenggarakan festival kesenian. Sebuah festival kesenian, meski dalam skala kecil, tidak akan tercipta hanya dengan rencana satu malam. Untuk itulah program ini digelar agar terjadi tukar-menukar pengalaman tentang seluk-beluk penyelenggaran festival antara panitia dan penampil maupun pengunjung. Sesi ini bisa disebut sebagai forum pertanggungjawaban bidang manajemen dan desain komunikasi visual FTJ 2016. Sesi berbagi bidang manajemen akan membahas lebih dalam tentang pelbagai hal yang dipersiapkan untuk mewujudkan sebuah festival. Termasuk merancang tema, memilih peserta hingga menghimpun penonton. Yang tak kalah penting juga bagaimana menggaet sponsor dan dukungan media massa. Sesi kedua akan banyak berbicara tentang desain dan aspek-aspek terkecilnya. Pertanyaanpertanyaan yang mungkin bisa diajukan di sesi ini adalah bagaimana membuat desain menjadi utuh dan menarik. Bagaimana desain komunikasi visual dapat membentuk citra dan representasi gagasan besar festival.
FTJ 81
DISKUSI
PEMBICARA SHERA RINDRA M. PRINGGODIGDO & CECIL MARIANI Kamis, 8 Desember 2016 14:00 WIB Lobi Teater Kecil
FTJ 82
DISKUSI
Pembacaan Kuratorial FTJ 2016
PEMBICARA DEWAN JURI FTJ 2016 Jumat, 9 Desember 2016 16:00 WIB Teater Kecil Terbuka untuk umum dan gratis
Menonton dan menilai 16 pertunjukan teater selama delapan hari berturut-turut memerlukan bukan hanya kesehatan yang prima, tetapi juga konsentrasi dan ketajaman pengamatan untuk setiap pertunjukan. Dewan Juri Festival Teater Jakarta 2016 sudah menonton dan mencatatkan hasil pengamatan mereka terhadap masing-masing finalis. Gabungan dan ringkasan hasil pengamatan ini akan dibacakan di malam penghargaan— dengan rinci para juara yang tetap dirahasiakan hingga pengumuman di atas panggung. Kendati demikian, Dewan Juri juga mencatat kecenderungan umum yang muncul selama penilaian. Misalnya, masalah apa saja yang masih merundung penampilan finalis festival kali ini? Bagaimana perbandingan antara pementasan yang menggunakan naskah sendiri dan pementasan yang menggunakan naskah orang lain? Bagaimana sebenarnya menyadur sebuah naskah asing? Apakah sebenarnya hakikat kolaborasi dalam sebuah pertunjukan teater? Dan seterusnya. Segi-segi itulah yang akan diperbincangkan dalam forum Pembacaan Kuratorial FTJ 2016. Masing-masing juri dalam forum ini akan memberikan ulasannya yang bisa jadi berguna untuk memperbaiki mutu penampilan grup-grup peserta festival di tahun berikutnya. Sementara para finalis yang hadir juga bisa mempertanyakan apa saja yang menyangkut proses penjurian, terlebih-lebih soal-soal yang menyangkut penampilan masing-masing penampil. Pada akhirnya, forum ini adalah sebuah diskusi teater dengan fokus 16 finalis FTJ 2016.
FTJ 83
PROGRAM LINTAS MEDIA
FTJ 84
PROGRAM LINTAS MEDIA
Arsip Teater, Kafe Aktor, Kios Kuliner dan Buku
Setiap hari, 21 November9 Desember 2016 Lobi dan Plaza Teater Kecil
PAMERAN ARSIP TEATER
KAFE AKTOR
Pameran arsip ini menampilkan sejumlah arsip yang berkaitan dengan pertumbuhan teater Indonesia di masa 1940-1960an. Masa ini ditengarai sebagai masa transisi teater Indonesia, dari kelompok teater yang berupa tonil menjadi kelompok teater modern yang sangat mengandalkan naskah. Berdirinya kelompok teater Sandiwara Penggemar Maya yang dipimpin oleh Usmar Ismail pada 1944 bisa ditandai sebagai kian menguatnya orientasi kepada bentuk teater modern (Barat). Belum lagi dengan berdirinya Akademi Seni Drama dan Filma (Asdrafi) di Yogyakarta pada 1950 dan Akademi Teater Nasional Indonesia (ATNI) di Jakarta pada 1955, makin kokohlah bentuk pilihan teater Indonesia modern. Pameran juga menampilkan arsip audio koleksi DKJ sepanjang berdirinya TIM hingga akhir 1970an. Pameran akan disertasi diskusi pada Selasa, 29 November 2016, 14:00 WIB.
Kafe Aktor adalah sebuah ruang showcase untuk aktor menyampaikan berbagai bentuk aksi performatif. Ruang yang dikosongkan dari target. Teater direduksi sampai ke batas antiartistik dan aktor sepenuhnya hadir dengan tubuh sebagai media terakhir. Waktunya sekitar lima sampai 10 menit—seperti haiku dalam akting. Untuk mengikuti forum ini, para aktor dipersilakan mengajukan diri sendiri, tanpa seleksi. Forum ini menggunakan ruang-ruang dalam lingkungan festival di luar area gedung pertunjukan. KIOS KULINER DAN BUKU
Sejumlah gerai kuliner dan kios buku sastra akan hadir sepanjang FTJ 2016. Para pengunjung bisa menikmati kesempatan ini di sela-sela menonton pertunjukan. Di kedai makanan dan minuman pengunjung bukan hanya bisa menikmati makanan dan minuman yang bervariasi dan dengan harga terjangkau, tetapi juga terlibat obrolan hangat mengenai pementasan dan isu-isu sosialpolitik mutakhir. Sementara di kios buku pengunjung bisa mendapatkan buku-buku sastra dan humaniora bermutu, baru maupun bekas, dengan harga yang juga terjangkau.
FTJ 85
PENUTUPAN SAYAP PERSPEKTIF
FTJ 86
SAYAP PERSPEKTIF
SEMEGIAI Random 02
PENAMPIL MuDA (Jepang) Sutradara & Direktur Artistik Takahiko Fukui/Quick Jumat, 9 Desember 2016 20:00 WIB Durasi: 30 menit Teater Jakarta
SINOPSIS
CATATAN SUTRADARA
MuDA bertujuan untuk menggambarkan dan menyampaikan beberapa pengalaman regeneratif perihal kehidupan, seperti “memulai sesuatu yang baru setelah tabrakan,” dan “terus berdiri setelah jatuh ke bawah.” Mereka memaparkannya ke dalam pertunjukan yang penuh ritual. Berbagai komponen di dalam pementasan, termasuk musik, proyeksi video dan yang lainlain, akan dipadukan, sehingga memungkinkan sebuah perasaan stres bisa dilihat maupun dirasakan oleh pemirsa.
Alam semesta adalah sesuatu yang beragam dan tidak memiliki batas. Hal-hal yang tidak bisa dijelaskan, terus saja terjadi tanpa kita sempat bertanya. Sementara itu, di dalam alam semesta, manusia terus bergerak menuju sesuatu, dengan mimpi dan keinginannya. Manusia hidup dalam perasaan tertekan, bersama berbagai isu, informasi, peperangan dan hal lain yang mencemaskan. Bagaimanapun manusia tidak bisa hidup sendirian, tanpa hal-hal materi atau hanya bersembunyi di atas gunung. Manusia pun tidak bisa menyembuhkan luka sesamanya dalam sekejap. Sulit untuk berubah dalam keadaan tertekan seperti itu. Namun sesungguhnya ada banyak rahasia di dalam hidup ini yang akan terungkap ketika manusia berjuang demi sebuah perbaikan. QUICK
PROFIL MuDA adalah kelompok hyper performance group yang didirikan oleh Takahiko Fukui dan beberapa seniman dari berbagai disiplin seni di Kyoto, Jepang, pada 2010. Dalam karya-karyanya, MuDA terilhami oleh aktivitas kehidupan, yang tersusun dari gerak-gerak yang berseberangan dengan manusia, seperti gerak bendabenda dan bumi. Membawa tema animasi, fisika, alam semesta, ritual dan stres, MuDA menuangkannya ke pelbagai jenis seni, seperti seni peran, tari, musik, gambar video, teknologi, seni rupa, seni tata ruang dan jenis seni lainnya. Tahun ini mereka juga tampil di Inujima Seirensho Art Museum, Takamijima Hama dan CCO Black Chamber. MuDA pernah meraih penghargaan Geiso Connect dari Excellence Award pada 2012.
Takahiko Fukui—dikenal dengan nama Quick—dilahirkan di Kyoto, Jepang, pada 1982. Ia adalah seorang penari dan penata artistik. Ia memulai kariernya pada 1997 lewat tarian breakdance lalu mendirikan kelompok breakdance Ichigeki pada 1998. Ia memenangi beberapa penghargaan, salah satunya Best Show dalam Battle of the Year Final di Jerman (2005). Ia juga kerap diundang ke berbagai acara kesenian di Jepang dan luar Jepang. Pada 2007 ia mendirikan komunitas tari e-dance bersama Shigemi Iida, bekas asisten Kazuo Ohno. Di sana Quick berperan sebagai penampil dan kepala koreografer. Bersama e-dance ia tampil di beberapa kota di Jepang, Spanyol dan Italia.
FTJ 87
PEMAIN
TIM PRODUKSI
Quick/Takahiko Fukui Kazushige Uchida Shin Degawa Shun Fukushima
Sutradara, Konseptor, Direktur Artistik, Foundation Designer QUICK/Takahiko Fukui Penata Musik Toru Yamanaka Musisi Saruyadi Sali Penata Video Kotaro Konishi Iklan Design Ryu Mieno Desainer Situs Web Yasuyo Araki Manajer Produksi Haruka Akiyama Konstruksi MuDA Penari QUICK, Kazushige Uchida, Shin Degawa, Shun Fukushima Penata SuaraToru Yamanaka Manajemen Produksi Haruka Akiyama
FTJ 88
PANITIA PENYELENGGARA FESTIVAL TEATER JAKARTA 2016 PENANGGUNG JAWAB Aini Sani Hutasoit Aksan Sjuman Danton Sihombing Helly Minarti Irawan Karseno PENGARAH ARTISTIK Adinda Luthvianti Afrizal Malna Budi Sobar Hanafi Rita Matu Mona DEWAN KURATOR/ JURI Autar Abdillah Dindon W.S. Fabianus Hiapianto Gandung Bondowoso Nirwan Dewanto MANAJER FESTIVAL Vicky Rosalina SEKRETARIS Lydia Tri Aryani ADMINISTRASI Holifah Wira KEUANGAN Tri Suci Meilawati Elok Candrakirana Kuncaratrah PENGARAH GRAFIS Cecil Mariani PENDESAIN GRAFIS Ellena Ekarahendy Zulfikar Arief PEMIMPIN REDAKSI Zen Hae PENULIS Alpha Hambally
ADMINISTRATOR WEBSITE Rizki Hesananda PENGELOLA KORAN FTJ Akbar Yumni Heru Joni Putra Sartika D. Nuraini PENGELOLA MITRA MEDIA Kandil Syndicate: Utami Diah Kusumawati Raden Bayu Catur Wicaksono PENGELOLA MEDIA SOSIAL Shera Rindra M. Pringgodigdo Reza Zefanya Mulia Arnold Mangoendihardjo DOKUMENTASI FOTO Witjak Widhi Cahya Didi Mugitriman Ndaru Wicaksono DOKUMENTASI VIDEO PROFIL Apriliyan Bayu Sapta M. DOKUMENTASI VIDEO Joel Thaher PAMERAN ARSIP Pengarah Konten : Zen Hae Koordinator Pameran : Angga Wijaya Periset Naskah : Sulaiman Harahap Periset Audio : Heru Joni Putra KOORDINATOR RESERVASI Fifi Juliana Jelita Marini Tersiani
KOORDINATOR PRODUKSI PENGETAHUAN Ardiansyah KOORDINATOR PEMBUKAAN & PENUTUPAN Ajeng Nurul Aini PRODUKSI SAYAP UTAMA Koordinator : Mohammad Hidayat Koordinator Panggung : Bambang Hidayat Asisten Koordinator Panggung & Pendamping Grup : Teguh Pryono Awak Panggung 1 : Yudi Iskandar Awak Panggung 2 : Herriyanto Penata Cahaya : Parulian Asisten Penata Cahaya : Prio Herminto Penata Suara : Tommy Setiawan Asisten Penata Suara : Muhammad Numan PRODUKSI SAYAP PERSPEKTIF, SAYAP TAMU DAN SAYAP KLASIK Koordinator : Yulia Darnis Manajer Panggung : Dadang Juni Rafi’i Awak Panggung 1 : Ujang Supradi Awak Panggung 2 : Budi Anto Penata Cahaya : Azis Indriyanto Penata Suara : Helmy Fauzan Asisten Penata Suara : Deni Syahnila Putra S. Koordinator Lokasi : Abimanyu
KOORDINATOR PERLENGKAPAN Doni Lazuardi DESAINER PRODUKSI Topan Darmawan KOORDINATOR PASAR SENI Irawita KOORDINATOR PRODUKSI INSTALASI BAMBU PASAR SENI Gallis Agus Sunardi KOORDINATOR RELAWAN DAN LOGISTIK Alifah Mellisa RELAWAN Afrizal Bermawi Agustian Nasution Alifa Kusuma Sri Bakara Anigusye Nawa Aris Dhiyaul Fauzah Deandra Nurul Fadilah Diah Rianti Rahayu Dina Febriana Febriansyah Imam Mahmuddin Johan Krisnanto Mochamad Rizki Mohamad Halim Dwi K. Muhammad Reza Nadya Oktaviani Nafisah Utaminingtyas Nurlingga Saputra Riska Irmayanti Roro Wilis Setyowurini Rosadah Febriani Septian Sadewa HS Stella Pelupessy Veronika Chen Wahid Ainur Rafenda Yune Ilhami Zahrania Maudy Pramasitha
MENGUCAPKAN TERIMA KASIH KEPADA
Dewan Kurator FTJ 2016 Bapak Autar Abdillah Bapak Dindon WS Bapak Fabianus Hiafianto Bapak Gandung Bondowoso Bapak Hanafi Muhammad Bapak Nirwan Dewanto Bapak/ Ibu anggota Dewan Kesenian Jakarta Seluruh staff Dewan Kesenian Jakarta Unit Pengelola Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki Bapak Aksan Sjuman Ibu Tatiek Malijati Bapak A. Kasim Achmad Institut Kesenian Jakarta Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin Djarum Bakti Budaya Badan Ekonomi Kreatif RI Tsukamoto Norihisa Nurul Komari Kineforum (ATAP) Asosiasi Teater Jakarta Pusat (IKATAMUR) Ikatan Teater Jakarta Timur (SINTESA) Simpul Interaksi Jakarta Selatan (INDRAJA) Ikatan Drama Jakarta Barat (ITERA) Ikatan Teater Jakarta Utara Ibu Nova Dewi - Suwe Ora Jamu Ibu Rooslina Paloepi - Suwe Ora Jamu Bapak Herry Nugroho - Blitz Production Bapak Putu Fajar Arcana Bapak Jerry Hadiprojo Bapak Iskandar Zulkarnaen Studiohanafi Bapak Aidil Usman Semua pihak yang sudah banyak membantu dalam pelaksanaan FTJ 2016
FTJ 89
FESTIVAL TEATER JAKARTA 2016
FTJ 90
Program Komite Teater DKJ 2017 • Temu Teater Indonesia • Rawayan Award (Forum Naskah Teater Indonesia)
Untuk informasi lebih lanjut, sila kunjungi www.dkj.or.id
Penyelenggara
Mitra Penyelenggara
Sponsor
Mitra Budaya
Mitra Produksi
Mitra Utama Media:
Mitra Media
Mitra Jamu
The Japan Foundation, Jakarta merupakan satu-satunya lembaga Jepang yang berdedikasi untuk mendukung pertukaran budaya internasional secara komprehensif di seluruh dunia. Bertujuan untuk meningkatkan dan mempererat persahabatan antara Jepang dan dunia melalui budaya, bahasa, dan dialog, the Japan Foundation menciptakan kesempatan global untuk mengembangkan persahabatan, kepercayaan, dan kesepahaman. The Japan Foundation didirikan pada bulan Oktober tahun 1972 sebagai lembaga khusus yang disupervisi oleh Kementerian Luar Negeri. Pada Oktober 2003, the Japan Foundation berubah menjadi lembaga administratif independen. Menggunakan dana abadi pemerintah sebesar 78 juta yen, aktivitas the Japan Foundation didukung oleh subsidi pemerintah, investasi, dan donasi dari pihak swasta. Kantor perwakilan di Jakarta didirikan pada tahun 1979 dengan tujuan untuk membangun persahabatan yang harmonis antara Indonesia dan Jepang melalui pendalaman pemahaman tentang Jepang. Kegiatan The Japan Foundation, Jakarta terbagi dalam tiga divisi utama, yaitu Divisi Budaya, Divisi Bahasa, dan Divisi Studi Jepang dan Pertukaran Intelektual.
The Japan Foundation, Jakarta @JF_Jakarta JF_Jakarta
The Japan Foundation, Jakarta Gedung Summitmas I Lt. 2-3 Jl. Jend. Sudirman Kav. 61-62 Jakarta Selatan Tel. 021 520 1266
Indonesia Kaya
@IndonesiaKaya
@indonesia_kaya