KATA PENGANTAR
Sejarah terbentuknya desa dimulai ketika Herman Warner Muntinghe, Pembantu Gubernur Jenderal Belanda, pada tahun 1817 melaporkan adanya sebuah pemukiman di wilayah pesisir pantai utara Jawa yang terorganisir dengan baik dan dapat mengatur kehidupan masyarakatnya secara mandiri. Komunitas itu disebut ”desa”, berasal dari kata ”swadesi” (bahasa sanksekerta). Pembangunan berkelanjutan harus dimulai dari elemen yang paling awal yaitu Pembangunan Desa. Desa merupakan elemen paling awal sebagai ukuran atau parameter untuk mewujudkan kestabilan negara di semua bidang. Pembangunan desa akan memperkuat fondasi perekonomian nasional, pengurangan kesenjangan antar wilayah dan mempercepat pengentasan kemiskinan. Upaya Pengentasan Daerah Tertinggal akan dimungkinkan terjadi jika desa terentaskan terlebih dahulu. Untuk mendukung hal tersebut perlu adanya langkah-langkah konkrit dalam rangka suatu percepatan pembangunan yang dimulai dari desa sebagai unit pemerintahan terkecil. Dalam konteks pembangunan daerah tertinggal, desa memiliki peran yang sangat strategis dalam menentukan ketertinggalan suatu daerah baik dalam lingkup kecamatan, Kabupaten, Kota maupun Propinsi. Desa yang merupakan penyusun terkecil wilayah administrasi suatu daerah, saat ini masih merupakan determinan bagi kemiskinan dan ketertinggalan suatu daerah tersebut. Jika dilihat secara spasial dapat dikatakan bahwa : “Jika desadesa disuatu wilayah administrasi maju, maka di dilingkaran wilayah administrasi desa itu juga akan maju begitu juga sebaliknya”. Hal ini tentunya dipandang perlu bahwa program-program percepatan pembangunan daerah tertinggal yang dilaksanakan oleh Kementerian dan Lembanga pelaksanaannya dimulai dari tingkat desa yang didalam konsep pembangunan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi.
Oleh
karena
itu
penulis
mencoba
mengangkat
bagaimana
memformulasikan data ketertinggalan desa terutama desa di pulau jawa dan diluar jawa. Karena standar kemajuan desa bisa dilihat dari sejarah bagaimana kota-kota besar yang ada di pulau jawa yang pada awalnya daerah tersebut merupakan desa-desa menjadi pembentuk kota. Hormat kami,
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAN BAGAN BAB
BAB
BAB
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
1.2
Maksud dan Tujuan
1.3
Ruang Lingkup Masalah
1.4
Sistematika Penulisan
II
GAMBARAN KEADAAN
2.1
Ketersediaan Data
2.2
Hasil yang Diinginkan
III
PEMBAHASAN
3.1
Metodologi Penetapan Status Desa
3.2
Teknik Perhitungan
IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
4.2
Saran
DAFTAR TABEL DAN BAGAN
Tabel 3.1 HASIL ANOVA-TUKEY DALAM PENETAPAN SUB KRITERIA UNTUKWILAYAH JAWA DAN SUMATERA –KBI (WILAYAH 1) Tabel 3.2 HASIL ANOVA-TUKEY DALAM PENETAPAN SUB KRITERIA UNTUK WILAYAH LUAR JAWA DAN SUMATERA II - KTI (WILAYAH II) TABEL 3.3 FORMULASI KRITERIA, SUB KRITERIA DAN BOBOT NILAI PENETAPAN DESA TERTINGGAL WILAYAH I ( JAWA DAN SUMATERA ) TABEL 3.4 FORMULASI KRITERIA, SUB KRITERIA DAN BOBOT NILAI PENETAPAN DESA TERTINGGAL WILAYAH II ( BALI, NUSATENGGARA, KALIMANTAN SULAWESI, MALUKU & PAPUA) Tabel 3.5 Hasil Formulasi Menggunakan Teknik Analisis Skoring Tabel 3.6 Persentasi Klasifikasi Desa Wilayah I dan II Grafik 3.1. Klasifikasi Jumlah Ketertinggalan Desa Wilayah I dan Wilayah II Grafik 3.2. Persentase (%) Klasifikasi Jumlah Ketertinggalan Desa Wilayah I dan Wilayah II Grafik 3.3. Persentase (%) Klasifikasi Ketertinggalan Desa Wilayah I dan Wilayah II Grafik 3.4. Persentase (%) Klasifikasi Ketertinggalan dan Kemajuan Desa di Indonesi
BAB I PENDAHULUAN 1.1.
LATAR BELAKANG Ketertinggalan desa merupakan suatu kesatuan dari kemiskinan desa dimana terdapat penduduk yang bermukim di suatu desa pasti mengalami ketertinggalan dibandingkan desa-desa yang lain, Berdasarkan Undang Undang No. 6 Tahun 2014, Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurusurusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Adapun kategori desa tertinggal akan dilihat dari faktor-faktor internal yaitu dari segi : 1. 2. 3. 4.
Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Budaya Kesehatan Kependudukan
Sedangkan dari faktor-faktor eksternal yaitu dari segi : 1. Sumber mata pencaharian Penduduk; 2. Kondisi Geografis wilayah; Selain 2 (dua) faktor tersebut, ada faktor lain yang cukup berpengaruh yaitu hasil campur tangan manusia terhadap alam (faktor buatan) seperti : 1. Infrastruktur seperti Jalan, Listrik, ketersediaan air bersih dan lainnya 2. Sarana dan Prasarana trasnportasi, ekonomi, pendidikan, kesehatan, irigasi dan lain sebagainya.
Setiap faktor memiliki nilai yang berbeda satu sama lain mengingat adanya perbedaan karakteristik daerah, budaya masyarakat setempat dan sebagainya sehingga dipandang perlu dilakukan pemetaan dan pengelompokan wilayahwilayah yang memiliki karakteristik yang hampir mirip menjadi satu bagian penilaian. Dengan adanya penetapan kriteria desa tertinggal ini diharapkan nantinya dapat dijadikan acuan bagi seluruh stakeholder baik pemerintah maupun swasta khususnya bagi Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi dalam rangka memberikan prioritas utama programprogram percepatan pembangunan desa, kawasan dan daerah tertinggal di Indonesia dalam skala kabupaten. Dalam pembangunan nasional pembangunan di bidang desa dan perdesaan merupakan bentuk dari Nawakerja Ke-3 yaitu membangun Indonesia dari pinggiran. Dalam mendukung tujuan ini maka perlu disusun prioritas dalam melaksanakan pembangunan di desa, prioritas ini disusun berdasarkan indikatorindikator ketertinggalan desa yang disusun untuk membentuk tipologi desa sehingga terlihat karakteristik setiap desa yang memudahkan para stakeholder dalam membangun desa dan mewujudkan kesejahteraan yang merata bagi masyarakat desa.
1.2.
MAKSUD DAN TUJUAN Adapun maksud dari formulasi ini adalah untuk mengetahui rumusanrumusan ketertinggalan dari 72.949 desa yang berada dari sabang sampai dengan meruke baik secara karakteristik desa, budaya yang ada dan kebiasaan masyarakat desa.
Dengan demikian akan diharapkan hasil pendekatan formulasi kebutuhan di setiap desa agar dapat dilakukan sasaran pembangunan yang merata yang langsung mengena ke penduduk yang bermukim di desa yang mengalami ketertinggalan. Formulasi ini bertujuan sebagai referensi masukan dan landasan pengambil
keputusan
Kemententerian
dan
Lembaga
untuk
rancangan
pembangunan desa secara merata baik di jawa maupun diluar jawa.
1.3.
RUANG LINKUP MASALAH Formulasi ini akan merumuskan teknik dan analisis penetapan kriteria desa tertinggal di jawa dan diluar jawa yang berstatus desa. Didalam koesioner PODES (Potensi Desa) yang dipublikasikan oleh BPS (Badan Pusat Statistik) tahun 2014 terdapat 4 (empat) kategori status desa yaitu : 1. 2. 3. 4.
Desa Nagari Kelurahan Lainnya (jorong) Adapun wilayah yang diambil hanyalah yang berstatus Desa, Nagari dan
Lainnya (jorong) sedangkan untuk yang berstatus Kelurahan diasumsinya telah Maju. Hal ini diasumsi bahwa wilayah yang memiliki status kelurahan sudah dianggap memiliki ketersediaan fasilitas baik sarana dan prasarana dasar yang dibutuhkan masyarakat yang bermukim disuatu desa, sedangkan untuk yang berstatus lainnya masih dianggap belum memiliki stuktur pemerintahan yang jelas mengingat biasanya didalam suatu lingkung wilayah yang terbentuk hanyalah sekelompok keluarga-keluarga yang berada jauh dari wilayah pusat
pemerintahan dan atau bisa jadi ini hanyalah calon pemekaran baru dari suatu desa di suatu kecamatan. Sedangkan untuk status nagari/jorong dimasukan kedalam kategori desa adalah karena nagari merupakan kelompok-kelompok kesukuan yang ada di Propinsi Sumatera Barat dan memiliki batasan wilayah dan kepala adat sehingga dapat dimasukan kedalam kategori desa walaupun belum memiliki status pemerintahan yang jelas hal ini dapat dikatakan sebagai pengecualian begitupula untuk yang berstatus lainnya biasa mirip dengan yang berstatus nagari.
1.4.
SISTEMATIKA PENULISAN
Bab I: Pendahuluan Bab ini berisi penjelasan mengenai latar belakang yang menjadi dasar pentingnya kegiatan Formulasi Data Ketertinggalan Desa di Jawa dan di Luar Jawa, serta berisi maksud dan tujuan, ruang lingkup masalah , dan sistematika penulisan laporan kegiatan ini. Bab II: Gambaran Umum Bab ini berisi penjelasan mengenai gambaran ketersediaan data untuk melakukan perhitungan dan hasil yang di inginkan setelah selesai melakukan formulasi ketertinggalan desa jawa dan di luar jawa Bab III: Metodologi Bab ini berisi penjelasan mengenai metode analisis Kuantitatif yaitu dengan memberikan nilai/scoring pada setiap indikator yang dipakai sesuai dengan tingkat
kebutuhan
suatu
desa.
Mejelaskan
langkah-langkah
Formulasi
ketertinggalan desa dan mengulas bagaimana teknik perhitungannya dan alngkah-langkah melakukan perhitungan formulasi. BAB IV: Kesimpulan dan Rekomendasi Merupakan bagian penutup, yang berisikan tentang intisari dari capaian atau hasil yang diperoleh berdasarkan tujuan kegiatan, juga berisikan saran atau rekomendasi setelah melakukan formulasi ketertinggalan desa jawa dan di luar jawa.
BAB II GAMBARAN KEADAAN 2.1.
KETERSEDIAAN DATA Hingga saat ini belum terdapat data-data yang menunjukan jumlah desa tertinggal di Indonesia yang valid, hal ini dikarenakan kriteria desa tertinggal yang digunakan cukup beragam dan dikeluarkan oleh masih-masing daerah. Keragaman kriteria yang digunakan ini tentu saja akan menjadikan hasil yang bisa jika digunakan di daerah-daerah lainnya, hal ini dikarenakan adanya perbedaan karakterisik daerah, tujuan dikelurkannya data desa tertinggal oleh masingmasing daerah dan adanya unsur-unsur politis dalam penetapannya. Sebelumnya pada tahun 1993, 1994 dan 1995 BPS telah melakukan perhitungan sebagai proksi identifikasi daerah kantong-kantong kemiskinan. Pada waktu itu identifikasi desa tertinggal dilakukan dalam rangka alokasi dana Inpres Desa Tertinggal tahun anggaran 1994/1995, 1995/1996 dan tahun anggaran 1996/1997 dan pada tahun 2008 KPDT (Kementerian Daerah Tertinggal) mengeluarkan data desa tertinggal akan tetapi hanya ruanglingkup pada 199 kabupaten tertinggal. Keterbatasan dalam penyediaan data statistik pada wilayah kecil memang sudah lama dirasakan. Di sisi lain dengan diberlakukannya Otonomi Daerah sejak tahun 1999 dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 29 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, maka terjadi banyak sekali pemekaran wilayah dan hingga saat ini tercatat bahwa dengan disetujuinya pembentukan Kabupaten baru, ketersedian data statistik wilayah kecil semakin dibutuhkan karena kebijakankebijakan lokal merupakan wewenang pemerintah kabupaten/ kota. Kebutuhan
ini dirasa semakin mendesak karena sejak terjadinya krisis ekonomi, banyak sekali perubahan terjadi di masyarakat dan perubahan tersebut belum dipantau secara khusus pada cakupan wilayah kecil (desa). Sehingga diperlukan suatu alat analisis perbandingan yang sama dan fleksibel digunakan oleh setiap daerah dalam hal penetapan desa tertinggal tersebut. Selanjutnya penulis juga mencoba mengkonfirmasi ketersediaan data jumlah desa tertinggal di Indonesia dengan BPS Pusat, pada akhir tahun 2008, jumlah Kabupaten/Kota di Indonesia adalah 456 Kabupaten/kota dengan jumlah desa sebanyak 75.410 desa (Sumber : BPS, PODES 2008) dan data terakhir yang diperoleh dari BPS disebutkan bahwa Jumlah Kabupaten/Kota di Indonesia saat ini adalah 511 Kabupaten dan Kota dengan Jumlah desa 82.190 Desa/Kelurahan (Sumber : BPS, Survey PODES 2014). Angka ini cukup mencengangkan melihat terjadinya pemekaran wilayah yang cukup signifikan dalam kurun waktu kurang dari 6 tahun. Disisi lain lagi kebutuhan akan data desa tertinggal sangatlah diperlukan baik bagi Pemerintah Daerah, Kementerian dan Lembaga maupun Stakholder terkait yang berhubungan dengan pembangunan berbasis kewilayah sangat dibutuhkan untuk pelaksanaan program-program kegiatan khususnya dalam pengalokasian kegiatan sehingga kegiatan yang dilaksanakan dapat tepat sasaran dan tepat kegiatan. 2.2.
HASIL YANG DIINGINKAN Adapun kondisi yang diinginkan dalam penyusunan penetapan jumlah desa tertinggal di Indonesia Tahun 2015 ini adalah sebagai berikut :
1. Tersusunnya suatu kriteria penilaian desa tertinggal di Indonesia sebagai pedoman/langkah-langkah dalam menetapkan desa-desa tertinggal di Indonesia yang dilaksanakan oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi pada tahun 2014 yang nantinya hasil dari penilai akan dijadikan dasar penetapan desa tertinggal di Indonesia. 2. Mengetahui teknik dan cara menganalisis ketertinggal suatu desa; 3. Bagi
Kementerian
Desa,
Pembangunan
Daerah
Tertinggal
dan
Transmigrasi dapat mengetahui mana saja desa tertinggal di 122 Kabupaten tertinggal di Indonesia; 4. Mengetahui mana saja desa tertinggal yang ada di Kabupaten/Kota maju di Indonesia.
Dengan adanya pedoman/langkah-langkah yang dapat digunakan dalam penetapan desa tertinggal ini seyogyanya dapat diadobsi oleh seluruh pihak yang membutuhkan dalam hal ini yang berkaitan langsung yaitu K/L, pemerintah daerah dalam menetapkan desa tertinggal didaerahnya sehingga tidak ada lagi perbedaan kriteria ketertinggalan desa disetiap daerah.
BAB III PEMBAHASAN 3.1.
METODOLOGI PENETEPAN STATUS DESA Metode yang dipakai dalam penetapan desa tertinggal ini adalah dengan metode analisis Kuantitatif yaitu dengan memberikan nilai/scoring pada setiap indikator yang dipakai sesuai dengan tingkat kebutuhan suatu desa. Hasil dari penilaian/scoring tersebut kemudian akan dibandingkan dengan rata-rata nilai keseluruhan desa yang ada. Teknik Penyusunan penetapan desa tertinggal ini dilakukan dengan pemetaan kewilayahan yang terbagi menjadi 2 (dua) wilayah yaitu Desa Tertinggal di Kawasan Barat Indonesia (KBI) dan Desa Tertinggal di Kawasan Timur Indonesia (KTI) yang akan dijabarkan dalam pembagian wilayah kepulauan. Dimana rumus formulasi desa di pulau jawa disamakan dengan pulau sumatera, dilihat dari kondisi profil desa, dan pemerataan pembangunan selama beberapa periode pulau jawa dan sumatera tidak jauh berbeda, sebagai contohnya pembangunan infrastruktur, fasilitas kesehatan dan pendidikan masih seimbang bahkan pembiayaan dan adminitratif lebih mudah di bandingkan pulau yang lain. Berbeda dengan di kawasan Kawasan Timur Indonesia seperti pulau Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, maluku dan papua pembangunan bagaikan langit dan bumi. Pembagian kewilayah KBI dan KTI dimaksudkan untuk mengurangi kesenjangan nilai rata-rata pembanding yang digunakan mengingat wilayah barat Indonesia secara spasial sudah lebih maju dibandingkan wilayah timur Indonesia
dan jika rata-rata yang digunakan secara menyeluruh tentu saja tidak akan terdapat desa maju di Wilayah timur Indonesia. Seluruh kriteria
yang digunakan adalah data-data dari Potensi Desa
(Podes) tahun 2014 yang kemudian di ambil beberapa data yang dianggap berhubungan langsung dengan maju dan tertinggalnya pembangunan di desa tersebut. Adapun indikator dan sub indikator yang dipergunakan lebih pada kebutuhan dasar yang seyogyanya tersedia bagi suatu desa untuk kesejahteraan masyarakat.
3.2.
Teknik Perhitungan 1. Indikator dan Sub Indikator Ketertinggalan Suatu Desa Didalam koesioner PODES tahun 2014 terdapat 718 pertanyaan yang disurvey dalam melihat potensi suatu desa, dari 718 pertanyaan tersebut kemudian dipilah beberapa pertanyaan yang terkait langsung dengan kebutuhan dasar yang seharusnya dimiliki oleh suatu desa dengan membagi menjadi beberapa kriteria utama dan memberikan nilai/scoring pada setiap kriteria dan sub kriteria. Dalam penetapan Kriteria Utama masih mengacu pada Kriteria utama yang dipergunakan BPS dalam menetepkan status desa pada tahun 1994 dan tidak berpatokan pada desa urban maupun desa rural, hal ini dikarenakan masih adanya perbedaan antara BPS dan DUKCAPIL (Kementerian Dalam Negeri) dalam hal menetapkan kriteria desa rural dan urban. Bahkan bisa dikatakan surve PODES lebih lengkap dibandingkan dengan data-data yang lain yang mengupas tentang kondisi desa di Indonesia. Adapun Kriteria Utama yang digunakan saat ini adalah sebagai berikut :
1. Jumlah Penduduk 2. Sumber Penghasilan Utama Penduduk 3. Prosentase (%) Rumah Tangga Pengguna Listrik 4. Bahan Bakar untuk Memasak 5. Tempat Buang Air Besar 6. Fasilitas Pendidikan 7. Fasilitas Kesehatan 8. Rata-rata jarak mencapai Fasilitas Kesehatan 9. Kemudahan mencapai fasilitas Kesehatan 10. Ketersediaan Tenaga Kesehatan 11. Jenis Air Bersih yang digunakan 12. Jenis Permukaan Jalan Desa 13. Sarana Komunikasi 14. Keberadaan Pasar Setelah menetapkan Kriteria Utama yang digunakan dalam penetapan status desa ini, langkah selanjutnya adalah menentukan sub kriteria dari masing-masing kriteria utama sehingga hasil yang didapat akan lebih fokus dan memiliki nilai. Adapun dalam penetepan sub kriteria ini didasarkan pada hubungan antara kondisi desa dalam hal ini ditunjukkan oleh 14 kriteria yang digunakan dalam penetapan desa tertinggal. Pertama-tama hasil tabulasi frekuensi data diteliti untuk menentukan klasifikasi
jawaban yang baik. Metode yang
digunakan dalam pengklasifikasian jawaban dengan melihat rata-rata, standard deviasi, nilai maksimum dan nilai minimum dari hasil datanya, supaya jawaban tidak mengelompok pada satu atau dua kelas/kelompok saja. Kelas-kelas yang terbentuk juga diuji dengan menggunakan metode ANOVA untuk mengetahui signifikansi perbedaan antar kelas.
Hasilnya dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut :
Tabel 3.1 HASIL ANOVA-TUKEY DALAM PENETAPAN SUB KRITERIA UNTUK WILAYAH JAWA DAN SUMATERA –KBI (WILAYAH 1)
No
1
Kriteria Jumlah Penduduk
Sumber B.IV R.401ab
Tuckey Grouping
Klasifikasi 1. ≤ 1.008
1
2. 1.009-2.337
1 2
3. 2.338-4.184
2 3
4. ≥ 4.185 2
Sumber penghasilan utama sebagian besar penduduk
B.IV R.404a
3 4
1. Pertanian
1
2. Pertambangan dan Penggalian
1
3. Industri Pengolahan 4. Perdagangan Besar/ Eceran/ Rumah Makan 5. Angkutan, Pergudangan, Komunikasi
Sub Kriteria
4 1
2 2
2 3
3
6. Jasa 7. Lainnya (Gas, Listrik, Perbankan, dll)
3 3 3
3
Persentase rumahtangga pengguna listrik
B.Va R501ab
1. ≤ 74,88
1
2. 74,89-96,00
1 2
3. ≥ 96,01 4
5
Bahan bakar untuk memasak
Tempat buang air besar
B.Va R.503
B.Va R.504
1. Gas kota/LPG
3
1
2. Minyak Tanah
2
3. Kayu Bakar
2
4. Lainnya (Batu bara, arang, dll)
2
1. Jamban sendiri
1
2. Jamban bersama
1
Fasilitas pendidikan
0. Tidak ada fasilitas pendidikan
2
1 2
2 3
3. Min SMA Fasilitas kesehatan
3
1
2. Maks SMP
7
2 3
1. Maks SD
B.VI R.704am K.1-3
2
1
4. Bukan jamban 6
3
1
3. Jamban umum B.VI R.701bd K.1-4
2
3 4
0. Rumah Sakit
1
1. Rumah Sakit Bersalin/Rumah Bersalin
1
4 1
2. Poliklinik/Balai Pengobatan 3. Puskesmas
2
2
No
Kriteria
Sumber
Tuckey Grouping
Klasifikasi 4. Puskesmas Pembantu
2
5. Tempat praktek dokter
2
0. Tidak ada fasilitas kesehatan
2
Sub Kriteria
3 8
Jarak mencapai fasilitas kesehatan
B.VI R.704 K.4
1. ≤ 5,55 km
1
2. 5,56 - 12,18 km
1
3. 12,19 - 21,77 km
1
2
4. ≥ 21,78 km 9
Kemudahan mencapai fasilitas kesehatan
B.VI R.704 K.5
1. Sangat mudah
2 3
1 2
3. Sulit
2 3
4. Sangat Sulit Tenaga Kesehatan
B.VI R.706 1. Kode a+b 2. Kode c 3. Kode d
11
Jenis permukaan jalan terluas desa
4. Kode e 0. Kode ad kosong B.X R.1001b1 1. Kode 1 2. Kode 2 3. Kode 34
12
Sumber air minum/memasak
B.V R.507a 1. Kode 1+3+4+6 2. Kode 5,6 3. Kode 8,9
1. Dokter
3
1
2. Mudah
10
3
3 4
1
2. Bidan
1 2
3. Tenaga kesehatan lainnya (mantri kesehatan) 4. Dukun bayi
2 3
0. Tidak ada
3 4
1. Aspal/Beton
1
2. Diperkeras (kerikil, batu, dsb)
2 2
3. Tanah
Sarana komunikasi
5 1
3 3
2
4. Lainnya
1
3
1. Air dlm kemasan
1
1
2. Ledeng dgn Meteran (PAM/PDAM)
2
2
3. Ledeng tanpa metereran
3
4. sumur bora tau pompa
3
5. sumur
3
3
4
7. sungai/danau/kolam 8. air hujan 9. lainnya
13
4 5
6. mata air
B.X R.1003,1004 ,1005,1006, 1007a,1008, 1009a
4
0. Tidak ada sarana komunikasi
5 5 5
1
2
2. Tersedia maks 2 sarana komunikasi
2
4. Tersedia 4 sarana komunikasi
5 5 5
1
1. Tersedia maks 1 sarana komunikasi 3. Tersedia maks 3 sarana komunikasi
4
2 3
3 4
4
No
Kriteria
14
Keberadaan pasar
Sumber B.XII R.1204a1205
Tuckey Grouping
Klasifikasi 1. Tidak ada Pasar
Sub Kriteria
1
1
2. Pasar tanpa bangunan
2
3. Pasar dengan bangunan permanen
2
2
Tabel 3.2 HASIL ANOVA-TUKEY DALAM PENETAPAN SUB KRITERIA UNTUK WILAYAH LUAR JAWA DAN SUMATERA II - KTI (WILAYAH II) No 1
Kriteria Utama Jumlah Penduduk
Sumber B.IV R.401ab
Tuckey Grouping
Sub Kriteria Utama 1. ≤ 509
1
2. 510-972
1 2
3. 973-1.736
2 3
4. ≥ 1.737 2
Sumber penghasilan utama sebagian besar penduduk
B.IV R.401ab
3 4
1. Pertanian
1
2. Pertambangan dan Penggalian
1
Klasif ikasi
4 1
2
2
3. Industri Pengolahan 4. Perdagangan Besar/ Eceran/ Rumah Makan
2
5. Angkutan, Pergudangan, Komunikasi
2
6. Jasa
2
7. Lainnya (Gas, Listrik, Perbankan, dll)
2 2
3
4
5
6
Persentase rumahtangga pengguna listrik
Bahan bakar untuk memasak
Tempat buang air besar
Fasilitas pendidikan
B.Va R501ab
B.Va R.503
B.Va R.504
B.VI R.701b-d K.1-4
1. ≤ 27,41
1
1
2. 27,42 - 64,32
2
3. 64,33-94,25
2
4. ≥ 94,26
2
1. Gas kota/LPG
1
1
2. Minyak Tanah
2
3. Kayu Bakar
2
4. Lainnya (Batu bara, arang, dll)
2
1. Jamban sendiri
1
2. Jamban bersama
1 2
4. Bukan jamban
2
1. Maks SD
2
1
3. Jamban umum
0. Tidak ada fasilitas pendidikan
2
2
1
1 2
2. Maks SMP 3. Min SMA
2 3
3
No
7
Kriteria Utama
Fasilitas kesehatan
Sumber
B.VI R.704a-m K.1-3
Tuckey Grouping 3
Sub Kriteria Utama
1. Rumah Sakit
1
2. Rumah Sakit Bersalin/Rumah Bersalin
1
Klasif ikasi 1
3. Poliklinik/Balai Pengobatan 4. Puskesmas
2
5. Puskesmas Pembantu
2
6. Tempat praktek dokter
2
0. Tidak ada fasilitas kesehatan
2
2
3 8
9
10
Jarak mencapai fasilitas kesehatan
Kemudahan mencapai fasilitas kesehatan
Tenaga Kesehatan
B.VI R.704 K.4
B.VI R.704 K.5
B.VI R.706 1. Kode a+b 2. Kode c
1. ≤ 20,19 km
1
2. 20,20 - 37,00 km
1
1
3. 37,01 - 62,18 km
2
4. ≥ 62,19 km
2
1. Sangat mudah
1
2. Mudah
1 2
4. Sangat Sulit
2
4. Kode e
0. Tidak ada
1 2
3. Tenaga kesehatan lainnya (mantri kesehatan) 4. Dukun bayi
2
1
2. Bidan
3. Kode d
2
1
3. Sulit 1. Dokter
2
2
3
0. Kode a-d kosong 11
12
Jenis permukaan jalan terluas desa
Sumber air minum/memasak
B.X R.1001b1
3
3 4
1. Aspal/Beton
1
1. Kode 1
2. Diperkeras (kerikil, batu, dsb)
1
2. Kode 2
3. Tanah
3. Kode 3-4
4. Lainnya
B.V R.507a
1. PAM/Air dlm kemasan
1. Kode 1+3+4+6
2. Pompa listrik/tangan
4
2
1
2
2 3
1
3 1
3
2. Kode 5,6
3. Sumur
2
3
3. Kode 8,9
4. Mata air
2
3
5. air hujan
2
3
6. Sungai/danau
2
7. lainnya
2
3
2
3
No
13
Kriteria Utama
Sumber B.X R.1003,1004,1 005,1006,100 7a,1008,1009 a
Sarana komunikasi
Tuckey Grouping
Sub Kriteria Utama
1. Tidak ada sarana komunikasi
1
1
2. Tersedia maks 1 sarana komunikasi
2
3. Tersedia maks 2 sarana komunikasi
2
4. Tersedia maks 3 sarana komunikasi
2
5. Tersedia 4 sarana komunikasi 14
B.XII R.1204a1205
Keberadaan pasar
1. Tidak ada Pasar
2
desa Subset for alpha = 0.05 N
1
>=4.185
10922
7.4865
2.338-4.184
10914
1.009-2.337
10925
<=1.008
10927
Sig.
2
3
4
8.8389 12.0843 20.2258 1.000
1.000
1.000
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 10921,998. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.
3
3
1 2
Tukey HSDa,,b k1
1
3. Pasar dengan bangunan permanen
1. Jumlah penduduk
2
3
2. Pasar tanpa bangunan
ANOVA Indonesia Wilayah I (Jawa & Sumatera)
Klasif ikasi
2
2. Sumber penghasilan utama desa Tukey HSDa,,b k2
Subset for alpha = 0.05
N
1
Pertambangan dan Penggalian/Industri Pengolahan
1227
Perdagangan Besar/Eceran/Rumah Makan/Angkutan, Pergudangan, Komunikasi/Jasa/Lainnya
1979
Pertanian
2
3
9.4091 10.9576
40482
Sig.
12.3026 1.000
1.000
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2230,477. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.
3. Persentase rumah tangga pengguna listrik desa Tukey HSDa,,b Subset for alpha = 0.05 k41
N
Gas Kota/LPG
1 922
Minyak Tanah/Kayu Bakar
13273
Lainnya
29493
2
10.6779 12.1509 12.2110
Sig.
1.000
.986
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2512,887. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.
4. Bahan bakar untuk memasak desa Tukey HSDa,,b Subset for alpha = 0.05 s5
N
Bukan Jamban
26302
Jamban Sendiri/Bersama
15034
Jamban Umum Sig.
1
2
3
10.8228 13.6968
2352
17.2976 1.000
1.000
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5663,520. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.
5. Tempat buang air besar desa Tukey HSDa,,b Subset for alpha = 0.05 k5
N
1
Jamban Sendiri/Bersama
26302
Bukan Jamban
15034
Jamban Umum
2352
2
3
10.8228 13.6968 17.2976
Sig.
1.000
1.000
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5663,520. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.
6. Fasilitas pendidikan desa Tukey HSDa,,b Subset for alpha = 0.05 k6
N
1
3.00
7552
2.00
19068
1.00
13572
.00
3496
2
3
4
9.5663
Sig.
10.5635 12.7804 24.0672 1.000
1.000
1.000
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 7345,091. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.
7. Fasilitas kesehatan desa Tukey
HSDa,,b Subset for alpha = 0.05
faskes Tempat Praktek Dokter Puskesmas/Puskesmas Pembantu Poliklinik/Balai Pengobatan Rumah Sakit/Rumah Sakit Bersalin/Rumah Bersalin Tidak ada fasilitas kesehatan
N
1
2
1754 3338
8.9932 9.0533
13013
9.4030
1536
10.3366
24047
Sig.
3
14.4314 .742
1.000
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3050,307. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.
8. Jarak mencapai fasilitas kesehatan desa Tukey HSDa,,b Subset for alpha = 0.05 k81
N
1
<=12.18
10942
9.9905
5,56-12,18
10837
10.3887
12,19-21,77
10916
>=21,78
10914
Sig.
2
3
13.3977 14.8593 .118
1.000
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 10902,108. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.
9. Kemudahan mencapai fasilitas kesehatan desa Tukey
HSDa,,b Subset for alpha = 0.05
k9 Sangat Mudah Mudah
N
1 4057 7653
Sangat Sulit
1499
Sig.
3
4
10.1629
30474
Sulit
2 11.8277
13.7857 16.0507 1.000
1.000
1.000
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3713,739. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.
10. Tenaga kesehatan desa Tukey HSDa,,b Subset for alpha = 0.05 R706
N
1
Dokter
6732
Bidan
27851
Tenaga Kesehatan Lainnya (Mantri Kesehatan)
2189
Dukun Bayi
3928
Tidak ada tenaga kesehatan
2988
Sig.
2
3
4
5
9.3032 11.2531 12.5820 15.8322 21.9193 1.000
1.000
1.000
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4063,277. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.
1.000
11. Jenis permukaan jalan utama desa desa Tukey HSDa,,b Subset for alpha = 0.05 R1001b1
N
1
Lainnya
2
91
9.7363
Aspal/Beton
27083
11.1462
Diperkeras (Kerikil, Batu, dsb)
11916
Tanah
3
11.1462 13.4777
13.4777
4292
14.9893
Sig.
.497
.093
.435
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 352,645. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.
12. Jenis air bersih yang digunakan desa Tukey HSDa,,b Subset for alpha = 0.05 k12_PAM1
N
1
2
3
Pampa Listrik/TAngan
3549
Air Hujan
1187
11.0447
33675
12.2464
Sumur/Mata Air Lainnya Sungai/Danau
4
8.9496
372
12.2464 13.2392
2002
Sig.
16.5954 1.000
.199
.387
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 1151,650. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.
13. Sarana komunikasi desa Tukey HSDa,,b Subset for alpha = 0.05 R1003_10 Tersedia Min 4 Sarana Komunikasi
N
1 876
2
3
4
8.7386
Tersedia Maks 3 Sarana Komunikasi
2673
Tersedia Maks 2 Sarana Komunikasi
4700
15.1932
Tersedia Maks 1 Sarana Komunikasi
14595
15.6852
Tidak ada sarana komunikasi Sig.
10.8193
1413
19.2335 1.000
1.000
.880
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 1996,278. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.
14. Keberadaan pasar desa Tukey HSDa,,b Subset for alpha = 0.05 b9r1104a
N
1
2
Pasar tanpa bangunan
5439
9.0765
Pasar dengan bangunan permanen
5052
9.3664
Tidak ada Pasar
33197
13.0909
Sig.
.387
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 7282,933. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.
ANOVA Indonesia Wilayah II – Luar Jawa & Sumatera (Bali, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, Papua)
1. Jumlah penduduk desa Tukey HSDa,,b Subset for alpha = 0.05 k1
N
1
>=1737
5956
973-1736
5958
510-972
5954
<=509
5961
Sig.
2
3
4
7.8009 9.0146 10.0687 12.4338 1.000
1.000
1.000
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5957,249. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.
2. Sumber penghasilan utama ANOVA Table Mean Sum of Squares desa * k2 Between Groups (Combined)
df
Square
9.195
1
9.195
Within Groups
2408909.783
23827
101.100
Total
2408918.978
23828
F .091
Sig. .763
3. Persentase rumah tangga pengguna listrik desa Tukey HSDa,,b Subset for alpha = 0.05 k31
N
1
2
>=94,26
4960
9.2538
27,42-64,32
4966
9.5139
64,33-94,25
4966
9.5304
<=27,41
4966
9.5304 9.9855
Sig.
.410
.054
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4964,499. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.
4. Bahan bakar untuk memasak desa Tukey
HSDa,,b Subset for alpha = 0.05
r503 Gas/LPG Lainnya Minyak Tanah Kayu Bakar
N
1
2
131
7.8397
230 3010
8.5435 8.8196
8.5435 8.8196
20458
Sig.
10.0058 .601
.249
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 323,559. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.
5. Tempat buang air besar desa Tukey HSDa,,b Subset for alpha = 0.05 k51
N
Jamban Sendiri
10577
9.5749
2143
9.7266
9.7266
.749
10.0927 .187
Jamban Bersama Jamban Umum Sig.
1
2
11109
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4606,898. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.
6. Fasilitas pendidikan desa Tukey HSDa,,b Subset for alpha = 0.05 k61
N
1
2
Minimum SMA
2701
8.3365
Maksimum SMP
5320
8.4801
Maksimum SD Tidak ada fasilitas pendidikan
12876 2932
3
9.7606 13.9594
Sig.
.914
1.000
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4094,454. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.
7. Fasilitas kesehatan desa Tukey HSDa,,b Subset for alpha = 0.05 faskes
N
1
2
Tempat Praktek Dokter
2701
8.3365
Poliklinik/Balai Pengobatan
4359
8.3735
961
8.9636
Puskesmas/Puskesmas Pembantu Rumah Sakit/Ruma Sakit Bersalin/Rumah Bersalin Tidak ada fasilitas kesehatan
12876
9.7606
2932
Sig.
3
13.9594 .178
1.000
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2428,417. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.
8. Jarak mencapai fasilitas kesehatan desa Tukey HSDa,,b Subset for alpha = 0.05 k81
N
1
2
<=20,19
5955
9.5439
20,20-37
5961
9.5622
>=62,19
5949
9.9891
37-62,18
5952
Sig.
9.9891 10.2213
.074
.588
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5954,247. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.
9. Kemudahan mencapai fasilitas kesehatan desa Tukey
HSDa,,b Subset for alpha = 0.05
k91
N
1
2
Mudah
8457
9.5088
Sangat Maju
5657
9.6449
9.6449
878
9.7301
9.7301
Sangat Mudah Maju
8837
10.2657
Sig.
.858
.118
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2585,432. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.
10. Tenaga kesehatan desa Tukey HSDa,,b Subset for alpha = 0.05 R706
N
1
2
3
Dokter
2350
Tenaga Kesehatan Lainnya (Mantri Kesehatan)
3238
8.8857
10097
9.0680
Bidan Dukun Bayi Tidak ada Tenaga Kesehatan
8.2370
5718 2426
Sig.
4
11.1368 12.7242 1.000
.940
1.000
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3519,909. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.
11. Jenis permukaan jalan utama desa desa Tukey
HSDa,,b Subset for alpha = 0.05
R1001b1
N
1
2
Diperkeras (Kerikil, batu, dsb)
5338
9.0021
Aspal/Beton
9417
9.6540
Tanah
7053
Lainnya
3
9.6540 10.2191
221
Sig.
12.9231 .508
.626
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 806,419. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.
12. Jenis air bersih yang digunakan desa Tukey HSDa,,b Subset for alpha = 0.05 R507a
N
1
2
3704 1501
9.2028 9.4684
9.4684
Lainnya
270
9.4926
9.4926
Sumur
8134
9.5566
9.5566
Mata Air
7726
10.5014
10.5014
Sungai/Danau Air Hujan
Pompa Listrik/Tangan
910
10.5582
Sig.
.050
.160
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 1001,472. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.
13. Sarana komunikasi desa Tukey
HSDa,,b Subset for alpha = 0.05
R1009_10
N
1
2
3
Tersedia maksimal 4 sarana komunikasi
311
7.9164
Tersedia maksimal 3 sarana komunikasi
1153
8.6930
Tersedia maksimal 2 sarana komunikasi
2746
9.4334
Tersedia maksimal 1 sarana komunikasi
12093
9.4693
Tidak ada sarana komunikasi
8.6930
7526
10.8075
Sig.
.378
.378
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 1072,393. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.
14. Keberadaan pasar desa Tukey HSDa,,b Subset for alpha = 0.05 B10r1204a
N
1
2
Pasar tanpa bangunan
2613
7.9966
Pasar dengan bangunan permanen
2504
8.4916
Tidak ada pasar
18712
Sig.
10.2651 .091
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3590,645. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.
Penentuan bobot nilai setiap kelas jawaban dibuat dengan meneliti pola hubungan antara variabel yang diteliti, kemudian diurutkan tingkatan kelas di masing-masing kriteria dan diurutkan dari nilai 1 ke nilai sesuai jumlah tingkatan kelas. Nilai tersebut dipakai sebagai dasar penentuan besarnya bobot nilai masing-masing kelas kriteria. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut:
TABEL 3.3 FORMULASI KRITERIA, SUB KRITERIA DAN BOBOT NILAI PENETAPAN DESA TERTINGGAL WILAYAH I ( JAWA DAN SUMATERA ) No 1
2
Nama Variabel Jumlah Penduduk
Sumber penghasilan utama sebagian besar penduduk
Sumber B.IV R.401ab
B.IV R.404a
Klasifikasi 1. ≤ 1.008
1
2. 1.009-2.337
2
3. 2.338-4.184
3
4. ≥ 4.185
4
1. Pertanian
1
2. Pertambangan dan Penggalian/Industri Pengolahan 3. Perdagangan Besar/ Eceran/ Rumah Makan/Angkutan, Pergudangan, Komunikasi/Jasa/Lainnya 3
4
5
6
7
Persentase rumahtangga pengguna listrik
Bahan bakar untuk memasak
Tempat buang air besar
Fasilitas pendidikan
Fasilitas kesehatan
B.Va R501ab
B.Va R.503
B.Va R.504
B.VI R.701b-d K.1-4
B.VI R.704a-m K.1-3
Skor
2
3
1. ≤ 74,88
1
2. 74,89-96,00
2
3. ≥ 96,01
3
1. Gas kota/LPG
2
2. Minyak Tanah/Kayu Bakar/Lainnya (Batu bara, arang, dll) 1. Jamban sendiri/Jamban bersama
1 3
2. Jamban umum
2
3. Bukan jamban
1
0. Tidak ada fasilitas pendidikan
1
1. Maks SD
2
2. Maks SMP
3
3. Min SMA
4
0. Tidak ada fasilitas kesehatan
1
1. Rumah Sakit/Rumah Sakit Bersalin/Rumah Bersalin
2
No
8
9
10
11
12
13
Nama Variabel
Jarak mencapai fasilitas kesehatan
Kemudahan mencapai fasilitas kesehatan
Tenaga Kesehatan
Jenis permukaan jalan terluas desa
Sumber air minum/memasak
Sarana komunikasi
Sumber
B.VI R.704 K.4
2. Poliklinik/Balai Pengobatan/Puskesmas/ Puskesmas Pembantu/ Tempat praktek dokter
3 3
2. 12,19-21,77 km
2
3. ≥ 21,78 km
1
1. Sangat mudah
4
2. Mudah
3
3. Sulit
2
4. Sangat Sulit
1
B.VI R.706
1. Dokter
5
1.
Kode a+b
2. Bidan
4
2.
Kode c
3.
Kode d
4. Dukun bayi
2
4.
Kode e
0. Tidak ada
1
5.
Kode a-e kosong
B.VI R.704 K.5
B.X R.1001b1
3. Tenaga kesehatan lainnya (mantri kesehatan)
1. Aspal/Beton/Diperkeras (kerikil, batu, dsb)
3
3
1.
Kode 1
2. Tanah
2
2.
Kode 2
3. Lainnya
1
3.
Kode 3-4 1. PAM/Air dlm kemasan/
5
B.V R.507a 1.
Kode 1+3+4+6+7
2. Pompa listrik/tangan
4
2.
Kode 2
3. Sumur/Mata air/air hujan
3
3.
Kode 5
4. Sungai/danau
2
5. lainnya
1
1. Tidak ada sarana komunikasi
1
B.X R.1003,1004,1005,1006,1007a, 1008,1009a
1. Telepon kabel/Telepon umum/koin/kartu 2. Wartel/kiospon/ warpostel/warparpostel/warne t 3. Kantor pos/pos pembantu/rumah pos/pos keliling 4. Sinyal telepon genggam/hand phone/mobile phone Keberadaan pasar
Skor
1. ≤ 12,18 km
Jenis fasilitas:
14
Klasifikasi
B.XII R.1204a-1205
2. Tersedia maks 2 sarana komunikasi
2
3. Tersedia maks 3 sarana komunikasi
3
4. Tersedia semua sarana komunikasi
4
1. Tidak ada Pasar
1
2. Ada Pasar
2
TABEL 3.4 FORMULASI KRITERIA, SUB KRITERIA DAN BOBOT NILAI PENETAPAN DESA TERTINGGAL WILAYAH II ( BALI, NUSATENGGARA, KALIMANTAN SULAWESI, MALUKU & PAPUA) No 1
2
3
4
Nama Variabel Jumlah Penduduk
Sumber penghasilan utama sebagian besar penduduk
Persentase rumahtangga pengguna listrik Bahan bakar untuk memasak
Sumber B.IV R.401ab
B.IV R.404a 1.
Kode 1
2.
Kode selain 1
B.Va R501ab
B.Va R.503
Klasifikasi 1. ≤ 509
1
2. 510-972
2
3. 973-1.736
3
4. ≥ 1.737
4
1. Pertanian
1
2. Non Pertanian
2
1.
1
≤ 27,41
2. ≥ 27,42
2
1. Gas kota/LPG
2
2. Minyak tanah/Kayu bakar/lainnya 5
6
Tempat buang air besar
Fasilitas pendidikan
B.Va R.504 1.
Kode 1-3
2.
Kode 4
B.VI R.701b-d K.1-4 0. tidak ada fasilitas 1. maks SD 2. Maks SMP/Maks Pondok/Min SMA
7
8
9
Fasilitas kesehatan
Jarak mencapai fasilitas kesehatan Kemudahan mencapai fasilitas kesehatan
B.VI R.704 K.5 1. Kode 1-2
1
1. Jamban sendiri/Jamban bersama
2
2. Jamban umum/Bukan jamban
1
0. Tidak ada fasilitas pendidikan
1
1. Maksimum SD
2
2. Minimun SMP
3
B.VI R.704a-m K.1-3
B.VI R.704 K.4
Skor
0. Tidak ada fasilitas kesehatan
1
1. Rumah Sakit/Rumah Sakit Bersalin/Rumah Bersalin
2
2. Poliklinik/Balai Pengobatan/Puskesmas/ Puskesmas Pembantu/ Tempat praktek dokter
3
1. ≤ 37
2
2. > 37
1
1. Mudah
2
2. Sulit
1
1.
4
2. Kode 3-4 10
Tenaga Kesehatan
B.VI R.706 1. Kode a+b
Dokter
2. Bidan/Tenaga kesehatan lainnya (mantri kesehatan)
3
2. Kode c
3. Dukun bayi
2
3. Kode d
0. Tidak ada
1
4. Kode e 0. Kode a-e kosong 11
Jenis permukaan jalan terluas desa
B.X R.1001b1
1. Aspal/Beton/diperkeras (kerikil, batu, dsb)
3
No
12
13
14
Nama Variabel
Sumber air minum/memasak
Sarana komunikasi
Keberadaan pasar
Sumber
Klasifikasi
Skor
1.
Kode 1-2
2. Tanah
2
2.
Kode 3-4
3. Lainnya
1
1. PAM/Air dlm kemasan
3
B.V R.507a 1.
Kode 1
2.
Kode 2-4
3.
Kode 5-7
2. Pompa listrik/tangan/Sumur/mata air 3. Sungai/danau/air hujan/lainnya
B.X R.1003,1004,1005,1006,1007a,100 8,1009a Jenis fasilitas 1. Telepon kabel/Telepon umum/koin/kartu 2. Wartel/kiospon/warpostel / warparpostel/warnet 3. Kantor pos/pos pembantu/rumah pos/pos keliling 4. Sinyal telepon genggam/hand phone/mobile phone B.XII R.1204a-1205
1
0. Tidak ada sarana komunikasi
1
1. Tersedia maksimal 2 sarana
2
komunikasi
3
2. Tersedia minimal 3 sarana komunikasi
0. Tidak ada Pasar
1
1. Ada Pasar
2
Batasan bobot nilai yang digunakan mengacu pada nilai mutlak artinya bahwa semakin tinggi nilai/bobot nilai yang diperoleh oleh suatu desa, maka desa tersebut memiliki potensi yang baik. Total bobot nilai untuk masing-masing desa menjadi patokan dalam hal ketertinggalan dan kemajuan desa.
2
Dalam menentukan batasan nilai
ketertinggalan, nilai rata-rata disesuaikan dengan masing-masing kawasan. Berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan penulis dengan menggunakan aplikasi SPSS dengan menggunakan Kriteria dan Sub Kriteria serta bobot nilai pada tabel diatas didapatkan range rata-rata nilai pembanding.
2. Langkah-langkah dalam melakukan Perhitungan Perhitungan didasarkan dari data-data hasil survey Podes tahun 2014, dimana Kriteria yang dipakai adalah beberapa pertanyaan pada quesioner Podes yang berkaitan langsung dengan kebutuhan minimal suatu desa. Adapun langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut : 1. Jumlah Penduduk a. Pertanyaan Podes : 401. Penduduk dan Keluarga a. Jumlah penduduk laki-laki .......................... Orang b. Jumlah Penduduk Perempuan ................... Orang c. Jumlah Keluarga .................. Keluarga d. Persentase Keluarga Pertanian ............ Persen e. Jumlah Keluarga yang anggotanya menjadi buruh tani ............ orang (401 adalah Nomor Pertanyaan pada Quesioner Podes Tahun 2014)
b. Perhitungan : 401a – 401b Jawaban yang digunakan sebagai perhitungan hanya a dan b, maka (401.a + 401.b = Jumlah Penduduk), jika : 1. Jumlah penduduk < 1.008 Orang untuk KBI dan < 509 Orang untuk KTI Orang maka nilai Ketertinggalan adalah 1 2. Jumlah penduduk 1.009–2.337 Orang untuk KBI dan 510-972 Orang maka nilai Ketertinggalan adalah 2 3. Jumlah penduduk 2.338-4.184 Orang untuk KBI dan 973-1.736 Orang untuk KTI maka nilai Ketertinggalan adalah 3 4. Jumlah penduduk > 4.185 Orang untuk KBI dan > 1.737 Orang untuk KTI maka nilai Ketertinggalan adlah 4 2. Sumber Penghasilan Utama Penduduk a.
Pertanyaan Podes : 404a. Sumber Penghasilan utama sebagian besar penduduk 1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Perdagangan Besar/Eceran, Rumah makan 5. Angkutan, Pergudangan, Komunikasi 6. Jasa 7. Lainnya (Gas, Listrik, Perbankan, dll)
b.
Perhitungan : 404a untuk KBI 1. Jika jawaban yang diperoleh adalah point 1, maka nilai Ketertinggalan adalah 1 2. Jika jawaban yang diperoleh adalah salah satu dari point 2 s/d 3, maka nilai Ketertinggalan adalah 2, dan
3. Jika jawaban yang diperoleh adalah salah satu dari point 4 s/d 7, maka nilai Ketertinggalan adalah 3 c.
Perhitungan : 404a untuk KTI 1. Jika jawaban yang diperoleh adalah point 1, maka nilai Ketertinggalan adalah 1 2. Jika jawaban yang diperoleh adalah salah satu dari point 2 s/d 7, maka nilai Ketertinggalan adalah 2.
3. Persentase Rumah Tangga Pengguna Listrik a.
Pertanyaan Podes : 501ab. Penduduk dan Keluarga a. Jumlah penduduk laki-laki .......................... Orang b. Jumlah Penduduk Perempuan ................... Orang c. Jumlah Keluarga .................. Keluarga d. Persentase Keluarga Pertanian ............ Persen e. Jumlah Keluarga yang anggotanya menjadi buruh tani ............ orang ( Jawaban yang dipergunakan hanya point c ) 501. a. Keluarga Pengguna Listrik Ada (1) Tidak (2) b. Jika R501a=1, Jumlah Keluarga Pengguna Listrik : 1. PLN ............. Keluarga 2. Non PLN ............. Keluarga ( Jawaban yang dipergunakan hanya point b)
b.
Perhitungan : 401c, 501b Rumusan yang digunakan ((501b/401c) x 100% ) = % Keluarga Pengguna Listrik. 1. Jika hasil perhitungan < 74,88% untuk KBI dan < 27,41% untuk KTI maka nilai Ketertinggalan adalah 1 2. Jika hasil perhitungan 74,89% - 96,00% untuk KBI dan > 27,42% untuk KTI maka nilai Ketertinggalan adalah 2 3. Jika hasil perhitungan > 96,01% untuk KBI maka nilai Ketertinggalan adalah 3
4. Bahan Bakar untuk Memasak a.
Pertanyaan Podes : 503. Bahan bakar yang digunakan oleh sebagian besar keluarga untuk memasak. 1. Gas kota / LPG 2. Minyak Tanah 3. Kayu Bakar 4. Lainnya (batubara, arang,dll) b. Perhitungan : 503 1. Jika jawaban yang diperoleh adalah point 1, maka nilai Ketertinggalan yang diperoleh adalah 2
2. Jika jawaban yang diperoleh adalah point 2 atau point 3 dan 4, maka nilai Ketertinggalan yang diperoleh adalah 1 5. Tempat Buang Air Besar a.
Pertanyaan Podes : 505. Tempat buang air besar sebagian besar keluarga 1. Jamban Sendiri 2. Jamban Bersama 3. Jamban Umum 4. Bukan Jamban b. Perhitungan : 505 1. Jika jawaban yang diperoleh adalah point 1 dan 2 untuk KBI, maka nilai yang Ketertinggalan diperoleh adalah 3 2. Jika jawaban yang diperoleh adalah point 3 untuk KBI dan Point 13 untuk KTI, maka nilai Ketertinggalan yang diperoleh adalah 2 3. Jika jawaban yang diperoleh adalah point 4, maka nilai Ketertinggalan yang diperoleh adalah 1 6. Fasilitas Pendidikan a.
Pertanyaan Podes : 601. Jenis Pendidikan Jumlah Sekolah a. TK/Sederajat …………… Negeri ……….. Swasta b. SD/Sederajat …………… Negeri ……….. Swasta c. SMP/Sederajat …………… Negeri ……….. Swasta d. SMU/Sederajat …………… Negeri ……….. Swasta e. Akademi/PT/Sederajat …………… Negeri ……….. Swasta f. Sekolah Luar Biasa …………… Negeri ……….. Swasta g. Pondok Pesantren …………… Negeri ……….. Swasta h. Madrasah Diniyah …………… Negeri ……….. Swasta i. Seminar/sejenisnya …………… Negeri ……….. Swasta b. Perhitungan : 601 1. Pertama, menjumlahkan antara sekolah negeri dan swasta, 2. Kedua, menggabungan menjadi 4 kriteria yaitu : a) Jika tidak ada fasilitas pendidikan baik di KBI maupun KTI, maka nila ketertinggalan adalah 1 b) Maksimal SD/Sederajat termasuk TK untuk KBI dan KTI, jika Point a dan b terisi maka nilai Ketertinggalan adalah 2 c) Maksimal SMP/Sederajat termasuk TK dan SD untuk KBI dan KTI, jika Point a, b dan c terisi maka nilai Ketertinggalan adalah 3 d) Minimal SMA/Sederajat untuk KBI, jika Point d, e, atau e terisi atau semua point terisi maka nilai Ketertinggalan adalah 4
7. Fasilitas Kesehatan a. Pertanyaan Podes : 604. Keberadaaan Sarana Kesehatan (Kolom 1) a. Rumah sakit b. Rumah sakit bersalin/Rumah bersalin c. Poliklinik/Balai Pengobatan d. Puskesmas e. Puskesmas Pembantu f. Tempat Praktek Dokter g. Tempat Praktek Bidan h. Poskesdes i. Polindes j. Posyandu k. Apotek b. Perhitungan : 604 1. Jika tidak terisi data atau data kosong, maka dianggap tidak ada fasilitas kesehatan, maka nilai ketertinggalan adalah 0 (nol) 2. Jika Point a s/d point b terisi atau hanya terisi point a atau b saja untuk KBI dan KTI , maka nilai Ketertinggalan yang didapat adalah 2 3. Jika Point c s/d point f terisi atau hanya terisi point c atau d,e,f,atau salah satunya, maka nilai Ketertinggalan yang didapat adalah 3 8. Jarak Mencapai Fasilitas Kesehatan a. Pertanyaan Podes : 604. SaranaKesehatan (kolom 4, Jarak kesarana kesehatan terdekat (km)) a. Rumah sakit b. Rumah sakit bersalin/Rumah bersalin c. Poliklinik/Balai Pengobatan d. Puskesmas e. Puskesmas Pembantu f. Tempat Praktek Dokter g. Tempat Praktek Bidan h. Poskesdes i. Polindes j. Posyandu k. Apotek l. Toko Khusus Obat/Jamu b. Perhitungan : 604 1. Setiap sarana kesehatan yang ada akan dinilai satu persatu dengan patokan nilai sebagai berikut : a. < 12,18 km untuk KBI, maka Nilai ketertinggalan adalah 3 b. 12,19 – 21,77 km untuk KBI dan < 37 untuk KTI, Maka Nilai ketertinggalan adalah 2
c.
> 21,78 km untuk KBI dan > 37 km untuk KTI, maka Nilai ketertinggalan adalah 1
2. Kemudian semua dijumlahkan, dan diambil range nilai sebagai berikut : a. Jika total nilai adalah < 12, maka nilai Ketertinggalan diperoleh adalah 3 b. Jika total nilai adalah < 24, maka nilai Ketertinggalan diperoleh adalah 2 c. Jika total nilai adalah > 24, maka nilai Ketertinggalan diperoleh adalah 1 9. Kemudahan Mencapai Fasilitas Kesehatan a. Pertanyaan Podes : 604. SaranaKesehatan (kolom 5, Kemudahan untuk mencapai kesarana kesehatan), I. Jenis Fasilitas : a. Rumah sakit b. Rumah sakit bersalin/Rumah bersalin c. Poliklinik/Balai Pengobatan d. Puskesmas e. Puskesmas Pembantu f. Tempat Praktek Dokter g. Tempat Praktek Bidan h. Poskesdes i. Polindes j. Posyandu k. Apotek l. Toko Khusus Obat/Jamu II. Point Pencapaian : 1. Sangat Mudah 2. Mudah 3. Sulit 4. Sangat Sulit b. Perhitungan : 604 1. Setiap Point a s/d point l dinilai dengan point nilai untuk KBI sebagai berikut : a. Jika point yang terisi adalah 1 maka nilai yang diperoleh 4 b. Jika point yang terisi adalah 2 maka nilai yang diperoleh 3 c. Jika point yang terisi adalah 3 maka nilai yang diperoleh 2 d. Jika point yang terisi adalah 4 maka nilai yang diperoleh 1 2. Setiap Point a s/d point l dinilai dengan point nilai untuk KTI sebagai berikut : a. Jika point yang terisi adalah 1 dan atau 2 maka nilai yang diperoleh 2 b. Jika point yang terisi adalah 3 dan atau 4 maka nilai yang diperoleh 1
10. Tenaga Kesehatan a. Pertanyaan Podes : 606. Tenaga kesehatan yang tinggal didesa/kelurahan ini a. 1. Dokter Pria : ……………… Orang 2. Dokter Wanita : ……………… Orang b. Dokter Gigi : ……………… Orang c. Bidan : ……………… Orang d. Tenaga kesehatan lainnya : ……………… Orang e. Dukun bayi : ……………… Orang b. Perhitungan : 606 untuk KBI 1. Setiap Point a dan point b dijumlahkan, kemudian dinilai dengan point nilai, Jika point a+b terisi adalah maka nilai yang diperoleh 5 2. Setiap Point c dinilai dengan point nilai Jika point c terisi maka nilai yang diperoleh 4 3. Setiap Point d dinilai dengan point nilai Jika point d terisi maka nilai yang diperoleh 3 4. Setiap Point e dinilai dengan point nilai jika point e terisi maka nilai yang diperoleh 2 5. Jika Setiap Point a s/d ponit e tidak terisi, maka nilai yang diperoleh 1 c. Perhitungan : 606 untuk KTI 1. Setiap Point a dan point b dijumlahkan, kemudian dinilai dengan point nilai, Jika point a+b terisi adalah maka nilai yang diperoleh 4 2. Setiap Point c dan point d dinilai dengan point nilai Jika point c dan atau point d terisi maka nilai yang diperoleh 3 3. Setiap Point d dinilai dengan point nilai Jika point e terisi maka nilai yang diperoleh 1 4. Jika Setiap Point a s/d ponit e tidak terisi, maka nilai yang diperoleh 1
11. Jenis Air Bersih yang digunakan a. Pertanyaan Podes : 612. a. Keperluan air untuk minum/memasak pada umumnya bersumber dari : 1. PAM/Air dalam kemasan 2. Pompa Listrik / tangan 3. Sumur 4. Mata air 5. Sungai/danau 6. Air Hujan 7. Lainnya
b. Penduduk desa/kelurahan minum/memasak 1. ada 2. Tidak
ini
yang
membeli
air
untuk
(pertanyaan yg digunakan sebagai indikator ketertinggalan adalah point a)
c. Perhitungan : 612.a 1. Jika point yang terisi adalah Point a.1 dan atau point a.2, maka nilai ketertinggalan adalah 4 2. Jika point yang terisi adalah Point a.3 dan atau point a.4, maka nilai ketertinggalan adalah 3 3. Jika point yang terisi adalah Point a.5 dan atau point a.6, point a.7, maka nilai ketertinggalan adalah 2 12. Jenis Permukaan Jalan a. Pertanyaan Podes : 901. Sarana dan Prasarana transportasi antar desa / kelurahan a. Lalu lintas dari dan ke desa/kelurahan melalui : 1. Darat 2. Air 3. Darat dan Air b. Jika R901a=1 atau 3, 1. Jenis permukaan jalan yang terluas a. Aspal/Beton b. Diperkeras (Kerikil, Batu, dsb) c. Tanah d. Lainnya 2. Apakah dapat dilalui kendaraan bermotor roda 4 atau lebih sepanjang tahun? a. Ya b. Tidak (pertanyaan yg digunakan sebagai indikator ketertinggalan adalah point b) c. Perhitungan : 901b 1. Jika point yang adalah 4 2. Jika point yang adalah 3 3. Jika point yang adalah 2 4. Jika point yang adalah 1
terisi adalah Point 1, maka nilai ketertinggalan terisi adalah Point 2, maka nilai ketertinggalan terisi adalah Point 3, maka nilai ketertinggalan terisi adalah Point 4, maka nilai ketertinggalan
13. Sarana Komunikasi a. Pertanyaan Podes : 904. Telepon Umum Koin/kartu yang masih aktif 1. Ada 2. Ya
907. a. Kantor pos / pos pembantu / Rumah Pos : 1. Ada 2. Tidak b. Jika R907a = 2, jarak ke kantor pos terdekat : ……… Km 910. Sinyal telepon genggam / hand phone / mobile phone di Desa / kelurahan ini : 1. Ada kuat 2. Ada lemah 3. Tidak ada (Pada pertanyaan 907, indikator yang digunakan hanya pada point a)
b. Perhitungan : 904, 907a dan 910 1. Pada pertanyaan 904 dinilai dengan ketentuan sebagai berikut a. Jika point yang terisi adalah 1, maka nilai yang diperoleh adalah 2 b. Jika point yang terisi adalah 2, maka nilai yang diperoleh adalah 0 2. Pada pertanyaan 907a dinilai dengan ketentuan sebagai berikut a. Jika point yang terisi adalah 1, maka nilai yang diperoleh adalah 2 b. Jika point yang terisi adalah 2, maka nilai yang diperoleh adalah 0 3. Pada pertanyaan 910 dinilai dengan ketentuan sebagai berikut a. Jika point yang terisi adalah 1, maka nilai yang diperoleh adalah 6 b. Jika point yang terisi adalah 2, maka nilai yang diperoleh adalah 5 c. Jika point yang terisi adalah 3, maka nilai yang diperoleh adalah 0 4. Kemudian dari hasil penilaian 904, 907a dan 910 semua dijumlahkan, selanjutnya hasil dari penjumlahan dijadikan patokan penilaian ketertinggalan dengan ketentuan sebagai berikut : a. Jika jumlah nilai adalah 0, maka nilai ketertinggalan adalah 0 b. Jika jumlah nilai adalah < 2, maka nilai ketertinggalan adalah 2 c. Jika jumlah nilai adalah < 4, maka nilai ketertinggalan adalah 3 d. Jika jumlah nilai adalah > 4, maka nilai ketertinggalan adalah 4
14. Keberadaan Pasar a. Pertanyaan Podes : 1104. a. Pasar dengan bangunan permanen/semi permanen 1. Ada 2. Tidak b. Jika R110a = 2, jarak kepasar terdekat : …………… km (pertanyaan yg digunakan sebagai indikator ketertinggalan adalah point a)
c. Perhitungan : 1104 1. Jika point yang terisi adalah Point 1, maka nilai ketertinggalan adalah 4 2. Jika point yang terisi adalah Point 2, maka nilai ketertinggalan adalah 2 3. Formula Ketertinggalan Desa Dari hasil nilai ketertinggalan point 1 sampai dengan point 14, kemudian semua hasil nilai dijumlahkan sehingga mendapatkan hasil score dari 1-14 variabel ketertinggalan. Hasil dari penjumlahan tersebut merupakan nilai ketertinggalan dari suatu desa.
Skore Desa = V1+V2+V3………………….. V14
Setelah semua desa diberikan nilai/scoring dari 1 – 14 Variabel, langkah selanjutnya adalah mencari Nilai Maximum dan Nilai Minimum dan untuk mencari skla dibagi 4 klasifikasi. Adapun kategori 4 klasifikasi ketertinggalan Desa yaitu : 1. Desa Mandiri 2. Desa Berkembang 3. Desa Tertinggal 4. Desa Sangat Tertinggal
Nilai Max = Maximal Nilai Skore Desa 73.709
Nilai Min = Minimal Nilai Skore Desa 73.709 Perhitungan berikutnya adalah mencari range (n) dalam 4 variabel ketertinggalan Desa dan mendapatkan Range Rata-rata di masing-masing kewilayahan, dari hasil exercise yang dilakukan maka diperoleh nilai-nilai Batasan Score penetapan ketertinggalan dan kemajuan dengan diawali dari nilai batasan paling rendah (nilai Minimal) dijumlahkan dengan nilai n (nilai Pembatas) sampai didapat hasil batasan paling tinggi (Nilai Max) formulasinya adalah sebagai berikut :
n = (Nilai Max – Nilai Min)/4
Cara Membagi Range pada 4 Klasifikasi Ketertinggalan Desa. Sangat Tertinggal Tertinggal Berkembang Mandiri
Min X Batas 1 Batas 2 Batas 3
Batas 1 = Min X + n Batas 2 = Batas1 + n Batas 3 = Batas2 + n Batas 4 = Batas3 + n | Nilai Max
Setelah Mendapatkat Nilai range 4 Kalasifikasi Ketertinggalan desa berikutnya membagi kewilayahan yaitu sebagai berikut :
1. Wilayah di Kawasan Barat Indonesia yaitu a. Propinsi yang berada di Pulau Jawa b. Propinsi yang berada di Pulau Sumatera Dengan Nilai dari 4 Kalsifikasi Ketertinggalan dan Kemajuan Desa Sebagai Berikut :
Sangat Tertinggal Tertinggal Berkembang Mandiri
53 64.5 76 87.5
64.4 76 87.4 99
2. Wilayah di Kawasan Timur Indonesia yaitu c. Propinsi yang berada di Pulau Kalimantan d. Propinsi yang berada di Pulau Sulawesi e. Propinsi yang berada di Pulau Papua f. Propinsi yang berada di Pulau Bali dan Nusa Tenggara g. Dan Propinsi yang berada di pulau Maluku Dengan Nilai dari 4 Kalsifikasi Ketertinggalan dan Kemajuan Desa Sebagai Berikut : Sangat Tertinggal Tertinggal Berkembang Mandiri
46 59.25 72.5 85.75
59.24 7.24 85.74 99
Catatan : -
Range ketertinggalan dan kemajuan desa antara KBI dan KTI dibedakan karna tingkat ketertinggalan sangat jauh berbeda antara KBI dan KTI
-
Kemungkinan nilai minimal skore desa berbeda antara KBI dan KTI tetapi untuk nilai maximal atara KBI dan KTI sama.
Pembagian kewilayahan ini didasarkan oleh penetapan kewilayahan yang tertuang di dalam RPJMN Tahun 2015-2019 karena Didalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah (RPJM) Nasional 2015-2019 dan Strategi Nasional (Stranas) PDT, telah ditetapkan 122 Kabupaten sebagai daerah kabupaten tertinggal yang lokasinya tersebar di Kawasan Barat Indonesia (KBI) dan Kawasan Timur Indonesia (KTI).
Dari hasil yang diperoleh dengan menggunakan metode perhitungan diatas dan menggunakan data dasar PODES Tahun 2014 dari BPS yang telah dilakukan uji coba oleh penulis dan kemudian membandingkan hasil score masing-masing desa dibandingan rata-rata sesuai kewilayahan tersebut dengan menggunakan software SPSS, serta memadukan dengan hasil info dari daerah maka didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 3.5 Hasil Formulasi Menggunakan Teknik Analisis Skoring Wilayah I (KBI)
II (KTI)
Nama Pulau
Jumlah Desa
Mandiri
Berkembang
Tertinggal
Sangat Tertinggal
PULAU JAWA
22.480
5.008
16.687
785
PULAU SUMATERA
23.005
1.386
15.522
5.874
223
NUSA TENGGARA & BALI
4.582
420
2.799
1.358
5
PULAU KALIMANTAN
6.580
290
3.376
2.729
185
PULAU MALUKU
2.116
39
861
1.154
62
PULAU PAPUA
6.269
25
681
2.384
3.179
8.677 Jumlah Desa
414 Mandiri
6.318 Berkembang
1.915 Tertinggal
30 Sangat Tertinggal
46.244
16.199
3.684
PULAU SULAWESI Grand Total
73.709
7.582
Dari hasil formulasi perhitungan menggunakan teknik analisis skoring ini bisa dilihat ketertinggalan suatu desa di pulau besar di kawasan Indonesia, seperti tabel 3.5, rata-rata jumlah desa mandiri dan desa berkembang dan desa sangat tertinggal paling sedikit berada pada pulau Jawa dan sumatera pada Kawasan Barat Indonesia (KBI) dan sementara desa mandiri dan berkembang paling rendah dan memiliki desa sangat tertinggal paling banyak berada pada wilayah pulau maluku dan pulau papua. Persentase klasifikasi bisa dilihat pada tabel 3.6 dibawah ini
Tabel 3.6 Persentasi Klasifikasi Desa Wilayah I dan II Persentase % Wilayah
I (KBI)
II (KTI)
Nama Pulau
Jumlah Desa
Mandiri
Berkembang
Sangat Tertinggal
Tertinggal
PULAU JAWA
30.50%
22.28%
74.23%
3.49%
0.00%
PULAU SUMATERA
31.21%
6.02%
67.47%
25.53%
0.97%
NUSA TENGGARA & BALI
6.22%
9.17%
61.09%
29.64%
0.11%
PULAU KALIMANTAN
8.93%
4.41%
51.31%
41.47%
2.81%
PULAU MALUKU
2.87%
1.84%
40.69%
54.54%
2.93%
8.51%
0.40%
10.86%
38.03%
50.71%
11.77%
4.77%
72.81%
22.07%
0.35%
PULAU PAPUA PULAU SULAWESI
Grafik 3.1. Klasifikasi Jumlah Ketertinggalan Desa Wilayah I dan Wilayah II
Jumlah
Klasifikasi Jumlah Ketertinggalan desa Wilayah I dan Wilayah II 50,000 45,000 40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 Jumlah Desa
Mandiri
Berkembang
Tertinggal
Sangat Tertinggal
Wilayah I
45,485
6,394
32,209
6,659
223
Wilayah II
28,224
1,188
14,035
9,540
3,461
Grafik 3.2. Persentase (%) Klasifikasi Jumlah Ketertinggalan Desa Wilayah I dan Wilayah II
Persentase (%)
Persentase (%) Klasifikasi Ketertinggalan desa Wilayah I dan Wilayah II 80.00% 70.00% 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00%
Jumlah Desa
Mandiri
Berkembang
Tertinggal
Sangat Tertinggal
Wilayah I
61.71%
14.06%
70.81%
14.64%
0.49%
Wilayah II
38.29%
4.21%
49.73%
33.80%
12.26%
Grafik 3.3. Persentase (%) Klasifikasi Ketertinggalan Desa Wilayah I dan Wilayah II
Persentase (%)
Persentase (%) Klasifikasi Ketertinggalan Desa di Kabupaten Non - DT dan DT 80.00% 70.00% 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00%
Mandiri
Berkembang
Tertinggal
Non-DT
Sangat Tertinggal
12.66%
70.01%
16.59%
0.74%
DT
3.06%
40.61%
38.37%
17.96%
Setelah di analisis podes 2014 menggambarkan 431 kabupaten/Kota yang status memiliki desa, dimana 122 kabupaten DT mimiliki desa tertinggal lebih besar 17.96 % dengan jumlah desa 3.272, sementara pada kabupaten Non-DT 0.74 % dengan jumlah desa 412.
Grafik 3.4. Persentase (%) Klasifikasi Ketertinggalan dan Kemajuan Desa di Indonesi
Persentase (%) Klasifikasi Ketertinggalan Desa di Indonesia Sangat Tertinggal 5% Mandiri Tertinggal 22%
10%
Berkembang 63%
BAB IV PENUTUP 4.1.
Kesimpulan Dari hasil pengujian diatas, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai beikut : 1. Hasil analisis dalam menetapkan nama dan jumlah desa tertinggal yang telah dijelaskan dapat dijadikan panduan oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi dan Seluruh Kementerian dan Lembaga terkait serta pemerintah daerah dalam penetapan desa tertinggal di suatu daerah. 2. Jika Telah ditetapkan sebagai desa tertinggal, maka data jumlah desa ini dapat di share ke Kementerian, Lembaga dan Stackholder untuk dapat dipergunakan sebagai acuan alokasi kegiatan mereka. 3. Jumlah desa tertinggal ini tidak menutup kemungkinan akan bertambah ataupun berkurang dikemudian hari, mengingat masih banyaknya pemekaran wilayah serta adanya bencana alam seperti meletusnya gunung merapi, tsunami, gempa, banjir dan lain sebagainya. 4. Mengingat cakupan kegiatan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi pada Direktorat Jendral PDT pada 122 Kabupaten Tertinggal, maka hasil ini perlu dipersempit lingkupnya khusus untuk desa-desa tertinggal di 122 Kabupaten tertinggal, dimana didalamnya perlu dianalisis apa yang menyebabkan desa itu tertinggal dan apa yang dibutuhkan oleh desa-desa tertinggal tersebut untuk di intervensi agar setara dengan desa maju lainnya.
5. Dari hasil Execise yang penulis lakukan dengan menggunakan teknik dan metode analisis yang disampaikan dengan data dasarnya menggunakan Podes tahun 2014, maka didapatkan hasil sebagai berikut a. Saat ini di Indonesia secara administratif terdiri dari 34 Propinsi, 511 Kabupaten/Kota dan 73.709 desa Tanpa Kelurahan b. Dari jumlah 73.709 desa tersebut, berdasarkan hasil perhitungan terdapat persentase desa sangat tertinggal 5 % , desa tertinggal 22 %, Desa berkembang 63 % dan desa mandiri hanya 10 % dari 73.709 jumlah desa yang ada di wilayah KBI dan KTI c. Yang lebih parah dan yang perlu diperhatikan jika dilihat dari keseluruhan jumlah desa di papua yaitu sebanyak 6.269 desa pada tahun 2014, Jumlah desa mandiri dan berkembang 11.26 % dan lebihnya masih tertinggal dan sangat tertinggal 80.74 % yang perlu segera dibenahi dan ini merupakan tugas dan tanggung jawab seluruh pihak baik pemerintah dan swasta.
4.2.
Saran 1. Perlu dilakukan analisis yang lebih detil dan terjun langsung ke lokasi desadesa khususnya tentang hal-hal yang menjadikan suatu desa tertinggal dan sangat tertinggal selanjutnya membedakan langsung desa berkembang di kawasan KBI dan KTI, supaya mengetahui dimana range perbedaan tersebut agar tidak melakukan asumsi-asumsi saja. 2. Perlu dilakukannya sosialisasi klasifikasi ketertinggalan desa dan mengudang secara langsung K/L dan stackholder yang bergerak menangani langsung mengenai pembangunan kewilayahan ataupun desa secara adil dan merata
3. Segera menetapkan desa-desa yang menjadi prioritas pembangunan untuk di tangani secara langsung oleh K/L dan stackholder pemerintah dan swasta. 4. Untuk Daerah Kabupaten tertinggal yang dimekarkan, ada dugaan kuat kabupaten baru ini dapat dikatagorikan sebagai daerah tertinggal termasuk desa-desa yang ada dibawahnya 5. Perlu adanya suatu aplikasi yang memuat tentang teknik perhitungan, indikator dan sub indikator penetapan desa tertinggal sehingga jumlah desa tertinggal dapat di up date setiap tahun. 6. Perlu adanya dukungan dari semua pihak baik Internal Kementerian Desa,Pembangunan Daerah Tertinggal dan transmigrasi maupun Pihak Eksternal
yang
berkompeten
Kementerian/Lembaga
maupun
terhadap
kemajuan
stackholder
terkait
desa
baik
pembangunan
Indonesia. 7. Dengan adanya dana desa dan pendamping desa, di harapkan data-data setiap desa lebih akurat dan terupdate agar penanganan kebutuhan pembangunan desa diseluruh wilayah Indonesia agar dapat dirasakan langsung oleh masyarakat desa. 8. Dengan adanya pendamping desa, menurut SOP yang dikeluarkan oleh Menteri Desa,PDTT Tahun 2015 mengenai pendamping desa 1 orang untuk menangani 3 desa untuk sementara dan pada akhirnya akan menangani 1 orang pendamping untuk 1 Desa, seharusnya Kementerian Desa merumuskan dan membuat kuesioner ketertinggalan desa yang di isi langsung oleh pendamping desa, dalam hal ini data-data desa bisa lebih akurat untuk menangani ketertinggalan di periode berikutnya.