G¡+Ýo ¯2Ù{´ ¯2lµo KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai bagian dari tugas akademis di Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat beriring salam semoga tercurah baginda Rasulullah SAW, yang telah memperjuangkan agama Islam dan keselamatan kaum muslimin serta memberikan tuntunan kepada umat manusia menuju akhlakul karimah. Pembawa syariat bagi seluruh manusia dalam setiap ruang dan waktu hingga akhir zaman. Penulis berharap skripsi ini dapat memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana (S1) dalam bidang Ekonomi Islam dari Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Dibalik kekurangan dan keterbatasannya, penulis merasa sangat bahagia atas terselesaikannya skripsi ini. Selama penyusunan skripsi ini tentunya ada banyak kesulitan dan hambatan yang penulis hadapi. Namun berkat semangat dan bantuan dari berbagai pihak, maka segala kesulitan tersebut dapat teratasi. Kebahagiaan tak ternilai bagi penulis secara pribadi adalah dapat mempersembahkan yang terbaik
i
kepada orang tua, keluarga, khususnya kepada Almarhumah Ibunda Lilis Masripah tercinta. Semoga segala amal dan perbuatannya diterima disisi Allah SWT. Akhirnya penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah berjasa dalam penyelesaiian skripsi ini, yaitu: 1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. Euis Amalia, M.Ag, selaku Ketua Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH, selaku Sekretaris Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Asep Saepuddin Jahar, MA, Ph.D, selaku Dosen Pembimbing Akademik dan juga sebagai Dosen Pembimbing Skripsi. Terima kasih atas segala saran, masukan, arahan serta bimbingannya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. 5. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, terimakasih atas ilmu yang telah diberikan. 6. Pimpinan dan Staff Tabung Wakaf Indonesia, khususnya Ibu Fadilannisa, selaku Staff Divisi Fundraising yang telah banyak membantu penulis dalam mencari dan mengumpulkan data untuk penyelesaian skripsi ini.
ii
7. Orang tua tercinta Ayahanda Usep BS dan Ibunda Almarhumah Lilis Masripah. Salam sujud penulis haturkan atas kesabaran, keikhlasan, perhatian dan cinta dan kasih sayang yang tak pernah pudar serta doa yang tak hentinhentinya kepada Allah SWT. Senantiasa agar penulis meraih kesuksesan belajar dan prestasi gemilang, juga atas perjuangan mereka yang telah mendidik dan mengayomi serta mengajarkan makna kehidupan. Dan juga kepada seluruh keluarga besar penulis yang telah memberikan dorongan dan dukungan moril maupun materil. 8. Dwi Lis Widarti, someone special bagi penulis, terima kasih atas dorongan semangat dan motivasinya sehingga terselesaikannya skripsi ini. 9. Seluruh teman-teman seperjuangan, Perbankan Syariah angkatan 2005, khusunya kelas B. terima kasih atas persahabatan yang terjalin dan dorongan semangat yang diberikan. Khusunya kepada Erik Lesmana, Zainal Arifin, terima kasih atas printer-nya. Abdul Fatah, Arif Hamdan, Sapar, Naidy, Iyoe, Faaiz, Syukri dan seluruh teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. 10. Teman-teman alumni, Imam Syafii, Rizal Anshor, Febri Kasrilla, Bayu Musthafa Arief dan Hambali. Dan juga seluruh tema-teman IKAPDH dan SEMARI yang tidak dapat penilis sebutkan satu persatu, terima kasih atas dorongan semangat, kritik dan sarannya.
iii
Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan Bapak, Ibu, dan saudara semua dengan pahala yang berlipat ganda. Jazaa Kumullah Khairan Katsiraa. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta , 16 Oktober 2010 M 8 Dzulka’dah 1431 H
Penulis
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………………… i DAFTAR ISI ……………………………………………………………………… v BAB I
:
PENDAHULUAN……………………………………………….. 1 A. Latar Belakang Masalah ……………………………………… 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ………………………… 5 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………………………….. 6 D. Metode Penelitian …………………………………………….. 7 E. Teknik Penulisan ………………………………………………. 9 F. Studi Terdahulu ………………………………………………. 9 G. Sistematika Penulisan ………………………………………… 11
BAB II
:
KONSEP WAKAF PRODUKTIF……………………………… 13 A. Wakaf Produktif Dalam Perspektif Fiqih …………………….. 13 1. Pengertian Wakaf Produktif ………………………………. 13 a. Wakaf …………………………………………………. 13 b. Produktif ………………………………………………. 15 c. Wakaf Produktif ………………………………………. 16 2. Dasar Hukum Wakaf …………………………………….... 18 3. Manfaat Wakaf Produktif …………………………………. 21 B. Profesionalitas Nazhir Dalam Wakaf Produktif ………..……... 25 a. Pengertian Nazhir ……………………………………..…... 25
v
b. Syarat Nazhir …………………………………………..….. 27 c. Fungsi dan Tugas Nazhir …………………………….….… 30 d. Pengangkatan Dan Pemberhentian Nazhir ……………..…. 31 C. Pandangan Ulama Tentang Wakaf Produktif ……………….… 35 1. Mazhab Hanafi ……………………………………………. 36 2. Mazhab Maliki ……………………………………………. 38 3. Mazhab Syafi’I ……………………………………………. 38 4. Mazhab Hambali ………………………………………….. 39 5. Mazhab Lain ………………………………………………. 40 6. Sayyid Sabiq ………………………………………………. 41 BAB III :
SISTEM ORGANISASI TABUNG WAKAF INDONESIA…... 43 A. Gambaran Tabung Wakaf Indonesia ………………………….. 43 1. Latara Belakang …………………………………………… 43 2. Bentuk Dan Badan Hukum Tabung Wakaf Indonesia ……. 44 3. Visi Dan Misi Tabung Wakaf Indonesia ………………….. 44 4. Struktur Organisasi Tabung Wakaf Indonesia ……………. 45 5. Program Wakaf Produktif Dan Sosial TWI ………………. 46 a. Zamrud Waqf Foodcourt ……………………………… 46 b. Depok Waqf Junction / Rumah Cahaya ………………. 47 c. Countrywood Waqf Junction …………………………. 48 d. Layanan Kesehatan Cuma-Cuma ………………….….. 50
vi
e. SMART Ekselensia Indonesia ……………………….... 51 f. Rumah Cahaya ………………………………………… 52 6. Peran Lembaga Tabung Wakaf Indonesia di Masyarakat … 53 a. Pendekatan Produktif …………………………………. 54 b. Pendekatan Non Produktif ……………………………. 55 7. Sistem Pengelolaan Wakaf Dalam Tinjauan TWI ………… 54 B. Nazhir Dan Pengembangan Wakaf …………………………… 55 C. Tabung Wakaf Indonesia Dan Wakaf Produktif ……………… 59 BAB IV :
MANAJEMEN WAKAF PRODUKTIF DAN PERAN NAZHIR.......................................................................................... 63 A. Peran Nazhir Tabung Wakaf Indonesia Dalam Penghimpunan Wakaf Produktif …………………………………………….… 63 B. Peran Nazhir Tabung Wakaf Indonesia Dalam Penambahan Aset Wakaf Produktif …………………..…………………………... 79
BAB V
:
PENUTUP………………………………………………………... 92 A. Kesimpulan ……………………………………………………. 92 B. Saran …………………………………………………………... 93
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………. 94 LAMPIRAN
vii
PROFESIONALISME NAZHIR DALAM PEMELIHARAAN DAN PENGEMBANGAN ASET-ASET WAKAF PRODUKTIF (Analisa Terhadap Peran Nazhir Dalam Pengelolaan Wakaf Pada Tabung Wakaf Indonesia)
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh :
SADAR RUKMANA NIM: 105046101611
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/2010 M
PROFESIONALISME NAZHIR DALAM PEMELIHARAAN DAN PENGEMBANGAN ASET-ASET WAKAF PRODUKTIF (Analisa Terhadap Peran Nazhir Dalam Pengelolaan Wakaf Pada Tabung Wakaf Indonesia)
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh: SADAR RUKMANA NIM. 105046101611
Pembimbing
ASEP SAEPUDDIN JAHAR, MA, P.hD. NIP. 196912161996031001
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/2010 M
ABSTRAKSI Sadar Rukmana, 105046101611, “Profesionalisme Nazhir Dalam Pemeliharaan Dan Pengembangan Aset-Aset Wakaf Produktif” (Analisa Terhadap Peran Nazhir Dalam Pengelolaan Wakaf Pada Tabung Wakaf Indonesia), program strata 1 (S1), Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010. Tumbuh dan berkembangnya lembaga pengelolaan wakaf yang menghimpun, mengelola dan menyalurkan hasilnya merupakan kabar yang sangat menggembirakan, terlebih setelah diterbitkannya undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang wakaf dan didukung dengan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang wakaf yang dikelola secara produktif. Namun ironisnya, banyak harta wakaf yang belum dikelola secara maksimal. Dikarenakan masih banyaknya nazhir atau lembaga wakaf yang belum profesional dalam menghimpun, mengelola dan menyalurkan hasil wakaf. Sehingga sasaran dan tujuan wakaf belum tercapai. Berdasarkan fakta diatas maka penulis tertarik untuk membahas tentang peran nazhir profesional dalam penghimpunan dan proses penambahan aset wakaf produktif pada Tabung Wakaf Indonesia (TWI). Penelitain ini adalah penelitian kualitatif deskriptif yaitu penulis menggambarkan permasalahan dengan didasari pada datadata yang ada serta studi kepustakaan dari beberapa literatur lalu dianalisis lebih lanjut kemudian diambil suatu kesimpulan. Kesimpulan penelitian ini adalah: Pertama, Peran nazhir profesional pada TWI sangatlah berperan dan berpengaruh terhadap proses penghimpunan harta benda wakaf. Terbukti harta yang terhimpun mengalami peningkatan, yakni pada tahun 2005 dana yang terhimpun sebesar Rp. 517.059.594, tahun 2006 sebesar Rp. 1.036.593.691, tahun 2007 sebesar Rp. 1.178.316.674, tahun 2008 sebesar Rp. 2.024.290.436, dan tahun 2009 sebesar Rp. 1.296.952.980 (mengalami penurunan dari tahun 2008). Sehingga total keseluruhan sebesar Rp. 6.053.213.375. Kedua, Peran nazhir profesional dalam proses penambahan aset wakaf sangat berpengaruh. Terbukti surplus yang diperoleh dari hasil investasi dan usaha s/d April 2010 sebesar Rp. 54.229.289 ditambah dengan penerimaan wakaf per 2 Juni 2010 sebesar Rp. 16.338.740.659. Jadi, total keseluruhan adalah Rp. 16.392.969.948.
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Menurut data yang ada di Departemen Agama Republik Indonesia sampai Oktober 2007, tanah wakaf yang ada di Indonesia berjumlah 366.595 lokasi, dengan luas tanah 2.686.536,565,68 M2. 1 Apabila jumlah tanah wakaf di Indonesia ini dihubungkan dengan Negara yang saat ini sedang menghadapi berbagai krisis termasuk krisis ekonomi, sebenarnya jumlah tanah wakaf tersebut merupakan suatu potensi sumber daya ekonomi untuk lebih dikembangkan guna membantu menyelesaikan krisis ekonomi. Sayangnya tanah wakaf yang jumlahnya begitu banyak, pada umumnya pemanfaatannya masih bersifat konsumtif dan belum dikelola secara produktif. Akan tetapi data mengenai jumlah seluruh aset wakaf yang sebenarnya di Indonesia belum diketahui secara akurat. Ini mengingat data-data tentang aset wakaf di Indonesia tidak terkoordinir dengan baik dan terpusat di institusi yang professional. 2 Di Indonesia sedikit sekali tanah wakaf yang dikelola secara produktif dalam bentuk suatu usaha yang hasilnya dapat dimanfaatkan bagi pihak-pihak yang memerlukan termasuk fakir miskin. Pemanfaatan tersebut dilihat dari segi 1
Profil Badan Wakaf Indonesia periode 2007-2010 Badan Wakaf Indonesia 2008, h.7. Perkembangan Pengelolaan Wakaf di Indonesia Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf Direktorat Jenderal bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan haji tahun 2006, h.60. 2
2
sosial khususnya untuk kepentingan keagamaan memang efektif, tetapi dampaknya kurang berpengaruh positif dalam kehidupan ekonomi masyarakat. Apabila peruntukan wakaf hanya terbatas pada hal-hal di atas tanpa diimbangi dengan wakaf produktif, maka wakaf sebagai salah satu sarana untuk mewujudkan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, tidak akan dapat terealisasi secara optimal. 3 Dalam beberapa literatur disebutkan bahwa, salah satu kendala atau hambatan yang dihadapi
dalam pengelolaan dan pemberdayaan harta benda
wakaf sehingga menjadikannya produktif adalah kurang maksimalnya peran nadzir. 4 Namun demikian, setelah memperhatikan tujuan wakaf yang ingin melestarikan manfaat dari hasil harta wakaf, maka keberadaan nadzir profesional sangat di butuhkan, bahkan menempati pada peran sentral. Sebab di pundak nadzirlah
tanggung
jawab
dan
kewajiban
memelihara,
menjaga
dan
mengembangkan wakaf serta menyalurkan hasil atau manfaat dari wakaf kepada sasaran wakaf. Memang terlalu banyak contoh pengelolaan harta wakaf yang dikelola oleh nadzir yang sebenarnya tidak mempunyai kemampuan memadai, sehingga harta wakaf tidak berfungsi secara maksimal, bahkan sering membebani dan tidak memberi
manfaat
sama
sekali
kepada
sasaran
wakaf.
Untuk
itulah
profesionalisme nadzir menjadi ukuran yang paling penting dalam pengelolaan 3
Profil badan Wakaf Indonesia, h.8. Perkembangan Pengelolaan Wakaf di Indonesia Direktorat Pemberdayaan Wakaf Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam tahun 2006, h.48. 4
3
wakaf jenis wakaf apapun. Kualifikasi profesionalisme nadzir wakaf di Indonesia masih tergolong tradisional yang kebanyakan mereka menjadi nadzir lebih karena kepercayaan dari masyarakat, sedangkan kemampuan manajerial dalam mengelola wakaf masih sangat lemah. 5 Sedemikian pentingnya kedudukan nazhir dalam perwakafan, sehingga berfungsi tidaknya wakaf bagi mauquf ‘alaih sangat bergantung pada nazhir wakaf. Meskipun demikian tidak berarti bahwa nazhir mempunyai kekuasaan mutlak terhadap harta yang diamanahkan kepadanya. 6 Pada umumnya, para ulama telah bersepakat bahwa kekuasaan nazhir wakaf hanya terbatas pada pengelolaannya wakaf untuk dimanfaatkan sesuai dengan tujuan wakaf yang dikehendaki wakif. Asaf A.A. Fyzee berpendapat, sebagaimana dikutip oleh Dr. Uswatun Hasanah bahwa kewajiban nazhir adalah mengerjakan segala sesuatu yang layak untuk mengelola dan menjaga harta. Sebagai pengawas wakaf, nazhir dapat memperkerjakan beberapa wakil atau pembantu untuk menyelenggarakan urusanurusan yang berkenaan dengan tugas dan kewajibannya. Oleh karena itu, nazhir dapat berupa nazhir perseorangan, organisasi, maupun badan hukum. Nazhir yang berkewajiban mengawasi dan memelihara wakaf tidak boleh menjual, menggadaikan, atau menyewakan harta wakaf kecuali diizinkan oleh
5
Ibid, h.49. Fiqih Wakaf, Direktorat Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI 2006. h. 69. 6
4
pengadilan. Ketentuan ini sesuai dengan masalah kewarisan dalam kekuasaan kehakiman yang memiliki wewenang untuk mengontrol kegiatan nazhir. 7 Untuk mengelola benda-benda wakaf secara produktif, yang pertama harus dilakukan adalah perlunya pembentukan suatu badan atau lembaga yang khusus mengelola wakaf. Struktur organisasi yang baik dan modern itu jika seluruh potensi kelembagaan berjalan sebagaimana mestinya dan ada mekanisme kontrol yang baik. 8 Selain itu juga memiliki standar operasional pengelolaan wakaf yang baik. Yang dimaksud dengan standar operasional pengelolaan wakaf adalah batasan atau garis kebijakan dalam mengelola wakaf agar menghasilkan sesuatu yang lebih bermanfaat bagi kepentingan masyarakat banyak. 9 Pada saat ini pengelolaan wakaf secara produktif telah diatur dengan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 pasal 43 ayat 2 tentang Wakaf dan Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2006 Tentang Pelaksanaan UndangUndang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf. 10 Sistem pengelolaan dan pengembangan wakaf dalam UU tersebut diatur pada Bab V yaitu tentang pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf.
7
Ibid, h. 70. Dirjen Bimas Islam dan Penyelenggraan haji Departemen Agama, Paradigma Baru Wakaf di Indonesia, 2004, h.106. 9 Ibid, 107. 10 Undang-Undang Nomor 41 Tentang Wakaf Dan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaanya, Departemen Agama Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Tahun 2007. 8
5
Dalam UU tersebut juga diatur mengenai kewajiban nazhir, prinsip yang digunakan serta pelaksanaan pengelolaannya. Nazhir wajib mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan tujuan, fungsi, dan peruntukannya (Pasal 42 Bab V). Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf oleh nazhir sebagaimana di maksud dalam pasal 42 dilaksanakan sesuai dengan prinsip syariah (Pasal 43 ayat 1). Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf sebagaimana dimaksudkan pada ayat 1 dilakukan secara produktif (Pasal 43 ayat 2). 11 Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis akan mengkaji tentang profesionalisme nazhir dalam mengelola dan megembangkan wakaf yang dilakukan secara produktif di Tabung Wakaf Indonesia. Maka penulis mengambil judul “Profesionalisme Nazhir Dalam Pemeliharaan Dan Pengembangan AsetAset Wakaf Produktif (Analisa Terhadap Peran Nazhir Dalam Pengelolaan Wakaf Pada Tabung Wakaf Indonesia).
B. Pembatasan Dan Perumusah Masalah 1. Pembatasan Masalah Agar pembahasan dalam skripsi ini tidak melebar dan lebih terarah, maka
penulis
membatasi
pembahasan
ini
hanya
pada
bagaimana
profesionalitas nazhir dalam penghimpunan dan pengembangan aset-aset 11
Ibid. H.22.
6
wakaf yang ada, sehingga aset wakaf tersebut dapat bertambah hasilnya dan menjadi lebih produktif lalu hasilnya dapat disalurkan kepada yang membutuhkan sesuai dengan peruntukan dan tujuan wakaf. 2. Perumusan Masalah a. Bagaimanakah peran profesionalisme nazhir dalam penghimpunan aset wakaf produktif pada Tabung Wakaf Indonesia? b. Bagaimanakah peran profesionalisme nazhir dalam penambahan aset wakaf produktif pada Tabung Wakaf Indonesia?
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Mengetahui seberapa besar peran profesionalisme nazhir dalam penghimpunan aset wakaf produktif pada Tabung Wakaf Indonesia. b. Mengetahui peran profesionalisme nazhir dalam penambahan aset wakaf produktif pada Tabung Wakaf Indonesia. 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis 1). Sebagai tambahan literatur terutama yang berkaitan dengan masalah wakaf khususnya wakaf produktif. 2). Sebagai kontribusi pemikiran bagi lembaga pengelola wakaf umumnya, dan khususnya lembaga yang mengelola wakaf produktif.
7
3). Menambah wawasan keilmuan ekonomi Islam tentang ekonomi kerakyatan melalui wakaf. 4). Bagi penulis, diharapkan dapat menambah dan memberikan pengetahuan
lebih
mengembangkan
mengenai
penelitian
wakaf
tentang
serta
wakaf,
mengkaji khususnya
dan wakaf
produktif. b. Manfaat Praktis Agar dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang wakaf yang sejauh ini belum mengenal betul apa itu wakaf. Sehingga harta wakaf itu dapat dimaksimalkan dan menjadikannya produktif.
D. Metode Penelitian 1. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif yaitu metode penelitian yang menghasilkan data berupa kata-kata tertulis dari sumbersumber yang diperoleh. Lalu dianalisis lebih lanjut kemudian diambil suatu kesimpulan. Penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Tailor seperti yang dikutip oleh Lexy J. Maleong yaitu sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan perilaku yang diamati. 12
12
Lexy J. Maleong, Metode Penelitian kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosda karya, 2000, cet. Ke-11, h.3.
8
2. Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Tabung Wakaf Indonesia, yang berlokasi di Komplek Perkantoran Margaguna No. 11, Jl. Radio Dalam Raya, Jakarta Selatan. Telp. 021 7211035. E-mail:
[email protected], Website: www.tabungwakaf.com. 3. Sumber Data Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari responden melalui wawancara dengan pihak yang menjadi objek penelitian dalam hal ini adalah Tabung Wakaf Indonesia yaitu dengan Staff Fundraising Ibu Fadilannisa. Data skunder, yaitu merupakan sumber data pendukung yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan. 4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: a). Studi Kepustakaan Studi kepustakaan (Library Research) yaitu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dan menganalisis data-data dari literatur yang berkenaan dengan masalah yang diteliti baik berupa buku, jurnal, majalah, artikel dan lain-lain. b). Studi Lapangan Studi lapangan (Field Research) yaitu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data yang diperoleh dari lapangan (hasil
9
wawancara). Dalam hal ini wawancara dilakukan dengan salah seorang Staff Divisi Fundraising TWI yaitu Ibu Fadilannisa. Dengan mengangkat isu yaitu peran nazhir dalam pengelolaan wakaf yang dilakukan TWI. 5. Teknik Analisa Data Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode analisis Deskriptif yaitu suatu teknik analisa data dimana penulis membaca, memepelajari, memahami dan kemudian menguraikan semua data yang diperoleh lalu membuat analisa-analisa komprehensif sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian.
E. Teknik penulisan Adapun teknik penulisan yang digunakan dalam skripsi ini merujuk pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah Dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007”.
F. Studi Terdahulu Penulis
Arifin, Mahasiswa Program Studi Peradilan Agama, Jurusan Al Ahwal Syahsiyah, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2006
judul
Efektivitas Nazir Dalam Pengelolaan Dan Pemanfaatan Harta Wakaf (Studi Kasus Di Pondok Pesantren Tapak
10
Sunan Condet Balekambang Jakarta Timur) Jenis Penelitian
Penelitian menggunakan metode Kualitatif, menggunakan penelitian
lapangan
(field
research)
dengan
cara:
observasi, wawancaran dan dokumentasi. Hasil Penelitian
1. Sistem pengelolaan harta wakaf di Pondok Pesantren Tapak Sunan masih menggunakan sistem lama (tradisional) dengan kata lain belum menggunakan sistem modern yang dapat mengefektifkan dan memberdayakan harta wakaf yang ada saat ini agar lebih produktif. Hal ini terlihat dengan hasil yang dicapai dari harta wakaf yang dikelola saat ini belum maksimal. 2. Pengelolaan harta wakaf di Pondok Pesantren Tapak Sunan sudah efektif, karena sudah sesuai dengan tujuan wakif ketika mewakafkan hartanya. Akan tetapi hasilnya belum dapat diberikan secara maksimal kepada yang membutuhkan, seperti fakir miskin, anak terlantar,
orang
jompo
dan
lain
sebagainya,
dikarenakan masih minimnya hasil produktif yang didapat oleh Pondok Pesantren Tapak Sunan. 3. Meskipun hasilnya belum dapat dibagikan secara
11
optimal, namun harta wakaf yang dikelola sudah dapat dirasakan manfaatnya oleh para santri, guru, pengurus, dan
masyarakat
sektar.
Khususnya
dari
segi
pendidikan, karena memang tujuan wakif mewakafkan hartanya untuk pengembngan ilmu dan pembinaan umat.
G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang digunakan dalam menyusun skripsi ini adalah sebagai berikut: BAB I
PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini berisi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, teknik penulisan, studi terdahulu dan sistematika penulisan.
BAB II
KONSEP WAKAF PRODUKTIF DAN PROFESIONALITAS NAZHIR. Bab ini membahas tentang wakaf produktif dalam perspektif fikih, pengertian wakaf produktif, dasar hukum wakaf produktif, manfaat wakaf produktif, profesionalitas nazhir dalam pengelolaan wakaf produktif, pengertian nazhir, syarat nazhir, fungsi
12
dan tugas nazhir, pengangkatan dan pemberhentian nazhir dan pandangan ulama tentang wakaf produktif. BAB III
SISTEM ORGANISASI TABUNG WAKAF INDONESIA. Bab ini membahas tentang gambaran lembaga Tabung Wakaf Indonesia, nazhir dan pengembangan wakaf dan Tabung Wakaf Indonesia dan wakaf produktif.
BAB IV
MANAJEMEN WAKAF PRODUKTIF DAN PERAN NAZHIR. Pada bab ini membahas tentang peran profesionalisme nazhir Tabung Wakaf Indonesia dalam penghimpunan aset wakaf produktif dan peran profesionalisme nazhir Tabung Wakaf Indonesia dalam penambahan hasil wakaf produktif.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari penulis.
13
BAB II KONSEP WAKAF PRODUKTIF DAN PROFESIONALITAS NAZHIR
A. Wakaf Produktif Dalam Perspektif Fikih 1. Pengertian Wakaf Produktif a. Wakaf Menurut bahasa, wakaf berasal dari kata bahasa arab Waqafa yang berarti menahan atau berhenti ditempat. 1 Kata waqafa – yaqifu – waqfan sama artinya dengan habasa – yahbisu – tahbisan.
2
Sedangkan secara
syara’ bahwa wakaf berarti menahan harta dan memberikan manfaatnya dijalan Allah. 3 Disebut menahan karena wakaf ditahan dari kerusakan, penjualan dan semua tindakan yang tidak sesuai dengan tujuan wakaf. Dikatakan menahan, juga karena manfaat dan hasilnya ditahan dan dilarang bagi siapa pun selain dari orang-orang yang termasuk berhak atas wakaf tersebut. 4 Dalam bukunya, Mustafa Edwin Nasution mengatakan bahwa wakaf berarti menyerahkan suatu hak milik yang tahan lama (zatnya) kepada 1
Farid Wadjdy, dan Mursyid. Wakaf dan kesejahteraan umat. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2007.h.33 2
Fiqih Wakaf, Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyaraakt Islam Departemen Agama RI, Jakarta: 2006, h. 1 3 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, Jakarta: Pena Pundi Aksara, Jilid 4, Cet. Pertama Mei 2006, h.423. 4 Mundzir Qahaf, Manajemen Wakaf Produktif, Penerjemah : Muhyiddin Mas Rida, Jakarta: Khalifa, 2005, h. 45.
14
seseorang atau nazhir (penjaga wakaf) baik berupa perorangan maupun lembaga, dengan ketentuan bahwa hasilnya digunakan sesuai dengan syariat Islam. 5 Secara term arti wakaf juga dikemukakan sebagai berikut:
ﺣﺒﺲ اﻻﺻﻞ وﺗﺴﺒﻴﻞ اﻟﺜﻤﺮاة اي ﺣﺒﺲ اﻟﻤﺎل وﺻﺮف وﻧﺎﻓﻌﻪ ﻓﻲ ﺳﺒﻴﻞ اﷲ: وﻓﻲ اﻟﺸﺮﻋﻲ Artinya : Wakaf menurut syara’ yaitu menahan zatnya (asal) dan memperguanakan hasilnya, yakni menahan benda dan mempergunakan manfaatnya di jalan Allah. 6 Secara harfiah wakaf bermakna “pembatasan” atau “larangan”. Sehingga kata Waqf (Jama’ : Auquf) digunakan dalam Islam untuk maksud “pemilikan dan pemeliharaan” harta benda tertentu untuk kemanfaatan sosial tertentu yang ditetapkan dengan maksud mencegah penggunaan harta wakaf tersebut di luar tujuan khusus yang telah ditetapkan tersebut. Dalam perspektif ekonomi, wakaf dapat didefinisikan sebagai pengalihan
dana
(aset
lainnya)
dari
keperluan
konsumsi
dan
menginvestasikannya ke dalam aset produktif yang menghasilkan pendapatan untuk konsumsi di masa yang akan datang baik oleh individual atau pun kelompok. 7 Dr. Mundzir Qahf mendefinisikan dengan bahasa kontemporer “wakaf adalah penahanan harta, baik muabbad (untuk selamanya) atau 5
Mustafa Edwin Nasution, Dkk, Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam, Jakarta:Kencana, 2007, h. 215 6 Suparman Usman, Hukum Perwakafan di Indonesia, Jakarta: Darul Ulum Press, 1999, h. 23 7 Farid Wadjdy, dan Mursyid. Wakaf dan kesejahteraan umat. h. 29-30
15
muaqqat
(sementara), untuk dimanfaatkan, baik harta tersebut maupun
hasilnya, secara berulang-ulang untuk suatu tujuan kemaslahatan umum atau khusus”. Dalam bagian lain Qahaf mengistilahkan “ wakaf dalam artian umum dan menurut pengertian realitasnya adalah menempatkan harta dan aset produktif terpisah dari tasharruf (pengelolaan) pemilikannya secara langsung terhadap harta tersebut serta mengkhususkan hasil atau manfaatnya untuk tujuan kebijakan tertentu, baik yang bersifat perorangan, sosial, keagamaan maupun kepentingan umum. Sedangkan dalam redaksi Undang-Undang Wakaf No. 41 Tahun 2004 Bab I pasal I huruf a, menyebutkan sebagai berikut: “Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah”.8 b. Produktif Produktif (kata sifat yang berasal dari kata product) bisa diartikan sebagai proses operasi untuk menghasilkan barang atau jasa yang maksimum dengan modal yang minimum. 9 Sedangkan kata produktif dalam
8
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf dan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaanya, h. 3. 9 Sadono Sukirno, Pengantar Teori Mikro Ekonomi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 1997, cet ke-7, h. 202.
16
Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah sesuatu yang banyak mendatangkan hasil. 10 c. Wakaf produktif Wakaf produktif, yaitu wakaf yang bisa mendatangkan hasil atau pertambahan nilai. Pada dasarnya wakaf itu produktif dalam arti harus menghasilkan karena wakaf dapat memenuhi tujuannya jika telah menghasilkan dimana hasilnya dimanfaatkan sesuai dengan peruntukannya (mauquf alaih). wakaf produktif dalam arti mendatangkan aspek ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. 11 Munculnya Undang-Undang Nomor 41 tentang Wakaf adalah titik terang perwakafan di Indonesia. Menurut undang-undang ini secara tersurat telah membagi harta benda wakaf kepada benda wakaf bergerak dan tidak bergerak. Benda tidak bergerak meliputi tanah, bangunan, tanaman, satuan rumah susun dan lain-lain. Sedangkan benda wakaf bergerak meliputi uang, logam mulia, surat berharga, kendaraan, hak atas kekayaan intelektual, hak sewa dan lain sebagainya. 12 Adapun nazhir wajib mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan tujuan, fungsi dan peruntukannya. Jadi menurut undang-undang ini secara tersirat arti produktif adalah pengelolalaan harta wakaf sehingga dapat memproduksi
10
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Balai Pustaka, 1988, h. 702. 11 Pkesinteraktif.com, diakses tanggal 10 agustus 2010 12 Undang-Undang nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf Pasal 16, h. 11
17
sesuai untuk mencapai tujuan wakaf, baik benda tidak bergerak maupun benda bergerak. Wakaf produktif yang dipelopori Badan Wakaf Indonesia adalah menciptakan aset wakaf yang benilai ekonomi, termasuk dicanangkannya Gerakan Nasional Wakaf Uang oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 8 Januari 2010. Wakaf uang sebagai fungsi komoditi selain fungsi nilai tukar, standar nilai, alat saving adalah untuk dikembangkan dan hasilnya disalurkan untuk memenuhi peruntukannya Wakaf produktif, berarti bahwa wakaf yang ada memperoleh prioritas utama ditujukan pada upaya yang lebih menghasilkan. 13 Wakaf juga kerap diarahkan kepada wakaf benda tidak bergerak seperti tanah dan bangunan. Di antara benda bergerak yang ramai diperbincangkan adalah wakaf yang dikenal dengan istilah cash waqf. Cash waqf diterjemahkan dengan wakaf tunai atau wakaf uang. Ialah wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok orang, dan lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai. 14
13
http://one.indoskripsi.com, diakses tanggal 21 Juli 2010. Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai, Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI , Jakarta,:2008, h.1. 14
18
2. Dasar Hukum Wakaf a. Al Qur’an Wakaf tidak secara tegas dan jelas disebutkan dalam Al Quran, namun ada beberapa ayat yang dipandang sebagai landasan dalam perwakafan. Berikut dalil yang menjadi dasar disyariatkannya wakaf:
“Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.” (QS : Al Hajj : 77)
☺ ⌧ “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya.”(QS : Ali Imran : 92)
☺⌧ ☺
19
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS : Al Baqarah : 261). 15
⌦ “Dan dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(QS : Al An’am : 165). b. Hadits
اذا ﻣﺎت اﺑﻦ ادم اﻧﻘﻄﻊ: ﻋﻦ اﺑﻰ هﺮﻳﺮة ان رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ وﺳﻠﻢ ﻗﺎل او وﻟﺪ ﺻﺎﻟﺢ ﻳﺪﻋﻮﻟﻪ, او ﻋﻠﻢ ﻳﻨﺘﻔﻊ ﺑﻪ, ﺻﺪﻗﺔ ﺟﺎرﻳﺔ: ﻋﻤﻠﻪ اﻻ ﻣﻦ ﺛﻼث .()رواﻩ ﻣﺴﻠﻢ “Dari Abu Hurairah ra, sesungguhnya Rasulullah saw bersabda : Apabila anak Adam (manusia) meninggal dunia, maka putuslah amalnya kecuali tiga perkara, shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang mendoakan orang tuanya” (HR. Muslim).
, ن ﻋﻤﺮ ﺑﻦ اﻟﺨﻄّﺎب اﺻﺎب ارﺿﺎ ﺑﺨﻴﺒﺮ ّ ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﻤﺮ رﺿﻰ اﷲ ﻋﻨﻬﻤﺎ ا إﻧّﻰ, ﻳﺎ رﺳﻮل اﷲ: ﻓﻘﺎل, ﻓﺎﺗﻰ اﻟﻨّﺒﻲ ﺻﻠّﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠّﻢ ﻳﺴﺘﺎْﻣﺮﻩ ﻓﻴﻬﺎ 15
Direktorat Pemberdayaan Wakaf Departemen Agama RI, Fiqih Wakaf (Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf Departemen Agama, 2006), h.11.
20
“Dari Ibnu Umar ra. Berkata, bahwa sahabat Umar ra. Memperoleh sebidang tanah di Khaibar, kemudian menghadap kepada Rasulullah untuk memohon petunjuk. Umar berkata : Ya Rasulullah, saya mendapatkan sebidang tanah di Khaibar, saya belum pernah mendapatkan harta sebaik itu, maka apakah yang engkau perintahkan kepadakau? Rasulullah menjawab : Bila kamu suka, kamu tahan (pokoknya) tanah itu, dan kamu sedekahkan (hasilnya). Kemudian Umar melakukan shadaqah, tidak dijual, tidak diwariskan dan tidak juga dihibahkan. Berkata Ibnu Umar : Umar menyedekahkannya kepada orang-orang fakir, kaum kerabat, budak belian, sabilillah, ibnu sabil atau tamu. Dan tidak mengapa atau tidak dilarang bagi yang menguasai tanah wakaf itu (pengurusnya) makan dari hasilnya dengan cara baik (sepantasnya) atau makan dengan tidak bermaksud menumpuk harta” (HR. Muslim). Dalam sebuah hadits lain disebutkan :
ﻗﺎل ﻋﻤﺮ ﻟﻠﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ان اﻟﻤﺎاﺋﻪ ﺳﻬﻢ اﻟﺘﻰ: ﻋﻦ اﺑﻲ ﻋﻤﺮ ﻗﺎل ﻓﻘﺎل اﻟﻠﻨﺒﻰ,ﺑﺨﻴﺒﺮ ﻟﻢ اﺻﺐ هﺎﻻ ﻗﻂ اﻋﺠﺐ اﻟﻰ ﻣﻨﻬﺎ ﻗﺪاردت ان اﺗﺼﺪق ﺑﻬﺎ ( اﺣﺒﺴﻰ اﺻﻠﻬﺎ وﺳﺒﻞ ﺛﻤﺮﺗﻬﺎ )رواﻩ اﻟﺒﺨﺎري و ﻣﺴﻠﻢ: ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ Dari Ibnu Umar, Ia berkata : “Umar mengatakan kepada Nabi Muhammad saw, saya mempunyai seratus dirham saham di Khaibar, saya belum pernah mendapatkan harta yang paling saya kagumi seperti itu, tetapi saya ingin menyedekahkannya. Nabi saw, mengatakan kepada Umar : tahanlah (jangan di jual, hibah atau wariskan) asal (pokok) dan jadikan buahnya sedekah untuk sabilillah. (HR. Bukhari dan Muslim). 16 16
Panduan Pemberdayaan Tanah Wakaf Produktif Strategis Di Indonesia, Direktorat Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI Tahun 2008, h.19
21
3. Manfaat Wakaf Produktif Hasil pengelolaan dana wakaf produktif dapat dimanfaatkan secara lebih luas dalam rangka kesejahteraan masyarakat banyak. Jika selama ini aspek kesejahteraan masyarakat kurang atau bahkan tidak tertangani secara memadai oleh pemerintah, dana-dana yang dihasilkan dari pengelolaan wakaf produktif dapat membantu meringankan tugas-tugas negara, minimal untuk kalangan umat Islam sendiri. Lebih-lebih kondisi riil umat Islam Indonesia yang menduduki jumlah mayoritas sampai saat ini masih jauh dari sejahtera. 17 Oleh karena itu dana-dana segar yang didapatkan dari hasil pemberdayaan wakaf produktif tersebut tidak hanya untuk kepentingan yang selalu terkait dengan ibadah secara sempit seperti bangunan masjid, musalla, makam, pondok pesantren dan lain-lain, tapi juga bisa dimanfaatkan untuk kepentingan sosial yang lebih luas dan menyeluruh. Pemahaman lama yang menempatkan pemanfaatan dari benda wakaf hanya untuk ibadah yang bersifat formil harus sudah ditinggalkan. Karena aspek kesejahteraan itu sendiri memiliki variable yang sangat luas. Variabel-variabel tersebut meliputi
17
Strategi Pengembangan Wakaf Tunai di Indonesia, Direktorat Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI tahun 2008, h. 71
22
pendidikan, kesehatan, pelayanan sosial dan pengembangan ekonomi melalui pemberdayaan usaha kecil dan menengah. Sebagai suatu lembaga keagamaan, di samping berfungsi sebagai ibadah kepada Allah, wakaf juga berfungsi sosial. Dalam fungsinya sebagai ibadah, wakaf diharapkan menjadi bekal bagi kehidupan wakif (pemberi wakaf) dihari akhirat karena pahalanya akan terus menerus mengalir selama harta wakaf itu dimanfaatkan. Adapun dalam fungsi sosialnya, wakaf merupakan aset yang sangat bernilai dalam pembangunan. Peranannya dalam pemerataan kesejahteraan di kalangan umat dan penanggulangan kemiskinan merupakan salah satu sasaran wakaf. Dengan demikian, jika wakaf dikelola dengan baik maka akan sangat menunjang pembangunan, baik di bidang ekonomi, agama, sosial, budaya, politik maupun pertahanan keamanan. Di berbagai negara yang perwakafannya sudah berkembang dengan baik, wakaf merupakan salah satu pilar ekonomi yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Negara yang sangat berpengalaman dalam mengembangkan wakaf, antara lain Mesir dan Turki. Wakaf di Mesir dikelola oleh Badan Wakaf Mesir yang berada di bawah Wizaratul Auqaf. Salah satu di antara kemajuan yang telah dicapai oleh Badan Wakaf Mesir adalah berperannya harta wakaf dalam meningkatkan ekonomi masyarakat. Pengelolaannya dilakukan dengan cara
23
menginvestasikan harta wakaf di bank Islam dan berbagai perusahaan, seperti perusahaan besi dan baja. Dengan dikembangkannya wakaf secara produktif, wakaf di Mesir dapat dijadikan salah satu lembaga yang diandalkan pemerintah untuk mewujudkan kesejahteraan umat. Di samping Mesir, masih ada beberapa negara yang mengelola wakaf secara produktif, salah satunya adalah Turki. Di Turki, wakaf dikelola oleh Direktorat Jenderal Wakaf. Dalam mengembangkan wakaf, pengelola melakukan investasi di berbagai perusahaan, antara lain: Ayvalik and Aydem Olive Oil Corporation; Tasdelen Healthy Water Corporation; Auqaf Guraba Hospital; Taksim Hotel (Sheraton); Turkish Is Bank; Aydin Textile Industry; Black Sea Copper Industry; Contruction and Export/Import Corporation; Turkish Auqaf Bank. 18 Hasil pengelolaan wakaf itu kemudian dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan, kesehatan, pemberdayaan ekonomi rakyat, dan kepentingan sosial lainnya. Sementara di Indonesia, saat ini kemiskinan dan pengangguran masih menjadi masalah yang belum terselesaikan. Walaupun pemerintah telah menerapkan berbagai kebijakan, namun kebijakan pemerintah itu belum mampu mengentaskan kemiskinan. Kemiskinan merupakan persoalan yang
18
Uswatun Hasanah, Wakaf Untuk Kesejahteraan Umat, http://republika.co.id:8080/berita/52971/wakaf_untuk_kesejahteraan_umat, Diakses Tanggal 10 Agustus 2010
24
menakutkan, yang dapat merajalela dan berpengaruh kepada sistem kehidupan yang lebih makro, sehingga tidak ada jalan lain kecuali harus dilenyapkan. Kemiskinan yang sepenuhnya
menjadi
terjadi
tanggung
dalam masyarakat jawab
pemerintah,
sebenarnya tetapi
tidak
merupakan
tanggungjawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Untuk menghadapi masalah kemiskinan tersebut, sebenarnya dalam Islam ada beberapa lembaga yang potensial untuk dikembangkan untuk mengatasi kemiskinan, salah satu di antaranya adalah wakaf. Untuk menghadapi masalah kemiskinan tersebut, sebagaimana
pengalaman
Mesir
dan
Turki
sudah
seharusnya
kita
mengembangkan wakaf produktif. Sudah selayaknya bangsa Indonesia umumnya dan umat Islam khususnya menyambut baik kehadiran Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf karena Benda wakaf yang diatur dalam undang-undang tentang wakaf ini tidak dibatasi benda tidak bergerak saja, melainkan juga benda-benda bergerak lainnya yang tidak bertentangan dengan syariat Islam termasuk wakaf uang dan surat berharga. Ada beberapa hikmah yang dapat diambil dari manfaat wakaf ini, diantaranya: Pertama, harta benda yang diwakafkan dapat tetap terpelihara dan terjamin kelangsungannya. Tidak perlu khawatir barangnya hilang atau pindah
25
tangan karena secara prinsip barang wakaf tidak tidak boleh ditassarrufkan, apakah itu dalam bentuk menjual, dihibahkan atau diwariskan. 19 Kedua, pahala dan keuntungan bagi si wakif akan tetap mengalir walaupun suatu ketika ia telah meninggal dunia, selagi benda wakaf itu masih ada dan dimanfaatkan. Ketiga, manfaat wakaf merupakan salah satu sumber dana yang sangat penting manfaatnya bagi kehidupan agama dan umat. Jadi, manfaat dari hasil wakaf yang dapat dirasakan oleh mauquf alaih adalah tersedianya berbagai sarana yang dihasilkan dari hasil pengelolaan wakaf, di antaranya adalah pada bidang pendidikan, bidang kesehatan, bidang pelayanan sosial dan bidang pengembangan usaha kecil dan menengah.
B. Profesionalitas Nazhir Dalam Wakaf Produktif 1. Konsep Nazhir a. Pengertian Nazhir Meskipun dalam fikih tradisional para ulama tidak memasukkan nazhir sebagai salah satu rukun wakaf, namun nazhir merupakan unsur yang sangat penting karena berkembang tidaknya suatu perwakafan sangat ditentukan nazhir. Nazhir berasal dari kata bahasa Arab nadzaro – yandzuru – nadzron yang mempunyai arti menjaga, memelihara, mengelola dan mengawasi.
19
Abdul Halim, Hukum Perwakafan Di Indonesia, Jakarta:Ciputat Press, 2005, h.40
26
Adapun nazhir adalah isim fa’il dari kata nazoro yang kemudian dapat diartikan dalam bahasa Indonesia dengan pengawas atau penjaga. 20 Sedangkan nazhir wakaf atau bisa disebut nazhir adalah orang atau pihak yang diberi wewenang untuk bertindak atas harta wakaf, baik mengurus, mengembangkan, memelihara, dan mendistribusikan hasilnya kepada orang yang berhak menerimanya. Muhammad Daud Ali dalam bukunya “Sistem Ekonomi Islam, Zakat dan Wakaf” mengatakan bahwa nazhir wakaf adalah orang atau badan yang memegang amanat untuk memelihara dan mengurus harta wakaf sebaikbaiknya sesuai dengan wujud dan tujuannya. 21 Dengan demikian, nazhir berarti orang yag berhak untuk bertindak atas
harta
wakaf,
baik
untuk
mengurusnya,
memeliharanya
dan
mendistribusikan hasil wakaf kepada orang yang berhak menerimanya. Nazhir mengerjakan segala kemungkinan harta itu tumbuh dengan baik dan kekal.
20
Mustafa Edwin Nasution, Uswatun Hasanah, Wakaf Tunai; Inovasi Financial Islam, Peluang Dan Tantangan Dalam Mewujudkan Kesejahteraan Umat, (Jakarta: PSTTIUI, 2006), h. 63 21 Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat Dan Wakaf, Jakarta:UI-Press, 2006, h. 91
27
Adapun pengertian nazhir dalam redaksi Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf, adalah pihak yang menerima harta benda wakaf dari wakif untuk dikelola dan dikembangkan sesuai dengan peruntukannya. 22 Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan di atas, tampak bahwa nazhir sebagai pihak yang bertugas memelihara dan mengurusi wakaf mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam perwakafan, sehingga berfungsi tidaknya benda wakaf tergantung dari nazhir itu sendiri. Oleh karena itu, agar benda atau harta wakaf dapat berfungsi sebagaimana mestinya maka harta itu harus dijaga dan dikembangkan sesuai dengan manfaatnya.
b. Syarat Nazhir Pada dasarnya, siapapun dapat menjadi nazhir asalkan orang itu cakap dalam melakukan tindakan hukum. Namun, mengingat tujuan wakaf ialah menjadikan harta wakaf sebagai sumber dana yang produktif tentu saja memerlukan nazhir yang mampu melaksanakan tugas-tugasnya secara profesional dan bertanggungjawab. Adapun syarat-syarat nazhir, baik perseorangan, organisasi maupun badan hukum adalah sebagai berikut: 1. Perseorangan
22
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf dan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaannya, Departemen Agama, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Tahun 2007, h. 3
28
Perseorangan hanya dapat menjadi nazhir apabila memenuhi persyaratan: a. Warga Negara Indonesia b.
Beragama Islam
c.
Dewasa
d.
Amanah
e.
Mampu secara jasmani dan rohani, dan
f.
Tidak terhalang melakukan perbuatan hukum 23
2. Organisasi Organisasi hanya dapat menjadi nazhir apabila memenuhi persyaratan: a. Pengurus organisasi yang bersangkutan memenuhi persyaratan nazhir perseorangan, dan b. Organisasi yang bergerak di bidang sosial, pendidikan, kemasyarakatan dan/atau keagamaan Islam. 24 3. Badan Hukum Badan hukum hanya dapat menjadi nazhir apabila memenuhi persyaratan:
23
Muhammad Sholahuddin dan Lukman Hakim, Lembaga Ekonomi Dan Keuangan Syariah Kontemporer, h.240 24 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf , Departemen Agama, Jakarta, h. 67
29
a. Pengurus
badan
hukum
yang
bersangkutan
memenuhi
persyaratan nazhir perseorangan b. Badan hukum Indonesia yang dibentuk sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku, dan c. Badan hukum yang bersangkutan bergerak di bidang sosial, pendidikan, kemasyarakatan dan/atau keagamaan Islam. 25 Selain syarat-syarat pribadi sebagai nazhir, nazhir profesional juga harus memiliki syarat-syarat berikut: 1. Syarat Moral a. Paham tentang hukum wakaf dan ZIS, baik dalam tinjauan syariah maupun perundang-undangan negara RI. b. Jujur, amanah dan adil sehingga dapat dipercaya dalam proses pengelolaan dan pentassarrufan kepada sasaran wakaf. c. Tahan godaan, terutama menyangkut perkembangan usaha. d. Pilihan, sungguh-sungguh dan suka tantangan. e. Punya kecerdasan, baik emosional maupun spiritual. 2. Syarat Manajemen a. Mempunyai kapasitas dan kapabilitas yang baik dalam leadership. b. Visioner.
25
Muhammad Sholahuddin dan Lukman Hakim, Lembaga Ekonomi Dan Keuangan Syariah Kontemporer, h.241
30
c. Mempunyai kecerdasan yang baik secara intelektual, sosial dan pemberdayaan. d. Profesional dalam bidang pengelolaan harta. e. Ada masa bakti nazhir. f. Memiliki program kerja yang jelas. 3. Syarat Bisnis a. Mempunyai keinginan. b. Mempunyai pengalaman dan atau siap untuk dimagangkan. c. Punya ketajaman melihat peluang usaha sebagaimana layaknya enterpreneur. 26
c. Fungsi Dan Tugas Nazhir Dalam UU Nomor 41 tentang Wakaf Pasal 9, Nazhir meliputi perseorangan, organisasi atau badan hukum. Tugasnya, mengelola dan mengembangkan wakaf sesuai dengan peruntukannya, yaitu berkenaan dengan melakukan pengadministrasian harta benda wakaf; mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan tujuan, fungsi dan
26
Direktorat pemberdayaan wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Paradigma Baru Wakaf di Indonesia, Tahun 2006, h. 52
31
peruntukannya; mengawasi dan melindungi harta benda wakaf; melaporkan pelaksanaan tugas kepada Badan Wakaf Indonesia. 27 Tugas nazhir yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan ini membutuhkan kemampuan yang sesuai dengan potensi dan peruntukan wakaf. Dalam hal pengadministrasian menuntut kecakapan hukum dari seorang nazhir, tugas pengelolaan dan pengembangan menuntut keterampilan (skill) dan kemampuan menejerial nazhir untuk mencapai tujuan wakaf, sedangkan pengawasan dan pelaporan menuntut kemampuan audit dari seorang nazhir agar dapat menghitung dan mengkalkulasi hasil pengelolaan harta wakaf. 28 Dengan kata lain, nazhir berkewajiban menjalankan pengelolaan resiko (manajemen resiko) terhadap harta benda wakaf yang dipercayakan wakif kepadanya. Manajemen resiko merupakan pilar penting dalam tata kelola organisasi yang baik atau Good Corporate Governanace, yang mutlak harus diterapkan dalam pelaksanaan Badan Wakaf Indonesia. 29 Nazhir mempunyai tugas : 1. Melakukan pengadministrasian harta benda wakaf 2. Mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan tujuan, fungsi dan peruntukkannya 27
HM. Cholis Nafis, Menggagas Nazhir Wakaf Yang Profesinal, AntarNews.com, Diakses Tanggal 10 Agustus 2010. 28 Ibid. 29 Republika Online, Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf Produktif, diakses tanggal 9 juni 2010.
32
3. Mengawasi dan melindungi harta benda wakaf 4. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Badan Wakaf Indonesia 30 Dalam melaksanakan tugas, nazhir memperoleh pembinaan dari Menteri dan Badan Wakaf Indonesia. Dalam rangka pembinaan, nazhir harus terdaftar pada Menteri dan Badan Wakaf Indonesia. 31
d. Pengangkatan Dan Pemberhentian Nazhir Pengangkatan nazhir merupakan suatu yang sangat penting dalam perwakafan walaupun para Ulama tidak menjadikan nazhir sebagai rukun dalam wakaf, namun pengangkatan nazhir itu perlu supaya harta wakaf dapat terjaga dengan baik. Oleh karena itu, maka di dalam sistem perwakafan di Indonesia dijelaskan dan ditentukan posisi nazhir sebagai pemelihara dan pengurus benda wakaf atau harta wakaf dan Undang-Undang wakaf juga menjadikan bahwa nazhir merupakan salah satu unsur penting dan perwakafan dianggap tidak sah apabila tidak ada nazhir. Dalam Undang-Undang wakaf dijelaskan bahwa pengangkatan dan pemberhentian nazhir ada perbedaan antara nazhir perseorangan, organisasi dan badan hukum. Dalam pasal 4 ayat 1 dijelaskan bahwa nazhir perseorangan ditunjuk oleh wakif dengan memenuhi persyaratan menurut undang-undang. 32 Nazhir 30
Bab 1 pasal 11 Undang-Undang No. 41 tentang Wakaf, Departemen Agama Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam 2007, h.9. 31 Muhammad Sholahuddin dan Lukman Hakim, Lembaga Ekonomi Dan Keuangan Syariah Kontemporer, Universitas Muhammadiyyah Surakarta, Surakarta: 2008, h.241
33
perseorangan harus merupakan suatu kelompok yang terdiri paling sedikit 3 (tiga) orang, dan salah seorang diangkat menjadi nazhir. Nazhir perseorangan itu harus didaftarkan pada menteri yang bersangkutan dan BWI melalui Kantor Urusan Agama setempat. Jika di daerah itu tidak terdapat Kantor Urusan Agama, maka pendaftaran dilakukan melalui Kantor Urusan Agama terdekat atau Kantor Departemen Agama atau perwakilan Badan Wakaf Indonesia di Provinsi/Kabupaten/Kota. Salah seorang dari nazhir perseorangan tersebut harus bertempat tinggal di kecamatan atau daerah dimana harta wakaf berada. Hal ini dimaksudkan agar harta wakaf itu dapat lebih terkontrol oleh nazhir. Kemudian berhentinya nazhir perseorangan dari kedudukannya adalah disebabkan apabila: meninggal dunia, berhalangan tetap pada daerah dimana harta wakaf berada, mengundurkan diri dan/atau diberhentikan oleh BWI. Berhentinya salah seorang nazhir perseorangan tidak mengakibatkan berhenti pula nazhir perseorangan lainnya dalam melaksanakan tugasnya sebagai nazhir. Untuk nazhir organisasi, pengangkatannya harus didaftarkan terlebih dahulu pada Menteri yang bersangkutan dan BWI melalui Kantor Urusan Agama setempat. Syarat menjadi nazhir organisasi adalah harus bergerak di bidang sosial, pendidikan, kemasyarakatan dan/atau keagamaan Islam. 32
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf dan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaannya, Departemen Agama Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Tahun 2007, h. 64.
34
Adapun pengurus organisasi itu harus memenuhi syarat sebagaimana nazhir perseorangan dan salah seorang pengurus organisasi tersebut harus juga berdomisili di Kabupaten/Kota tempat harta wakaf berada. 33 Nazhir organisasi berhenti, bubar atau dibubarkan adalah sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar organisasi yang bersangkutan. Apabila salah seorang nazhir yang diangkat oleh nazhir organisasi meninggal dunia, mengundurkan diri, berhalangan tetap dan/atau dibatalkan kedudukannya sebagai nazhir, maka nazhir yang bersangkutan harus diganti. Adapun prosedur penggantiannya adalah organisasi itu harus melaporkannya kepada KUA setempat atau KUA terdekat untuk selanjutnya diteruskan kepada BWI dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak kejadian tersebut. Kemudian
nazhir
badan
hukum.
Dalam
pendirian
dan
pengangkatannya harus didaftarkan terlebih dahulu pada Menteri yang bersangkutan dan BWI melalui Kantor Urusan Agama setempat atau yang terdekat. Nazhir badan hukum juga harus bergerak dibidang sosial, pendidikan, kemasyarakatan dan/atau keagamaan Islam. Syarat dari pengurus nazhir badan hukum juga harus memenuhi sebagaimana persayaratan nazhir perseorangan dan juga salah seorang dari pengurus itu harus berdomisili di Kabupaten/Kota dimana harta wakaf itu berada.
33
Ibid, h. 66.
35
Nazhir badan hukum dapat diberhentikan apabila dakal kurun waktu 1 (satu) tahun sejak Akta Ikrar Wakaf (AIW) tidak melaksanakan tugasnya, artinya nazhir itu tidak mengurus dan mengelola harta wakaf yang diserahkan wakif, maka kepala KUA baik atas inisiatif sendiri maupun atas usul wakif atau ahli warisnya berhak mengusulkan kepada BWI untuk pemberhentian dan penggantian nazhir. 34 Nazhir profesional harus membuat laporan secara berkala kepada Menteri yang bersangkutan dan BWI mengenai kegiatan perwakafan yang dilakukannya. Adapun masa bakti nazhir adalah 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali. Untuk pengangkatan kembali nazhir itu dilakukan oleh BWI,
dengan
ketentuan
adalah
apabila
yang
bersangkutan
telah
melaksanakan tugasnya dengan baik dalam periode sebelumnya sesuai dengan ketetntuan prinsip syariah dan peraturan perundang-undangan.
C. Pandangan Ulama Tentang Wakaf Produktif Secara tekstual, penjelasan tentang wakaf tidak terdapat dalam Al Quran dan as-Sunnah, namun makna dan kandungan wakaf terdapat dalam dua sumber hukum Islam tersebut. Di dalam Al Quran sering menyatakan konsep wakaf dengan ungkapan yang menyatakan tentang derma harta (infaq) demi kepentingan
34
Ibid, h. 69.
36
umum. Sedangkan dalam hadits sering kita temui ungkapan wakaf dengan ungkapan habs (tahan). Semua ungkapan yang ada di Al Quran dan al Hadits senada dengan arti wakaf ialah penahanan harta yang dapat diambil manfaatnya tanpa musnah seketika dan untuk penggunaan yang mubah serta dimaksudkan untuk mendapatkan keridhaan Allah SWT. Benda yang diwakafkan harus bersifat tahan lama dan tidak mudah musnah. Harta yang diwakafkan kemudian menjadi milik Allah, dan berhenti dari peredaran (transaksi) dengan tidak boleh diperjual belikan, tidak boleh diwariskan dan tidak boleh dihibahkan. 35 Wakaf menurut para Ulama Imam Mazhab merupakan suatu perbuatan sunnat untuk tujuan kebaikan, seperti membantu pembangunan sektor keagamaan baik pembangunan segi material maupun untuk pembangunan spiritual. Sebagiamana halnya zakat, wakaf merupakan income dana umat Islam yang sangat potensial bila dikembangkan. Sebagai contoh Mesir telah berhasil memprogram wakaf sejak seribu tahun yang lalu. Bagi ulama Imam Mazhab, persoalan wakaf mereka sepakat mengatakan bahwa itu termasuk amal jariyah. 36 Namun yang menjadi polemik mereka dan pengikutnya adalah permasalahan pemahaman terhadap wakaf itu sendiri. Apakah harta wakaf yang telah diberikan si wakif masih menjadi miliknya atau lepas
35
Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf, Departemen Agama RI Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Wakaf , Jakarta 2006. H.31-32 36 Abdul Halim, Hukum Perwakafan di Indonesia, Ciputat Press, Ciputat: 2005, h. 74.
37
seketika saat ia menyerahkan kepada mauquf ‘alaih (penerima wakaf)? Seperti permasalahan ini, kita coba melihat pokok-pokok yang menjadi sisi perbedaan bagi mereka dari pendapat masing-masing mereka ini. Sebagai bahan komperatif, perlu dikemukakan pendapat masing-masing Imam Mazhab sekitar persoalan wakaf, sehingga memperjelas prinsip yang mereka pakai. Berikut ini diuraikan masing-masing pendapat imam mazhab : 1. Mazhab Hanafi Menurut pendapat Abu Hanifah maka harta yang telah diwakafkan menurut mazhab ini tetap berada pada milik wakif dan boleh ditarik kembali oleh si wakif. Jadi harta itu tidak berpindah hak milik, hanya hasil manfaatnya yang diperuntukkan pada tujuan wakaf. Dalam hal ini Imam Abu Hanifah memberikan pengecualian pada tiga hal, yakni wakaf masjid, wakaf yang ditentukan keputusan Pengadilan dan wakaf wasiat. Selain tiga hal tersebut yang dilepaskan hanya hasil manfaatnya saja bukan benda itu secara utuh. 37 Terhadap wakaf masjid, yaitu apabila seseorang mewakafkan hartanya untuk kepentingan masjid, atau seseorang membuat pembangunan dan diwakafkan untuk masjid, maka status wakaf di dalam masalah ini ada. Karena diwakafkan seseorang untuk masjid, maka secara spontan itu berpindah menjadi milik Allah dan tanggallah kekuasaan si wakif dalam kasus ini.
37
Ibid, h. 75
38
Wakaf yang ditentukan keputusan pengadilan, yaitu bila terjadi suatu sengketa tentang harta wakaf yang tak dapat ditarik lagi oleh orang yang mewakafkannya atau ahli warisnya. Kalau pengadilan memutuskan bahwa harta itu menjadi harta wakaf. Terangkatlah khilafiyah setelah adanya putusan hakim. Abu Hanifah menjelaskan, dengan diwakafkannya suatu harta bukan berarti menjadi suatu keharusan untuk lepasnya pemilikan wakif, oleh sebab itu bolehlah rujuk dan mengambil kembali wakaf itu. Boleh pula menjualnya, karena menurut Abu Hanifah bahwa wakaf sama halnya dengan barang pinjaman dan sebagiamana halnya dalam soal pinjam-meminjam, si pemilik tetap memiliki, boleh menjual dan memintanya kembali, seperti ‘ariyah. 38 Argumentasi lain yang dijadikan Abu Hanifah sebagai alasan bahwa harta wakaf yang telah diwakafkan tetap menjadi milik wakif dengan menganalogikan dan menyamakannya dengan Sa’ibah seperti yang terdapat dalam surat Al-Maidah ayat 103, dan ini sangat dilarang Allah SWT. Kedua argumen inilah menurut Abu Hanifah bahwa wakaf sebagai akad tabarru’.
2. Mazhab Maliki Mazhab Malik berpendapat bahwa wakaf itu tidak melepaskan harta yang diwakafkan dari kepemilikan wakif, namun wakaf tersebut mencegah wakif melakukan tindakan yang dapat melepaskan kepemilikannya atas harta 38
Ibid, h. 76
39
tersebut kepada yang lain dan wakif berkewajiban menyedekahkan manfaatnya serta tidak boleh menarik kembali wakafnya. 39 Menurut interpretasi Malikiyah, tidak terputus hak si wakif terhadap harta yang diwakafkannya. Yang terputus itu hanyalah dalam hal bertasarruf. 3. Mazhab Syafi’i Menurut Syafi’i, harta yang diwakafkan terlepas dari si wakif atau menjadi milik Allah dan berarti menahan harta untuk selama-lamanya. Menurutnya juga, wakaf tidak boleh ditentukan jangka waktunya, sebagaimana yang dibolehkan Maliki. Disyaratkan benda yang tahan lama dan tidak cepat habisnya. Alasannya ialah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar tentang tanah di Khaibar. Imam Syafi’i memahami tidakan Umar mensedeqahkan
hartanya
dengan
tidak
menjual,
mewariskan
dan
menghibahkan, juga sebagai Hadits karena Nabi melihat tindakan Umar itu dan Rasulullah ketika itu hanya diam. Maka diamnya Rasul dapat ditetapkan sebagai hadis taqriry, walaupun telah didahului oleh hadis qauly. Syafi’i juga tidak membolehkan harta wakaf itu untuk di sedekahkan, dijual, diwariskan dan dihibahkan. 40 4. Mazhab Hambali Menurut Ahmad bin Hanbal, wakaf adalah melepaskan harta yang diwakafkan dari kepemilikan wakif. Wakif tidak boleh melakukan apa saja 39
Fiqif Wakaf, Direktorat Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI, jakarta: 2006, h. 2. 40 Ibid, h. 77
40
terhadap harta yang diwakafkan. Harta wakaf tidak dapat diwariskan dan wakif tidak dapat melarang mauquf ‘alaih dalam hal penyaluran hasil wakaf selama disalurkan sesuai tujuannya. Selanjutnya Ahmad bin Hanbal mengatakan bahwa wakaf terjadi karena dua hal. Pertama, karena kebiasaan (perbuatan) bahwa dia itu dapat dikatakan mewakafkan hartanya. Seperti seseorang mendirikan mesjid, kemudian mengizinkan orang shalat di dalamnya secara spontanitas bahwa ia telah mewakafkan hartanya itu menurut kebiasaan (‘urf). Walaupun secara lisan ia tidak menyebutkannya, dapat dikatakan wakaf karena sudah kebiasaan. Kedua, dengan lisan baik dengan jelas (sarih) atau tidak. Atau ia memakai kata-kata habastu, wakaftu, sabaltu, tasadaqtu, abdadtu, harramtu. Bila menggunakan kalimat seperti ini maka ia harus mengiringinya dengan niat wakaf. Bila telah jelas seseorang mewakafkan hartanya, maka si wakif tidak mempunyai kekuasaan bertindak atas benda itu dan juga menurut Hambali tidak bisa menariknya kembali. Hambali menyatakan, benda yang diwakafkan itu harus benda yang dapat dijual, walaupun setelah jadi wakaf tidak boleh dijual dan harus benda yang kekal zatnya karena wakaf bukan untuk waktu tertentu, tapi buat selama-lamanya. 5. Mazhab Lain
41
Mazhab lain sama dengan mazhab ketiga, namun berbeda dari segi kepemilikan atas benda yang diwakafkan yaitu menjadi milik mauquf ‘alaih, maskipun mauquf ‘alaih tidak berhak melakukan suatu tindakan atas benda wakaf tersebut, baik menjual atau menghibahkannya. 41 Dari beberapa definisi yang dipaparkan oleh para ulama, wakaf dapat diartikan melepaskan harta yang diwakafkan dari kepemilikan wakif kepada mauquf ‘alaih dan menyedekahkan manfaatnya kepada suatu kebajikan (sosial)
yang
mana
harta
wakaf
tersebut
dilarang
menjualnya,
menghibahkannya, dan mewariskannya atau lain sebagainya. Menukar dan mengganti benda wakaf, dalam penalaran ulama, terdapat perbedaan antara benda wakaf yang berbentuk masjid dan bukan masjid. Yang bukan mesjid dibedakan lagi menjadi benda bergerak dan benda tidak bergerak. Terhadap benda wakaf yang berbetuk masjid, selain Ibn Taimiyyah
dan
sebagian
Hanabalah
sepakat
menyatakan
terlarang
menjualnya. Sementara terhadap benda wakaf yang tidak berupa mesjid, selain mazhab Syafi'iyah membolehkan menukarnya, apabila tindakan demikian memang benar-benar sangat diperlukan. 42
41
Fiqih wakaf, (Jakarta, Direkorat Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI Tahun 2006), cet-4, h.2 42
Candra Boy Seroza, Wakaf Dalam Pandangan Ulama Fikih Dan Peraturan Perundang-Undangan Di Indonesia, dari http://one.indoskripsi.com, diakses tanggal 9 juni 2010.
42
Namun mereka berbeda dalam menentukan persyaratannya. Ulama Hanafiyah membolehkan penukaran benda wakaf tersebut dalam tiga hal: Pertama, apabila wakif memberi isyarat akan kebolehan menukar tersebut ketika ikrar. Kedua, apabila benda wakaf itu tidak dapat lagi dipertahankan. Ketiga, jika kegunaan benda pengganti wakaf itu lebih besar dan lebih bermanfaat. Ulama Malikiyah juga menentukan tiga syarat, yaitu: Pertama, wakif ketika ikrar mensyaratkan kebolehan ditukar atau dijual. Kedua, benda wakaf itu berupa benda bergerak dan kondisinya tidak seusai lagi dengan tujuan semula diwakafkan. Ketiga, apabila benda wakaf pengganti dibutuhkan untuk kepentingan umum, seperti pembangunan mesjid, jalan raya dan sebagainya. 43 6. Sayyid Sabiq Tidak sah mewakafkan barang yang rusak dengan pemanfaatannya seperti, lilin, makanan, uang dan sesuatu yang cepat rusak seperti, bau-bauan dan tumbuh-tumbuhan aromatik. Juga tidak diperbolehkan mewakafkan sesuatu yang tidak boleh dijual belikan seperti, barang tanggungan, anjing, babi dan binatang buas lainnya. 44
43
Ibid. Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, Jakarta: Pena Pundi Aksara, Jilid 4, Cet. Pertama Mei 2006, h.423. 44
43
Adapun sesuatu yang sah untuk diwakafkan aialah tanah, perabot yang
bisa
45
dipindahkan,
mushaf,
kitab,
senjata
dan
binatang. 45
Ini merupakan mazhab mayoritas ulama Abu Hanifah, Abu Yusuf dan satu riwayat dari Malik berpendapat bahwa tidak sah mewakafkan suatu binatang.
43
BAB III SISTEM ORGANISASI TABUNG WAKAF INDONESIA
A. Gambaran Lembaga Tabung Wakaf Indonesia 1. Latar Belakang Pembangunan sosial dan pemberdayaan ekonomi yang dilakukan secara terus menerus menurut kita untuk mencari alternatif solusi yang dapat mendorongnya lebih cepat. Salah satu alternatif solusi itu adalah mobilisasi dan optimalisasi peran wakaf secara efektif dan professional. Tumbuh dan berkembangnya lembaga-lembaga amil zakat, terlebih setelah lahinya UU tentang zakat dan UU tentang wakaf, membuktikan bahwa peran dan potensi umat dalam pembangunan sangatlah potensial. Demikian juga dengan keberadaan lembaga wakaf. Oleh karenanya, secara pasti dibutuhkan peran nazhir wakaf yang amanah dan professional sehingga penghimpunan, pengelolaan dan pengalokasian dana wakaf menjadi optimal. Meski saat ini kebutuhan akan adanya nazhir wakaf masih belum mendapat perhatian utama dari umat. Berdasarkan latar belakang tersebut, pada tanggal 14 Juli 2005, Dompet Dhuafa mendirikan Tabung Wakaf Indonesia yang berperan dalam memberikan sosialisasi, edukasi, dan advokasi wakaf, serta mengelola harta wakaf dari masyarakat maupun institusi. 1
1
Tabungwakaf.com, diakses tanggal o4 agustus 2010.
44
2. Bentuk dan Badan Hukum Tabung Wakaf Indonesia Sesuai dengan UU RI No. 41 tahun 2004, Tabung Wakaf Indonesia (adalah nazhir wakaf) berbentuk badan hukum, dan karenanya persyaratan yang akan dipenuhi adalah: a. Pengurus badan hukum Tabung Wakaf Indonesia ini memenuhi persyaratan sebagai nazhir perseorangan sebagaimana dimaksud pada pasal 9 (1) UU wakaf no. 41 tahun 2004. b. Badan hukum ini adalah badan hukum Indonesia yang dibentuk sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. c. Badan hukum ini bergerak di bidang sosial, pendidikan, kemasyarakatan dan atau keagamaan Islam. d. Tabung Wakaf Indonesia merupakan badan unit atau badan otonom dari dan dengan landasan badan hukum Dompet Dhuafa Republika, sebagai sebuah badan yayasan yang telah kredibel dan memenuhi persyaratan sebagai nazhir wakaf sebagaiamana dimaksud UU wakaf tersebut. 2 3. Visi dan Misi Tabung Wakaf Indonesia Visi Menjadi lembaga wakaf berorientasi global yang mampu menjadikan wakaf sebagai salah satu pilar kebangkitan ekonomi umat yang berbasiskan sistem ekonomi berkeadilan.
2
Dompet Dhuafa Republika, Profil Tabung Wakaf Indonesia, (Jakarta : Tabung Wakaf Indonesia, 2006)
45
Misi Mendorong pertumbuhan ekonomi umat serta optimalisasi peran wakaf dalam sektor sosial dan ekonomi produktif. 3 4. Struktur Organisasi Tabung Wakaf Indonesia
DEWAN PEMBINA
PRESIDEN DIREKTUR DOMPET DHUAFA
DEWAN SYARIAH
DIREKTUR TWI
PROGRAM & GRANT MANAGEMENT
FUNDRAISING
STAFF
STAFF
3
Tabungwakaf.com
SUPPORTING HRD, GA, legal & Finance
STAFF
46
Dewan Syariah
: Prof. KH. M. Amin Suma Bobby Herwibowo Izzudin Abdul Manaf, Lc. MA
Dewan Pembina
: Parni Hadi Eri Sudewo S. Sinansari Ecip Didin Hafidhuddin Rahmad Riyadi Haidar Bagir Houtman Z. Arifin Erry Riyana Hardjapamekas
Presiden direktur Dompet dhuafa
: Ismail A. Said
Direktur Tabung Wakaf Indonesia
: Veldy V. Armita
Manager Program & Grant Management
: Hendra Jatnika
Manager Fundraising
: Noviati Endang Mustaqimah
Manager Keuangan
: Mekar Susestyojati
Manager HRD & Legal
: Destria Merryana A. 4
5. Program Wakaf Produktif dan Program Sosial TWI Terdapat enam buah program wakaf produktif dan program sosial yang dicanangkan oleh Tabung Wakaf Indonesia, diantaranya ialah: a. Zamrud Waqf Foodcourt 5 Dengan program ini, TWI ingin membuka ruang usaha bagi para pedagang kecil, sekalugus mendayagunakan harta wakaf. Jadi, ada dua manfaat yang didapat dari program ini. Pertama, para pedagang kecil 4 5
Brosur Tabung Wakaf Indonesia, Terdapat Juga Dalam Website Tabungwakaf.com. Tabungwakaf.com, tanggal 4 Agustus 2010
47
memperoleh ruang usaha yang strategis dan baik. Kedua, harta wakaf yang diamanahkan oleh para wakif kepada TWI akan mendatangkan surplus. Surplus inilah yang nantinya disalurkan untuk mereka yang membutuhkan. Dengan demikian aset wakaf ini akan menghasilkan manfaat yang lestari, dan pahala yang abadi. Pembangunan foodcourt, selain memanfaatkan aset Dompet Dhuafa yang masih ‘tidur’, juga dalam rangka membina pedagang kecil agar tak menajdi ‘gelandangan di negeri sendiri’. Foodcourt sendiri bukan sekedar nama. Sesuai namanya, diatas lahan tersebut akan disediakan tempat parkir dengan kapasitas 4-5 buah mobil dan 15-20 motor. Juga disediakan mushalla dan toilet yang terjaga kebersihannya. Adapun lokasi Zamrud Foodcourt ini terletak di RT. 000 RW. 00, Cimuning – Mustika Jaya Kota Bekasi, luas tanah 252 meter persegi. b. Depok Waqf Junction / Rumah Cahaya Depok Waqf Junction (DWJ) berlokasi di Jl. Keadilan, Kecamatan Sukmajaya-Depok, di atas tanah wakaf dari Bapak Agus Murdianto. 6 Awalnya Depok Waqf Junction adalah perpustakaan bertajuk Rumah Cahaya (Rumah baCA dan mengHAsilkan karYA) yang membuka program pelatihan menulis untuk masyarakat. Oleh TWI, Rumah Cahaya ini dipugar menjadi dua lantai dan dikombinasikan dengan aset properti. 6
Brosur Tabung Wakaf Indonesia
48
Lantai pertama dipugar menjadi 3 buah toko yang akan disewakan. Sedangkan lantai kedua diperuntukkan untuk ruang perpustakaan dan pelatihan menulis. Hasil sewa dari lantai pertama atau yang disebut surplus wakaf dari DWJ akan disalurkan untuk pendanaan program sosial di perpustakan Rumah Cahaya serta program pendidikan untuk kaum dhuafa. 7 c. Countrywood Waqf Junction Countrywood Waqf Junction (CWJ) adalah sebuah wahana niaga sekaligus kegiatan sosial dan merupakan kawasan ekonomi terpadu yang akan didirikan di atas tanah wakaf dari Ibu Eni Nuraeni. CWJ terdiri dari area komersial dan area sosial. Area komersial berupa pertokoan, foodcourt, serta lahan parkir. Sedangkan area sosial berupa mushalla, playground, serta lahan terbuka untuk berjualan para pedagang kaki lima. Masyarakat yang dibidik untuk menikmatinya adalah kalangan menegah bawah. Keluarga yang ingin rekreasi, tanpa takut segalanya dikomersilkan. CWJ adalah amanah dari seorang wakif tanah kepada Tabung Wakaf Indonesia. Keuntungan dari kegiatan produktif di CWJ ini, akan menjadi sedekah jariyah yang akan disalurkan sesuai dengan amanat para wakif
7
Ibid,
49
untuk program kesehatan, pendidikan berkualitas untuk kaum dhuafa, Smart Ekselensia Indonesia dan program pemberdayaan dhuafa lainnya. Sesuai dengan konsep wakaf Rasulullah SAW, yang menghendaki agar benda wakaf pun menghasilkan surplus, maka wahana niaga diharapkan sebagai ‘mesin uang’ untuk operasional kegiatan sosial, yang bisa berbentuk bantuan biaya pendidikan, kesehatan, dapur umum, atau santunan sosial lainnya. Penyaluran surplus niaga ini langsung dilakukan langsung oleh TWI ataupun melalui jejaring yayasan Dompet Dhuafa lainnya. Salah satu program rutin yang diselenggarakan di CWJ Tabung Wakaf Indonesia-Dompet Dhuafa adalah pasar Sabtu-Ahad bagi PKL dan UKM, dengan tanpa dipungut biaya sewa, dan terbuka untuk setiap orang. Program ini akan dikelola bersama Baitul Mal Nusantara (BMN) dan menjadi bagian dari Festifal Hari Pasaran Nusantara (HPN) yang telah berlangsung di kota-kota Bandung, Yogyakarta, dan Jakarta. Pembangunan CWJ Dompet Dhuafa merupakan wujud dari visi dan misi TWI Dompet Dhuafa untuk menjadikan gerakan wakaf produktif dan wakaf terpadu sebagai pilar pemerataan kesejahteraan masyarakat. CWJ ini berada di Jl. Menjangan Raya, RT. 001/03, Pondok Ranji – Ciputat Timur, Kabupaten Tangerang. Dengan luas tanah : 845 m2 .
50
d. Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) 8 Melihat tingginya kebutuhan kaum dhuafa akan layanan kesehatan yang bermutu dan memadai, Tabung Wakaf Indonesia menyalurkan surplus wakaf untuk program kesehatan dengan bekerja sama dengan layanan kesehatan Cuma-Cuma (LKC) Dompet Dhuafa Republika. LKC merupakan klinik kesehatan yang diperuntukkan khusus untuk kaum dhuafa. Sejak awal berdirinya tahun 2004 hingga saat ini, LKC telah membiayai secara penuh layanan kesehatan kepada 62.000 member yang berasal dari kaum dhuafa secara gratis. Ke depan TWI juga menyalurkan surplus wakaf untuk Rumah Sehat Terpadu (RST). RST merupakan model pelayanan kesehatan masyarakat dhuafa terpadu, dengan fasilitas yang lengkap dan memadai. Program kesehatan kaum dhuafa ini berupa mini rumah sakit dengan pelayanan 24 jam. 1) Unit gawat darurat 2) Rawat jalan 3) Apotek 4) Rawat inap 5) Poli gigi 6) Poli kandungan 7) Dokter spesialis 8
Brosur Tabung wakaf indonesia
51
8) Konsultasi gizi 9) Aksi luar gedung 10) Bina ruhani pasien LKC ini beralamat di Ciputat Mega Mall Blok D-01 Jl. Ir. H. Juanda No. 34 Ciputat Tangerang. e. SMART Ekselensia Indonesia (SMART EI) Untuk program pendidikan, TWI mengalirkan manfaat wakaf kepada SMART Ekselensia Indonesia (SMART EI). SMART EI merupakan sekolah akselerasi SMP dan SMA yang ditempuh selama 5 tahun. Siswa yang bersekolah disini adalah hasil seleksi dari seluruh Indonesia. Mereka yang lolos seleksi adalah anak-anak yang cerdas dari keluarga dhuafa. SMART EI telah tercatat sebagai lembaga pendidikan yang tak kalah dengan sekolah unggulan yang ada. 9 Sekolah ini juga dirancang secara khusus untuk menampung anak dari kaum dhuafa yang mempunyai potensi. SMART EI juga memiliki beberapa keuggulan lain yaitu, memadukan sistem kurikulum Islam dan umum, dan target alumni SMART EI adalah mendapatkan beasiswa kedalam dan luar negeri.
9
Ibid
52
f. Rumah Cahaya Rumah Cahaya atau Rumah Baca ini merupakan perpustakaan sekaligus pusat berkarya tulis. Tabung Wakaf Indonesia mengalokasikan surplus wakaf ini salah satunya untuk menjaga keberlangsungan Rumah Baca. Dan dari sini anak-anak yang tidak mampu bisa menikmati bacaan berkualitas sekaligus mengasah kemampuan sastranya. Rumah cahaya sendiri sebelumnya merupakan aset sosial, dimana di dalamnya masyarakat difasilitasi untuk gemar membaca dan dilatih untuk mengahsilkan karya. Dengan konsep wakaf terpadu yang digulirkan TWI, kini Rumah Cahaya bertransformasi menjadi Depok Waqf Junction (DWJ). DWJ terdiri dari aset sosial dan aset produktif. Aset sosial yakni Rumah Baca posisinya berada di lantai 2, sementara aset produktif berupa properti sarana niaga yang siap disewakan kepada masyarakat. 10 Rumah Baca sendiri masih akan dikelola bersama Forum Lingkar Pena (FLP). FLP inilah yang akan memanfaatkan gedung lantai dua Rumanh Cahaya untuk kegiatan baca dan pelatihan menulis untuk masyarakat. Secara ekonomi. Lokasi DWJ sesungguhnya sangat strategis, dikelilingi oleh perumahan (arah Timur dan Barat), 10 meter dari arah Jalan Keadilan (sebelah Timur), 250 meter dari arah Pasar Tradisional Musi (Barat), serta banyaknya sekolah seperti SMU 2 Depok, SMU Budi 10
Majalah wakaf Tabung Wakaf Indonesia, Edisi 05, Tahun III, 1431 H, h. 11
53
Utomo, SMU Yapemri, dan SMP 03 Depok. Bagi masyarakat, khususnya warga Depok, yang tertarik dan membutuhkan tempat untuk usaha, boleh menjenguk kondisi DWJ. Ada tiga toko yang akan disewakan. Dua toko seluas 4x5 m2 yang menghadap Jl. Musi Raya, dan satu toko seluas 8x10 m2 yang menghadap Jl. Keadilan. 11 Persyaratan untuk menyewa sangat mudah. Selain setuju dengan harga sewa,ada hal-hal yang harus dipatuhi antara lain: usaha tidak boleh berbau atau bertujuan maksiat, tidak melanggar hukum atau merugikan orang lain. Dan Rumah Cahaya ini berlokasi di Jl. Keadilan, Kecamatan Sukmajaya-Depok. 12 6. Peran Lembaga Tabung Wakaf Indonesia di Masyarakat Hadirnya Tabung Wakaf Indonesia (TWI), merupakan fase penting dari pelayanan yang dilakukan lewat institusi-institusi otonom yang lahir dari Dompet Dhuafa. Sejumlah institusi otonom yang terpilih dalam dua karakter kelembagaan, yakni yang sosial (charity) maupun yang produktif, pada tahap penguatannya setidaknya sampai kurun lima tahun mendatang, memerlukan dukungan finansial yang tidak kecil. Maka TWI hadir mewadahi segenap ikhtiar penggalangan dana wakaf tunai yang peruntukkannya terarah pada penguatan lembaga otonom maupun jejaring Dompet Dhuafa.
11 12
Ibid. Ibid.
54
Pada perjalanannya hingga saat ini, seluruh lembaga otonom maupun jejaring tersebut memang dapat berjalan dengan simultan karena suntikan dana yang diperoleh tidak hanya dari pemasukan zakat, infak dan shadaqah yang selama ini juga dikembangkan oleh Dompet Dhuafa pada momenmomen Ramadhan, namun dana itu juga didapat dari wakaf tunai hasil peneglolaan dan pengembangan TWI selama ini. Sehingga semakin banyak dana wakaf tunai yang diperoleh TWI, maka dengan sendirinya akan semakin bertambah pula para dhuafa yang dapat terberdayakan melalui programprogram sosial pemberdayaannya. 7. Sistem Pengelolaan Wakaf Dalam Tinjauan TWI Dalam melakukan kewajibannya selaku nazhir, Tabung Wakaf Indonesia harus melakukan pengelolaan dan pengembangan atas harta benda wakaf yang dihimpunnya sesuai denga fungsi, tujuan dan peruntukannya dengan prinsip-prinsip syariah, yaitu bahwa nazhir wajib mengelola dan mengembangkan
harta
wakaf
sesuai
dengan
tujuan,
fungsi
dan
peruntukannya. 13 Dimana pengelolaan yang dilakukan oleh Tabung Wakaf Indonesia berdasarkan dua pendekatan, yaitu : 1. Pendekatan produktif Yaitu pengelolaan harta benda wakaf untuk hal-hal yang bersifat produktif dan menghasilkan keuntungan. Diatur dalam pasal 43 ayat 2
13
Sebagaimana yang tercantum dalam pasal 42 BAB V UU RI No. 41 tahun 2004 tentang wakaf.
55
bahwa pengelolaan harta benda wakaf dilakukan secara produktif. Contoh : pembuatan rumah sakit komersial dari dana wakaf, keuntungan dari rumah sakit sepenuhnya untuk kegiatan kemaslahatan umat. 2. Pendekatan non produktif Yaitu pengelolaan harta benda wakaf untuk hal-hal yang bersifat tidak menghasilkan keuntungan (non produktif). Contoh : pembuatan sekolah gratis untuk dhuafa, seluruh dana wakaf terkumpul digunakan untuk kegiatan tersebut.
B. Nazhir Dan Pengembangan Wakaf Pada dasaranya, siapa pun dapat juga menjadi nazhir sepanjang ia bisa melakukan tindakan hukum. Tetapi karena tugas nazhir menyangkut harta benda yang manfaatnya harus disampaikan pada pihak yang berhak menerimanya, jabatan nazhir harus diberikan kepada orang yang memang mampu menjalankan tugas itu. 14 Adapun orang yang paling berhak menentukan nazhir menurut para ulama adalah wakif. Alasannya, wakiflah yang paling dekat dengan hartanya. wakif tentunya berharap harta yang diwakafkan bermanfaat terus-menerus, sehingga ia harus memilih orang yang memang mampu mengurus dan memelihara harta
14
Mustafa Edwin Nasution, Uswatun Hasanah, Wakaf Tunai; Inovasi Financial Islam, Peluang Dan Tantangan Dalam Mewujudkan Kesejahteraan Umat, (Jakarta: PSTTI-UI, 2006), h. 63
56
wakaf. Jika wakif tidak menunjuk nazhir disaat ia melakukan ikrar wakaf, yang berhak mengangkat nazhir adalah hakim. Setiap kegiatan nazhir terhadap harta wakaf harus dalam pertimbangan kesinambungan harta wakaf untuk mengalirkan manfaatnya untuk kepentingan maukuf ‘alaih. Dalam kitab fikih masalah nazhir ini dibahas dengan judul “al-Wilayat ‘Ala al-Waqf’ artinya penguasaan terhadap wakaf atau pengawasan terhadap wakaf. Orang yang diserahi atau diberi kekuasaan atau diberi tugas untuk mengawasi harat wakaf itulah yang disebut nazhir atau mutawalli. Dengan demikian nazhir berarti orang yang berhak untuk bertindak atas harta wakaf, baik untuk mengurusnya, memeliharanya, dan mendistribusikan hasil wakaf kepada orang yang berhak menerimanya. 15 Nazhir sebagai pihak yang bertugas untuk memelihara dan mengurusi wakaf mempunyai kedudukan yang penting dalam perwakafan. Sedemikian pentingnya kedudukan nazhir dalam perwakafan, sehingga berfungsi tidaknya wakaf itu bagi mauquf ‘alaih sangat bergantung pada nazhir wakaf. Meskipun demikian tidak berarti bahwa nazhir mempunyai kekuasaan mutlak terhadap harta yang diamanahkan kepadanya. Pada umumnya ulama sepakat bahwa kekuasaan nazhir wakaf terbatas pada pengelolaan wakaf untuk dimanfaatkan sesuai dengan tujuan wakaf yang dikehendaki wakif. Asaf A. A. Fyzee berpendapat bahwa kewajiban nazhir adalah mengerjakan segala sesuatu yang layak untuk menjaga 15
Ibid, h. 63
57
dan
mengelola
harta.
Sebagai
pengawas
harta
wakaf,
nazhir
dapat
mempekerjakan beberapa wakil atau pembantu untuk menyelenggarakan urusanurusan yang berkenaan dengan tugas dan kewajibannya. Oleh Karen itu nazhir dapat berupa nazhir perorangan maupun nazhir badan hukum. 16 Dalam pengoptimalan fungsi dari harta wakaf agar dapat berlangsung lama, maka diperlukan adanya dana hibah dari masyarakat berupa zakat, infak dan sedekah yang kemudian dana ini diinjeksikan pada harta wakaf. Tetapi pada zaman sekarang ini perlu adanya jaminan kelancaran harta wakaf agar terus memberikan pelayanan yang bagus sesuai dengan tujuannya, maka diperlukan dana pemeliharaan atas biaya-biaya yang telah dikeluarkan. Biaya yang dimaksud adalah dana investasi yang mana hasilnya melalui proses invstasi berupa pendapatan yang diharapkan dapat menutup biaya investasi dan pemeliharaan harta wakaf. Dalam pengembangan harta wakaf menurut Mundzir Qahaf perlu adanya investasi harta wakaf, dalam artian mempekerjakannya untuk berbagai keperluan investasi dalam rangka mencapai tujuan wakaf dan menjaga keutuhan wakafnya adalah wajib. Karena kalau hal ini tidak wajib, maka tidak akan bertahan lama. Karena itu, wakaf dibentuk untuk merealisasikan tujuannya. Apabila dibiarkan
16
Ibid, h. 63
58
dan tidak digunakan untuk mencapainya, maka keberadaan wakaf tidak punya makna. 17 Dalam melaksanakan kewajibannya selaku nazhir, Tabung Wakaf Indonesia harus melakukan pengelolaan dan pengembangan atas harta benda wakaf yang dihimpunnya sesuai dengan tujuan, fungsi, dan peruntukannya dengan prinsip-prinsip syariah Islam, dimana pengelolaannya dilakukan berdasarkan dua pendekatan, produktif dan pendekatan non produktif. Pengembangan harta benda wakaf yang dilakukan oleh TWI dapat terlihat dari produk-produk wakaf dan program pemberdayaannya pada lembaga Tabung Wakaf Indonesia. Beberapa pilihan kemudahan dalam berwakaf dari TWI untuk (calon) wakif, tergambar dari sejumlah produk wakafnya antara lain : a. Wakaf Untaian Kasih Yaitu jenis wakaf yang dapat mempererat tali silaturahmi dan menunjukkan perhatian abadi bagi orang-orang terkasih. Wakaf ini dapat dihadiahkan untuk orang-orang tercinta seperti : suami, isteri, anak, atau orang tua. Tak ketinggalan kerabat, baik itu saudara jauh/dekat, teman maupun relasi bisnis.
17
Mundzir Qahaf, Manajemen Wakaf Produktif, Penerjemah : Muhyiddin Mas Rida, (Jakarta: Khalifa, 2005), h. 221
59
b. Wakaf Rindu Illahi Yaitu sebentuk wakaf bagi wakif yang ingin bertaqarrub ilallah (mendekatkan diri kepada Allah) dan bertujuan demi kemaslahatan umat tanpa mengharapkan lain kecuali cinta dan ridha Allah SWT dengan segala kemuliaan akhirat, sebagai wujud nyata kerinduan suci kepada sang Khalik yang InsyaAllah membawa keberkahan pula bagi sesama. c. Wakaf Syukur Nikmat Yaitu sebuah wakaf sebagai jalan indah mengungkapakan rasa syukur tatkala mendapatkan karunia berlimpah, dan agar rizki yang melimpah tersebut semakin berkah serta berlipat ganda manfaatnya. d. Wakaf Naungan Illahi Yaitu wakaf dengan salah satu niatan untuk mendapatkan ampunan atas segala dosa yang telah dilakukan, agar terhindar dari musibah atau marabahaya yang mungkin akan terjadi. 18
C. Tabung Wakaf Indonesia Dan Wakaf Produktif Wakaf produktif memiliki dua visi sekaligus, pertama, menghancurkan struktur-struktur sosial yang timpang. Kedua, menyediakan lahan subur untuk mensejahterakan umat Islam. Visi ini secara langsung digapai ketika totalitas diabadikan untuk bentuk-bentuk wakaf produktif yang selanjutnya diteruskan dengan langkah-langkah taktis yang mengarah pada capaian tersebut. Langkah 18
Tabung Wakaf Indonesia Dompet Dhuafa Republika, Jembatan itu Bernama Wakaf, (Jakarta : TWI, 2006)
60
taktis, sebagai derivasi dari filosofi disyariatkannya wakaf produktif dimana lebih berupa teknis-teknis pelaksana wakaf produktif. 19 Muncul dan berkembangnya lembaga-lembaga keuangan syariah dengan prinsip bagi hasil, kerja sama bagi hasil, prinsip jual beli, dan prinsip sewamenyewa, maka semakin mempermudah pengelola wakaf (nazhir) selaku manajemen investasi untuk menginvestasikan dana-dana wakaf yang terhimpun sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Adapun diantara bentuk-bentuk investasi yang dapat dilakukan oleh pengelola wakaf (nazhir) ialah sebagai berikut : 1. Investasi Mudharabah Investasi mudharabah merupakan salah satu alternatif yang ditawarkan oleh produk keuangan syariah guna mengembangkan harta wakaf. Salah satu contoh yang dapat dilakukan oleh pengelola wakaf dengan sistem ini ialah membangkitkan sektor usaha kecil dan menengah dengan memberikan modal usaha kepada petani gurem, para nelayan, pedagang kecil dan menengah (UKM). 2. Investasi Musyarakah Alternatif investasi lainnya ialah dengan sistem musyarakah. Investasi ini hampir sama dengan investasi mudharabah, hanya saja pada investasi musyarakah ini resiko yang ditanggung oleh pengelola wakaf lebih sedikit, oleh karena, modal ditanggung secara bersama oleh dua pihak pemilik modal 19
www.forumzakat.org
61
atau lebih. Investasi ini memberikan peluang bagi pengelola wakaf untuk menyertakan modalnya pada sektor usaha kecil menengah yang dianggap memiliki kelayakan usaha, namun kekurangan modal untuk mengembangkan usahanya. 3. Investasi Ijarah Salah satu contoh yang dapat dilakukan dengan sistem investasi ijarah (sewa) ialah mendayagunakan tanah wakaf yang ada, dalam hal ini pengelola wakaf menyediakan dana untuk mendirikan bangunan diatas tanah wakaf, seperti pusat perbelanjaan (comersial center), rumah sakit, apartemen dan lain sebaginya. Kemudian pengelola harta wakaf menyewakan gedung tersebut hingga dapat menutup modal pokok dan mengambil keuntungan yang dikehendaki. 4. Investasi Murabahah Dalam investasi murabahah, pengelola wakaf diharuskan berperan sebagai entrepreneur atau pengusaha yang membeli peralatan dan material yang diperlukan melalui suatu kontrak murabahah. Adapun keuntungan dari investasi ini adalah pengelola wakaf dapat mengambil keuntungan dari selisih harga pembelian dan penjualan. Manfaat dari investasi ini ialah pengelola
62
wakaf dapat membantu pengusaha-pengusaha kecil yang membutuhkan alatalat produksi, misalnya tukang jahit memerlukan mesin jahit. 20 Tabung Wakaf Indonesia berupaya membangun kesadaran bersama untuk melakukan donasi reusable. Memang benar bahwa kesulitan bangsa saat ini adalah dalam kondisi akut yang memerlukan bantuan donasi langsung. Namun alangkah lebih baik apabila umat pun mulai berfikir portofolio dalam berdonasi. Saat ini banyak sekolah gratis telah berdiri, banyak rumah sakit gratis telah berdiri, dan sebagian masih dalam proses pendirian. 21
20
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Dan Pemberdayaan Wakaf, Pedoman Pengelolaan Dan Pengembangan Wakaf, Bunga Rampai Perwakafan, Departemen Agama RI, Jakarta: 2006, h. 85-87. 21 Majalah wakaf Tabung Wakaf Indonesia, Edisi 05, Tahun III, 1431 H, h. 6
63
BAB IV MANAJEMEN WAKAF PRODUKTIF DAN PERAN NAZHIR
A. Peran Nazhir Tabung Wakaf Indonesia Dalam Penghimpunan Wakaf Produktif Sebagai salah satu lembaga Islam, wakaf telah menjadi salah satu penunjang perkembangan masyarakat Islam. Sebagian besar rumah ibadah, lembaga pendidikan dan lembaga-lembaga keagamaan Islam lainya di bangun di atas tanah wakaf. Menurut data yang ada di Departemen Agama Repeublik Indonesia sampai oktober 2007, tanah wakaf yang ada di Indonesia berjummlah 403.845 lokasi, dengan luas tanah 1.566.672.406 M2 . 1 Apabila jumlah tanah wakaf di Indonesia ini dihubungkan dengan negara yang saat ini menghadapi berbagai krisis termasuk krisis ekonomi,, sebenarnya jumlah tanah wakaf itu tersebut merupakan suatu potensi sumber daya ekonomi untuk lebih dikembangkan guna membantu menyelesaikan krisis ekonomi, sayangnya tanah wakaf yang berjumlah begitu banyak, pada umumnya pemanfaatannnya masih bersifat konsumtif dan belum dikelola secara produktif. Suatu kenyataan yang dilihat bahwa wakaf yang ada di Indonesia pada umumnya berupa masjid,mushalla, madrasah,sekolahan, makam, dan rumah yatim piatu. Dilihat dari segi sosial dan ekonomi, wakaf yang ada memang belum dapat
1
Direktorat Pemberdayaan Wakaf Departemen Agama RI, Panduan Pemberdayaan Tanah Wakaf Produktif Strategis Di Indonesia, Tahun 2008, h. 69.
64
berperan
dalam
menanggulangi
permasalahan
umat
dapat
berperan
menanggulangi permasalahan umat khususnya maslah sosial dan ekonomi. Hal ini dapat dipahami karena kebanyakan wakaf yang ada kurang maksimal dalam pengelolaannya. Kondisi ini disebabkan oleh keadaan tanah wakaf yang sempit dan hanya cukup dipergunakan untuk tujuan wakaf yang hanya diikrarkan wakif seperti untuk mushalla dan masjid tanpa diiringi tanah atau benda yang dapat dikelola secara produktif. Memang ada tanah wakaf yang cukup luas, tetapi karena nadzirnya kurang kreatif, tanah yang kemungkinan dikelola secara produktif tersebut akhirnya tidak dimanfaatkan secara produktif tersebut akhirnya tidak dimanfaatkan sama sekali, bahkan perawatannya pun harus dicarikan sumbangan dari masyarakat. 2 Di Indonesia sedikit sekali tanah wakaf yang dikelola secara produktif dalm bentuk usaha yang hasilnya dapat dimanfaatkan bagi pihak- pihak yang memerlukan termasuk fakir miskin. Pemanfaatan tersebut dilihat dari segi sosial khususnya untuk kepentingan keagamaan memang efektif, tetapi dampaknya kurang berpengaruh positif bagi ekonomi masyarakat. Apabila perentukan wakaf dalam hanya terbatas pada hal- hal diatas tanpa diimbangi dengan wakaf produktif, maka wakaf sebagai salah satu sarana untuk menwujudkan
2
http://hendrakholid.net/blog/2010/03/16/, Diakses tanggal 23 Oktober 2010.
65
kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, tidak akan dapat terealisasikan secara optimal. Sebagaimana kita rasakan bersama kondisi perekonomian di Indonesia sangat memperihatinkan. Berjuta-juta saudara kita hidup di bawah garis kemiskinan. Pemerintahan telah melakukan berbagai usaha untuk menanggulangi perekonomian kita yang makin buruk, antara lain dengan mencari dana pinjaman keluar negeri. Dalam kondisi yang demikian, sesungguhnya di samping instrumen-instrumen ekonomi Islam lainnya seperti zakat, infaq dan sedekah dan lainya masih ada lembaga yang sangat untuk dikembangkan yakni wakaf, karena wakaf yang dikelola secara produktif dapat membantu menyelesaikan masalah ekonomi masyarakat. Peruntukkan dan pengelolahan wakaf di Indonesia yang kurang mengarah pada pemberdayaan ekonomi cenderung hanya untuk kepentingan kegiatankegiatan ibadah khusus dapat di maklumi, karena memang pada umumnya ada keterbatasan pemahaman umat Islam tentang hukum wakaf, misalnya mengenai harta wakaf yang boleh diwakafkan, peruntukan wakaf dan tugas nadzir wakaf. Agar wakaf di Indonesia dapat memberdayakan ekonomi umat, maka di Indonesia perlu dilakukan paradigma baru dalam pengelolaan wakaf. Wakaf yang selama ini yang hanya peruntukannya hanya bersifat konsumtif dan dikelola secara tradisional, sudah saatnya wakaf kini dikelola secara produktif .
66
Apabila wakaf ini dapat dikelola dengan produktif, niscaya akan mempercepat pengetasan kemiskinan di negeri kita. Namun semua itu memerlukan dana yang sangat besar, maka dalam suatu organisasi nirlaba, yang dikelola oleh negara maupun swasta harus mampu mempunyai strategi fundraising yang mampu membangun image di masyarakat untuk bisa menarik para donatur untuk menyumbangkan hartanya kepada organisasi nirlaba yang kita kelola, berupa tanah maupun uang ataupun barang-barang yang bisa bermanfaat bagi masyarakat banyak. Untuk itu masih banyak yang harus dibenahi agar dapat menuju era wakaf produktif. Penghimpunan dana wakaf atau yang lebih dikenal dengan Fundraising adalah suatu kegiatan penggalangan dana dari individu, organisasi, maupun badan hukum. Fundraising juga merupakan proses mempengaruhi masyarakat atau calon wakif agar mau melakukan amal kebajikan dalam bentuk penyerahan hartanya untuk diwakafkan. Ini adalah penting, sebab sumber harta wakaf adalah berasal dari donasi masyarakat. Agar target bisa terpenuhi dan proyek wakaf produktif bisa terwujud, maka diperlukan langkah-langkah strategis dalam menghimpun aset, yang selanjutnya akan dikelola dan dikembangkan. 3 Manajemen Fundraising adalah bagaimana upaya kita menpegaruhi para donatur untuk mengeluarkan dananya. Bagi setiap organisasi nirlaba harus mempunyai manajemen Fundraising, apabila suatu organisasi tidak mempunyai 3
Irmansyah,dari http.//www.facebook.com/topic.php?uid=73681087334&topic=15686, Manajemen Fundraising Dalam Penghimpunan Dana Wakaf, Pusat Pengembangan Wakaf Daarut Tauhiid, Diakses tanggal 23 Oktober 2010.
67
manajemen fundraising otomatis organisasi itu akan hancur secara cepat, maka dari itu manajemen fundraising sangat dibutuhkan oleh suatu lembaga atau badan nirlaba. Manajemen fundraising memang sangat di butuhkan agar suatu organisasi itu mampu bertahan. Termasuk bagaimana organisasi nirlaba itu mampu mempertahan donatur untuk terus menyumbang ke lembaga tersebut. Untuk itu tugas kita sebagai ahli-ahli dalam bidang wakaf ini, untuk mengabdi guna menciptakan wakaf yang produktif, selama ini para pengelola (nazhir) hanya mengolah wakaf secara tradisional, agar bisa memberi pelatihan supaya bisa berubah menjadi nazhir yang profesional. 4 Dalam melakukan penghimpunan dana kita harus melakukan pendekatan secara intern kepada para donatur, dengan cara terlebih dahulu mengendentifikasi donatur. Cara indentifikasi donatur yaitu: Pertama, Mendekati dan mencari donatur. Dalam mencari dan mendekati para donatur kita harus terlebih dahulu mengetahui profil, kebiasaan dan gaya hidup para donatur. Agar kegiatan Fundrasing berkerja secara efektif dan efisiensi. Kedua, Memuaskan kebutuhan donatur . Sebagai manager fundraising setelah mengetahui porfil dari donatur kita harus mengetahui keinginan, harapan, dan selera dari donatur, guna para donatur bertahan untuk mengeluarkan harta ke lembaga yang kita tawarkan. Dalam fundraising, selalu ada proses “mempengaruhi”. Proses ini meliputi kegiatan: memberitahukan, mengingatkan, mendorong, membujuk, merayu atau 4
http://hendrakholid.net/blog/2010/03/16/, Diakses tanggal 23 Oktober 2010.
68
mengiming-iming, termasuk juga melakukan penguatan stressing, jika hal tersebut memungkinkan atau diperbolehkan. Fundraising sangat berhubungan dengan kemampuan perseorangan, organisasi, badan hukum untuk mengajak dan mempengaruhi orang lain sehingga nenimbulakan kesadaran, kepedulian dan motivasi untuk melakukan wakaf. Adapun tujuan dari penghimpunan atau fundraising adalah: 1. Menghimpun Dana Menghimpun dana adalah merupakan tujuan fundraising yang paling mendasar. Dana dimaksudkan adalah dana wakaf maupun dana operasi pengelolaan wakaf. Termasuk dalam pengertian dana adalah barang atau jasa yang memiliki nilai material. Tujuan inilah yang paling pertama dan utama dalam pengelolaan zakat dan inipula yang menyebabkan mengapa dalam pengelolaan zakat fundraising harus dilakukan. Tanpa aktifitas fundraising kegiatan lembaga pengelola wakaf akan kurang efektif. Bahkan lebih jauh dapat dikatakan bahwa aktifitas fundraising yang tidak menghasilkan dana sama sekali adalah fundraising yang gagal meskipun memiliki bentuk keberhasilan lainnya. Karena pada akhirnya apabila fundraising tidak menghasilkan dana maka tidak ada sumber daya, maka lembaga akan
69
menghilangkan kemampuan untuk terus menjaga kelangsungan programnya, sehingga pada akhirnya lembaga akan melemah. 5 2. Memperbanyak Donatur/Wakif Tujuan kedua dari fundraising adalah menambah calon wakif, menambah populasi wakif. Nazhir yang melakukan fundraising harus terus menambah jumlah donator/ wakifnya. Untuk dapat menambah jumlah donasi, maka ada dua cara yang dapat ditempuh, yaitu menambah donasi dari setiap wakif atau menambah jumlah wakif baru. Diantara kedua pilihan tersebut, maka menambah wakif adalah cara yang relatif lebih mudah dari pada menaikan jumlah donasi dari setiap wakif. Dengan alasan ini maka, mau tidak mau fundraising dari waktu kewaktu juga harus berorientasi dan berkonsentrasi penuh untuk terus menambah jumlah wakif. 6 3. Meningkatkan atau Membangun Citra Lembaga Disadari atau tidak, aktifitas fundraising yang dilakukan oleh sebuah lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), baik langsung atau tidak langsung akan berpengaruh terhadap citra lembaga. Fundraising adalah garda terdepan yang menyampaikan informasi dan berinteraksi dengan masyarakat. Hasil informasi dan interaksi ini akan membentuk citra lembaga dalam benak khalayak. Citra ini dirancang sedemikian rupa sehingga dapat memberikan
5
Irmansyah, http.//www.facebook.com/topic.php?uid=73681087334&topic=15686, Manajemen Fundraising Dalam Penghimpunan Dana Wakaf, Pusat Pengembangan Wakaf Daarut Tauhiid, Diakses tanggal 23 Oktober 2010. 6 Ibid.
70
dampak positif. Dengan citra ini setiap orang akan menilai lembaga, dan pada akhirnya menunjukan sikap atau perilaku terhadap lembaga. Jika yang ditunjukan adalah citra yang positif, maka dukungan dan simpati akan mengalir dengan sendirinya terhadap lembaga. Dengan demikian demikian tidak ada lagi kesulitan dalam mencari wakif, karena dengan sendirinya donasi akan memberikan kepada lembaga, dengan citra yang baik akan sangat mudah sekali mempengaruhi masyarakat untuk memberikan donasi kepada lembaga. 4. Menghimpun Simpatisan/relasi dan pendukung Kadang kala ada seseorang atau sekelompok orang yang telah berinteraksi dengan aktifitas fundraising yang dilakukan oleh sebuah Organisasi Pengelola Wakaf atau Lembaga Swadaya Masyarakat. Mereka punya kesan positif dan bersimpati terhadap lembaga tersebut. Akan tetapi pada saat itu mereka tidak mempunyai kemampuan untuk memberikan sesuatu kepada lembaga tersebut sebagai donasi karena ketidakmampuan mereka. Kelompok seperti ini kemudian menjadi simpatisan dan pendukung lembaga meskipun tidak menjadi wakif. Kelompok seperti ini harus diperhitungkan
dalam aktifitas
fundraising,
meskipun
mereka
tidak
mempunyai donasi, mereka akan berusaha melakukan dan berbuat apa saja untuk mendukung lembaga dan akan fanatik terhadap lembaga. Kelompok seperti ini pada umumnya secara natural bersedia menjadi promotor atau
71
informasi positif tentang lembaga kepada orang lain. Kelompok seperti ini sangat diperlukan oleh lembaga sebagai pemberi kabar informasi kepada orang yang memerlukan. Dengan adanya kelompok ini, maka kita telah memiliki jaringan informal yang sangat menguntungkan dalam aktifitas fundraising. 5. Meningkatkan Kepuasan Donatur Tujuan kelima dari fundraising adalah memuaskan wakif. Tujuan ini adalah tujuan yang tertinggi dan bernilai untuk jangka panjang, meskipun dalam pelaksanaannya kegiatannya secara teknis dilakukan sehari-hari. Mengapa memuaskan wakif itu penting? Karena kepuasan wakif akan berpengaruh terhadap nilai donasi yang akan diberikan kepada lembaga. Mereka akan mendonasikan dananya kepada lembaga secara berulang-ulang, bahkan menginformasikan kepuasannya terhadap lembaga secara positif kepada orang lain. Disamping itu, wakif yang puas akan menjadi tenaga fundraiser alami (tanpa diminta, tanpa dilantik dan tanpa dibayar). Dengan cara ini secara bersamaan lembaga mendapat dua keuntungan. Oleh karenanya dalam hal ini benar-benar diperhatikan, karena fungsi pekerjaan fundraising lebih banyak berinteraksi dengan wakif, maka secara otomatis kegiatan fundraising juga harus bertujuan untuk memuaskan wakif. Maka dari itu tugas BWI sebagai badan wakaf yang dibentuk pemerintah harus mampu mengembangkan wakaf di Indonesia melalui program-program
72
pemberdayaannya maupun dari segi penghimpunan dana atau tanah wakaf. Memang untuk sekarang BWI belum bisa memgembangkan wakaf karena beberapa hambatan-hambatan terutama masalah sosialisasi terhadap masyarakat yang belum paham mengenai definisi maupun tata cara berwakaf sehingga kadang para wakif yang ingin berwakaf menjadi enggan berwakaf karena tidak tahu tata cara berwakaf. 7 Tabung Wakaf Indonesia sebagai lembaga penghimpun harta benda wakaf juga mempunyai cara tersendiri dalam penghimpunan dana wakaf. Sebelum penghimpunan dilakukan, TWI melakukan sosialisasi guna memarketkan bahwa ada lembaga yang namanya Tabung Wakaf Indonesia yang menghimpun, menyalurkan dana-dana wakaf dan memproduktifkannya untuk umat. Bentuk sosialisasinya adalah melalui pembuatan marketing tools seperti brosur, majalah yang dibagikan di pengajian-pengajian, iklan di media-media seperti majalah Sharing, majalah Ummi, kemudian di harian Republika. Dalam proses pengambilan harta wakafnya dari para wakif, TWI memberikan pilihan, yaitu harta wakaf itu dijemput oleh pihak TWI kepada wakif, ditransfer, atau wakif datang langsung ke Tabung Wakaf Indonesia. 8 Untuk penjemputan harta wakaf adalah yang nominalnya 1 (satu) juta Rupiah ke atas. Dalam pengambilan harta wakaf benda tidak bergerak, TWI sebelumnya mengadakan survei untuk melihat harta wakaf tersebut. Setelah harta 7
Profil Badan Wakaf Indoneisia Priode 2007-2010, Badan Wakaf Indonesia Tahun
2008, h. 9 8
Fadilannisa, Wawancara Pribadi, Jakarta 2 Agustus 2010.
73
terkumpul, TWI akan menyalurkan harta yang telah diterimanya kepada pos-pos yang telah ditentukan. Adapun pos-pos tersebut adalah sektor pendidikan, kesehatan dan sosial. Selain harta yang diasetkan itu, TWI juga bekerjasama dengan Baitul Mal, seperti BMT Ventura. Yang bekerjasama dalam memproduktifkan harta wakaf melalui usaha-usaha mikro finanace, usaha kecil dan menengah. 9 Kalau peran nazhir itu, bagaimana menjaga asset-aset wakaf yang telah diserahkan para wakif, bagaimana dia bisa terjaga nilainya dan bisa memberikan manfaat yang sebesar-besarnya. TWI merupakan nazhir lembaga. Dikelola secara lembaga, kita punya struktur sendiri, kita punya kebijakan sendiri, TWI punya musyawarah-musyawarah sendiri dan akhirnya perannya itu adalah bagaimana aset-aset yang telah wakif percayakan kepada TWI, baik itu dalam bentuk wakaf tanah, bangunan ataupun tunai, itu bisa diproduktifkan dan bisa memberikan surplus yang bisa dialihkan untuk masyarakat sekitar. 10 Profesionalisme nazhir menjadi ukuran yang paling penting dalam pengelolaan wakaf jenis apapun. Kualifikasi profesionalisme nazhir secara umum telah dipersuaratkan menurut fikih. Salah satu syarat yang mesti dimiliki oleh seorang nazhir adalah memiliki kemampuan dalam mengelola wakaf (profesional) dan memiliki sifat amanah, jujur dan adil.
9
Ibid. Fadilannisa, Wawancara Pribadi, Jakarta 2 Agustus 2010.
10
74
Untuk itu dalam rangka meningkatkan kemampuan nazhir diperlukan sistem manajemen SDM yang handal. Sistem pengelolaan SDM ini bertujuan untuk : 1.
Meningkatkan
dan
mengembangkan
pengetahuan,
kemampuan
dan
keterampilan para nazhir wakaf di semua tingkatan dalam rangka membangun kemampuan manajerial yang tangguh, professional dan bertanggung jawab. 2.
Membentuk sikap dan perilaku nazhir wakaf sesuai dengan posisi yang seharusnya, yaitu pemegang amanat umat Islam yang mempercayakan harta benda untuk dikelola secara baik dan bertanggung jawab di hadapan Allah kelak.
3.
Menciptakan pola pikir atau persepsi yang sama dalam memahami dan menerapkan pola pengelolaan wakaf, baik dari segi peraturan perundangundangan maupun teknis manajerial sehingga lebih mudah diadakan control, baik di daerah maupun di pusat.
4.
Mengajak para nazhir wakaf untuk memahami tata cara dan pola pengelolaan yang lebih berorientasi pada kepentingan pelaksanaan syariat Islam secara lebih luas dalam jangka panjang. Sehingga wakaf bisa dijadikan salah satu
75
elemen penting dalam menunjang penerapan sistem ekonomi syariah secara terpadu. 11 Selain itu, menurut Mulya E. Siregar, peran nazhir dalam mengelola dan mengimplementasikan harta benda wakaf baik secara langsung maupun tidak langsung adalah sebagai berikut: 1.
Dalam hal mengelola dana atau harta benda wakaf secara tidak langsung nazhir itu harus memiliki keahlian sebagai Fund Manager, artinya nazhir itu harus mahir dalam manajemen dana wakaf. Sehingga harta benda wakaf tersebut dapat dikelola, dikembangkan, dan disalurkan sesuai dengan tujuan, fungsi dan peruntukannya.
2.
Dalam mengelola dana atau harta benda wakaf secara langsung, nazhir itu harus memiliki keahlian sebagai Businessmen, khusunya dalam mencari partner yang membangun atau mengelola sarana fisik.
3.
Nazhir sebagai Risk Manager, yaitu harus memiliki kemampuan atau keahlian dalam hal manajemen resiko. Artinya harta benda wakaf yang disalurkan oleh nazhir melalui investasi-investasi dalam berbagai bidang atau sektor itu dapat terhindar dari resiko-resiko yang kemungkinan akan terjadi.
4.
Nazhir sebagai Accounting Officer, yaitu harus memiliki kemampuan dalam accounting guna melakukan pencatatan semua transaksi yang terjadi dengan cermat. Sehingga dana masuk ataupun yang keluar tercatat dengan baik. 11
Tim Penyusun, Strategi Pengembangan Wakaf Tunai Di Indonesia (Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Departemen Agama RI, 2006), Cet. Ke-3, h. 21-22
76
5.
Nazhir
wakaf sebagai Quick Learner, artinya nazhir harus melakukan
pembelajaran dengan cepat tentang berbagai aspek dalam mengelola wakaf secara produktif. 12 Salah satu hal yang selama ini menjadi hambatan riil dalam pengembangan wakaf di Indonesia adalah keberadaan nazhir wakaf yang masih tradisional. Ketradisionalan nazhir dipengaruhi, diantaranya adalah, Pertama, karena masih kuatnya paham mayoritas umat Islam yang masih stagnan (beku) terhadap persoalan wakaf. Selama ini wakaf hanya diletakkan sebagai ajaran agama yang kurang memiliki posisi penting. Kedua, rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia nazhir wakaf. Hal ini dikarenakan nazhir yang diserahi harta wakaf lebih karena didasarkan pada kepercayaan kepada para tokoh agama, sedangkan mereka kurang atau tidak memperhatikan atau mempertimbangkan kualitas (kemampuan) manajerialnya, sehingga benda-benda wakaf banyak yang tidak terurus (terbengkalai). Ketiga, lemahnya kemauan para nazhir wakaf. Banyak nazhir yang tidak memiliki militansi yang kuat dalam membangun semangat pemberdayaan wakaf untuk kesejahteraan umat. 13 Untuk meningkatkan kualitas nazhir, diperlukan suatu pelatihan bagi nazhir-nazhir tersebut, hal itu dimaksudkan adalah untuk meningkatkan 12
Mulya E. Siregar, Peran Nazhir Dalam Implementasi Wakaf Uang, Makalah disampaikan pada seminar tanggal 28 Oktober 2009 di Jakarta. 13 Panduan Pemberdayaan Tanah Wakaf Produktif Strategis di Indonesia, Direktorat Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jenderal Bimbingan Msyarakat Islam Departemen Agama RI, 2008, h. 76-77.
77
profesionalitas dan sumber daya manusia para nazhir itu sendiri sebagai orang atau lembaga yang bertugas untk mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf. Fadilannisa mengatakan bahwa dalam upaya meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia nazhir adalah merupakan salah satu tugas dari divisi HRD, HRD itu seperti personalia yang mengurusi pengembangan Sumber Daya Manusia di TWI ini. Menurutnya juga, TWI mempunyai rencana dan setiap tahunnya direncanakan setiap oaring itu mendapatkan training-training sesuai dengan kafaahnya, misalnya kita orang fundraising dikasih training tentang fundraising atau marketing, orang program dikasih training tentang bisnis management atau asset management seperti itu, itu yang dilakukan. 14 Jadi menurutnya, untuk meningkatkan SDM
para nazhir wakaf pada
Tabung Wakaf Indonesia salah satunya adalah dengan memberikan trainingtraining kepada masing-masing divisi sesuai dengan kebutuhannya. Sehingga masing-masing divisi itu mendapatkan ilmu untuk lebih meningkatkan kinerjanya dan juga mendapatkan pengetahuan lebih untuk mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf. 15 Dalam penghimpuan harta wakaf, Tabung Wakaf Indonesia bekerjasama dengan beberapa bank yang ditunjuk sebagai mitra. Hal itu dilakukan guna menampung harta wakaf dari sumbangan wakif dan donatur. Para wakif dan
14 15
Fadilannisa, Wawancara Pribadi, Jakarta 2 Agustus 2010 Ibid.
78
donatur dapat dengan mudah menyalurkan harta wakafnya melaui bank-bank yang telah ditunjuk itu. Jadi wakif hanya mengkonfirmasi ulang saja kepada TWI bahwasannya telah melakukan atau menyerahkan sejumlah dana sebagai wakaf, memberikan tanda bukti kepada TWI lalu wakif menyatakan ikrar atas harta yang telah diwakafkannya. Dalam penghimpunannya, TWI membedakan bank-bank yang menjadi mitranya sesuai dengan masing-masing sektor. Seperti rekening wakaf untuk pendidikan, wakif dapat menyalurkannya pada bank Muamalat dan BSM. Wakaf untuk kesehatan pada bank BNI Syariah dan BII Syariah. Dan bank Danamon Syariah untuk wakaf yang berhubungan dengan wakaf sosial dan pemberdayaan ekonomi. Berikut adalah beberapa bank yang bermitra dengan TWI dalam rangka penghimpunan dana atau fundraising dan juga hasil dari wakif yang menyalurkan wakafnya melalui bank-bank tersebut. Harta wakaf itu mulai di terima dari tahun2005 sampai dengan tahun 2009. TAHUN
BII
BSM
BNI
DANAMON
2005
2.000.000
294.636.420
220.423.174
-
517.059.594
2006
-
708.166.191
82.809.000
245.618.500
1.036.593.691
2007
3.560.000
739.377.500
180.689.174
254.690.000
1.178.316.674
2008
8.340.000
1.384.465.445
291.514.032
339.970.959
2.024.290.436
2009
2.550.000
623.779.250
329.525.730
341.098.000
1.296.952.980
2010
SISTEM
TOTAL
79
16.450.000
3.750.424.806
1.104.961.110
1.181.377.459
6.053.213.375
Ket: Laporan Penghimpunan Dana Wakaf Tahun 2005-2009 Peran nazhir profesional dalam hal penghimpunan dana wakaf juga sangat berpengaruh terhadap meningkat atau tidaknya harta wakaf yang diperoleh. Salah satu faktor yang sangat mendukung dalam hal penghimpunan dana wakaf adalah sosialisai yang dilakukan oleh nazhir kepada para mitranya, dan juga kepada masyarakat umum. Data di atas menunjukkan bahwa nazhir Tabung Wakaf Indonesia sudah profesional dalam hal penghimpunan dana wakaf, selain sosialisasi, nazhir TWI juga bermitra dengan beberapa bank yang dipercayai untuk melakukan penghimpunan dana wakaf dari masyarakat. Dari data di atas bisa dilihat bahwa jumlah harta wakaf meningkat setiap tahunnya, kecuali pada tahun 2009. Pada tahun 2009 tersebut hanya pada bank BII dan BSM saja yang tidak mengalami peningkatan, pada bank BNI dan bank Danamon ada peningkatan. Jadi, nazhir yang profesional sangatlah berperan dalam penghimpunan dana wakaf dan juga dengan keprofesionalannya itu hata wakaf yang dihimpun akan terus bertambah.
B. Peran Nazhir Tabung Wakaf Indonesia Dalam Penambahan Aset Wakaf Produktif Manajemen pengelolaan menempati posisi teratas dan paling urgen dalam mengelola harta wakaf. Karena wakaf itu bermanfaat atau tidak, berkembang atau
80
tidak tergantung pada pola pengelolaan. Kita lihat saja pengelolaan wakaf yang ada sekarang, khususnya di Indonesia, banyak sekali kita temukan harta wakaf tidak berkembang bahkan cenderung menjadi beban pengelolaan atau malah tidak terurus dan yang paling menyedihkan harta wakaf hilang diambil alih oleh orangorang yang memancing di air keruh. 16 Kalau pengelolaan benda-benda wakaf selama ini hanya dikelola “seadaadanya” dengan menggunakan “manajemen kepercayaan” dan sentralisme kepemimpinan yang mengesampingkan aspek pengawasan, maka dalam pengelolaan wakaf secara modern harus menonjolkan sistem manajemen yang lebih profesional. Asas profesionalitas manajemen ini harusnya dijadikan semangat pengelolaan benda wakaf dalam rangka mengambil kemanfatan yang lebih luas dan lebih nyata untuk kepentingan masyarakat banyak (kebajikan). Nabi Muhammad SAW sebenarnya telah mengajarkan kepada kita bahwa segala sesuatu, termasuk masalah yang terkait dengan manajemen jika dilakukan dengan mengikuti 4 (empat) sifat minimal yang dimiliki oleh Nabi dapat dikategorikan sebagai perbuatan yang profesional. Hanya saja dalam ukuran manajemen modern mengalami penafsiran dan pelebaran makna yang lebih spesifik. Dalam sebuah teori manajemen modern bisa disebut dengan istilah TQM (Total Quality Management). Namun, jika dirunut dalam sebuah kerangka teori yang utuh hanya mengerucut kepada empat hal tersebut, yaitu:
16
Farid Wadjdy, Mursyid, Wakaf Dan Kesejahteraan Umat, Yogyakarta: pustaka pelajar, 2007, h.174
81
Pertama, Amanah (dapat dipercaya). Secara garis umum, pola manajemen dianggap profesional jika seluruh sistem yang digunakan dapat dipercaya, baik in put atau in put. In put dalam sebuah pengelolaan dapat dilihat dari Sumber Daya Manusia (SDM) nya, dalam hal wakaf adalah pihak nazhir. Kedua, Siddiq (jujur).disamping amanah (dapat dipercaya), shiddiq (jujur) adalah sifat mendasar, baik yang terkait dengan kepribadian SDM-nya maupun bentuk program yang ditawarkan sehingga konsumen atau masyarakat merasa tidak dimanfaatkan secara sepihak. Bentuk program atau produk yang dipasarkan harus diinformasikan secara benar, seperti jika membuat produk makanan harus dijelaskan secara gamblang bahwa produk tersebut tidak mengandung bahanbahan yang dilarang atau membahayakan kesehatan, seperti minyak babi, formalin dan lain sebagainya. Ketiga, Fathanah (cerdas/brilian). Kecerdasan sangat diprlukan untuk menciptakan produk (program) yang bisa diterima oleh pasar (masyarakat) dengan menawarkan berbagai harapan yang baik dan maju. Produk yang ditawarkan memberikan kesempatan yang sangat dinantikan oleh konsumen atau pihak-pihak yang terkait dengannya. Sebagai contoh, dalam pengelolaan bendabenda wakaf harus berbentuk usaha yang kiranya dapat membuka lapangan kerja baru, dapat membantu pedagang kecil dan sebagainya, serta hasilnya dapat dinikmati untuk kesejahteraan masyarakat banyak.
82
Keempat, Tabligh (menyampaikan informasi yang benar/transparan). Sebenarnya konsep tabligh ini lebih kepada kemauan dan kemampuan menyampaikan segala informasi yang baik dan benar. Dalam manajemen, penyebarluasan informasi yang baik dan jujur sangat terkait dengan pola pemasaran dan pelaporan keuangan. Pemasaran sebuah produk harus disampaikan secara jujur, tidak menipu atau membodohi masyarakat. Strategi pemasaran yang diterapkan harus mengikuti kaidah-kaidah hukum dan moral yang berlaku di masyarakat sehingga tidak akan menimbilkan kecurigaan atau keresahan yang tidak perlu. Dari segi pelaporan keuangan, manajemen profesional itu harus dilakukan secara transparan, jujur, dan bertanggung jawab, sehingga pihak yang mengatur seluruh aliran uang (bagian keuangan) siap untuk diaudit oleh pihak manapun dan kapan pun juga. Dalam manajemen wakaf yang dilakukan Tabung wakaf Indonesia khusunya ketika penerimaan harta wakaf, masing-masing harta itu berbeda perlakuannya. 17 Artinya jenis harta yang di wakafkan kan disalurkan tergantung dari niat wakif. Sebagai contoh, wakaf tunai atau wakaf uang, ketika wakif menyerahkan hartanya TWI memberiakan pilihan kepada wakif mau diserahkan pada sektor apa nantinya hasil dari wakaf ini, apakah sektor pendidikan, kesehatan, atau sosial lainnya. Dana pendidikan untuk Rumah Cahaya adalah dihimpun dari wakif-wakif yang mewakafkan hartanya untuk sektor pendidikan.
17
Fadilannisa, Wawancara Pribadi, Jakarta 2 Agustus 20101
83
TWI juga bekerjasama dengan BMT Ventura, yaitu kerjasama dalam memproduktifkan dana wakaf melalui usaha-usaha mikro finance, usaha kecil dan menengah. 18 Untuk penerimaan benda tidak bergerak seperti tanah dan bangunan, sebelumnya harus ada verifikasi terlebih dahulu terhadap harta itu. Apakah harta itu sudah memenuhi persyaratan sebagai harta yang boleh diwakafkan atau tidak, yaitu dilihat dari segi, kepemilikan, kepemilikannya harus jelas punya siapa, tidak boleh bersengketa, mempunyai surat-surat atau sertifikatnya. Setelah dilihat harta wakaf itu, TWI dan wakif mendiskusikan rencana terhadap harta tersebut baik yang sifatnya produktif maupun non produktif. Jika produktif dan wakif setuju maka harta wakaf itu akan lebih diproduktifkan dan hasilnya akan disalurkan sesuai kehendak wakif, namun jika harta wakaf itu tidak produktif dan juga kurang strategis maka TWI mengusulkan untuk di Ruslah atau di tukar guling. Dalam arti harat yang kurang produktif itu akan dijual lalu hasil penjualannya dibelikan pada aset yang lebih produktif sesuai dengan izin wakif. Setelah lahirnya Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf dan peraturan pemerintah Nomor 42 tahun 2006 tentang pelaksanaannya, geliat pengelolaan wakaf di Indonesia semakin menunjukkan perubahan yang lebih baik. Namun bila dibandingkan dengan negara-negara Islam khususnya dalam hal pengelolaan wakafnya, tentunya Indonesia masih sangat jauh perbedaaanya. Sebagai contoh, bisa kita lihat dan perbandingkan model pengelolaan dan 18
Ibid,
84
manajemen pengelolaan wakaf pada negara-negara Islam yang mengelola wakaf. 19 Di beberapa Negara, seperti Mesir, Yordania, Saudi Arabia dan Turki, wakaf selain berupa sarana dan prasarana ibadah dan pendidikan juga berupa tanah pertanian, perkebunan, uang saham, real estate, dan lainnya yang semuanya dikelola secara produktif. Dengan demikian hasilnya benar-benar dapat dipergunakan untk mewujudkan kesejahteraan umat. 20 Sayangnya, cerita kegemilangan pengelolaan harta wakaf di negara-negara muslim tersebut belum terjadi di Indonesia. Padahal jika dilihat dari jumlahnya, harta wakaf di seluruh tanah air terbilang cukup besar. Sebagian harta wakaf
19
Di Turki, pengelolaan wakaf tidak hanya dikelola oleh mutawalli, tetapi juga oleh lembaga Direktorat Jenderal Wakaf. Direktorat Jenderal Wakaf tidak hanya mengelola wakaf tetapi juga memberikan supervise dan kontrol (auditing) terhadap wakaf yang dikelola oleh muatwalli. Sedangkan sebuah lembaga yang memobilisasi sumber-sumber wakaf untuk membiayai bermacam-macam jenis proyek joint venture adalah Waqf Bank & Finance Corporation. Mesir juga sudah mengelola potensi wakafnya secara produktif. Awalnya, harta wakaf di Mesir juga tidak teratur. Setelah Badan Wakaf di bentuk pada tahun 1971 yang bertugas khusus menangani masalah wakaf dan pengembangannya, Badan Wakaf pun menerapkan beberapa kebijakan. Pertama, menitipkan hasil harta wakaf di bank Islam agar dapat berkembang. Kedua, melalui Wizaratul Auqaf, Badan Wakaf berpartisipasi dalam mendirikan bank-bank Islam dan mengadakan kerjasama dengan beberapa perusahaan. Ketiga, memanfaatkan tanah-tanah kosong untuk dikelola secara produktif dengan cara mendirikan lembaga-lembaga perekonomian bekerjasama dengan berbagai perusahaan. Keempat, membeli saham dan obligasi perusahaanperusahaan penting. Di Bangladesh lain lagi kondisinya. Negeri miskin ini sesungguuhnya memiliki kesamaan kondisi dengan Indonesia. Maka dibentuklah lembaga non pemerintah yang menjadi solusi dalam menangani kemiskinan, yaitu Sosial Invesment Bank Limited (SIBL). Bank ini menjadi alternatif peningkatan pendapatan bagi jutaan warga miskin. SIBL juga kemudian menetapkan sasaran pemanfaatan dana hasil pengelolaan wakaf produktifnya dengan rigid. Antara lain, peningkatan standar hidup orang miskin, rehabilitasi orang cacat, peningkatan standar hidup penduduk hunian kumuh, membantu pendidikan anak yatim piatu, beasiswa, pengembangan pendidikan modern, pengembangan sekolah, kursus-kursus, akademi hingga universitas. Lalu, mendanai riset, mendirikan rumah sakit dan bank darah, menyelesaikan masalah sosial non muslim, membantu proyek penciptaan lapangan kerja dan menghapus kemiskinan. 20
Farid Wadjdy, Mursyid, Wakaf Dan Kesejahteraan Umat, Yogyakarta: pustaka pelajar, 2007, h. 21
85
tersebut diperguanakan untuk
rumah ibadah, lembaga pendidikan, dan
perkuburan yang rata-rata tidak produktif. Oleh karena itu, keberadaan wakaf haruslah mendapat perhatian khusus, karena harta wakaf di Indonesia ini sangat potensial untuk dikelola secara produktif. Harta wakaf tersebut harus dikelola dan diberdayakan dengan manajeman yang baik dan modern. Dalam pengelolaan wakaf, juga harus diperhatiakan mengenai risikorisiko yang mungkin terjadi pada aset-aset wakaf. Jadi harus ada manajemen risiko dalam meninvestasikan hasil dari wakaf itu, sehingga nantinya tidak akan mengurangi produktifitas aset-aset maupun hasil dari wakaf itu sendiri. Manajemen risiko adalah budaya, proses dan struktur yang diarahkan pada pengelolaan secara efektif kesempatan dan tantangan-tantangan potensial yang dihadapi organisasi dalam mencapai tujuan-tujuannya. Dilihat dari prosesnya, manajemen risiko didefinisikan sebagai proses mengidentifikasi risiko, mengukur akibat-akibat yang mungkin ditimbulkan dari risiko-risiko tersebut, dan mengambil langkah-langkah yang paling efektif untuk mengendalikan dan mengevaluasinya. 21 Risiko utama dalam pengembangan wakaf produktif adalah berkurangnya nilai harta benda wakaf yang dikelola. Dalam perspektif manajemen risiko, perlu diidentifikasi secara rinci hal-hal yang dapat menyebabkan nilai harta benda
21
Bey Sapta Utama, http://republika.co.id:8080/berita/36559/Aspek_Menejemen_Risiko_ dalam_Pengembangan_Wakaf_Produktif , Diakses tanggal 14 juni 2010.
86
wakaf produktif tersebut berkurang. Di sini akan diuraikan sedikit penyebab umum yang mungkin terjadi. Penyebab-penyebab umum yang dapat di identifikasi adalah: 1. Kerugian dari kegiatan usaha pengembangan wakaf itu sendiri. Kerugian dapat timbul karena risiko bisnis maupun risiko finansial. 2. Depresiasi natural. Bangunan yang diwakafkan secara alamiah berkurang nilainya karena depresiasi, demikian pula wakaf tunai dalam bentuk uang akan tergerus nilainya oleh inflasi. 3. Terjadinya peristiwa-peristiwa force majeur seperti kecelakaan, bencana alam, kebakaran ataupun kebanjiran. 4. Kelalaian atau ketidakamanahan nazhir. 22 Dari setiap jenis risiko yang mungkin menjadi penyebab berkurangnya sebagian atau seluruh harta benda wakaf produktif, perlu dilakukan perhitungan mengenai seberapa besar kemungkinan terjadinya serta seberapa besar dampak yang akan ditimbulkannya. Dalam pengelolaan wakaf produktif, pilihan-pilihan pengalihan risiko ke pihak lain tidak boleh bertentangan dengan syariah. Bagaimanapun, tidak semua risiko dapat dialihkan. Risiko-risiko yang tidak dapat dialihkan tersebut mau tak mau harus ditanggung sendiri kerugiannya. Manajemen risiko yang baik adalah merencanakan besarnya risiko yang harus ditanggung sendiri setelah upaya mengurangi dan mengalihkan risiko dilakukan secara optimal. 22
Ibid.
87
Dalam pengelolaan wakaf produktif, aspek pengendalian risiko dimulai dengan memilih jenis-jenis investasi atau sektor-sektor usaha secara cermat dan menghindari sektor usaha yang berisiko tinggi. Hal ini terkait dengan kewajiban nazhir untuk mempertahankan nilai harta benda wakaf, sehingga preferensi terhadap risiko kerugian usaha yang dapat berakibat kepada berkurangnya nilai harta benda wakaf tergolong rendah. Dalam hal ini, nazhir sebaiknya menunjuk pihak lain selaku fund manager, misalnya pihak perbankan syariah, perusahaan pengelola investasi syariah dan sebagainya. Aspek manajemen risiko dalam pengembangan wakaf produktif secara umum diatur dalam UU 41 Tahun 2004 pasal 43 ayat 3. Dinyatakan pada ayat tersebut bahwa dalam hal pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf diperlukan penjamin, maka digunakan lembaga penjamin syariah. 23 Dalam pengelolaan wakaf produktif berupa instrumen investasi, peran penjaminan diperlukan dalam upaya menjaga agar dana wakaf tidak berkurang pokoknya. Tentu saja tidak semua kerugian dapat ditanggung oleh perusahaan penjamin. Hanya kerugian-kerugian yang memenuhi syarat tertentu yang disetujui dalam akad penjaminan yang dapat diberi ganti kerugian.24
23
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf Dan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaanya, Departemen Agama, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Tahun 2007, h.22. 24
Bey Sapta Utama, http://republika.co.id:8080/berita/36559/Aspek_Menejemen_Risiko_ dalam_Pengembangan_Wakaf_Produktif , Diakses tanggal 14 juni 2010.
88
Dalam usaha memproduktifkan harta wakaf, TWI menggunakan suatu skema. Yaitu skema pengelolaan donasi wakaf dari umat, yaitu dengan memeproduktifkan donasi tersebut, hingga mampu menghasilkan surplus yang berkelanjutan. Donasi wakaf dapat berupa benda bergerak, seperti uang dan logam mulia, maupun benda tidak bergerak, seperti tanah dan bangunan. Surplus wakaf produktif inilah yang menjadi sumber dana abadi bagi pembiayaan kebutuhan umat, seperti pembiayaan pendidikan dan pelayanan kesehatan yang berkualitas. 25 Dalam pengelolaan harta wakaf produktif, pihak yang paling berperan berhasil tidaknya dalam pemanfaatan harta wakaf adalah nazhir wakaf, yaitu seorang atau sekelompok orang dan badan hukum yang diserahi tugas oleh wakif (orang yang mewakafkan harta) untuk mengelola wakaf. Walaupun dalam kitabkitab fikih ulama tidak mencantumkan nazhir wakaf sebagai salah satu rukun wakaf, karena wakaf merupakan ibadah tabbaru’ (pemberian yang bersifat sunnah). Namun demikian, setelah memperhatikan tujuan wakaf yang ingin melestarikan manfaat dari hasil harta wakaf, maka keberadaan nazhir sangat dibutuhkan, bahkan menempati peran sentral. Sebab di pundak nazhirlah tanggung jawab dan kewajiban memelihara, menjaga dan mengembangkan wakaf serta menyalurkan hasil atau manfaat dari wakif kepada sasaran wakaf. Berikut adalah laporan dari perolehan surplus Tabung Wakaf Indonesia dari beberapa sektor yang telah berhasil diproduktifkan. Peran nazhir profesional 25
Tabungwakaf.com, tanggal 4 Agusus 2010
89
sangat berpengaruh dalam perolehan surplus itu, karena jika dikelola secara profesional, maka harta wakaf itu selain akan bertambah dari segi penghimpunan juga akan memberikan hasil dari aset yang telah di produktifkan dan diinvestasikan. Laporan Perolehan Surplus Wakaf TWI s/d April 2010 26 No ASET WAKAF JUMLAH SURPLUS 1 Wakaf Saham Rp. 1.300.000,00 2 Ternak Kambing Rp. 4.972.600,00 3 Wakaf Rumah Bapak Hirawan Rp. 4.000.000,00 4 Kompontren Nusya Rp. 9.781.689,00 5 Kebun Coklat Dan Kelapa Rp. 14.175.000,00 6 Ruko Mekarsari Rp. 20.000.000,00 Jumlah Rp. 54.229.289,00 Ket: Surplus Per April 2010. Selain itu sumber dana yang juga diperoleh TWI adalah dari penerimaan wakaf per 2 Juni 2010 sebagai berikut: Wakaf tidak terikat Wakaf SMART Ekselensia Indonesia Wakaf Produktif Wakaf Rumah Cahaya Wakaf Masjid Wakaf LCK Wakaf Terpadu Wakaf Wisma Muallaf Wakaf Sarana Niaga Wakaf Peternakan Wakaf Pertanian Wakaf Perkebunan Karet Wakaf Zona Madina Wakaf sosia Wakaf Country Wood Junction Wakaf Sosial Jumlah 26
Tabungwakaf.com
Rp. 2.566.174.654 Rp. 2.550.641.615 Rp. 3.061.551.507 Rp. 57.200.000 Rp. 359.217.200 Rp. 1.616.864.600 Rp. 7.000.000 Rp. 198.700.000 Rp. 100.000 Rp. 2.400.000 Rp. 1.500.000 Rp. 600.000 Rp. 5.914.954.083 Rp.
34.337.000
RP. 17.500.000 RP. 16.388.740.659
90
Dari hasil surplus ini, TWI akan menyalurkan hasilnya untuk hal-hal yang bersifat sosial. Apakah untuk program kesehatan, pendidikan maupun program sosial lainnya. Dari harta wakaf yang telah dihimpun itu, TWI juga menginvestasikan atau memproduktifkannya ke dalam beberapa usaha lainnya, seperti yang terdapat dalam program produktif Tabung Wakaf Indonesia, yaitu: Pertama, Zamrud Waqf Foodcourt, adalah sebuah area pusat jajanan. Dengan program ini TWI ingin membuka ruang usaha bagi para pedagang kecil sekaligus mendayagunakan harta wakaf. Dimana manfaatnya adalah para pedagang kecil memperoleh ruang usaha yang strategis dan baik. Serta harta wakaf yang telah diamanahkan oleh wakif akan mendatangkan hasil atau surplus. Kedua, Depok Waqf Junction / Rumah Cahaya. Bangunan ini terdiri dari dua lantai, lantai pertama dibuat 3 buah toko yang akan disewakan. Sedangkan lantai kedua diperuntukkan bagi ruang perpustakaan dan pelatihan menulis. Hasil dari sewa toko tersebut salah satunya akan digunakan untuk pendanaan program sosial di perpustakaan yang terdapat di lantai pertama. Dan juga untuk disalurkan pada program-program sosial lainnya. Ketiga, Countrywood Waqf Junction. Adalah kawasan ekonomi terpadu dan area komersial berupa pertokoan, foodcourt, serta lahan parkir. Kawasan ini didirikan di atas tanah wakaf dari Ibu Eni Nuraeni.
91
Selain itu, TWI sebagai nazhir dan juga lembaga penghimpun sekligus pengelola wakaf, juga mengembangkan investasi pemberdayaan wakaf di sektor perkebunan karet di Lubuk Tuba Lahat Sumatra Selatan seluas 20 Hektar. Dan juga mengelola perkebunan cokelat seluas 2 Hektar untuk membiayai operasional sekolah gratis yaitu SMA 1 Mansamat di Banggai Sulawesi Tengah. Seluruh surplus atau keuntungan yang diperoleh dari program-program tesebuat nantinya akan disalurkan untuk mereka yang membutuhkan. Dan akan menjadi sedekah jariyah yang akan disaurkan sesuai dengan amanat para wakif untuk program kesehatan, pendidikan berkualitas untuk kaum dhuafa, Smart Ekselensia Indonesia dan program pemberdayaan dhuafa lainnya. Dengan demikian aset wakaf ini akan menghasilkan manfaat yang lestari dan pahala yang abadi. Peran nazhir profesional sangatlah berpengaruh terhadap penambahan aset wakaf dan juga terhadap surplus yang didapat. Seperti yang telah dijelaskan dan juga yang terdapat pada data laporan penghimpunan dana wakaf diatas, peran nazhir yang profesonal juga sangat berpengaruh terhadap penambahan aset yang diperoleh melalui bank-bank yang menjadi mitra TWI itu sendiri.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah meneliti, membahas dan menguraikan tentang bagaimana peran nazhir dan pengelolaan wakaf pada Tabung Wakaf Indonesia pada bab-bab sebelumnya, maka akhirnya penulis mendapatkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Peran nazhir profesional pada TWI sangatlah berpengaruh terhadap proses penghimpunan harta benda wakaf. Terbukti harta yang terhimpun mengalami peningkatan, yakni pada tahun 2005 dana yang terhimpun sebesar Rp. 517.059.594, tahun 2006 sebesar Rp. 1.036.593.691, tahun 2007 sebesar Rp. 1.178.316.674, tahun 2008 sebesar Rp. 2.024.290.436, dan tahun 2009 sebesar Rp. 1.296.952.980 (mengalami penurunan dari tahun 2008). Sehingga total keseluruhan sebesar Rp. 6.053.213.375. 2. Peran nazhir profesional dalam proses penambahan aset wakaf sangat berpengaruh. Terbukti surplus yang diperoleh dari hasil investasi dan usaha s/d April 2010 sebesar Rp. 54.229.289 ditambah dengan penerimaan wakaf per 2 Juni 2010 sebesar Rp. 16.338.740.659. Jadi, total keseluruhan adalah Rp. 16.392.969.948.
92
B. Saran 1. Teruslah mensosialisasikan program wakaf produktifnya kepada masyarakat di daerah, dan mencipta image bahwa wakaf merupakan salah satu instrumen yang berpotensi membangkitkan ekonomi umat Islam di daerah. 2. Membuat
mitra-mitra
daerah
yang
berbasis
sosial-ekonomi
untuk
menghimpun dana wakaf di daerah dan mendistribusikannya ke daerah-daerah tertinggal demi tercipta keadilan sosial ekonomi yang merata dan manfaat wakaf dapar terasa di daerah. Dan TWI menjadi lembaga yang mengembangkan dan membangun potensi lokal daearah-daerah tertinggal. 3. Memperluas program produktif TWI pada sektor real investment untuk investasi-investasi yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah misalnya, investasi mudharabah, investasi musyarakah, investasi ijarah dan investasi murabahah. Agar memaksimalkan hasil wakaf.
93
94
DAFTAR PUSTAKA
Al Qur’an Karim dan terjemahannya Ali , Muhammad Daud. Sistem Ekonomi Islam Zakat Dan Wakaf, UI Press, Jakarta: 2006 Brosur Tabung Wakaf Indonesia, Terdapat Juga Dalam Website Tabungwakaf.com Dompet Dhuafa Republika, Profil Tabung Wakaf Indonesia, Jakarta : Tabung Wakaf Indonesia, 2006 Departemen Agama RI, Panduan Pemberdayaan Tanah Wakaf Produktif Strategis di Indonesia, Direktorat Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam 2008. Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai, Direktorat Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam 2008. Fiqih Wakaf, Direktorat Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam 2006. Strategi Pengembangan Wakaf Tunai Di Indonesia, Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam 2006. Paradigma Baru Wakaf di Indonesia, Dirjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji 2004. Bunga Rampai Perwakafan, Pedoman Pengelolaan Dan Pengembangan Wakaf, Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Wakaf 2006. Pedoman Pengelolaan Dan Pengembangan Wakaf, Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Wakaf 2006.
95
Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji Jakarta Perkembangan Pengelolaan Wakaf di Indonesia, 2006 Halim, Abdul. Hukum Perwakafan di Indonesia, , Ciputat: Ciputat Press 2005 Hasanah, Uswatun. Wakaf Untuk Kesejahteraan Umat, http://republika.co.id:8080/berita/52971/wakaf_untuk_kesejahteraan_umat. Irmansyah,http://www.facebook.com/topic.php?uid=73681087334&topic=15686, Manajemen Fundraising Dalam Penghimpunan Dana Wakaf, Pusat Pengembangan Wakaf Daarut Tauhiid, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Balai Pustaka, 1988 Majalah Wakaf Tabung Wakaf Indonesia Edisi 05, Tahun III, 1431 H. Maleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2000, cet. Ke-11 Nafis, HM. Cholis, Menggagas Nazhir Wakaf Yang Profesinal, AntarNews.com, Diakses Tanggal 10 Agustus 2010 Nasution, Mustafa Edwin dan Uswatun Hasanah, Wakaf Tunai; Inovasi Financial Islam, Peluang Dan Tantangan Dalam Mewujudkan Kesejahteraan Umat, Jakarta: PSTTI-UI, 2006 Nasution, Mustafa Edwin Jakarta:Kencana, 2007
Dkk,
Pengenalan
Ekslusif
Ekonomi
Islam,
Profil Badan Wakaf Indonesia periode 2007-2010 Badan Wakaf Indonesia 2008 Qahaf, Mundzir. Manajemen Wakaf Produktif, Penerjemah : Muhyiddin Mas Rida, Jakarta: Khalifa, 2005 Republika Online, Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf Produktif, Sabiq, Sayyid, Fikih Sunnah, Jakarta: Pena Pundi Aksara, Jilid 4 Cet. Pertama Mei 2006.
96
Seroza, Candra Boy, Wakaf Dalam Pandangan Ulama Fikih Dan Peraturan Perundang-Undangan Di Indonesia, dari http://one.indoskripsi.com Siregar, Mulya E. Peran Nazhir Dalam Implementasi Wakaf Uang, Makalah disampaikan pada seminar tanggal 28 Oktober 2009 di Jakarta. Sukirno, Sadono. Pengantar Teori Mikro Ekonomi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 1997, cet ke-7 Sholahuddin, Muhammad dan Lukman Hakim, Lembaga Ekonomi Dan Keuangan Syariah Kontemporer, Universitas Muhammadiyyah Surakarta, Surakarta: 2008 Tabung Wakaf Indonesia Dompet Dhuafa Republika, Jembatan itu Bernama Wakaf, Jakarta : TWI, 2006 Undang-Undang Nomor 41 Tentang Wakaf Dan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaanya, Departemen Agama Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Tahun 2007. Usman, Suparman, Hukum Perwakafan Di Indonesia, Jakarta: Darul Ulum Press, 1999. Utama, Bey Sapta, dari http://republika.co.id:808/berita/36559/Aspek_Menejemen_ Risiko_dalam_Pengembangan_Wakaf_Produktif. Wadjdy, Farid dan Mursyid, Wakaf dan Kesejahteraan Umat, Filantropi islam yang Hampir Terlupakan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta: 2007 Wawancara Pribadi dengan Ibu Fadilannisa, Jakarta 2 Agustus 2010 http://one.indoskripsi.com http://hendrakholid.net/blog/2010/03/16. www.forumzakat.org www.tabungwakaf.com www.pkesinteraktif.com
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 24 September 2010
Sadar Rukmana