Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, KKP
KATA PENGANTAR
Sebagai upaya dalam mendukung percepatan pembangunan perikanan budidaya yang berdaya saing dan berkelanjutan, Direktorat Produksi Perikanan Budidaya sebagai direktorat teknis telah melakukan beberapa langkah kebijakan strategis yang ditetapkan sebagai Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Tahun 2013. Dimana dalam pelaksanaan pencapaian kinerja kegiatan tentunya
tidak luput dari dinamika
permasalahan yang dihadapi. Sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan dan pencapaian tingkat kinerja serta sebagai sarana evaluasi atas pencapaian kinerja Direktorat Produksi, maka disusun Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013. Laporan ini mencakup uraian indikator kinerja beserta capaiannya dari seluruh rangkaian kegiatan yang telah dilaksanakan dalam rangka pencapaian indikator yang telah ditetapkan. Semoga laporan ini bermanfaat dan berguna untuk menunjang pembangunan perikanan budidaya di masa mendatang.
Jakarta, Januari 2014 Direktur Produksi Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya
Ir. Coco Kokarkin Soetrisno, M.Sc NIP. 19610926 198603 1 002
i 1. i
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, KKP
DAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR ....................................................................................................
ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................
iii
DAFTAR TABEL ..........................................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................
v
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................................
vi
I
PENDAHULUAN .............................................................................................
1
II
PROGRAM KERJA DAN ANGGARAN …………………………………………………………..
3
2.1. Visi ...............................................................................................
3
2.2. Misi ...............................................................................................
4
2.3. Tujuan ...........................................................................................
4
2.4. Sasaran Strategis ...................................................................................
4
2.5. Program Kerja dan Kebijakan ................................................................
5
2.6. Anggaran ..............................................................................................
8
PELAKSANA ANGGARAN ..............................................................................
9
3.1. Realisasi Anggaran .................................................................................
9
CAPAIAN KINERJA PEMBANGUNAN TAHUN 2013 ........................................
10
4.1. Pencapaian Indikator Kinerja Utama .....................................................
10
4.2. Pengembangan Sistem Produksi ...........................................................
26
4.2.1. Unit Pembudidayaan Ikan Tersertifikasi .......................................
27
4.2.2. Pakan Ikan Terdaftar ....................................................................
30
4.2.3. Luas Lahan Minapadi ....................................................................
31
III
IV
ii 1. ii
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, KKP
V
VI
4.2.4. Produksi Ikan Hias .........................................................................
33
4.2.5. Pokdakan yang Menerapkan Teknologi Anjuran ..........................
33
4.2.6. Statistik Perikanan Budidaya .........................................................
35
4.2.7. Rancangan Standar Nasional Indonesia-3 .....................................
36
PERMASALAHAN ...........................................................................................
38
5.1. Permasalahan ........................................................................................
38
5.2. Rencana Aksi ..........................................................................................
40
PENUTUP ......................................................................................................
42
iii 1. iii
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, KKP
DAFTAR TABEL Hal Tabel 1
Sasaran Peningkatan Produksi Perikanan Budidaya Menurut Komoditas Utama, 2009 - 2014 ..........................................................
1
Tabel 2
Target dan Capaian Produksi Perikanan Budidaya Berdasarkan Jenis Budidaya, Tahun 2010 - 2014 …………………………………………………………
10
Tabel 3
Target dan Capaian Volume Produksi Perikanan Budidaya Menurut Komoditas Utama, 2010 - 2014 ………………………………………………………
11
Tabel 4
Jumlah Capaian Unit Pembudidayaan Ikan yang Disertifikasi Tahun 2010 - 2013 (Unit) …………………………………………………………………………
28
Tabel 5
Jumlah Penilian Sertifiksi CBIB berdasarkan Jenis Usaha Tahun 2010 - 2013 …………………………………………………………………………………… Realisasi Capaian Kinerja Sertifikasi CBIB Menurut Provinsi, 2013 - 2014 (Unit) ………………………………………………………………………….. Perkembangan Pakan Ikan Terdafta, Tahun 2006 - 2013 ………………..
Tabel 6 Tabel 7
28 29 31
Tabel 8
Perkembangan Target dan Realisasi Produksi Perikanan Budidaya Ikan Hias Tahun 200 - 2013 ……………………….……………………………………
33
Tabel 9
Jumlah Kelompok yang Menerapkan Teknologi Anjuran Perikanan Budidaya Tahun 2010 – 2013 (kelompok) ………………………………………
34
Tabel 10
Target dan Realisasi Kinerja Penerbitan Buku Statistik Perikanan Budidaya Tahun 2011 dan Tahun 2012 …………………………..………………
35
Tabel 11
RSNI-3 Bidang Produksi Perikanan Budidaya …………………………………..
36
iv 1. iv
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, KKP
DAFTAR GAMBAR Hal
Gambar 1
Capaian Realisasi Anggaran Direktorat Produksi …………….……………
9
Gambar 2
Trend Capaian Produksi Perikanan Budidaya …………………….…………
11
Gambar 3
Trend capaian Produksi Udang …………………………………………………….
13
Gambar 4
Trend Capaian Produksi Kerapu …………………………………………..………
14
Gambar 5
Trend Capaian Produksi Kakap ………………………………………….…………
16
Gambar 6
Trend Capaian Produksi Bandeng ……………………………………..…………
18
Gambar 7
Trend Capaian Produksi Patin ………………………………………………………
19
Gambar 8
Trend Capaian Produksi Nila ………………………………………………………
20
Gambar 9
Trend Capaian Produksi Nila ………………………………………………………
22
Gambar 10
Trend Capaian Produksi Lele ………………………………………………………
23
Gambar 11
Trend Capaian Produksi Gurame …………………………………………………
24
Gambar 12
Trend Capaian Produksi Rumput laut …………………………………………
26
Gambar 13
Trend Capaian Sertifikasi CBIB ……………………………………………………
28
Gambar 14
Rapat Teknis RSNI-2 ……………………………………………………………………
36
v 1. v
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, KKP
BAB I PENDAHULUAN
Program peningkatan produksi perikanan budidaya, yang merupakan penjabaran dari Visi dan Misi pembangunan perikanan budidaya, dengan sasaran (outcomes) yang ingin dicapai adalah meningkatnya produksi, produktivitas dan mutu hasil perikanan budidaya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi ikan dalam negeri dan ekspor, serta menyerap tenaga kerja. Pengembangan perikanan budidaya yang berdaya saing diwujudkan melalui pengembangan suatu sistem pembudidayaan terpadu (farming system) dan berkelanjutan, di mana masingmasing sub sistem di dalamnya harus secara konsisten menerapkan sistem manajemen mutu terpadu, sehingga mampu menghasilkan produk perikanan budidaya yang berkualitas dan efisien sehingga memiliki daya saing, baik di pasar domestik maupun internasional. Kemampuan daya saing produk perikanan budidaya untuk menembus pasar dan efisiensi yang mampu dicapai dalam sistem usaha perikanan budidaya tersebut pada gilirannya akan mampu meningkatkan pendapatan, kesejahteraan masyarakat pembudidaya ikan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Dalam kaitan ini, peran UPT Balai Besar, Balai dan Loka Budidaya akan terus dioptimalkan dalam rangka membangun daya saing produk perikanan budidaya melalui penciptaan dan peningkatan penguasaan inovasi teknologi budidaya terapan skala rakyat yang efisien, serta penciptaan komoditas unggulan nasional dan unggulan lokal yang cepat tumbuh secara efisien dan tahan penyakit. Sistem usaha perikanan budidaya juga harus diletakan dengan mempertimbangkan untuk daya dukung lahan serta memperhatikan kelestarian sumberdaya dan lingkungan hidup, sehingga usaha perikanan budidaya yang dikembangkan dapat dilaksanakan secara berkesinambungan, sejalan dengan Tata laksana Perikanan yang bertanggung jawab (Code of Conduct for Responsible Fisheries). Dalam kaitan ini, peran aparat pembina di lapangan, petugas penyuluh dan petugas pengawas perikanan budidaya akan lebih dioptimalkan untuk dapat membina, memantau dan mengendalikan cara-cara pelaksanaan kegiatan perikanan budidaya agar secara konsisten menerapkan standar pembudidayaan ikan yang berwawasan 1
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, KKP lingkungan dan memperhatikan kelestarian ekosistem penyangga kawasan budidaya. Pencapaian produksi perikanan budidaya berkeadilan harus diwujudkan dalam kerangka sistem usaha perikanan budidaya yang mampu mensejahterakan masyarakat pelaku usaha secara adil, baik dalam kepemilikan/pemanfaatan sumberdaya dan kesempatan berusaha antar pelaku usaha skala kecil, menengah dan besar, dan antar segmen usaha mulai dari hulu sampai hilir. Dalam kaitan ini, keberpihakan dan perlindungan secara lebih memadai akan diberikan kepada usaha skala kecil dan menengah, utamanya dalam kemudahan memperoleh modal usaha melalui skim kredit khusus, pengelolaan lingkungan kawasan usaha perikanan budidaya, serta dalam memperoleh sarana produksi dan dalam pemasaran hasil, utamanya dalam upaya menembus pasar ekspor. Untuk itu, proses perizinan usaha perikanan budidaya harus dapat difungsikan sebagai sarana pengaturan pengelolaan sumberdaya lahan budidaya dan perdagangan produk perikanan budidaya secara konsisten memperhatikan prinsip keadilan. Laporan Tahunan Direktorat Produksi merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Direktorat Produksi dalam pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan yang dilaksanakan berdasarkan Renstra maupun rencana kerja (RKT) Tahun 2013 yang dibuat sebelumnya. Disamping itu juga merupakan sarana untuk menilai dan mengevaluasi pencapaian kinerja berdasarkan indikator sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
2
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, KKP
BAB II PROGRAM KERJA DAN ANGGARAN
Dengan berlandaskan pemahaman dan penelaahan terhadap peluang dan potensi pengembangan perikanan budidaya di masa yang akan datang, maka Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya menetapkan Visi, Misi dan Tujuan pengembangan perikanan budidaya sebagai berikut : 2.1. Visi Dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Tahun 2010-2014 yang telah disesuaikan, Kementerian Kelautan dan Perikanan menetapkan Visi “Pembangunan Kelautan dan Perikanan yang Berdaya Saing dan Berkelanjutan untuk Kesejahteraan Masyarakat”. Dalam upaya mengintegrasikan dengan pembangunan kelautan dan perikanan serta berlandaskan pemahaman dan penelaahan terhadap peluang dan potensi, serta permasalahan pengembangan perikanan budidaya di masa yang akan datang, maka Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya melakukan penyesuaian Visi yaitu “Pembangunan Perikanan budidaya yang Berdaya Saing dan Berkelanjutan untuk Kesejahteraan Masyarakat”. Melalui visi tersebut, diharapkan dapat terwujud pengelolaan sumberdaya perikanan budidaya yang dapat memberikan nilai tambah pada produk perikanan budidaya sehingga memiliki daya saing tinggi dengan tetap melakukan pengelolaan sumberdaya alam secara berkelanjutan, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan pada masyarakat. Dengan pembangunan perikanan budidaya yang berdaya saing, ingin diwujudkan usaha perikanan budidaya dalam bentuk sistem yang terpadu, dimana masing-masing sub sistem didalamnya secara konsisten mampu menghasilkan produk perikanan budidaya yang berkualitas, efisien, serta memiliki daya saing baik di pasar domestik maupun internasional. Sistem usaha perikanan budidaya yang efisien akan mampu menghasilkan produk yang berdaya saing mampu menembus pasar yang pada gilirannya akan mampu meningkatkan pendapatan, kesejahteraan masyarakat pembudidaya ikan dan sekaligus pengurangi 3
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, KKP kemiskinan (pro-poor), peningkatan penyerapan tenaga kerja (pro-job), peningkatan pertumbuhan ekonomi (pro-growth). Dengan pembangunan perikanan budidaya yang berkelanjutan, ingin diwujudkan sistem usaha perikanan budidaya yang memiliki komitmen kuat untuk memperhatikan daya dukung lahan serta memperhatikan kelestarian sumberdaya dan lingkungan hidup (proenvironment), sehingga usaha perikanan budidaya yang dikembangkan dapat dilaksanakan secara berkesinambungan dan bertanggungjawab. 2.2. Misi Dalam rangka mewujudkan visi di atas, maka ditetapkan misi pembangunan perikanan budidaya yaitu “Mengoptimalkan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Budidaya secara Efisien dan Berwawasan Lingkungan” 2.3. Tujuan Ditjen Perikanan Budidaya sesuai dengan visi dan misinya menetapkan tujuan pokok dalam pembangunan perikanan budidaya yaitu “Meningkatnya produksi dan mutu hasil perikanan budidaya melalui pengelolaan sumberdaya perikanan budidaya secara berkelanjutan” 2.4. Sasaran Strategis Untuk keperluan pengukuran ketercapaian tujuan strategis pembangunan perikanan budidaya diperlukan sejumlah sasaran strategis yang menggambarkan kondisi yang harus dicapai pada Tahun 2014. Sasaran strategis tersebut adalah Meningkatnya Produksi Perikanan Budidaya pada Tahun 2014. Produksi perikanan budidaya difokuskan pada komoditas unggulan yang mudah dibudidayakan secara massal dengan teknologi sederhana dan prospek pasar yang jelas. Komoditas utama yang menjadi fokus pada sasaran produksi budidaya Tahun 2010 – 2014 adalah Rumput laut, Patin, Lele, Nila, Bandeng, Udang (Windu dan Vanname), Ikan Mas, Gurame, Kakap, Kerapu serta produk ikan lainnya.
4
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, KKP 2.5. Program Kerja dan Kebijakan Pembangunan Perikanan Budidaya pada Tahun 2013 difokuskan kepada program yang diarahkan kepada pencapaian indikator kinerja utama yaitu meningkatnya produksi perikanan budidaya dengan volume produksi perikanan budidaya sebanyak 11.632.122 ton (target revisi) dengan rincian sebagai berikut : a)
Produksi Perikanan Budidaya Air Tawar sebanyak 3.354.668 ton;
b)
Produksi Perikanan Budidaya Air Payau sebanyak 1.440.781 ton; dan
c)
Produksi Perikanan Budidaya Laut sebanyak 6.836.673 ton. Tabel 1. Sasaran Peningkatan Produksi Perikanan Budidaya Menurut Komoditas Utama, 2009 - 2014 Satuan : Ton 2010
No KOMODITAS
TARGET (TON)
Total 5,376,200 1 Udang 400,300 2 Rumput Laut 2,672,800 3 Nila 491,800 4 Patin 225,000 5 Lele 270,600 6 Mas 267,100 7 Gurame 40,300 8 Kakap 5,000 9 Kerapu 7,000 10 Bandeng 349,600 11 Lainnya 646,700 *): Angka Sementara
2011
CAPAIAN (TON) 6,277,923 380,972 3,915,017 464,191 147,888 242,811 282,695 56,889 5,738 10,398 421,757 349,567
TARGET (TON) 6,847,500 460,000 3,504,200 639,300 383,000 366,000 280,400 42,300 5,500 9,000 419,000 738,800
CAPAIAN (TON) 7,928,963 372,577 5,170,201 567,078 229,267 337,577 332,206 64,252 5,236 10,580 467,449 372,540
2012 TARGET (TON) 9,415,700 529,000 5,100,000 850,000 651,000 495,000 300,000 44,400 6,500 11,000 503,400 925,400
2013*
CAPAIAN (TON) 9,675,533 415,703 6,514,854 695,063 347,000 441,217 374,366 84,681 6,198 11,950 518,939 265,561
TARGET REVISI (TON) 11,632,122 608,000 6,500,000 1,200,000 750,000 700,000 500,000 125,000 7,000 11,000 700,000 531,122
CAPAIAN (TON) 13,703,369 619,400 8,181,654 1,110,810 972,778 758,455 340,863 86,773 7,504 14,400 667,116 943,616
2014 %
TARGET
117.81 101.88 125.87 92.57 129.70 108.35 68.17 69.42 107.20 130.91 95.30 177.66
13,927,946 699,000 7,800,000 1,440,000 900,000 840,000 600,000 150,000 8,400 13,200 840,000 637,346
Dalam upaya mewujudkan pencapaian program pembangunan perikanan budidaya, telah ditetapkan arah kebijakan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Tahun 2013 - 2014 adalah sebagai berikut : a. Terpenuhinya kebutuhan pakan yang teregistrasi dalam rangka penerapan teknologi, unit usaha budidaya yang tersertifikasi dan tersedianya data statistik perikanan budidaya yang akurat dan mutakhir. b. Terpenuhinya kebutuhan benih untuk produksi dan pasar dengan mutu terjamin. c. Terpenuhinya kebutuhan lahan budidaya yang sehat dan menghasilkan produk perikanan budidaya yang aman dikonsumsi.
5
KENAIKAN RATA -RATA 2010 - 2013 (%) 29.99 19.46 27.88 34.85 95.57 47.21 7.09 15.74 10.23 11.73 16.80 77.73
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, KKP d. Terpenuhinya kebutuhan modal kerja guna berkembangnya usaha perikanan budidaya yang mandiri. e. Tersedianya lahan kawasan perikanan budidaya yang memiliki prasarana dan sarana yang memadai. f. Pengawalan dan pendampingan teknologi dalam rangka pengembangan kawasan perikanan budidaya. g. Pengelolaan keuangan dan aset Satker lingkup DJPB menuju KKP dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian dan penataan organisasi. Selanjutnya, strategi yang akan dilakukan untuk melaksanakan arah kebijakan sebagaimana tersebut di atas adalah melalui : 1. Pengembangan Kawasan Minapolitan Minapolitan merupakan suatu konsepsi pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan berbasis kawasan yang berdasarkan prinsip-prinsip integrasi, efisiensi, berkualitas dan percepatan (akselerasi).
Pengembangan
kawasan
minapolitan
perikanan
budidaya
merupakan upaya percepatan pembangunan perikanan budidaya di sentra-sentra produksi perikanan budidaya yang memiliki potensi untuk dikembangkan. Pengembangan kawasan minapolitan perikanan budidaya bertujuan untuk : (i) Meningkatkan volume produksi, produktivitas usaha, dan meningkatkan kualitas produk perikanan budidaya; (ii) Meningkatkan pendapatan pembudidaya dan masyarakat terkait lainnya; dan (iii) Mengembangkan kawasan minapolitan perikanan budidaya sebagai pusat pertumbuhan ekonomi di daerah. Adapun sasaran strategi pengembangan kawasan minapolitan perikanan budidaya adalah menjadikan lahan - lahan budidaya potensial sebagai sentra produksi perikanan dengan tingkat produksi, produktivitas, dan kualitas tinggi melalui sistem intensifikasi dan ekstensifikasi.
2. Pengembangan Komoditas Unggulan Pengembangan komoditas unggulan ditetapkan untuk lebih memacu kegiatan perikanan budidaya untuk sepuluh komoditas yang telah ditetapkan sebagai komoditas unggulan yang memiliki kriteria: (i) Bernilai ekonomis tinggi; (ii) Teknologi budidaya yang dapat diterapkan 6
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, KKP dan telah tersedia; (iii) Permintaan pasar yang tinggi baik lokal maupun luar negeri; dan (iv) Dapat dibudidayakan dan dikembangkan secara massal. Sepuluh komoditas budidaya unggulan tersebut adalah: (1) Udang; (2) Rumput laut; (3) Nila; (4) Lele; (5) Patin; (6) Gurame; (7) Kerapu; (8) Kakap; (9) Bandeng; dan (10) Ikan lainnya. Disamping sepuluh komoditas unggulan tersebut, pengembangan komoditas lainnya yang potensial dan spesifik daerah tetap dikembangkan baik dalam rangka meningkatkan penerimaan devisa negara, pemenuhan konsumsi di dalam negeri, peningkatan pendapatan masyarakat, maupun untuk pelestarian jenis - jenis ikan lokal yang cenderung akan mengalami kepunahan. 3. Pemberdayaan dan Wirausaha Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan atau meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraannya. Pemberdayaan masyarakat memerlukan keterlibatan yang besar dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang dicapai. PNPM Mandiri KP untuk bidang perikanan budidaya dilaksanakan melalui kegiatan Pengembangan Usaha Mina Pedesaan (PUMP) Perikanan Budidaya yakni pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan melalui fasilitasi bantuan pengembangan usaha yang diperuntukan bagi pembudidaya ikan yang tergabung dalam kelompok pembudidaya ikan (Pokdakan). Tujuan PUMP Perikanan Budidaya adalah meningkatkan kemampuan usaha produksi perikanan budidaya, penyerapan tenaga kerja, pendapatan dan kesejahteraan, menumbuhkan wirausaha dan memperkuat kelembagaan pokdakan serta meningkatkan kualitas lingkungan pembudidayaan. 4. Industrialisasi Perikanan Budidaya Berbasis Blue Economy Kementerian Kelautan dan Perikanan mencanangkan industrialisasi kelautan dan perikanan sebagai salah satu strategi pembangunan kelautan dan perikanan yang dimulai pada Tahun 2012. Industrialisasi kelautan dan perikanan adalah integrasi sistem produksi hulu dan hilir untuk meningkatkan skala dan kualitas produksi, produktivitas, daya saing, dan nilai tambah sumberdaya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan. Tujuan industrialisasi kelautan dan perikanan terwujudnya percepatan pendapatan pelaku usaha kelautan dan perikanan. Sasaran yang ingin dicapai melalui industrialisasi kelautan dan perikanan adalah 7
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, KKP meningkatnya skala dan kualitas produksi, produktivitas, daya saing, dan nilai tambah sumberdaya kelautan dan perikanan. Pengembangan industrialisasi perikanan budidaya dilakukan dengan pendekatan Blue Economy yang dilandasi dengan prinsip-prinsip: a) Terintegrasi, yaitu integrasi ekonomi dan lingkungan, jenis investasi dan sistem produksi; b) Berbasis kawasan, yaitu berbasis pengembangan kawasan ekonomi potensial; c) Sistem produksi bersih, yaitu sistem produksi efisien, hemat bahan baku, bebas pencemaran dan tidak merusak lingkungan; d) Investasi kreatif dan inovatif, yaitu penanaman modal dan bisnis dengan model blue economy; e) Berkelanjutan, yaitu keseimbangan antara pemanfaatan sumber daya alam dan pelestarian lingkungan. 2.6. Anggaran Guna mendukung rencana kinerja tersebut, Ditjen Perikanan Budidaya mengalokasikan anggarannya yang berjumlah Rp. 17.399.185.000,- yang didistribusikan berdasarkan kegiatan untuk mendukung pencapaian Indikator Kinerja Kegiatan, sebagai berikut : a. Jumlah RSNI-3 yang disusun sebesar Rp. 879.804.000,b. Jumlah Pembudidaya yang Menerapkan Teknologi Anjuran Rp. 6.195.213.000,c. Jumlah Unit Pembudidayaan Ikan Tersertifikasi dan Memenuhi Standar Rp. 2.681.489.000,d. Jumlah Pakan Ikan Terdaftar Rp. 2.156.743.000,e. Jumlah Dokumen Statistik Perikanan Budidaya yang diterbitkan Rp. 3.812.575.000,f. Layanan Perkantoran Rp. 1.473.361.000,g. Perangkat pengolah data dan komunikasi Rp. 170.000.000,h. Peralatan dan fasilitas perkantoran Rp. 30.000.000,
8
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, KKP
BAB III PELAKSANAAN ANGGGARAN
3.1. Realisasi Anggaran Dari total alokasi anggaran Tahun 2013 sebesar Rp. 17.399.185.000, -(tujuh belas milyar tiga ratus sembilan puluh sembilan juta seratus delapan puluh lima ribu rupiah) dalam mendukung kegiatan dan program kerja Direktorat Produksi sebagai upaya pencapaian indikator kinerja kegiatan, sampai dengan akhir Tahun 2013 capaian realisasi anggaran mencapai Rp.16.847.830.350,- (enam belas milyar delapan ratus empat puluh tujuh juta delapan ratus tiga puluh ribu tiga ratus lima puluh rupiah) atau sebesar 96,83% dari pagu yang ditetapkan.
Gambar 1. Capaian Realisasi Anggaran Direktorat Produksi
9
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, KKP
BAB IV CAPAIAN KINERJA PEMBANGUNAN TAHUN 2013
4.1. Pencapaian Indikator Kinerja Utama Pembangunan Perikanan Budidaya pada Tahun 2013 difokuskan kepada program yang diarahkan kepada pencapaian indikator kinerja utama, sebagaimana yang telah ditetapkan yaitu meningkatkan produksi perikanan budidaya sebesar 11.632.122 ton (target revisi). Capaian sementara Jumlah Produksi Perikanan Budidaya Tahun 2013 yaitu 13.703.369 ton atau (117,81%) dari target yang ditetapkan sebesar 11.632.122 ton. Angka tersebut terbagi dalam produksi budidaya air tawar, payau dan laut dengan rincian sebagaimana pada Tabel 3 dibawah. Tabel 2. Target dan Capaian Produksi Perikanan Budidaya Berdasarkan Jenis Budidaya, Tahun 2010 - 2014 Satuan: Ton 2010 Indikator Kinerja Volume perikanan budidaya (Ton)
Target
2011
Capaian
Target
2012
Capaian
Target
2013*
Capaian
Target
Capaian
Target 2014
%
Kenaikan Rata-rata 2010 - 2013 (%)
5,376,200
6,277,923
6,847,500
7,928,963
9,415,700
9,675,532
11,632,122
13,703,369
117.81
13,927,947
29.99
- Produksi budidaya air tawar (Ton)
1,391,805
1,246,909
1,821,820
1,586,261
2,479,210
1,982,161
3,354,668
3,630,406
108.22
4,025,602
45.11
- Produksi budidaya air payau (Ton)
911,575
890,121
1,063,700
933,161
1,263,750
1,001,032
1,440,781
2,323,626
161.28
8,204,008
48.08
3,072,820
4,140,893
3,961,980
5,409,541
5,672,740
6,692,339
6,836,673
7,749,337
113.35
1,698,337
23.38
- Produksi budidaya laut (Ton) *): Angka Sementara
Selama empat Tahun pelaksanaan Renstra DJPB yaitu Tahun 2010 - Tahun 2013, produksi perikanan budidaya memperlihatkan trend yang positif yaitu mengalami peningkatan dengan kenaikan rata - rata perTahun mencapai 29,99%. Dari angka tersebut, realisasi pencapaian produksi terbesar yaitu pada jenis budidaya air payau dengan rata - rata kenaikan per Tahun sebesar 48,08%, disusul oleh budidaya air tawar dengan rata - rata kenaikan per Tahun sebesar 45,11% dan budidaya air laut dengan rata - rata kenaikan per Tahun sebesar 23,38%. Terkait dengan prediksi capaian target pada Tahun terakhir renstra 2014, dengan melihat trend kinerja positif capaian produksi terhadap target pada 4 (empat) Tahun terakhir (Tahun 2010 - Tahun 2013), maka capaian IKU ini diprediksi akan tercapai. Adapun trend capaian volume dan nilai produksi perikanan budidaya per jenis komoditas pada 4 (empat) Tahun terakhir (2010 – 2013) sebagaimana pada Tabel 3 di bawah ini. 10
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, KKP Tabel 3. Target dan Capaian Volume Produksi Perikanan Budidaya Menurut Komoditas Utama, 2010 - 2014 Satuan : Ton
2010 No Komoditas
2011
Capaian (Ton)
Total 1 Udang
5,376,200
6,277,923
116.77
6,847,500
7,928,963
115.80
9,415,700
9,675,533
400,300
380,972
95.17
460,000
372,577
81.00
529,000
415,703
78.58
608,000
2 Rumput Laut
2,672,800
3,915,017
146.48
3,504,200
5,170,201
147.50
5,100,000
6,514,854
127.74
3 Nila
491,800
464,191
94.39
639,300
567,078
88.70
850,000
695,063
4 Patin
225,000
147,888
65.73
383,000
229,267
59.90
651,000
5 Lele
270,600
242,811
89.73
366,000
337,577
92.20
6 Mas
267,100
282,695
105.84
280,400
332,206
40,300
56,889
141.16
42,300
64,252
7 Gurame
Capaian (Ton)
Capaian (Ton)
Kenaikan Rata-rata 2010 2013 (%)
%
Target (Ton)
13,703,369
117.81
13,927,946
29.99
619,400
101.88
699,000
19.46
6,500,000
8,181,654
125.87
7,800,000
27.88
81.77
1,200,000
1,110,810
92.57
1,440,000
34.85
347,000
53.3
750,000
972,778
129.70
900,000
95.57
495,000
441,217
89.13
700,000
758,455
108.35
840,000
47.21
118.50
300,000
374,366
124.79
500,000
340,863
68.17
600,000
7.09
151.90
44,400
84,681
190.72
125,000
86,773
69.42
150,000
15.74
%
Target Revisi (Ton)
2014
Capaian (Ton)
%
Target (Ton)
2013*
Target (Ton)
%
Target (Ton)
2012
102.76 11,632,122
8 Kakap
5,000
5,738
114.76
5,500
5,236
95.20
6,500
6,198
95.36
7,000
7,504
107.20
8,400
10.23
9 Kerapu
7,000
10,398
148.54
9,000
10,580
117.60
11,000
11,950
108.64
11,000
14,400
130.91
13,200
11.73
10 Bandeng
349,600
421,757
120.64
419,000
467,449
111.60
503,400
518,939
103.09
700,000
667,116
95.30
840,000
16.80
11 Lainnya
646,700
349,567
54.05
738,800
372,540
50.40
925,400
265,561
28.7
531,122
943,616
177.66
637,346
77.73
*): Angka Sementara
Gambar 2. Trend Capaian Produksi Perikanan Budidaya
Jika dikaitkan dengan perbandingan total produksi perikanan budidaya Indonesia terhadap total produksi perikanan budidaya dunia, menunjukkan bahwa pada Tahun 2011, Indonesia menempati urutan ke-2 (dua) terbesar sebagai penghasil produk perikanan budidaya dengan memberikan share sekitar 9,5% terhadap total produksi perikanan budidaya dunia di bawah dominasi China yang menguasai share mencapai 65%. (sumber : Fishstat FAO, Maret 2013). Capaian volume dan nilai produksi untuk setiap komoditas unggulan perikanan budidaya dapat dijelaskan sebagai berikut :
11
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, KKP a.
Udang Dilihat dari trend Tahunan yakni Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2013, perkembangan produksi udang nasional mengalami kenaikan rata-rata sebesar 19,46%. Namun demikian, Berdasarkan trend capaian terhadap target Tahunan selama kurun waktu Tahun 2010 – Tahun 2012, capaian produksi udang nasional masih dibawah target Tahunan dengan rata-rata pencapaian sebesar 89,6%. Sedangkan pada Tahun 2013 capaian produksi udang mampu melampaui target Tahunan sebesar 101,88%. Jika dikaitkan total produksi udang nasional terhadap total produksi udang dunia, menunjukkan bahwa pada Tahun 2011, Indonesia menempati urutan ke-4 (empat) terbesar sebagai penghasil produk udang dengan memberikan share sekitar 9,1% terhadap total produksi udang dunia. Posisi Indonesia tersebut masih jauh di bawah China yang memberikan share sebesar 43,6%, disusul Thailand sebesar 12,1% dan Vietnam sebesar 11,5%. (sumber : Fishstat FAO, Maret 2013). Tidak tercapainnya target produksi udang pada kurun waktu Tahun 2010 – Tahun 2012 tersebut disebabkan oleh masih mewabahnya serangan penyakit yaitu WSSV, TSV, IMNV dan IHHNV disamping terjadinya degradasi lahan (penurunan daya dukung lahan) pada beberapa kawasan, hal ini secara langsung berdampak pada kekhawatiran pembudidaya
untuk
kembali
berbudidaya
udang.
Kedua
masalah
tersebut
menyebabkan munculnya tambak - tambak idle (tidak operasional) di beberapa daerah. Program industrialisasi udang melalui revitalisasi tambak baru dimulai pada akhir 2012 sehingga dampaknya belum bisa dirasakan pada Tahun tersebut. Sedangkan tercapaianya target volume pada Tahun 2013 didorong oleh beberapa kebijakan strategis yang dilakukan Ditjen Perikanan Budidaya. Kebijakan revitalisasi tambak melalui pengembangan demfarm di beberapa daerah pada kenyataannya telah secara nyata mampu membangkitkan kembali animo masyarakat untuk terjun berbudidaya udang. Disisi lain, Melemahnya nilai rupiah terhadap dollar USA justru memicu tingginya harga udang dalam negeri, hal ini semakin memicu kembali gairah usaha budidaya udang di beberapa daerah. Fenomena merebaknya penyakit EMS (Early Mortality Syndrome) pada beberapa Negara pesaing seperti Thailand, Vietnam, 12
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, KKP Malaysia dan Mexico telah memaksa pasar udang dunia berkurangnya suplly. Kondisi ini tentunya menjadi peluang emas bagi Indonesia untuk merebut pasar udang dunia, ini mengingat Indonesia hingga saat ini menjadi satu - satunya produsen yang terbebas dari wabah EMS sebagai dampak atas penerapan sistem kesehatan ikan dan lingkungan yang ketat selama ini. Dengan adanya kebijakan strategis melalui industrialisasi udang nasional yang mampu mendorong optimalisasi pemanfaatan lahan tambak non-produktif, didorong oleh kembali meningkatnya kepercayaan masyarakat dan stakeholders lain terhadap usaha budidaya udang serta peluang besar bagi Indonesia sebagai pemain tunggal perdagangan udang dunia, maka capaian volume dan nilai produksi udang nasional pada Tahun 2014 diprediksi akan tercapai. Sebagai gambaran pada Tahun 2013 produksi udang telah berhasil mencapai 88,6% terhadap target pada Tahun 2014.
Gambar 3. Trend Capaian Produksi Udang
Langkah nyata yang dilakukan dalam upaya peningkatan volume produksi udang adalah (i) Pengembangan percontohan usaha budidaya (Demfarm) sebagai upaya dalam memperkenalkan model pengelolaan budidaya yang baik serta mengembalikan kepercayaan diri pembudidaya untuk kembali berbudidaya udang; (ii) Rehabilitasi saluran dan infrastruktur tambak untuk mengembalikan performance tambak sesuai standar kelayakan teknis; (iii) Bantuan sarana budidaya udang yang merupakan stimulus bagi pembudidaya untuk meningkatkan usaha budidaya udang; (iv) Melakukan berbagai kerjasama lintas sektoral dan stakeholders lain untuk mempermudah akses baik 13
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, KKP infrastruktur, sarana dan prasarana budidaya, serta akses pasar dan permodalan; (v) Pengembangan pola budidaya berbasis manajemen kawasan/klaster; (vi) Penguatan kelembagaan dan pengembangan kemitraan usaha; (vii) Peningkatan input teknologi budidaya yang aplikatif, efektif dan efisien berbasis wawasan lingkungan; (viii) pendampingan teknologi secara intensif dan massive terhadap pelaku usaha budidaya udang. b. Kerapu Perkembangan produksi ikan kerapu dari Tahun 2010 s/d Tahun 2013 menunjukkan kinerja yang cukup baik ditandai dengan kenaikan produksi rata - rata per Tahun sebesar 11,73%. Jika dibandingkan terhadap target Tahunan, maka produksi dalam kurun waktu Tahun 2010 - Tahun 2013 telah mampu melapau target dengan rata - rata capaian 126,4%.
Gambar 4. Trend Capaian Produksi Kerapu
Pencapaian volume produksi yang cukup baik ini dikarenakan (i) Penyediaan benih ikan kerapu yang bermutu di UPT dan unit pembenihan skala rumah tangga (HSRT); (ii) Jaminan harga pemasaran yang cukup baik, dengan harga ikan kerapu yang cukup tinggi; serta (iv) adanya kebijakan program demfarm budidaya ikan kerapu di beberapa daerah potensial yang memicu perkembangan kawasan budidaya kerapu di beberapa daerah potensial. Dalam upaya pencapaian target pada Tahun 2014, maka perlu ada upaya - upaya maksimal antara lain mendorong pengembangan jenis ikan kerapu lainnya selain ikan kerapu bebek khususnya pengembangan ikan kerapu macan, 14
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, KKP penyediaan induk dan benih berkualitas, serta kemungkinan dalam melakukan ekpansi pasar tujuan ekspor selain China dan Hongkong. Program pengembangan kawasan budidaya laut melalui optimalisasi pemanfaatan lahan off-shore berbasis pada teknologi budidaya yang berkelanjutan, menjadi alternatif dalam mendorong pencapian target produksi tersebut. Perbandingan total produksi ikan kerapu nasional terhadap total produksi ikan kerapu dunia, menunjukkan bahwa pada Tahun 2011 Indonesia menempati urutan ke-3 (tiga) terbesar sebagai penghasil produk ikan kerapu dengan memberikan share sekitar (12,1% terhadap total produksi ikan kerapu dunia). Posisi Indonesia tersebut masih di bawah China yang memberikan share sebesar (68,3%), disusul Taiwan sebesar (15,4%). (sumber : Fishstat FAO, Maret 2013). c.
Kakap Perkembangan produksi ikan kakap dari Tahun 2010 - Tahun 2013 menunjukkan rata rata peningkatan per Tahun sebesar 10,23%. Dilihat dari perbandingan antara capaian dengan target Tahunan menunjukkan kinerja yang fluktuatif seperti tersaji pada gambar di bawah, yaitu masing - masing pada Tahun 2010 tercapai (114,76% dari target); Tahun 2011 tercapai (95,2% dari target), Tahun 2012 tercapai (95,36% dari target); dan Tahun 2013 mampu mencapai (107,20% dari target). Perbandingan total produksi ikan kakap nasional terhadap total produksi ikan kakap dunia, menunjukkan bahwa pada Tahun 2011 Indonesia menempati urutan ke-4 (empat) terbesar sebagai penghasil produk ikan kakap dengan memberikan share sekitar (7,6% terhadap total produksi ikan kakap dunia). Posisi Indonesia tersebut masih di bawah Taiwan yang memberikan share sebesar (34,8%), disusul Malaysia sebesar (25,5%), dan Thailand (23,6%). (sumber : Fishstat FAO, Maret 2013). Kinerja capaian volume produksi ikan kakap yang fluktuatif tersebut antara lain lebih disebabkan fenomena bahwa saat ini aktivitas usaha budidaya ikan kakap masih belum memasyarakat dan secara umum didominasi oleh beberapa perusahaan sehubungan nilai investasi yang besar, disamping itu penyediaan benih unggul ikan kakap masih terbatas pada pemenuhan kebutuhan bagi beberapa perusahaan.
15
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, KKP Prospek pasar ikan kakap baik ekspor maupun dalam negeri yang semakin menjanjikan, diharapkan akan mendorong tumbuhnya usaha budidaya ikan kakap di beberapa daerah. Disisi lain, Kebijakan dalam mendorong transformasi teknologi untuk pengembangan komoditas budidaya laut potensial seperti ikan kakap akan terus dilakukan
yaitu
melalui pengembangan
marikultur pada perairan
off-shore.
Mempertimbangkan hal tersebut di atas, maka target capaian volume dan nilai produksi ikan kakap pada Tahun 2014 optimis akan mampu tercapai.
Gambar 5. Trend Capaian Produksi Kakap
d. Bandeng Bandeng mempunyai nilai strategis bukan hanya dari aspek ekonomi, namun yang sangat penting komoditas yang satu ini adalah menjadi komoditas strategis dalam menopang ketahanan pangan dan gizi masyarakat Indonesia. Rata - rata kenaikan produksi bandeng dari Tahun 2010 - Tahun 2013 menunjukan trend yang positif yaitu sebesar 16,80%. Dilihat dari trend capaian produksi terhadap target Tahunan menunjukkan bahwa selama kurun waktu Tahun 2010 - Tahun 2013 target tersebut telah mampu dicapai dengan rata-rata capaian 107,6%, kecuali untuk Tahun 2013. Pencapaian ini distimulus dengan stabilitas harga pasar yang cukup baik serta berbagai teknologi diversifikasi olahan bandeng yang menyebabkan minat masyarakat akan produk bandeng tetap tinggi. Selain itu juga didukung oleh kegiatan industrialisasi bandeng yang dimulai sejak Tahun 2012. Terkait tidak tercapainnya target volume produksi bandeng pada Tahun 2013 secara umum pelaku usaha masih menghadapi beberapa tantangan dan permasalahan khususnya terkait pengembangan bandeng di 16
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, KKP hulu, antara lain : 1) Ketersediaan benih bandeng berkualitas sehingga mempengaruhi produktivitas; 2) Keterbatasan penggunaan bandeng kualitas baik di tingkat pembudidaya disebabkan karena terbatasnya pusat broodstock dan benih bandeng khususnya di sentral - sentral produksi, saat ini konsentrasi penyediaan benih masih di datangkan dari Bali; 3) Masalah efesiensi produksi, khususnya pada budidaya intensif, hal ini terkait masih tingginya biaya produksi seiring terus meningkatnya harga pakan. Dalam upaya mendorong industrialisasi bandeng di atas, maka beberapa langkah kebijakan strategis yang akan dilakukan antara lain : a) Membentuk model penerapan Industrialisasi Bandeng sebagai upaya dalam rangka menumbuh kembangkan usaha budidaya bandeng pada kawasan - kawasan potensial; b) Pengembangan pusat broodstock bandeng dalam upaya pemenuhan kebutuhan benih berkualitas di sentral sentral produksi; c) Pengembangan input teknologi yang aplikatif, efektif dan efisien berbasis wawasan lingkungan; d) Dalam implementasi terkait kebijakan pengembangan industrialisasi bandeng, maka Pemerintah secara langsung dan intensif menggandeng Asosiasi Pelaku Usaha Bandeng Indonesia (ASPUBI), yang dalam hal ini diposisikan sebagai partner Pemerintah khususnya dalam mendorong implementasi kebijakan sekaligus memberikan masukan kebijakan dan rekomendasi yang dianggap perlu bagi percepatan industrialisasi bandeng. Langkah-langkah di atas akan terus di dorong sehingga capaian volume dan nilai produksi di Tahun 2014 akan mampu tercapai. Terkait posisi Indonesia terhadap produksi bandeng dunia, pada Tahun 2011 Indonesia mampu menjadi produsen bandeng terbesar dunia dengan menguasai share sebesar (52,4% terhadap produksi bandeng dunia), disusul Philipina dengan share sebesar 41,8%. (sumber : Fishstat FAO, Maret 2013).
17
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, KKP
Gambar 6. Trend Capaian Produksi Bandeng
e.
Patin Produksi ikan patin dari Tahun 2010 hingga Tahun 2013 menunjukan trend yang positif dengan rata - rata kenaikan per Tahun sebesar 95,57%. Namun demikian produksi pada kurun waktu Tahun 2010 s/d Tahun 2012 ini masih jauh dari target Tahunan yang telah ditetapkan dengan capaian rata - rata 77,1% sebagaimana pada grafik dibawah.
Gambar 7. Trend capaian Produksi Patin
Belum tercapainya produksi ikan patin di Tahun 2010 - Tahun 2012
antara lain
disebabkan terjadinya over suplly di beberapa sentra produksi seperti di Sumatera Selatan, Riau dan Jambi yang secara langsung mempengaruhi terhadap penurunan 18
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, KKP harga ikan patin di pasar secara signifikan, disisi lain permasalahan tingginya biaya produksi sebagai akibat dari tingginya harga pakan pabrikan tidak sebanding dengan harga yang berlaku di pasaran, sehingga secara ekonomis tingkat efesiensi masih cukup rendah. Kedua kondisi tersebut cukup mempengaruhi animo dan aktivitas usaha budidaya masyarakat. Sedangkan kinerja positif capaian volume produksi Tahun 2013 yang mencapai 129,70% dari target yang ditetapkan tidak terlepas dari upaya - upaya untuk mendorong pengembangan budidaya ikan patin melalui kerjasama sinergi, baik lintas sektoral, swasta maupun stakeholders lain. Kerjasama tersebut diarahkan dalamg rangka : (i) Penciptaan peluang pasar yang lebih luas; (ii) Pengembangan input teknologi yang aplikatif, efektif dan efisiien; (iii) Pengembangan kawasan budidaya ikan patin secara terintegrasi, serta (iv) Peningkatan ikan nilai tambah produk menjadi hal mutlak dan terus dilakukan yaitu melalui pengembangan diversifikasi olahan ikan patin, pengembangan unit pengolahan ikan patin. Melalui upaya diatas, maka secara langsung akan mampu memberikan jaminan terhadap jalannya siklus bisnis yang positif dan berkesinambungan. Jika upaya ini mampu terimplementasikan, maka prediksi terhadap pencapaian target volume dan nilai produksi ikan patin Tahun 2014 akan bisa tercapai. Perbandingan total produksi ikan patin nasional terhadap total produksi ikan patin dunia, menunjukkan bahwa pada Tahun 2011 Indonesia menempati urutan ke-2 (dua) terbesar sebagai penghasil produk patin dengan memberikan share sekitar (16,1% terhadap total produksi ikan patin dunia). Posisi Indonesia tersebut masih di bawah Vietnam yang memberikan share sebesar (80,9%). (sumber : Fishstat FAO, Maret 2013). f.
Nila Produksi ikan nila dari Tahun 2010 hingga Tahun 2013 mengalami peningkatan yang cukup signifikan dengan rata - rata kenaikan 34,85%, sebagaimana tersaji dalam gambar dibawah. Jika dilihat dari trend capaian produksi terhadap target Tahunan menunjukkan bahwa selama kurun waktu Tahun 2010 - Tahun 2013 target tersebut belum mampu dicapai yaitu dengan rata-rata capaian 89,4%.
19
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, KKP
Gambar 8. Trend Capaian Produksi Nila
Ada beberapa hal yang menjadi penyebab tidak tercapainnya target volume produksi pada kurun waktu tersebut, antara lain dikarenakan secara umum kapasitas usaha yang dijalankan pembudidaya masih dalam skala kecil, disisi lain permasalahan tingginya biaya produksi sebagai akibat dari tingginya harga pakan pabrikan tidak sebanding dengan harga yang berlaku di pasaran, sehingga secara ekonomis tingkat efesiensi masih cukup rendah. Rencana aksi dalam upaya pencapaian kinerja antara lain melalui (i) Pengembangan gerakan minapadi, (ii) Pengembangan budidaya ikan nila melalui intensifikasi dengan bioflok dan running water; (iii) Mendorong pemanfaatan bahan baku lokal untuk pembuatan pakan ikan secara mandiri yang berkualitas; (iv) Ekstensifikasi pada kawasan potensial; (v) Memberikan stimulan penguatan modal melalui Pengembangan Usaha Mina Pedesaan Perikanan Budidaya (PUMP-PB); serta (vi) Penciptaan peluang pasar yang lebih luas. Jika upaya ini mampu terimplementasikan, maka prediksi terhadap pencapaian target produksi ikan patin Tahun 2014 akan bisa tercapai. Perbandingan total produksi ikan nila nasional terhadap total produksi ikan nila dunia, menunjukkan bahwa pada Tahun 2011 Indonesia menempati urutan ke-3 (tiga) terbesar sebagai penghasil produk ikan nila dengan memberikan share sekitar (20,3% terhadap total produksi ikan nila dunia). Posisi Indonesia tersebut masih di bawah China yang memberikan share sebesar (38,7%), disusul Mesir sebesar (21,9%). (sumber : Fishstat FAO, Maret 2013).
20
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, KKP g.
Ikan Mas Perkembangan produksi ikan mas menunjukkan kinerja yang cukup baik dengan peningkatan produksi rata - rata dari Tahun 2010 - Tahun 2013 sebesar 7,09% sebagaimana tersaji dalam gambar dibawah. Pencapaian yang cukup tinggi ini didorong oleh kegiatan budidaya ikan mas melalui minapadi, penerapan running water system, serta paket bantuan PUMP-PB. Dilihat dari kinerja capaian terhadap target Tahunan menunjukan bahwa capaian produksi ikan mas telah mampu melapaui target Tahunan yang ditetapkan dengan ratarata capaian sebesar 104,3%, kecuali untuk Tahun 2013 dimana produksi belum mampu mencapai target (68,17% dari target) begitu juga dengan angka nilai produksi yang hanya mencapai 90,89% dari target. Ada beberapa hal yang menjadi penyebab tidak tercapainnya target tersebut, antara lain dikarenakan secara umum kapasitas usaha yang dijalankan pembudidaya masih dalam skala kecil, disisi lain permasalahan tingginya biaya produksi sebagai akibat dari tingginya harga pakan pabrikan tidak sebanding dengan harga yang berlaku di pasaran, sehingga secara ekonomis tingkat efesiensi masih cukup rendah Fenomena masih munculnya penyakit yang disebabkan virus KHV pada beberapa sentral produksi menjadi penyebab utama penurunan capaian produksi ikan mas. Dalam upaya pencapaian target volume produksi Tahun 2014, maka perlu upaya upaya yang secara langsung mendorong peningkatan efesiensi produksi, diantaranya : (i) Intensifikasi melalui pengembangan teknologi baik budidaya maupun aspek nutrisi (pakan) yang berkualitas berbasis bahan baku lokal; (ii) Pengembangan kapasitas usaha dengan dukungan penguatan modal bagi usaha skala kecil melalui penguatan kemitraan usaha; (iii) Perluasan akses pasar dan peningkatan nilai tambah. Jika upaya di atas mampu dilakukan, maka target produksi pada Tahun 2014 diprediksi akan mampu di capai. Perbandingan total produksi ikan mas nasional terhadap total produksi ikan mas dunia, menunjukkan bahwa pada Tahun 2011 Indonesia menempati urutan ke-2 (dua) terbesar sebagai penghasil produk ikan mas dengan memberikan share sekitar (8,9% terhadap total produksi ikan mas dunia). Namun demikian posisi Indonesia tersebut masih jauh di bawah China yang memberikan share sebesar (72,8%). (sumber : Fishstat FAO, Maret 2013). 21
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, KKP
Gambar 9. Trend capaian Produksi Ikan Mas
h. Lele Selama kurun waktu produksi ikan lele Tahun 2010 - Tahun 2013 menunjukkan kinerja yang cukup baik dengan peningkatan produksi rata - rata sebesar 47,21%, namun demikian produksi ikan lele Tahun 2010 - Tahun 2012 masih dibawah dari target Tahunan dimana prosentase pencapaiannya cenderung menurun setiap Tahunnya sebagaimana grafik dibawah. Tidak tercapainnya target pada kurun waktu tersebut dikarenakan secara umum kapasitas usaha yang dijalankan masih dalam skala kecil, sehingga secara ekonomis tidak efisien. Disisi lain tingginya cost produksi sebagai akibat dari tingginya harga pakan pabrikan secara langsung berpengaruh terhadap margin keuntungan yang didapat.
Gambar 10. Trend Capaian Produksi Lele 22
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, KKP Melalui upaya langkah strategis yang telah dilakukan pada Tahun 2013 capaian produksi ikan lele mampu melampaui target yang telah ditetapkan, yaitu dengan capaian (108,35%) yang diikuti oleh capaian positif nilai produksi yang mencapai 140,86% dari target. Upaya -upaya tersebut antara lain melalui (i) Pengembangan budidaya secara intensifikasi dengan bioflok untuk efisiensi pakan; (ii) Penggunaan teknologi budidaya ikan lele dengan terpal sebagai upaya efesiensi pemanfaatan lahan; dan (iii) Extensifikasi melalui program Pengembangan Usaha Mina Pedesaan (PUMP) Perikanan Budidaya. Melihat kinerja yang telah dicapai pada Tahun 2013 serta upaya - upaya strategis yang terus dilakukan, maka target volume dan nilai produksi pada Tahun 2014 diprediksi akan tercapai. Perbandingan total produksi ikan lele nasional terhadap total produksi ikan lele dunia, menunjukkan bahwa pada Tahun 2011 Indonesia menempati posisi teratas yang mendominasi produk lele dunia dengan memberikan share sekitar (75,6% terhadap total produksi ikan lele dunia), disusul Malaysia dengan share sebesar (10,5%). (sumber : Fishstat FAO, Maret 2013) i.
Gurame Produksi gurame Tahun 2010 - Tahun 2013 menunjukkan kinerja yang positif, dengan kenaikan rata-rata per Tahun sebesar 15,74%. Dilihat dari kinerja capaian terhadap target Tahunan menunjukan bahwa capaian produksi ikan gurame telah mampu melapaui target Tahunan yang ditetapkan dengan rata - rata capaian sebesar 138,3%, kecuali untuk Tahun 2013 dimana produksi belum mampu mencapai target (69,42% dari target) begitu juga dengan angka nilai produksi yang hanya mencapai 99,18%.
Gambar 11. Trend Capaian Produksi Gurame 23
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, KKP Tidak tercapinya target pada Tahun 2013 disebabkan adanya perlambatan pengembangan kawasan pada daerah - daerah potensial lainnya. Produksi gurame masih didominasi pada beberapa sentral - sentral produksi yang sudah ada, dimana disisi lain kapasitas usaha yang dijalankan tidak menujukkan peningkatan yang signifikan, hal ini disebabkan proses produksi budidaya yang cukup lama. Pengembangan pola usaha berbasis segementasi merupakan langkah yang tepat karena secara nyata mampu memberikan keuntungan yang cukup signifikan. Percepatan pengembangan kawasan melalui pendekatan pola segmentasi usaha diharapkan akan mampu menarik minat masyarakat untuk terjun melakukan usaha budidaya gurame. Melalui upaya tersebut diharapkan target volume dan nilai produksi Tahun 2014 akan mampu tercapai. Perbandingan total produksi ikan gurame nasional terhadap total produksi ikan gurame dunia, menunjukkan bahwa pada Tahun 2011 Indonesia menempati posisi teratas yang mendominasi produk gurame dunia dengan memberikan share sekitar (95,6% terhadap total produksi ikan gurame dunia), disusul Thailand dengan share sebesar (4,06%). (sumber : Fishstat FAO, Maret 2013). j.
Rumput Laut Poduksi rumput laut memberikan kontribusi yang paling besar terhadap total produksi perikanan budidaya, dimana secara nasional produksi rumput laut memberikan share sebesar 60% terhadap produksi perikanan budidaya. Perkembangan produksi rumput laut dari Tahun 2010 - Tahun 2013 menunjukan trend yang sangat positif, dimana kenaikan produksi rata - rata perTahun mencapai 27,88% dimana angka ini juga mampu melebihi target yang ditetapkan per Tahunnya dengan rata - rata capaian sebesar 136,9%. Beberapa hal yang mendasari tingginya pencapaian komoditas ini karena budidaya rumput laut mempunyai masa pemeliharaan yang cukup singkat yaitu 45 hari sehingga perputaran modal usaha dapat lebih cepat, serta cara budidaya yang mudah. Rumput laut juga cocok untuk dibudidayakan di daerah - daerah dengan curah hujan rendah yang merupakan salah satu ciri dari daerah kantong kemiskinan. Keuntungan lainnya adalah modal kerja yang relatif kecil (hanya + Rp 6 juta), penggunaan teknologi yang 24
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, KKP relatif sederhana, dan peluang pasar yang masih terbuka lebar mengingat rumput laut merupakan bahan baku untuk beberapa industri, seperti biofuel, agar-agar, karaginan, kosmetik, obat-obatan
dan lain-lain. Selain itu, pemerintah juga terus menerus
melakukan upaya terobosan diantaranya adalah pengembangan industrialisasi rumput laut. Merujuk pada data FAO, bahwa pada Tahun 2011 Indonesia merupakan produsen rumput laut untuk jenis Eucheuma Cottoni dan Gracilaria terbesar di dunia dengan memberikan share masing - masing untuk Eucheuma Cottoni sebesar (98,2%) dan Gracilaria sebesar (90,5%) terhadap produksi rumput laut dunia. (sumber : Fishstat FAO, Maret 2013).
Gambar 12. Trend Capaian Produksi Rumput Laut
4.2. Pengembangan Sistem Produksi Sasaran kegiatan sistem produksi pembudidayaan ikan dengan mutu terjamin adalah terpenuhinya kebutuhan pakan yang teregistrasi dalam rangka penerapan teknologi, unit usaha budidaya yang tersertifikasi dan tersedianya data statistik perikanan budidaya yang akurat dan mutakhir, meliputi : a. Jumlah unit pembudidayaan ikan tersertifikat dan memenuhi standar sebanyak 7.000 unit; b. Jumlah luas lahan minapadi seluas 250.000 hektar; 25
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, KKP c. Jumlah jenis pakan ikan terdaftar sebanyak 550 jenis; d. Jumlah produksi ikan hias sebanyak 1.100.000 ribu ekor; e. Jumlah kelompok yang menerapkan teknologi anjuran perikanan budidaya sebanyak 132 kelompok; f. Jumlah terbitan statistik perikanan budidaya sebanyak 5 dokumen; g. Jumlah RSNI 3 yang disusun sebanyak 16 dokumen Adapun capaian kinerja indikator kinerja kegiatan (IKK) di atas dapat dijelaskan lebih rinci sebagai berikut : 4.2.1. Unit Pembudidaya Ikan Tersertifikasi dan Memenuhi Standar Semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan dan keamanan pangan maka masalah mutu, sanitasi, kandungan/residu hormon dan antibiotik, bakteri, racun hayati (biotoxin), logam berat serta pestisida pada beberapa komoditas budidaya, harus menjadi perhatian bersama. Oleh karenanya produk perikanan budidaya diharapkan aman untuk dikonsumsi sesuai persyaratan yang dibutuhkan pasar. Berkaitan dengan hal tersebut, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang keamanan, mutu dan gizi pangan, para pembudidaya ikan perlu menerapkan Cara Budidaya Ikan Yang Baik (CBIB), sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. KEP. 02/MEN/2007 tentang Cara Budidaya Ikan Yang Baik. Pengendalian penerapan CBIB pada unit usaha budidaya dilakukan melalui penerapan sertifikasi yang diatur dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Nomor 044/DJ-PB/2008. Tujuan penilaian ini adalah sebagai upaya untuk untuk memberikan jaminan terhadap unit usaha budidaya yang telah menerapkan CBIB dan dapat memperoleh sertifikat CBIB yang menyatakan bahwa produk budidaya yang dihasilkannya aman untuk dikonsumsi. Target unit usaha perikanan budidaya yang disertifikasi CBIB Tahun 2013 adalah 7.000 unit, dengan capaian sebanyak 7.100 unit (101,43%). Capaian ini meningkat jika dibandingkan pada Tahun 2012 yang sebesar 95,3% sebagaimana tabel dibawah. Capaian sertifikasi ini merupakan kumulatif dari Tahun - Tahun sebelumnya, dan bila dibandingkan dengan target Tahun 2014 (8.000 unit) maka telah mencapai 88,75%.
26
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, KKP Tabel 4. Jumlah Capaian Unit Pembudidayaan Ikan yang Disertifikasi Tahun 2010 - 2013 (Unit) 2010 Indikator Kinerja Unit Pembudidayaan Ikan Tersertifikasi (unit)
2011
Target
Capaian
Target
748
558
2,000
2012
2013*
Capaian Target Capaian Target Capaian 2,018
4,000
3,811
7,000
7,100
Kenaikan Ratarata 2010 2013 (%)
2014
% 101.43
8,000
145.6
*) : Angka Sementara
Gambar 13. Trend Capaian Sertifikasi CBIB
Sebaran capaian penilaian sertifikasi berdasarkan provinsi tersaji pada table 4. Sedangkan komposisi unit usaha yang dinilai sampai dengan Tahun 2013 meliputi (i) unit usaha perorangan sebanyak 5.608 unit, (ii) POKDAKAN sebanyak 1.100 unit, dan (iii) Perusahaan sebanyak 392 unit dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Jumlah Penilaian Sertifikasi CBIB berdasarkan jenis usaha Tahun 2010 – 2013 Satuan : Unit Uni t Budi da ya 1 Pe rora nga n 2 Pokda ka n 3 Pe rus a ha a n Juml a h
2010
2011
2012
2013
Ke na i ka n Ra ta ra ta pe r ta hun (%)
Ke te ra nga n
221 115 139
1,372 357 289
2,916 563 332
5,608 1,100 392
241.89 Kumul a ti f 121.17 Kumul a ti f 46.95 Kumul a ti f
475
2,018
3,811
7,100
166.67
27
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, KKP Tabel 6. Realisasi Capaian Kinerja Sertifikasi CBIB Menurut Provinsi 2013 - 2014 (Unit)
No
2010
Provinsi
2011
2012
Kenaikan ratarata 2010 2013 (%)
2013
Target
Capaian
Target
Capaian
Target
Capaian
Target
Capaian
1
Aceh
30
14
85
87
150
205
255
390
2
Sumatera Utara
31
10
71
61
120
79
176
179
3
Sumatera Barat
20
13
64
150
204
403
427
4
Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Banten Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali NTB NTT Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Total
20 20 20 21 22 20 92 13 25 50 40 20 40 20 30 20 20 20 30 30 30 20 20 20 30 20 5 5 5 5 748
80 100 100 120 80 120 230 80 100 250 230 100 300 100 150 80 120 120 120 120 150 100 100 80 150 100 50 50 50 50 4,000
40 79 108 71 48 37 301 21 124 290 167 70 327 134 168 2 77 84 123 20 143 105 107 107 300 151 59 4 37 19 3,811
240 112 258 219 63 187 314 90 264 482 336 200 422 148 198 102 208 200 300 176 273 165 154 175 435 216 84 29 72 44 7,000
186 141 163 224 59 83 504 45 323 380 295 176 475 177 213 2 95 165 207 177 267 182 267 277 461 303 116 22 70 49 7,100
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
6 2 3 2 8 9 83 3 10 27 49 16 108 15 47 0 6 12 16 8 38 9 2 0 26 13 1 0 2 0 558
53
55 45 50 50 28 55 120 24 65 120 115 36 192 60 110 45 50 45 70 70 85 35 50 45 85 50 9 9 9 9 2,000
40 24 40 44 14 22 196 13 40 156 132 39 230 76 108 2 53 49 75 9 88 41 47 49 114 68 14 4 0 19 2,018
Pencapaian Tahun 2013 ini didorong oleh terobosan yaitu (i) Optimalisasi kinerja pembinaan, sosialiasi penerapan CBIB bagi pembudidaya oleh fasilitator dan penyuluh; (ii) Menetapkan target kinerja bagi fasilitator dalam melakukan pembinaan penerapan CBIB dan pembuatan dokumen sistem mutu unit pembudidayaan ikan; (iii) Menambah jumlah Auditor Sertifikasi CBIB dengan Surat Keputusan Dirjen Perikanan Budidaya No. KEP.63/DJPB/2013 tentang Tim Sertifikasi Cara Budidaya Ikan yang Baik; (iv) Peningkatan sinergitas kerja pusat dan daerah, diantaranya pendelegasian wewenang kepada daerah untuk melakukan, penilaian pendahuluan, penilaian sertifikasi CBIB dengan penerbitan SPT oleh kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi (Per.Dirjen PB No : 30/PER-DJPB/2013); (v) Menjadikan target sertifikasi CBIB sebagai IKK di masing - masing daerah dan dievaluasi secara periodik; (vi) Meningkatkan kualitas pelaksanaan sertifikasi maka dilakukan pula harmonisasi pelaksanaan sertifikasi dengan peraturan internasional. 28
249.10 222.03 240.12 310.56 469.22 484.75 792.29 113.59 112.32 85.72 169.72 223.49 198.24 90.85 124.89 66.80 171.69 70.71 284.00 158.73 167.01 306.57 93.60 195.00 842.40 138.62 185.10 215.27 572.68 145.60
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, KKP 4.2.2. Pakan Ikan Terdaftar A. Importasi pakan dan bahan baku pakan ikan Seiring dengan tingginya permintaan pasar akan hasil perikanan di Indonesia, kebutuhan pakan ikan pun semakin tinggi pula. Kebutuhan pakan dapat dipenuhi bila ditunjang dengan ketersedian bahan baku secara kontinyu, selama ini yang menjadi kendala adalah sumber bahan baku pakan yang sebagian besar masih mengandalkan impor yang berkompetisi dengan kebutuhan konsumsi manusia dan fluktuasi harga serta nilai tukar rupiah terhadap US Dollar. Hal ini yang mengakibatkan kecenderungan harga pakan semakin tinggi untuk tiap Tahunnya. Walaupun Indonesia mempunyai potensi sumberdaya hayati yang cukup besar sebagai sumber bahan baku pakan ikan, namun hampir sebagian besar komponen bahan baku pakan ikan masih diimpor. Jika dibandingkan dengan Tahun 2012, volume impor bahan baku pakan ikan Tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 1,02% dari 269.161,55 ton menjadi 273.768,763 ton. Sedangkan nilainya mengalami peningkatan sebesar 1,10% dari USD. 193,614,024.43 pada Tahun 2012 dan USD 212,265,247.366 pada Tahun 2013. Sementara itu pada Tahun 2013 jumlah perusahaan yang mengimpor bahan baku pakan ikan sebanyak 39 Perusahaan. Sedangkan total jumlah impor pakan ikan pada Tahun 2013 mengalami penurunan dari Tahun, terlihat pada Tahun 2012 pakan ikan yang diimpor sebesar 73.910,99 ton yang terdiri dari 92 merk pakan sedangkan Tahun 2013 sebesar 4.233,07 ton yang terdiri dari 57 merk pakan. Namun untuk total nilai impor mengalami peningkatan terlihat pada Tahun 2012 sebesar USD. 4.549.322,22 sedangkan pada Tahun 2013 sebesar USD. 7.553.046,26. B. Pendaftaran Pakan Pakan merupakan penyumbang biaya produksi terbesar yakni 50 – 70% dari biaya operasional. Pakan yang berkualitas akan menentukan tingkat keberhasilan produksi dan mutu hasil budidaya. Oleh karenanya diperlukan jaminan ketersediaan, keamanan, dan standar mutu mulai dari pengadaan bahan baku pakan ikan impor maupun pakan ikannya. Berdasarkan pasal 8 ayat 1 dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. PER 02/MEN/2010 tentang pengadaan dan Peredaran Pakan Ikan, bahwa setiap orang yang mengadakan pakan ikan di Wilayah Negara Republik Indonesia, wajib mendaftarkan kepada Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. 29
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, KKP Registrasi atau pendaftaran pakan ikan dan udang merupakan kegiatan implementasi dari sistem
jaminan
mutu
dan
keamanan
hasil
perikanan
budidaya.
Melalui
registrasi/pendaftaran pakan diharapkan dapat tersedianya pakan ikan yang berkualitas sesuai Standar Nasional Indonesia, tidak membahayakan kesehatan ikan, manusia, lingkungan dan merupakan salah satu sarana pembudidayaan ikan yang efektif dan efisien dalam meningkatkan produksi. Sampai dengan Desember 2013, jumlah pakan yang sudah terdaftar pada Ditjen Perikanan Budidaya mencapai 909 merk dari 55 perusahaan produsen/importir pakan ikan atau mencapai 180% dari target sebesar 505 merk/jenis, seperti dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Perkembangan Pakan Ikan Terdaftar, Tahun 2006 - 2013 No Uraian
2010
2011
2012
2013*)
Kumulatif **)
1
Jenis/merk
241
155
200
148
909
2
Perusahaan
14
23
15
29
-
4.2.3. Luas Lahan Minapadi Dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan dan mengoptimalisasikan potensi lahan sawah irigasi, mina padi merupakan salah satu cara yang tepat karena merupakan kegiatan yang mengintegrasikan antara penanaman padi dengan pemeliharaan ikan. Teknologi mina padi dapat dilakukan dengan cara mengembangkan penelitian untuk merekayasa lahan sawah melalui penerapan pertanian organik yang ramah Iingkungan, serta meningkatkan efektifitas sistem penyuluhan dan penyebaran informasi dalam menghasilkan benih yang mampu beradaptasi terhadap perubahan iklim yang ekstrim. Minapadi kembali digalakan setelah sempat marak di zaman orde baru karena terbukti dapat meningkatkan produktifitas lahan, meningkatkan kesuburan tanah dan air, sekaligus mengurangi hama penyhakit pada tanaman padi. Selain menyediakan pangan sumber karbohidrat, mina padi juga menyediakan protein asal ikan sehingga dapat mendukung peningkatan kebutuhan gizi masyarakat dan menambah pendapatan (income) petani sehingga pada saat harga gabah turun, petani tetap mendapatkan pendapatan tambahan dari pemeliharaan ikan. Capaian luas lahan mina padi 30
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, KKP pada Tahun 2013 yaitu seluas 160.000 Ha atau baru mencapai 64% dari luas lahan yang ditargetkan seluas 250.000 Ha. 5.
Belum tercapainnya target luasan minapadi pada Tahun 2013 disebabkan oleh beberapa hal antara lain : (i) Sosialisasi Program Gerakan Sejuta Hektar Minapadi (Gentanadi) baik di tingkat Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota belum dilaksanakan secara menyeluruh dan maksimal; (ii) Dukungan penganggaran untuk mendukung program Gentanadi masih sebatas pada percontohan dan temu lapang teknologi mina padi dan ugadi; (iii) Penetapan target luasan lahan minapadi (1.000.000 Ha) terlalu besar jika dibanding dengan potensi lahan sawah irigasi teknis dan non teknis (4.000.000 Ha). Guna mendukung pengembangan usaha mina padi di Indonesia, Direktorat Produksi-Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya juga telah menyusun leaflet yang berjudul Gerakan Sejuta Hektar Mina Padi. Leaflet ini selanjutnya disebar ke pembudidaya mina padi melalui pembinan dan supervisi ke daerah - daerah, temu lapang serta berbagai kegiatan (event) yang menyangkut pengembangan usaha mina padi.
4.2.4. Produksi Ikan Hias Jumlah produksi ikan hias merupakan salah satu indikator kinerja/output Direktorat Produksi. Pada Tahun 2013 target jumlah produksi ikan hias sebanyak 1.100.000.000 ekor. Berdasarkan data sementara yang di peroleh dari Subdit Data dan Statistik bahwa realisasi sementara produksi budidaya ikan hias mencapai 1.036.841.000 ekor atau baru mencapai 106,09% dari target. Namun demikian apabila data tersebut sudah dilaksanakan validasi tingkat nasional Tahun 2014 yang akan dilaksanakan pada bulan april, maka diproyeksikan realiasi jumlah produksi ikan hias pada Tahun 2013 sesuai target bahkan akan melebihi target. Adapun perkembangan produksi ikan hias selama Tahun 2009 sampai dengan 2013 cenderung mengalami peningkatan dan rata - rata tiap Tahunnya telah mencapai target lebih dari 82%, seperti dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini :
31
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, KKP Tabel 8. Perkembangan Target dan Realisasi Produksi Budidaya Ikan Hias Tahun 2009 - 2013 No
1.
2.
3.
Tahun
Uraian Target Produksi (ekor) Realisasi Produksi (ekor) Persentase (%)
2009
2010
2011
2012
2013*)
500.000.000
600.000.000
700.000.000
850.000.000
1.100.000.000
566.342.000
605.054.000
945.376.000
938.472.000
1.036.841.000
113,27
100,84
135,05
110,41
94,26
Catatan *) Angka Sementara s/d November 2013. 4.2.5. Kelompok yang Menerapkan Teknologi Anjuran Perikanan Budidaya Dalam rangka mewujudkan usaha perikanan budidaya yang berkelanjutan (Sustainable Aquaculture) dan berdaya saing maka penyebaran informasi teknologi di tingkat pembudidaya diarahkan pada penerapan teknologi anjuran sesuai standar dan prinsip prinsip Cara Budidaya Ikan Yang Baik (Good Aquaculture Practices). Dengan menerapkan teknologi anjuran secara berkelanjutan diharapkan dapat meningkatkan produksi dan produktivitas, kapasitas usaha, serta nilai tambah dan daya saing produk hingga pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan pembudidaya ikan. Capaian kinerja pada Tahun 2013 sebesar 167 pokdakan (126,52%) dari target 132 Pokdakan, yang merupakan kumulatif dari kelompok yang menerapkan teknologi anjuran bidang budidaya air payau/laut, air tawar dan ikan hias. Dilihat dari trend capaian terhadap target pada Tahun sebelumnya capaian Tahun 2013 mengalami sedikit penurunan (sebagimana tabel 9 dibawah). Jika dibandingkan dengan target pada Tahun 2014 maka target IKU tersebut telah memenuhi dengan capaian 115,17%. Sebaran kelompok yang menerapkan teknologi anjuran sebagaimana pada Lampiran 1.
32
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, KKP Tabel 9. Jumlah Kelompok yang Menerapkan Teknologi Anjuran Perikanan Budidaya Tahun 2010 - 2013 (kelompok) Jumlah Kelompok yang Menerapkan Teknologi Anjuran Perikanan Budidaya - Target - Realisasi - Prosentase
2010 99 109 110,1
2011
2012
109 144 132,1
120 201 167,5
2013
2014
132 167 126,5
145 -
Dalam pencapaian IKU diatas, beberapa kendala yang dihadapi antara lain : (a) Penyebaran informasi teknologi anjuran belum seluruhnya menjangkau unit - unit usaha budidaya yang ada di Indonesia; (b) Masih terbatasnya jumlah pelaku pembina khususnya yang ada di daerah; (c) Keterbatasan alokasi anggaran baik di pusat maupun daerah; (d) Belum terbangunnya kelembagaan yang kuat di sentra - sentra produksi Guna mengatasi kendala diatas, maka rencana aksi yang akan dilakukan di Tahun mendatang yaitu : (i) Penciptaan inovasi teknologi yang aplikatif, efisien, dan mampu diadopsi masyarakat ; (ii) Percepatan penyebaran teknologi anjuran secara massive ke masyarakat; (iii) Pengembangan dan sosialisasi standarisasi teknologi budidaya (SNI dan CBIB) ; (iv) Peningkatan kapasitas dan peran pembinaan dan pendampingan; (v) Penguatan Kelembagaan di sentra-sentra produksi.
4.2.6. Statistik Perikanan Budidaya Data dan informasi statistik perikanan budidaya merupakan bagian penting dalam proses perencanaan dalam mengelola sumber daya untuk pembangunan perikanan. Data statistik juga digunakan untuk menggambarkan keberhasilan suatu kegiatan sekaligus sebagai evaluasi kinerja kelembagaan dalam melaksanakan kegiatan. Data statistik terus dikembangkan, sesuai dengan kemajuan aktivitas budidaya dan tuntutan kebutuhan data di masyarakat serta perkembangan teknologi informasi. Capaian indikator kinerja kegiatan dokumen data statistik perikanan sebesar 5 dokumen atau mencapai 100% dari target dan memiliki kinerja yang sama dengan Tahun sebelumnya sebagaimana Tabel 10 dibawah.
33
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, KKP Tabel 10. Target dan Realisasi Kinerja Penerbitan Buku Statistik Perikanan Budidaya Tahun 2011 dan Tahun 2012
No 1
Indikator Kinerja Kegiatan Jumlah terbitan Statistik PB (dokumen)
Target (Buku)
2012 Realisasi (Buku)
% Capaian
5
5
100
Target (Buku)
2013* Realisasi (Buku)
% Capaian
5
5
100
Kelima dokumen statistik tersebut adalah sebagai berikut : 1.
Buku Statistik Produksi Perikanan Budidaya Tahun 2013
2.
Buku Statistik Produksi Ikan Hias Tahun 2013
3.
Buku Statistik Produksi Benih Tahun 2013
4.
Buku Saku Statistik Perikanan Budidaya Tahun 2013
5.
Buku Peta Sentra Produksi Perikanan Budidaya Tahun 2013
6.
Publikasi Laporan, yang berupa (i) Buku Neraca Bahan Makanan Tahun 2010; (ii) Buku Laporan FAO Tahun 2010; dan (iii) Buku Laporan SEAFDEC 2010
4.2.7. Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI-3) Standardisasi memegang peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan, dan telah menjadi bagian yang menentukan dalam perdagangan global dan merupakan faktor penting bagi perkembangan aktivitas pasar serta penggerak utama ekonomi. Penyusunan RSNI-3 merupakan salah satu tahapan dalam penyiapan menuju SNI, guna mewujudkan produktivitas usaha budidaya yang berkelanjutan serta meningkatkan daya saing produk perikanan budidaya baik pasar lokal maupun ekspor.
Gambar 14. Rapat Teknis RSNI-2 34
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, KKP RSNI 3 bidang perikanan budidaya merupakan kumulatif capaian RSNI bidang perbenihan, produksi, kesehatan ikan dan lingkungan serta bidang sarana dan prasarana, dengan capaian sebagaimana pada Tabel 11 dibawah. Tabel 11. RSNI 3 Bidang Produksi Perikanan Budidaya selama 2010 – 2013 RSNI 3 RSNI 3 Bidang Produksi - Target - Realisasi - Prosentase
2010
2011
2012
2013
2014
8 8 100
12 12 100
12 12 100
16 16 100
18 -
Pada Tahun 2013 target RSNI-3 bidang produksi perikanan budidaya yang disusun sebanyak 16 RSNI-3 dan telah tercapai sebanyak 16 RSNI-3 (100%). Rincian RSNI 3 selengkapnya pada Lampiran 5. Penetapan jenis standar ini dipilih dengan pertimbangan komoditas diatas telah berkembang luas dimasyarakat serta memiliki permintaan pasar yang cukup tinggi namun belum ada standar yang mengatur tentang proses produksinya. Penyusunan RSNI-3 tersebut dilakukan melalui tahapan rapat gugus kerja dengan output RSNI-1, rapat teknis dengan output RSNI-2, rapat konsensus dengan output RSNI-3 dan lebih lanjut akan diproses oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN) untuk ditetapkan menjadi SNI.
35
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, KKP
BAB V PERMASALAHAN
5.1. Permasalahan Dalam pencapaian target Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Direktorat Produksi tidak terlepas dari permasalahan yang dihadapi. Dapat dipetakan beberapa permasalahan utama dalam pencapaian IKK Tahun 2013, sebagai berikut : A. Penyebaran Informasi dan Implementasi Teknologi Anjuran a) Penyebaran informasi teknologi anjuran belum seluruhnya menyentuh unit-unit usaha budidaya yang ada di Indonesia. b) Masih terbatasnya jumlah pelaku Pembina khususnya yang ada di daerah. c) Kondisi jarak beberapa lokasi binaan yang jauh, sehingga pada kawasan-kawasan tertentu khususnya budidaya laut pembinaan dan pendampingan teknologi belum bisa dilakukan secara intensif. d) Keterbatasan alokasi anggaran baik di pusat maupun daerah e) Belum terbangunnya kelembagaan yang kuat di sentra-sentra produksi B. Percepatan Sertifikasi CBIB a) Kurang optimalnya sosialisasi, pembinaan penerapan CBIB yang dilakukan oleh fasilitator/Dinas kepada unit pembudidyaan ikan; b) Masih minimnya pemahaman pembudidaya tentang standar dan kriteria CBIB; c) Sertifikat CBIB belum memiliki nilai tambah bagi pembudidaya yang telah menerapkan standar maupun kriteria CBIB karena rendahnya keberterimaan Sertifikat CBIB di UPI; d) Daerah tidak mengalokasikan anggaran secara optimal untuk pendukung pencapaian target kinerja sertifikasi; e) Mutasi Auditor di daerah ke Bidang/Instansi lain sehingga menghambat pelaksanaan Sertifikasi CBIB. f) Daerah belum memberdayakan secara optimal Fasilitator dan Auditor CBIB
36
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, KKP C. Pakan Ikan a) Harga pakan ikan terdaftar realtif mahal, karena sebagian besar bahan baku diimpor, yang terpengaruh nilai tukar dolar dan “3F” (Food, Feed & Fuel) b) Sebagian pembudidaya masih menggunakan pakan yang belum terdaftar, yang umumnya bermutu rendah dan harga relatif lebih murah D. Pencapaian Produksi Ikan Hias a) Penyediaan data statistik produksi budidaya ikan hias yang akurat dan tepat waktu di daerah belum optimal b) Belum berkembangnya teknologi pemuliaan ikan hias utk menghasilkan strain baru di UPT pusat dan daerah c) Masih terbatasnya Induk Unggul Ikan Hias khususnya induk Ikan Koi yang ada di Blitar sudah lebih dari 10 Tahun, sehingga yang ada sekarang kualitasnya kurang baik d) Banyaknya Asosiasi dalam 1 jenis atau beberapa jenis ikan Hias yang masih sulit untuk bersatu dan berkoordinasi e) Harga pasar didominasi oleh pihak pengumpul dan eksportir f) Masih lemahnya kelembagaan kelompok dalam pengelolaan manajemen produksi sampai dengan pemasaran g) Masih terbatasnya SNI Ikan Hias, baru 4(empat) jenis Cory Albino (Corydoras alpeno), cupang, discus dan koi h) Hampir lebih dari 90% Ikan Hias Laut masih berasal dari hasil tangkapan dan kurang dari 10% dari hasil budidaya E. Pengembangan Minapadi a) Sosialisasi Program Gerakan Sejuta Hektar Minapadi (Gentanadi) baik di tingkat Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota belum dilaksanakan secara menyeluruh dan maksimal. b) Dukungan penganggaran untuk mendukung program Gentanadi masih sebatas pada percontohan dan temu lapang teknologi mina padi dan ugadi
5.2.
Rencana Aksi
Dalam upaya mencari alternatif solusi atas permasalahan di atas, perlu dilakukan langkah antisipatif pada Tahun 2014, sebagai berikut : 37
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, KKP A. Penyebaran Informasi dan Implementasi Teknologi Anjuran a) Penciptaan inovasi teknologi yang aplikatif, efesien, dan mampu diadopsi masyarakat b) Percepatan penyebaran teknologi anjuran secara massive ke masyarakat c) Pengembangan standarisasi teknologi budidaya (SNI) d) Peningkatan kapasitas dan peran pembinaan dan pendampingan e) Penguatan Kelembagaan di sentra - sentra produksi
B. Percepatan Sertifikasi CBIB a) Optimalisasi kinerja pembinaan, sosialiasi penerapan CBIB bagi pembudidaya oleh fasilitator dan penyuluh; b) Targeting kinerja bagi fasilitator dalam melakukan pembinaan penerapan CBIB dan pembuatan dokumen sistem mutu unit pembudidayaan ikan; c) Menambah jumlah Auditor Sertifikasi CBIB dengan Surat Keputusan Dirjen Perikanan Budidaya No. KEP.63/DJ-PB/2013 tentang Tim Sertifikasi Cara Budidaya Ikan yang Baik; d) Peningkatan sinergitas kerja pusat dan daerah, diantaranya pendelegasian wewenang kepada daerah untuk melakukan, penilaian pendahuluan, penilaian sertifikasi CBIB dengan penerbitan SPT oleh kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi (Per.Dirjen PB No. : 30/PER-DJPB/2013); e) Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi dan Kabupaten/Kota membuat target kinerja dan melaporkan Capaian Kinerja Sertifikasi Pertriwulan ke Pusat . f) Menjadikan target sertifikasi CBIB sebagai IKK di masing - masing daerah dan dievaluasi secara periodik g) Mendesak CA untuk memberlakukan Sertifikat CBIB pada Unit Pengolahan Ikan
C. Pakan Ikan a) Diperlukan riset untuk penyediaan bahan baku lokal dengan mutu baik, kontinyu dan dalam jumlah yang besar, serta formula pakan yang baik b) Perlu dilakukan pelatihan kepada pembudidaya untuk pembuatan pakan mandiri dengan sumber bahan baku lokal 38
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, KKP c) Perlu penyuluhan pentingnya menggunakan pakan ikan terdaftar, karena sudah memenuhi standar sesuai SNI melalui pengujian di laboratorium D. Pencapaian produksi ikan hias a) Pemuliaan iduk dan penyediaan benih ikan hias unggul b) Menjaga kelestarian ikan hias spesifik lokal/endemik c) Penerapan teknologi inovasi budidaya ikan hias E.
Pengembangan Minapadi c) Meningkatkan sosialisasi Program Gerakan Sejuta Hektar Minapadi (Gentanadi) baik di tingkat Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota secara intensif dan menyeluruh. d) Meningkatkan dukungan penganggaran untuk mendukung program Gentanadi e) Menindaklanjuti Kerjasama lintas sektoral dalam hal ini dengan Kementerian Pertanian
39
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, KKP
BAB VI PENUTUP
Hasil evaluasi tehadap capaian kinerja Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Direktorat Produksi Tahun 2013 secara umum sudah tercapai dengan rincian capaian kinerja sebagai berikut : 1.
Capaian jumlah Unit Pembudidayaan Ikan tersertifikasi dan memenuhi kebutuhan standar mencapai 7.100 unit atau 101,43% dari target yang ditetapkan sebesar 7.000 unit
2.
Capaian jumlah jenis Pakan Ikan Terdaftar mencapai 909 jenis atau 180% dari target 505 jenis
3.
Capaian jumlah Kelompok yang menerapkan teknologi anjuran perikanan budidaya sebanyak 167 Pokdakan atau 122,72% dari target sebanyak 132 Pokdakan
4.
Jumlah RSNI 3 yang disusun/standar teknologi produksi pembudidaya ikan mencapai 12 judul atau 100% dari target 12 judul
5.
Capaian jumlah Luasan Minapadi mencapai 160.000 Ha atau 64% dari target 250.000 Ha
6.
Capaian jumlah Produksi Ikan Hias mencapai 1.036.841.000 Ekor atau 94,26% dari target 1.100.000.00 ekor
7.
Data Statistik Perikanan Budidaya mencapai 100% (5 Dokumen) dari target 5 Dokumen
8.
Layanan perkantoran mencapai 93,92% (12 bulan) dari target 12 bulan
40