KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, sholawat serta salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah SAW, sebagai teladan setiap insan, keluarga, para sahabat dan umatnya yang setia memperjuangkan kebenaran dan menegakkan agama Islam hingga akhir zaman, Amin. Dalam rangka penulisan skripsi ini, muncul berbagai hambatan namun syukur Al-hamdulillah berkat taufiq dan hidayahnya serta bimbingan, dorongan dan bantuan semua pihak, akhirnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih, kepada: 1. Bpk Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan 2. Bpk Drs. Akhmad Sodiq M.Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam beserta Stafnya yang telah banyak membantu penulis saat menjalani kuliah dan ketika menulis skripsi ini. 3. Ibu Dra. Eri Rosatria M.Ag, selaku Dosen pembimbing skripsi, yang telah banyak meluangkan waktu dan mencurahkan pikiran untuk membimbing penulis dalam penulisan skripsi ini. 4. Bpk Drs. Mastuhu MA, selaku Dosen seminar proposal skripsi, yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan, mengenai tata cara penulisan skripsi.
5. Lembaga pendidkan SMPN 02, Bpk Drs. Zaenal arifin, para dewan guru serta siswa/I SMPN 02, yang telah bersedia membantu penulis dalam memberikan data, baik secara tertulis maupun secara lisan. 6. Para bapak dan ibu dosen, yang telah mendidik dan emberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman kepada penulis dengan penuh kesabaran. 7. Pimpinan Pondok Pesantren Al-marfuiyah, bpk Drs. Ujang Marfu serta ibu Dra. Neneng kusmiyati, serta dewan guru yang telah mendidik penulis. 8. Ayah dan bunda tercinta, Agus Maulana dan Daya, yang telah bersusah payah membesarkan serta mendidik penulis dari buaian hingga sekarang. 9. Kakek dan nenekku yang tercinta, H. Dasim dan Hj. Dasah dan adikku, mardani yang telah memberikan dorongan, baik moril maupun materil. 10. Anakku yang tersayang, yang telah memberikan motivasi, kekuatan serta kesabaran kepada ibu dalam penulisan skripsi ini. 11. Teman-temanku yang tercinta, Musyarofah, ikah kartikah, sugih raharjo, yayah khoiriyah, nurseha, Hj Subhana, uum humairoh dan iis wulandari, yang telah memberikan semangat dan bantuan baik secara moril maupun materil. Kepada Allah jualah penulis serahkan segalanya, serta panjatkan do'a, semoga amal kebajikan mereka mendapat balasan dari Allah, Amin. Akhirnya penulis berharap, semoga kehadiran skripsi yang sederhana ini, dapat bermanfaat bagi penulis, serta pembaca, Amin. Jazakumullah Khairan Katsiro. Jakarta, Jui 2006
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................
i
DAFTAR ISI.....................................................................................................
iii
DAFT ARTABEL ............................................................................................
v
BAB
BAB
I
II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .....................................................
1
B. Alasan Memilih Judul .........................................................
10
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................
11
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...........................................
13
E. Sistematika Penyusunan......................................................
14
LANDASAN TEORI A. Pendidikan Agama Islam .....................................................
16
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam .............................
16
2. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam .....................
22
3. Kurikulum Pendidikan Agama Islam.............................
24
4. Tujuan Pendidikan Agama Islam ...................................
30
B. Kepribadian ..........................................................................
32
1. Pengertian Kepribadian..................................................
32
2. Aspek-aspekKepribadian ...............................................
38
3. Struktur Kepribadian......................................................
38
4. Tipologi Kepribadian .....................................................
38
BAB
BAB
III
IV
METODOLOGI PENELITIAN A. Obyek Penelitian ..................................................................
43
B. Waktu dan Tempat Penelitian ..............................................
43
C. Populasi dan Sampel ............................................................
43
D. Metode Penelitian ................................................................
44
E. Tekhnik Pengumpulan Data.................................................
44
HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMPN 02 Bekasi ....................................
52
1. Sej arah singkat Berdirinya SMPN 02 Bekasi ...............
52
2. Letak Geografis SMPN 02 Bekasi .................................
53
3. Prasarana SMPN 02 Bekasi ...........................................
53
B. Deskripsi Data......................................................................
54
C. Analisis dan Interpretasi.......................................................
54
1. Analisis Data ..................................................................
54
2. Interpretasi Data .............................................................
83
a. Interpretasi dengan Cara Sederhana.........................
83
b. Interpretasi dengan Menggunakan Tabel Nilai r Product Moment ...................................................... BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ..........................................................................
86
B. Saran.....................................................................................
88
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
83
DAFTAR TABEL
1. Kisi-kisi item pernyataan angket penelitian..............................................
46
2. Kriteriapenilaian........................................................................................
51
3. Guru memberikan tugas setelah menyampaikan materi ...........................
54
4. Struktur kurikulum SMP ...........................................................................
55
5. Kurikulum PAI yang diterapfcan sesuai dengan kebutuhan siswa ...........
56
6. Metode yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi, memudahkan siswa dalam menerima pelajaran .......................................
56
7. Materi pendidikan agama sangat membebani terhadap aktivitas siswa....
57
8. Guru menggunakan media pengajaran dalam proses pengajarannya. ......
57
9. Guru memberikan kesempatan untuk bertanya.........................................
58
10. Siswa merasakan suasana KBM yang kondusif........................................
59
11. Guru memberikan bimbingan belajar........................................................
59
12. Jenis kegiatan belajar mengajar ................................................................
60
13. Guru tidak melaksanakan monitoring dan penilaian terhadap proses dan hasil belajar ........................................................................................
60
14. Guru memiliki strategi pengajaran yang handal, sehingga mempermudah siswa dalam menerima materi pelajaran ...................................................
61
15. Dengan belajar sungguh-sungguh siswa akan mendapatkan prestasi yang Baik ...........................................................................................................
62
16. Proses pembelajaran dan aktivitas siswa/I SMPN 02 ...............................
62
17. Guru memberikan bantuan terhadap siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar.............................................................................................
63
18. Dalam proses KBM tercipta suasana yang menyenangkan, sehingga membangkitkan motivasi belajar siswa ....................................................
64
19. Validitas isi tes membingungkan siswa dalam proses ujian berlangsung.
65
20. Siswa mengikuti peraturan yang diterapkari disekolah pendidikan agama di SMPN 02...................................................................................
65
21. Siswa memaafkan teman yang melakukan kesalahan...............................
66
22. Kegiatan ekstra kurikuler siswa/I SMPN 02.............................................
66
23. Bila bertemu dengan guru siswa mengucapkan salam..............................
67
24. Siswa berbohong kepada guru ..................................................................
67
25. Siswa berdo'a hendak memulai pelajaran .................................................
68
26. Siswa mengerjakan tugas pelajaran ..........................................................
68
27. Siswa mendapatkan hukuman bila terlambat............................................
69
28. Siswa menyontek saat ujian ......................................................................
69
29. Guru membiarkan siswa tertidur...............................................................
70
30. Siswa keluar tanpa seijin guru ..................................................................
70
31. Siswa melaksanakan shalat dzuhur secara berjama'ah..............................
71
32. Siswa yang bersikap kurang ajar akan diberi hukuman ............................
71
33. Siswa memberikan selamat terhadap teman yang sukses .........................
72
34. Guru memberikan bimbingan belajar........................................................
72
35. Siswa memahami penjelasan yang diberikan oleh guru ...........................
73
36. Siswa memperhatian dengan baik pada saat guru menyampaikan materi
74
37. Siswa yang melanggar akan mendapat hukuman .....................................
74
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan agama merupakan unsur penting dalam pembentukan dan pembinaan kepribadian seseorang, pendidikan agama berlangsung dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Pendidikan agama yang berlangsung dengan baik dalam semua lembaga pendidikan formal (sekolah) maupun informal (keluarga) dan non formal (masyarakat) akan merupakan unsur penting dalam pembinaan kepribadian seseorang, karena pengalaman keagamaan yang dilalui tersebut akan menjadi unsur penting dalam kepribadiannya. kepribadian yang terjalin didalam nilai-nilai agama akan membuahkan akhlak yang baik. Pendidikan adalah proses transformasi dan internalisasi ilmu pengetahuan dan nilai-nilai pada anak didik melalui pertumbuhan dan pengembangan potensi fitrahnya guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup dalam segala aspek. Belakangan ini banyak ditemukan orang-orang yang akhlaknya tidak baik, sopan santun kepada orang tuanya kurang, bahkan ada ditemukan orang-oramg terpelajar yang melanggar ketentuan-ketentuan hukum, adat, sopan santun masyarakat dan ajaran agama Hal tersebut mungkin disebabkan oleh orientasi sekolah, keluarga dan masyarakat dalam pendidikan adalah kurangnya pengetahuan tentang ajaran
agama termasuk akhlak. oleh karena itu nilai-nilai akhlak tidak tercermin dalam sikap, perilaku dan corak hidup pada umumnya. Dalam hal ini, orientasi sekolah barangkali tidak berlebihan jika dikatakan bahwa pendidikan agama diberikan disekolah lebih mementingkan pengetahuan agama yang harus dimiliki oleh peserta didik dan kurang memperhatikan nilainilai agama yang terkandung didalamnya, padahal pendidikan agama bertujuan agar peserta didik menghayati dan melaksanakan nilai-nilai agama dalam kehidupannya sehari-hari, itulah barangkali yang menyebabkan banyaknya anak, remaja dan orang dewasa berperilaku yang bertentangan dengan agama. Seharusnya nilai-nilai agama masuk dan terjalin kedalam kepribadiannya mulai dari awal pembentukan kepribadian dalam keluarga bahkan sejak dalam kandungan, seandainya anak belum memperoleh nilai-nilai dalam dalam keluarga maka sekolah yang membantunya dengan cara yang tepat. Jika dicermati secara kritis, kata demi kata, kalimat demi kalimat, alinea demi alinea yang terdapat pada pembukaan UUD 1945, bangsa Indonesia sangat menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan, bahkan spirit keagamaanlah yang mendorong
bangsa
Indonesia
berjuang
sampai
akhirnya
menyatakan
kemerdekaan padatanggal 17 Agustus 1945. Berdasarkan hal itu secara yuridis tepatlah jika dikatakan bahwa nagara RI adalah negara agama yang berdasarkan pancasila atau disebut negara pancasila yang di jiwai agama.
Konsekuensi logisnya, dalam kaitannya dengan kepentingan nasional cukup beralasan jika pendidikan agama mendapat tempat yang penting dalam kurikulum pendidikan nasional, sehingga wajib diikuti oleh seluruh peserta didik mulai dari jenjang pendidikan yang paling rendah sampai perguruan tinggi. (Lihat GBHN: 78;83;88;93;98;99 bab agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa). Atas
pertimbangan
itu
tujuan
pendidikan
agama
tentunya
menumbuhkembangkan nilai-nilai keagamaan sebagai landasan berpijak bangsa dan menjadikannya pembangkit semangat dalam mempertahankan eksistensi kemerdekaan Indonesia dan mengisinya, sehingga tujuan pendidikan nasional dapat tercapai. Mengingat telah terjadinya degradasi kewibawaan pendidikan agama terutama dilembaga-lembaga pendidikan formal, maka dalam konteks yang menyangkut konsep dasar, tujuan dan materi, proses pembelajaran dan evaluasi pendidikan Agama. Meskipun sekolah merupakan sarana transfortasi kebudayaan suatu masyarakat namun, eksistensinya tidak seluas eksistensi kebudayaan umum, eksistensi hanya subculture dari totalitas kebudayaan manusia kondisi ini menjadikan sekolah sebagai lembaga paling besar peranannya dalam proses dinamika budaya manusia hal ini setidaknya disebabkan tiga faktor, yaitu: 1) Sekolah merupakan tempat berkumpulnya peserta didik, yang berasal dari berbagai latar belakang kebudayaan yang berbeda. Dalam hal ini, sekolah
berfungsi untuk mengakumulasi berbagai bentuk latar belakang kebudayaan peserta didik, dalam suatu sistem kebudayaan. 2) Eksistensi sekolah merupakan miniatur untuk melihat sejauh mana maju mundurnya peradaban suatu negara. 3) Sekolah juga merupakan tempat dimana peserta didik menerima berbagai macam bentuk keterampilan yang secara pragmatis dapat dipergunakan dalam kehidupannya. Dilain pihak, sekolah juga merupakan tempat penumbuhan nilai moralitas religius, dengan nilai tersebut, diharapkan agar mampu menjadi alat kontrol dalam setiap aktivitas yang dilakukannya.1 Melihat dari wacana diatas, terlihat bahwa eksistensi sekolah merupakan sarana paling vital dalam proses kemunculan kepribadian manusia seutuhnya. Oleh karena itu, diperlukan suatu sistem yang dialogis, adaftik, dan kondusif lagi optimalisasi pencapaian tugas dan fungsinya, baik secara makro maupun mikro. Pendidikan Agama dimaksudkan untuk memberikan bagi para siswa agar dapat berperilaku sesuai dengan nilai-nilai keagamaan dalam hal ini khususnya Islam. Dalam hal ini, pendidikan agama di SMPN 02 Bekasi pun bertujuan agar dapat mencetak siswa/i memiliki kepribadian yang baik, walaupun disekolah ini orientasi pendidikannya adalah pendidikan umum, namun seorang guru berupaya semaksimal mungkin, agar pendidikan agama dapat terlaksana dengan efektif dan efesien, agar tujuan pendidikan agama disekolah dapat terlaksana secara optimal, sehingga sekolah sebagai lembaga pendidikan tidak hanya mampu mentransfer
ilmu namun juga mampu mentransfer kultur yang sesuai dengan ajaran agama Islam1 Kritik-kritik yang cenderung menimpakan segala tanggung jawab atas terjadinya penyimpangan perilaku siswa seperti tawuran dan keterlibatan narkoba, selama ini hanya pada program pelajaran agama adalah tidak adil, sebab pembentukan perilaku akhlakul karimah adalah tanggung jawab semua pendidik bangsa ini termasuk para pemimpin negara. Pendidikan agama berkarakteristik sarat nilai sebagaimana sifat pendidik mempunyai muatan nilai yang bersifat kognitif, afektif dan psikomotorik. Pendidikan
Agama
mengharapkan
diperolehnya
sejumlah
pengetahuan,
terbentuknya sikap dan wujud dan terwujudnya perilaku sebagai insan kamil bagi para pesertanya. Muatan pendidikan agama adalah segala hal tentang bagaimana hubungan manusia dengan Allah, manusia dengan manusia, manusia dengan alam, benda, tumbuhan dan hewan. Pendidikan Agama Islam bersumber pada Al-Qur'an, Hadits dan Sunah Nabi. Sebagaimana pendidikan tentang nilai, akan sangat efektif apabila dipelajari melalui contoh keteladanan, sangatlah penting bagi semua yang terlibat dalam pendidikan ini, menunjukan perilaku yang patut dicontoh.
1
Dr.Samsul Nizar,MA, Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta:Gaya media Pratama, 2001), Cel.l, hal. 125-131
Sudah seharusnyalah seorang guru, apapun pelajaran yang diajarkannya harus memiliki sikap positif terhadap agama, kepribadian, serta akhlaknya hendaklah dijadikan contoh oleh peserta didik, dalam pembentukan pembinaan kepribadian peserta didik, terutama guru agama menjadi cermin bagi agama yang diajarkannya. Dengan demikian seorang guru agama harus mengatahui ciri-ciri perkembangan jiwa anak (menguasai ilmu jiwa anak atau ilmu jiwa perkembangan ), agar dia dapat melaksanakan pendidikan agama dengan cara yang sesuai dan serasi dengan perkembangan jiwa anak yang sedang dihadapinya.2 Berbagai perilaku akan terbentuk secara bertahap, melalui pembiasaanpembiasaan, peniruan, analisis kritis dan pengubah-pengubah (modifikasi). Motivasi berperilaku bisa juga disebabkan oleh penguasaan atas perilaku prasyarat karena ada kepuasan menguasai kecakapan tertentu, Penguasaan kecakapan menimbulkan rasa berhasil dan mendorong untuk memperkuat perilaku tersebut. Umpan balik dan penguatan lebih-lebih pada tahap awal, sangat penting. Pendidikan nilai yang mengatur perilaku manusia dalam hubungan dengan tiga pihak tadi (Al- khalik, manusia dan alam) melingkupi penghayatan mendalam yang menyentuh pengalaman batiniah yang sukar dirasakan yang sukar 2
Abdur Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, PT Gema Windu, Panca Pcrkasa, h. 118-119.
diraba dan diamati, sampai tindakan nyata senyata-nyatanya terhadap orang lain, benda dan makhluk lainnya.3 Sesungguhnya tujuan akhir dari semua pendidikan yang sehat dan berguna adalah yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik dan meningkatkan
harkat
kemanusiaannya
dalam waktu
yang
sama
dapat
menyelamatkan manusia dari keburukan serta bahaya-bahaya yang mengancam nafsu amarah atau kebejatan akhlak dan
kerusakan
masyarakat
yang
melingkupinya. Pendidikan dilihat dari segi operasionalnya mempunyai dua aspek yaitu: a.
Pendidikan berarti menumbuhkan dan membina.
b.
Pendidikan berarti menjaga dan memperbaiki.4 Menangkal terhadap penyakit moral, memperkuat penanaman keutamaan
akhlak dalam diri remaja dan dalam masyarakat kita merupakan senjata yang paling ampuh untuk memerangi segala penyakit moral. Untuk itu memperkokoh kejujuran dan kesabaran hati, sikap memenuhi janji dan keadilan, kasih sayang, menahan hawa nafsu, tolong menolong, persaudaraan, persatuan, bersungguhsungguh serta sikap tengah (tawadu), rendah hati, kebersihan hati serta ksatria akan dapat menimbulkan dalam diri manusia daya pencegah terhadap segala kerendahan nafsu, kitab suci Al-Qur'an memberikan petunjuk dengan ayat3 4
Didaktika Islamika, Reorientasi Pendidikan Agama, edisi khusus. H:35-37
Prof.Dr.Fadliil Al-jumali, Menerabas krisis Pendidikan Dunia Islam, (Jakarta:Golden Teramyon Press, 1993) cet.ke 3, hal.49
ayatnya yang mendorong kita agar mengambil segala perbuatan yang baik dan menjauhi segala bentuk perbuatan yang rendah (hina). Dengan penggambaran proses internalisasi norma-norma seperti itu, pendidikan agama akan memberikan dampak kepada perilaku anak apabila terjadi konsistensi antara apa yang diucapkan dan apa yang diperbuat oleh mereka. Disamping itu dampak dari pendidikan agama akan menunjukkan efektifitasnya apabila terjadi kesinambungan yang harmonis antara rumah sekolah dan lingkungan ketiga. Sebaiknya apabila pendidikan di rumah tidak sesuai dengan norma-norma yang diberikan di sekolah dan lebih-lebih bertentangan dengan kenyataan yang ada di lingkungan ketiga, maka bukan saja keraguan yang akan timbul tetapi anak-anak akan kehilangan pegangan kemudian dia akan larut kepada perilaku reaktif yang terjadi secara situasional. Tekanantekanan akan datang dari luar dirinya terutama dari kawan-kawan atau dari orangorang yang dia temui didalam pergaulannya, termasuk tatanan layanan sosial yang tampak membuai, tetapi pada hakikatnya merupakan malapetaka (contoh varia, film dan majalah porno serta budaya kekerasan). Pendidikan agama yang baik menyajikan pembisaan-pembiasaan, pengetahuan, penghayatan dan ketaqwaan kepada Allah SWT dan dalam bentukbentuk perilaku yang baik (akhlaqul karimah). Didalam perjalanannya tentu saja dampa ini terlihat pada awalnya sebagai kebisaan-kebisaan, kemudian lama kelamaan melalui daya kritisnya dia akan memahami dari apa yang ia lakukan, ia
akan menyakini bahwa segala perilakunya itu adalah cerminan keimanannya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan itu pula ia memiliki keimanan, sebagaimana yang telah digariskan dalam rukun iman, tetapi juga berperilaku terhadap sesamanya dengan cara-cara yang terpuji sebagaimana dicontohkan oleh nabi-nabi yang diketahui penuturan dan bacaannya. Dalam menjalankan syari'at agama, ia juga akan berpedoman kepada aturan-aturan yang diajarkan kepadanya, baik melalui percontohan maupun melalui ajaran-ajaran serta cara-cara lain yang berhubungan dengan media atau teknologi sesuai denganjamannya. Pada tataran yang lebih tinggi pendidikan agama bukan saja pedoman perilaku anak didik pada keadaan-keadaan yang normal, tetapi ia akan menjadi benteng terhadap gelombang-gelombang kehidupan dan ujian-ujian kehidupan berupa berbagai godaan yang bertentangan dengan perilaku akhlaqul karimah tersebut. Negara kita bukan negara sekuler. Pendidikan agama telah disepakati sebagai sesuatu yang harus dijadikan sebagai salah satu pelayanan kepada warga negara Indonesia yang sangat pluralistik. Berbeda dengan negara-negara yang sekuler seperti di Turki maupun di Korea Selatan misalnya, bahwa negara justru tidak membolehkan sekolah memberikan pendidikan agama karena dianggap memasuki wilayah pribadi dan itu bertentangan dengan norma-norma mereka.
Semangat keagamaan merupakan pendorong bangsa Indonesia menjadi bangsa yang merdeka dan berdaulat, karena itu nilai-nilai keagamaan dijunjung tinggi. Pendidikan agama wajib diberikan dari berbagai tingkat pendidikan. pendidikan agama wajib diberikan dari tingkat sekolah dasar sampai tingkat perguruan tinggi.
B. Alasan Memilih Judul Adapun judul yang penulis pilih dalam skripsi ini, adalah "PERANAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH UMUM DALAM UPAYA PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN SISWA". Ada beberapa alasan yang menjadi motivasi penulisan masalah dalam judul ini, diantaranya sebagai berikut: 1. Pendidikan agama merupakan suatu usaha dalam membina kehidupan beragama dan bernegara. Sebagaimana Firman Allah SWT:
ﻦ ُآﻞﱢ ِﻓ ْﺮ َﻗ ٍﺔ ِﻣ ْﻨ ُﻬ ْﻢ ﻃَﺎ ِﺋ َﻔ ٌﺔ ْ ن ا ْﻟ ُﻤ ْﺆﻣِﻨُﻮنَ ِﻟ َﻴ ْﻨ ِﻔﺮُوا آَﺎ ﱠﻓ ًﺔ ﻓَﻠَ ْﻮﻟَﺎ َﻧ َﻔ َﺮ ِﻣ َ َوﻣَﺎ آَﺎ .ن َ ﺤ َﺬرُو ْ ﺟﻌُﻮا ِإَﻟ ْﻴ ِﻬ ْﻢ َﻟ َﻌﱠﻠ ُﻬ ْﻢ َﻳ َ ﻦ َوِﻟ ُﻴ ْﻨ ِﺬرُوا َﻗ ْﻮ َﻣ ُﻬ ْﻢ ِإذَا َر ِ ِﻟ َﻴ َﺘ َﻔ ﱠﻘﻬُﻮا ﻓِﻲ اﻟﺪﱢﻳ Artinya: "Tidak sepatntnya bagi orang-orang yang rmikmin itii pergi semiianya (kemedan perang), mengapa tidak pergi dan tiap-Hap golongati diantam mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahiian mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kanmnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itii dapat menjaga dirinya. (QS. AI-Taubah: 122)
2. Pendidikan dalam kehidupan manusia memiliki peranan yang sangat penting, yakni dapat membentuk kepribadian serta sebagai kekuatan yang dapat menentukan prestasi dan produktivitas seseorang, sehingga dapat memahami dan menginterpretasikan lingkungan yang dihadapinya, serta mencapai suatu peradaban yang tinggi. 3. Di dalam menghadapi era globalisasi ini, pendidikan memiliki tugas yang tidak ringan, disamping mempersiapkan peserta didik untuk meningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), diharapkan juga mampu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan (1MTAQ) kepada Allah SWT. Hal ini untuk mengantisipasi dampak negatif dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta budaya asing yang sangat berpengaruh terhadap kebudayaan an peradaban umat manusia, sebab pengaruh budaya asing yang bersifat negatif akan membawa gnerasi muda kearah dekadensi moral. Ini akibat kurangnya nilai-nilaipendidikan agama dalam diri siswa. 4. Bertolak dari masalah diatas, penulis igin mengetahui bagaimanakah Pendidikan Agama Islam yang di perankan oleh SMPN 02 dalam membina dan membimbing siswa, agar memiliki kepribadian yang baik, sebagaimana pendidikan agama yang diberikan di SMPN 02, dalam kehidupan sehari-hari.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah Penelitian Pendidikan Agama dianggap belum mencapai sasaran, ketika hanya pada tataran kognitif, belum sampai kepada tataran afektif dan psikomotorik. Dalam sistem pendidikan nasional bahwa pendidikan agama dinyatakan sebagai kurikulum wajib. Ini merupakan peluang bagi setiap sekolah, untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan agama di Indonesia dan untuk menghindari kekhawatiran akan semakin merosotnya nilai-nilai moral bangsa Indonesia ini. Dalam penulisan skripsi ini, penulis merasa perlu untuk membatasi dan merumuskan terlebih dahulu masalah-masalah yang hendak di bahas, agar arah dan sasaran yang hendak dicapai lebih jelas dan terarah. Berkaitan dengan masalah ini penulis membatasi kepada: 1. Pendidikan agama dibahas disini dibatasi pada pendidikan agama dalam pendidikan formal, pada pengamalan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-qur'an dan Al-hadits, melalui kegiatan bimbingan dan pengajaran, latihan serta penggunaan pengamalan, yang meliputi: Akidah' akhlak, fiqh, Al-qur'an dan sejarah. 2. Pembentukan kepribadian yang dimaksud dalam pendidikan agama Islam ini adalah sebagai upaya untuk dapat membentuk dan membina setiap pribadi muslim yang berakhlakul karimah serta sebagai pengarah dan petunjuk dalam mendidik peserta didik agar memiliki kepribadian menurut ajaran agama dan norma yang berlaku.
Dari beberapa permasalahan tersebut diatas dapat dirumuskan menjadi pokok-pokok permasalahan yang lebih kongkrit dalam bentuk pertanyaanpertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMPN 02 ? 2. Bagaimanakah kepribadian siswa SMPN 02 ? 3. Apakah ada hubungannya pendidikan agama dengan kepribadian siswa ? 4. Bagaimanakah peran serta sekolah dalam memberikan pendidikan agama Islam terhadap siswanya ?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan
pemasalahan
umum
yang
telah
dirumuskan
maka
kegiatan penelitian yang penulis lakukan bertujuan: 1. Untuk mendapatkan gambaran mengenai peranan Pendidikan Agama Islam di SMPN 02 dalam upaya pembentukan kepribadian sisa. 2. Untuk mendapatkan gambaran mengenai upaya yang dilakukan SMPN 02 dalam rangka pembentukan kepribadian Sedangkan manfaat penelitian ini dapat dinyatakan sebagai berikut: 1. Untuk menambah khazanah keilmuan, khususnya tentang pendidikan agama Islam 2. Sebagai sumbangan pikiran dalam bentuk tulisan yang bersifat ilmiah guna dapat di manfaatkan oleh berbagai pihak yang memerlukannya
E. Sistematika Penulisan Penulisan skripsi ini, terdiri dari lima bab yang stiap babnya terdiri dari beberapa sub bab, dengan sistematika sebagai berikut: BAB I
Pendahuluan, bab ini berisi tentang, latar belakang masalah, Alasan memilih judul, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II
Landasan teori, bab ini berisi tentang, Pendidikan Agama Islam, pengertian pendidikan, ruang lingkup pedidikan agama Islam, kurikulum pendidikan agama Islam dan tujuan pendidikan agama Islam. Kepribadian, pengertian kepribadian, aspek-aspek kepibadian, struktur kepribadian, tipologi kepribadian dan faktor-faktor yang menentukan kepribadian.
BAB III
Metodologi Penelitian, bab ini berisi tentang, obyek penelitian, waktu dan tempat penelitian, populasi dan sampel, metode penelitian, tekhnik pngumpulan data dan tekhnik analisis data.
BAB IV
Hasil Penelitian, bab ini berisi tentang, gambaran umum SMPN 02, sejarah singkat berdirinya SMPN 02, letak geografis SMPN 02, prasarana SMPN 02. PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DISEKOLAH UMUM DALAM UPAYA PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN SISWA, bab ini berisi tentang, sistem pendidikan agama Islam di SMPN 02, kurikulum pendidikan agama Islam di SMPN 02, strategi pembelajaran pendidikan agama Islam di SMPN 02, proses
pembelajaran pendidikan agama Islam di SMPN 02, saran pendidikan agama Islam di SMPN 02, Sistem evaluasipendidikan agama Islam di SMPN 02 dan upaya yang dilakukan SMPN 02 dalam upaya pembentukan kepribadian siswa SMPN 02. BAB V
Penutup, bab ini berisi tentang, kesimpulan dan saran.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam Secara harfiah, Pendidikan berasal dari kata educare, yang artinya "mengeluarkan suatu kemampuan". Jadi educare adalah membimbing untuk mengeluarkan kemampun yang tersimpan dalam diri anak untuk tercapainya kedewasaan. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan Education artinya pendidikan yang dikaitkan dengan pendidikan sekolah karena sekolah merupakan tempat dimana anak dididik melalui pendidikan secara formal5 Secara terminologis, Drs. Ngalim Purwanto menjelaskan bahwa, pendidikan adalah segala usaha orang dewasa pada pergaulannya dengan anak-anak dalam memimpin perkembangan jasmaniah dan rohaniahnya kearah kedewasaan.6 Pendidikan dalam bahasa arab disebut "tarbiyah", berasal dari kata kerja Rabba yang berarti mendidik, bertambah, tumbuh, memelihara, merawat, berkembang, mengatur dan menjaga kelestarian atau eksistensinya sebagaimana dalam ayat ke24 dari surat Al-Isra,(17) dan ayat 18 surat As-
5
Dwi Nugroho, ED, Mengenal Manusia dan Pendidikan, (Yogyakarta : Liberty, 1998), cet. 1 hal.1. 6 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teorits danpraktis, (Bandung: Remaja Karya, !998),cet l.hal.3
Syura (26). Tarbiyah juga berarti proses persiapan dan pengasuhan manusia pada fase-fase awal kehidupannya yakni pada tahap perkembangan masa bayi dan kanak-kanak7 Pendidikan juga identik dengan kata "Ta'lim" dari kata kerja "Allama” yang berarti pengajaran memberi tahu atau transfer of knowledge karena memang proses ini ada dalam pendidikan.8 Kata lain yang mengandung arti pendidikan adalah "at-ta'dib" dari kata kerja ad-daba yang berarti pembinaan, mendidik dan memelihara.9 Maka dalam konteks yang luas, al-tarbiyah terdiri atas 4 unsur pendekatan, yaitu: a. Memelihara dan menjaga fitrah anak didik menjelang dewasa. b. Mengembangkan seluruh potensi menuju kesempurnaan. c. Mengarahkan seluruh fitrah menuju kesempurnaan dan d. Melaksanakan pendidikan secara bertahap.10 Sedangkan secara istilah pendidikan dalam Islam menurut Ahmad Tafsir, adalah bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran agama Islam.11
7
Zuhzirini, Abdul Gafir, Slamet AS, Yusuf, Metode Khusus Pendidikan Agama, (Malang: Biro Ilmiah Tarbiyah, IAIN Sunan Ampel, 1981) Get ke-7, h.25 8 Lihat tafsir Al-Qurthubi, Qs Al-Baqoroh (2) ayat 31 dan an-Naml 916) ayat 16. 9 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara), 1996 cet. 3, hal. 25-27 & samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: pendekatan Historis ,Teoritis dan Praktis, (Jakarta:Ciputat Pres, 2002), cet 2, hal. 32. 10 Abdurrahman An-Nahlawi, prinsip-prinsip dan Metode, h. 25-32. 11 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Persfektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1994), Cet. 1, hal. 32.
Sedangkan menurut Zakiah Daradjat, pendidikan Islam berarti pembentukan pribadi muslim. Al-Syaibani mengemukakan pendidikan Islam adalah proses mengubah tingkah laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi, masyarakat dan alam sekitarnya.12 Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani, bertaqwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-qur'an dan hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan pengalaman.13 Berdasarkan pengertian umum Pendidikan Agama Islam tersebut, Dirjen Pembinaan Kelembagaan agama Islam,Departemen Agama RI, Merumuskan pengertian Pendidikan Agama Islam ( PAI ) diartikan sebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan Agama Islam melalui kegiatan, bimbingan, pengajaran dan latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.14 Sesuai dengan penjelasan pasal 39 ayat (2) UUSPN Tahun 1989, Pendidikan Agama Islam dimaksudkan sebagai usaha untuk memperkuat 12
Omar Muhammad Al-Touny al-Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,1979), cet. l,h. 11. 13 Pusat Kurikulum, Badan Penelitian dan pengembangan, Departemen Pendidikan Nasional, KBK Mata Pelajaran PAI SMU, (Jakarta: 2001, hal. 8. 14 Drs. H.M. Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, CV. Pedoman Ilmu Jaya, (Jakarta: 1999 ), h : 74
iman dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama yang diamalkan oleh peserta didik yang bersangkutan dengan memperhatikan tuntunan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat. Dalam menghadapi era globalisasi pendidikan memiliki tugas yang tidak ringan, disamping mempersiapkan peserta didik untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) diharapkan juga mampu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan (IMTAQ) terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Peningkatan keimanan dan ketaqwaan dilakukan untuk mengantisipasi dampak negatif dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu sebagaima ketentuan dalam UU No. 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan Nasional, dalam rangka memperkuat keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, pendidikaan Agama dinyatakan sebagai kurikulum wajib pada semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan. Proses pembelajaran pendidikan agama yang belum berjalan secara efektif, dikarenakan rendahnya kemampuan guru agama dibidang metodologi dan terbatasnya jumlah jam belajar serta fasilitas yang kurang memadai dan sistem evaluasi pendidikan agama Islam yang masih menekankan pada aspek kognitif, yang seharusnya secara utuh meliputi pula aspek afektif dan psikomotorik. Para ahli ternyata berbeda pendapat mengenai pengertian pendidikan dan Pengajaran. Tetapi pada umumnya para ahli sependapat bahwa
pengajaran adalah program dari pendidikan, pendidikan lebih luas dari pada pengajaran. Pendidikan meliputi pengajaran. Kata pendidikan adalah "didik" atau "mendidik" yang secara harfiah artinya memelihara dan memberi latihan. Sedangkan "pendidikan" adalah tahapan-tahapan kegiatan mengubah sikap dan prilaku seseorang atau sekelompok orang melalui upaya program-program dan pelatihan. Sementara itu, Poerbakawatja dan Harahap (1981), Poerwanto (1985) dan Winkel (1991), masing-masing mengartikan pendidikan dengan ungkapan yang maksudnya relatif sama bahwa pendidikan adalah usaha yang di sengaja dalam bentuk perbuatan, bantuan dan pimpinan orang dewasa kepada anakanak agar mencapai kedewasaan. Tekanan mereka dalam hal ini adalah bahwa pendidikan itu harus di lakukan oleh orang dewasa, sedangkan yang dididik harus orang yang belum dewasa (anak-anak). Jadi, istilah pendidikan mempunyai arti : Menanamkan tabiat yang baik agar anak-anak mempunyai sifat yang dan berpribadi utama. Dalam mendidik, yang lebih penting adalah segi pembentukan pribadi anak.15 Dengan demikian jelaslah bahwa kalau mendidik itu mengenai masalah perasaan, antara akal dan perasaan memang mempunyai hubungan yang sangat erat.
15
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Bam, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002) Cet ke-7, h.32
Dalam bahasa inggris mengajar di sebut instruction atau teaching. Akar kata instruction adalah to instruc, artinya to direct to do something, to tech to do something, to furnish with information, yakni memberikan pengarahan agar melakukan sesuatu, mengajar agar melakukan sesuatu, memberikan informasi. Sedangkan menurut Reber (1988) intruction (pengajaran)
berarti
pendidikan
atau
proses
perbuatan
mengajarkan
pengetahuan. Dengan demikian istilah mengajar mempunyai arti : memberikan pengetahuan kepada anak, agar mereka dapat mengetahui peristiwa-peristiwa, hukum-hukum ataupun proses dari pada sesuatu ilmu pengetahuan. Jadi yang dipentingkan adalah segi ilmiahnya. Selanjutnya para ahli pendidikan Islam mengemukakan pendidikan, sebagai berikut: 1) Muhammad Jamaludin Al-Qosimi mendefinisikan attarbiyah atau pendidikan dengan “hiya tablighusy sya'i illa kamalihi, syaian fa syaian” yaitu proses penyampaian sesuatu sampai pada batas kesempurnaan yang dilakukan secara tahap demi tahap. 2) Ismail Haqi Al-Barusawi memberikan arti attarbiyah dengan proses pemberian nafsu dengan berbagai kenikmatan, pemeliharaan hati nurani dengan berbagai kasih sayang, bimbingaan jiwa dengan hhukum-hukum syari'ah serta pengarahan hati dengan etika kehidupaan dan penerangan rahasia hati dengan hakikat pelita.
3) Abdul Fatah Jalal dalam buunya "Min Ushuli Tarbawiyyah Fiil Islam" menyatakan bahwa attarbiyah adalah proses pesiapan dan pemeliharaan anak didik pada masa kanak-kanak didalam keluarga. Pengertian tersebut diambil dari maksud surat Al-Isra ayat 24 dan surat Asy-syu'ara ayat 18 4) Musthofha Al-Maraghi memberikan arti attarbiyyah dengan dua bagian, yaitu tarbiyyah kholiqiyah, pembinaan dan pengembangan jasad, jiwa dan akal dengan berbagai petunjuk. Dan tarbiyyah diniyyah tahdzibiyyah, pembinaan jiwa dengan wahyu untuk kesempurnaan akal dan jiwa. 5) Musthafa Al-Gholayani berpendapat bahwa attarbiyah adalah penanaman etika yang mulia pada jiwa anak yang sedang tumbuh dengaan cara memberi petunjuk dan nasehat, sehinga ia memiliki potensi-potensi.16 Pendidikan Islam merupakan komponen yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lain, karena pada dasarnya pendidikan Islam merupakan transformasi nilai - nilai Islam sebagai substansi dan implikasi dari segala aspek kehidupan.
2. Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam Abu Ahmadi, dalam bukunya "Didaktik dan Metodik" mengatakan, bahwa ruang lingkup pendidikan Islam pada dasarnya mengacu pada lima hal dibawah ini:
16
Muhaimin, et aal, Pemikiran Pendidikan Islam, Kajian Filsofis dan Kerangka Dasar Operasionalnya, (Bandung,: PT. Trigenda karya, 1993), Get. Ke-1 h.131.
1. Perencanaan Perencanaan
adalah
suatu
kegiatan
yang
dilakukan
sebelum
melakukan ativitas. Dimasa tahun 1975 secara umum digunakan Lesson Plan yang mengambil bentuk saluran pelajaran atau sering dikenal dengan sebutan satpel. Hampir semua sekolah menggunakannya tapi ada juga Lesson Plan yang dibuat dalam bentuk modul. Oleh karena itu perlu adanya modal dasar untuk membuat Lesson Plan dalam model apapun. Hal ini diperluka sebagai bukti bahwa guru memiliki kemampuan teoritis dan kompeten dibidangnya. 2. Bahan Pembelajaran Bahan disebut juga sebagai materi, yaitu sesuatu yang diberikan kepada siswa saat berlangsungnya proses belajar mengajar. Melalui proses belajar mengajar siswa diantarkan kepada tujuan pembelajaran. Bahan pengajaran dapat dibedakan menjadi beberapa kategori, yakni : fakta, konsep, prinsip dan keterampilan. Semuanya dimmuskan sedemikian rupa dalam bahasa yang jelas dan diproyeksikan untuk mencapai tujuan pembelajaran atau instruksional dengan menetapkan bahan pembelajaran. 3. Strategi Pembelajaran Strategi yang berarti rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus adalah tindakan guru dalam melaksanakan rencana pembelajaran. Artinya, usaha guru dalam menggunakan beberapa variabel pembelajaran (tujuan, bahan, metode, dan alat serta evaluasi).
Dengan kata lain Strategi mengajar adalah taktik yang digunakan dalam melaksanakan atau praktek mengajar di kelas. Nilai guna yang didapatkan bagi guru adalah agar tercapainya tujuan melalui kegiatan terprogram. 4. Media Pembelajaran Media disebut juga dengan alat yaitu sarana yang dapat membantu proses belajar mengajar atau menetapkan alat penilaian yang paling tepat untuk menilai sasaran atau anak didik tersebut. Dalam hal ini evaluasi terdiri dari dua bagian meliputi : a. Tes : tes lisan, tulisan dan tindakan b. Non tes : observasi, wawancara, studi kasus skala penilaian, checklist, inventory 5. Evaluasi Evaluasi
atau
penilaian
pada
dasarnya
adalah
memberikan
pertimbangan atau nilai berdasarkan kriteria tertentu. Hasil yang diperoleh dalam penilaian dinyatakan dalam bentuk hasil belajar. Oleh karena itu tindakan atau kegiatan tersebut dinamakan penilaian hsil belajar. Sedangkan menurut Drs. Yunus Namsa yang merupakan ruang lingkup pendidikan atau pengajaran agama Islam meliputi keserasian, keselarasan, dan kesetimbangan antara lain : 1) Hubungan manusia dengan Allah SWT 2) Hubungan manusia dengan sesama manusia 3) Hubungan manusia dengan dirinya
4) Hubungan manusia dengan mahluk lain di lingkungannya17 Ruang lingkup pengajaran agama yang dipaparkan pada pembahasan diatas pada dasarnya adalah sama, tetapi pendapat Abu Ahmadi mengacu pada segi didaktik dan metodik, sedangkan menurut Yunus Namsa dilihat dari segi keselarasan keseimbangan, dan keserasian hubungan manusia.
3. Kurikulum Pendidikan Agama Islam Sebelum menjelaskan pengertian kurikulum pendidikan Islam, ada baiknya dijelaskan terlebih dahulu pengertian kurikulum secara umum, yaitu : "Kurukulum adalah sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial, olah raga dan kesenian yang disediakan oleh sekolah bagi murid-muridnya didalam dan diluar sekolah dengan maksud menolongnya untuk berkembang menyeluruh dalam segala segi dan merubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan pendidikan”. Menurut M. Arifin kurikulum adalah segala mata pelajaran yang dipelajari dan juga semua pengalaman yang harus di peroleh serta semua kegiatan yang dilakukan oleh anak didik. Dengan demikian kurikulum harus di desain berdasarkan pada pemenuhan kebutuhan manusia didik dan isinya terdiri dari pengalaman yang
17
Yunus Namsa, Metodologi Pengajaran Agama Mam, Jakarta : Pustaka Firdaus, 2000, cet-l,h..23
sudah teruji kebenarannya. Pengalaman yang educatif, eksperimental dan adanya rencana dan susunan yang teratur. Adapun pengertian kurikulum agama adalah semua pengetahuan, aktifitas dan juga pengalaman-pengalaman yang dengan sengaja dan secara sistematis diberikan oleh pendidik kepada anak didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan agama. Sesuai dengan pengertian tersebut, maka kurikulum pendidikan Agama adalah termasu salah satu komponen pendidikan Agama yakni berupa alat untuk mencapai tujuan pendidikan Agama.Untuk mencapai tujuan pendidikan, maka dengan sendirinya dibutuhkan terdapatnya kurikulum yang sesuai. Dalam konteks kurikulum pendidikan agama islam, kurikulum idealnya tidak disusun secara sentralistik, karena walaupun agama itu berlaku universal tapi problem kehidupan keagamaan menjadi lokal-sektoral. Dari segi dasar pemahaman keagamaan grade-nya sangat bervariasi. Daerah-daerah tertentu yang lebih religius, seperti aceh misalnya, kurikulum pendidikan agama jangan disamakan dengan masyarakat islam di papua yang memang sangat tertinggal dan tidak kondusif bagi pengembangan wawasan keislaman. Oleh sebab itu departemen agama hanya memberi semacam ramburambu yang harus ada di dalam kurikulum pendidikan agama islam, tidak sampai menyentuh kesubstansi materi. Kurikulum yang disusun Depag harus
dibuat sangat memungkinkan untuk guru dapat melakukan improvisasi terhadap kurikulum tersebut. a. Komponen Kurikulum Kurikulum mempunyai empat komponen, yaitu tujuan,
isi, pola
belajar-mengajar dan evaluasi. 1) Komponen tujuan mengarahkan atau menunjukan sesuatu yang hendak dituju atau dicapai dalam proses belajar-mengajar. 2) Komponen isi menunjukan materi proses belajar-mengajar tersebut. Isi kurikulum harus relevan dengan tujuan yang dibuat. 3) Komponen proses belajarmengajar, dalam proses belajar sebaiknya anak tidak dibiarkan sendiri, karena PMB itu merupakan gabungan kegiatan anak belajar dan guru mengejar yang tidak terpisahkan. Selain itu juga PMB termasu didalamnya sarana (media) serta metode pembelajaran. 4) Komponen evaluasi yaitu kegia tan kurikulum berupa penilaian untuk mengetahui prosentase keberhasilan tujuan PMB yang sudah di rumuskan. Penilain dalam Pendidikan Islam mempunyai kriteria sendiri selain dari pencapaian kognitif, juga mengandung kriteria kebijaksanaan dan budi luhur.
b. Ciri-ciri Kurikulum Pendidikan Islam Kurikulum pendidikan Islam mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1) Kurikulum PAI harus menonjolkan agama dan akhlak yang diambil dari Al-Qur'an dan Hadits. 2) Kurikulum PAI harus memperhatikan pengembangan yang berkesinambungan antara aspek pribadi siswa, jasmani, akal dan rohani. 3) Kurikulum PAI harus memperhatikan unsur arti yang sangat luas. 4) Kurikulum PAI harus mempertimabngkan perbedaan-perbedaan kebudayaan yang sering terdapat di tengah masyarakat. Tingkat pluralitas dalam berbagai aspek kehidupan harus direspons dengan kurikulum pendidikan Agama Islam yang menghormati dan menghargai perbedaan antar etnik agama, suku, warna kulit, bahasa, nation dan sebagainya. 5) Kurikulum PAI harus memperhatikan keseimbangan antara pribadi dan masyarakat, dunia dan masyarakat, jasmani, akal dan rohani.18 c. Prinsip-prinsip Kurikulum Pendidikan Agama Islam Dalam penyusunan kurikulum Pendidikan Agama Islam harus memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut: 1) Harus ada mata pelajaran yang ditujukan mendidik rohani (hati), rohani yang dimaksud adalah aspek manusia selain jasmani dan akal. 18
Ibid, hal. 18
Untuk mendidik rohani mata pelajaran yang tepat adalah mata pelajaran ketuhanan (Akhlaq). 2) Harus memuat tuntunan cara hidup, yang dimaksud adalah bagaimana cara berhubungan yang baik dengan Allah, sesama manusia dan lingkungan sekitar. Mata pelajaran yang dapat memenuhi tuntutan ini adalah ilmu fiqih dan ilmu akhlak. 3) Mata pelajaran harus memenuhi rasa ingin tahu yang ada pada peserta didik. 4) Mated pelajaran yang terdapat dalam kurikulum itu harus fungsional dan mempunyai konsekuensi praktis pragmatis. 5) Mata pelajaran yang dibarikan berguna dalam mempelajari ilmu lain. Adapun materi pokok dalam Pendidikan Agama Islam, sebagai berikut: a. Aqidah adalah bersifat keyakinan batin, mengajarkan keesaan Allah. b. Syari'ah adalah berhubungan dengan amal lahir guna mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan, dan mengatur pergaulan hidup dan kehidupan manusia. c. Akhlak adalah suatu bentuk amalan yang bersifat pelengkap penyempurna bagi kedua amal diatas yang mengajarkan tentang tatacara pergaulan hidup manusia.19 Tiga inti ajaran pokok ini kemudian dijabarkan dalam bentuk rukun iman, rukun Islam dan akhlak, Dari ketiganya lahirlah beberapa keilmuan agama, yaitu : ilmu tauhid, ilmu fiqh, dan ilmu akhlak. Ketiga kelompok ilmu agama ini kemudian dilengkapi dengan pembahasan dasar hukum 19
Ibid., h. 18
islam, yaitu Al-Qur'an dan Al-Hadits, serta ditambah lagi dengan sejarah islam (Tarikh). Pada tingkat SMP secara psikologis, peserta didik mengalami perkembangan kejiwaan dan intelektualitas yang berbeda dibandingkan peserta didik pada sekolah dasar. Kondisi kejiwaannya yang memasuki jiwa remaja dan intelektualitasnya yang menuju kematangan harus di formulasi standar pendidikan agama Islam yang sesuai dengan kejiwaan dan intelektualitasnya. Oleh karena itu pengajaran agama di SMP dapat dibagi menjadi: 1. Keimanan 2. Ibadah/Fiqh 3. Akhlak 4. Sejarah Islam 5. Al-Qur'an 6. Mu'amalah20 7. Syari'ah 8. Tarikh21
20
DEPAG RI, Kendali Mutu Pendidikan Agama Mam, (Jakarta,2001), hal.9 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kurikulum Pendidikan Dasar, Garisgaris Besar Program Pengajaran (GBPP) h. 3. 18 Zakiah Daradjat, h. 18 21
4. Tujuan Pcndidikan agama Islam Pendidikan Islam merupakan proses bimbingan dan membina fitrah peserta didik secara maksimal dan bermuara pada terciptanya pribadi peserta didik sebagai muslim sempurna (insan kamil) yang meliputi kognitif, afektif dan psikomotorik. Tujuan Pendidikan Agama Islam, menurut beberapa pendapat para ahli, antara lain: 1. Dr. Zakiah Daradjat, dkk, membagi tujuan pendidikan Islam ini dalam 4 (empat) bagian. Yaitu tujuan umum, tujuan akhir, tujuan sementara dan tujuan operasional. Sebagai tujuan umum pendidikan meliputi sikap. Tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan. Tujuan sementara dari pendidikan Islam beliau berpendapat bahwa proses pendidikan itu yang dianggap sebagai tujuan akhirnya adalah insan kamil yang mati dan akan menghadap Tuhan-nya. sedangkan yang menjadi tujuan sementara yang dimaksud oleh Zakiah Daradjat ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal, tujuan operasional ialah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu.22 2. Pendapat Ibnu Khaldun, yang disadur leh Prof. Dr. Ramayulis membagi tujuan pendidikan Islam ini dalam dua tujuan, yaitu tujuan keagamaan dan tujuan ilmiah. Tujuan keagamaan maksudnya ialah beramal untuk akhirat, sehingga ia menemui Tuhan-nya dan telah menunaikan hak-hak Allah yang diwajibkan kepadanya. Sedangkan tujuan ilmiah yang bersifa keduniaan, yaitu aapa yang diungkapkan oleh pendidikan modern dengan tuuan kemanfaatan atau persiapan untuk hidup.23 3. Al-Abrasyi masih yang disssadur oleh Prof. Dr. Ramayulis, memiliki penddpat yang Ibih komplit, yaitu bahwa pendidikan islam memiliki 5 (lima) tujuan pokok, antara lain: a) Sebagai pembentukan akhlak mulia b) Persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat c) Persiapan untuk mencari rizki dan pemeliharaan segi-segi pemanfaatan. Keterpaduan antara agama dan ilmu akan dapat membawa manusia kepada kesempurnaan 22 23
Zakiyah Darajat, h. 18 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1998) Get. Ke-2, h. 25.
d) Menumbuhkan roh ilmiah para pelajar dan memenuhi keinginan untuk mengetahui serta memiliki kesanggupan untuk mengkaji ilmu sekedar sebagai ilmu e) Mempersiapkan para pelajar untuk suatu profesi tertentu sehingga ia mudah mencari rezeki.24 Demikian beberapa pendapat rumusan tujuan pendidikan Islam, makna dan fungsinya dalam upaya pembentukan kepribadian, perpaduan iman dan amal soleh, yaitu keyakinan adanya kebenaran mutlak yang menjadi satusatunyaa tujuan hidup dan sentral pengabdian diri dan perbuatan yang sejalan dengan harkat dan martabat kemanusiaan. Dalam proses pendidikan ini tujuan akhir merupakan kristalisasi nilainilai yang ingin diwujudkan dalam pribadi anak didik. Oleh karena itu tujuan akhir harus komprehensif, mencakup semua aspek, serta terintegrasi dalam pola kepribadian yang ideal dan utuh. Tujuan akhir mengandung nilai-nilai Islami dalam segala aspeknya, yaitu aspek normatif, aspek fungsional dan aspek operasionalnya. Hal tersebut menyebabkan pencapaian pendidikan tidak mudah, bahkan sangat komplek dan mengandung resiko sangat mental spiritual, lebih-lebih lagi menyangkut internalisasi nilai-nilai Islami yang didalamnya terdapat iman, islam dan takwa, serta ilmu pengetahuan menjadi alat vitalnya. Pendidikan Islam merupakan komponen yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lain, karena pada dasarnya pendidikan Islam merupakan
24
Ibid, h. 26.
transformasi nilai-nilai Islam sebagai substansi dan implikasi dari segala aspek kehidupan. Tujuan pendidikan agama adalah agar para siswa memiliki akhlak yang tinggi, beriman yang ditunjukan oleh perilaku-perilaku yang terpuji dalam interaksinya dengan manusia dan lingkungannya. Pemdidikan agama membantu anak didik menjadi insan kamil yaitu ia mempunyai kualitas hubungan yang amat baik, bik kepada Allah SWT, terhadap manusia dan terhadap lingkungannya yang lain. Tujuan pendidikan pada tingkat SMP sebagaimana dirumuskan dalam buku "Kendali mutu pendidikan agama Islam", adalah: a. Beriman kepada Allah SWT, rukun Islam dan rukun Iman b. Dapat membaca dan menulis serta memahami ayat suci al-Qur'an serta mengetahui hukum membacanya c. Beribadah dengan baik sesuai dengan tuntunan syariat Islam baik ibadah wajib maupun sunah d. Dapat mentauladani sifat, sikap, dan kepribadian Rasulullah SAW. e. Mempraktikan hukum mu'amalah Islam dalam kehidupan sehari-hari.25 Tujuan akhir dari semua pendidikan yang sehat dan berguna adalah yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik dan meningkatkan harkat kemanusiaannya dan dalam waktu yang sama dapat menyelamatkan
25
DEPAG RI, Kendali Mutu Pendidikan Agama Islam, Op. Cit. hal.9
manusia dari keburukan serta bahaya-bahaya yang mengancam nafsu amarah oleh kebejatan akhlak dan kerusakan masyarakat yang melingkupinya.
B. KEPRIBADIAN 1. Pengertian Kepribadian Kepribadian berasal dari kata "pribadi" yang berarti "sendiri" atau "perorangan"26 menurut kamus umum Bahasa Indonesia, kepribadian berarti, "keadaaan manusia sebagai perseorangan, keseluruhan sifat-sifat merupakan watak orang.27 Menurut etimologi kepribadian atau personality berasal dari bahasa Latin "Personare" yang berarti mengeluarkan suara. Pada mulanya istilah personal berasal dari topeng yang dipakai oleh pemain sandiwara, dimana pemain sandiwara itu diproyeksikan, kemudian kata personal itu berubah arti menjadi pemain sandiwara atau orangnya. Namun kini kata kepribadian atau personality menurut para ahli psikologi dipakai untuk menunjukan sesuatu yang nyata dan dapat dipercaya tentang individu, untuk menggambarkan bagaimana dan apa sebenarnya individu.28 Sedangkan
pengertian
kepribadian
secara terminologi
terdapat
beberapa definisi, yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya: 26 27
h. 768.
28
S. Wojowasito, Kamus Bahasa Indonesia, (Bandung: Shinta Dharma), Get. X, h. 227. W. J. S. Poerwadaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976),
M. Ngalim Purwanto, Mp., Psikologi pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1990), Get. V,h. 154.
1. Menurut Poedjawijatna, bahwa kepribadian adalah, dasar keseluruhan dan kesatuan tindakan manusia yang berbudi dan berkehendak.29 2. Muhammad Ja'far mengemukakan, bahwa kepribadian adalah suatu sistem sempurna dari sejumlah sifat khusus yang berkenaan dengan cita-cita kemasyarakatan akliyah dan jasmaniyah baik yang bersifat fitrah maupun yang menempatkan pengalaman aktifitasnya secara timbal balik sejalan dengan norma-norma masyarakat lingkungan hidup seseorang.30 3. Menurut Agus sujanto dalam bukunya psikologi pendidikan mengutip pendapat yang telah dikemukakn oleh G. W. Allport bahwa kepribadian adalah "suatu organisasi psiko-fisik yang dinamis,
seseorang yang
menyebabkan ia dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.31 4. Menurut Ahmad D. Marimba memberikan batasan bahwa kepribadian adalah lebih luas artiya, meliputi kualitas keseluruhan seseorang, kualitas itu akan tampak dalam cara-cara berpikir, mengeluarkan pendapat, sikap, minat falsafah hidup serta kepercayaannya. Kepribadian muslim merupakan tujuan akhir dari setiap usaha pendidikan Islam dan hasil dari suatu proses sepanjang hidup. Oleh karena itu banyak faktor yang ikut ambil bagian dalam pembentukan kepribadian manusia tersebut. Dengan demikian apakah kepribadian manusia tersebut.
29
Poedjawijatna, Etika Filsafat Tingkah laku, (Jakarta: Bina Aksara, 1986), Cet. V, h. 54 M. Ja'far, Membina Pribadi Muslim, (Jakarta: kalam Mulia, 1994), Cet.l, h. 42 31 Agus sujanto, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: Aksara Baru, 1980), h. 10. 30
Dengan demikian apakah kepribadian seseorang itu baik atau buruk, kuat atau lemah, beradab atau biadab sepenuhnya ditentukan oleh faktorfaktor yang mempengaruhi dalam perjalanan hidup seseorang tersebut. Dalam hal ini pendidikan sangat besar peranannya dalam pembentukan kepribadian manusia itu sendiri.32 Dalam pengertian secara sederhana, filsafat diartikan sebagai kepribadian jati diri dan pandangan hidup seseorang, masyarakat atau bangsa. Kondisi ini dibentuk oleh tradisi kehidupan masyarakat ataupun oleh usaha yang terprogram, tetapi sederhana apapun pembentukan itu tak lepas dari peran pendidikan. Pendidikan pada prinsipnya menurut Prof. DR. Hasan Laggulung, dapat dilihat dari dua sudut pandang individu dan dari sudut pandang masyarakat (Hasan Langgulung, 1986: 38). Dilihat dari sudut pandang individu, pendidikan merupakan usaha untuk membimbing dan menghubungkan potensi individu. Adapun dari sudut pandang kemasyarakatan, pendidikan merupakan usaha pewarisan nilai-nilai budaya tersebut tetap terpelihara. Dalam konteks ini dapat dilihat hubungan antara pendidikan dengan tradisi budaya serta kepribadian suatu masyarakat, betapapun sederhananya masyarakat tersebut.33 Secara definitif kepribadian itu dapat dirumuskan sebagai berikut: 32
Dra. Zuhairini. dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), h. 186. DR. Jalaludin & Drs. Abdullah IDI, M. Ed, Filsafat Pendidikan, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997) h. 155-156 33
a. Kepribadian
manusia
ialah
manusianya yang baik,
suatu
perwujudan
keseluruhan
segi
lahir batin dan antar hubungannya dengan
kehidupan sosial dan individunya.34 b. Kepribadian adalah dinamis dari sistem-sistem Psikofisik dalam individu yang
turut
menentukan
cara-caranya
yang
unik
(khas)
dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.35 Dari definisi di atas nampak jelas bahwa kepribadian itu adalah hasil dari suatu proses kehidupan yang dijalani seseorang. Oleh karena itu proses yang dialami seseorang itu berbeda-beda.
2. Aspek-aspek Kepribadian Kepribadian merupakan keterpaduan antara aspek-aspekn kepribadian, yaitu aspek-aspek psikis seperti aku, kecerdasan, bakat, sikap, motif, minat, kemampuan, moral dan aspek jasmani seperti postur tubuh, tinggi dan berat badan, indra dan lain-lain. Diantara aspek-aspek tersebut aku dan diri (self) seringkali ditempatkan sebagai pusat dan kepribadian, sebagaimana terdapat dalam gambar tersebut:
110.
34
Tim Dosen IKIP Malang, Pengantar Dasar-dasar Kependidikan, (IKIP Malang, 1981), h.
35
Drs, WA. Gerungan, Psychologi Sosial, (Bandung: PT Eresco, 1966), h. 26
Bakat Kemampuan
Kecerdasan
Indra
Motivasi
Tinggi-berat Badan
Sikap Postur Tubuh
Moral
Gambar, Aspek-aspek Kepribadian Menurut Drs. Jalaluddin, bahwa kepribadian itu dapat dilihat dari empat aspek muatannya, yaitu: a. Aspek personalia, yaitu kepribadian yang dapat dilihat dari pola tingkah laku lahir batin yang dimiliki seseorang. b. Aspek individualitas, yaitu karakteristik adalah sifat-sifat khas yang dimiki seseorang (membedakan yang satu dengan yang lain) c. Aspek mentalitas, yaitu sebagai perbedaan yang berkaitan dengan cara berpikir (sebagai gambaran pola pikir seseorang) d. Aspek Identitas, yaitu kecenderungan seseorang untuk mempertahankan sikap dirinya dari pengaruh luar (karakteristikyang mengantarkan seseorang).
Berdasarkan keempat aspek ini, terlihat bagaiman hubungan antara pendidikan dan pembentukan kepribadian yang lebih lanjut berhubungan dengan filsafat pendidikan yang bersumber dari nilai-nilai budaya sebagai pandangan hidup suatu bangsa.36 Secara garis besar, aspek-aspek kepribadian itu dapat digolongkan pada tiga hal, yaitu: 1. Aspek-aspek kejasmanian yang meliputi tingkah laku atau sikap 2. Aspek-aspek kejiwaan yang meliputi sikap, minat dan cara-cara berpikir 3. Aspek-aspek kerohanian yang meliputi falsafah hidup atau kepercayaan.37 Jadi kesimpulannya kepribadian muslim yaitu kepribadian yang menunjukan tingkah laku luar, kegiatan-kegiatan jiwa dan falsafah hidup serta kepercayaan seorang muslim.
3. Struktur Kepribadian Dalam struktur kepribadian terdapat bagian-bagian yang saling berhubungan dan saling mengatur serta menyesuaikan dan berintegrasi. Kepribadian menurut Yusak Burhanudin, meliputi: a. Nafsu, merupakan merupakan keinginan untuk dapat mempertahankan diri dan menjaga kelangsungan hidup seseorang. b. integrasi dan intelek, integrasi adalah kempuan seseorang untuk menyelesaikan persoalan secara efektif dan efisien 36
Dr. Jalaludin dan Drs Abdullah IDI. M.Ed, Filsafat Pendidikan, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997) h. 160 37 Drs. Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Bandung: PT- ma'arif, 1989) h.67-68
berdasarkan pengalamannya. Adapun intelek adalah kemampuan seseorang yang diperoleh dari hasil belajar. c. Temperamen, yaitu meliputi cara menerima dan melaksanakan pengalaman emosional; keterampilan dan kecekatan dalam melakukan tugas-tugas sehari-hari yang menjadi dasar perasaan seseorang dan dorongan dalam melakukan aktivitas. d. Psikomotorik, merupakan luapan jiwa dan pikiran seseorang. e. Watak, merupakan gabungan seluruh tingkah laku yang membentuk dasar kepribadian seseorang.38
4. Tipologi Kepribadian Kepribadian merupakan satu kesatuan yang menyeluruh dan kompleks. Setiap orang memiliki kepribadian tersendiri. Dalam hal ini para ahli mengelompokan kepribadian atau tipologi kepribadian. Dalam bukunya Nana Syaodih memaparkan, ada empat tipe kepribadian, yaitu: a. Choleric (choler adalah empedu kuning) yang memiliki temperamen cepat marah, mudah tersinggung, tidak sabar dan sebagainya. b. Melancholic (melas dan choler adalah empedu hitam). Yang memiliki temperamen pemurung, penduka, mudah sedih, pesimis, dan putus asa. c. Phlegmatic (phlegma adalah lendir) yang memiliki sifat-sifat periang, aktif, dinamis, dan cekatan. Tipologi ini didasarkan atas teori yang lahir dari pemikiran filosofis dan bukan penelitian empiris.
38
Yusak Burhanuddin, Kesehatan Mental, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), h.53-54
Menurut Kretchmer ada tiga tipe kepribadian yang digolongkan berdasarkan bentuk tubuh, yaitu: 1) Asthenicus atau leptosome, yaitu orang-orang yang berperawakan tinggi kurus, memiliki sifat-sifat kritis, memiliki kemampuan berpikir abstrak, suka melamun dan sensitif. 2) Pycknicus, seorang yang berperawakan pendek gemuk, memiliki sifatsifat periang, suka humor, populer, hubungan sosial luas, banyak kawan dan suka main. 3) Athleticus, seorang yang bertubuh tinggi besar, memiliki sifat pemberani, agresif, mudah menyesuaikan diri dan berpendirian teguh.39 Sejalan dengan tipologi kretchmer adalah tipologi dari sheldon (1940), berdasarkan penelitianempiris terhadap unsur-unsur jaringan tubuh dalam embrio, sheldon menyimpulkan adanya tiga tipe khas manusia berdasarkan bentuk tubuh, yaitu: a) Endomorphic, berbadan pendek gemuk dengan ciri-ciri kepribadiannya viscerotonia, yaitu: senang makan, hidup mudah, tak banyak yang dipikirkan, rasa kasihsayang, senang bergaul, toleran dan rileks. b) Mesomorphic, berbadan tinggi kurus dengan ciri kepribadian somatonia, yaitu senang akan kekuatan jasmaniah, aktif, agresif dan energik.
39
Ibid., h. 55
c) Ectomorphic, berbadan tinggi kurus dengan ciri kepribadian cerebrotonia, yaitu: suka berpikir, melamun, senang menyendiri, pesimis dan mudah terharu. Tipologi lain dikembangkan oleh spranger, seorang filsuf Jerman, ia menhgelompokkan individu atas dasar kecendrungannya akan nilai-nilai dalam kehidupan. Menurutnya ada enam tipe kepribadian, yaitu: 1) Theoritic (manusia teoritis), tipe ini memiliki dorongan yang besar untuk meneliti, mencari kebenaran, rasa ingin tahu, pandangan yang objektif tentan dirinya dan dunia luar. 2) Economic, Perilakunya selalu diwarnai oleh dorongan-dorongan ekonomi, segala sesuatu dilihat dari manfaat atau kegunaannya terutama untuk dirinya. 3) Aesthetic (nilai-nilai keindahan), yang memiliki sifat senang akan keindahan, bentuk-bentuk simetris, harmonis, segala sesuatu dipandang dari sudut keindahan. 4) Sociatic (nilai-nilai sosial), yang memiliki sifat menyenangi orang lain, simpatik, baik, dan meninjau persoalan dari hubungan antara manusia. 5) Politic, yang memiliki dorongan untuk menguasai orang lain dan menjadi manusia terpenting dalam kelompoknya. 6) Religious, yang mengutamakan nilai-nilai spritual hubungan dengan Tuhan, perilakunya didasari oleh nilai-nilai keagamaan, keimana, yang teguh, penyerahan diri kepada Tuhan.40 Sebagaimana telah kita fahami bahwa didalam perkembangan kepribadian seseorang yang dapat dilihat dari keseluruhan perilakunya, maka pada anak didik perlu dibentuk secara intensif adalah pada lingkungan rumah, kemudian berkembang pada lingkungan yang lebih besar yaitu dengan tetangganya. Pada saat ia memasuki dunia sekolah maka ia akan beradaptasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekolah. Didalam interaksi-interaksi 40
Nana Syaodih, Psikologi Pendidikan dalam...., h. 143-146
tersebut sebenarnya terjadi proses-proses peniruan atau imitasi terhadap orang-orang sekitarnya terutama orang yang sangat penting dalam kehidupannya (significant others). Disamping peniruan yang dilakukan terhadap perilaku orang-orang disekitarnya ia juga melakukan percobaanpercobaan yang dikembangkannya sendiri dan dari perilaku mencoba-coba tersebut ia memperoleh penguatan ataupun penghambat dari lingkungannya sesuai dengan ukuran-ukuran norma yang hidup dalam masyarakat tersebut. Pendidikan agama dalam hal ini memberikan acuan mengenai sesuatu yang dianggap baik atau tidak baik sehingga perilaku tersebut terbentuk. Setelah anak-anak lebih besar pengetahuan tentang baik atau buruk itu juga diperoleh dari hasil bacaan, dari hasil pengamatan terhadap perilaku orang-orang lain baik diamati secara langsung maupun lewat bacaan atau tontonan yang lain. Masa-masa pembentukan dilalui oleh anak didik terutama pada tahapan pendidikan dasar dengan fondasi yang diperoleh dari rumah maka pada saat ia memasuki pendidikan di luar sekolah. Sebagai penggalan pertama dari pendidikan dasar maka kebutuhan kepada orang tua yang semula menjadi acuan utama pada masa-masa balita sampai sebelum sekolah akan beralih atau dilengkapi dengan acuan-acuan yang diberikan oleh gurunya dibanding kepada orang tuanya didalam hal-hal tertentu. Pada saat ia memasuki penggalan kedua dari pendidikan dasar, yaitu Sekolah Menengah Pertama dan pada awal Sekolah Menengah Umum akan terjadi suatu masa kritis dimana norma-norma termasuk tentu saja norma
agama yang selama ini ia terima sehingga menjadi anak yang manis, mulai dipertanyakan, mulai disoal sebelum ia mengakui bahwa norma itu bersesuai dengan hati nuraninya. Ini adalah perkembangan yang sangat normal bahwa sebelum menjadi dewasa, seorang anak didik akan tetap mempersoalkan, baru kemudian mengakui. Oleh karena itu pendidikan agama akan memerlukan format yang berbeda dengan penyajian pada masa-masa pendidikan awal dengan masamasa pendidikan ketiga anak itu menginjak masa remaja dan ambang dewasa. Pada masa-masa awal maka pembiasaan menjadi sangat dominan. Demikian juga peniruan dan sistem hukuman dan ganjaran. Sedangkan pada masa-masa dimana sikap kritis mulai tumbuh maka pembahasan diperlukan dengan pemberian penalaran. Tapi ada satu hal yang mengikat para pendidik untuk selalu menerapkannya baik pada tatanan sistem pendidikan dasar, dimana anak-anak tersebut sampai pada ambang kedewasaan, yaitu bahwa para pendidik harus mempraktekan nilai-nilai keagamaan yang diyakininya. Dengan kata lain ia harus berperilaku secara konsisten atau menjadi satunya kata dan perbuatan alias taat azas. Setiap perilaku yang berstandar ganda yang ditujukan pendidik akan menghasilkan kebingungan kepada anak-anak dan pada saatnya anak akan menunjukkan perilaku menolak terhadap apa yang disampaikan kepada para pendidikannya.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Obyek Penelitian Obyek bagi penelitian yang penulis lakukan dalam penyusunan skripsi ini adalah SMPN 02 Bekasi Timur, yang terletak di Jl. Chairil Anwar No. 37 Kelurahan Margahayu Kecamatan Bekasi Timur, Kabupaten Bekasi 17122 Propinsi Jawa Barat Telp. (021) 8803079
B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di SMPN 02 Bekasi Timur, waktu penelitian di laksanakan dari tanggal 2 Februari s/d 28 Mei 2005
C. Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian41. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMPN 02, yang berjumlah 280 siswa. Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki karakteristik yang sama, sehingga betul-betul mewakili populas.42 Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah proposional stratified random sampling yaitu suatu teknik yang tidak sama. Sedangkan besar anggota sampel
41 42
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), cet.ke- 10, h. 115 Nana Sudjana, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru, 1989), h. 34
yang diambil adalah 25% darji jumlah populasi yang ada. Sampel yang diambil sebanyak 70 siswa.
D. Metode Penelitian Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan penelitian langsung terhadap objek yang akan dituju untuk memperoleh dan mengumpulkan data-data yang diperlukan. Dalam melakukan penelitian lapangan ini penulis langsung ke SMPN 02 Bekasi Timur dan menemui serta mengadakan wawancara dengan orang-orang yang penulis anggap mengetahui tentang masalah yang hendak dibahas. Selain itu penulis juga menyebarkan angket kepada sebagian siswa yang penulis jadikan sampel dalam penelitian ini.
E. Teknik Pengumpulan Data Dalam melakukan penelitian lapangan ini, penulis menggunakan beberapa teknik untuk mengumpulkan data yang sesuai dengan permasalahan yang sedang diteliti. Adapun teknik pengumpulan data tersebut adalah: 1. Observasi, yaitu pengamatn dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki.43 Observasi merupakan metode yang
43
23
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 1992), cet.ke-21, Jilid 2, h.
secara langsung mengamati perilaku subyek penelitiannya,44 dan metode yang pertama-tama digunakan untuk mendapatkan data-data yang berkaitan dengan penelitian. Dalam melakukan penelitian ilmiah ini penulis melakukan observasi langsung dengan cara datang ke SMPN 02 yang berada di Jl. Chairil Anwar No. 37 Kelurahan Margahayu, Kecamatan Bekasi Timur, Kabupaten Bekasi serta melakukan pengamatan terhadap SMPN 02. 2. Wawancara, yaitu suatu dialog yang dilakukan untuk memperoleh informasi dari orang yang diwawancara.45 Dalam melakukan penelitian ilmiah ini penulis melakukan wawancara secara langsung dengan berbagai pihak yang penulis anggap terkait serta mengetahui untuk memperjelas data yang diperoleh dari angket. 3. Angket yaitu suatu alat penelitian yang dilakukan dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan untuk memperoleh keterangan dari sejumlah responden.46 Daftar pertanyaan ini disusun secara tertulis mengenai seuatu hal yang berkaitan dengan indikator masalah pendidikan, angket yang digunakan adalah angket tertutup yang berarti berupa bentuk pertanyaan setiap responden hanya tinggal menulis jawaban yang telah disediakan dalam angket tersebut. Dalam melakukan penelitian ini penulis menyebarkan angket kepada sebagian siswa yang penulis jadikan sampel dalam penelitian ini. Angket ini
44
Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: Lembaga PT. Fakultas Ekonomi UI, 2000), Edisi ke-2, h. 249 45 Suharsimi Arikunto, Op.cit., h. 115 46 Sutrisno Hadi, Op.cit., h. 136
berisi 30 item, yang terdiri dari 15 item untuk variabel X-nya dan 15 item lagi untuk variabel Y-nya. Untuk lebih jelasnya dari ke-30 item pernyataan tersebut dapat dilihat pada kisi-kisi penyusunan angket pada tabel berikut: Tabel 1 Kisi-kisi Item Pernyataan Angket Penelitian No
Variabel
Dimensi
Indikator
Variabel 1
Pelaksanaan
Aktivitas
PAI
guru
(Variabel X)
mengajar
-
Menggunakan berbagai
Jumlah
Nomor
Item
Item
1
1
1
4
1
2
1
8
1
9
metode dalam proses mengajarnya -
Menggunakan media pengajaran dalam proses mengajarnya
-
Memberikan tugas setelah menyampaikan materi
-
Tidak melaksanakan monitoring dan penilaian terhadap proses dan hasil belajar
-
Memberikan bimbingan
belajar -
Memberikan bantuan
1
10
1
13
1
5
1
12
1
3
1
6
terhadap siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar -
Memiliki strategi pengajaran yang handal, sehingga memudahkan siswa dalam menerima materi pelajaran
-
Memberikan kesempatan untuk bertanya
-
Memahami penjelasan yang diberikan oleh guru
Aktivitas
-
Merasakan suasana kegiatan belajar
belajar anak
mengajar yang kondusif
didik -
Materi pendidikan agama sangat membebani terhadap aktivitas seharihari siswa
-
Kurikulum PAI yang
1
7
1
11
1
14
1
15
1
19
1
20
diterapkan sesuai dengan kebutuhan siswa -
Dengan belajar sungguh sungguh akan menghasilkan nilai/ prestasi yang baik
-
Dalam proses KBM tercipta suasana yang menyenangkan, sehingga mambangkitkan motivasi siswa
-
Validitas isi tes/ ujian siswa, membingungkan siswa dalam pelaksanaanya
2
Pembentukan Kepribadian -
Berdo'a hendak memulai
Kepribadian
siswa dalam
pelajaran
Siswa
KBM
(Variabel Y)
(Dalam kelas)
-
Berbohong kepada guru (hendak meninggalkan pelajaran)
-
Menyontek saat ujian
1
23
-
Tidur dalam kegiatan
1
29
1
25
1
26
Keluar tanpa seijin guru
1
22
Kepribadian -
Mematuhi peraturan
1
16
siswa diluar
yang diterapkan
KBM (Luar
disekolah 1
17
1
18
1
21
1
24
belajar mengajar -
Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
-
Memperhatikan dengan baik pada saat guru menyampaikan pelajaran
-
kelas)
-
Bila bertemu dengan guru siswa mengucapkan salam
-
Memaafkan temari yang melakukan kesalahan
-
Mendapatkan hukuman bila terlambat
-
Memberikan selamat terhadap teman yang
sukses -
Yang melanggar
1
27
1
28
1
29
1
30
30
1-30
peraturan akan mendapatkan hukuman -
Bila berjalan didepan guru pura-pura tidak melihat
-
Bersikap acuh terhadap teman yang mengalami keulitan
-
Berbicara kasar terhadap guru
Jumlah
Jawaban atas angket di atas, pada setiap butir soalnya sudah disediakan alternatif jawaban yang memiliki skor. Namun, pada setiap pertanyaan memiliki skoring yang berbeda pada itemnya. Adapun perbedaan skornya dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Untuk pernyataan yang bernilai positif (yakni pada item soal nomor: 1-15) maka diberi nilai skoring untuk tiap jawaban: Selalu = Skornya 4, Sering = Skornya 3, Kadang-kadang = Skornya 2, Tidak pernah = Skornya 1.
2) Sedangkan untuk pernyataan yang bernilai negatif (yakni pada item soal nomor 16-30) maka diberi skoring untuk tiap jawaban: Selalu = Skornya 1, Sering = Skornya 2, Kadang-kadang = Skornya 3, Tidak pernah = Skornya 4. 4. Dokumentasi,
yaitu
mengamati
dan
mencatat
dokumen
yang
ada
hubungannya dengan penelitian ini. Dalam melakukan penelitian ini penulis melakukan pencatatan-pencatatan terhadap dokumen-dokumen yang ada di SMPN 02 yang ada kaitannya dengan permasalahan yang sedang dibahas.
F. Teknik Analisis Data Metode pembahasan yang penulis gunakan adalah metode deskriptif analisis, yaitu suatu cara yang digunakan untuk memperjelas dan memaparkan permasalahan dengan cara memberikan gambaran yang seutuhnya mengenai masalah yang akan dibahas berikut analisanya. Dalam hal ini teknik analisa statistik untuk menyederhanakan penyajian data-data yang berwujud angka-angka lebih dapat dipahami dengan menggunakan rumus frekuensi, yaitu: P=F
N
× 100 %
Keterangan: P = Presentasi Jawaban yang dicari F = Frekuensi jawabanresponden N = Bilangan tetap (konstanta)
Setelah didapatkan hasil prosentase di angket yang telah disebarkan kepada siswa-siswi SMP di masing-masing tingkatan kelas, maka untuk menentukan
katagori
pemakaian
dari
hasil
penelitian
tersebut
penulis
merumuskan sebagaii berikut: Tabel 2 Kriteria Penilaian No
Persentase
1.
80-100%
Penafsiran Amat Baik
2.
60-80%
Baik
3.
40-60%
Cukup
4.
20-40%
Rendah
Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada buku pedoman penulisan skripsi, Tesis dan Disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan oleh UIN Jakarta pada tahun 2002.
BAB IV BASIL PENEL1TIAN
A. Gambaran Umum SMPN 02 Bekasi Timur 1. Sejarah Singkat Berdirinya SMPN 02 Secara konstitusional ditetapkan bahwa negara Indonesia berdasarkan pada agama artinya, bahwa negara Indonesia melindungi dan menghargai kehidupan beragama di seluruh warga negara Indonesia. Berdasarkan tinjauan sosial kultural, memang terlihat bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang beragama yang percaya kepada Tuhan YME. Kehidupan sosial budaya bangsa Indonesia sangat di pengaruhi dan di warnai oleh nilai-nilai agama sehingga kehidupan beragama ticlak dapat dipisahkan di kehidupan bangsa Indonesia. Pada mulanya SMPN 02 berasal dari cikal SMPN 01 yang kemudian menjadi SMPN 02 yang diresmikan pada tanggal 21 Agustus 1978 oleh Mentri Pendidikan & Kebudayaan yaitu Dr. Daud Yoesoef dengan kepala sekolah, Drs. Neno Taruno. la tugas disekolah ini selama 5 tahun yakni dari tahun 1978 s/d 1983 yang memiliki sarana 7 kelas, yaitu 3 unit kelas untuk kelas VII, 2 kelas untuk kelas VIII dan 2 kelas untul kelas IX. Sejalan dengan perkembangan pendidikan disekolah ini, sekarang telah berdiri selama 27 tahun dengan pergantian beberapa kepala sekolah dan sekarang kepala sekolah yang bertugas adalah Drs Zaenal Arifin. Yang memimpin lembaga pendidikan dengan sarana 30 kelas, yaitu 10 kelas untuk
kelas VII, 11 kelas untuk kelas VIII dan 9 kelas untuk IX. Dengan beberapa sarana laboratorium serta sarana dan prasarana yang telah memadai. 2. Letak Geografis SMPN 02 SMPN 02 berada diperbatasan pengairan Kalimalang, tepatnya disamping kampus UNISMA yang berseberangan dengan pertigaan jalan, yakni Jl. Charil Anwar No. 37 Kelurahan Margahayu, Kecamatan Bekasi Timur Kabupaten Bekasi 17122 propinsi Jawa Barat telp. (021) 8803079. 3. Prasarana SMPN 02 Prasarana berarti alat yang tidak langsung untuk mencapai tujuan pendidikan. Prasarana pendidikan adalah merupakan suatu tindakan atau perbuatan yang sengaja diadakan untuk mempermudah pencapaian tujuan pendidikan. SMPN 02 dilengkapi dengan prasarana yang mencakup baik antara lain 6 unit gedung, 2 unit kelas untuk kelas VII, 2 unit untuk kelas VIII, 2 unit lagi untuk kelas IX, 2 unit gedung laboratorium, masjid, aula serbaguna, ruang PMR, pramuka, sarana olahraga, kantin sekolah, yang berdiri di atas tanah seluas 21 hektar persegi.
B. DESKRIPSI DATA Dari keseluruhaan siswa-siswi SMPN, yaang berjumlah 280 siswa, diambil data sampel penelitiannya dengan perhitungan persentase 25% dari jumlah siswa, maka diperoleh hasil 70 orang yang menjadi sampel.
Selanjutnya dari siswa-siswi yang dijadikan responden, diberikan sebuah angket penelitian yang ddidalamnya berisi 30 item pernyataan (15 soal untuk pernyataan variabel X dan 15 soaal untuk pernyataan variabel Y) yang di diharapkan
nantinya
daapat
mengetahui
hubungan
antara
pelaksaanaan
pendidikan agama dengan pembentukan kepribadian siswa (studi kasus pada siswa SMPN 02)
C. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA 1. Analisis Data Data statistik yang akan dianalisa adalah skor-skor dari penyebaran angket siswa yang ditemukan dilapangan, kemudian data tersebut diolah dalam bentuk tabel-tabel prosentase yang dapat diuraikan sebagai berikut: Tabel 3 Guru memberikan tugas setelah menyampaikan materi No. soal 2
Pilihan
Frekuensi
Persentase
A. Selalu
35
50
B. Sering
25
35.7
C. Kadang-kadang
10
14,2
D. D. Tidak pernah
0
0
Jumlah
70
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar (50 %) responden menjawab “selalu”, (35'7 %), sebagian kecil responden menyatakan “sering”, (10 %) dan tidak ada responden menyatakan “kadangkadang”, tidak ada (0 %) responden yang menyatakan “tidak pernah”. Hal ini dapat diasumsikan, bahwa guru memang benar telah memberikan tugas setelah selesai menyampaikan materi pelajaran. Tabel 4 Struktur Kurikulum SMP No
Mata Pelajaran
Alokasi Waktu Kelas VII
Kelas VIII Kelas IX
1
Pendidikan Agama
2
2
2
2
Kewarganegaraan
2
2
2
3
Bahasa dan Sastra Indonesia
5
5
5
4
Matematika
5
5
5
5
Sains
5
5
5
6
Pengetahuan Sosial
5
5
5
7
Bahasa Inggris
4
4
4
8
Pendidikan Jasmani
2
2
2
9
Kesenian
2
2
2
10 Ketrampilan
2
2
2
11 Teknologi Informasi dan komunikasi
2
2
2
Jumlah
34
34
34
Berikut ini penulis sajikan pendapat para siswa-siswi SMPN 02 yang berkaitan dengan kurikulum PAI yang digunakan di SMPN 02 dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 5 Kurikulum PAI yang diterapkan sesuai dengan kebutuhan siswa No. soal 7
Pilihan
Frekuensi
Persentase
A. Selalu
30
42,8%
B. Sering
20
28,5
C. Kadang-kadang
10
14,2%
D. D. Tidak Pernah
10
14,2%
Jumlah
70
100%
Dari tabel di atas dapat di ketahui bahwa sebagian besar (42,8 %) responden
menyatakan
"Selalu"
(28,5%),
sebagian
kecil
responden
menyatakan "Sering", (14,2%) sebagian kecil responden menyatakan "Kadang-kadang dan Tidak pernah". Hal ini mengasumsikan bahwa kurikulum yang diterapkan di SMPN ini belum sesuai dengan kebutuhan siswa.
Tabel 6 Metode yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi, memudahkan siswa dalam menerima pelajaran No. Soal 1
Pilihan
Frekuensi
Persentase
A. Selalu
20
28,5%
B. Sering
15
21,4%
C. Kadang-kadang
20
28,5%
D. Tidak pernah
15
21,4%
Jumlah
70
100 %
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar (28,5%), responden menyatakan “selalu” (28,5%), sedikit sekali responden menyataka “sering”, (21,4%) responden menyatakan “kadang-kadang dan tidak pernah”. Hal ini dapat diasumsikan bahwa sebagian kecil guru dapat memudahkan siswa dalam menerima materi, dengan metode yang digunakan oleh guru. Tabel 7 Materi pendidikan agama sangat membebai terhadap aktivitas siswa No. Soal 6
Pilihan
Frekuensi
Persentase
A. Selalu
20
28,5%
B. Sering
20
28,5%
C. Kadang-kadang
15
14,2%
D. Tidak pernah
15
14,2%
Jumlah
70
100 %
Dari tabel di atas dapat di ketahui bahwa (28,5%) sebagian besar responden menyatakan "selalu dan sering", (14,2%) sebagian kecil responden menyatakan "kadang-kadang dan tidak pernah". Hal ini dapat diasumsikan bahwa: Sebagian besar siswa merasa terbebani dengan materi yang diberikan oleh guru. Tabel 8 Guru menggunakan media pengajarannya dalam proses pengajarannya No. Soal 4
Pilihan
Frekuensi
Persentase
A. Selalu
25
35,7%
B. Sering
25
35,7%
C. Kadang-kadang
15
21,4%
D. D. Tidak pernah
5
7,1%
70
100 %
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas dapat di ketahui bahwa, sebagian besar (35,7 %) responden yang menyatakan "selalu dan sering", sebagian kecil (21,4%) responden menyatakan "kadang-kadang", dan sedikit sekali responden menyatakan "tidak perhah", (7,1 %). Hal ini dapat diasumsikan bahwa: sebagian besar guru menggunakan media pengajaran dalam proses pengaajaranya.
Tabel 9 Guru memberikan kesempatan untuk bertanya No. Soal 5
Pilihan
Frekuensi
Persentase
A. Selalu
10
14,2%
B. Sering
5
7,1%
C. Kadang-kadang
25
35,7%
D. D. Tidak pernah
30
42,8%
Jumlah
90
100%
Dari tabel di atas dapat di ketahui bahwa sebagian besar (42,8 %) responden menyatakan “tidak pernah”, sebagian kecil (35,7%) sedikit responden menyatakan “kadang-kadang”, (14,2%) responden menyatakan “selalu”, dan sedikit sekali (7,1%) responden menyatakan “sering”. Hal ini dapat diasumsikan bahwa, jarang sekali guru memberikan kesempatan untuk bertanya kepada siswa. Tabel 10 Siswa merasakan suasana KBM yang kondusif No soal 3
Pilihan
Frekuensi
Persentase
A. Selalu
15
21,4%
B. Sering
15
21,4%
C. Kadang-kadang
25
35,7%
D. D. Tidak pernah
15
21,4%
70
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar (35,7%) responden menyatakan “kadang-kadang”, dan sebagian kecil (21,4 %) responden menyatakan “selalu, sering dan tidak pernah”. Hal ini dapat diasumsikan bahwa terkadang dirasakan suasana belajar yang kondusif. Tabel 11 Guru memberikan bimbingan belajar No. soal 6
Jumlah
Pilihan
Frekuensi
Persentase
A. Selalu
25
35,7%
B. Sering
25
35,7%
C. Kadang-kadang
15
21,4%
D. D. Tidak pernah
5
7,1%
70
100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa, sebagian besar (35,7%) responden menyatakan “selalu dan sering”, sebagian kecil (21,4%) responden menyatakan “kadang-kadang” dan sedikit sekali (7,1,%) responden menyatakan “tidak pernah”. Hal ini dapat diasumsikan bahwa, sebagian besar guru memberikan bimbingan belajar terhadap siswa.
Tabel 12 Jenis kegiatan belajar mengajar No.
Langkah
Jenis KBM
1
Persiapan
1. Menciptakan kondisi belajar siswa
2
Pelaksanaan
2. Penyajian, tahap guru menyampaikan bahan pelajaran (metode ceramah) 3. Asosiasi / komparasi, artinya memberi kesempatan
pada
menghubungkan
dan
siswa
untuk
membandingkan
materi ceramah yang telah diterimanya melalui tanya jawab (metode tanya jawab) 3
Evaluasi
4. Generalisasi / kesimpulan, memberikan tugas kepada siswa untuk membuat kesimpulan
melalui
hasil
ceramah
(metode tugas) 5. Mengadakan
penilaian
terhadap
pemahaman siswa mengenai bahan yang telah diterimanya, melalui tes lisan dan tulisan atau tugas lain.
Tabel 13 Guru tidak melaksanakan monitoring dan penilaian terhadap proses dan hasil belajar No. Soal 8
Pilihan
Frekuensi
Prosentase
A. Selalu
15
21,4%
B. Serin
20
28,5%
C. Kadang-kadang
15
21,4%
D. Tidak pernah
20
28,5%
Jumlah
90
100 %
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa, sebagian besar (28,5%), responden menyatakan “sering dan tidak pernah” dan (21,4%), sebagian kecil responden menyatakan “selalu dan kadang-kadang”. Dalam hal ini dapat diasumsikan bahwa sebagian guru yang tidak memberikan penilaian dan monitoring terhadap proses dan hasil belajar siswa. Tabel 14 Guru memiliki strategi pengajaran yang handal, sehingga mempermudah siswa dalam menerima materi pelajaran. No. Soal 13
Pilihan
Frekuensi
Prosentase
A. Selalu
40
57,1%
B. Sering
20
28,5%
C. Kadang-kadang
10
14,2%
D. Tidak pernah
0
0%
Jumlah
70
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa, sebagian besar (57,1%), responden yang menyatakan “selalu”, sebagian kecil (28,5%) responden menyatakan “sering”, sedikit sekali (14,2%) responden yang menyatakan “kadang-kadang” dan tidak ada (0%) responden yang menyatakan “tidak pernah”. Hal ini dapat diasumsikan bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa, guru memiliki strategi yang handal, sehingga mempermudah siswa dalam menerima materi pelajaran. Tabel 15 Dengan belajar sungguh-sungguh siswa akan mendapatkan Nilai / prestasi yang baik No. Soal 11
Pilihan
Frekuensi
Prosentase
A. Selalu
31
44,2%
B. Sering
21
30%
C. Kadang-kadang
10
14,2%
D. D. Tidak pernah
8
11,4%
70
100 %
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa, sebagian besar (44,2 %) responden menyatakan “selalu”, sebagian kecil (30 %) responden menyatakan “sering”, sedikit (14,2 %) responden menyatakan “kadangkadang” dan sedikit sekali (11,4%) responden menyatakan “tidak pernah”. Hal ini dapat diasumsikan bahwa sebagian besar mengatakan bahwa dengan belajar sungguh-sungguh siswa akan memperoleh prestasi yang baik.
Tabel 16 Proses Pembelajaran dan Aktivitas siswa/I SMPN 02 No.
Pukul
Kegiatan
1
06.45 - .07.00 WIB
Tadarus (baca al-Qur'an)
2
07.00-09.15 WIB
KBM
3
09.15-09.45 WIB
Istirahat
4
09.45-12.00 WIB
KBM
5
12.00 -12.30 WIB
Shalat Zuhur berjamaah
6
12. 30 -13.30 WIB
KBM
7
13.30 WIB
Pulang
Proses pembelajaran dapat dijelaskan bahwa, sebelum memulai KBM antara guru dengan siswa, terlebih dahulu siswa/i diwajibkan tadarus (baca alQur'an) dengan dibimbing oleh dewan guru selama +15 menit, setelah selesai tadarus barulah KBM dapat berlangsung dari jam 07.00 - 09.15 WIB, selama + 12 jam dengan materi sesuai jadwal mata pelajaran yang telah ditentukan pihak sekolah, setelah itu siswa diperbolehkan beristirahat setelah mendapat rambu-rambu atau bel istirahat terdengar, selama 45 menit, dan padajam 09.45 - 12.00 kegiatan KBM berlangsung sampai jam 12.00, setelah itu siswa wajib melaksanakan shalat zuhur secara berjamaah, kemudian setelah shalat, siswa kembali ke kelas untuk melanjutkan materi pelajaran, jam 13.30 WIB siswa dibolehkan untuk pulang dan mengakhiri KBM ditutup dengan do'a
Dan diantara kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler siswa SMPN 02 adalah: PMR, Pramuka, Korp Band, Osis dan Rohis (Rohani Islam) dan Pengajian Al-Qur'an yang dibimbing oleh dewan guru. Tabel 17 Guru memberikan bantuan terhadap siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar No. Soal 10
Pilihan
Frekuensi
Prosentase
A. Selalu
23
32,8%
B. Sering
22
31,4%
C. Kadang-kadang
20
28,5%
D. D. Tidak pernah
5
7,1%
Jumlah
90
100 %
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar (32,2%) responden menyatakan “selalu”, sebagian kecil (31,4%) responden menyatakan “sering”, sedikit (28,5%) responden menyatakan “kadangkadang” dan sedikit sekali (7,1%) responden menyatakan “tidak pernah”. Hal ini dapat diasumsikan bahwa sebagian besar guru memberikan bantuan terhadap siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar.
Tabel 18 Dalam proses KBM tercipta suasana yang menyenangkan, sehingga mambangkitkan motivasi belajar siswa No. Soal 14
Pilihan
Frekuensi
Prosentase
A. Selalu
32
45,7%
B. Sering
33
47,1%
C. Kadang-kadang
5
7,1%
D. F. Tidak pernah
0
0%
Jumlah
70
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar (47,1%) responden menyatakan “sering”, sebagian kecil (45,7 %) responden yaang menyatakan “selalu”, sedikit sekali (7,1%) responden yang menyatakan “kadang-kadang” dan tidak ada ( 0%) responden yang menyatakan “tidak pernah”. Hal ini dapat diasumsikan bahwa seluruh siswa menyatakan bahwa proses KBM tercipta suasana yang menyenangkan, sehingga membangkitkan motivasi belajar siswa. Tabel 19 Validitas isi tes membingungkan siswa dalam proses ujian berlangsung No. Soal 15
Jumlah
Pilihan
Frekuensi
Prosentase
A. Selalu
25
35,7%
B. Sering
27
38,5%
C. Kadang-kadang
13
18,5%
D. D. Tidak pernah
5
7,1%
70
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa, sebagian besar (38,5%) responden yang menyatakan “sering”, (35,7 %) sebagian kecil responden yang menyatakan “selalu”, sedikit (18,5 %) responden yang menyatakan “kadangkadang” dan sedikit sekali (7,1%) responden yang meenyatakan “tidak pernah”. Hal ini dapat diasumsikan bahwa sebagian besar mengatakan bahwa validitas isi tes sumatif membingungkan siswa dalam proses ujiannya. Tabel 20 Siswa mengikuti peraturan yang diterapkan disekolah No. Soal 16
Pilihan
Frekuensi
Prosentase
A. Selalu
38
54,2
B. Sering
22
31,4
C. Kadang-kadang
5
7,1
D. Tidak pernah
5
7,1
70
100 %
Jumlah
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa, sebagian besar (54,2%) responden yang menyatakan “selalu”, sebagian kecil (31,4%) responden yang menyatakan “sering”, sedikit sekali (7,1%) responden yang menyatakan “kadang-kadang dan tidak pernah”. Hal ini dapat diasumsikan bahwa sebagian besar responden mengikuti peraturan yang diterapkan disekolah.
Tabel 21 Siswa memaafkan teman yang melakukan kesalahan No. Soal 18
Pilihan
Frekuensi
Prosentase
A. Selalu
31
44,2%
B. Sering
21
30%
C. Kadang-kadang
10
14,2%
D. Tidak pernah
8
1 1 ,4%
70
100 %
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa, sebagian besar (44,2%) responden yang menyatakan “selalu”, sebagian kecil (30 %) responden yang menyatakan “sering” sedikit (14,2%) responden yang menyatakan “kadang-kadang” dan sedikit sekali (11,4 %) responden yaang menyatakan “tidak pernah”. Hal ini dapat diasumsikan bahwa sebagian besar siswa memaafkan teman yang melakukan kesalahan. Tabel 22 Kegiatan ekstra kurikuler siswa/I SMPN 02 No.
Kegiatan
Hari
Jam
1
PMR
Rabu
15.00-16.45
2
Pramuka
Jum'at
14.00-16.00
3
Rohis
Selasa
14.00-15.45
4
Pengajian al-Qur'an
Sabtu
15.00-17.00
5
Korp Band
Kamis
14.15-17.00
Dalam mengembangkan bakat dan minat siswa, lembaga pendidikan SMPN 02 telah mengadakan kegiatan ekstra kurikuler agar siswa dapat mengikuti salah satu kegiatan yang terdapat disekolah yang tersedia, dalam rangka pengembangan bakat dan kemampuan siswa. Tabel 23 Bila bertemu dengan guru siswa mengucapkan salam No. Soal 17
Pilihan
Frekuensi
Prosentase
A. Selalu
15
21,4%
B. Sering
20
28,5%
C. Kadang-kadang
15
21,4%
D. Tidak pernah
20
28,5%
70
100 %
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa, sebagian besar (28,5%) responden yang menyatakan "selalu dan tidak pernah", sebagian kecil (21,4%) responden yang menyatakan "sering dan kadang-kadang". Hal ini dapat diasumsikan bagian bahwa sebagian siswa yang mengucapkan salam ketika bertemu dengan guru.
Tabel 24 Siswa berbohong kepada guru No. Soal 20
Pilihan
Frekuensi
Prosentase
A. Selalu
10
14,2%
B. Sering
5
7,1%
C. Kadang-kadang
25
35,7%
D. Tidak pernah
30
42,8%
70
100 %
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa, sebagian besar (42,8%) responden yang menyatakan "tidak pernah", sebagian kecil (35,7 %) responden yang menyatakan "kadang-kadang", sedikit (14,2 %) responden yang menyatakan "selalu" dan sedikit sekali (7,1 %) responden yang menyatakan "sering". Hal ini dapat diasumsikan bahwa, sebagian kecil siswa yang berbohong kepada guru. Tabel 25 Siswa berdo'a hendak memulai pelajaran No. soal 19
Pilihan
Frekuensi
Persentase
A. Selalu
40
57,1%
B. Sering
20
28,5%
C. Kadang-kadang
10
14,2%
D. Tidak pernah
0
0
70
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa, sebagian besar (57,1%) responden yang menyatakan "selalu", sebagian kecil (28,5%) responden yang menyatakan "sering", sedikit (12,2%) responden yang menyatakan "kadang-kadang dan tidak ada (0%) responden yang menyatakan "Tidak pernah". Hal ini dapat diasumsikan bahwa, sebagian besar siswa berdo'a ketika hendak memulai pelajaran. Tabel 26 Siswa mengerjakan tugas pelajaran No. soal 25
Pilihan
Frekuensi
Persentase
A. Selalu
31
44,2%
B. Sering
21
30%
C. Kadang-kadang
10
14,2%
D. Tidak pernah
8
11,4%
Jumlah
70
100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar (44,2%) responden yang menyatakan "selalu", sebagiaan kecil (30%) responden yang menyatakan "sering" sedikit (12,2%) responden yang menyatakan "kadang-kadang" dan sedikit sekali (11,4%) responden yang menyatakan "tidak pernah". Hal ini dapat diasumsikan bahwa sebagian besar siswa mengerjakan tugas palejaran yang diberikan oleh guru.
Tabel 27 Siswa mendapatkan hukuman bila terlambat No. soal 21
Pilihan
Frekuensi
Persentase
A. Selalu
22
31,4%
B. Sering
28
40%
C. Kadang-kadang
11
15,7%
D. Tidak pernah
9
12,8
70
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa, sebagian besar (40%) responden yang menyatakan "sering", sebagiaan kecil (31,4%) responden yang menyatakan "selalu", sedikit (15,7%) responden yang menyatakan "kadang-kadang" dan sedikit sekali (12,8%) responden yang menyatakan "tidak pernah". Hal ini dapat diasumsikan bahwa, sebagian kecil siswa mendapat hukuman bila terlambat. Tabel 28 Siswa Menyontek saat ujian No. soal 23
Pilihan
Frekuensi
Persentase
A. Selalu
10
14,2%
B. Sering
5
7,1%
C. Kadang-kadang
25
35,7%
D. Tidak pernah
30
42,8%
70
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa, sebagian besar (42,8%) responden yang menyatakan "Tidak pernah", sebagian kecil (35,7%) responden yang menyatakan "Kadang-kadang", sedikit (14,2%) responden yang menyatakan "Selalu" dan sedikit sekali (7,1%) responden yang menyatakan "Sering". Hal ini dapat diasumsikan bahwa sebagian kecil siswa menyontek saat ujian. Tabel 29 Guru membiarkan siswa tertidur dalam KBM No. soal 29
Pilihan
Frekuensi
Persentase
A. Selalu
10
14,2%
B. Sering
5
7,1%
C. Kadang-kadang
25
35,7%
D. Tidak pernah
30
42,8%
70
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa, sebagian besar (42,8%) responden yang menyatakan "Tidak pernah", sebagian besar (35,7%) responden yang menyatakan "kadang-kadang" sedikit (14,2 %) responden yang menyatakan "selalu" dan sedikit sekali (7,1 %) responden yang menyatakan "sering". Hal ini dapat diasumsikan bahwa sebagian kecil guru membiarkan siswa tertidur dalam KBM.
Tabel 30 Siswa keluar tanpa seijin guru No. soal 22
Pilihan
Frekuensi
Persentase
A. Selalu
20
28,5%
B. Sering
15
21,4%
C. Kadang-kadang
20
28,5%
D. Tidak pernah
15
21,4%
70
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa, sebagian besar (28,5%) responden menyatakan "Selalu dan Kadang-kadang", sebagian kecil (31,4%) responden menyatakan "Sering dan Tidak pernah". Hal ini dapat diasumsikan bahwa sebagian siswa keluar tanpa seijin guru. Tabel 31 Siswa melaksanakan shalat djuhur secara berjama'ah No. soal 30
Pilihan
Frekuensi
Persentase
A. Selalu
40
57,1%
B. Sering
20
28,5%
C. Kadang-kadang
10
14,2%
D. Tidak pernah
0
Jumlah
70
100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa, sebagian besar (57,1 %) responden yang menyatakan "selalu", sebagian kecil (28,5%) responden yang menyatakan "sering", sedikit (14,2%) responden yang menyatakan
"kadang-kadang". Hal ini dapat diasumsikan bahwa sebagian besar siswa melaksanakan shalat djuhur secara berjama'ah. Tabel 32 Siswa yang bersikap kurang ajar akan diberi hukuman No. soal 28
Pilihan
Frekuensi
Persentase
A. Selalu
25
35,7%
B. Sering
25
35,7%
C. Kadang-kadang
15
21,4%
D. Tidak pernah
5
7,1%
70
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa, sebagian besar (35,7%) responden yang menyatakan "selalu dan sering", sebagian kecil (21,4%) responden yang menyatakan "kadang-kadang dan sedikit (7,1 %) responden yang menyatakan "Tidak pernah". Hal ini dapat diasumsikan bahwa, sebagian besar siswa yang yang melanggar akan mendapat hukuman. Tabel 33 Siswa memberikan selamat terhadap teman yang sukses No. soal 24
Pilihan
Frekuensi
Persentase
A. Selalu
35
50%
B. Sering
25
35,7%
C. Kadang-kadang
10
14,2%
D. Tidak pernah
0
0%
70
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa, sebagian besar (50%) responden yaang menyatakan "selalu", sebagian kecil (35,7%) responden yang menyatakan "sering", sedikit (14,2%) responden yang menyatakan "Kadang-kadang". Hal ini dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa mengucapkan selamat terhadap teman yang sukses. Tabel 34 Guru memberikan bimbingan belajar No. soal 9
Pilihan
Frekuensi
Persentase
A. Selalu
25
35,7%
B. Sering
25
35,7%
C. Kadang-kadang
15
21,4%
D. Tidak pernah
5
7,1%
70
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa, sebagian besar (35,7%) responden yang menyatakan ”Selalu dan sering” sebagian kecil (21,4 %) responden yang menyatakan “Kadang-kadang” dan responden yang menyatakan “tidak pernah” tidak ada. Hal ini dapat diasumsikan bahwa sebagian besar guru memberikan bimbingan belajar.
Tabel 35 Siswa memahami penjelasan yang diberikan oleh guru No. soal 12
Pilihan
Frekuensi
Persentase
A. Selalu
20
28,5%
B. Sering
15
21,4%
C. Kadang-kadang
20
28,5%
D. Tidak pernah
15
21,4%
70
100%
Jumlah
Berdasarkan label diatas dapat diketahui bahwa, sebagian besar (28,5%) responden yang menyatakan “selalu dan kadang-kadang”, sebagian kecil (21,4%) responden yang menyatakan “Sering dan tidak pernah”. Hal ini dapat diasumsikan bahwa belum seluruhnya siswa memahami penjelasan guru. Tabel 36 Siswa memperhatikan dengan baik pada saat guru menyampaikan pelajaran No. soal 26
Pilihan
Frekuensi
Pilihan
A. Selalu
15
21,4%
B. Sering
15
21,4%
C. Kadang-kadang
25
35,7%
D. D. Tidak pernah
15
21,4%
Jumlah
70
100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar (35,7%) responden yang menyatakan "Kadang-kadang", sebagian kecil (21,4%) responden yang menyatakan "selalu, sering dan tidak pernah". Hal ini dapat diasumsikan bahwa belum seluruhnya siswa memperhatikan guru dengan baik pada saat menyampaikan materi Tabel 37 Siswa yang melanggar akan mendapat hukuman No. soal 27
Pilihan
Frekuensi
Persentase
A. Selalu
30
42,8%
B. Sering
20
28,5%
C. Kadang-kadang
10
14'2%
D. D. Tidak pernah
10
14,2%
Jumlah
70
100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa, sebagian besar (42,8%) responden yang mneyatakan “selalu” sebagian kecil (28,5%) responden yang menyatakan “sering” sedikit sekali (14,2%) responden yang menyatakan “kadang-kadang dan tidak pernah”. Hal ini dapat diasumsikan bahwa sebagian besar siswa yang melanggar akan mendapat hukuman.
PERHITUNGAN UNTUK MENCARI DATA VARIABEL X DARI HASIL PENYEBARAN ANGKET S A B C D E F G H 1 J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z AA AB AC AD AE AF AG AH AI AJ
1 2 4 2 4 2 4 2 1 4 3 4 3 2 2 4 3 2 4 3 4 3 4 4 3 3 4 4 4 2 3 2 3 1 4 3 2
2 4 4 2 3 2 4 4 4 4 2 3 3 2 2 4 3 4 2 3 4 3 4 4 2 3 2 2 4 2 2 3 4 2 3 3 1
3 2 3 2 3 2 4 2 2 2 2 2 3 3 2 4 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 3 4 4 3 2 3 2 2 3 2
4 2 3 4 3 2 4 2 3 3 3 2 3 4 2 4 2 2 3 3 2 3 3 3 4 4 2 3 3 4 3 2 4 2 2 2 4
5 4 3 3 4 3 3 2 4 2 3 2 2 3 2 3 2 3 3 2 4 2 2 1 4 4 2 4 3 4 4 2 4 4 2 2 3
6 2 4 3 3 2 3 2 4 3 2 2 2 3 3 3 4 3 2 4 3 3 2 3 4 4 4 2 4 4 4 4 3 4 3 4 4
BUTIR SOAL 7 8 9 10 11 12 2 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 2 1 3 4 4 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 4 3 3 3 2 3 2 4 4 3 4 3 4 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 4 3 2 4 3 2 3 4 4 4 1 4 2 2 2 2 3 3 3 2 2 4 4 4 4 4 4 2 2 3 4 4 2 2 3 2 3 2 3 4 3 2 4 4 4 4 2 2 2 2 3 4 4 4 2 2 3 3 2 2 3 3 4 3 2 2 4 4 2 3 2 2 2 2 2 4 3 3 2 2 3 2 2 4 3 2 2 3 2 2 4 3 3 2 1 3 4 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 2 4 4 3 3 3 2 4 4 3 3 2 1 2 3 3 3 2 2 3 4 4 3 3 2 3 4 4 4 2 2 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2
JUMLAH 13 3 2 2 3 2 4 4 3 2 3 3 2 4 3 3 2 2 2 4 2 2 3 3 3 3 3 3 2 4 2 2 3 2 2 4 4
14 2 4 2 3 3 2 3 2 3 2 3 2 3 3 2 4 2 2 4 2 3 2 3 1 4 4 1 1 1 1 1 2 3 2 2 4
15 2 3 3 4 3 2 3 2 4 4 3 2 3 4 4 2 2 2 4 2 3 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 2 2 2 4 3
38 44 40 42 38 46 46 39 41 42 44 36 46 42 48 41 42 41 44 43 41 41 40 39 48 50 45 51 49 45 37 44 41 41 49 44
AK AL
3 2
3 2
3 3
3 3
4 3
2 2
4 3
3 3
2 3
3 2
3 3
2 2
2 3
2 2
2 3
41 39
AM AN AO AP AQ AR AS AT AU AV AW AX AY AZ BA BB BC BD BE BF BG BH BI BJ BK BL BM BN BO BP BQ BR
4 3 4 2 4 3 3 3 4 4 2 4 4 2 4 2 2 3 3 3 4 3 2 3 2 2 4 4 2 4 4 3
3 2 3 2 4 3 2 4 2 4 3 2 4 2 4 2 3 4 4 3 4 3 2 4 4 4 4 3 4 2 4 4
4 2 3 3 4 3 2 4 1 3 2 2 4 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 4 4 4 2 3 4 3
3 2 3 3 4 3 2 2 2 2 3 4 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 4 4 4
3 2 3 2 4 3 3 2 4 2 3 3 3 2 3 4 3 3 3 4 2 3 3 3 4 4 3 3 4 2 3 2
3 3 3 2 3 4 4 2 3 3 2 4 4 2 2 3 2 2 3 3 3 2 3 3 4 3 3 4 3 2 2 3
4 4 4 2 4 2 3 2 4 2 2 4 3 2 2 4 3 2 2 4 4 2 3 3 3 2 4 4 2 3 2 4
4 3 4 3 2 3 4 3 2 2 2 2 4 3 2 4 2 2 3 4 3 3 2 2 3 3 4 4 2 3 1 3
2 3 4 3 4 3 2 3 3 2 3 3 3 4 3 3 2 3 2 4 2 2 2 4 3 2 2 4 4 3 4 4
2 4 4 4 4 2 3 3 3 3 4 3 4 4 3 2 3 4 3 4 3 4 2 4 3 4 2 2 2 3 4 2
2 2 3 3 4 3 4 3 4 2 4 4 4 3 3 2 2 3 3 3 2 4 3 4 3 4 2 3 3 2 2 2
3 3 2 4 3 3 3 4 3 2 4 3 4 2 4 4 4 3 4 3 2 4 3 4 3 4 2 3 2 2 2 3
3 4 2 3 4 3 2 4 3 2 3 4 2
3 4 3 2 3 4 2 4 3 3 2 3 2 3 4 4 3 2 4 3 3 4 3 3 4 3 2 4 3 4 3 4
3 4 3 3 3 4 2 2 4 3 4 3 2 3 4 4 2 2 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 3 2
46 45 48 41 54 46 41 45 45 39 43 48 50 40 48 48 41 43 46 50 44 46 42 51 48 48 44 51 42 43 45 47
3 4 4 3 4 3 2 3 4 3 3 3 2 3 3 2 3 4
213 214 195 206 206 209 213 205 208 213 191 202 202 193 216
3092
PERHITUNGAN UNTUK MENCARI DATA VARIABEL Y DARI HASIL PENYEBARAN ANGKET S
16 3 A 3 B 3 C 3 D 3 E 3 F 4 G 2 H 4 1 4 J 3 K 4 L 4 M 2 N 2 0 3 P 2 Q 2 R 4 S 2 T 3 U 2 V 1 W 2 X 4 Y 3 z A A 4 3 A B A C 3 A D 3 3 A E 3 A F A G 3 A H 3 4 A 1 4 A J A K 4 3 A L A M 2 A N 3 A O 3 3 A P A Q 4
17 3 2 4 4 3 4 2 3 4 2 4 3 4 2 2 4 2 2 2 3 2 2 2 4 4 4 4 3 2 3 4 2 3 4 4 4 2 3 4 2 2 2
BUTIR SOAL 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 3 3 4 3 4 4 4 3 4 2 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 2 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 2 4 2 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 2 4 2 4 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 4 4 2 3 2 4 4 2 4 4 4 3 4 4 2 4 4 4 4 2 4 4 4 3 3 1 4 4 4 3 4 4 2 4 2 4 4 2 2 3 3 3 3 2 2 4 4 4 4 3 3 3 4 4 2 3 2 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 2 3 2 3 2 2 3 3 2 2 3 4 4 3 3 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 4 4 3 3 3 3 4 2 3 3 3 4 2 1 2 2 2 3 3 2 2 2 4 4 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 3 4 4 4 4 2 1 2 2 4 4 4 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 3 4 2 3 2 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 2 2 3 3 4 2 3 3 3 3 3 2 4 4 3 4 3 4 4 3 2 2 4 3 4 4 3 4 3 3 2 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 2 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 3 4 4 4 4 4 4 4 2 2 3 3 4 2 3 3 3 3 3 2 4 4 4 3 3 4 4 4 2 2 4 4 2 3 2 4 4 2 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3
JUMLAH 28 4 4 3 3 2 4 4 4 3 4 2 4 3 2 4 2 4 3 3 2 4 2 3 3 3 3 3 4 2 4 3 2 4 4 4 4 4 4 4 2 3 2 4
29 4 4 4 3 4 3 2 3 3 4 4 4 4 4 3 2 4 1 2 2 4 4 3 3 2 4 2 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4
30 2 2 2 3 3 4 2 2 3 4 2 4 3 3 2 2 4 2 2 2 4 4 3 3 2 4 2 3 3 2 4 2 2 3 3 4 3 2 2 2 3 2 2
50 52 53 49 49 56 53 47 50 60 42 57 50 48 4 42 53 34 42 30 50 38 40 36 43 49 42 56 48 49 55 43 49 48 55 57 55 54 50 43 49 42 49
A R A S A T A U A V AW A X A Y A Z B A B B B C B D B E B F B G B H B I B J B K B L B M B N B O B P B Q B R
2 3 1 4 2 3 3 4 2 4 2 3 4 2 3 3 4 2 3 4 2 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 4 2 1 2 4 4 4 3 4 2 1 3 3 3 3 2 3 3 2 4 4 3 4 3 4 2 3 3 3 4 4 4 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 4 2 3 2 4 217 207 208
2 2 4 3 2 4 4 3 4 4 4 4 3 2 3 2 3 3 2 4 4 3 3 2 4 3 3 206
3 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 254
4 2 2 2 1 2 2 4 4 2 2 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 2 235
3 4 4 3 3 3 4 2 4 3 4 4 3 3 4 3 3 2 4 4 4 3 4 4 4 4 2 2 4 3 4 4 4 3 3 2 2 3 2 2 4 3 4 4 4 3 4 3 4 2 3 3 4 2 4 1 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 2 4 2 4 4 2 3 3 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 244 232 225 231
4 2 4 3 2 4 4 3 1 4 4 3 4 2 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 237
3 3 4 4 3 2 4 4 4 2 4 4 3 3 4 4 3 2 3 4 4 2 4 4 4 2 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 1 3 4 2 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4 4 4 4 3 3 4 4 2 4 3 3 3 4 4 4 2 2 2 4 3 3 2 4 2 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4 224 221 242 213
47 44 52 48 41 52 49 54 48 42 52 52 48 44 51 49 54 49 43 55 55 53 50 52 51 54 50 3399
PERHITUNGAN UNTUK MEMPEROLEH ANGKA INDEKS KORELASI ANTARA VARIABEL X (PERANAN PAI) DAN VARIABEL Y (PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN SISWA) No.
Subyek
X
Y
XY
X2
Y2
1
A
38
50
1900
1444
2500
2
B
4
52
2288
1936
2704
3
C
40
53
2120
1600
2809
4
D
38
49
2058
1764
2401
5
E
38
49
1862
1444
2401
6
F
46
56
2576
2116
3136
7
G
46
53
2438
2116
2809
8
H
39
47
1833
1521
2209
9
I
41
50
2050
1981
2500
10
J
42
60
2520
1764
3600
11
K
44
42
1848
1936
1764
12
L
36
57
2052
1356
2914
13
M
46
50
2300
2116
2500
14
N
42
48
2016
1764
2304
15
O
48
43
2064
2304
1849
16
P
41
42
1722
1681
1764
17
Q
42
53
2226
1764
2809
18
R
41
34
1394
1681
1156
19
S
44
42
1848
1936
1764
20
T
43
30
1290
1849
900
21
U
41
50
2050
1681
2500
22
V
41
38
1558
1681
1444
23
W
40
40
1600
1600
1600
24
X
39
36
1404
1521
1356
25
Y
48
43
2064
2304
1849
26
Z
50
49
2450
2500
2401
27
AA
45
42
1890
2025
1734
28
AB
51
56
2856
2601
3136
29
AC
49
48
2352
2401
2304
30
AD
45
49
2205
2025
2401
31
AE
37
55
1955
1369
3025
32
AF
44
43
1892
1936
1849
33
AG
41
49
2009
1681
2304
34
AH
41
48
1698
1681
2304
35
AI
49
55
2695
2401
3025
36
AJ
44
57
2508
1936
2914
37
AK
41
54
2106
1521
2916
38
AL
39
54
2106
1521
2916
39
AM
46
50
2300
2116
2566
4
AN
45
43
1935
2025
1849
41
AO
48
49
2325
2304
2401
42
AP
41
42
1722
1681
1764
43
AQ
54
49
2648
2916
2401
44
AR
46
47
2162
2116
2209
45
AS
41
44
1804
1681
1936
46
AT
45
52
2140
2025
2704
47
AU
45
48
2160
2025
2304
48
AV
39
41
1599
1521
1764
49
AW
43
52
2236
1849
2704
50
AX
48
49
2352
2304
2401
51
AY
50
54
2700
2500
2916
52
AZ
40
48
1920
1936
2304
53
BA
48
42
2026
2116
1764
54
BB
48
52
2496
2500
2704
55
BC
41
52
2132
1681
2704
56
BD
43
48
2064
1849
2304
57
BE
46
44
2024
2116
1936
58
BF
50
51
2550
2500
2601
59
BG
44
49
2156
1936
2401
60
BH
46
54
2448
2116
2916
61
BI
42
49
2058
1764
2401
62
BJ
51
43
2193
2601
1849
63
BK
48
55
2640
2304
3025
64
BL
48
55
1640
2304
3025
65
BM
44
53
2332
1936
2809
66
BN
51
50
2550
2601
2500
67
BO
42
52
2164
1764
2704
68
BP
43
51
2193
1849
2601
69
BQ
45
54
2430
2025
2916
70
BR
45
50
2250
2025
2500
3092
3399
148142
137100
166684
Setelah keseluruhan data dihitung dan diletakkan dalam tabel koefisien korelasi, selanjutnya hasil perhitungan diatas akan diuji keabsahannya dengan menggunakan rumus Korelasi Product Moment, sebagai berikut: Dik : X = 3092
X2 =137100
Y = 3399
Y2 =166684
XY = 148142
N =70
Dit ? : rxy
Rumus: XY =
r
N
{N ∑
X
(∑ X )(∑ Y ) − (∑ X ) }{N ∑ Y − (∑ Y )
∑
XY −
2
2
2
2
Keterangan: T
XY
N
= Angka indeks korelasi “r” product moment = Number of cases (jumlah sampel yang diteliti)
XY = Jumlah hasil perkalian antara skor x dan skor y X r
= Jumlah seluruh skor x
XY =
=
=
N ∑ XY − (∑ X )(∑ Y )
{N ∑ X
}{
− (∑ X ) N ∑ Y 2 − (∑ Y ) 2
2
2
}
(70 × 148142) − (3092 × 3399) {70 × 137100 − (3092)2 }{70 × 166684 − (3399)2 } 10369940 − 10509708
{9597000 − 9560464}{. 11667880 − 11553201}
}
=
139768 36536 × 114679
=
139768 4189911944
=
139768 64729,52
= 0,21
2. Interpretasi Data Berdasarkan basil perhitungan dari nilai “rxy” maka penulis memberikan interpretasi terhadap Angka Indeks Korelasi r Product Moment melalui 2 cara: a. Interpretasi dengan cara sederhana atau secara kasar Interpretasi terhadap rxy dari perhitungan diatas ternyata angka korelasi antara variabel X dan variabel Y tidak bertanda negatif, berarti diantara kedua variabel tersebut terdapat korelasi positif (korelasi yang berjalan searah). Dengan memperhatikan besarnya rxy (yaitu = 0,21) yang berkisar antara 0,20 - 0,40 berarti terdapat korelasi positif antara variabel X dan variabel Y itu termasuk korelasi yang lemah atau rendah. b. Interpretasi dengan mengunakan Tabel Nilai "r" Product Moment Rumusan Hipotesa Kerja (Ha) dan Hipotesa Nihil (Ho), yang penulis ajukan diawal adalah: Ha : Ada hubungan yang signifikan antara Peranan Pendidikan Agama Islam dengan Pembentukan Kepribadian Siswa Ho: Tidak ada hubungan yang sihnifikan antara Peranan Pendidikan Agama Islam dengan Pembentukan Kepribadian Siswa Adapun kriteria pengajuannya adalah: jika r hitung > r tabel maka Ha diterima dan Ho ditolak. Sebaliknya, jika r hitung <_r tabel maka Ha ditolak
dan Ho diterima. Kemudian penulis mencari deraja bebasnya (df dan db), rumusannya sebagai berikut: df = N - nr = 70 - 2 = 68 Dengan memeriksa Tabel "r" Product Moment ternyata dengan df sebesar 68 dan taraf signifikansi 5% diperoleh tabel =0,250; sedangka pada taraf signifikansi 1% diperoleh r tabel =0,325. karena rxy atau ro pada taraf signifikansinya 5% lebih kecil dari padda r tabel atau rt, maka pada taraf signifikansi 5% Hipotesa Alternatif (Ha) ditolak, sedang Hipotesa Nihil diterima, berarti bahwa pada taraf signifikansi 5% itu tidak terdapat korelasi positif (searah) yang signifikan antara variabel X dengan variabel Y. selanjutnya, karena pada taraf ssignifikansi 1% rxy atau ro adalah lebih kecil dari pada r tabel (0,250 < 0,325), maka pada taraf signifikansi 1% itu hipotesa Nihil (Ho) diterima, sedang Hipotesa Alternatif (Ha) ditolak, ini berarti bahwa untuk taraf signifikansi 1% itu tidak terdapat korelasi positif (searah) yang signifikan antara variabel X dengan Variabel Y. Korelasi positif (searah) yang signifikan antara variabel X dengan variabel Y. Maka yang dapat ditarik kesimpulan bahwa, pelaksanaan pendidikan agama disekolah tidak mampu membentuk kepribadian siswa, tanpa dibantu faktor eksternal, maksudnya pihak keluarga dan lingkungan
masyarakat yang juga berperan penting terhadap pembentukan kepribadian anak didik. Adapun Perhitungan Koefisien Determinasi (KD), yang penulis manfaatkan untuk mengetahui kontribusi Variabel X dan Variabel Y, sebagai berikut: KD
= rxlOO% = 0,21 x 100% (nilai r berasal dari hasil perhitungan rxy) = 2,1 Jadi, hubungan variabel pelaksanaan pendidikan agama
dengan pembentukan kepribadian siwa sebesar 2,1%
BABV PENUTUP
A. Kesimpulan Dari uraian dimuka, mengenai Peranan Pendidikan Agama di SMPN 02 dalam upaya pembentukam kepribadian siswa, sebagai usaha sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenai, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam melalui kegiatan bimibngan, pengjaran dan latihan dengan serta mengaplikasikannya dengan kepribadian yang baik dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta pengalaman, dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Sistem pendidikan agama yang diterapkan dan di kembangkan di SMPN 02 adalah merupakan Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), dengan dilengkapi dengan sarana belajar dan di lengkapi juga dengan perpustakaan sebagai salah satu sumber belajar. b. Kurikulum yang berjalan selama ini, yaitu kurikulum 1994 dan kurikulum yang baru saja di munculkan sekitar berjalan lebih kurang 3 tahun, yaitu kurikulum berbasis kompetensi yaitu : seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus di capai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah.
c. Strategi pembelajaran pendidikan agama di SMPN 02 dengan menggunakan kurikulum berbasis kompetensi ini, melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang efektif dengan cara mengelola kelas secara efektif. d. Proses pembelajaran pendidikan adalah suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan pendidikan. e. Sarana pendidikna agama yang terdapat di SMPN 02 antara lain: white board, spidol dan penghapus, selain itu terdapat kegiatan ekstra kurikuler yang menjadi sarana pendidikan agama, yaitu kegiatan Rohis di masjid dan pengajian al-Qur'an. f. Evaluasi pendidikan ialah suatu kegiatan untuk menentukan tarap kemajuan suatu pekerjaan didalam pendidikan agama. Evaluasi adalah alat untuk mengukur sampai di mana penguasaan murid terhadap bahan pendidikan yang telah disampaikan. Adapun implementasi Pendidikan agama Islam dalam membentuk kepribadian siswa SMPN 02, baik ditempuh dengan cara: 1. Menegakkan kedisiplinan secara optimal baik kedisiplinan terhadap guru maupun terhadap siswa. 2. Menggunakan metode yang lebih variatif agar lebih mencapai tataran kognitif, afektif dan psikomotorik, diantaranya dengan metode keteladanan (Uswah Alhasanah), dimana seorang guru menjadi contoh yang baik bagi siswanya. Dengan disertai kegiatan ekstrakurikuler yang lebih aktif lagi, seperti:
Kegiatan Rohani Islam (ROHIS), Pengajian Al-qur'an dan pesantren kilat (SANLAT) dibulan ramadhan, untuk meningkatkan keimnan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
B. Saran Setelah penulis mengamati peranan Pendidikan Agama Islam di Smpn 02, serta memperoleh data dari angket yang telah disebarkan, penulis ingin menyampaikan beberapa saran, sebagai berikut: 1. Untuk dapat meningkatkan pelaksanaan pendidikan agama Islam lebih baik, hendaknya lembaga pendidikan SMPN 02 dapat meningkatkan kualitas dan managemen pengelolaan pendidikan kearah yang lebih baik 2. Untuk dapat meningkatkan kualitas siswa, hendaknya para guru menguasai metodologi enelitian, sehingga mampu memilah-miih metode yang digunakan harus sesuai dengan mated yang akan disampaikan, sehingga proses kegiatan belajar mengajar dapat terlaksana secara efektif dan efisien. 3. Untuk dapat meningkatkan kualitas siswa, hendaknya para guru dapat membimbing siswa dalam mengadakan kegiatan ekstrakurikuler, seperti bimbingan Rohani Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Jumali, Fadhil, Menerabas Krisis Pendidikan Dunia Islam, (Jakarta: Golden Teramyon Press, 1993), cet. 1 Al-Syaibani, Al-Thouny, Omar Muhammad, Falsafah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), cet. 1 Arif, Armai, Pengantar Ilmu dan metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), cet. 1 Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), cet. 10 Burhanuddin, Yusak, Kesehatan Mental, (Bandung: Pustaka Setia, 1999) Daradjat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,1996) cet. 3 Daryanto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2001), cet. 1 DEPAG RI, Kendali Mutu Pendidikan Agama Islam, ( Jakarta: 2001) Djamaras, Syaiful Bahri dan Aswan Zaim, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), cet. 2 Gerungan, WA, Psychologi Sosial, (Bandung : PT Eresco, 1966) Hadi, Sutrisno, Metodologi Reseach, (Yogyakarta: Andi Offset, 1992), cet. 21 Islamika, Didaktika, Reorientasi Pendidikan Agama, (edisi khusus, Desember. 2000). Ja'far, M, Membina Pribadi Muslim, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), cet 1 Jalaludin & Abdullah IDI, M.Ed, Filsafat Pendidikan, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997) Langgulung, Hasan, Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam, (Jakarta: Alma'arif, 1980. Marimba, Ahmad, D., Pengantar Filsafat Pendidikan, (Bandung: PT- Ma'arif, 1989)
Muhaimin, et aal, Pemikiran Pendidikan Islam, Kajian Filosqfis dan Kerangka Dasar Operasionalnya, (Bandung: PT Trigenda Karya, 1993), cet. 1 Namsa, Yunus, Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000), cet. 1 Nizar, Samsul, Filsafat Pendidikan Islam: pendekatan Historis , Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Ciputat Pres, 2002), cet 2, Nugroho, Dwi, Mengenal Manusia dan Pendidikan, (Yogyakarta: Liberty, 1988), cetl Poedjawijatna, Etika Filsafat Tingkah Laku, (Jakarta: Bina Aksara, 1986), cet 5 Poerwadaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976) Purwanto, Ngalim, llmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Badung: Remaja Karya, 1998), Pusat Kurikulum, Badan Penelitian dan pengembangan, Departemen Pendidikan Nasional, KBK Mata Pelajaran PAISMU (Jakarta: 2001) Rachman, Shaleh, Abdur, Pendidikan Agama dan Keagamaan, (PT. Gema Windu Panca Perkasa, 2000). Ramayulis, llmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 1998), cet. 2 Sabri, Alisuf, llmu Pendidikan, (Jakarta: CV. Pedoman llmu Jaya, 1999) Sudjana, Nana, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru, 1989) Sujanto, Agus, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: Aksara Baru, 1980) Sunarto, Kamanto, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: Lembaga PT. Fakultas Ekonomi UI, 2000) Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002), cet. 7 Tafsir, Ahmad, llmu Pendidikan Dalam Persfektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1994), cet 1 Usman, Basymudin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam (Jakarta: Ciputat Press), cet. 1 Wojowasito, S, Kamus Bahasa Indonesia, (Bandung: Shinta Dharma), cet. 10
Yusuf, Slamet AS, Abdul Gafir, dan Zuhzirini, Metode Khusus Pendidikan Agama, (Malang: Biro Ilmiah Tarbiyah, IAIN Sunan Ampel, 1981), cet. 7 Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1994)
ANGKET PENELITIAN TENTANG PERANAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH UMUM DALAM UPAYA PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN SISWA SMPN 02
Nama : Kelas : A. Petunjuk Pengisian 1. Tulis nama (tanpa mempengaruhi nilai anda) 2. Bacalah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan teliti 3. Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan teliti 4. Berilah tanda silang (X) dari salah satu alternatif jawaban a, b, c dan d yang sesuai dengaan jawaban anda B. Pertanyaan-pertanyaan 1. Metode yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi, memudahkan siswa dalam menerima pelajaran A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang D. Tidak pernah 2. Guru memberikan tugas setelah menyampaikan materi A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang D. Tidak pernah 3. Siswa merasakan suasana kegiatan belajar mengajar yang kondusif A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang D. Tidak pernah
4. Guru menggunakan media pengajaran dalam proses mengajarnya A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang D. Tidak pernah 5. Guru memberikan kesempatan untuk bertanya A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang D. Tidak pernah 6. Materi pendidikan agama sangat membebani terhadap aktivitas sehari-hari A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang D. Tidak pernah 7. Kurikulum PAI yang diterapkan sesuai dengan kebutuhan siswa A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang D. Tidak pernah 8. Guru tidak melaksanakan monitoring dan penilaian terhadap proses ddan hasil belajar A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang D. Tidak pernah 9. Guru memberikan bimbingan belajar A. Selalu B. Sering
C. Kadang-kadang D. Tidak pernah 10. Guru memberikan bantuan terhadap siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang D. Tidak pernah 11. Dengan belajar sungguh-sungguh siswa akan mendapat nilai/prestasi yang baik A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang D. Tidak pernah 12. Siswa memahami penjelasan yang diberikan oleh guru A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang D. Tidak pernah 13. Guru memiliki strategi pengajaran yang handal, sehingga memudahkan siswa dalam menerima materi pelajaran A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang D. Tidak pernah 14. Dalam proses kegiatan belajar mengajar tercipta suasana yang kondusif A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah 15. Validitas isi tes sumatif, membingungkan siswa dalam pelaksanaannya A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang D. Tidak pernah 16. Siswa mematuhi peraturan yang diterapkan disekolah A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang D. Tidak pernah 17. Bila bertemu dengan guru, siswa mengucapkan salam A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang D. Tidak pernah 18. Siswa memaafkan teman yang melakukan kesalahan A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang D. Tidak pernah 19. Siswa berdo'a hendak memulai pelajaran A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang D. Tidak pernah 20. Siswa berbohong kepada guru A. Selalu B. Sering
C. Kadang-kadang D. Tidak pernah 21. Siswa mendapatkan hukuman bila terlambat A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang D. Tidak pernah 22. Siswa keluar tanpa seijin guru A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang D. Tidak pernah 23. Siswa menyontek saat ujian A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang D. Tidak pernah 24. Siswa memberikan selamat terhadap teman yang sukses A. Selalu B. Sering C. Kadang-kaddang D. Tidakpernah 25. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang D. Tidak pernah
26. Siswa memperhatikan dengan baik pada saat guru menyampaikan materi pelajaran A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang D. Tidak pernah 27. Siswa yang melanggar akan mendapatkan hukuman A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang D. Tidakpernah 28. Bila berjalan didepan guru pura-pura tidak melihat A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang D. Tidakpernah 29. Siswa tidur dalam keiatan belajar mengajar berlangsung A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang D. Tidakpernah 30. Siswa berbicara kasar terhadap guru A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang D. Tidak pernah