KATA PENGANTAR Suatu organisasi dalam menjalankan kebijakan, program dan kegiatan-kegiatannya memerlukan suatu pedoman atau guidelines agar kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dapat mencapai tujuan sesuai dengan tugas pokok, fungsi dan kewenangannya. Pedoman tersebut dijabarkan dalam sebuah Rencana Strategik (Renstra) yang juga berfungsi sebagai “road map” atau peta jalan bagi organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Direktorat Pakan sebagai salah satu Direktorat dalam organisasi induknya yakni Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) mempunyai renstra yang dibuat dengan berpedoman kepada renstra Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Restra Direktorat Pakan disusun berdasarkan analisis lingkungan strategis (kondisi saat ini, proyeksi kedepan, isu aktual dan permasalahan yang dihadapi) yang mempengaruhi jalannya organisasi dalam mencapai tujuannya. Adapun ruang lingkup dari Renstra Direktorat Pakan ini meliputi visi, misi, tujuan, sasaran, arah kebijakan, strategi, dan program yang dijabarkan lebih lanjut kepada kegiatankegiatan operasional untuk periode tahun 2015 - 2019. Renstra ini diharapkan dapat menjadikan acuan bagi pelaksana kegiatan pengembangan pakan, baik di pusat maupun di daerah (Provinsi, Kabupaten/Kota) agar kegiatan-kegiatan yang dilakukan dapat lebih fokus dan terarah serta ada harmonisasi kegiatan secara vertikal maupun horizontal. Renstra juga menjadi pedoman untuk melakukan pemantauan dan evaluasi serta menjadi alat pengawasan pelaksanaan kegiatan selaman kurun waktu 2015-2019. Renstra bersifat dinamis terutama apabila dalam kurun waktu tersebut terjadi perubahan dalam agenda pemerintahan yang substansial yang menyebabkan Renstra perlu direvisi.
Jakarta,
Agustus 2015
DIREKTUR PAKAN
Ir. Mursyid Ma’sum, M.Agr
i
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ...................................................................................... DAFTAR ISI ................................................................................................... DAFTAR TABEL ............................................................................................. DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... BAB I
Hal i ii iii iv v
PENDAHULUAN ........................................................................... 1.1 Kondisi Umum ......................................................................... 1) Latar Belakang ................................................................. 2) Struktur Organisasi .......................................................... 3) Tugas Pokok dan Fungsi ................................................. 4) Peraturan dan Perundangan Bidang Pakan .................... 5) Pengertian ........................................................................
1 1 1 3 4 5 7
1.2 Potensi dan Permasalahan ..................................................... 1) Kondisi Lingkungan Internal ............................................. 2) Kondisi Lingkungan Eksternal .......................................... 3) Potensi Pengembangan Pakan ........................................ 4) Proyeksi Kebutuhan Pakan .............................................. 5) Permasalahan Bidang Pakan ..........................................
8 8 11 15 23 25
BAB II
VISI, MISI DAN TUJUAN ............................................................... 2.1 Visi .......................................................................................... 2.2 Misi .......................................................................................... 2.3 Tujuan ..................................................................................... 2.4 Sasaran ...................................................................................
28 28 28 28 29
BAB III
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI ............................................ 3.1 Arah Kebijakan ........................................................................ 3.2 Strategi ....................................................................................
30 30 30
BAB IV
PROGRAM DAN KEGIATAN ........................................................ 4.1 Program .................................................................................. 4.2 Kegiatan .................................................................................
31 31 31
BAB V BAB VI
RENCANA KERJA DAN PENDANAAN ......................................... PENUTUP ......................................................................................
33 33
LAMPIRAN-LAMPIRAN .. ..............................................................................
34
ii
DAFTAR TABEL No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Judul Tabel Regulasi bidang pakan Jumlah kelompok dan jumlah sapi integrasi sapi-sawit Potensi ketersediaan pakan hijauan tahun 2015 Proyeksi populasi unggas 2015-2019 Proyeksi kebutuhan pakan per jenis bahan pakan (20152019) Proyeksi Populasi Ternak Ruminansia (2015-2019) Proyeksi Kebutuhan Hijauan Pakan Ternak (2015-201
iii
Hal 5 15 18 18 23 24 24
DAFTAR GAMBAR No 1. 2. 3. 4.
Judul Gambar Struktur Organisasi Direktorat Pakan Jumlah standar mutu pakan dan bahan pakan 2015 Keterkaitan outcome, output dan kegiatan pakan Arsitektur dan Informasi Kinerja Direktorat Pakan
iv
Hal 4 19 32 33
DAFTAR LAMPIRAN No 1. 2. 3. 4. 5. 5.
Judul Lampiran Rekap Rencana Kerja Tahunan (RKT) dan Kebutuhan Anggaran Pengembangan Pakan Tahun 2015-2019 Rincian Rencana Kerja Tahunan (RKT) dan Kebutuhan Anggaran Pengembangan Pakan Tahun 2015-2019 Daftar dan Alamat Pabrik Pakan di Indonesia Tahun 2015 Daftar SNI Pakan Daftar SNI Bahan Pakan Daftar Nomor HS Bahan Pakan, Feed Additives dan Feed Supplement
v
Hal 34 35 37 44 45 46
BAB I PENDAHULUAN A. KONDISI UMUM 1. Latar Belakang Sistem pemeliharaan ternak ruminansia di Indonesia yang dilakukan oleh peternakan skala menengah dan kecil (yang proporsinya lebih dari 80%) masih menghadapi kendala yang cukup besar terutama dalam penyediaan pakan. Hal ini menjadi salah satu penyebab tingginya harga pakan dan belum maksimalnya produksi ternak lokal. Sekitar 49% sapi yang dikirim ke rumah potong hewan tergolong kurus dengan body condition score (BCS) 2,5-3,0 dan 36% dengan BCS 3-3,5 yang keduanya belum ekonomis untuk dipotong, sedangkan hanya 15% yang terkatagori ekonomis untuk dipotong. Di sisi lain kinerja reproduksi ternak ruminansia masih belum menunjukan tingkat yang maksimal. Kondisi ini mengisyaratkan kemungkinan bahwa sapi lokal kita sebagian besar masih kekurangan gizi. Rendahnya tingkat efisiensi produksi dan produktivitas ternak di tingkat peternak menyebabkan harga ternak dan produknya tidak dapat bersaing dengan ternak dan produk ternak dari negara lain. Daya saing produk peternakan Indonesia salah satunya dipengaruhi oleh ketersediaan dan kualitas pakan. Proporsi biaya pakan dari keseluruhan biaya produksi menunjukkan adanya kenaikan biaya yang signifikan dari dekade 80-an yaitu dari rataan 65% menjadi 76% untuk ruminansia, dan dari 74% menjadi sekitar 80% untuk unggas pada saat ini. Peningkatan biaya pakan ini menyebabkan kenaikan harga ternak dan produk ternak dalam negeri cukup tinggi. Tingginya harga bahan pakan yang bersumber dari produk serealia, biji-bijian dan limbah agro industri yang merupakan bahan baku pembuatan pakan konsentrat telah memicu kenaikan harga pakan ternak. Tingginya harga bahan pakan karena bahan pakan strategis sumber protein dan karbohidrat sebagian besar berasal dari serealia dan biji-bijian. Bahan pakan ini cenderung berasal dari impor dan bersaing untuk pemanfaatan lain, diantaranya untuk pangan dan industri biorefinary. Selain itu bahan pakan ini mudah mengalami pemalsuan dan selang kualitasnya sangat beragam. Pemicu kenaikan harga dan pemalsuan bahan baku pembuatan pakan konsentrat sulit dikendalikan karena sistem rantai pasok yang tidak terstruktur. Kondisi ini semakin menjerat peternak dalam ketidakberdayaan akibat semakin sulit menjangkau bahan pakan konsentrat berkualitas tinggi. Mengembangkan industri pakan adalah mengembangkan industri bahan pakan, karena berjalannya suatu industri pakan 80% tergantung pada ketersediaan bahan pakan, sehingga pengembangan pakan harus diarahkan pada lokasi yang suplai bahan bakunya dapat dijamin secara kontinyu.
1
Undang-Undang Peternakan dan Kesehatan Hewan nomor 18 tahun 2009 juncto Undang-Undang No.41/2014 secara khusus menempatkan ketentuan-ketentuan tentang pakan pada Bab IV pasal 19-23 dan pada Bab III yang mengatur masalah lahan untuk kawasan penggembalaan umum. Bab IV mengatur tentang kewajiban setiap orang yang melakukan usaha budidaya ternak untuk dapat mencukupi kebutuhan pakan ternaknya dan mengatur Pemerintah Daerah dalam rangka pembinaan para pelaku usaha peternakan dalam hal pemenuhan kebutuhan pakan yang baik untuk ternaknya. Bab ini juga mengatur tentang pengadaan pakan dan bahan pakan, yang menyebutkan bahwa pengadaan pakan harus dilakukan secara terkoordinasi dengan instansi terkait lainnya yang menyangkut penyediaan lahan untuk budidaya tanaman pakan serta pengadaan pakan di dalam negeri serta pemasukan pakan dari luar negeri. Pengadaan pakan/bahan pakan yang tergolong bahan pangan agar mengutamakan bahan pakan lokal dan penggunaannya harus memenuhi persyaratan keamanan hayati. Kawasan penggembalaan umum harus dipertahankan keberadaannya dan kemanfaatannya secara berkelanjutan karena kawasan tersebut berfungsi sebagai penghasil tumbuhan pakan, tempat perkawinan alam, seleksi, kastrasi, pelayanan inseminasi buatan (IB), pelayanan kesehatan hewan, tempat penelitian dan pengembangan teknologi peternakan, sehingga Pemerintah Daerah wajib menetapkan lahan sebagai kawasan penggembalaan umum dan bekerjasama dengan pengusahaan peternakan/tanaman pangan/hortikultura/ perikanan/perkebunan/kehutanan untuk pemanfaatan lahan sebagai sumber pakan ternak Ketersediaan bahan pakan unggas (khususnya ayam ras) harus terus dipastikan agar tidak terjadi gejolak dalam penyediaan pakan di dalam negeri. Penyediaan bahan pakan tersebut bisa dari sumber lokal (jagung, dedak, CPO, tepung ikan, bungkil kelapa, bungkil kopra, bungkil inti sawit) ataupun dari impor seperti jagung, bungkil kedelai/soya bean meal (SBM), corn gluten meal (CGM), Dried Distiller Grain Sollubles (DDGS) dan meat bone meal (MBM). Ketergantungan terhadap impor bahan pakan memang masih sangat besar, hal ini disebabkan karena beberapa jenis bahan pakan, khususnya bungkil kedelai, CGM, DDGS, dan MBM harus diimpor 100% dan berdasarkan genetik dari sebagian besar ayam ras pedaging yang ada di Indonesia yang bibitnya impor, harus diberi pakan dengan basis corn-soya, artinya industri perunggasan sangat tergantung pada ketersediaan jagung dan bungkil kedelai (soya bean meal). Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dalam rencana strategis 5 tahun kedepan (2015-2019) menetapkan program peningkatan produksi pangan asal ternak (daging, telur dan susu) dan agribisnis peternakan rakyat, dengan 3 (tiga) sasaran strategis yaitu :
2
1. peningkatan produksi pangan asal ternak (daging, susu dan telur); 2. peningkatan daya saing peternakan; 3. peningkatan kesejahteraan peternak. Sasaran tersebut akan dicapai dengan 5 (lima) kegiatan utama yaitu : (1) peningkatan produksi bibit/benih ternak dan usaha budidaya ternak; (2) peningkatan produksi pakan dengan sumberdaya lokal; (3) peningkatan pengolahan dan pemasaran hasil peternakan; (4) peningkatan status kesehatan hewan; dan (5) peningkatan produksi pangan asal ternak yang aman, sehat, utuh dan halal (ASUH) Direktorat Pakan bertanggung jawab terhadap pencapaian kegiatan utama peningkatan produksi pakan dengan pemanfaatan sumberdaya lokal, sehingga sesuai dengan analisis kondisi lingkungan strategisnya (internal dan eksternal) yang berkaitan dengan pengembangan pakan, dan sesuai dengan tugas pokok fungsinya serta dengan menganalisa kekuatan, kelemahan, tantangan dan ancaman yang ada, dituntut untuk membangun sistem, kebijakan dan program pengembangan pakan ternak untuk mendukung pencapaian program Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Berkaitan dengan hal tersebut dan mengacu pada Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019, maka Direktorat Pakan menetapkan Rencana Strategis organisasi yang akan menjadi arah pedoman Direktorat Pakan dalam menjalankan tugas pokok fungsinya. Rencana Strategis organisasi ini dibangun secara partisipatif meliputi identifikasi is-isu aktual yang berkembang, visi dan misi organisasi, tujuan, sasaran, kebijakan, strategi mencapai tujuan, program kerja serta penjabarannya melalui kegiatan-kegiatan nyata selama 5 tahun kedepan (2015-2019).
2. Struktur Organisasi Direktorat Pakan Ternak sebagai sebuah organisasi dikukuhkan dengan Peraturan Presiden Nomor 24/2010 tentang kedudukan, tugas dan fungsi Kementerian Negara dan tugas dan fungsi eselon I Kementerian Negara serta Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian. Pada tahun 2015, struktur organisasi Direktorat Pakan Ternak yang baru saja terbentuk pada tahun 2010 tersebut mengalami perubahan seiring dengan terjadinya perubahan struktur organisasi Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan sebagaimana tertuang di dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/OT.101/8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian.
3
Nomenklatur Direktorat Pakan Ternak kemudian diubah menjadi Direktorat Pakan, dan nomenklatur Sub Direktorat dan Seksi pada masing-masing sub direktorat juga mengalami beberapa perubahan. Untuk mendukung tugas pokok fungsinya, Direktorat Pakan mempunyai struktur organisasi sebagai berikut :
Gambar-1 :Struktur Organisasi Direktorat Pakan
3. Tugas Pokok dan Fungsi Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/OT.101/8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian maka tugas dan fungsi dari Direktorat Pakan adalah sebagai berikut : Tugas : Sesuai dengan Permentan yang baru, pada Bagian Kelima pasal 693, organisasi Direktorat Pakan diberi tugas untuk melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan produksi pakan. Fungsi : Pada pasal 694 disebutkan bahwa untuk melaksanakan tugas tersebut, maka Direktorat Pakan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
4
1) Penyiapan, perumusan kebijakan di bidang peningkatan produksi bahan pakan, pakan hijauan, dan pakan olahan serta mutu, keamanan dan pendaftaran pakan; 2) Pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan produksi bahan pakan, pakan hijauan, dan pakan olahan serta mutu, keamanan dan pendaftaran pakan; 3) Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang peningkatan produksi bahan pakan, pakan hijauan, dan pakan olahan serta mutu, keamanan dan pendaftaran pakan; 4) Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan produksi bahan pakan, pakan hijauan, dan pakan olahan serta mutu, keamanan dan pendaftaran pakan; 5) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang peningkatan produksi bahan pakan, pakan hijauan, dan pakan olahan serta mutu, keamanan dan pendaftaran pakan; 6) Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Pakan.
4. Peraturan dan Perundangan Bidang Pakan Dalam upaya mencapai ketahanan pakan nasional serta dalam upaya memberikan jaminan mutu dan keamanan pakan kepada masyarakat pengguna pakan, maka telah tersedia beberapa regulasi bidang pakan untuk mendukung pengembangan pakan nasional. Regulasi tersebut dikeluarkan baik dalam bentuk Undang-Undang (UU), Peraturan Presiden (Perpres), Peraturan Menteri Pertanian (Permentan), Keputusan Menteri Pertanian (Kepmentan), Prosedur Operasional Standar (SOP) maupun Pedoman-Pedoman Pelaksanaan Kegiatan, Pedoman Teknis serta PTM (Persyaratan Teknis Minimal) dan SNI (Standar Nasional Indonesia). Peraturan-peraturan tersebut berdasarkan tahun dikeluarkannya sebagaimana tercantum pada Tabel-1 dibawah ini : Tabel-1 : Regulasi Bidang Pakan No
Peraturan
Nomor
1.
Undang Undang
2. 3. 4. 5. 6.
Undang Undang Undang Undang Perpres PP Kepmentan
18/2009 juncto UU No.41/2014 12/1992 13/2010 16/1977 44/1995 240/Kpts/OT.210/4/2003
7.
Kepmentan
511/kpts/PD.310/9/2006
Tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan Sistem Budidaya Tanaman Hortikultura Usaha Peternakan Perbenihan Tanaman Cara Pembuatan Pakan yang Baik (CPPB) Jenis Komoditi Tanaman Binaan Direktorat Jenderal Perkebunan, Tanaman Pangan dan Hortikultura
5
8.
Permentan
65/Permentan/OT.140/9/ 2007
9.
Permentan
19/Permentan/OT.140/4/ 2009
10.
Permentan
61/Permentan/OT.140/10/ 2011
11.
Permentan
12.
Permentan
02/Permentan/SR.120/1/ 2014 4472/Kpts/OT.160/7/2013
13.
Permentan
14.
Permentan
15.
KepDirjennak
16.
Permen PAN-RB
17.
18.
Peraturan 114/Permentan/OT.140/11 Bersama Mentan /2013 dan Kepala BKN Ranc Permentan -
19.
Ranc Permentan
-
20.
Ranc Permentan
-
21.
Ranc Permentan
-
22.
Ranc Permentan
-
127/Permentan/SR.120/11 /2014 105/Permentan/PD.300/8/ 2014 524/TN.250/Kpts/DJP/Dept an/1997 22 tahun 2013
Pedoman Pengawasan Mutu Pakan (dalam proses revisi menjadi Pengawasan Mutu dan Keamanan Pakan ) Syarat dan Tatacara Pendaftaran Pakan (dalam proses revisi menjadi Pendaftaran dan Peredaran Pakan) Pengujian, Penilaian, Pelepasan dan Penarikan Varietas Produksi, Sertifikasi dan Peredaran Benih Bina Tim Penilai dan Pelepas Varietas Tanaman Pangan, Perkebunan, dan Tanaman Pakan Ternak (TP2V) Pemasukan dan Pengeluaran Benih Integrasi Usaha Perkebunan Kelapa Sawit dengan Usaha Budidaya Sapi Potong PTM (Persyaratan Teknis Minimal) Bahan Baku Pakan Jabatan Fungsional Pengawas Mutu Pakan dan Angka Kreditnya Ketentuan Pelaksanaan Permen PANRB No.22/2013 Kawasan Penggembalaan Umum Syarat dan Tatacara Pemasukan atau Pengeluaran Bahan Pakan ke Dalam atau Keluar wilayah NKRI Penggunaan Imbuhan Pakan dan Pelengkap Pakan sebagai Campuran Pakan Pelarangan Pengunaan Hormon Tertentu dan/atau Antibiotik sbg Imbuhan Pakan Batas Maksimum Cemaran, Residu dan Bahan Berbahaya dalam Bahan Pakan dan/atau Pakan
6
5. Pengertian 1.
Pakan
: Bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diberikan kepada hewan untuk kelangsungan hidup, berproduksi dan berkembang biak.
2.
Bahan pakan
: Bahan hasil pertanian, perikanan, peternakan atau bahan lainnya yang layak dipergunakan sebagai pakan, baik yang telah diolah maupun yang belum diolah.
3.
Pakan hijauan
: Pakan yang terdiri dari satu atau beberapa campuran dari rumput-rumputan , legume dan tanaman lain yang layak dikonsumsi. ternak, berasal dari hasil samping/limbah pertanian dalam bentuk segar atau yang diolah/diawetkan
4.
Hijauan pakan ternak (HPT) Tanaman pakan ternak (TPT)
: Pakan yang berasal dari bagian vegetatif tanaman yang dapat dimakan oleh ternak : Tanaman penghasil HPT yang sengaja dibudidayakan, baik rumput, legume maupun tanaman pangan yang dipergunakan sebagai pakan ternak : Pakan yang kaya akan sumber protein dan atau sumber energi serta dapat mengandung pelengkap pakan dan atau imbuhan pakan. : Zat yang secara alami sudah terkandung dalam pakan, tetapi jumlahnya perlu ditingkatkan dengan menambahkannya dalam pakan. : Bahan pakan yang tidak mengandung nutrien, yang pemakaiannya untuk tujuan tertentu. : Susunan tentang jenis dan proporsi setiap bahan pakan yang digunakan dalam pembuatan pakan dengan mempertimbangkan kebutuhan nutrisi dan kandungan zat makanan. : Unit produksi pakan dengan kapasitas kurang dari 50 ton/hari. : Unit produksi pakan dengan kapasitas 50 sampai 100 ton/hari.
5.
6.
Konsentrat
7.
Pelengkap pakan (feed supplement)
8.
Imbuhan pakan (feed additive)
9.
Formula pakan
10. Pabrik Pakan Skala Kecil 11. Pabrik Pakan Skala Menengah
7
12. Pabrik Pakan Skala Besar 13. Pengawas mutu pakan
14. Pengujian mutu pakan
: Unit produksi pakan dengan kapasitas lebih dari 100 ton/hari. : Pegawai Negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan pengawasan mutu bahan pakan dan pakan : Kegiatan dan tatacara menguji sampel pakan untuk mengetahui mutunya.
B. POTENSI DAN PERMASALAHAN 1. Kondisi Lingkungan Internal Sektor pertanian termasuk peternakan masih merupakan sektor penting di Indonesia meskipun kontribusi sektor ini terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) menurun seiring dengan peningkatan kontribusi sektor industri, jasa, perdagangan dan transportasi. Sampai saat ini sebagian besar penduduk Indonesia masih tinggal di pedesaan dan mempunyai pekerjaan sebagai petani dan buruh tani. Pada tahun 2014 penduduk Indonesia diperkirakan berjumlah sekitar 250 juta dan hampir 70% diantaranya tinggal di pulau Jawa yang luasnya hanya sekitar 7% dari luas daratan Indonesia. Seiring dengan kemajuan yang telah dialami bangsa Indonesia, jumlah kelas menengah dengan pendapatan yang cukup telah bertambah jumlahnya. Pertambahan penduduk dan peningkatan pendapatan per kapita telah merubah gaya hidup dan pola konsumsi makanan dengan peningkatan konsumsi produk hasil-hasil peternakan berupa daging, telur dan susu. Produk peternakan mempunyai elastisitas pendapatan yang tinggi sehingga dengan kenaikan pendapatan maka permintaan akan daging, telur dan susu akan meningkat terus. Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Badan Pusat Statistik (BPS) masih mengindikasikan bahwa hampir 50% dari jumlah pengeluaran per bulan masyarakat Indonesia masih dibelanjakan untuk konsumsi makanan. Selain itu konsumsi produk peternakan yang masih rendah akan mengalami peningkatan yang pesat sebelum mengalami kejenuhan seperti yang dialami oleh negara-negara yang sudah maju dan makmur. Dengan demikian, permintaan akan produk hasil peternakan di Indonesia akan terus meningkat di masa yang akan datang. Indonesia merupakan negara kepulauan dengan lebih dari 17 ribu pulau-pulau kecil dengan lima pulau besar: Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Papua dan beberapa gugusan kepulauan seperti Bangka Belitung, Maluku dan 8
Nusa Tenggara. Hampir lebih dari 50% ternak sapi, sebagian besar unggas pedaging dan petelur terdapat di pulau Jawa. Sebagian besar pakan besar dan skala menengah dan kecil juga terdapat di pulau Infrastruktur berupa jalan darat, jalur kereta api, pelabuhan laut dan jaringan listrik sebagian besar terdapat di pulau Jawa.
ternak pabrik Jawa. udara
Pakan mempunyai peran yang penting dalam menghasilkan produksi hasil peternakan. Di dalam sistem peternakan yang intensif dan modern, sebanyak 60-80% dari total biaya produksi merupakan biaya pakan sehingga setiap upaya yang dapat mengurangi biaya pakan akan dapat secara langsung meningkatkan penghasilan petani peternak. Pada dasarnya sub-sektor peternakan dapat dibagi menjadi dua bagian, yang pertama adalah peternakan modern dengan pemeliharaan intensif dan input sarana produksi yang tinggi dan yang kedua adalah peternakan tradisional dengan sistem pemeliharaan semi- intensif dan ekstensif dengan input sarana produksi yang rendah. Sistem Peternakan Modern Termasuk ke dalam peternakan modern terutama adalah peternakan ayam ras pedaging dan petelur, sebagian besar peternakan puyuh dan sebagaian kecil peternakan itik yang menghasilkan daging. Selain itu sekitar 20% peternakan sapi perah dan sekitar 10% peternakan sapi potong yang termasuk dalam kategori penggemukan masuk kategori peternakan modern. Sebagian kecil peternakan babi juga masuk kategori peternakan modern terutama yang ditujukan untuk ekspor seperti yang terdapat di pulau Bulan untuk tujuan ekspor ke Singapura. Salah satu ciri peternakan modern adalah seluruh pakan disediakan secara khusus untuk setiap jenis ternak dan tingkatan produksi. Kandang disediakan secara khusus dengan mempertimbangkan suhu, kelembaban, pencahayaan dan sirkulasi udara. Sistem produksi sudah dapat diatur sedemikian rupa sehingga peternakan ini sudah layaknya sebuah mesin industri biologis. Jumlah hari yang dibutuhkan untuk memanen ayam ras semakin singkat dan jumlah pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan setiap kilogram ayam semakin sedikit. Industri ayam ras pedaging dan petelur modern sangat kompetitif dan hanya peternak yang efisien yang dapat bertahan. Ciri lain peternakan modern teruatama ayam ras pedaging dan petelur adalah ketergantungan yang besar terhadap jagung sebagai bahan pakan. Sekitar 50% jagung digunakan dalam pakan jadi ayam ras pedaging dan petelur dan 10% digunakan untuk pakan sapi perah dan pedaging intensif. Pada saat ini hampir sebagian besar pakan ayam ras pedaging dan petelur dihasilkan oleh pabrik pakan skala besar. Sementara pabrik pabrik skala menengah dan kecil menyuplai kebutuhan peternakan sapi perah dan sapi potong intensif. Sebagian 9
besar peternakan modern ini berlokasi di pulau Jawa atau di sekitar kota-kota besar di luar Jawa seperti kota Medan, Lampung dan Makassar. Salah satu tantangan dalam peternakan ayam ras modern adalah peningkatan kebutuhan bahan pakan yang semakin meningkat akibat pertumbuhan populasi ayam ras pedaging dan petelur dan pertumbuhan produksi pakan yang sangat pesat. Bungkil kacang kedele yang digunakan dalam ransum ayam ras sebesar 10-20% hampir seluruhnya diimpor. Terjadi kecenderungan peningkatan impor jagung dan produk turunannya dalam beberapa tahun terakhir. Nilai komponen impor dari pakan jadi pabrikan termasuk jagung, bungkil kacang kedele, tepung daging dan tulang, obat-obat dan vitamin, imbuhan dan pelengkap pakan dapat mencapai 90% dari total biaya produksi pakan (GPMT, 2015). Hal ini sangat menghawatirkan karena dapat mengurangi daya saing, ketergantungan terhadap impor dan pengurasan devisa negara. Sehingga upaya-upaya pengurangan jumlah impor dengan penyediaan bahan pakan substitusi impor merupakan salah satu langkah perencanaan strategis yang sangat penting. Sistem Peternakan Tradisional Hampir semua ayam bukan ras (buras) atau ayam kampung masih dipelihara dengan sistem pemeliharaan semi-intensif dan ekstensif dengan input yang minimum. Demikian juga dengan sebagian besar itik masih dipelihara dengan sistem peternakan tradisional. Pada umumnya belum ada spesialisasi ayam buras atau itik yang dikhususkan untuk menghasilkan daging atau telur. Kambing dan domba juga sebagian besar masih dipelihara dengan sistem pemeliharaan tradisional. Sebagian besar sapi potong juga masih dipelihara dengan sistem pemeliharaan semi-intensif dan ekstensif. Kerbau dan kuda hampir seluruhnya dipelihara dengan sistem pemeliharaan tradisional dan kedua jenis ternak ini mengalami penurunan populasi selama beberapa tahun terakhir. Kuda yang dijadikan untuk hewan kesayangan dan kuda pacu dipelihara secara intensif dan pakan yang khusus diimpor secara khusus. Ayam buras dan itik memakan biji-bijian baik dengan mengais yang tercecer di sekitar rumah atau di padang di sekitar lokasi pemukiman. Penggunaan pakan pabrikan jarang dilakukan akan tetapi petani peternak kadang-kadang memberikan dedak dan sisa-sisa makanan. Sapi, kambing dan domba (kado), kerbau, dan kuda terutama mengkonsumsi hijauan baik yang sengaja ditanam atau yang tidak ditanam yang tersedia di sekitar rumah. Perhatian petani peternak terhadap ketersediaan dan kualitas hijauan, baik rumput ataupun legume (kacang-kacangan) masih sangat terbatas sehingga penyuluhan terhadap pentingnya hijauan sebagai pakan utama ternak ruminansia sangat diperlukan. Pemerintah selama beberapa tahun terakhir dari periode Renstra 2009-2014 telah mengkampanyekan tentang pentingnya hijauan
10
sebagai pakan utama ternak ruminansia terutama di wilayah-wilayah dengan ketersediaan hijauan yang banyak dan padang penggembalaan yang luas. Selain masalah ketersediaan dan kualitas hijauan, ketersediaan yang melimpah di musim hujan dan kekurangan selama musim kemarau menjadi pesoalan klasik yang dialami peternak. Selain minimnya pengetahuan tentang sistem perkawinan dan kelahiran ternak yang memungkinkan ternak melahirkan pada saat surplus hijauan, ketrampilan untuk mengawetkan kelebihan hijauan di musim hujan untuk digunakan selama musim kemarau sangat terbatas. Meskipun pelatihan tentang cara pembuatan silase dan hay telah diberikan akan tetapi tingkat adopsi teknologi ini masih sangat rendah di tingkat petani peternak. Teknologi ini baru dapat diadopsi oleh Unit Pelaksana teknis (UPT) Pemerintah dan perusahaan besar. Masalah lain dalam hijauan adalah ketersediaan lahan untuk penanaman hijauan karena petani peternak mempunyai lahan olahan yang sempit terutama di pulau Jawa. Lahan untuk penanaman HPT pada umumnya dipergunakan lahan marjinal dan kurang subur, dan salah satu alternatif yang dilakukan adalah penggunaan lahan di sekitar pemukiman, pinggir jalan, sawah dan sungai dan lahan tidur lainnya. Diperlukan upaya yang lebih serius untuk menyediakan hijauan yang cukup dan berkualitas untuk ternak ruminansia sehingga produk dagi sapi dan kerbau, daging kambing dan domba dan susu sapi dapat bersaing di dalam negeri dan kelebihan produksi dapat diekspor. Pada saat ini lebih dari separuh ternak ruminansia dipelihara di pulau Jawa akan tetapi ketersediaan lahan untuk hijauan sangat terbatas. Di lain pihak, tersedia lahan yang sangat luas di luar pulau Jawa akan tetapi sistem kepemilikan lahannya tidak memungkinkan untuk digunakan peternak. Selain itu, pasar komoditas peternakan berada di pulau Jawa dengan jumlah penduduk yang besar dan kemampuan daya beli yang tinggi terutama di sekitar Jabodetabek. Pengembangan peternakan ruminansia di luar Jawa akan terhambat dengan ketersediaan infrastruktur dan keterbatasan pasar akan tetapi dapat mengurangi tekanan terhadap kepadatan pulau Jawa terutama terhadap masalah lingkungan. Pilihan lain adalah dengan mendatangkan bahan pakan hijauan baik segar maupun awetan dari luar Jawa ke pulau Jawa dengan mempertimbangkan biaya transportasi.
2. Kodisi Lingkungan Eksternal Perubahan iklim Global Meskipun masih terdapat perdebatan secara global atas pengaruh pemanasan global terhadap kehidupan di bumi akan tetapi pola curah hujan dan musim kemarau di Indonesia sudah terjadi pergeseran. Dalam setahun jumlah hari hujan dan bulan basah meningkat dari tahun-tahun sebelumnya sehingga mempengaruhi pola tanam dan pola panen dan mempengaruhi hasil paska 11
panen. Fenomena alam ini telah mempengaruhi pola produksi jagung sebagai bahan pakan utama untuk ayam ras sehingga impor jagung harus dilakukan karena kekurangan pasokan di dalam negeri akibat perubahan cuaca. Hal lain dari perubahan iklim global adalah adanya peningkatan suhu rata-rata dari tahun-tahun sebelumnya sehingga air es di kutub Utara dan Selatan mencair dan permukaan air laut meningkat. Ketidakteraturan pola cuaca telah mengakibatkan perencanaan pengadaan bahan pakan menjadi lebih sulit dari biasanya dan hal ini mengakibatkan penambahan biaya dalam produksi pakan secara global. Liberisasi Perdagangan Dunia Ide awal liberisasi perdagangan dunia adalah agar semua pihak diuntungkan dengan sistem perdagangan yang lebih lancar baik dari segi hambatan tarif dan non-tarif sehingga barang dan jasa yang diperdagangkan lebih murah sampai ke tangan konsumen dan semua pihak akan saling diuntungkan baik produsen, konsumen maupun pedagang. Akan tetapi, seiring dengan berjalannya liberisasi perdagangan dunia yang dimotori oleh World Trade Organization (WTO), sistem ini cenderung menguntungkan negara-negara maju dan merugikan negaranegara miskin terutama dengan sistem produksi yang mempunyai efisiensi dan produktifitas rendah. Sistem perdagangan dengan imbal beli, tarif impor yang mendekati nol persen sudah menjadi semacam keharusan akibat pemerintah Indonesia sudah ikut menandatangani aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh WTO. Indonesia kini tidak boleh lagi secara sepihak menolak impor dan menaikkan tarif impor yang tinggi untuk mengurangi impor. Perang dagang dan mengaitkan perdagangan dengan kepentingan lain dan politik akan semakin sering terjadi. Sudah menjadi hal yang lumrah apabila suatu negara melakukan sejumlah impor dan sejumlah ekspor dalam waktu yang bersamaan. Akan menjadi masalah apabila suatu negara mengalami impor yang berlebihan dibandingkan dengan ekspor yang dapat mengakibatkan defisit transaksi berjalan. Hal ini menyebabkan pengurasan devisa dan pelemahan mata uang domestik. Selama suatu negara memproduksi suatu barang dan jasa dengan cara tidak efisien dan produktifitas rendah maka tekanan akan impor akan sangat besar akibat perbedaan harga antara produk domestik dan impor. Tekanan dapat berupa upaya-upaya pihak tertentu untuk memasukkan impor dengan cara-cara legal maupun dengan cara tidak legal yaitu dengan jalan penyeludupan. Peningkatan efisiensi dan produktifitas dalam menghasilkan pakan ternak harus menjadi perhatian utama untuk meningkatkan daya saing dengan produk impor dalam era perdagangan bebas saat ini.
12
Limbah pengolahan biji-bijian dan bahan lain Makanan ternak seperti jagung bersaing dengan kebutuhan manusia akan pangan, bahan bakar dan penggunaan lainnya. Sebagai akibat kenaikan harga bahan bakar minyak yang diperoleh dari fossil yang tidak dapat diperbaharui (non-renewable) seperti premium terus meningkat maka semakin banyak negara yang menghasilkan bahan bakar minyak dari biji-bijian seperti jagung dan kedele, ubi kayu, tebu, biji jarak pagar, kemiri sunan dan yang lain. Dalam proses pemerasan minyak dari biji-bijian dan bahan lain terdapat cukup banyak ampas yang sebagian besar dapat digunakan sebagai pakan ternak. Pada saat ini Indonesia sudah banyak mengimpor hasil samping pembuatan bahan bakar ini seperti bungkil kedele, dan hasil samping pemerasan jagung untuk menghasilkan minyak seperti DDGS, CGM. Terdapat peningkatan impor bahan pakan ini selama beberapa tahun terakhir. Hasil samping pemerasan sebagian dapat langsung digunakan sebagai pakan ternak dan sebagian lagi harus melalui proses untuk menghilangkan zat anti nutrisi yang terkandung di dalamnya. Pemanfaatan hasil samping pemerasan minyak ini harus dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk memenuhi kebutuhan bahan pakan yang semakin meningkat.
Penggunaan imbuhan pakan (feed additives) dan pelengkap pakan (feed supplement) Dalam persaingan produksi pakan yang sangat ketat dengan jalan menghasilkan pakan yang murah dan berkualitas tinggi, penggunaan imbuhan pakan (feed additives) dan pelengkap pakan (feed supplement) banyak dilakukan oleh para produsen pakan besar dan produsen pakan skala menengah dan kecil atau peternak yang mencampur sendiri konsentrat dengan jagung dan dedak (self mixing). Jumlah imbuhan pakan dan pelengkap pakan sangat banyak yang telah digunakan oleh pabrik pakan sehingga perlu pengaturan pendaftaran dan penggunaan yang lebih ketat. Tidak semua pabrik pakan akan secara terbuka untuk memberikan informasi tentang imbuhan pakan dan pelengkap pakan yang digunakan pada jenis pakan ternak tertentu karena hal ini merupakan bagian dari kerahasiaan perusahaan. Untuk melakukan pengawasan mutu dan keamanan pakan yang lebih efektif dan akurat diperlukan kemampuan laboratorium pengujian mutu pakan yang lebih canggih untuk dapat mendeteksi penggunaan imbuhan pakan dan pelengkap pakan yang dilarang penggunaannya karena dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan dan lingkungan. Dengan demikian, pengembangan jaringan laboratorium pengujian mutu dan keamanan pakan yang baik dan mampu melakukan berbagai macam pengujian yang diperlukan sangat diperlukan di masa yang datang.
13
Sistem Integrasi Ternak-Tanaman Indonesia merupakan negara yang memiliki kebun kelapa sawit terluas di dunia dan menjadi negara produsen minyak sawit utama di dunia. Dengan luasan kebun sawit 10,9 juta hektar (2014, data Ditjenbun), maka biomasa yang berlimpah dari kebun sawit dan dari pabrik pengolahan sawit akan sangat membantu dalam penyediaan pakan ternak ruminansia (khususnya sapi potong). Dari perspektif sumber penyediaan pakan ternak, maka kebun kelapa sawit merupakan lumbung pakan yang mempunyai potensi sangat besar namun sampai saat ini belum dimanfaatkan secara optimal. Program integrasi sapi-sawit yaitu suatu program keterpaduan usaha budidaya ternak sapi dalam usaha perkebunan kelapa sawit tanpa mengurangi aktifitas dan produktivitas tanaman. Bahkan keberadaan ternak sapi harus dapat meningkatkan produktivitas tanaman sekaligus produksi ternaknya. Penerapan sistem integrasi sapi-sawit dapat memberikan keuntungan, yaitu : 1) adanya efisiensi penggunaan input produksi (pupuk, tenaga kerja, herbisida); 2) meningkatkan nilai tambah dari penggunaan pupuk organik asal ternak baik padat maupun cair; 3) meningkatkan pemanfaatan hasil samping kebun dan pabrik pengolahan kelapa sawit untuk pakan ternak; 4) peningkatan pendapatan dari hasil perkembangan ternaknya serta 5) peningkatan keterampilan pekebun dalam usaha budidaya sapi potong dan dalam penerapan teknik pengolahan pakan dari hasil samping kelapa sawit. Pemerintah mengimplementasika tiga strategi dalam pelaksanaan kegiatan integrasi sapi-sawit ini, yaitu : a. Mendorong pengembangan usaha budidaya dan pembibitan sapi potong di perkebunan sawit rakyat dan plasma melalui fasilitasi dana APBN dan APBD kepada kelompok-kelompok pekebun rakyat. Anggaran pemerintah berfungsi sebagai penggerak dan pengungkit investasi swasta yang lebih besar. Jumlah kelompok dan bantuan sapi potong yang telah difasiiltasi anggaran APBN tahun 2007-2015 sebagaimana tabel-1 dibawah ini. b. Bekerjasama dengan kementerian BUMN mendorong BUMN yang bergerak dibidang sawit (PTPN, PT. RNI) untuk memelihara sapi potong dalam rangka mendukung perkebunan sawit yang berwawasan lingkungan dengan pemanfaatan pupuk organik hasil dari pemeliharaan sapi potong yang dipelihara di dalam perkebunan sawit. Program tersebut dipertegas melalui surat Kemen BUMN No. S.50/DI.MBU/2012 tanggal 22 Februari 2012 tentang Pola Integrasi Peternakan Sapi – Perkebunan Kelapa Sawit dan surat Menteri BUMN No. S-240/MBU/2012 tanggal 9 Mei 2012 perihal Penugasan Pelaksanaan Program Integrasi Sapi-Sawit.
14
Tabel-2 : Jumlah kelompok dan sapi potong yang telah difasilitasi APBN pada kegiatan pengembangan integrasi sapi-sawit Tahun
Instansi
2007
Ditjennak Ditjenbun 2008 Ditjennak Ditjenbun 2009 Ditjennak Ditjenbun 2010 Ditjennak 2011 Ditjen PKH 2012 Ditjen PKH 2013 Ditjen PKH 2014 Ditjen PKH Perbibitan 2015 Ditjen PKH (rencana) Ditjen PKH (APBN-P) Jumlah kelompok dan sapi
Jumlah Kelompok 48 19 12 21 34 25 109 49 11 150 400
Jumlah Sapi (Ekor) 2.424 2.156 703 772 600 559 525 850 625 2.725 735 197 2.250 15.000
878
30.121
c. Mendorong perkebunan sawit swasta untuk (a) melakukan diversifikasi usaha budidaya sapi potong; (b) bekerjasama dengan perusahaan sapi potong untuk melakukan usaha integrasi sapi-sawit; (c) memanfaatkan dana CSR nya untuk pengembangan usaha budidaya sapi potong di kelompok plasma. d. Mendorong dana-dana PKBL dari perusahaan swasta non-sawit (Perbankan, Pertamina, dll) agar dapat mengalokasikan dana PKBL nya pada kegiatan produktif usaha budidaya sapi potong di perkebunan sawit. 3. Potensi Pengembangan Pakan Potensi Hijauan Pakan Ternak (HPT) Hijauan pakan merupakan menu utama bagi ternak ruminansia dengan konsumsi harian mencapai 70% dari total ransum (Abdullah et al., 2005). Secara teknis hijauan pakan sangat berperan dalam menjaga kesehatan dan fungsi rumen. Keberadaan serat dalam hijauan pakan (selulosa dan hemiselulosa) menjadi sumber energi bagi mikroba rumen, demikian halnya dengan mineral serta protein (terutama berasal dari legum) sebagai sumber N bagi bakteri rumen dan protein produk. Ketersediaan hijauan pakan dalam ransum ruminansia mutlak diperlukan. Kekurangan hijauan pakan di beberapa peternakan sapi perah telah menyebabkan umur produktif lebih pendek yang seharusnya 6-7 tahun menjadi 15
3-4 tahun, banyak sapi induk yang gagal reproduksi karena penimbunan lemak pada sistem reproduksi akibat kompensasi hijauan oleh konsentrat, sehingga peternak harus mengganti dengan sapi yang baru. Hal inilah yang menyebabkan investasi pada usaha sapi perah menjadi mahal dan membebani peternak, karena replacement rate bibit sangat tinggi, padahal stok bibit tidak mencukupi. Dari pengalaman di lapangan berinteraksi dengan peternak, ketersediaan hijauan pakan menjadi faktor penentu perkembangan usaha sapi perah di Indonesia. Peran lain hijauan pakan adalah menjaga mutu produk ternak lebih sehat. karenahijauan mengandungbeta caroten, vitamin E, tanin, saponin, xantofil, dan senyawa sekunder lain yang memiliki efek herbal (phytomedicine), anti oksidanatau anti kualitas (Beck and Reed, 2007) yang bermanfaat sebagai pakan fungsional. Ternak ruminansia yang mengkonsumsi lebih banyak hijauan berkualitas tinggi menghasilkan kandungan conjugated linoleic acid (CLA) lebih tinggi pada daging (Loor et al., 2003) dan lebih tinggi asam lemak 18:3n-3, CLA pada susu, sertamenghasilkan lebih rendah trans fatty acid (TFA)pada susu dari pada ternak mengkonsumsi hijauan lebih sedikit(Noci et al., 2003), sehingga produk ternak lebih sehat dikonsumsi. Penggunaan hijauan pakan sebagai menu utama dalam ransum sapi dapat mengurangi biaya pakan, seperti pemeliharaan di padang penggembalaan. Pemeliharaan sapi di padang penggembalaan di Autralia untuk pembesaran memerlukan biaya pakan hanya AUS $ 2.8 (Rp. 30.240) per minggu, bandingkan dengan pemeliharaan/pembesaran sapi (bukan penggemukan) secara intensif di pulau Jawa mencapai Rp 12.500-17.500 per hari atau rata-rata menghabiskan biaya pakan RP 84.500-105.000 per minggu. Hal inilah yang menyebabkan harga sapi dan daging di Australia lebih murah dibandingkan di Indonesia. Di Indonesia hijauan pakan dapat diperoleh hampir di setiap tempat, mulai dari padang rumput sampai di pasar-pasar di kota besar. Untuk wilayah kering, sumber hijauan pakan adalah padang rumput, lahan pertanian pangan, lahan perkebunan dan lahan kehutanan. Sedangkan pada wilayah lahan irigasi sumber hijauan pakan dapat berasal dari pematang dan pinggir saluran irigasi. Di daerah rawa dan pasang surut, hijauan pakan juga mudah dijumpai, karena untuk habitat seperti itu terdapat jenis-jenis rumput yang dapat tumbuh dengan baik. Disamping itu hijauan pakan juga dapat diperoleh di pinggir-pinggir jalan dan di halaman rumah. Halaman rumah merupakan tempat yang penting sebagai sumber hijauan pakan karena letaknya tidak terlalu jauh dari kandang. Jenis-jenis hijauan pakan yang biasanya ada di halaman rumah merupakan tanaman pangan dan tanaman pakan seperti rumput, ubi kayu, pisang, lamtoro, nangka, petai, randu, sengon, gamal, kelor dan sebagainya. Pada dasarnya ada 2 (dua) cara budidaya hijauan pakan ternak (HPT), yaitu budidaya untuk dipotong (cut and carry) dan budidaya untuk penggembalaan (grazzing). Budidaya untuk dipotong biasanya dilakukan pada lahan-lahan yang sempit dimana areal tanaman pangan mendominasi areal tersebut, sedangkan 16
skala usaha peternak rata-rata 1-4 ekor. Penanaman pada wilayah seperti itu hanya dapat dilakukan pada pematang sawah atau memanfaatkan areal sempit disekitar tanaman pangan. Pola semacam ini dilakukan oleh peternak di Jawa, Lampung dan Bali. Sedangkan budidaya untuk padang penggembalaan hanya bisa dilakukan di wilayah yang lahannya masih sangat luas dengan pola pemeliharaan ternak secara ekstensif. Pola ini cocok dilakukan pada daerah padat ternak tetapi jarang penduduk seperti di NTT, Papua Barat, Sulawesi Tenggara dan wilayah Indonesia bagian timur lainnya. Sistem pemeliharaan ekstensif di padang penggembalaan bukanlah sistem pemeliharaan kuno, tapi merupakan sistem pemeliharaan yang paling efisien dalam sistem produksi peternakan ruminansia di negara manapun. Luas padang penggembalaan di Indonesia tidak seluas padang penggembalaan di Northern Australia (99,96 juta ha), atau Mongolia 88,73 juta ha). Di Indonesia pada tahun 2003 tercatat lahan penggembalaan seluas sekitar 2,1 juta ha atau hanya sekitar 2% dari total penggunaan lahan Indonesia (BPS, 2003). Pada jaman pemerintahan Hindia Belanda padang penggembalaan harus ada disetiap desa dan berfungsi selain untuk pemeliharaan ternak juga sebagai sarana kegiatan masyarakat (seperti olah raga, bermain dan hiburan) dan sebagai tempat evakuali jika terjadi bencana. Luasan serta produktivitas padang penggembalaan di Indonesia saat ini diyakini semakin menurun akibat kurang perhatian dari pemerintah setelah kemerdekaan. Penyusutan luas padang penggembalaan juga terjadi karena reforestrasi di beberapa daerah, infasi gulma (kasus Taman Nasional Baluran), konversi untuk pemukiman dan industri, penambangan dan gangguan bencana alam. Oleh karena itu revitalisasi padang penggembalaan nasional harus segera dilakukan. Penggunaan hijauan pakan harus menjadi kebiasaan utama yang dilakukan oleh peternak sebagai dasar pemenuhan kebutuhan nutrisi ternak. Potensi Lahan Sumber Pakan Hijauan Hijauan pakan ternak dan hasil samping atau limbah tanaman pertanian dan perkebunan dapat dihasilkan atau diproduksi dari lahan penggembalaan, persawahan, ladang palawija, lahan perkebunan dan lahan hutan yang dimanfaatkan untuk penanaman HPT. Lahan tanaman pangan merupakan sumber penghasil hijauan terbesar dibandingkan dengan lahan lainnya. Dari lahan tanaman pangan dapat dihasilkan berbagai jenis HPT seperti rumput lapangan, legume, dan limbah pertanian. Menurut Nitis (1980) terdapat sekitar 23-31 species HPT yang terdapat pada lahan tanaman pangan yang di dominasi oleh jenis Axonopus, Crysopogon, Paspalum, Pennisetum dan Trifolium. Lahan potensial lain yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan adalah lahan di perkebunan sawit, kopi, kakao atau kelapa dalam. Selain itu dapat dimanfaatkan pula lahan-lahan hutan untuk ditanamai HPT dan juga lahanlahanpasca tambang yang sudah selesai di eksplorasi. 17
Potensi Ketersediaan Hijauan Pakan Ternak (HPT) Dari potensi lahan yang ada di wilayah Indonesia sebagaimana disajikan pada Tabel-4 diatas, maka dapat dihitung berapa potensi ketersediaan HPT yang dapat dihasilkan dari lahan tersebut. Formula atau cara penghitungan potensi ketersediaan HPT dihitung dengan metode Nell dan Rollinson sebagaimana dijelaskan dalam buku Petunjuk Teknis Budidaya Pakan Hijauan (1999) dan buku Potensi Pakan dan Bahan Baku Pakan (2006). Potensi ketersediaan pakan hijauan sebagaimana tercantum pada Tabel-5 dibawah ini.
Tabel-3. Potensi ketersediaan pakan hijauan tahun 2015 (ton BK/thn) Propinsi
Padang Rumput
Sawah
Tegalan
Lahan Hutan
Kebun
Lahan Bera
Pekarang an
Sumatera
9.134.655
11.314.461
3.303.447
5.238.900
80.505.702
22.795.425
3.081.297
Jawa Bali Nusa Tenggara
588.285
20.566.587
6.261.780
1.172.250
947.983
403.163
2.720.927
11.716.485
2.085.135
1.471.102
579.450
143.713
6.850.200
365.621
Kalimantan
18.091.830
4.407.462
294.396
11.918.850
34.053.964
55.682.813
1.389.365
Sulawesi Maluku dan Papua
6.584.880
5.056.629
2.385.127
1.917.450
2.587.922
7.403.820
776.732
5.171.490
306.069
62.305
9.224.700
590.093
3.964.170
-
Total
51.287.625
43.736.343
13.505.157
30.051.600
118.829.377
97.099.590
8.333.940
Jumlah
362.843.632
Pengawasan Mutu pakan Pakan yang diproduksi secara komersial terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan ayam ras dan sebagian kecil digunakan untuk ayam lokal, itik, puyuh, sapi perah dan sapi potong dalam bentuk konsentrat. Industri peternakan dituntut untuk memproduksi pangan asal hewan (daging, telur, susu) yang ASUH (Aman, Sehat, Utuh dan Halal), namun karena aspek ekonomi, saat ini banyak digunakan tambahan dan imbuhan pakan (feed additive dan feed supplement) yang beberapa jenisnya dilarang untuk digunakan (misalnya antibiotika dan hormon pertumbuhan). Untuk menjamin ketersediaan pakan dengan mutu yang baik, termasuk pakan yang aman dari cemaran dan toksin maka diperlukan pengawasan mutu pakan dan bahan pakan, baik yang di produksi maupun yang diperdagangkan. Saat ini banyak sekali jenis bahan pakan yang dipakai sebagai bahan penyusun formula pakan, selain itu banyak jenis pakan yang beredar di pasaran. Pakan yang beredar perlu dilakukan pengawasan sebaik-baiknya sehingga konsumen (peternak) dapat terlindungi dari kerugian akibat mutu pakan yang tidak memenuhi persyaratan. Oleh karenanya pakan yang di produksi pabrik harus sesuai dan mengacu pada SNI pakan atau PTM pakan. 18
Sampai dengan awal tahun 2015, telah diterbitkan 57 buah SNI bidang pakan (16 SNI bahan pakan dan 41 buah SNI pakan jadi/konsentrat) sebagaimana tercantum pada Lampiran-4. Selain itu terdapat pula 42 buah standar PTM (Persyaratan Teknis Minimal) yang terdiri dari (21 buah PTM bahan pakan dan 21 buah PTM pakan jadi/kosentrat).
Gambar-2 : Jumlah standar mutu pakan dan bahan pakan 2015 Lembaga Sertifikasi Produksi Pakan (LS Pro Pakan) yang mengacu pada pedoman BSN 402-2000 tentang persayaratan umum Lembaga Sertifikasi Produk (ISO/IEC Guide 65) juga telah berdiri di Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Pakan (BPMSP). Idealnya pengawasan mutu dilakukan sejak suplai bahan baku sampai digunakan oleh peternak atau farm dan oleh petugas pakan dan pejabat fungsional pengawas mutu pakan (Wastukan) yang ada pada Dinas Peternakan Daerah (Provinsi dan kabupaten/Kota). Jumlah wastukan sampai dengan tahun 2014 tercatat sebanyak 267 orang, dengan proporsi di Pusat sebanyak 144 orang dan Daerah 123 orang. Data jumlah dan sebaran Wastukan sebagaimana Lampiran-5. Peningkatan kompetensi wastukan dilakukan melalui berbagai pelatihan fungsional dan teknis bekerjasama dengan Badan SDM Pertanian di beberapa STPP (Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian) seperti di STPP Magelang, STPP Malang dan STPP Gowa. Diharapkan dengan terus berkembangnya kegiatan produksi pakan di daerah maka jumlah petugas pakan juga dapat tercukupi untuk melakukan pembinaan, bimbingan dan pengawasan mutu pakan yang di produksi maupun yang beredar. 19
Pengembangan Laboratorium Pengujian Mutu dan Sertifikasi Pakan Dukungan untuk pengembangan bidang pakan juga dilakukan dengan memperkuat kelembagaan pengujian mutu pakan. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan mempunyai sebuah Unit Pengelola Teknis (UPT) yang terkait dengan pakan, yaitu Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Pakan (BPMSP) yang berlokasi di daerah Bekasi dimana pembinaannya ada dibawah Direktorat Pakan Ternak Ternak. Tugas Balai sesuai dengan Permentan adalah melakukan pemeriksaan, pengujian, dan sertifikasi keamanan dan mutu pakan, sedangkan fungsi BPMSP secara umum adalah untuk memberikan pelayanan pengujian mutu dan sertifikasi pakan kepada para pelaku industri pakan (pabrik pakan) dan kepada pihak-pihak yang membutuhkan jasa pengujian mutu dan sertifikasi pakan. BPMSP merupakan lembaga yang sudah mendapatkan sertifikasi ISO-17025 dan ISO 9001:2001 (oleh TUV International Indonesia) dan telah di akreditasi oleh KAN pada tahun 2003 dengan nomor akreditasi LP-172-IDN. Namun secara khusus dan sesuai Permentan BPMSP mempunyai 15 fungsi yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Penyusunan program, rencana kerja, dan anggaran, pelaksanaan kerja sama, serta penyiapan evaluasi dan pelaporan; Pelaksanaan penyiapan sampel mutu pakan; Pelaksanaan pengujian mutu dan keamanan pakan; Penyiapan perumusan hasil pengujian mutu dan keamanan pakan; Pelaksanaan sertifikasi hasil pengujian mutu dan keamanan pakan; Pelaksanaan sertifikasi mutu dan keamanan pakan; Penyelenggaraan uji profisiensi pakan; Pelaksanaan fungsi laboratorium rujukan dan acuan; Pengembangangan teknik dan metode permeriksaan dan pengujian mutu dan keamanan pakan; Pelaksanaan pemantauan dan survei mutu dan keamanan pakan; Pelaksanaan bimbingan teknis laboratorium pakan dan mutu pakan; Pelaksanaan pengujian mutu dan sertifikasi benih/bibit pakan hijauan; Pelayanan teknis kegiatan pemeriksaan dan pengujian mutu dan keamanan pakan; Penyebaran informasi dan dokumentasi hasil pengujian mutu dan keamanan pakan; Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga BPMSP
Sejalan dengan semakin banyaknya program pengembangan pakan yang membutuhkan pelayanan pengujian mutu dan keamanan, serta kebutuhan industri pakan untuk memperoleh nomor pendaftaran pakan (NPP) yang dibutuhkan untuk peredaran pakan, maka semakin banyak pula sampel yang dikirimkan ke BPMSP untuk dilakukan pengujian mutu.
20
Dengan keterbatasan sumberdaya (SDM, sarana prasarana laboratorium) maka beban kerja Balai yang hanya satu buah semakin berat. Sehingga untuk mengatasi banyaknya permintaan pengujian tersebut, maka Direktorat Pakan akan melakukan kajian untuk menambah jumlah Balai pengujian mutu pakan milik pemerintah pusat serta terus mendorong terbentuk dan terakreditasinya balai pengujian mutu pakan daerah dengan bimbingan dan pendampingan intensif dari Pusat dan BPMSP. Saat ini telah terbentuk 6 buah laboratorium pengujian mutu pakan daerah yang dalam proses pemantapan dan proses mendapatkan akreditasi KAN yaitu di Provinsi Jawa Barat (Cikole), Provinsi Jawa Timur, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Semarang, Provinsi Kalimantan Barat (sudah terakreditasi), Provinsi Sulawesi Selatan, dan Provinsi Banten. Untuk pengambilan sampel dan pengujian keamanan pakan, selain dilakukan oleh BPMSP juga dilakukan oleh Balai Besar/Balai Veteriner yang ada di beberapa region. Tujuannya adalah untuk membantu BPMSP dalam surveilans beberapa jenis residu dan antibiotik yang saat ini makin banyak ditemukan dalam pakan atau bahan pakan. Jenis residu yang diuji adalah aflatoksin, salmonella, tetrasiklin dan kandungan MBM (meat and bone meal) dalam pakan unggas. Kerjasama Pakan Negara D-8 dan Indonesia-Belanda Negara-negara berkembang berpenduduk mayoritas Islam membentuk satu forum yang dinamakan degan D8 (Developing Eight) yang terdri dari Indonesia, Malaysia, Pakistan, Bangladesh, Turki, Mesir, Iran dan Nigeria. Forum D8 mempunyai beberapa forum tingkat menteri, diantaranya tingkat menteri bidang pangan. Pertemuan para menteri bidang pangan yang pertama (The first Ministerial Meeting on Food Security) telah dilaksanakan pada bulan Februari tahun 2009 di Malaysia yang menghasilkan satu dokumen penting yang dinamakan “Kuala Lumpur Initiatitives”. Pertemuan Malaysia membentuk beberapa Working Group yaitu : Working Group on Seed, Working Group on Fertilizer, Working Group on Animal Feed, Working Group on Marine and Fisheries dan Working Group on Trade and Standard. Working Group on Animal Feed atau disingkat dengan WGAF dimotori oleh 2 (dua) negara sebagai prime movers adalah Indonesia dan Malaysia yang menggerakkan WGAF ini pada masa awal pembentukannya dimana kedua negara bertemu di Lombok NTB pada 8 Mei 2009 untuk mempersiapkan dokumen paying kerjasama WGAF tersebut. Kemudian dilaksanakan pertemuan WGAF pertama di Surabaya (7-8 Oktober 2009), pertemuan kedua di Teheran Iran (2011), ketiga di Nigeria (2013), keempat di Turki (2014) dan direncanakan pertemuan kelima di Pakistan (2015). Direktorat Pakan juga melakukan kerjasama pengembangan pakan sapi perah dengan Pemerintah Belanda berdasarkan pada Memorandum of Commitment (MoC) antara Dirjen PKH dengan Kedutaan Besar Kerajaan Belanda yang 21
ditandatangani pada bulan Juli 2014 dengan total bantuan sebesar 4,2 juta Euro dimana untuk kerjasama bidang pakan sapi perah sebesar 87.525 euro dan akan dilaksanakan selama 3 tahun (2014-2016). Mekanisme kerjasama melibatkan perguruan tinggi (IPB dan University of Wageningen) dan swasta Belanda (PT. Trouw Nutrition, PT. Ottevanger dan PT. Brabenburg). Rincian kegiatan kerjasama disusun dalam bentuk PDM (Project Design Matrix) dan akan dilaksanakan di dua lokasi KUD yaitu di (1) Koperasi Saluyu Kuningan dan (2) KPSGS Cikajang Garut. Tujuan kerjasama adalah untuk meningkatkan produksi HPT berkualitas, meningkatkan kualitas pakan konsentrat yang di produksi oleh kedua koperasi serta meningkatkan kapasitas peternak yang tergabung di KUD, pendamping kegiaran dari Dinas Peternakan Provinsi dan Kabupaten, serta kemampuan para pengawas mutu pakan melalui pelatihan-pelatihan pakan sapi perah.
Pelayanan Publik Bidang Pakan Surat Keterangan Bahan Pakan/Pakan Impor (Rekomendasi Impor) dan Pendaftaran Pakan, Benih/Bibit HPT Impor Direktorat Pakan memberikan pelayanan publik terkait dengan pemberian rekomendasi teknis importasi bahan pakan yang disebut dengan Surat Rekomendasi Impor Bahan Pakan Impor. Pelayanan surat rekomendasi impor mengacu Permentan tentang Syarat dan Tatacara Pemasukan atau Pengeluaran Bahan Pakan ke Dalam atau Keluar wilayah NKRI. Pemasukan benih HPT impor juga ditangani oleh Direktorat Pakan. Pakan yang beredar dan diperdagangkan harus memenuhi persyaratan mempunyai nomor pendaftaran pakan (NPP) dan diberi label. Oleh karenanya semua pabrik pakan yang memproduksi dan mempedagangkan atau mengedarkan pakan kepada masyarakat harus mempunyai NPP dan label pakan. Tatacara pendaftaran telah dituangkan dalam regulasi Permentan 19/2009 tentang syarat dan tatacara pendaftaran pakan dan NPP (Nomor Pendaftaran Pakan). Permentan ini dalam proses revisi menjadi Permentan tentang pendaftaran dan peredaran pakan. Khusus untuk produksi pakan ruminansia yang sebagian besar diproduksi oleh pabrik pakan skala kecil dan koperasi masih banyak yang belum ber-label dan masih dalam tahap pembinaan terus menerus oleh Pemerintah.
22
4. Proyeksi Kebutuhan Pakan Proyeksi kebutuhan pakan unggas Dengan trend peningkatan populasi unggas di Indonesia, maka perhitungan kebutuhan pakan dan bahan pakan juga meningkat. Kebutuhan pakan unggas harus dipenuhi oleh ketersediaan bahan pakan, baik lokal maupun impor agar tidak terjadi gejolak dalam usaha budidaya ataupun pembibitan unggas di dalam negeri akibat tidak tersedianya pakan. Proyeksi populasi unggas disajikan pada Tabel-9. Tabel-4 : Proyeksi populasi unggas 2015-2019 (000 ekor) Komoditi Ayam Ras Pedaging Ayam Ras Petelur Ayam Lokal Itik
2015
2016
2.557.542 188.688 277.274 46.113
2.813.297 207.557 277.523 47.364
2017 3.094.627 288.312 277.772 48.649
2018
2019
3.404.089 251.144 278.022 49.969
3.744.498 276.258 278.272 51.324
Sumber : Renstra Direktorat Jenderal Peternakan dan Keswan, 2015-2019
Dari data sasaran populasi diatas khususnya unggas ras (petelur dan pedanging) maka dibutuhkan ketersediaan pakan dan perincian kebutuhan bahan pakan sebagaimana disampaikan pada Tabel-10 dibawah ini. Tabel-5 : Proyeksi kebutuhan pakan per jenis bahan pakan (2015-2019) (juta ton) Tahun
Kebutuhan Pakan
Kebutuhan Bahan Pakan Jagung
Bungkil kedelai
Dedak /onggok
Tepung ikan
CPO
2015 19,24 9,62 3,46 2,89 0,96 0,58 2016 21,14 10,57 3,81 3,17 1,06 0,63 2017 23,23 11,62 4,18 3,48 1,16 0,70 2018 25,54 12,77 4,60 3,83 1,28 0,77 2019 28,06 14,03 5,05 4,21 1,40 0,84 Total 117,21 58,61 21,10 17,58 5,86 3,52 Keterangan : Data diolah oleh Direktorat Pakan Ternak Ternak, 2014
Mineral /Premix
Bahan lain
0,38 0,42 0,46 0,51 0,56 2,33
1,35 1,48 1,63 1,79 1,96 8,21
Proyeksi kebutuhan pakan ruminansia Proyeksi kebutuhan hijauan pakan ternak (HPT) secara nasional semakin meningkat seiring dengan adanya peningkatan populasi ternak ruminansia yaitu populasi sapi potong, sapi perah, kerbau, kambing dan domba. Kebutuhan HPT tahun 2015 secara total diprediksi mencapai 35,4 juta ton bahan kering (BK), sedangkan tahun 2019 meningkat menjadi 40,2 juta ton BK. 23
Tabel-6 : Proyeksi Populasi Ternak Ruminansia (2015-2019) (juta ekor) Komoditi Sapi Potong Sapi Perah Kerbau Kambing Domba
2015 13.245 462 1.121 19.944 17.011
2016 13.599 472 1.127 20.707 18.160
2017 13.987 486 1.134 21.499 19.387
2018
2019
14.415 503 1.142 22.322 20.697
14.890 524 1.152 23.177 22.095
Sumber : Renstra Direktorat Jenderal Peternakan dan Keswan, 205-2019
Tabel-7 : Proyeksi Kebutuhan Hijauan Pakan Ternak (2015-2019) (juta ton BK) Komoditi Sapi Potong Sapi Perah Kerbau Kambing Domba Total
2015
2016
2017
2018
2019
22.342.719,09 786.901,37 2.312.519,10 5.248.798,84 4.757.496,58 35.448.434,98
22.715.376,26 801.743,99 2.324.555,38 5.451.912,76 5.082.370,49 36.375.958,88
23.208.417,85 819.389,07 2.348.565,79 5.662.893,96 5.429.430,03 37.468.696,70
23.837.637,93 840.061,49 2.378.086,78 5.882.038,36 5.800.204,06 38.738.028,64
24.623.138.07 864.003,44 2.413.760,57 6.109.660,26 6.196.272,98 40.206.835,32
Kebutuhan ini dipenuhi dari sumber-sumber hijauan yang secara alami sudah tersedia misalnya dari padang rumput alam, dari pekarangan, dari lahan-lahan kosong, dari hasil samping atau limbah tanaman pangan, limbah perkebunan, rumput dan legum yang tumbuh dibawah pokok tanaman hutan atau tanaman kebun sawit, kopi, kakao, kelapa, dst. Perhitungan potensi produksi hijauan di Indonesia pada tahun 2015 saja sudah mencapai sekitar 620 juta ton BK. Melihat secara sepintas, nampaknya kebutuhan pakan hijauan untuk semua ternak ruminansia yang hidup dibumi Indonesia dapat dipenuhi dari potensi yang ada, namun kenyataannya masih banyak ternak yang kurus dan produktivitasnya rendah. Hasil survey tentang karkas sapi yang dilakukan pada tahun 2012 menyebutkan bahwa sekitar 49% sapi yang dipotong di Rumah Pemotongan Hewan (RPH) tergolong kurus dengan angka Body Condition Score (BCS) 2,5-3,0 dan 36% dengan kondisi sedang (BCS 3,0-3,5) dimana angka tersebut secara ekonomis masih belum layak untuk dipotong. Sedankan 15% sisanya tergolong yang ekonomis untuk dipotong. Kondisi ini merupakan indikasi dari sebagian besar sapi kita masih kekurangan gizi. Rendahnya tingkat efisiensi produksi dan produktivitas ternak di tingkat peternak menyebabkan harga ternak dan produknya kurang dapat bersaing dengan ternak dan produk ternak impor. Secara teknis tingkat efisiensi produksi dan daya saing produk peternakan dipengaruhi antara lain oleh ketersediaan input produksi yaitu bibit dan pakan termasuk suplemen didalamnya.
24
5. Permasalahan Bidang Pakan Hambatan Penggunaan Bahan Pakan Lokal Selama beberapa tahun terakhir, terjadi peningkatan impor bahan pakan baik yang berasal dari tanaman maupun hewan yang disebabkan ketersediaan di dalam negeri tidak dapat memenuhi permintaan pabrik pakan. Pabrik pakan skala besar di dalam negeri memerlukan bahan baku jagung sekitar 800 ribu ton per bulan secara secara terus menerus. Di lain pihak jagung domestik hanya tersedia setelah panen raya di awal tahun sekitar bulan Januari-Februari dan dan panen kecil sekitar bulan Juli. Selain ketersediaan jagung yang cukup hanya ada pada kedua masa panen tersebut, lokasi produksinya juga tersebar pada daerah yang luas sehingga sulit mengumpulkannya. Iklim tropis yang bersuhu dan berkelembaban tinggi menyebabkan tumbuhnya jamur yang berakibat timbulnya racun aflatoksin. Kekurangan fasilitas paska panen seperti gudang dan alat pengering serta transporasi yang mahal menyebabkan harga jagung lokal meningkat. Sehingga pada bulan-bulan tertentu pabrik pakan besar cenderung mengimpor jagung untuk memenuhi kebutuhannya. Penelitian untuk mencari bahan baku pengganti jagung dan kedele dan bahan baku impor lainnya sudah cukup banyak namun untuk membuat hasil penelitian dapat diproduksi secara besar-besaan dan bersifat masal belum dapat dilakukan. Prasyarat untuk penggunaan bahan baku untuk industri pakan besar harus memenuhi tiga kriteria yaitu harus tersedia sepanjang tahun dalam jumlah yang cukup, kualitasnya memenuhi persyaratan tertentu dan harga bersaing. Diperlukan penelitian yang lebih banyak dan perhatian pemerintah yang lebih serius untuk dapat mengurangi jumlah impor bahan pakan di masa yang akan datang. Secara khusus permasalahan pada penyediaan bahan pakan antara lain : 1. Masih terbatasnya ketersediaan bahan pakan sumber protein, sehingga Indonesia masih sangat tergantung pada impor yang sangat rentan terhadap fluktuasi harga global dan persaingan pemanfaatan biji-bijian sumber protein sebagai food, feed, fuel dan fitofarmaka (4F). 2. Belum berkembangnya industri penyedia bahan pakan lokal (dedak, tepung ikan, bungkil inti sawit, tepung bulu, dll) 3. Lemahnya pengawasan terhadap peredaran feed additives/feed supplement yang berasal dari bahan nabati, karena belum ada peraturan pendaftaran atau registrasi. Melihat potensi ketersediaan pakan hijauan sebagaimana tabel diatas, seharusnya kondisi ternak ruminansia cukup bagus, namun faktanya kondisi ternak banyak yang kurang baik yang diindikasikan oleh skore BCS dan PPBH yang tidak optimal. Fakta ini mengindikasikan adanya permasalahan dalam hal penyediaan dan konsumsi pakan hijauan. 25
Beberapa permasalahan sudah dapat didentifikasi antara lain adalah kualitas hijauan yang ada (rumput alam) kurang baik, lokasi sumber hijauan tersebar tidak merata dan tidak selalu sama dengan lokasi dimana ternak dipelihara (digemukkan atau dikembangbiakan), musim kering yang panjang sangat mempengaruhi ketersediaan HPT dan kurangnya pemahaman peternak tentang HPT bekualitas yang harus disediakan jika ingin produksi dan produktivitas ternak meningkat. Hal tersebut diatas di identifikasi lebih lanjut dan disimpulkan permasalahan pada pengembangan dan penyediaan pakan hijauan sebagai berikut : 1. Belum berkembangnya usaha dan produksi benih/bibit HPT yang unggul, sehingga pengembangan HPT di daerah yang lokasinya jauh dan terpencil masih sulit mengakses benih/bibit HPT unggul. 2. Belum optimalnya pemanfaatan lahan perkebunan, lahan kehutanan dan lahan pasca tambang sebagai lahan produksi pakan hijauan 3. Status lahan untuk padang pangonan dan padang penggembalaan masih banyak yang belum jelas (belum clean and clear), sehingga pengelolaan kawasan penggembalaan tidak bisa optimal. 4. Belum tumbuhnya kesadaran peternak untuk menggunakan HPT berkualitas akibat kurangnya informasi, penyuluhan, pelatihan, pendampingan dan pembinaan dari pihak-pihak yang terkait dengan pakan ternak. Produksi pakan olahan untuk ternak unggas di Indonesia sudah berkembang sebagai industri modern, tetapi untuk pakan ruminansia masih sangat diperlukan pembinaan. Secara umum permasalahan pada penyediaan pakan olahan (konsentrat) adalah sebagai berikut : 1. Produsen pakan olahan ruminansia yang merupakan pabrik pakan skala kecil/menengah belum mengaplikasikan cara pembuatan pakan yang baik (CPPB), sehingga masih banyak ditemui pakan tidak baik mutunya yang beredar di masyarakat. 2. Semakin mahalnya harga pakan konsentrat, menyebabkan peternak menggunakan pakan konsentrat ala kadarnya dengan nutrisi tidak sesuai SNI sehingga menyebabkan PPBH ternak tidak optimal. 3. Masih kurangnya pemanfaatan alat mesin pengolah pakan untuk menghasilkan pakan yang berkualitas. 4. Belum diaplikasikannya teknologi pakan (formulasi, pengolahan, pengawetan, penyimpanan), khususnya untuk mengantisipasi kurangnya pakan di musim kemarau. Mutu dan keamanan pakan dan bahan pakan merupakan isu yang semakin lama semakin penting untuk disikapi oleh Pemerintah. Oleh karenanya Direktorat Pakan mempunyai beberapa kegiatan dalam upaya mengembangkan standar mutu dan kemanan pakan/bahan pakan serta terus memperkuat SDM pengawasan mutu pakan (Wastukan). 26
Permasalahan dalam bidang mutu dan keamanan pakan/bahan pakan antara lain adalah : 1. Masih terbatasnya akses masyarakat terhadap data dan informasi tentang ketersediaan, standar mutu dan keamanan pakan, formula, sertifikasi pakan/ bahan pakan. 2. Belum diterapkannya standar mutu dan keamanan pakan/bahan pakan terutama oleh peternak skala kecil dan menengah. 3. Belum optimalnya pengawasan mutu pakan dan bahan pakan 4. Terbatasnya jumlah dan fasilitas laboratorium pengujian mutu pakan
27
II.
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
Visi Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan adalah visi pembangunan yaitu ”mewujudkan kedaulatan dan kemandirian pangan asal ternak”, dan menetapkan 3 buah misi yaitu : (1) merumuskan dan menyelenggarakan kebijakan bidang peternakan dan kesehatan hewan, (2) menyelenggarakan dan menggerakkan pengembangan perbibitan dan produksi ternak, pakan, kesehatan hewan, kesehatan masyarakat veteriner serta dan pengolahan dan pemasaran hasil peternakan, serta (3) meningkatkan kualitas pelayanan publik bidang peternakan dan kesehatan hewan. Sedangkan tujuan dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan adalah pemenuhan pangan asal ternak melalui peningkatan produksi pangan asal ternak, dengan 3 (tiga) buah sasaran strategis yaitu : (1) peningkatan produksi daging, susu dan telur; (2) peningkatan daya saing produk peternakan dan (3) peningkatan kesejahteraan peternak. Berdasarkan visi dan misi tersebut diatas, maka Direktorat Pakan sebagai salah satu Direktorat pendukung kebijakan, program dan kegiatan-kegiatan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan menetapkan visi dan misi serta tujuan dan strategi sebagai berikut : 1. Visi “Mewujudkan penyediaan pakan ternak yang bermutu dan aman untuk mendukung produksi pangan asal ternak”
2. Misi Untuk mencapai visi diatas, maka Direktorat Pakan menjalankan misi organisasi sesuai tugas fungsinya yaitu : 1) Merumuskan dan menyelenggarakan kebijakan pakan. 2) Menyelenggarakan dan menggerakkan pengembangan produksi bahan pakan, hijauan pakan ternak, pakan olahan dan mutu serta keamanan pakan 3) Meningkatkan kualitas pelayanan publik bidang pakan
3. Tujuan Tujuan dilaksanakannya seluruh program dan kegiatan pengembangan pakan oleh Direktorat Pakan adalah memfasilitasi peningkatan produksi pakan (unggas dan ruminansia) nasional dalam rangka mendukung pencapaian tujuan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.
28
Direktorat Pakan menetapkan sebuah program yang dinamakan sebagai “Program Peningkatan Produksi Pakan” baik pakan unggas maupun pakan ruminansia, dengan tujuan untuk : 1) Meningkatkan produksi pakan. Tujuan ini akan dicapai dengan melaksanakan beberapa program dan kegiatan pengembangan pakan hijauan serta pengembangan pakan olahan dan bahan pakan, baik untuk ternak ruminansia maupun pakan unggas. 2) Meningkatkan daya saing produk pakan. Tujuan ini akan dicapai dengan melaksanakan beberapa program dan kegiatan pengembangan mutu dan keamanan pakan, baik yang dilakukan oleh Direktorat Pakan maupun oleh Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Pakan (BPMSP) sebagai satu unit pelaksana teknis pengujian mutu dan keamanan pakan dibawah Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.
4. Sasaran Ada 3 (tiga) buah sasaran strategis yang ditetapkan oleh Direktorat Pakan untuk mencapai tujuan diatas yaitu : 1) Peningkatan produksi hijauan pakan ternak (HPT) berkualitas 2) Peningkatan produksi pakan olahan dan bahan pakan 3) Peningkatan mutu dan keamanan pakan
29
III.
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
1. Arah Kebijakan Arah dari kebijakan yang ditetapkan oleh Direktorat Pakan mencakup 2 (dua) hal penting yaitu : (1) Feed Security atau ketahanan pakan dengan cara menjamin ketersediaan bahan pakan dan pakan unggas dan pakan ruminansia (2) Feed Safety atau keamanan pakan melalui peningkatan jaminan mutu dan keamanan pakan yang di produksi dan yang di edarkan
2. Strategi Strategi yang akan dijalankan untuk mencapai tujuan yang telah disebutkan diatas dilakukan melalui : 1. Meningkatkan produksi dan usaha hijauan pakan berkualitas. 2. Meningkatkan pemanfaatan biomassa hasil samping pertanian/perkebunan/ agroindustri. 3. Memberikan fasilitasi kepada masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan bahan pakan unggas dan ruminansia. 4. Meningkatkan produksi dan usaha pakan olahan unggas dan ruminansia berbasis sumberdaya lokal 5. Mengembangkan regulasi pakan 6. Meningkatkan pengawasan mutu dan keamanan pakan 7. Mengembangkan laboratorium pengujian mutu pakan yang terakreditasi
30
IV.
PROGRAM DAN KEGIATAN
Dalam kurun waktu 2015-2019, untuk mendukung tercapainya tujuan dari Direktorat Pakan menetapkan program dan kegiatan sebagai berikut :
1. Program Program Peningkatan Produksi Pakan. Program ini mempunyai 3 (tiga) buah output dan sasaran strategis yang setiap outputnya dapat dicapai dengan beberapa kegiatan. Output dari Direktorat Pakan adalah : 1) Peningkatan produksi hijauan pakan ternak (HPT) berkualitas 2) Peningkatan produksi pakan olahan dan bahan pakan 3) Peningkatan mutu dan keamanan pakan
2. Kegiatan 1) Peningkatan produksi hijauan pakan ternak (HPT) berkualitas Kegiatan untuk mencapai output-1 adalah : 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8
Pengembangan HPT dan sumber benih/bibit di UPT Pusat (BPTU-HPT, B/BIB dan BET) Pengembangan sumber benih/bibit HPT di UPTD Pengembangan sumber benih/bibit HPT di kelompok Pengembangan unit usaha HPT (U-HPT) Pengembangan padang penggembalaan Pemeliharaan padang penggembalaan Pengembangan HPT di lahan pasca tambang Gerakan pengembangan dan penanaman HPT berkualitas (Gerbangpatas)
2) Peningkatan produksi pakan olahan dan bahan pakan Kegiatan untuk mencapai output-2 adalah : 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5
Pengembangan unit usaha bahan pakan (UBP) Pengembangan unit pengolah pakan ruminansia (UPP-R) Pengembangan unit pengolah pakan unggas (UPP-U) Pengembangan lumbung pakan ruminansia (LP-R) Revitalisasi UPP/LP 31
2.6 2.7 2.8 2.9 2.10
Penguatan pakan konsentrat sapi potong indukan (PPK-SPI) Penguatan pakan konsentrat sapi perah (PPK-SPer) Penguatan pakan ternak gangguan reproduksi (PP-gangrep) Penguatan pakan konsentrat sapi potong penggemukan (PPK-SPG) Pengembangan pakan konsentrat di UPT Pusat
3) Pengembangan mutu dan keamanan pakan Kegiatan untuk mencapai output-3 adalah : 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 3.8 3.9
Pengujian mutu dan sertifikasi pakan/bahan pakan Pengujian mutu pada laboratorium pakan daerah Pengujian keamanan pakan pada Balai Veteriner Pengembangan kualitas SDM pakan Pengawasan mutu dan keamanan pakan Pengawasan peredaran imbuhan pakan/tambahan pakan atau feed additive/feed supplement (FA/FS) Koordinasi teknis pakan Bimbingan teknis dan manajemen pakan Dukungan pengembangan pakan di Direktorat Pakan (pusat)
Gambar-3 : Keterkaitan outcome, output dan kegiatan pakan
32
Gambar-4 : Arsitektur dan Informasi Kinerja Direktorat Pakan
V.
RENCANA KERJA DAN PENDANAAN
Rencana Kerja (Renja) Tahunan dan kebutuhan anggaran sebagai penjabaran dari program yang telah ditetapkan dalam kegiatan-kegiatan operasional sampai dengan tahun 2019, dapat dilihat pada Lampiran-1.
VI.
PENUTUP
Rencana Strategik Direktorat Pakan ini dibuat sebagai acuan bagi semua pihak yang terkait dengan pengembangan pakan untuk mendukung usaha perbibitan dan produksi ternak, khususnya para pelaksana kegiatan di pusat dan daerah.
Jakarta,
Agustus 2015
DIREKTORAT PAKAN
33
Lampiran-1 REKAP RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) DAN KEBUTUHAN ANGGARAN PENGEMBANGAN PAKAN 2015-2019
KEGIATAN UTAMA 1.
Pengembangan HPT (ha)
2015 ANGGARAN (Rp. M) 3.532 660,000
VOLUME
2016 ANGGARAN (Rp. M) 9.034 480,375
VOLUME
2017 ANGGARAN (Rp. M) 10.348 518,275
VOLUME
2018 ANGGARAN (Rp. M) 12.062 557,575
VOLUME
2019 ANGGARAN (Rp. M) 13.776 604,000
VOLUME
Output : Peningkatan produksi HPT berkualitas. 2.
Pengembangan Pakan Olahan dan Bahan Pakan (ton)
20.823
174,972
14.293
185.300
14.365
206,700
16.555
248,600
18.242
300,000
6.700
38,770
7.600
80.450
7.850
75,450
8.100
67,825
8.350
75,000
Output : Peningkatan produksi pakan konsentrat. 3.
Pengembangan Mutu dan Keamanan Pakan (sampel) Output : Peningkatan mutu dan keamanan pakan. TOTAL
872,867
746,125
800,425
874,000
980,000
34
Lampiran-2 RINCIAN RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) DAN KEBUTUHAN ANGGARAN PENGEMBANGAN PAKAN 2015-2019 2015 KEGIATAN UTAMA 1.
Pengembangan HPT (ha).
KEGIATAN 1.1 1.2
Output : Peningkatan produksi HPT berkualitas.
1.3
1.4 1.5
1.8 1.9
Pengemb. padang penggembalaan Pemanfaatan lahan x-tambang Pemeliharaan pdg penggembalaan Integrasi Rum Gerbang patas
2.1
Pengemb. UBP
2.2
Pengemb. UPP-R
2.3
Pengemb. UPP-U
2.4
Pengemb. LP-R
2.5
Revitalisasi UPP/LP
2.6
PPK Sapot Induk
1.6 1.7
2.
Pengemb. Pakan Olahan dan Bahan Pakan (ton). Output : Peningkatan produksi pakan konsentrat.
Pengemb. HPT di UPT Pusat Pengemb. sumber benih/bibit HPT di UPTD Pengemb. sumber benih/bibit HPT di kelompok Pengemb. U-HPT
SAT
2016 ANGGARAN
930
(Rp. M) 64,415
1.000
(Rp. M) 125,000
Ha
50
3,000
50
Klp
60
2,250
35
Ha
120
Klp Ha Ha
16 32 700
Ha
Ha
ANGGARAN
2017
VOLUME
VOLUME
2018
ANGGARAN
2019
VOLUME
ANGGARAN
1.100
(Rp. M) 127,900
1.100
(Rp. M) 127,900
1.100
(Rp. M) 135,000
5,000
50
5,000
50
5,000
50
5,000
7,000
40
8,000
45
13,500
50
15,000
VOLUME
VOLUME
ANGGARAN
Lok
70 2,125 35,212
14 28 600
700
23,000
Ha
1.076
Klp Ha Stek Klp Ton Klp Ton Klp Ton Klp Ton Klp Ton Klp Ton
80
60,000
18 36 800
80,000
22 44 1.000
300
30,000
300
30,000
6,716
7000
35,000
8.000
638
495,000
435
184,875
5.368.000 6 30 30 90 60
28,000 7,500
4.000.000 8 40 40 120 20
30,000 3,200
30 60 31
6,000
11,000
3,000
50 100 30
3.900
10,000
1,800
7,550 6,000
3,500
90
100,000
26 52 1.200
120,000
300
30,000
300
30,000
48,000
9.500
57,000
11.000
66,000
435
184,875
435
184,875
440
187,000
4.500.000 10 50 60 180 40
30,000 4,000
4.500.000 10 50 80 270 60
33,800,000 4,000
5.000.000 12 60 100 300 100
40,000 4,800
17,600
4,500
150 300 30
33,000
4,500
100 200 30
22,000
4,500
80 160 30
34,000
1.800
34,000
2.250
42,500
2.700
51,000
14,200 6,900
4,500
100
21,300 13,800
5,500
28,400 20,700
6,500
35,500 34,500
4,500
35
3.
Pengemb. Mutu dan Keamanan Pakan (sampel).
2.7
PPK Sapi Perah
2.8
PBP ternak gangrep
2.9
PPK Sapot gemuk
2.10
Perbaikan pakan konsentrat di UPT Pengujian mutu dan sertifikasi pakan (BPMSP) Pengujian mutu pakan daerah
3.1
3.2 Output : Peningkatan mutu dan keamanan pakan.
Klp Ton Klp Ton Klp Ton Ton Sam pel Sam pel Lok Sam pel
3.3
Pengujian keamanan pakan
3.4
Pengemb. kualitas SDM pakan Pengawasan mutu dan keamanan pakan/bahan pakan
Org
3.6
Pengawasan peredaran FA/FS
Sam pel
3.7 3.8
Kortek pakan Bimtek dan manajemen pakan Dukungan pengemb. pakan pusat
Bvet
3.5
TOTAL
34,922
5.625
50,000
5.625
50,000
5.625
50,000
6.750
60,000
-
-
0,2
1,500
0,2
1,500
0,2
1,500
0,2
2,000
14.154 pm
100,000
6.720 pm
60,000
6.720 pm
60,000
8.400 pm
75,000
8.400 pm
75,000
4.000
17,327
4.000
45,000
4.250
40,000
4.500
30,000
4.750
35,000
6 2.700
1,200 1,200
7 3.600
7,000 4,000
7 3.600
7,000 4,000
7 3.600
7,000 4,000
7 3,600
7,000 4.000
3 25
2,500
3 50
1,250
3 50
1,250
3 65
1,625
3 80
2,000
20
1,000
34
3,400
34
3,400
34
3,400
34
3,400
30 34
1,500 1,700
34 34
3,400 1,700
34 34
3,400 1,700
34 34
3,400 1,700
34 34
3,400 1,700
25 6
0,750 11,000
34 6
1,700 13,000
34 6
1,700 13,000
34 6
1,700 15,000
34 6
1,700 17,000
Prov
Sam pel Prov
Prov
3.9
6.335
Lap Org Lap Lap
872,867
746,125
800,425
874,000
980,000
36
Lampiran-3 DAFTAR DAN ALAMAT PABRIK PAKAN DI INDONESIA TAHUN 2015
NO
1
NAMA PERUSAHAAN/PABRIK
CARGILL INDONESIA
PROVINSI
BANTEN
ALAMAT Jl. Modern Industri VI Kav. 2-4 Desa Cikande Kecamatan Serang 42156
TELEPON 0254-400417 0254-404038 021-5951005
2
CHAROEN POKPHAND INDONESIA
BANTEN
Jl. Raya Serang Km 30 Desa Cangkudu Kecamatan Balaraja Kabupaten Tangerang 15610 0254-400660
3
4
CHEIL JEDANG SUPERFEED
CIBADAK INDAH SARI FARM
BANTEN
BANTEN
Jl. Lanud Gorda Desa Julang Kecamatan Cikande Kabupaten Serang Desa Caringin Kecamatan Legok Kabupaten Tangerang
0254-260885 0815-9587027 021-5901870
5
6
GROBEST INDO MAKMUR
JAPFA COMFEED INDONESIA
BANTEN
BANTEN
Jl. Raya Rangkas Bitung Km 3,2 Kelurahan Cikande Kabupaten Serang 42186 Jl. Raya Serang Km 14,2 Kecamatan Cikupa Kabupaten Tangerang 15001
7
JAPFA COMFEED INDONESIA
BANTEN
8
KERTAMULYA SARI PAKAN
BANTEN
9
10
MALINDO FEEDMILL INDONESIA
NEW HOPE INDONESIA
Jl. Industri VI No. 6A Kelurahan Pasir Jaya Kecamatan Jatiuwung Kota Tangerang
BANTEN
BANTEN
Jl. Raya Serang Km 80 Kabupaten Serang Kawasan industri Modern Cikande Jl. Raya Modern Industri Blok Q5 Kecamatan Cikande, Kabupaten Serang Jl. Raya Serang Km 32 Desa Sumur Bandung Kecamatan Jayanti Kabupaten Tangerang 15610
0254-403240 0254-403248 021-5961888
0254-281761 0254-8480857
021-5951821 021-5951822
37
11
12
SATWA BOGA SAMPURNA
SIERAD PRODUCE
BANTEN
BANTEN
Jl. Raya Serang KM.20 Kp. Pasir Kalong RT 02 RW 01 Desa Cibadak Kecamatan Cikupa Kabupaten Tangerang Jl. Raya Serang Km 30 Kecamatan Balaraja Kabupaten Tangerang 15610
021-5961150 021-5961148 021-5961149 021-5821242 021-5821244 021-5953888,
0254-403333 13
WONOKOYO JAYA KUSUMA
BANTEN
14
BINTANG JAYA PROTEINA FEEDMILL
BANTEN
15
PT. SABAS DIAN BERSINAR
BANTEN
16
PT. JAKSON FEEDMILL
BANTEN
17
CITRA INA FEEDMILL
DKI JAKARTA
18
MALINDO FEEDMILL INDONESIA
DKI JAKARTA
19
PT. HOGINDO FEEDMILL
DKI JAKARTA
Jl. Raya Rangkas Bitung Km 2 Desa Cikande Kecamatan Cikande Kabupaten Serang 42186 Jl. Raya Cikande-Rangkasbitung KM. 10 Desa Jawilan, Kec. Jawilan, Kab. Serang 42177 Jl. Raya Cikande-Rangkasbitung KM. 4-6 Kampung Paya Desa Junti, Kec. Jawilan, Kab. Serang 42177 pm Jl. Suci Km 24 Kampung Susukan Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur 13750 Jl. Raya Cakung Cilincing Km 3,5 Jakarta Timur
pm 021-8400844
021-4612205
Jakarta Timur 021- 8672521
20
CARGILL INDONESIA
JAWA BARAT
Jl. Raya Tlajung Udik Kelurahan Gunung Putri Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor 16962 0267-440936
21
EAST HOPE AGRICULTURE INDONESIA
JAWA BARAT
22
PT. CHAROEN POKPHAND INDONESIA
JAWA BARAT
23
PT. SIDO AGUNG AGRO PRIMA
JAWA BARAT
24
GOLD COIN INDONESIA
JAWA BARAT
Kawasan Industri Surya Cipta Jl. Surya Lestari Kav 1-17 B1 Desa Kutamekar Kecamatan Ciampel Kabupaten Karawang Cirebon Jl. Raya Losari-Cirebon KM.16 Desa Rawaurip, Kec. Pengenan, Kab. Cirebon Jl. Raya Bekasi KM 28 Kelurahan Medan Satria Kecamatan Medan Satria Kota Bekasi 17132
021-8842445 021-8853667
38
25
26
JAPFA COMFEED INDONESIA
LUXINDO INTERNUSA
JAWA BARAT
JAWA BARAT
27
METRO INTI SEJAHTERA
JAWA BARAT
28
SIERAD PRODUCE
JAWA BARAT
Jl. Buyut No.80/27 Cirebon 45133 Jl. Raya Narogong RT 001 RW 006 Km 14 Desa Cikiwil Kecamatan Bantar Gebang Kota Bekasi 17310 Jl. Raya Bekasi Km 28 Desa Pondok Ungu Kabupaten Bekasi Barat 17132
0231-203449 0231-204597 021-82606800
021-8845715
Jl. Raya Parung Bogor KM 19 Desa Jabon Mekar Kecamatan Parung Kabupaten Bogor 021-8230271
29
SINTA PRIMA FEEDMILL
JAWA BARAT
Kp. Rawa Hingkik Rt 02 Rw 01 Desa Limusnunggal Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor 021-8250277
30
UNIVERSAL AGRI BISNISINDO
JAWA BARAT
31
PT. QL AGROFOOD
JAWA BARAT
Jl. Raya Narogong Km 14 Desa Cikiwil Kecamatan Bantar Gebang Kota Bekasi 17310 Jl. Pangkalan VI RT.003 RW.006 Kel. Ciketingudik Kec. Bantargebang Bekasi, 17153 Kampung Gudang Desa Karang Asem Kecamatan Citeureup Kabupaten Bogor Jl. Walisongo No.395 A KM. 9,6 Semarang
32
WELGRO FEEDMILL INDONESIA
JAWA BARAT
33
PT. CARGILL INDONESIA
JAWA TENGAH
34
CHAROEN POKPHAND INDONESIA
JAWA TENGAH
Jl. Raya Semarang Demak Km 8 Genuk Semarang 50118
JAPFA COMFEED INDONESIA
JAWA TENGAH
Jl. Raya Duyungan KM 4,5 Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen 57281 Jl. Raya Semarang – Purwodadi Km. 40 Desa Harjowinangun Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan 58162 Jl. Purwodadi-Blora, Desa Mayahan, Kec. Tawang Harjo, Kab. Grobogan
35
36
JAPFA COMFEED INDONESIA
JAWA TENGAH
37
KARYA TUNAS GLORINDO
JAWA TENGAH
021-82485082
021-8752551 021-8752552
024-6580235
0271-890609 0271-890610 0271-892651 0292-5135885
39
031-3538596 38
CARGILL INDONESIA
39
CHAROEN POKPHAND INDONESIA
40
CHAROEN POKPHAND INDONESIA
41
42
CJ. FEED JOMBANG
DINAMIKA MEGATAMA CITRA
JAWA TIMUR
JAWA TIMUR
JAWA TIMUR
JAWA TIMUR
Jl. Raya Balongwatu Desa Cangkring Malang Kecamatan Beji Kabupaten Pasuruan 67154 Jl. Raya Surabaya Km 19 Mojokerto Sepanjang Sidoarjo Surabaya 61257 Jl. Raya Surabaya Km 26 Krian - Sidoarjo Surabaya 61262 Jl. Raya Mojo Agung, Jombang Km 2 Desa Gambiran Kecamatan Mojo Agung Kabupaten Jombang
JAWA TIMUR
Desa Pungging Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto
43
EAST HOPE AGRICULTURE SURABAYA
JAWA TIMUR
Kawasan Industri, Ngoro Industri Persada Blok U-2 Desa Lolawang Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto Surabaya 61385
44
GOLD COIN INDONESIA
JAWA TIMUR
Jl. Margo Mulyo Kav G 1-2-3 Surabaya
45
JAPFA COMFEED INDONESIA
JAWA TIMUR
Jl. HR. Mangundiprodjo Km 3,5 Sidoardjo 61252
46
JAPFA COMFEED INDONESIA
JAWA TIMUR
47
JAPFA COMFEED INDONESIA
JAWA TIMUR
48
PT. GREENFIELDS INDONESIA
JAWA TIMUR
49
50
51
MALINDO FEEDMILL INDONESIA
NEW HOPE JAWA TIMUR
PANCA PATRIOT PRIMA
JAWA TIMUR
JAWA TIMUR
JAWA TIMUR
Jl. Raya Tebel Km 3,8 Kecamatan Gedangan Kabupaten Sidoardjo 61251 Jl. Raya Margomulyo 36-38 Surabaya 60183
031-8972992
031-8972992
0321-497200
031-28875566
0321-6815326
031-7491257 031-8921961 031-8963269 031-8913612
031-7490601
Malang Jl. Pertamina Desa Sumberame Kecamatan Wringin Anom Kabupaten Gresik 61176 Jl. Sawunggaling No 162 Desa Jamundo Kecamatan Taman Sidoardjo Jl. Raya Gempol - Pandaan Km 42 Desa Ngerong Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan 67156
031-8972385 031-8972386 031-8972387
031-7881974 031-7883809 0343-634995
40
52
REZA PERKASA
JAWA TIMUR
Perumahan Delta Sari Indah Blok BO-09, Kecamatan Waru Kabupaten Sidoardjo 61256
53
PT. SARIFEED INDOJAYA
JAWA TIMUR
Banyuwangi
031-8537053
031-8852804 54
55
SIERAD PRODUCE
SINAR INDOCHEM
JAWA TIMUR
JAWA TIMUR
Jl. Raya Sidoardjo-Krian Desa Ketimang Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoardjo, Jl. Raya Bypass Krian – Mojokerto Km 32 Kecamatan Balongbendo Kabupaten Sidoarjo
56
WIRIFA SAKTI
JAWA TIMUR
Komplek Ngoro Industri Persada (NIP) Blok T 3 Jl. Raya Ngoro Mojokerto Desa Lolawang Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto
57
WONOKOYO JAYA CORPORINDO
JAWA TIMUR
Jl. Taman Bungkul No. 1-7 Surabaya,
031-8982168 031-8979791
0321-6815445
031-2956000 0562-638974
58
59
60
61
BINTANG JAYA PROTEINA FEEDMILL
JAPFA COMFEED INDONESIA
CHAROEN POKPHAND INDONESIA
PT. CHEIL JEDANG SUPERFEED-LAMPUNG
KALIMANTAN BARAT
KALIMANTAN SELATAN
LAMPUNG
LAMPUNG
62
JAPFA COMFEED INDONESIA
LAMPUNG
63
SENTRA PROFEED INTERMITRA
LAMPUNG
Graha Sujaya Jl. Yos Sudarso No.133 Kelurahan Melayu Kecamatan Singkawang Barat Kabupaten Singkawang 79124 Jl. A. Yani KM 35.5 Kelurahan Nusa Indah Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah Laut Jl. Ir Sutami KM 15 Desa Rejomulyo Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan Jl. Ir Sutami KM 12 Desa Sukanegara Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan 35361 Jl. Ir. Sutami Km 18,2 Desa Sukanegara Kecamatan Lematang Kabupaten Tanjung Bintang 35122 Jl. Soekarno - Hatta Km 8,5 Bandar Lampung
0512-7496899 0512- 26267
0721-350336 0721-487831
0721-350158
0721-350149 0721-350150 0721-486067 0721-350536 0721-269828
41
64
CARGILL INDONESIA
SULAWESI SELATAN
Jl. Kapasa Raya No 23 Kelurahan Bira Kecamatan Tamalanrea Kota Makasar 90244
0411-510140 0411-514365
0411-515999 65
66
67
68
CHAROEN POKPHAND INDONESIA
SULAWESI SELATAN
JAPFA COMFEED INDONESIA
SULAWESI SELATAN
PERKASA AGUNG SEJATI
JAPFA COMFEED INDONESIA
SULAWESI SELATAN
SUMATERA BARAT
69
CARGILL INDONESIA
SUMATERA UTARA
70
CHAROEN POKPHAND INDONESIA
SUMATERA UTARA
71
CJ. FEED MEDAN
SUMATERA UTARA
FEEDMILL INDONESIA
SUMATERA UTARA
GOLD COIN INDONESIA
SUMATERA UTARA
74
INDOJAYA AGRINUSA
SUMATERA UTARA
75
MABAR FEED INDONESIA
SUMATERA UTARA
72
73
Jl. Kima 17 Kav. DD II Kelurahan Bira Makasar Kecamatan Tamalanrea Makassar 90244 Jl. Ir. Sutami Km 17 (Poros Jalan Tol) Rt 003 Rw 002 Kelurahan Pai Kota Makassar Jl. Ir. Sutami, Komplek Pergudangan 88 No. 88P, Desa Sudiang Kecamatan Bringkanaya Kota Makassar Kawasan Industri Padang Kav 10 Korong Bintungan Nagari Kasang Kecamatan Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman Jl. Medan Tj. Morawa Km 13,5 Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang 20362 Jl. Pulau Sumbawa No. 5 Kawasan Industri Medan KM 10.5 Mabar - Medan Jl. Pulau Nias Selatan IV Kawasan Industri Medan II (Mabar) Medan Kawasan Industri Medan II Jl. Pulau Tanah Masa Desa Saentis Kecamatan Percut Sel Tuan Kabupaten Deli Serdang Jl. Pulau Bali No. 2 Kawasan Industri Medan II Medan Jl. Medan - Tanjung Morawa Km 12,8 Kecamatan Bangunsari Kabupaten Deli Serdang 20362 Jl. Rumah Potong Hewan No. 44 Kota Medan 20242
0411-553494
0411-554411 0411-556611
0751-484595
061-7941333 061-794222
061-6852288 061-6854680
061-6871107 061-6871109
061-6855126, 061-6855128 061-7940211
061-6851244
42
76
SABAS INDONESIA
SUMATERA UTARA
77
GROWTH PAKINDO SPESIAL
SUMATERA UTARA
78
NEW HOPE MEDAN
SUMATERA UTARA
Jl. Pulau Bunaken No A-11 KIM 3 Kelurahan Tangkahan Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan Jl. Pulaua Sulawesi No.3 KIM I (Kawasan Industri Medan I) Mabar, Medan 20242 Jl. Raya Medan-Lubuk Pakam KM 18,5 Tanjung Morawa Deli serdang 20362
061-30003043 061-4148894
061-6852858
061-7943652
43
Lampiran-4 DAFTAR SNI PAKAN NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41.
NAMA SNI PAKAN Pakan anak puyuh (quail starter) Pakan puyuh dara (quail grower) Pakan puyuh bertelur (quail layer) Pakan meri (duck starter) Pakan itik dara (duck grower) Pakan itik bertelur (duck layer) Pakan anak babi pra sapih (pig pre-starter) Pakan anak babi sapihan (pig starter) Pakan babi pembesaran (pig grower) Pakan babi penggemukan (pig finisher) Pakan babi –bagian 1- babi bunting (pregnant sow) Pakan babi – bagian 2 - babi menyusui (lactating sow) Pakan babi pejantan (boar) Pakan anak ayam ras petelur (layer starter) Pakan ayam ras petelur dara (layer grower) Pakan ayam ras petelur (layer) Pakan ayam ras pedaging (broiler starter) Pakan ayam ras pedaging masa akhir (broiler finisher) Pakan konsentrat ayam ras petelur dara (layer grower concentrate) Pakan konsentrat ayam ras petelur (layer concentrate) Pakan konsentrat ayam ras pedaging (broiler concent) Pakan konsentrat sapi perah (pemula-1, pemula-2, dara, laktasi, laktasi produksi tinggi, kering bunting, pejantan) Pakan konsentrat sapi potong (penggemukan, induk, pejantan) Pakan bibit ayam ras pedaging starter-1 Pakan bibit ayam ras pedaging starter-2 Pakan bibit ayam ras pedaging grower Pakan bibit ayam ras pedaging pre-layer Pakan bibit ayam ras pedaging layer Pakan bibit ayam ras pedaging jantan Pakan bibit ayam ras petelur starter Pakan bibit ayam ras petelur grower Pakan bibit ayam ras petelur pullet Pakan bibit ayam ras petelur pre-layer Pakan bibit ayam ras petelur layer Pakan bibit ayam ras petelur jantan Pakan konsentrat anak babi sapihan, pembesaran dan penggemukan Pakan konsentrat babi induk (sow concentrate) Pakan konsentrat itik petelur (duck layer concentrate) Pakan ayam buras starter (native chicken starter) Pakan ayam buras grower (native chicken grower) Pakan ayam buras layer (native chicken layer)
NOMOR SNI SNI 01-3905-2006 SNI 01-3906-2006 SNI 01-3907-2006 SNI 01-3908-2006 SNI 01-3909-2006 SNI 01-3910-2006 SNI 01-3911-2006 SNI 01-3912-2006 SNI 01-3913-2006 SNI 01-3914-2006 SNI 01-3915.1-2006 SNI 01-3915.2-2006 SNI 01-3916-2006 SNI 01-3927-2006 SNI 01-3928-2006 SNI 01-3929-2006 SNI 01-3930-2006 SNI 01-3931-2006 SNI 3148.4:2009 SNI 3148.3:2009 SNI 3148.5:2009 SNI 3148.1:2009 SNI 3148.2:2009 SNI 7652.1-2011 SNI 7652.2-2011 SNI 7652.3-2011 SNI 7652.4-2011 SNI 7652.5-2011 SNI 7652.6-2011 SNI 7700.1-2011 SNI 7700.2-2011 SNI 7700.3-2011 SNI 7700.4-2011 SNI 7700.5-2011 SNI 7700.6-2011 SNI 7780.1-2013 SNI 7780.2-2013 SNI 7782-2013 SNI 7783.1-2013 SNI 7783.2-2013 SNI 7783.3-2013
44
Lampiran-5
DAFTAR SNI BAHAN PAKAN
NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
NAMA SNI BAHAN PAKAN Bungkil inti kelapa sawit Dedak jagung (mutu I dan mutu II) Bungkil jagung Tepung tulang (mutu I dan mutu II) Hasil ikutan pengolahan jagung (CGM60, CGM40, CGF dan Homini) Tepung ikan (mutu I, mutu II dan mutu III) Bungkil kacang tanah (mutu I dan mutu II) Tepung kerang Dedak padi (mutu I, mutu II dan mutu III) Jagung (mutu I dan II) Bungkil kedelai (mutu I dan mutu II) Bungkil kelapa (mutu I dan mutu II) Tepung hasil ikutan unggas (poultry by product meal) Hasil pengolahan biji gandum (wheat pollard dan wheat) Tepung bulu unggas/poultry feather meal (mutu I, mutu II dan tanpa hidrolisis) Tepung daging dan tulang/meat bone meal (mutu I dan mutu II)
NOMOR SNI SNI 01-0008-1987 SNI 01-3172-1992 SNI 01-3173-1992 SNI 01-3158-1992 SNI 01-4484-1996 SNI 01-2715-1996 SNI 01-4228-1996 SNI 01-4438-1998 SNI 3178:2013 SNI 4483:2013 SNI 4227:2013 SNI 2904:2014 SNI 7991:2014 SNI 7992:2014 SNI 7993:2014 SNI 7994:2014
45
Lampiran-6
Daftar Nomor HS Bahan Pakan, Feed Additives dan Feed Supplement No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Bahan Baku Asal Hewan/Tumbuhan Alfalfa Meal Alfalfa Leaf Meal Alpha Starch Barley (Barley Grain) Black Beans Brewers Meal Blood Meal Bone Meal (Tepung tulang) Brown Flax Seed Broomcorn Millet Bungkil Kelapa/Kopra Bungkil Kelapa/Kopra Bungkil Kelapa Sawit Camella Flax Seed Camella Extraction Meal Canola/Rapeseed Meal Canola Seed Canary Seed Cassava Flour Copra Meal (Coconut Oil Meal) Copra Chips Corn (Yellow/White Corn or Maize) Corn Gluten Meal Corn Gluten Feed Corn Germ Meal Corn and Cob Meal Corn dent No. 2 Yellow Corn Starch Cotton Seed Meal CPO (Crude Palm Oil) Crab Meal (Crude) Soyabean Oil Defatted Soyabean cake Defatted Ground Nut Cake (Bk Kacang Tanah) Deffated Peanut Cake
Nomor HS 1214.10.000 1214.10.000 1003.00.000 0713.39.000 2303.30.000 ex.0511.99.800 ex.0506.90.000 1002.20.000 2308.50.100 2308.50.200 2308.50.000 2308.40.000 2308.40.000 2308.40.000 2308.40.000 1093.30.000 2308.60.200 2308.60.200 1005.80.000 2303.10.800 2303.10.800 2303.10.800 2303.10.800 1005.90.000 2308.10.000
2305.00.000 2305.00.000
46
36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76
Deffated Groundnut Extraction and Meal Deffated Cotton Seed Cake Deffated Linseed Deffated Sun Flower Seed Cake Deffated Canola Cake Deffated Rape Seed Cake Dried Fish Solubles Full Fat Soya Bean Meal Feed Wheat Fish Meals Fish Oil Fish Soluble Powder Flax Seed Brown Fish Meal White Fish Meal Other Meal of Fish Fish Oil Groundnut Meal Gaplek/Cassava Chips Guar Meal Garam (Salt) Grout of Rice (Menir) Hominy Feed Hydrolised Feather Meal Sugar Industrial Flour Krill Meal Linseed Meal Lupinseed Lupinseed Meal Liverand Glandular Meal Liver Powder (animal) Meat Zbone Meal Meat Meal Millet Seed Onggok/Elot Oat Meal/Hulls Oats Grain Peanut Meal (Solvent/Dehulled) Palm Olein (Refined Bleachad Deodorirez Olein) Palm Kernel cake
2305.00.000 2305.00.000 2308.20.000 2308.20.000 2308.40.000 2300.40.000 2301.20.100 2304.00.000 1101.00.000 2301.20.100 2301.20.900
2301.20.100 2301.20.100 2301.20.900 1504.20.000 2.05.00.000 1302.32.000 1103.14.000 2309.90.891
2301.20.800 2308.20.000 ex.1120829000 2306.90.000 ex.2301.10.900 2301.10.900 2301.10.100 1008.20.000 1004.00.000 ex.1004.00.000 2305.00.000 2308.80.000
47
77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115
Pollard Potato Starch Alpha Poulltry By-Product Meal Poulltry Meat Meal Rice Bran (Katul) Rice Pollshings Rye Whey Rye Grain Soyabean cake Soya Bean Meal (Hipro/Lopro/Dehulled) Sesame Seed Meal Sunflower Seed Meal Skim Dried Milk/Skim Milk Powder Replacer Shrimp Head Meal Shrimp Sheel Meal Shrimp Meat (feed grade) Sheel Meal Sorghum (red,white) Squid Lever Powder/Meal Squid Meal Scallop Liver Product Scallop Liver Powder Triticale (Triticale Grain) Tepung Batu/Biji batu/Limestone Tetes (Molasses, Cane, Beet) Tallow Tapioca Crackers Wheat Bran/Bran Pollars Wheat Germ Meal Wheat Glutein Wheat Middings Wheat Shorts Wheat Flour Yeast Oyster Shalt/Oyster Meal (tepung kerang) Poultry Offal fat Pellet Binder (Lignobond) Urea (NH4)2 CO; Diamonium carbonat) Asam Amino 115.1. Methionine dan garamnya 115.2. Lysine dan garamnya
2302.40.000 1108.13.000 2301.10.800 2301.10.100 2302.20.100 2302.20.100 1002.00.000 ex.1002.00.000 2304.00.000 2304.00.000 2306.50.100 2306.30.000 2301.20.900 ex.2301.20.900 ex.2301.20.900 ex.2301.20.900 1007.00.000 2301.20.000 2301.20.900 2301.20.900 2301.20.900 ex.1008.80.000
2302.30.000 2302.30.000 1109.00.000
1101.00.000 2301.20.800 2301.10.900
2930.40.000 2922.41.000
48
115.3. Threonine dan garamnya 115.4. Tryptosine dan garamnya 115.5. Tryptophan dan garamnya 116 Vitamin 116.1. Vitamin A 116.2. Vitamin B1 116.3. Vitamin B2 116.4. Vitamin B8 116.5. Vitamin B12 116.6. Vitamin C 116.7. Vitamin D3 116.8. Gabungan Vitamin A - D3 116.9. Vitamin E 116.10. Vitamin H 116.11. Vitamin K 116.12 Lecithin 116.13 Niacin 116.14. Panthotenic Acid 116.15. Choine Cloride 116.16. Follc Acid 117 Mineral 117.1. Calcium Chloride 117.2. Cobal Sulfate 117.3. Copper Sulfat 117.4. Copper Oxide 117.5. Copper Citrate 117.6. Cobal Carbonate 117.7. Cobal Oxcide 117.8. Dicalcium Phosphate 118.9. Ferrous Sulfate 118.10. Ferrous Oxide 117.11. Ferrous Carbonate 117.12. Monocalcium Phosphat 117.13. Magnesium Oxide 117.14. Magnesium Sulfate 117.15. Manganese Sulfate 117.16. Manganese Oxide 117.17. Magnesium Carbonate 117.18. Menadione Sodium Bisulphate
2922.50.000
2938.21.000 2938.29.000 2938.22.000 2938.25.000 2938.20.000 2938.27.000 2938.21.000 2938.28.005 2938.28.000 2938.25.000 2938.29.000 2923.20.000 2936.29.000 2309.90.928 2938.29.000
2915.50.000 2827.34.000 2833.25.000 2827.39.000
2835.25.000 2833.29.000
2835.26.000 2820.10.000 2833.21.000 2833.21.000 2820.00.000 2914.88.000
49
117.19. Monosodium Phosphate 117.20. Potasium lodide 117.21. Potasium Carbonate 117.22. Sodium Bicarbonate 117.23. Sodium Solanite 117.24. Tricalsium Phosphate 117.25. Zinc Sulfate 117.26. Zinc Oxide 117.27. Zinc Carbonate
2835.22.000 2327.80.000 2836.40.000 2836.30.000 2835.19,800 2835.20.000 2833.20.000 2847.00.000
118 Kombinasi Asam Amino, Vitamin dan Mineral
50