FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN RABIES PADA PEMILIK ANJING DI KELURAHAN BAHU KECAMATAN MALALAYANG KOTA MANADO TAHUN 2016 Julianti Jeanette Sabono*, Jootje M. L. Umboh*, Billy J. Kepel** * Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK WHO tahun 2016 melaporkan terdapat sekitar lebih dari 60.000 orang meninggal akibat rabies setiap tahunnya. Tahun 2015 dilaporkan terdapat 3 kasus kematian rabies di Kota Manado, dan salah satunya di Kelurahan Bahu. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan pencegahan rabies pada pemilik anjing di Kelurahan Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado. Jenis penelitian yang digunakan adalah survei analitik dengan rancangan penelitian cross sectional, di Kelurahan Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado pada bulan Mei-Juli 2016. Populasi adalah seluruh kepala keluarga pemilik anjing yaitu sebanyak 135 kepala keluarga, sedangkan sampel adalah total populasi. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Penelitian ini menggunakan uji Chi Square pada 95% CI dan alpha (α) 0,05. Hasil Uji chi square menunjukan pengetahuan berhubungan dengan tindakan pencegahan rabies (p = 0,000), sikap berhubungan dengan tindakan rabies (p= 0,000), dukungan petugas kesehatan berhubungan dengan tindakan pencegahan rabies (p = 0,000), sedangkan tingkat pendidikan tidak berhubungan dengan tindakan pencegahan rabies (p = 0.057). Kesimpulannya, terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan, sikap, dan dukungan petugas kesehatan dengan tindakan pencegahan rabies, namun tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan tindakan pencegahan rabies. Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Tingkat Pendidikan, Dukungan Petugas Kesehatan, Tindakan Pencegahan Rabies
ABSTRACT In 2016, WHO was reported about more than 60,000 people died cause rabies each year. In 2015, there were 3 death cases of rabies, that has been reported in the city of Manado, and one of them in Bahu District. The purpose of this study was to analyze relationship factors with rabies precaution on dog’s owners in Bahu District of Malalayang Subdistrict in Manado City. This type of research was analytic survey with cross sectional study approach, in Bahu District of Malalayang Subdistrict in Manado City from May until July in 2016. The population is all family heads dog’s owners as many as 135 heads of households, while the sample is total population. Data was collected through interviews with used a questionnaire. This study had used Chi Square test at 95% confidence interval (CI) and alpha (α) 0.05. The results of Chi square test showed that knowledge related with rabies precaution (p = 0.000), attitude related with rabies precaution (p = 0.000), health workers support related with rabies precaution (p = 0.000), while the level of education is not related with rabies precaution (p = 0057). The conclusion, there is a significant relationship between knowledge, attitude, and health workers support with rabies precaution, but there is not relationship between the level of education and rabies precaution. Keyword : Knowledge, Attitude, Level of Education, Health Workers Support, Rabies Precaution
Salah satu kelurahan yang berada di
PENDAHULUAN Rabies
marupakan
penyakit
yang
wilayah
kerja
Puskesmas
Bahu
adalah
mengancam dunia. Terdapat lebih dari
Kelurahan Bahu. Kelurahan Bahu merupakan
60.000 orang meninggal akibat rabies setiap
kelurahan dengan angka GHPR tertinggi
tahunnya (WHO, 2016a). Selain tingginya
sebanyak 9 kasus, 7 kasus yang mendapat
kasus
VAR, serta 1 kasus Lyssa pada tahun 2015
kematian,
jumlah
orang
yang
menerima vaksin anti rabies telah mencapai
(Puskesmas Bahu, 2016).
lebih dari 15 juta orang setiap tahunnya hingga tahun 2016. (WHO, 2016b). Situasi
rabies
menurut
Pada Purnawan
Profil
penelitan dan
sebelumnya,
Kardiwinata
(2013)
menyatakan bahwa terdapat hubungan yang
Kesehatan Indonesia tahun 2014, terdapat
signifikan
42.958 kasus gigitan hewan penular rabies
tindakan pencegahan rabies. Hasil penelitian
(GHPR),
yang
tersebut didukung juga oleh Tahulending
mendapat vaksin anti rabies (VAR), serta 81
(2014) bahwa terdapat hubungan yang
kasus
Bali
bermakna antara pengetahuan, sikap, dan
merupakan provinsi dengan kasus GHPR
peran petugas kesehatan dengan tindakan
tertinggi di Indonesia yaitu sebanyak 21.161
pencegahan rabies di Kelurahan Aertembaga
kasus dengan 1 kasus Lyssa, diikuti Nusa
Kota Bitung. Selain itu, Marpaung (2009)
Tenggara Timur pada urutan ke dua sebanyak
menyatakan
5.340 kasus, dan pada urutan ke 3 adalah
anjing juga merupakkan salah satu faktor
Sulawesi Utara dengan 3.601 kasus GHPR
yang berhubungan dengan pemeliharaan
dan 22 kasus Lyssa (Ditjen PP dan PL, dalam
anjing dalam upaya mencegah rabies di
Kemenkes RI, 2015).
Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi.
dengan
kematian/
34.095
Lyssa.
kasus
Provinsi
antara
tingkat
pengetahuan
dengan
pendidikan
pemilik
Jumlah Kasus gigitan di Provinsi
Berdasarkan situasi rabies baik di
Sulawesi Utara tahun 2015 sebanyak 3.324
Dunia, Indonesia, Sulawesi Utara, maupun
kasus, dengan 1.659 kasus yang mendapat
Kelurahan Bahu maka penulis tertarik untuk
vaksin anti rabies, serta 28 kasus kematian
melakukan penelitian tentang faktor-faktor
atau Lyssa. Kota Manado menempati urutan
yang
ke
Kabupaten
pencegahan rabies pada pemilik anjing di
Minahasa, Minahasa Utara, dan Minahasa
kelurahan Bahu Kecamatan Malalayang Kota
Selatan untuk kasus GHPR di Sulawesi Utara
Manado Tahun 2015.
empat
tertinggi
setelah
berhubungan
dengan
tindakan
yaitu sebanyak 372 kasus, dengan 119 kasus yang menerima VAR di tahun 2015. Khusus
METODE PENELITIAN
untuk kasus Lyssa, Kota Manado berada pada
Jenis penelitian yang digunakan adalah
urutan ke tiga tertinggi dengan 3 kasus pada
penelitian survei analitik dengan rancangan
tahun 2015 yang terjadi di wilayah kerja
penelitian Cross Sectional yang dilaksanakan
Puskesmas Bahu (Dinkes Prov. Sulut, 2016).
di Kelurahan Bahu Kecamatan Malalayang
Kota Manado pada bulan Mei-Juli 2016.
Pengumulan data dilakukan menggunakan
Populasi adalah semua kepala keluarga
kuesioner dengan teknik wawancara. Uji
pemilik anjing yang bertempat tinggal di
statistik yang digunakan dalam analisis
Kelurahan Bahu Kecamatan Malalayang
bivariat adalah chi square Square pada 95%
Kota Manado dengan total 135 KK. Sampel
CI dan alpha (α) 0,05.
penelitian
ini
adalah
total
populasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan pencegahan rabies Faktor yang berhubungan
Tindakan Pencegahan Kurang
%
Total
Baik
%
n
%
p-value
Pengetahuan
Kurang 30 71,4 Baik 33 35,5 Total 63 46,7 Sikap Negatif 37 75,5 Positif 26 30,2 Total 63 46,7 Tingkat Rendah 49 52.7 Pendidikan Tinggi 14 33,3 Total 63 46,7 Dukungan Kurang 42 62,7 Petugas Baik 21 30,9 Kesehatan Total 63 46,7 Hubungan antara pengetahuan dengan
12 28,6 42 100,0 60 64,5 93 100,0 0,000 72 53,3 135 100,0 12 24,5 49 100,0 60 69,8 86 100,0 0,000 72 53,3 135 100,0 44 47.3 93 100,0 28 66,7 42 100,0 0,057 72 53,3 135 100,0 25 37,3 67 100,0 47 69,1 68 100,0 0,000 72 53,3 135 100,0 pengetahuan dengan tindakan pencegahan
tindakan pencegahan rabies
rabies pada pemilik anjing di Kelurahan
Tabel 1 menunjukan jumlah responden yang
Bahu Kecamatan Malayang Kota Manado
berpengetahuan kurang dengan tindakan
Tahun 2016.
kurang sebanyak 30 responden (71.4%) dan jumlah
responden
memiliki
penelitian Purnawan dan Kardiwinata (2013)
pengetahuan kurang dengan tindakan baik
yang menunjukan adanya hubungan yang
sebanyak 12 orang (28.6%). Di sisi lain,
sikgnifikan
jumlah
memiliki
tindakan pencegahan rabies pada wisatawan
pengetahuan baik dengan tindakan kurang
di Ubud Bali. Adanya hubungan antara ke
adalah 33 responden (35.5%), dan reponden
dua variabel pada penelitian tersebut karena
berpengetahuan baik dengan tindakan baik
karena
sebanyak 60 orang (64.5%).
banyak medapatkan informasi melalui media
responden
yang
Hal tersebut sesuai dengan hasil
yang
Hasil analisis menggunakan Chi Square dengan alpha (α) 0,05 diperoleh nilai
antara
sebagian
pengetahuan
dengan
besar responden
telah
elektronik sehingga medorong mereka untuk melakukan tindakan pencegahan rabies.
p-value = 0,000 lebih kecil dari nilai α = 0,05
Sama seperti penelitian sebelumnya,
(p < 0,05). Oleh karena itu, terdapat
adanya hubungan yang signifikan antara
hubungan
pengetahuan dan tindakan pencegahan rabies
yang
signifikan
antara
dalam penelitian ini disebabkan karena
Kelurahan Bahu Kecamatan Malayang Kota
ketersediaan sarana informasi yang memadai
Manado Tahun 2016.
sehingga pengetahuan tentang rabies telah
Banyaknya sikap responden yang
diterima responden. Dampak dari tingginya
positif
pengetahuan
mendorong
dengan tindakan baik lebih tinggi dari pada
tindakan
tindakan kurang. Hal yang sama juga terjadi
responden
responden, untuk
melakukan
pencegahan rabies.
menyebabkan
jumlah
responden
pada responden dengan sikap negatif yang
Bloom (1908) dalam Notoatmodjo
berdampak
pada
sedikitnya
persentase
(2012) menyatakan bahwa terdapat 3 domain
responden yang memiliki tindakan baik
perilaku
yaitu
psikomotor.
kognitif,
Akan
tetapi,
afektif,
dan
dibandingkan
kognitif
atau
memiliki tindakan kurang.
pengetahuan adalah yang paling berpengaruh
dengan
Pada
resonden
penelitian
yang
sebelumnya
dalam pembentukan tindakan seseorang.
Tahulending (2014) juga menyatakan bahwa
Selain
sikap
itu,
Lawrence
Green
dalam
berhubungan
dengan
tindakan
Notoatmodjo (2012) juga menyatakan bahwa
pencegahan penyakit rabies di Kelurahan
pengetahuan merupakan salah satu faktor
Makawidey Kecamatan Aertembaga Kota
yang
Bitung. Ia mengungkapkan bahwa jumlah
berpengaruh
dalam
pembentukan
perilaku kesehatan.
responden yang memiliki sikap kurang lebih banyak memiliki tindakan kurang dari pada
Hubungan antara sikap dengan tindakan
tindakan baik. Di sisi lain responden yang
pencegahan rabies
memiliki sikap baik lebih banyak memiliki
Jumlah responden yang bersikap negatif dengan tindakan kurang adalah
tindakan baik dari pada tindakan kurang. Sikap
merupakan
kecenderungan
sebanyak 37 responden (75.5%) dan jumlah
untuk bertindak. Hal ini diungkapkan oleh
responden yang bersikap negatif dengan
Notoatmodjo (2012) yang dengan kata lain,
tindakan baik adalah sebanyak 12 responden
tindakan seseorang dipengaruhi dari hasil
(24,5%). Selain itu, responden yang bersikap
evaluasi
positif dengan tindakan kurang sebanyak 26
menghasilkan rasa suka atau tidak suka,
responden (30,2%) dan responden yang
setuju atau tidak setuju terhadap suatu hal
bersikap
seperti ide, objek, orang lain, maupun suatu
positif
dengan
tindakan
baik
sebanyak 60 responden (69,8%).
perilaku tertentu.
Berdasarkan hasil uji statistik, nilai probabilitas atau p-value = 0,000 lebih kecil dari nilai α = 0,05 (p < 0,05) yang menunjukan adanya hubungan antara sikap dengan
tindakan
pencegahan
terhadap
rabies
di
sesuatu
sehingga
Hubungan
antara
tingkat
pendidikan
yang menunjukan sebagian besar reponden
dengan tindakan pencegahan rabies
dengan tindakan pencegahan baik ada pada
Pada hasil penelitian menunjukan responden
kategori pendidikan menengah dan rendah,
yang berpendidikan rendah dengan tindakan
sedangkan responden yang ada kategori
kurang sebanyak 49 responden (52,7%), dan
pendidikan tinggi lebih banyak memiliki
responden
tindakan pencegahan kurang.
yang
berpendidikan
rendah
dengan tindakan baik adalah sebanyak 44 responden
(47,3%),
Untuk
kategori
Henderson (1959) dalam Sadulloh (2015) mengungkapkan bahwa pendidikan
responden yang memiliki tingkat pendidikan
dalam
tinggi dengan tindakan pencegahan kurang
pembelajaran yang dihasilkan dari interaksi
berjumlah
dan
individu dengan lingkungan. Lingkungan
responden yang berpendidikan tinggi dengan
tersebut mencakup lingkungan sosial dan
tindakan
lingkungan fisik yang berlangsung sepanjang
14
baik
responden
sebanyak
(33,3%)
28
responden
(66,7%).
arti
luas
merupakan
poses
hidup seseorang. Menurut konsep belajar
Nilai probabilitas yang didapatkan
sepanjang hayat, pendidikan atau proses
setelah melakukan uji statistik adalah p-value
belajar tidak hanya didapatkan di sekolah
= 0.057 lebih besar dari nilai α = 0,05 (ρ >
atau di tingkat pendidikan formal, tetapi juga
0,05). Hal tersebut menunjukan tidak adanya
di dalam keluarga, dan masyarakat.
hubungan antara tingkat pendidikan dengan tindakan pencegahan rabies pada pemilik
Hubungan
anjing
kesehatan dengan tindakan pencegahan
di
Kelurahan
Bahu
Kecamatan
Malayanng Kota Manado Tahun 2016. Tidak
adanya
dukungan
petugas
rabies antara
Seperti yang ditunjukan pada tabel 1, jumlah
pendidikan dengan tindakan pencegahan
responden yang kurang mendapat dukungan
rabies berkaitan dengan kesadaran serta
petugas kesehatan dengan tindakan kurang
kepedulian
terhadap
adalah sebanyak 42 responden (62,7%) dan
penyakit rabies. Selain itu, informasi tentang
responden yang kurang mendapat dukungan
penyakit rabies tidak hanya didapatkan di
petugas kesehatan dengan tindakan baik
tingkat pendidikan formal, tetapi juga dari
sebanyak 25 responden (37.3%). Selain itu,
sumber informasi lainya seperti petugas
responden
kesehatan, madia massa, media elektorik,
kesehatan baik dengan tindakan pencegahan
keluarga, teman, serta pemilik anjing lainnya.
kurang
Oleh karena itu, meskipun tingkat pendidikan
(30.9%) dan responden yang mendapat
responden rendah, pengetahuan responden
dukungan petugas kesehatan baik dengan
seputar penyakit rabies tetap baik.
tindakan baik berjumlah 47 orang (69.1%)
setiap
hubungan
antara
responden
yang
adalah
mendapat
sebanyak
21
dukungan
responden
Hasil penelitian ini didukung oleh
Analisis statistik yang digunakan
Malahayati (2009) pada hasil penelitiannya
dalam menguji hubungan antara dukungan
petugas dengan tindakan pencegahan rabies
KESIMPULAN
adalah uji Chi square dengan alpha (α) 0,05,
1. Terdapat
hubungan
yang
signifikan
maka didapatkan nilai probabilitas adalah p-
antara pengetahuan dengan tindakan
value=0,000 lebih kecil dari nilai α = 0,05 (ρ
pencegahan rabies pada pemilik anjing di
< 0,05). Berdasarkan hasil tersebut maka
Kelurahan Bahu Kecamatan Malalayang
terdapat hubungan yang signifikan antara
Kota Manado
dukungan petugas kesehatan dengan tindakan
2. Terdapat
hubungan
yang
signifikan
pencegahan rabies pada pemilik anjing di
antara sikap dengan tindakan pencegahan
Kelurahan Bahu, Kecamatan Malayang, Kota
rabies pada pemilik anjing di Kelurahan
Manado Tahun 2016.
Bahu
Selaras
dengan
penelitian
ini,
Kecamatan
Malalayang
Kota
Manado
Ritonga (2013) juga menyatakan bahwa
3. Tidak terdapat hubungan antara tingkat
dukungan tenaga kesehatan berpengaruh
pendidikan dengan tindakan pencegahan
secara
rabies pada pemilik anjing di Kelurahan
signifikan
terhadap
tindakan
pencegahan rabies di Kecamatan Tarutung
Bahu
Kabupaten
Manado
tersebut
Tapanuli menunjukan
Utara.
Penelitian
responden
yang
Kecamatan
4. Terdapat
Malalayang
hubungan dukungan
Kota
yang
signifikan
petugas
kesehatan
memiliki tindakan pencegahan yang kurang
antara
umumnya juga mengaku kurang mendapat
dengan tindakan pencegahan rabies pada
dukungan dari petugas kesehatan. Hal serupa
pemilik
juga dinyatakan oleh Mongdong (2016)
Kecamatan Malalayang Kota Manado
anjing
di
Kelurahan
Bahu
bahwa faktor anjuran tenaga kesehatan berhubungan dengan pemeliharaan anjing
SARAN
dalam upaya
1. Bagi Instansi Kesehatan
pencegahan
rabies.
Hasil
penelitiannya menunjukan bahwa responden
a. Penyuluhan yang berkesinambungan
yang kurang mendapat anjuran dari tenaga
harus dilakukan baik secara langsung
kesehatan memiliki tindakan pencegahan
maupun dengan menggunakan stiker,
yang kurang.
baliho,
Berdasarkan
teori
perilaku,
leaflet
meningkatkan masyarakat
Reinforcing
pencegahannya
dalam
menentukan
dapat
pengetahuan
dukungan petugas kesehatan merupakan Factors
agar
tentang
rabies
terutama
dan
tentang
tindakan seseorang. Oleh karena itu, terdapat
pertolongan pertama saat digigit
tanggung jawab yang harus dilakukan oleh
anjing.
petugas
kesehatan
dalam
rangka
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
b. Kegiatan
surveilans
dilaksanakan
agar
aktif
harus
semua
kasus
gigitan, hewan penular rabies dapat terlapor dengan baik.
2. Bagi Dinas Pertanian Kota Manado
mengetahui
adanya
kasus
gigitan,
a. Upaya promotif melalui penyuluhan
maupun kematian akibat penyakit rabies.
secara langsung, maupun melalui
Selain itu, diharapkan adanya kesediaan
media cetak seperti koran, leaflet,
masyarakat
baliho perlu dilakukan agar dapat
penyuluhan maupun mengikuti pelatihan-
meningkatkan
pelatihan
masyarakat
pengetahuan tentang
rabies
pada
hewan dan pencegahannya. b. Dukungan
dalam
yang
menghadiri
diselengarakan
oleh
lembaga terkait dalam hal pencegahan rabies.
pelayanan
dengan
pemberian vaksinasi harus lebih
DAFTAR PUSTAKA
ditingkatkan
Dinkes Prov. Sulut. 2016. Gambaran Situasi Rabies di Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2010-2015. Sulawesi Utara: Dinas Kesehatan Provinsi
lagi
menjangkau
agar
seluruh
dapat
masyarakat
pemilik anjing yang ada di Kelurahan Bahu. c. Dorongan kepada mayarakat perlu selalu dilakukan terutama pada saat
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Profil Kesehatan Indonesia 2014. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI
melakukan kunjungan vaksinsi, agar masyarakat memahami pentingnya tindakan pencegahan rabies seperti mengikat
anjing,
vaksinasi,
pentingnya pelalporan kasus gigitan, sehingga masyarakat terdorong untuk berpartisipasi
aktif
dalam
pencegahan rabies. 3. Bagi Pemerintah Kelurahan Bahu Sebaikanya upaya dalam melakukan pendataan terhadap pemilik anjing perlu dilakukan
agar
setiap
program
pencegahan rabies dapat
melibatkan
semua masyarakat terutama bagi mereka yang memelihara hewan penular rabies. 4. Bagi Masyarakat Diharapkan partisipasi masyarakat dalam pencegahan rabies lebih ditingkatkan lagi, seperti mengikat anjing, memvaksin anjing secara rutin, serta turut berperan aktif
dalam
pelaporan
kasus
jika
Malahayati. 2009. Pengaruh Karakterisstik Pemilik Anjing terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Madan Tahun 2009. Skripsi. Skripsi tidak diterbitkan. Medan: Fakultas kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Marpaung. 2009. Hubungan Faktor Internal dan Eksternal Pemilik Anjing Dengan Pemeliharaan Anjing Dalam Upaya Mencegah Rabies Di Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi. Tesis. Tesis tidak diteritkan. Medan: Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Mongdong. 2016. Hubungan. Faktor Internal dan Eksternal Pemilik Anjing Dengan Pemeliharaan Anjing dalam Upaya Mencegah Rabies di Kelurahan Taratara Kecamatan Tomohon Barat. Community Health (Online), Vol. 1 No. 1, 2016 (http://ejournalhealth.com/index.php/
CH/article/view/13/13 diakses 19 Juli 2016) Notoatmodjo S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Purnawan dan Kardiwinata. 2013. Tingkat Pengetahuan Dan Perilaku Pencegahan Wisatawan Terhadap Penyakit Rabies di Ubud Sebagai Daerah Tujuan Wisata Di BALI. Community Health (Online), Vol.1, No.2, Juli 2013 (http://ojs.unud.ac.id/index.php/jch/ article/view/7648 diakses 12 Mei 2016) Puskesmas Bahu. 2016. Data GHPR 2015Mei 2016. Manado: Puskesmas Bahu Ritonga
P. 2013. Analisis Faktor Predisposing, Enabling Dan Reinforcing Terhadap Tindakan Pemilik Anjing Dalam Pencegahan Penyakit Rabies Melalui Gigitan Hewan Penular Rabies (HPR) Di Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara. Tesis. Tesis tidak diterbitkan. Medan: Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Sadulloh
U. 2015. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: ALFABETA
Tahulending, J Y. 2014. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Makawidey Kecamatan Aertembaga Kota Bitung. JIKMU (Online), Vol. 5 No. 2, Januari 2015 (http://ejournal.unsrat.ac.id/index.ph p/jikmu/article/view/7183/6693 diakses 13 Mei 2016) WHO. 2016a. Human Rabies. (Online) (http://www.who.int/rabies/human/en /)diakses 2 Juli 2016 WHO.
2016b. Rabies. (Online) (www.who.int/mediacentre/factsheet s/fs099/en/) diakses 12 Mei 2016