ABSTRAK Hariyanto Ahmad. 2015. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Tentang Oral Hygiene Pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Ilomata Kota Gorontalo Tahun 2015. Skripsi, Jurusan Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dr. Rama P. Hiola, M.Kes dan Pembimbing II Vik. Salamanja. S.kep, Ns, M.Kes Pendidikan kesehatan memegang peranan penting untuk menjaga kesehatan Oral Hygiene. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pegetahuan tentang oral hygiene pada lansia di panti sosial tresna werdha ilomata kota Gorontalo tahun 2015. Desain penelitian ini menggunakan jenis penelitian Pre Eksperimental dengan rancangan one group pre-test and post-test design. Populasi berjumlah 35 lansia. pengambilan sampel yang digunakan adalah Total sampling. sampel dalam penelitian ini memenuhi kriteria drop out sebanyak 15 lansia, terpilih sampel sebanyak 20 lansia. instrument penelitian menggunakan kuesioner dengan teknik analisa data univariat dan bivariat menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum diberikan pendidikan kesehatan terdapat 15 (75,0%) lansia pengetahuan cukup dan 5 (25,0%) lansia pengetahuan kurang sedangkan sesudah diberikan pendidikan kesehatan mengalami peningkatan 13(65,0%) pengetahuan baik, dan 7 (35,0%) pengetahuan cukup. Dengan p value (0,000) < α (0,05) disimpulkan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan tentang oral hygiene pada lansia di panti sosial tresna wedha ilomata kota Gorontalo. Sehingga diharapkan kepada pihak Panti Sosial Tresna Werdha ilomata kota Gorontalo agar dapat menjadikan pendidikan kesehatan sebagai penambahan informasi bagi para lansia. Kata Kunci : Pendidikan Kesehatan, Oral Hygiene, Lansia.
I.
PENDAHULUAN Penuaan merupakan proses fisiologis dalam kehidupan, dengan gambaran
sebagai kondisi yang mengalami penurunan daya tahan dan fungsi tubuh, sehingga beresiko terserang penyakit dan infeksi. Secara individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah baik secara fisik-biologi, mental maupun sosial-ekonomi. Secara umum, lansia di Indonesia saat ini lebih besar dibandingkan di negara lain seperti: Jepang, Korea Selatan, Singapura, dan Hongkong Bahkan jumlahnya pada tahun 1999 berada diperingkat empat setelah RRC, India dan Amerika Serikat . Lanjut usia atau yang lazim disingkat dengan lansia adalah warga Indonesia yang berusia ≥60 tahun (Badan Pusat Statistik, 2005)1. Lansia adalah mereka yang berusia ≥ 60 tahun, yang merupakan proses yang akan dialami oleh manusia dan dapat diukur berdasarkan usia kronologi, fisiologi, biologi dan kematangan mentalnya (Depkes RI, 2010). Menurut WHO (2012), jumlah lansia di Indonesia sebesar 7,28% dan pada tahun 2014, meningkat menjadi sebesar 11,13%. Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo tahun 2011, angka harapan hidup lansia sebesar 70,6%, dari 194.490 jumlah penduduk (Dinas Kesehatan, 2012). Jumlah lansia di Kota Gorontalo sebesar 3.216. Pendidikan Kesehatan Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan atau aplikasi konsep pendidikan dan konsep sehat. Adapun konsep pendidikan kesehatan adalah proses belajar mengajar pada individu atau kelompok masyarakat tentang nilai kesehatan sehingga mereka mampu mengatasi masalah kesehatan. Menurut Erdhayant2i, Silis dan Kartinah pendidikan kesehatan bukan sekedar memberitahukan kepada orang-orang bagaimana caranya untuk mempertinggi kesehatan tetapi mereka seharusnya menciptakan suatu keadaan untuk mendapatkan kesempatan untuk belajar “dengan dan untuk” mereka sendiri akibatnya mereka dapat mengubah
1
2
Badan Pusat Statistik ,Pedoman Pencatatan Susenas Kor 2005,BPS, Jakarta,2005. Erdhayanti, Silis dan Kartinah, Hubungan Tingkat Pengetahuan Lansia dengan Perilaku Lansia Dalam Pemenuhan Oral Hygiene Di panti Werdha Darma Bakti Pajang Surakarta Tahun 2011, 2011.
cara hidup yang kurang baik untuk kesehatan pribadinya dan untuk masyarakat cara hidup sehat. Menurut Nyswander, mengatakan bahwa pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri manusia yang ada hubungannya dengan tercapainya tujuan kesehatan perorangan dan masyarakat. Oral Hygiene Oral hygiene pada lansia adalah membantu mempertahankan status kesehatan mulut, gigi dan gusi pada lansia dengan menggosok dan membersihkan gigi dari partikel-partikel makanan, plak, bakteri dan mengurangi bau dan rasa yang tidak nyaman (Potter & Perry, 2005)3. Pemeliharaan mulut pada lansia dapat dengan cara menyikat gigi sehari dua kali, membersihkan interdental dan melakukan kunjungan ke dokter untuk memeriksakan mulut dan giginya untuk menghindari masalah oral hygiene pada lansia Masalah utama kesehatan mulut pada lansia diantaranya karies gigi, penyakit mulut periodontal, bau mulut dan kanker mulut (Petersen and Yamamato, 2005)4. Tujuan Oral Hygiene 1. Agar mulut tetap bersih / tidak berbau. 2. Mencegah infeksi mulut, bibir dan lidah pecah-pecah stomatitis 3. Membantu merangsang nafsu makan 4. Meningkatkan daya tahan tubuh 5. Melaksanakan kebersihan perorangan 6. Merupakan suatu usaha pengobatan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Oral Hygiene 1.
3
Status Sosial Ekonomi
Perry & Potter. Buku Ajar Fundanmental Keperawatan (Yasmin Asih, Penerjemah). Jakarta: EGC. Promotion: Review and Consideration”. Australian Dental Journal, 2005. 4 Petersen, P,E Peningkatan Kesehatan Mulut di Afrika pada Abad ke-21, Afrika Journal of Oral Health: Volume; 1, 2-16, 2004.
Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat praktik kebersihan yang digunakan. Hal ini berpengaruh terhadap kemampuan klien menyediakan bahan-bahan yang penting seperti pasta gigi. 1.
Praktik Sosial Kelompok-kelompok
sosial
wadah
seseorang
berhubungan
dapat
mempengaruhi praktek hygiene pribadi. Selama masa kanak-kanak, anak-anak mendapatkan praktik oral hygiene dari orang tua mereka. 2.
Pengetahuan Pengetahuan yang kurang dapat membuat orang enggan memenuhi kebutuhan hygiene pribadi. Pengetahuan tentang oral hygiene dan implikasinya bagi kesehatan
mempengaruhi
praktik
oral
hygiene.
Kendati
demikian,
pengetahuan itu sendiri tidaklah cukup. Klien juga harus termotivasi untuk melakukan oral hygiene. 3. Status Kesehatan Klien paralisis atau memiliki restriksi fisik pada tangan mengalami penurunan kekuatan tangan atau keterampilan yang diperlukan untuk melakukan hygiene mulut. 4. Cacat Jasmani / Mental Bawaan Kondisi cacat dan gangguan mental menghambat kemampuan individu untuk melakukan perawatan diri secara mandiri. Akibat Tidak Dilakukannya Oral Hygiene 1. Masalah umum a. Karries gigi Karries gigi merupakan masalah umum pada orang muda, perkembangan lubang merupakan proses patologi yang mellibatkan kerusakan email gigi dikarenakan kekurangan kalsium. b. Penyakit periodontal Adalah penyakit jaringan sekitar gigi, seperti peradangan membran periodontal. c. Plak
Adalah transparan dan melekat pada gigi, khususnya dekat dasar kepala gigi pada margin gusi. d. Halitosis Merupakan bau napas, hal ini merupakan masalah umum rongga mulut akibat hygiene mulut yang buruk, makanan tertentu atau proses infeksi. Hygiene mulut yang tepat dapat mengeliminasi bau kecuali penyebabnya adalah kondisi sistemik seperti penyakit liver atau diabetes. e. Keilosis Merupakan gangguan bibir retak, terutama pada sudut mulut. Defisiensi vitamin, nafas mulut, dan salivasi yang berlebihan dapat menyebabkan keilosis. 2. Masalah mulut lain a. Stomatitis Kondisi peradangan pada mulut karena kontak dengan pengiritasi, defisiensi vitamin, infeksi oleh bakteri, virus atau jamur atau penggunaan obat kemoterapi. b. Glosisitis Peradangan lidah hasil karena infeksi atau cidera, seperti luka bakar atau gigitan. c. Gingivitis Peradangan gusi biasanya akibat hygiene mulut yang buruk, defisiensi vitamin, atau diabetes mellitus. Perawatan mulut khusus merupakan keharusan apabila klien memiliki masalah oral ini. Perubahan mukosa mulut yang berhubungan dengan mudah mengarah kepada malnutrisi. Lanjut Usia Menurut Undang-undang No. 13 tahun 1998, tentang kesejahteraan lanjut usia, menyatakan bahwa: lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Pengertian lansia beragam tergantung kerangka pada individu. Orangtua yang berusia 35 tahun dapat dianggap tua bagi anaknya dan tidak muda
lagi. Orang sehat aktif berusia 65 tahun mungkin menganggap usia 75 tahun sebagai permulaan lanjut usia (Stanley & Beare. 2007)5. II.
Metodelogi Penelitian
2.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Tresna Werda Ilomata yang berada di Provinsi Gorontalo dan waktu penelitian mulai tanggal 18 Mei sampai 17 Juni tahun 2015. 2.2 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan Pre Eksperimental dengan rancangan one group pretest and post-test design tanpa kelompok kontrol, yang membandingkan pengaruh pendidikan kesehatan tentang oral hygiene pada lansia sebelum dan sesudah dilakukannnya pendidikan kesehatan oral hygiene pada lansia. 2.3 Variabel Penelitian Variabel Independen (bebas) yaitu senam vitalisasi otak dan variable dependen (terikat) yaitu Fungsi kognitif lansia. 2.4 Populasi Dan Sampel Populasi pada penelitian ini berjumlah 35 lansia, dan terpilih sampel lansia yang mengikutipendidikan kesehatan sebanyak 20 lansia. 2.5 Analisis Data Analisa data dilakukan dengan dua tahapan yaitu analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis univariat digunakan bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Sedangkan analisis bivariat digunakan untuk melihat pengaruh antara variable independen dan variable dependen dengan menggunakan analisis uji Wilcoxon Signed Rank Test.
5
Beare & Stanley, Buku Ajar Keperawatan Gerontik, Jakarta: EGC, 2007.
III. Hasil Dan Pembahasan 3.1 Hasil 3.1.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Oral Hygiene Sebelum Dan Setelah Diberikan Pendidikan Kesehatan Pada lansia di Panti Tresna Werdha Ilomata Kota Gorontalo Sebelum Pendidikan Kesehatan Pengetahuan Oral
N
%
Baik
-
-
Cukup
15
Kurang Total
Hygiene
Setelah Pendidikan Kesehatan Pengetahuan Oral
N
%
Baik
13
65,0
75,0
Cukup
7
35,0
5
25,0
Kurang
-
-
20
100
Total
20
100
Hygiene
Sumber : Data Primer 2015 3.1.2 Hasil Uji Statistik Menggunakan Uji Wilcoxon Signed Rank Test
Pengetahuan Oral
Mean
Sum Of
Rank
Ranks
9.00
153.00
Z -4.025
P (Value) 0.000
Hygiene Pre dan Post Pendidikan Kesehatan Sumber : Data Primer 2015
3.2 Pembahasan Dalam penelitian ini jumlah populasi yang ada di panti sosial tresna werdha ilomata kota Gorontalo sebanyak 35 lansia. kemudian terpilih sampel sebanyak 20 lansia melalui kriteria drop out karena beberapa lansia tidak mengikuti pendidikan kesehatan dan ada juga beberapa lansia yang tidak bersedia menjadi responden. Setelah sampel terpilih peneliti membagikan kuesioner tentang pengetahuan oral hygine untuk mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan lansia untuk menjaga oral hygiene.
3.2.1
Pengetahuan Oral Hygiene Sebelum diberikan Pendidikan Kesehatan di panti sosial tresna werdha ilomata kota Gorontalo. Pada penelitian ini ditemukan lansia dengan pengetahuan cukup yang
menunjukan bahwa pengetahuan lansia dalam memilihara oral hygine cukup memadai. Pengetahuan lansia cukup ini dikarenakan sebelumnya sudah pernah mendapat informasi tentang kesehatan oral hygiene melalui poster, televisi atau majalah namun lansia belum begitu memahami dengan baik. Begitu pula dengan lansia dengan pengetahuan kurang menunjukan bahwa pengetahuan lansia dalam memilihara kesehatan oral hygine kurang memadai, hal ini di buktikan dengan lansia tidak dapat menjawab dengan benar peryataan pada kuesioner. Pengetahuan lansia kurang dalam memilihara kesehatan oral hygine di karenakan lansia belum mendapat pendidikan tentang kesehatan oral hygine sehinga belum mengetahui dan belum paham bagaimana cara memilihara kesehatan oral hygine yang benar. Sehinga tidak ada lansia yang memiliki pengetahuan baik dalam memilihara kesehatan oral hygine sebelum di berikan pendidikan kesehatan. Menurut Choo (2001)6 beberapa tahun terakhir kebutuhan perawatan gigi dan mulut pada orang tua atau lanjut usia umumnya telah diabaikan dan masalah ini memerlukan perhatian khusus, dan apabila tidak segera di tangani akan memperburuk kesehatan mulut lansia. 3.2.2
Pengetahuan Oral Hygiene Setelah diberikan Pendidikan Kesehatan di panti sosial tresna werdha ilomata kota Gorontalo Menurut Notoatmodjo (2003)7, Pendidikan kesehatan pada lansia
mengupayakan untuk meningkatkan pengetahuan individu atau lansia agar mempunyai pengaruh positif terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan oral
hygine.
Pemberian
informasi
melalui
pendidikan
kesehatan
akan
meningatkan pengetahuan tentang oral hygine. Pengetahuan kesehatan tentang oral hygine akan meningkatkan sikap terhadap kesehatan, dan selanjtnya akan berakibat terhadap praktik hidup sehat (overt behavior) 6
7
Choo A, Delax David M, Messer Louise B “Oral Hygiene Measure”, 2001. Notoatmodjo, S, Promosi Kesehatan Dan Teori-teori Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta, 2003
Teori lain menurut Owotade (2005)8 Pemeliharaan kesehatan mulut mengacu pada kebiasaan perawatan mulut seperti menyikat gigi, pengunaan pasta gigi fluoride, membersihkan indertal dan pembatasan mengkomsumsi gula. Selain itu
Parera (2004)9 dalam jurnalnya mengatakan bahwa semakin
banyak seseorang menerima informasi maka semakin meningkat pengetahuan, sehingga pemberian informasi melalui pendidikan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut. 3.2.3
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Tentang Oral Hygiene pada lansia di panti sosial tresna werdha ilomata kota Gorontalo Pendidikan kesehatan adalah upaya untuk mempromosikan pemeliharaan
kesehatan, kecenderungan mengekspresikan aktualisasi diri, mempertahankan individu dalam aktualisasi diri dan pemenuhan dirinya (Pender, 2002). Menurut Lestari (2009)10 Pendidikan kesehatan
mempunyai pengaruh
terhadap pengetahuan sebab pendidikan kesehatan adalah pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebar pesan, menanamkan keyakinan sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungan dengan kesehatan. IV. Simpulan Dan Saran 4.1 Simpulan 1. Pengetahuan lansia sebelum diberikan pendidikan kesehatan, dengan frekuensi pengetahuan tentang oral hygiene, terbanyak yaitu pada kategori cukup dengan jumlah sebanyak 15 responden (75,0%), dan kategori kurang sebanyak 5 responden (25,0%). 2. Pengetahuan lansia setelah diberikan pendidikan kesehatan, dengan frekuensi pengetahuan tentang oral hygiene, terbanyak yaitu pada kategori 8
9
Owotade, Ogunbodede and Lawal,“Oral Diseases in the Elderly, A Study in Ile-Ife, Nigeria”, Journal Soc, Sci,10(2): 105-110 2005. Parera, G, Sehat Suatu Pilihan Bebas, Diakses dari: http//www.indomedia.com, 2004.
10
Lestari, Wiji, Pengaruh Pendidikan Kesehatan Managemen Stres pada Penderita Hipertensi terhadap Pengetahuan Managemen Stres di Posyandu Lansia Aisyah Tipes Surakarta, Skripsi, Surakarta. Universitas. 2009.
baik dengan jumlah 13 responden (65,0%) dan kategori cukup sebanyak 7 responden (35,0%). 3. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji statistik Wilcoxon Signed Rank Test yang ditujukan bahwa besarnya nilai Z sebesar -4.025 dengan signifikan (p=value) sebesar 0.000, Nilai probabilitas 0.000 lebih kecil daripada α = 0.05 maka dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya terdapat pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan tentang oral hygiene pada lansia di Panti Tresna Werdha Ilomata Kota Gorontalo. 4,2 Saran 1. Bagi Profesi keperawatan agara dapat menambah ilmu pengetahuan khususnya keperawatan gerontik yang berkaitan dengan kebersihan oral hygiene pada lansia 2. Bagi panti sosial tresna werdha ilomata kota Gorontalo selaku tempat penelitian diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi tentang oral hygiene pada lansia 3. Diharapkan pada peneliti lain agar dapat melakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan tentang oral hygiene pada lansia.
DAFTAR PUSTAKA
Padila, (2013). Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: NUHA MEDIKA Parera,
G.
(2004).
Sehat
Suatu
Pilihan
Bebas.
Diakses
dari:
http//www.indomedia.com Petersen, P.E (2004). Peningkatan Kesehatan Mulut di Afrika pada Abad ke-21. Afrika Journal of Oral Health: Volume; 1, 2-16 Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundanmental Keperawatan (Yasmin Asih, Penerjemah). Jakarta: EGC. Promotion: Review and Consideration”. Australian Dental Journal
Pudjiastuti, Surini, Sry. (2002). Fisioterapi Pada Lansia. Jakarta: EGC Ramadhan Gilang Ardyan. (2010). Serba Serbi Kesehatan Gigi Dan Mulut. Jakarta: Bukune Riyanto, Agus. (2012). Aplikasi Metodelogi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Medikal Book. Santoso, Hana. (2009). Memahami Krisis Lanjut Usia. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia. Setiadi. (2013). Konsep Dan Praktik penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: GRAHA ILMU.