ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANDASTANA KECAMATAN MANDASTANA KABUPATEN BARITO KUALA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Rina Wartini1, R.Sutiawan2 1. Peminatan Kebidanan komunitas, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia 2. Biostatistik, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
ABSTRAK Peningkatan jumlah lanjut usia akan diikuti dengan masalah kesehatan, penurunan fungsi fisik serta penyakit degeneratif, sehingga pelayanan kesehatan akan menjadi kegiatan utama pada posyandu lanjut usia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Mandastana Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala tahun 2013. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan metode deskriptif dengan desain cross sectional. Hasil penelitian ini menujukkan pemanfaatan posyandu lansia rendah (46,6%). Hasil uji statistik disimpulkan ada hubungan bermakna antara pendidikan, status pekerjaan, pengetahuan, sikap, mobilitas dan dukungan keluarga dengan rata-rata OR=2. Untuk mobilitas lansia dalam penelitian ini didapat hasil nilai OR= 20,159 yang berarti memiliki kecenderungan 20 kali lebih besar pengaruhnya dalam pemanfaatan posyandu lansia. Dari hasil tersebut, diharapkan dalam kegiatan posyandu lansia perlunya memperhatikan kondisi ketidak mampuan mobilitas lansia untuk mendapatkan pelayanan khusus berupa Home Care. Kata Kunci : Posyandu Lansia, Pemanfaatan, Faktor-faktor ABSTRACT An increasing number of elderly will be followed by health problems, decline in physical function as well as degenerative diseases, so that health care will be a major activity in the elderly posyandu. The purpose of this study was to determine the factors associated with the utilization of elderly neighborhood health center in Puskesmas Mandastana District Mandastana Barito Kuala district in 2013. This research is quantitative descriptive method with cross-sectional design. Results of this study showed low utilization posyandu elderly (46.6%). Statistical test results concluded that there is a significant relationship between education, status of work, knowledge, posture, mobility and family support with an average value OR=2. For the mobility of elderly people in the study earned value OR result = 20,159 which means it has a tendency to 20 times greater influence in the utilization of posyandu elderly. From those results, are expected in the activities of integrated elderly need pay attention to elderly mobility condition inability to get special services such as Home Care. Key words : Elderly Neighborhood, Utilization, Factors Latar Belakang Berdasarkan data WHO, meningkatnya jumlah penduduk dunia dengan usia di atas 60 tahun bertambah sangat cepat, bahkan tercepat dibanding kelompok usia lainnya.
Analisis Faktor-Faktor ..., Rina Wartini, FKM UI, 2013
Antara tahun 2000 dan 2050, proporsi penduduk dunia lebih dari 60 tahun akan dua kali lipat dari sekitar 11% menjadi 22%. Akan tetapi peningkatan jumlah lansia masih belum diimbangi dengan peningkatan pelayanan terhadap lansia, dikhawatirkan akan meningkatkan angka beban ketergantungan atau dependency ratio. Masalah ini harus diatasi segera jika tidak maka secara global akan menghadapi triple burden, yaitu jumlah kelahiran bayi yang tinggi, proporsi penduduk muda yang dominan, dan jumlah.lansia.yang.meningkat. Pada tahun 2025 diperkirakan akan terdapat 1,2 milyar lansia yang merupakan 21% dari total populasi dunia sekitar 80% diantaranya hidup di negara berkembang termasuk di Indonesia (WHO, 2010). Indonesia saat ini termasuk dalam lima besar negara dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak di dunia yakni mencapai 18,04 juta jiwa pada tahun 2010 atau 9,6% dari jumlah penduduk dunia. Akan tetapi semakin bertambahnya usia diiringi pula munculnya penyakit yang terkait dengan proses penuaan (penyakit degeneratif), untuk itu pemerintah memfokuskan prioritas pembangunan kesehatan khususnya bagi lansia dengan upaya peningkatan pelayanan kesehatan. Pelayanan yang dimaksud tidak hanya pada aspek kesehatan, melainkan juga pada sektor-sektor pelayanan publik lainnya. Oleh karena itu Pemerintah wajib menjamin ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan memfasilitasi kelompok lanjut usia untuk tetap dapat terlaksana dan berkembang dengan baik dalam mencapai tujuan lanjut usia yang mandiri.dan.produktif (Depsos, 2010). Menurut data dari Bandan Pusat Statistik (BPS), jumlah pemduduk pulau lansia di kalimantan Selatan pada tahun 2010 menurut semua golongan umur adalah 13.787.831 juta jiwa dan 17,8% dari jumlah tersebut adalah golongan pra lansia dan lansia yaitu sebanyak 2.443.393 juta jiwa. Jumlah lasia perempuan sebanyak 1.176.075 dan lansia laki-laki sebanyak 1.267.318 (BPS, 2010). Hal tersebut perlu mendapatkan perhatian khusus terutama peningkatan kualitas hidup yang mengarah pada pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan kemampuannya agar tetap produktif, serta pemerintah membantu penyelenggaraan upaya kesehatan usia lanjut dan dapat menjadi pelopor dari berbagai kegiatan upaya kesehatan yang mengikut sertakan peran serta masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidupnya secara optimal. Pelayanan kesehatan dan sosial di tingkat masyarakat adalah posyandu lanjut usia. Pelayanan yang dilakukan di posyandu merupakan pelayanan ujung tombak dalam penerapan kebijakan pemerintah untuk pencapaian lanjut usia sehat, mandiri dan berdaya guna. Untuk mengukur seberapa besar keberhasilan pemanfaatan pelayanan posyandu lansia dapat dilihat dari besarnya jumlah lansia yang terlayani (cakupan) dibandingkan dengan target (target yang diharapkan/target pencapaian) yang telah ditetapkan secara nasional oleh Menteri kesehatan dalam kebijakan berupa Standar Pelayanan minimal (SPM). Standar Pelayanan
Analisis Faktor-Faktor ..., Rina Wartini, FKM UI, 2013
Minimal untuk cakupan pelayanan kesehatan bagi pra usia lanjut dan usia lanjut yang telah ditetapkan oleh Kemenkes adalah 70% (Kep Menkes, 2004). Berdasarkan profil kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Barito Kuala, pencapaian cakupan kunjungan Posyandu Lansia untuk Puskesmas Mandastana kecamatan Mandastana kabupaten Barito Kuala tahun 2010 adalah 48,24%, dan tahun 2012 mengalami penurunan dengan jumlah 14,4%. Dari data tersebut Puskesmas Mandastana belum dapat mencapai target yang telah ditentukan dari SPM Kabupaten sebesar 50% dan SPM Nasional sebesar 70%. Masih rendahnya cakupan kunjungan Posyandu Lansia di wilayah kerja Puskesmas Mandastana menggambarkan rendahnya perilaku pemanfaatan pelayanan Posyandu Lansia. Adapun faktor-faktor yang menghambat perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan di posyandu Lansia dipengruhi oleh faktor predisposisi (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap), faktor pemungkin (kualitas pelayanan, jarak tempuh, sikap petugas) faktor penguat (petugas/kader, keluarga). Rumusan Masalah Keberadaan Posyandu Lansia di masyarakat diharapkan dapat mendekatkan jangkauan pelayanan kesehatan sebagai upaya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan lansia dalam bentuk pelayanan yang komprehensif agar pemantauan dan pencegahan dini pada penyakit yang timbul dalam proses penuaan dapat segera di atasi secara cepat dan tepat. Namum pada kenyataannya, keberadaan Posyandu lansia ini kurang begitu dimanfaatkan oleh lansia dikarenakan beberapa faktor yang melatar belakanginya. Hal ini dapat tergambar pada data yang bersumber dari hasil kunjungan Posyandu Lansia pada Puskesmas Mandastana sejak tahun 2010 sebanyak 48,24%, dan tahun 2012 mengalami penurunan sebanyak 14,4%. Belum mencapai target yang telah ditentukan SPM secara Nasional dimana kunjungan posyandu lansia harus mencapai target sebesar 70% dan SPM Kabupaten sebesar 50% dari jumlah lansia yang ada. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan Posyandu Lansia di wilayah kerja Puskesmas Mandastana Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala tahun 2013. Tinjauan Teoritis Menurut UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia, lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas. Tua dapat dipandang dari tiga segi yaitu segi kronologis (umur sama atau telah melampaui 65 tahun), biologis (berdasarkan perkembangan
Analisis Faktor-Faktor ..., Rina Wartini, FKM UI, 2013
biologis yang umumnya tampak pada penampilan fisik), dan psikologis (perilaku yang tampak pada diri seseorang). Klasifikasi lansia menurut (Depkes RI, 2003) : 1. Pralansia (Prasenilis), yaitu seseorang yang berusia 45-59 tahun 2. Lansia, yaitu seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih 3. Lansia Resiko Tinggi, yaitu seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan. Meningkatnya jumlah lanjut usia akan menimbulkan berbagai permasalahan yang kompleks bagi lanjut usia itu sendiri maupun bagi keluarga dan masyarakat. Secara alami proses menjadi tua mengakibatkan para lanjut usia mengalami perubahan fisik dan mental, yang mempengaruhi kondisi ekonomi dan sosialnya. Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan keluarga berencana. Kegiatan posyandu adalah perwujudan dari peran serta masyarakat dalam menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan mereka. posyandu lansia adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan oleh masyarakat dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia khususnya lanjut usia (Depkes, 2000). Sasaran Posyandu Lansia adalah seluruh penduduk yang berusia 60 tahun keatas Sasaran langsung: a.
Pra usia lanjut (pra senilis) 45-59 thn
b.
Usia lanjut 60-69 thn
c.
Usia lanjut risiko tinggi: usia lebih dari 70 thn atau usia lanjut berumur .60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes,2000). Jenis kegiatan yang dilaksanakan di posyandu lanjut usia yaitu :
1.
Kegiatan pengukuran IMT
2.
Pemeriksaan status mental/emosional
3.
Kegiatan pemeriksaan tekanan darah dilakukan minimal 1 bulan sekali.
4.
Kegiatan pemeriksaan kadar haemoglobin darah (Hb), gula darah dan kolesterol darah, protein dalam urin sebagai deteksi awal penyakit ginjal.
5.
Pelaksaan rujukan
6.
Kegiatan konseling dan penyuluhan kesehatan dan gizi harus dilakukan setiap bulan karena permasalahan lanjut usia akan meningkat dengan seiring waktu. .
7. Kegiatan aktivitas fisik/senam dilakukan minimal 1 minggu sekali.
Analisis Faktor-Faktor ..., Rina Wartini, FKM UI, 2013
8.
Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi kelompok usia lanjut yang tidak datang,dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat.(Komnas lansia, 2010). Standar Pelayanan Minimal Cakupan Pelayanan Lanjut Usia Menurut Keputusan
Menteri Kesehatan RI No 1457/MENKES/SK/X/2003 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota untuk Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut sebesar 70%. Menurut Kepmenkes RI No 128/MENKES/SK/II/2004 SPM bagi pra lansia dan lansia di Kabupaten disesuaikan dengan sumber daya yang ada. Tolak Ukur Kegiatan Pelayanan Lanjut Usia 1.
K urang : Bila secara kuantitatif cakupan pelaksanaan kegiatan < 30%
2.
Cukup
: Bila secara kuantitatif cakupan pelaksanaan kegiatan 30 – 60 %
3.
Baik
: Bila secara kuantitatif cakupan pelaksanaan kegiatan 60 – 100 %
(Kemenkes RI, 2010). Menurut skinner
(1938)dalam Notoatmodjo (2010), “perilaku kesehatan (health
behavior) adalah respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehatsakit, penyakit dan faktor-faktor yang mempengaruhi sehat-sakit (kesehatan) seperti lingkungan, makanan, minuman dan pelayanan kesehatan”. Aktifitas perilaku ini dapat diamati (observable) dan tidak dapat diamati (unobservable) yang berhubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan termasuk mencegah, melindungi diri dan mencari pengobatan. Perilaku Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
“Pemanfaatan pelayanan kesehatan
adalah hasil dari proses pencarian pelayanan kesehatan oleh seseorang maupun kelompok. Menurut” Notoatmodjo (2003). Masyarakat atau anggota masyarakat yang mendapat penyakit dan tidak merasakan sakit (disease but no illness) cenderung untuk tidak bertindak mencari pelayanan kesehatan. Tetapi bila masyarakat atau anggota masyarakat yang diserang penyakit dan merasakan sakit cenderung akan timbul perilaku dan usaha mencari pelayanan kesehatan. Untuk mengukur perilaku pamanfaatan pelayanan posyandu lansia dapat dilakukan dengan mengukur domain atau ranah utama perilaku manusia melalui Pengetahuan, Sikap dan Praktek (tindakan) (Notoatmodjo, 2010). Metode Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan desain survey analitik data yang digunakan adalah data primer dengan menggunakan kuesioner dan data sekunder yaitu data dari puskesmas dan data dari Dinas Kesehatan. Analisis data yang digunakan adalah bivariat dengan uji cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pra Lansia dan Lansia yang ada di wilayah kerja Puskesmas Mandastana. Besar
Analisis Faktor-Faktor ..., Rina Wartini, FKM UI, 2013
sampel menggunakan rumus estimasi proporsi dengan presisi mutlak (Lemeshow, 1997). Pengambilan sampel dengan teknik Cluster Random Sampling.
Analisis Faktor-Faktor ..., Rina Wartini, FKM UI, 2013
Hasil 1.
Analisis Univariat Variabel Pemanfaatan Posyandu • Tidak memanfaatkan • Memanfaatkan Umur • Pra lansia • Lansia Jenis kelamin • Laki-laki • Perempuan Tingkat Pendidikan • Rendah • Tinggi Pekerjaan • Tidak bekerja • bekerja Pengetahuan • Kurang • Baik Sikap • Negatif • Positif Nilai/Keyakinan • Tidak yakin • Yakin Yakin
Junlah (n)
Presentase (%)
101 88
53,4 46,6
112 77
59,3 40,7
86 103
45,5 54,5
117 72
61,9 38,1
63 126
33,3 66,7
53 136
28 72
79 110
41,8 58,2
8 181
4,2 95,8
Analisis Faktor-Faktor ..., Rina Wartini, FKM UI, 2013
Mobilitas • Tidak mampu • Mampu Kualitas Pelayanan • Kurang • Baik Keterjangkauan • Tidak terjangkau • Terjangkau Dukungan Petugas • Tidak didukung • Didukung Dukungan Keluarga • Tidak didukung • Didukung Dukungan Toma • Tidak didukung • Didukung
22 167
11,6 88,4
78 111
41,3 58,7
77 112
40,7 59,3
54 135
28,6 71,4
65 124
34,4 65,6
33 156
17,5 82,5
Tabel 1.1 diatas responden yang lebih banyak memanfaatkan posyandu lansia adalah kelompok umur pra lansia (45-59 tahun) sebanyak 112 responden (59,3%), jenis kelamin perempuan sebanyak 103 responden (54,5%), pendidikan rendah sebanyak 117 responden (61,9%), bekerja sebanyak 126 responden (66,7%), pengetahuan baik 136 responden (72%), sikap positif sebanyak 127 responden (67,2%), nilai/keyakinan terhadap posyandu lansia sebanyak 181 responden (95,8%) dan kemampuan mobilitas sebanyak 169 responden (89,4%). 2.
Analisis Bivariat
Hasil uji statistik disimpulkan ada hubungan bermakna antara pendidikan p value=0,017, pekerjaan p value=0,006, pengetahuan p value=0,020, sikap p value=0,009, mobilitas p value=0,000 dan dukungan keluarga p value=0,038. Pembahasan 1.
Gambaran Pemanfaatan Posyandu Lansia Pemanfaatan pelayanan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Mandastana di
Kecamatan Mandastana mengalami penurunan dari tahun 2010 48,24%, dan tahun 2012 sebesar 14,4% masih jauh dari target yang ditetapkan SPM Kabupaten sebesar 50% dan SPM Nasional sebesar 70%. Pada penelitian ini diperoleh hasil dari 189 responden yang datang ke posyandu lansia diperoleh hasil terbanyak adalah tidak memanfaatkan sebanyak 101 responden (53,4%) dan yang paling sedikit adalah tidak memanfaatkan sebanyak 88 responden (46,6%). Upaya peningkatan kesehatan pada lansia di posyandu haruslah diarahkan kepada upaya promoif, preventif, kuratif dan rehabilitatif secara komprehensif. 2.
Gambaran Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala tahun 2013
Analisis Faktor-Faktor ..., Rina Wartini, FKM UI, 2013
1.1
Umur Dari dasil penelitian didapatkan dari 88 responden yang memanfaatkan pelayanan
posyandu lansia lebih besar proporsinya pada kelompok umur pra lansia sebanyak 57 responden (64,8%) dibandingkan kelompok lansia yang memanfaatkan posyandu lansia sebanyak 31 responden (35,2%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p= 0,197, dengan alpha 5% maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan pemanfaatan posyandu lansia. Hal ini berarti walaupun secara statistik tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan pemanfaatan pelayanan posyandu lansia akan tetapi secara proporsional terlihat ada hubungan perbedaan antara umur dan pemanfaatan pelayanan posyandu lansia. Proporsi yang terbanyak memanfaatkan pelayanan posyandu lansia adalah kelompok pra lansia (45-59 tahun) dimana kelompok ini sebagian besar memiliki kemampuan fisik yang lebih baik jika dibandingkan dengan kelompok lansia ( > 60 tahun) dengan kemampuan fisik terbatas sehingga mengurangi kemampuan kelompok lansia untuk memanfaatkan pelayanan posyandu lansia. Sesuai dengan teori penuaan bahwa lanjut usia adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindarkan, umur manusia sebagai makhluk hidup terbatas dimana proses menjadi tua disebabkan oleh faktor biologik termasuk dalam fase regresif (Kemenkes RI, 2010). 1.2
Jenis Kelamin Meskipun secara statistik disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara
jenis kelamin dengan pemanfaatan posyandu lansia akan tetapi dari hasil penelitian ini menunjukan secara proporsional adanya perbedaan antra jenis kelamin dengan pemanfaatan posyandu lansia, bahwa dari 88 responden yang memanfaatkan pelayanan posyandu lansia berjenis kelamin perempuan sebanyak 47 responden (53,4%) dan berjenis kelamin laki-laki sebanyak 41 responden (46,6%). Dari hasil tersebut dapat disimpulakan bahwa lebih banyak kelompok jenis kelamin perempuan yang memanfaatkan pelayanan posyandu lansia jika dibanding dengan kelompok laki-laki. Perbedaan ini terjadi karena lansia perempuan lebih banyak mengalami keluhan sehubungan dengan perubahan faktor hormonal dimasa prasenium/senilis yang mengalami menopouse terganggunya fungsi ovarium menyebabkan berkurangnya produksi hormon estrogen, dan ini akan menimbulkan beberapa penurunan atau gangguan pada aspek fisik, biologis dan seksual (Manuaba, 1998).. 1.3
Pendidikan Secara proporsional dimana proporsi tingkat pendidikan lansia yang rendah
lebih banyak memanfaatkan pelayanan posyandu lansia sebanyak 46 responden (52,3%) dibandingkan dengan tingkat pendidikan tinggi yang memanfaatkan posyandu lansia
Analisis Faktor-Faktor ..., Rina Wartini, FKM UI, 2013
sebanyak 42 responden (29,7%). Secara statistik penelitian ini menunjukan ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan pemanfaatan pelayanan posyandu lansiaDalam penelitian ini banyaknya responden dengan tingkat pendidikan rendah yang memanfaatkan pelayanan posyandu lansia di kecamatan Mandastana sesuai dengan laporan Kemenkes RI tahun 2010 yang menyatakan bahwa kondisi pendidikan kelompok lanjut usia masih sangat memprihatinkan, karena sebagian besar lanjut usia memiliki pendidikan yang rendah, dimana sekitar 70% lanjut usia berpendidikan sekolah dasar kebawah, lanjut usia yang tidak pernah sekolah 38,06%, yang tidak tamat sekolah dasar 28,7% dan sisanya tamat sekolah dasar (Kemenkes RI, 2010 dikutip dari Dokumen Rencana Aksi Nasional Tahun 2003). 1.4
Pekerjaan Dari hasil uji statistik terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan
pemanfaatan posyandu lansia. Secara proporsional bahwa dari 88 responden yang memanfaatkan pelayanan posyandu lansia yang paling banyak adalah responden yang bekerja sebanyak 68 reponden (77,3%) dibanding dengan yang tidak bekerja sebanyak 20 responden (22,7%). Dalam penelitian ini didapatkan bahwa lansia yang masih beraktifitas secara produktif atau melakukan aktifitas ekonomi memiliki kemampuan fisik yang lebih baik dan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungannya termasuk kemampuan untuk mencapai tempat pelayanan kegiatan posyandu sebagai tindakan pemeliharaan kesehatan. Demikian pula pada penelitian ini, responden yang masih bekerja memiliki proporsi yang lebih besar untuk
memanfaatkan pelayanan posyandu lansia jika dibandingkan dengan
responden yang tidak bekerja. Hasil penelitian ini sejalan dengan laporan Kemenkes RI tahun 2010 menyatakan besarnya jumlah lanjut usia
yang menjadi kepala keluarga (kepala rumah tangga) dan
banyaknya mereka yang masih bekerja menunjukkan besarnya peran lanjut usia dalam keluarga dan sosialnya. Data Sensus Penduduk tahun2000 menunjukkan sekitar separuh lebih (57,60%) lanjut usia berstatus sebagai kepala rumah tangga (Kemenkes RI, 2010). 1.5
Pengetahuan Hubungan antara pengetahuan dengan pemanfaatan pelayanan posyandu lansia secara
statistik bermakna yang berarti hubungan ini bukanlah terjadi secara kebetulan.Secara proporsional yang memanfaatkan pelayanan posyandu lansia lebih banyak adalah responden dengan pengetahuan yang baik tentang pelayanan posyandu lansia sebanyak 71 responden (80,7%) dibanding dengan yang memanfaatkan pelayanan dengan pengetahuan yang kurang baik sebanyak 17 responden (19,3%).
Analisis Faktor-Faktor ..., Rina Wartini, FKM UI, 2013
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori dari Notoatmodjo (2007) menyebutkan bahwa pengetahuan adalah domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Seseorang yang mengetahui tentang adanya pelayanan kesehatan dan manfaatnya mempunyai kecenderungan untuk memanfaatkan pelayanan tersebut (Notoatmodjo, 2007). 1.6
Sikap Menurut teori Allport (1942) dalam Notoatmodjo (2010) mengatakan bahwa sikap
merupakan kecenderungan bertindak dan berpersepsi. Hasil penelitian ini menunjukan kesesuaian dengan teori diatas adanya hubungan yang bermakna baik secara proporsional ataupun kemaknaan secara statistik antara sikap dan pemanfaatan posyandu lansia. Dalam penelitian ini diperoleh hasil dengan sikap yang baik cenderung 2,420 kali akan memanfaatkan pelayanan posyandu lansia. Proporsi yang di dapat dari hasil penelitian menunjukan pemanfaatan pelayanan posyandu lansia yang terbanyak dengan sikap yang baik berjumlah 68 responden (77,8%) dibandingkan sikap kurang baik sebanyak 20 responden (22,7%). 1.7
Nilai / Kepercayaan Terhadap Pelayanan Posyandu Lansia Dari hasil analisis data Secara statistik diperoleh hasil bahwa nilai/kepercayaan dengan
pemanfaatan posyandu lansia tidak mempunyai hubungan yang bermakna, akan tetapi secara proporsional ada perbedaan yang bermakna antara nilai/keyakinan tentang pelayanan posyadu lansia dengan pemanfaatan posyandu lansia. Bahwa sebagian besar lansia yang memanfaatkan posyadu lansia memiliki keyakinan yang positif terhadap kegiatan posyandu lansia. Pentingnya meningkatkan pengetahuan dan informasi kepada para lansia tentang keberadaan posyandu lansia akan meningkatkan kepercayaan terhadap manfaat pelayanan kesehatan di posyandu lansia. Penelitian ini sejalan dengan Notoatmodjo (2010) mengatakan Nilai atau kepercayaan adalah komponen kognitif dimana tindakan yang diambil dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan merupakan hal yang dipercaya dapat menyembuhkan penyakit. Kepercayaan terhadap pelayanan kesehatan dibentuk oleh pengetahuan, kebutuhan dan kepentingan. Kepercayaan atau nilai di masyarakat yang tidak didasarkan pada pengetahuan yang benar dan lengkap akan menyebabkan kesalahan bertindak (Notoatmodjo, 2010). 1.8
Mobilitas Lansia Menurut teori WHO (2001) mengembangkan konsep mobilitas adalah bergerak
dengan mengubah posisi tubuh atau lokasi dengan mentrasfer dari satu tempat ke tempat lain dengan berjalan, berlari, mendaki dan dengan menggunaan berbagai bentuk transportasi. Definisi operasional mobilitas lansia dalam penelitian ini adalah kemampuan lansia dalam
Analisis Faktor-Faktor ..., Rina Wartini, FKM UI, 2013
pergerakan motorik/melakukan aktifitas/berpindah lokasi untuk mencapai tempat pelayanan posyandu lansia baik dengan berjalan kaki ataupun dengan alat transportasi. Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan yang bermakna baik secara proporsional ataupun secara statistik dimana nilai OR menunjukan 20,59 kali pada lansia yang tidak mampu melakukan mobilitas cenderung untuk tidak memanfaatkan pelayanan posyandu lansia. 1.9
Kualitas Pelayanan Walaupun Secara statistik diperoleh hasil bahwa kualitas pelayanan dan pemanfaatan
posyandu lansia tidak mempunyai hubungan yang bermakna akan tetapi dari hasil analisis data secara proporsional ada perbedaan yang bermakna antara kualitas pelayanan posyadu lansia dengan pemanfaatan posyandu lansia.
Dari 88 responden yang memanfaatkan
sebanyak 57 responden mendapatkan pelayanan yang baik dan sebanyak 31 responden mendapatkan pelayanan yang kurang baik. Perbedaan proporsi pada penelitian ini menunjukkan hubungan antara kualitas pelayanan yang baik akan mendorong masyarakat cenderung untuk lebih memanfaatkan pelayanan kesehatan. Menurut Donnabedian dalam Denver (1984), faktor yang mempengaruhi utilisasi pelayanan kesehatan salah satunya adalah ketersediaan jumlah dan jenis sumber daya yang dibutuhkan. Kualitas pelayanan kesehatan yang memadai akan menimbulkan kepuasan yang diharapkan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan sehingga mendorong timbulnya perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan yang diharapkan (WHO, 2010). 1.10
Keterjangkauan tempat Meskipun secara statistik diperoleh hasil bahwa kualitas pelayanan dan pemanfaatan
posyandu lansia tidak mempunyai hubungan yang bermakna, tetapi dari hasil analisis dapat diketahui bahwa secara proporsional ada perbedaan yang bermakna antara keterjangkauan pelayanan posyadu lansia dengan pemanfaatan posyandu lansia. Dari 88 responden yang memanfaatkan sebanyak 55 responden dengan pelayanan yang terjangkau dan sebanyak 33 responden dengan pelayanan tidak terjangkau. Suparyanto dalam Azwar (1996) adalah salah satu syarat pokok pelayanan kesehatan dapat dijangkau (Affordable) dari sudut jarak, mudah dicapai, struktur geografis, transportasi dan pembiayaan terjangkau. Tempat pelayanan kesehatan yang terjangkau dapat mempengaruhi perilaku seseorang untuk bertindak dalam pencarian pelayanan kesehatan. 1.11
Dukungan Petugas Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa sikap dan perilaku
petugas kesehatan merupakan faktor pendorong atau penguat seseorang terhadap perilaku kesehatan. Meskipun secara statistik disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna
Analisis Faktor-Faktor ..., Rina Wartini, FKM UI, 2013
antara dukungan petugas dengan pemanfaatan posyandu lansia, tetapi dari hasil analisis data secara proporsional diketahui terdapat perbedaan antara dukungan petugas dengan pemanfaatan pelayanan posyandu lansia. Besarnya proposi kelompok lansia yang memanfaatkan pelayanan posyandu lansia di Kecamatan Mandastana di dorong oleh adanya dukungan dari petugas kesehatan. Untuk itu dukungan petugas kesehatan sangat berperan dalam peningkatan cakupan pelayanan kesehatan sesuai target yang diinginkan. Dukunga dari petugas kesehatan kepada masyarakat dapat berupa pendidikan kesehatan, deteksi dini atau pemeriksaan rutin, pengobatan atau rujukan dan upaya rehabilitatif. 1.12
Dukungan Keluarga Dari hasil analisis yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa secara proporsional dan
secara statistik terdapat perbedaan yang bermakna antara dukungan keluarga
dengan
pemanfaatan posyandu lansia. Dari 88 responden yang memanfaatkan sebanyak 65 responden dengan dukungan keluarga dan sebanyak 23 responden dengan tidak didukung keluarga. Hal ini menjelaskan dukungan keluarga sangat berperan penting dalam perilaku pemanfaatan pelayanan posyandu lansia. Keluarga mempunyai peran penting dalam pembinaan lanjut usia, baik di rumah maupun dalam kegiatan posyandu lanjut usia. Dengan peran optimal keluarga diharapkan semakin meningkatkan kualitas kesehatan dan mutu kehidupan para lanjut usia.Penelitian yang dilakukan ini sejalan dengan teori Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa perkawinan dan keluarga merupakan sumber dukungan yang paling penting (Notoatmodjo, 2003). 1.13
Dukungan Tokoh Masyarakat Menurut Green (1980) dalam Notoatmodjo (2010) perubahan perilaku pemanfaatan
pelayanan kesehatan di pengaruhi oleh faktor penguat (reinforcing faktor) meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan. Dari hasil analisis yang telah dilakukan dapat diketahui secara statistik diperoleh hasil bahwa kualitas pelayanan dan pemanfaatan posyandu lansia tidak mempunyai hubungan yang bermakna, akan tetapi secara proporsional didapatkan adanya perbedaan yang bermakna antara dukungan tokoh masyarakat dengan pemanfaatan posyandu lansia. Dari 88 responden yang memanfaatkan sebanyak 69 responden dengan dukungan tokoh masyarakat dan sebanyak 19 responden dengan tidak didukung oleh tokoh masyarakat. Kesimpulan
Analisis Faktor-Faktor ..., Rina Wartini, FKM UI, 2013
1.
Proporsi Pemanfaatan pelayanan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Mandasatan Kecamatan Mandastana masih rendah dari seluruh jumlah sampel yang digunakan 189 responden yang tidak memanfaatkan sebanyak 101 responden (53,4%).
2.
Hasil analisis univariat dari faktor predisposisi menunjukkan bahwa responden yang lebih banyak memanfaatkan posyandu lansia adalah kelompok umur pra lansia (4559 tahun) sebanyak 112 responden (59,3%), jenis kelamin perempuan sebanyak 103 responden (54,5%), pendidikan rendah sebanyak 117 responden (61,9%), bekerja sebanyak 126 responden (66,7%), pengetahuan baik 136 responden (72%), sikap positif sebanyak 127 responden (67,2%), nilai/keyakinan terhadap posyandu lansia sebanyak 181 responden (95,8%) dan kemampuan mobilitas sebanyak 169 responden (89,4%).
3.
Hasil analisis univariat dari faktor pemungkin menunjukkan bahwa kualitas pelayanan baik sebanyak 111 responden (58,7%) dan keterjangkauan tempat pelayanan sebanyak 112 responden (59,3%).
4.
Hasil analisis univariat dari faktor penguat menunjukkan bahwa responden didukung oleh petugas sebanyak 135 responden (71,4%), didukung oleh keluarga sebanyak 124 responden (65,6%) dan didukung oleh tokoh masyarakat sebanyak 156 responden (82,5%).
5.
Hasil uji statistik disimpulkan ada hubungan bermakna antara pendidikan, status pekerjaan, pengetahuan, sikap, mobilitas dan dukungan keluarga dengan rata-rata OR=2. Untuk mobilitas lansia dalam penelitian ini didapat hasil nilai OR= 20,159 yang berarti memiliki kecenderungan 20 kali lebih besar pengaruhnya dalam pemanfaatan posyandu lansia. Dari hasil tersebut, diharapkan dalam kegiatan posyandu lansia perlunya bagi petugas memperhatikan kondisi ketidak mampuan mobilitas lansia untuk mendapatkan pelayanan khusus berupa Home Car
SARAN 1.
Bagi Dinas Kesehatan -
Untuk meningkatkan program pelayanan lanjut usia di wilayah kerja Kabupaten Barito Kuala memerlukan kerjasama lintas program (Dinas Sosial, Gizi) dan lintas sektor terkait (Dinas Sosial, PKK dan LSM) serta melakukan advokasi kepada stakeholder (Pemda Kabupaten Barito Kuala) khususnya dalam penyediaan anggaran bagi Program Lanjut Usia.
- Untuk meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan lansia di Kabupaten Barito Kuala diperlukan pembinaan khususnya bagi petugas kesehatan serta pemenuhan
Analisis Faktor-Faktor ..., Rina Wartini, FKM UI, 2013
kebutuhan alat kesehatan sebagai penunjang pelayanan agar dapat meningkatkan kualitas pelayanan sesuai dengan SOP untuk pelayanan bagi kesehatan lansia. - Upaya peningkatan kesehatan pada lansia di posyandu haruslah diarahkan kepada upaya promoif, preventif, kuratif dan rehabilitatif secara komprehensif. Hal tersebut sangat berkaitan erat dengan keberhasilan pelayanan posyandu lansia dimana para lansia dapat memanfaatkan keberadaan posyadu yang mudah, terjangkau, berkualitas serta dapat diterima oleh masyarakat. 6.
Bagi Petugas Posyandu Lansia -
Rendahnya cakupan pemanfaatan pelayanan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Mandastana bagi kelompok usia lansia (> 60 tahun) memerlukan upaya proaktif dari petugas posyandu agar meningkatkan kemauan untuk merubah perilaku agar memanfaatkan pelayanan posyandu dengan intervensi melalui promosi kesehatan dimana teknik yang dilakukan melalui promosi kesehatan berupa penyuluhan atau dengan pemberdayaan masyarakat agar menadapat dukungan dari keluarga. Bagi lansia dengan ketidak mampuan mobilitas untuk memanfaatkan pelayanan bisa dilakukan dengan kunjungan rumah.
-
Dalam penyelenggaraan kegiatan posyandu lansia hendaknya dilaksanakan tepat waktu, mengingat keterbatasan fisik yang dialami para lansia sehingga waktu yang digunakan dapat sesingkat mungkin
-
Khusus bagi lansia dengan keterbatasan mobilitas, diharapkan bagi petugas kesehatan dapat memberikan pelayanan berupa Home Care.
3.
Bagi Peneliti Lain Penelitian tentang Posyandu Lansia ini dapat dilakukan dengan metode, analisis, variabel serta sampel yang lebih spesifik.
Daftar Referensi Azwar,A. (1996). Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta; Pustaka Sinar Harapan Badan Pusat Statistik, 2010 Bart Smet. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: Grasindo Depkes RI. (2003). Pedoman Pelatihan Kader Kelompok Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan. Jakarta : Depkes RI Depkes RI. (2003). Pedoman Pengelolaan Kegiatan Kesehatan di Kelompok Usia Lanjut. Jakarta : Depkes RI Depkes RI. (2000). Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan I Kebijaksanaan Program. Jakarta: Depkes RI Harimurti, K. (2011). Perawatan Usia Lanjut di Rumah. Salemba: FK UI http://promkes.depkes.go.id/download/panduan_HKS_2012.pdf...Menuju..Tua:..Sehat, Mandiri dan Produktif. Tanggal 02- Nopember 2012
Analisis Faktor-Faktor ..., Rina Wartini, FKM UI, 2013
http://healthmdgs.wordpress.com/2012/04/07/antusias-lansia-peringati-hari-kesehatansedunia/. Tanggal 01- Nopember- 2012 http://rehsos.depsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=1514.Tanggal 07Nopember- 2012 http://www.who.int/ageing/publications/upcoming_publications/en/index.html. Diakses Tanggal 20/12/12 jam 23.03. http://www.who.int/ageing/projects/age_friendly_cities_programme/en/index.html. Diakses Tanggal 20/12/13 jam 05.05. Kemenkes RI. (2010). Pedoman Pembinaan Kesehatan Lanjut Usia Bagi Petugas Kesehatan. Jakarta: Kemenkes RI Kemenkes RI. (2012). Menuju Tua;Sehat Mandiri Dan Produktif. Jakarta: Kemenkes RI Kepmenkes No. 128/MENKES/SK/II/2004 Tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat Indikator Standar Pelayanan Minimal. Kepmenkes No. 1457/MENKES/SK/X/2003 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Di Kabupaten/Kota. Komnas Nasional Lanjut Usia. (2006). Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia. Jakarta: Komnas Lansia. Komnas Nasional Lanjut Usia. (2006). Buku Pedoman Lanjut Usia. Jakarta: Komnas Lansia. Komnas Nasional Lanjut Usia. (2010). Aksesibilitas dan Kemudahan Dalam Penggunaan Sarana dan Prasarana. Jakarta: Komnas Lansia. Lemeshow. et al. (1997). Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: GMUP. Manuaba, I.B.G. (1998). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC. Mc.Intyre, Atwal. (2005). Occupational Therapy and Older People. London: Blackwell Publishing Notoatmodjo,S. (2003). Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo,S. (2005). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Nugroho, Wahyudi. ( 2000). Keperawatan Gerontik. Edisi: 2. Jakarta: EGC. Undang-Undang RI No. 13 Tahun 1998 Tentag Kesejahteraan Lanjut Usia Undang-Undang RI No. 29 Tahun 2003 Tentag Sistem Pemdidikan nasional Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2009 Tentag Kesehatan
Analisis Faktor-Faktor ..., Rina Wartini, FKM UI, 2013