45
PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TENTANG POSYANDU LANSIA TERHADAP KEAKTIFAN LANSIA DI POSYANDU LANSIA (Studi Eksperimental di Dusun Paron II, Wilayah Kerja Puskesmas Ngasem) Widhi Sumirat Dosen Akper Pamenang, Pare - Kediri
Posyandu for Elderly is the unit developed by government policies that operated by health care tenagers and cadre through health programs aimed at increasing coverage of health services in accordance with the needs of the elderly. With health promotion is expected to increase the knowledge of the elderly about the benefits of neighborhood health center, thus increasing the activity of which is expected to improve the health status of the elderly. However, the utilization of current Posyandu is still not maximal. The purpose of this study is to determine the effect of health promotion to the activeness of elderly to Posyandu. Design used in this study was pre-experimental research with one group- pre and post test approach. Population of the study is and the samples are members of the neighborhood health center anvil Paron II amounted to 12 people. The results showed that an increase in the activity indicated an increase in average attendance from before and after given health promotion that is from 1,33 to 3,75. And increase the probability value active members before and after given health promotion from 0 to 0,208. Data analysis was done by comparing the activity of the elderly before and after treatment, was analyzed manually using descriptive analysis to determine the average value or mean liveliness. From the discussion above shows that there is increased activity of the elderly after given health promotion, this means that health promotion proved to increase the liveliness of the elderly.
Keywords: Health Promotion, Posyandu Elderly, Livelines hipertensi dari anggota yang tidak aktif lebih sering dari anggota yang aktif. Berkaitan dengan pentingnya posyandu bagi lansia, para kader dan petugas kesehatan telah memberikan promosi kesehatan terutama bagi para anggota yang terdaftar untuk selalu aktif mengikuti posyandu lansia, karena Namun masyarakat banyak yang belum mengetahui tentang pentingnya posyandu lansia. Data yang diperoleh dari pernyataan pihak dinas kesehatan Jawa Timur jumlah posyandu lansia tahun 2009 di Jawa Timur sebanyak 5.245 posyandu lansia, sedangkan lansia yang terlayani baru sekitar 21,25%. Di Kabupaten Kediri jumlah lansia tahun 2009 sebanyak 181.094 jiwa atau 11 % dari total jumlah penduduk yang mencapai 1.520.762 jiwa. Sedangkan jumlah posyandu
Latar Belakang Posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan lansia yang penyelenggaraannya melalui program puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya (Erfandi, 2008). Dimana pembentukan posyandu lansia secara garis besar ditujukan untuk meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia, mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat swasta dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan usia lanjut (Erfandi, 2008). Manfaat mengikuti posyandu lansia dapat digambarkan dengan adanya tingkat kekambuhan
Jurnal AKP
45
No. 4; 1 Juli – 31 Desember 2011
46
lansia di Kabupaten Kediri berjumlah 279 posyandu (Rahadi, 2009). Berdasarkan studi pendahuluan di kelurahan Dusun Paron Kecamatan Ngasem tanggal 10 Oktober 2009 didapatkan data bahwa jumlah penduduk lansia di Dusun Paron II Kecamatan Ngasem Kabupaten Kediri sebanyak 180 lansia, hanya 30 lansia atau sekitar 16,7% yang terdaftar sebagai anggota posyandu lansia. Sedangkan promosi kesehatan tentang posyandu lansia sudah diberikan setiap kali ada pertemuan anggota masyarakat di Dusun Paron baik pertemuan secara formal maupun secara informal. Ternyata dari 30 lansia yang mengikuti posyandu sejak awal, sampai saat ini tinggal 18 lansia yang masih aktif. Hal ini menunjukkan bahwa keaktifan lansia di posyandu masih kurang. Beberapa faktor yang mempengaruhi keaktifan lansia dinposyandu adalah pengetahuan, jarak rumah dengan posyandu lansia, dan dukungan keluarga terhadap lansia. Menurut Notoatmodjo (2007) promosi kesehatan pada hakekatnya ialah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok, atau individu dengan harapan masyarakat, kelompok, atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik, sehingga pengetahuan tersebut dapat berpengaruh terhadap perilaku keaktifan hadir di posyandu lansia, sehingga status kesehatan lansia bisa terpantau dan resiko kekambuhan penyakit bisa menurun. Berdasarkan keterangan dari Dinkes (2010) bahwa target pencapaian standart pelayanan minimal kesehatan lansia sebesar 70% pertahun dari jumlah lansia yang ada. Adanya promosi kesehatan diharapkan pengetahuan lansia tentang posyandu akan meningkat, sehingga keinginan untuk aktif dalam kegiatan posyandu lansia menjadi lebih besar atau dengan kata lain lansia akan menjadi lebih aktif dalam posyandu. Dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh promosi kesehatan tentang posyandu lansia terhadap keaktifan lansia di posyandu lansia Dusun Paron II Kecamatan Ngasem tahun 2010.
Jurnal AKP
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan masalah sebagai berikut “Apakah ada pengaruh antara promosi kesehatan tentang posyandu lansia terhadap keaktifan lansia di Posyandu lansia dusun Paron II kecamatan Ngasem kabupaten Kediri tahun 2010?” Tujuan Penelitian Menganalisis pengaruh promosi kesehatan tentang posyandu lansia terhadap keaktifan lansia di posyandu lansia dusun Paron II kecamatan Ngasem tahun 2010. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan desain pra eksperimental yaitu one group pre-post test design dimana peneliti melakukan observasi terhadap satu kelompok sampel yaitu lansia yang berusia 60-69 tahun yang hadir pada waktu sebelum dan sesudah diberi perlakuan (penyuluhan). Terdapat dua variabel dalam penelitian ini di antaranya adalah : 1. Variabel Independen: promosi kesehatan tentang posyandu lansia. 2. Variabel dependen : keaktifan lansia di posyandu. Waktu penelitian pada tanggal 15 Maret 2010 sampai tanggal 25 Mei 2010, dilakukan di Posyandu Lansia Dusun Paron II, wilayah kerja Puskesmas Ngasem. Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh lansia yang sudah menjadi anggota posyandu dan tidak aktif mengikuti posyandu lansia di Dusun Paron II Kecamatan Ngasem Kabupaten Kediri sebanyak 12 orang. Pada penelitian ini tehnik sampling yang digunakan adalah sampling jenuh, yaitu dengan cara mengambil seluruh anggota populasi menjadi sampel. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengukuran observasi
46
No. 4; 1 Juli – 31 Desember 2011
47
terstruktur yaitu peneliti secara cermat mendefinisikan apa yang akan diobservasi melalui suatu perencanaan yang matang (Nursalam, 2008). Dalam penelitian ini alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah satuan acara penyuluhan (SAP), leaflet, dan juga lembar observasi yang berisikan daftar hadir responden selama 6 kali pertemuan. Leaflet adalah lembaran kertas berukuran kecil yang mengandung pesan tercetak untuk disebarkan kepada umum sebagai informasi mengenai suatu hal atau peristiwa (Effendy, 2010). Analisa data dilakukan untuk mengetahui pengaruh promosi kesehatan tentang posyandu lansia terhadap keaktifan lansia di posyandu menggunakan uji analisis deskriptif dengan menghitung probabilitas responden yang tidak aktif menjadi aktif sebelum dan sesudah diberi promosi kesehatan tentang posyandu lansia.
b. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
25% 75%
Laki-laki
Diagram 2 : Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin di posyandu lansia Dusun Paron II Kecamatan Ngasem tahun 2010. Diagram di atas menunjukkan bahwa dari 12 responden yang diteliti, lebih dari setengah responden yaitu 75% atau 9 responden berjenis kelamin perempuan, 25% atau 3 responden berjenis kelamin laki-laki.
Hasil Penelitian a. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia 16,67% 8,33%
60 tahun 33,33%
63 tahun
c. Karakteristik Responden Berdasarkan Tempat Tinggal
64 tahun 16,67%
16,67%
Perempuan
65 tahun 67 tahun 69 tahun
41,67%
8,33%
58,33%
Diagram 1 : Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia di posyandu lansia Dusun Paron II Kecamatan Ngasem tahun 2010.
RT 19
Diagram 3. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan tempat tinggal di posyandu lansia Dusun Paron II Kecamatan Ngasem tahun 2010
Diagram di atas menunjukkan bahwa dari 12 responden yang diteliti 33,33% atau 4 responden berusia 60 tahun, 16,67% atau 2 responden berusia 63 tahun, 16,67% atau 2 responden berusia 64 tahun, 8,33% atau 1 responden berusia 65 tahun, 8,33% atau 1 responden berusia 67 tahun, 16,67% atau 2 responden berusia 69 tahun.
Jurnal AKP
RT 20
Diagram di atas menunjukkan bahwa dari 12 responden yang diteliti lebih dari setengah responden yaitu 58,33% atau 7
47
No. 4; 1 Juli – 31 Desember 2011
48
responden bertempat tinggal di lingkungan RT 19 dan 41,67% atau 5 responden bertempat tinggal di lingkungan RT 20.
7 8 9 10 11 12 Total
d. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan 8,33%
41,67%
50,00%
Tidak aktif Tidak aktif Tidak aktif Tidak aktif Tidak aktif Tidak aktif
Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa dari 12 responden yang diteliti seluruh atau 12 responden hadir dalam kegiatan posyandu lansia sebanyak 1-2 kali dalam 3 minggu terakhir dan termasuk dalam kategori tidak aktif dengan nilai rata-rata kehadiran 1,33.
Tani Ibu rumah tangga Mengasuh cucu
Diagram 4. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan pekerjaan di posyandu lansia Dusun Paron II Kecamatan Ngasem tahun 2010. Berdasarkan diagram tersebut menunjukkan bahwa dari 12 responden yang diteliti, 50% atau 6 responden bekerja sebagai petani, 42,67% atau 5 responden sebagai ibu rumah tangga, 8,33% atau 1 responden mengasuh cucu.
f. Karakteristik responden berdasarkan keaktifan lansia setelah diberikan promosi kesehatan tentang posyandu lansia Tabel 2 : Tabel kehadiran responden setelah diberi promosi kesehatan tentang posyansu lansia di Dusun Paron II Kecamatan Ngasem tahun 2010. Kehadiran Kategori No. Resp. Sesudah Keaktifan 1 4 Kurang aktif 2 1 Tidak aktif 3 1 Tidak aktif 4 2 Tidak aktif 5 4 Kurang aktif 6 3 Kurang aktif 7 5 Aktif 8 5 Aktif 9 4 Kurang aktif 10 6 Aktif 11 5 Aktif 12 5 Aktif Total 45
e. Karakteristik Responden Berdasarkan Keaktifan lansia sebelum tentang diberikan promosi kesehatan tentang posyandu lansia Tabel 1 : Tabel kehadiran responden sebelum diberi promosi kesehatan tentang posyandu lansia di Dusun Paron II Kecamatan Ngasem tahun 2010. Kehadiran Kategori No. Resp. Sebelum Keaktifan 1 1 Tidak aktif 2 1 Tidak aktif 3 1 Tidak aktif 4 1 Tidak aktif 5 1 Tidak aktif 6 1 Tidak aktif
Jurnal AKP
2 2 1 1 2 2 16
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa setelah diberi promosi kesehatan tentang posyandu lansia, dari 12 responden 48
No. 4; 1 Juli – 31 Desember 2011
49
yang sebelumnya tidak aktif rata-rata termasuk kategori kurang aktif atau mean sebesar 3,75. g. Hasil analisis pengaruh promosi kesehatan terhadap keaktifan lansia di Posyandu Lansia. Berikut ini adalah tabulasi silang dari hasil distribusi karakteristik keaktifan responden sebelum dan sesudah diberi promosi kesehatan. Tabel 3 : Tabulasi silang antara karakteristik responden berdasarkan kehadiran lansia sebelum dan sesudah diberi promosi kesehatan tentang posyandu lansia di Dusun Paron II Kecamatan Ngasem tahun 2010. Promosi kesehatan
Sebelum Sesudah Total
merupakan suatu fungsi yang dibentuk oleh kesadaran, dan kesadaran itu sendiri pastilah dibentuk oleh berbagai bentuk kesadaran diluar dirinya. Keaktifan adalah suatu kegiatan yang terjadi mendekati atau cenderung teratur. (Rahayu, 2005) Keaktifan lansia di posyandu dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya adalah pengetahuan, jarak rumah dengan lokasi posyandu, dukungan keluarga. Dari hasil pengambilan data umum, didapatkan hasil bahwa dari seluruh responden memiliki latar belakang pendidikan yang sama yaitu sekolah dasar, dan sebagian besar responden bertempat tinggal di lingkungan RT 19 yang lebih dekat dengan lokasi kegiatan posyandu lansia. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keaktifan lansia sebagian besar disebabkan karena pengetahuan responden yang masih kurang, hal ini ditunjang dengan pekerjaan responden yang sebagian besar sebagai petani, sehingga tidak mengetahui secara pasti kegiatan-kegiatan posyandu lansia yang ada di lingkungannnya.
Keaktifan Kurang Tidak Total Aktif Aktif Aktif 0 (0,00%) 5 (41,67%)
0 (0,00%) 4 (33,33%)
12 (100%) 3 (25%)
5
4
15
12 12 24
2. Keaktifan lansia di posyandu lansia dusun Paron II Kecamatan Ngasem setelah diberikan promosi kesehatan tentang posyandu lansia. Keaktifan lansia setelah diberikan promosi kesehatan selama 6 kali observasi, rata-rata kehadiran lansia anggota posyandu meningkat dari yang awalnya 1,33 dan termasuk kategori tidak aktif menjadi 3,75 dan termasuk dalam kategori kurang aktif. Keaktifan adalah suatu kegiatan yang terjadi mendekati atau cenderung teratur (Rahayu, 2005). Salah satu faktor yang mempengaruhi keaktifan lansia di posyandu lansia adalah pengetahuan (Erfandi, 2010). Promosi kesehatan pada hakekatnya ialah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok, atau individu (Notoatmodjo, 2007). Dengan adanya pesan tersebut maka diharapkan masyarakat, kelompok, atau
Berdasarkan pada tabel di atas dapat diketahui hasil pemberian promosi kesehatan pada responden dan didapatkan hasil, bahwa dari responden yang keseluruhannya tidak aktif hadir di posyandu lansia menjadi aktif dengan nilai probabilitas responden aktif sebelumnya adalah 0, setelah diberi promosi kesehatan nilai probabilitas responden aktif naik menjadi 0,208 Pembahasan 1. Keaktifan lansia di posyandu Dusun Paron II Kecamatan Ngasem sebelum diberikan promosi kesehatan. Kehadiran responden sebelum diberikan promosi kesehatan menunjukkan bahwa dari 12 responden yang diteliti dalam 3 minggu terakhir rata-rata 1,33 dan termasuk dalam kategori tidak aktif. Keaktifan adalah respon dari sikap positif terhadap sesuatu keadaan. Keaktifan
Jurnal AKP
49
No. 4; 1 Juli – 31 Desember 2011
50
individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Pengetahuan tersebut akhirnya diaharapkan dapat berpengaruh terhadap perilaku. Dangan kata lain, adanya promosi tersebut diharapkan dapat membawa akibat terhadap perilaku sasaran (Soekidjo Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu lansia ini dapat diperoleh dari pengalaman pribadi dalam kehidupan seharihari. Dengan menghadiri kegiatan Posyandu, lansia akan mendapatkan promosi kesehatan tentang berbagai macam kegiatan-kegiatan posyandu yang dapat membantu mengatasi masalah kesehatan lansia seperti bagaimana cara hidup sehat dengan segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang melekat pada mereka. Dengan pengalaman ini, pengetahuan lansia menjadi meningkat, yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan Posyandu lansia. Setelah diberikan promosi kesehatan berupa penyuluhan tentang posyandu lansia terjadi perubahan perilaku responden dimana didapatkan bahwa dari keseluruhan responden mengalami peningkatan keaktifan yaitu dari yang awalnya rata-rata 1,33 dab termasuk dalam kategori tidak aktif menjadi rata-rata 3,75 dan termasuk dalam kategori kurang aktif. Hal tersebut kemungkianan dapat terjadi karena adanya pemberian promosi kesehatan yang sesuai dengan prosedur. Sehingga pemberian promosi kesehatan tersebut secara tidak langsung dapat merubah perilaku para responden dari sebelumnya.
nilai probabilitas responden aktif sebelum diberi promosi keshatan dan sesudah diberi promosi kesehatan dari 0 meningkat menjadi 0,208. Keaktifan adalah suatu kegiatan yang terjadi mendekati atau cenderung teratur (Rahayu, 2005). Salah satu faktor yang mempengaruhi keaktifan lansia di posyandu lansia adalah pengetahuan (Erfandi, 2010). Promosi kesehatan pada hakekatnya ialah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok, atau individu (Notoatmodjo, 2007). Faktor – faktor yang mempengaruhi promosi kesehatan diantaranya adalah input yaitu sasaran pendidikan (individu, kelompok, masyarakat), dan pendidik (pelaku pendidikan), proses (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain), dan output (melakukan apa yang diharapkan atau perilaku). Menurut peneliti, perbedaan perubahan perilaku pada masing-masing perilaku berbeda-beda. Hal tersebut dikarenakan banyak faktor. Mulai dari perbedaan usia, kesadaran diri dari setiap responden yang berhubungan dengan tingkat pendidikan, lingkungan tempat tinggal dan juga pemahaman tentang posyandu lansia itu sendiri. Jadi ketidakseragaman hasil atau pengaruh dari promosi kesehatan yang dilakukan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa jika menginginkan hasil yang maksimal dalam memberikan promosi kesehatan perlu memperhatikan banyak hal. Kesimpulan 1. Identifikasi keaktifan lansia sebelum diberikan promosi program posyandu yang menjadi anggota tidak aktif posyandu lansia dusun Paron II kecamatan Ngasem didapatkan hasil dari seluruh responden termasuk dalam kategori tidak aktif, yaitu 1-2 kali hadir mengikuti kegiatan posyandu lansia dalam 3 minggu terakhir atau 6 kali pertemuan
3. Analisis pengaruh promosi kesehatan tentang posyandu lansia terhadap keaktifan lansia di Posyandu Dusun Paron II Kecamatan Ngasem tahun 2010. Berdasarkan pada hasil penelitian dapat diketahui hasil pemberian promosi kesehatan pada responden didapatkan hasil, dari responden yang keseluruhannya tidak aktif hadir di posyandu lansia menjadi aktif dengan
Jurnal AKP
50
No. 4; 1 Juli – 31 Desember 2011
51
2. Identifikasi kehadiran lansia setelah di berikan promosi tentang program posyandu lansia di dusun Paron II Kecamatan Ngasem didapatkan hasil dari 12 responden yang diteliti mengalami peningkatan kehadiran rata-rata 3,75 atau rata-rata responden kurang aktif. 3. Analisis pengaruh promosi tentang program posyandu lansia antara sebelum dan sesudah diberikan promosi program posyandu lansia di dusun Paron II didapatkan hasil bahwa pemberian promosi kesehatan tentang posyandu lansia dapat meningkatkan keaktifan lansia di posyandu. Hal ini ditunjukkan dari peningkatan rata-rata kehadiran dari sebelum diberi promosi kesehatan dan setelah diberi promosi kesehatan yaitu dari 1,33 menjadi 3,75. Dan peningkatan nilai probabilitas anggota aktif sebelum dan sesudah diberi promosi kesehatan dari 0 menjadi 0,208.
Jurnal AKP
Saran 1. Bagi Institusi Kesehatan Disarankan untuk lebih meningkatkan frekuensi promosi kesehatan, merubah metode penyampaian promosi kesehatan misalnya, di dalam ruangan atau di luar ruangan, secara individu maupun kelompok, dan sebagainya. 2. Bagi Institusi Pendidikan Disarankan kepada institusi kesehatan untuk lebih memodifikasi kurikulum promosi kesehatan. Perpustakaan lebih dilengkapi dengan buku atau poster yang berisi tentang materi pengenalan program kesehatan dari pemerintah, dan menganalisis permasalahan permasalahan di masyarakat yang berkenaan dengan keperawatan. 3. Bagi Peneliti Membuka diri untuk ilmu pengetahuan baru. Melibatkan diri dalam kegiatan kemasyarakatan terutama yang berhubungan dengan masalah kesehatan dan lebih banyak belajar menganalisis permasalahanpermasalahan yang terjadi yang berhubungan dengan keperawatan.
51
No. 4; 1 Juli – 31 Desember 2011