PENGARUH MEMBACA AL-QUR’AN TERHADAP KUALITAS TIDUR LANSIA DI POSYANDU LANSIA MATAHARI SENJA KELURAHAN KEDUNGDORO SURABAYA
Eka Ratna Mustika, Dya Sustrami., S.Kep., Ns., M.Kes.
Fakultas Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya
ABSTRAK Perubahan yang dialami lansia mencakup kelatenan tidur, terbangun pada dini hari, dan peningkatan jumlah tidur pada siang hari, hal tersebut dapat mempengaruhi kualitas tidur lansia. Melalui membaca Al-Qur‟an, dapat mempenaruhi hipothalamus untuk mengeluarkan hormon endorfin untuk berfungsi untuk merespon stres dan merilekskan tubuh sehingga berpotensi untuk mempengaruhi tidur lansia. Desain penelitian Pre eksperimental dengan metode One Group Pretest-Posttest. Populasi lansia yang dapat membaca Al-Qur‟an dengan jumlah sampel 19 orang di Posyandu Lansia Matahari Senja Kelurahan Kedungdoro Surabaya kriteria inklusi dipilih dengan teknik probability sampling dengan simple random sampling. Instrument penelitian menggunakan kuisioner Pittsburgh Sleep Quality Index dan lembaran berisi surat-surat AlQur‟an terpilih dan terjemahannya. Hasil penelitian sebelum membaca Al-Qur‟an, 1 responden yang memiliki kualitas tidur baik (5.3%) dan 18 responden memiliki kualitas tidur buruk (94.7%). Hasil setelah membaca Al-Qur‟an 13 responden (68.4%) memiliki kualitas tidur baik dan 6 responden (31.6%) memiliki kualitas tidur buruk. Paired T-Test menunjukkan pengaruh membaca Al-Qur‟an terhadap kualitas tidur lansia dengan tingkat singnifikasi ρ = 0,000 (ρ ≤ 0,05). Implikasi penelitian ini adalah membaca Al-Qur‟an dengan tartil dan terjemahan yang dibaca dalam hati sebelum tidur dapat memberikan pengaruh terhadap kualitas tidur lansia.
Kata Kunci
: Membaca Al-Qur’an, Kualitas Tidur, Lansia
Pendahuluan Lansia adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun keatas (Depkes RI, 2013). Pada lansia terjadi penurunan fisik, sosial dan psikologis. Perubahan fungsi fisiologis dan psikologis dapat mempengaruhi pola tidur lansia, sehingga terjadi gangguan tidur pada lansia. Perubahan yang dialami lansia mencakup kelatenan tidur, terbangun pada dini hari, dan peningkatan jumlah tidur pada siang hari (Stanley, 2006). Terapi farmakologis yang diberikan untuk menangani masalah tidur dapat memberi banyak masalah daripada keuntungan. Lansia seringkali menggunakan variasi obat untuk mengontrol atau mengatasi penyakit kronik, dan efek kombinasi dari beberapa obat dapat mengganggu tidur secara serius (Potter, 2005). Terapi komplementer digunakan sebagai tambahan untuk terapi konvensional, terapi komplementer tersebut meliputi relaksasi, olah raga, pijat, doa, hypnotherapy, dan lain-lain (Potter dan Perry, 2010). Membaca Al-Qur‟an termasuk terapi komplementer berdoa. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Posyandu Lansia Matahari Senja Kelurahan Kedungdoro Surabaya terdapat 45 anggota lansia yang berusia lebih dari 60 tahun. Dari studi pendahuluan yang telah dilakukan di Posyandu Lansia Matahari Senja Kelurahan Kedungdoro Surabaya pada 23 orang lansia terdapat 17 orang lansia yang mengalami gangguan tidur, dan 6 orang tidak mengalami gangguan tidur. hasil studi pendahuluan di lapangan dari 45 orang
anggota lansia di Posyandu Lansia Matahari Senja Kelurahan Kedungdoro Surabaya, ada 20 orang yang dapat membaca Al-Qur‟an. Ditemukan ada beberapa teori yang mengungkapkan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tidur menurut Kozier (2010) dan Potter dan Perry (2005), ada penyakit, obat-obatan, gaya hidup, stes emosional, dan lingkungan. Dan menurut Rafiudin (2004) pada orang yang lebih tua umumnya mengalami pengurangan sekret dari beberapa zat kimia yang mengatur siklus tidur/ siklus bangun dari mulai melatonin (substansi yang diproduksi kelenjar pineal yang memicu keinginan tidur) sampai produksi hormon pertumbuhan. Faktorfaktor tersebut bisa menyebabkan atau konsekuensi dari masalah-masalah tidur. Menurut Stanley (2006) bila lansia mengalami gangguan tidur terus menerus akan berdampak pada penurunan kesehatan, menjadi pelupa, konfusi, dan disorientasi. Pentingnya pembacaan Al-Qur‟an dengan lisan dan pemahaman maknanya akan memberikan kesan dan efek lebih pada tubuh. Fisiologi membaca Al-Qur‟an tersebut menjadi beberapa tahap yaitu tertangkapnya cahaya yang menyinari (menerangi) huruf-huruf Al-Qur‟an, kemudian terkirimnya sinyal dari retina menuju ke sistem susunan saraf pusat, dari sistem saraf pusat diperintahlah organ-organ bicara seperti mulut, hidung, dan tenggorokan. Setelah telinga mendengar suara bacaan Qur‟an tersebut disalurkankanlah impuls ke thalamus kemudian diteruskan area prefrontal (pemaknaan peristiwa, makna yang
terkandung dalam Qur‟an). Lalu impuls dilanjutkan ke hipokampus (pusat ingatan emosional) dan amigdala (pusat emosi), kemudian rangsangan diteruskan ke hipothalamus (Pedak, 2009). Hipotalamus mengeluarkan hormon yang berkaitan dengan ACTH, yaitu ACTH, endorphin, dan MSH. Endorphin disebut endogenus opiates karena berasal dari dalam tubuh dan efeknya menyerupai efek heroin dan morfin. Zat ini berkaitan dengan penghilang nyeri alamiah dan berfungsi untuk merespon stress atau olah raga (Ethel, 2003). Oleh karena itulah terapi komplemener membaca Al-Qur‟an dan murottal Al-Qur‟an memiliki potensi meningkatkan kualitas tidur. Minat membaca Al-Qur‟an di posyandu lansia sangat beragam, beberapa orang menjadikan membaca Al-Qur‟an sebagai rutinitas harian atau mingguan. Namun beberapa lansia enggan membaca, atau ada yang ingin membaca Al-Qur‟an namun merasa keluh lidahnya sehingga mengurungkan untuk membaca. Pada intervensi penelitian yang akan diberikan peneliti sebelumnya akan memberikan health education yang sebaiknya dilakukan sebelum tidur dan pemberian motivasi agar lansia dapat mewujudkan minat membaca Al-Qur‟an. Diharapkan membaca Al-Qur‟an sebelum tidur dalam meningkatkan kualitas tidur lansia dan yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesehatan lansia. Bahan dan Metode penelitian ini menggunakan rancangan pre eksperimental dengan metode One Group Pretest-Posttest. Penelitian ini tidak melibatkan kelompok pembanding (kontrol)
tapi hanya kelompok perlakuan. Pada kelompok perlakuan sebelumnya akan diobservasi awal (pretest) setelah itu akan diobservasi yang terakhir (posttest) yang memungkinkan dapat menguji perubahan yang terjadi setelah adanya perlakuan (Nursalam, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang dapat membaca Al-Qur‟an di Posyandu Lansia Matahari Kelurahan Kedungdoro Surabaya berjumlah 20 lansia. Dalam pemilihan sampel, peneliti menetapak kriteria inklusi sebagai berikut: a. Responden yang menjadi anggota Posyandu Lansia Matahari Senja Kelurahan Kedungdoro Surabaya b. Responden yang beragama Islam c. Responden yang bisa membaca Alqur‟an d. Responden yang bersedia menjadi responden kriteria adalah:
eksklusi
sampel penelitian ini
a. Responden yang gangguan mental
mengalami
b. Responden yang gangguan pendengaran
mengalami
c. Responden yang bepergian selama penelitian Penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling. Teknik pengambilan sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi secara acak (Nursalam, 2013).
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah terapi membaca AlQur‟an. variabel dependentnya adalah kualitas tidur lansia. Instrumen dalam penelitian ini adalah lembar surah yang dipilih dan terjemahannya, lembar observasi membaca al-qur‟an, dan lembar kuisioner PSQI (Pittsburgh Sleep Quality Index). instrumen yang variabel, yaitu:
digunakan
pada
tiap
1. Dalam penelitian ini intrumen variabel independennya menggunakan lembar surah Al-Fatihah, Al-Baqoroh ayat 255, 284, 285, dan ayat 286, surah Al-Ikhlash, Al-Falaq, dan Surah An-Nas. Semua ayat tersebut diberi terjemahan. Peneliti juga menggunakan lembar observasi untuk keteraturan lansia dalam membaca surah tersebut selama 6 hari. Adapun makna yang terkandung dalam tiap surah adalah Al Fatihah berisi kemaknaan tentang kebesaran Allah; Al Baqoroh berisi kemaknaan tentang kekhalifan manusia; Al Ikhlas berisi tentang menegaskan keesaan Allah sembari menolak segala bentuk penyekutuan terhadapNya; Al Falaq berisi tentang perintah agar kita berlindung kepada Allah dari segala macam kejahatan; An Nas berisi anjuran manusia memohon perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan baik yang berasal dari golongan manusia maupun jin. 2. Variabel dependen yaitu kualitas dan kuantitas tidur, diukur dengan menggunakan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), yang terdiri dari 19 pertanyaan. pertanyaan tersebut
mengandung 7 komponen yaitu kualitas tidur subjektif, latensi tidur (kesulitan memulai tidur), lama tidur malam, efisiensi tidur (prosentase lama tidur dibandingkan lama ditempat tidur), gangguan ketika tidur malam, penggunaan obat tidur, dan tergganggunya aktivitas siang hari. Interpretasi akhir dari 7 komponen pertanyaan adalah dengan menjumlahkan skor dari masing-masing komponen. Kualitas tidur dikatakan baik bila didapatkan nilai ≤ 5, dan kualitas tidur buruk bila nilai ˃ 5. Uji statistik yang digunakan adalah uji statistik parametrik Paired T-Test dengan tingkat kemaknaan α ≤ 0.005. Dalam pengolahan data ini dilakukan menggunakan komputer. Hasil Penelitian Karakteristik usia responden yang berusia 60 -70 tahun terdapat 12 responden (63.2 %), dan usia 71 – 80 tahun sebanyak 7 responden (36.8 %). Semua responden berjenis kelamin perempuan (100%) berjumlah 19 responden. Status pernikahan yang paling banyak adalah janda/duda 13 responden (68.4 %) dan menikah sebanyak 6 responden (31.6 %). Semua responden tidak berolah raga yang berlebihan (100%). Responden hanya beraktivitas semampunya atau tidak beraktivitas berat, seperti menanam tanaman, memasak, membersihkan rumah semampunya, jalanjalan di sekitar rumah, dan lain-lain. Semua responden tidak mengkonsumsi alkohol dan merokok (100%). Didapatkan 14 responden (73.7%) tidak mengkonsumsi kopi dan 5 responden (26.3%) gemar mengkonsumsi kopi. Didapatkan data 5
responden (26.3%) sedang memiliki masalah dan 14 responden (73.7%) tidak sedang memiliki masalah. Suhu sedang yang diinginkan responden sebanyak 16 responden (84.2%), 3 responden (15.8%) yang menyukai suhu dingin saat tidur, dan tidak responden yang menginginkan suhu cukup hangat. Responden yang terbiasa tidur dalam keadaan gelap 6 responden (31.6%), yang terbiasa tidur dalam keadaan terang 11 responden (57.9%), dan yang terbiasa tidur dalam keadaan gelap maupun terang 2 responden (10.5%). Diatas responden yang tidak memiliki teman sekamar saat tidur 6 responden (31.6%) dan yang memiliki teman sekamar saat tidur ada 13 responden (68.4%).
memiliki kualitas tidur baik dan 18 lansia memiliki kualitas tidur buruk. Setelah dilakukan intervensi membaca Al-Qur‟an beserta terjemahannya selama 6 hari berturut-turut didapatkan hasil 13 lansia memiliki kualitas tidur baik dan 7 lansia memiliki kualitas tidur buruk. Lansia yang mengalami perubahan kualitas tidur
Kualitas tidur lansia sebelum dilakukan intervensi membaca Al-Qur‟an dan terjemahannya, didapatkan data 1 lansia 5.1 Tabel perbandingan kualitas tidur sebelum dan sesudah setelah membaca Al-Qur‟an `di Posyandu Lansia Matahari Senja Kelurahan Kedungdoro Surabaya
Pre Test Intervensi Kualitas Tidur Baik
Post Test Intervensi
Kualitas Tidur Buruk
Kualitas Tidur Baik
Perubahan Skor
Kualitas Tidur Buruk
Penurunan Skor
Tetap
Penambahan Skor
N
%
N
%
N
%
N
%
N
%
N
%
N
%
1
5.3
18
94.7
13
68.4
6
31.6
17
89.5
2
10.5
0
0
Paired T-Test ρ. Value = 0,000
Pembahasan Sebelum Intervensi Membaca Al-Qur’an Hal ini disebabkan sesuai pendapat Kozier (2010) bahwa banyak lansia terbangun lebih sering dimalam hari dan mereka memerlukan waktu yang lama untuk dapat kembali tidur. Menurut pendapat Potter dan Perry (2005) perubahan pola tidur pada lansia disebabkan perubahan sistem saraf pusat yang mempengaruhi pengaturan tidur. Sehingga lansia sulit untuk mendapatkan kualitas tidur yang baik. Pada jenis kelamin responden semua perempuan, sebanyak 18 responden memiliki kualitas tidur buruk. Hal ini diperkuat pendapat Prasadja (2009) bahwa hormon progesteron dan esterogen dapat mempengaruhi irama sikardian dan pola tidur lansia perempuan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tidur lainnya adalah stress emosional. Menurut Kozier (2010) mengatakan seseorang yang pikirannya dipenuhi dengan masalah pribadi mungkin tidak mampu relaks dengan cukup untuk dapat tidur. Hal ini dikarenakan peningkatan kadar norephinerin dalam darah dapat mempengaruhi kurangnya waktu tidur Tahap IV NREM dan tidur REM serta lebih banyak perubahan dalam tahap tidur lain dan lebih sering terbangun. Menurut Kozier (2010) minuman yang mengandung kafein bekerja sebagai stimulant sistem saraf, sehingga mempengaruhi tidur. Selain faktor-faktor diatas ada satu faktor yang juga dapat mempengaruhi tidur, seperti suhu, dan pencahayaan waktu tidur.
Kozier (2010) mengatakan ketidaknyamanan akibat suhu lingkungan dan kurang ventilasi dapat mempengaruhi tidur. Kadar cahaya dapat menjadi faktor lain yang berpengaruh. Seseorang yang terbiasa tidur dalam gelap mungkin sulit pada keadaan terang. Menurut peneliti, masing-masing orang mempunyai kebiasaan sendiri dalam tidur baik suhu, pencahayaan dalam tidur, maupun terbiasa tidur sendiri atau mempunyai teman sekamar waktu tidur. Bila lansia tidur dalam keadaan yang tidak biasanya, kemungkinan lansia dapat merasa tidak nyaman dalam tidurnya dan itu membuat lansia mengalami gangguan untuk dapat tidur. Setelah Intervensi Membaca Al-Qur’an Hasil data kualitas tidur setelah intervensi membaca Al-Qur‟an yaitu 13 responden (68,4%) memiliki kualitas tidur baik dan 6 responden (31,6%) memiliki kualitas tidur buruk. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tidur seperti kecemasan yang dialami responden sebelum membaca Al-Qur‟an, setelah diintervensi membaca Al-Qur‟an responden yang mengalami kecemasan masih memiliki kualitas tidur buruk namun responden mengalami penurunan skor. Hal ini menurut Sherwood (2011) dikarenakan penguraian molekul prekusor besar pro-opiomelanokortin menghasilkan tidak saja ACTH tetapi juga β-endorfin yang mirip morfin, yang disekresikan bersama dengan ACTH pada stimulasi oleh CRH selama stress. Namun tidak hanya berhenti disana tetapi juga mempengaruhi sel endotel
untuk mengeluarkan mediator vasoaktif yaitu nitrat oksida dengan melemaskan sel otot polos disaluran napas, membantu saluran ini tetap terbuka untuk mempermudah udara keluar masuk paru, nitrat oksida juga mengarahkan aliran darah ke jaringan yang kekurangan O2 dan mungkin berperan dalam relaksasi otot rangka. Kemudian responden menjadi rileks dan tenang pada saat tidur sehingga mempengaruhi kualitas tidur menjadi lebih baik. Perbandingan Sebelum Intervensi dan Sesudah Intervensi Membaca Al-Qur’an Sebelum diberikan intervensi membaca Al-Qur‟an kualitas tidur responden sebagian besar (94.7%) memiliki kualitas tidur yang buruk. 1 responden memiliki kualitas tidur baik, selama sebulan terakhir responden tersebut merasa baik tidurnya, responden mulai ingin tidur malam sekitar pukul delapan malam dan hanya membutuhkan waktu lima menit untuk dapat tertidur. Responden tersebut biasanya terbangun hanya untuk minum lalu tidur kembali, tidak membutuhkan waktu yang lama untuk dapat tertidur kembali. Hal ini mungkin dikarenakan responden merasa tenang dengan keadaan saat ini, anak cucunya sudah mapan kehidupannya dan tinggal bersama mereka (tidak kesepian). Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tidur menurut Kozier (2010) dan Perry Potter (2005) yaitu penyakit yang menyebabkan nyeri, obat-obatan yang dapat mempengaruhi kualitas tidur, gaya hidup seperti olah raga/aktivitas berlebihan, mengkonsumsi rokok, alkohol, dan kopi juga dapat mempengaruhi tidur, bukan
hanya itu stress emosional yang sedang dialami lansia juga sangat mempengaruhi tidurnya, dan lingkungan yang kurang mendukung juga dapat menghambat prosesnya tidur. Menurut Prasadja (2009) jenis kelamin perempuan juga mendapat masalah tidur pada usia lanjut karena letak pengaturan hormone progesterone dan esterogen dekat dengan hipotalamus sehingga mampu mempengaruhi kualitas tidur lansia. Responden yang terpilih semua dapat membaca Al-Qur‟an namun frekuensi membaca Al-Qur‟an sebelum intervensi masing-masing berbeda, peneliti menambahkan terjemahan di setiap ayat agar memudahkan responden dalam membaca Al-Qur‟an dan memahami terjemahannya. Pada saat membaca AlQur‟an melibatkan beberapa sistem penginderaan seperti indera penglihatan, kemampuan berbicara, dan yang paling penting juga pemerosesan di hipotalamus sehingga mempengaruhi pengeluaran hormon β-endorfin. Hasil yang didapat setelah membaca Al-Qur‟an cukup signifikan, menurut peneliti hal ini dikarenakan peneliti juga meminta responden membaca terjemahan selama enam hari berturut-turut, membaca Al-Qur‟an membutuhkan konsentrasi karena tidak hanya membaca biasa namun ada makhroj dan panjang-pendek dalam baca‟an tersebut yang harus dipatuhi, belum pula membaca terjemahan. Hal tersebut kemungkinan membuat lansia lelah, akhirnya dapat membuat mengantuk dan lansia lebih cepat tertidur.
Saat membaca Al-Qur‟an dan terjemahan menurut Pedak (2009) dan Sherwood (2011) dari lobus oksipital lalu dilanjutkan ke area Wernicke lalu ke area prefrontal. Area Wernicke ini mempunyai peran dalam pemahaman bahasa lisan dan tulisan. Area prefrontal juga mempunyai peran salah satunya pemrosesan sifat kepribadian. Terjemahan yang dibaca dapat mempengaruhi area prefrontal tersebut sehingga dapat mempengaruhi sisi kepribadian lansia. Dalam Sherwood (2011) saat terjadi pemrosesan di area Wernicke, disana juga langsung salurkan ke area Broca. Area wernicke pun memiliki tanggung jawab dalam memfomulasikan pola koheren bicara yang disalurkan melalui berkas-berkas serat ke daerah Broca. Area Broca mengendalikan kemampuan berbicara. Setelah area broca menyalurkan ke area motorik lalu mengucapkan kata-kata yang dilihat. Lalu telinga mendengar suara yang diucapkan. Pemrosesan pada indera pendengaran setelah area auditorik sama halnya pada area penglihatan, yaitu tetap melewati area wernicke dan prefrontal. Setelah itu melintasi hipokampus dan amigdala. Menurut Sherwood (2011) dan Baehr dan Frotscher (2010), hipokampus merupakan struktur sentral limbik dan berperan vital pada ingatan jangka pendek yang melibatkan integrasi berbagai rangsangan terkait serta penting bagi konsolidasi ingatan tersebut menjadi ingatan jangka panjang. Stimulasi eksperimental pada amigdala diketahui menimbulkan aktivasi afektif. Reaksi emosional, seperti kemarahan dan agresi, muncul dan disertai
reaksi oleh reaksi otonom seperti peningkatan tekanan darah, frekuensi denyut jantung, dan frekuensi pernapasan. Membaca Al-Qur‟an dengan menyuarakan dan membaca terjemahan dalam hati dapat mempengaruhi emosi dan ingatan si pembacanya. Sebagian besar responden mengaku mengalami ketenangan setelah intervensi membaca Al-Qur‟an dan terjemahannya. Dalam Qur‟an Surat Az Zumar ayat 23 menjelaskan bahwa “Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Qur‟an yang serupa (ayatayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulitnya dan hati mereka ketika mengingat Allah. itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa dibiarkan sesat oleh Allah, maka seorang pun yang dapat memberi petunjuk”. Sesuai pula dengan yang telah diungkapkan Ethel (2003) dari hipotalamus mengeluarkan hormon yang berkaitan dengan ACTH, yaitu ACTH, endorphin, dan MSH. Endorphin disebut endogenus opiates karena berasal dari dalam tubuh dan efeknya menyerupai efek heroin dan morfin. Menurut Sherwood (2011), secara spesifik sistem analgesik bergantung pada keberhasilan reseptor opiat. Opiat-opiat ini berfungsi sebagai neurotransmitter analgesik; mereka dibebaskan dari jalur analgesik desendens dan berikatan dengan reseptor opiat diujung serat nyeri aferen. Pengikatan ini menekan pelepasan substansi
P melalui inhibisi prasinaps, sehingga transmisi lebih lanjut sinyal nyeri dihambat Hal tersebut juga menyebabkan kontraktilitas otot vaskular berubah. menurut Sherwood (2011) Sel endotel, lapisan tunggal sel epitel khusus yang melapisi lumen semua pembuluh darah, melepaskan berbagai mediator kimiawi yang berperan kunci dalam mengatur kaliber arteriol secara lokal. Sel endotel mempunyai fungsi mengeluarkan bahan-bahan vasoaktif sebagai respon terhadap perubahan kimiawi dan fisika lokal; bahan-bahan ini menyebabkan relaksasi (vasodilatasi) atau kontraksi (vasokontriksi) otot polos bawahnya. Mediator vasoaktif lokal yang paling banyak dipelajari adalah nitrat oksida (NO), yang menyebabkan vasodilatasi arteriol lokal dengan memicu relaksasi otot polos arteriol disekitarnya. Zat ini dapat melakukannya dengan menghambat 2+ masuknya Ca pemicu kontraksi ke dalam sel-sel otot polos. Beberapa fungsi NO yaitu merelaksasi otot polos arteriol, melalui efek ini NO berperan dalam mengontrol aliran darah melalui jaringan dan dalam mempertahankan tekanan darah arteri rerata; melemaskan otot polos di saluran napas paru, membantu saluran ini tetap terbuka untuk mempermudah udara keluar masuk paru; mangarahkan aliran darah ke jaringan yang kekurangan O2; dan mungkin berperan dalam relaksasi otot rangka. Setelah diintervensi membaca AlQur‟an responden yang memiliki kualitas tidur baik menjadi 13 responden dan 6 responden memiliki kualitas tidur buruk. Namun perlu diperhatikan 17 responden mengalami penurunan skor dan 2 responden
tidak mengalami perubahan skor. Sebagian besar responden mengatakan tidurnya merasa lebih tenang, dan hasil wawancara responden mengalami perubahan latensi tidur. Rata-rata responden tetap terbangun pada malam hari, namun tidak membutuhkan waktu lama untuk tidur kembali. Beberapa responden mengakui sebelum intervensi sering bangun dini hari untuk melakukan sholat malam, namun responden tersebut tidak terbangun. 2 responden tidak mengalami perubahan skor. Menurut peneliti hal ini dikarenakan 1 responden kurang meresapi, dalam pengertian peneliti responden kurang ikhlas dan bersungguh-sungguh dalam membaca Al-Qur‟an dan terjemahan yang diberikan. 1 responden lain tidak mengalami perubahan skor menurut peneliti dikarenakan responden tersebut sudah sering membaca Al-Qur‟an dan terjemahannya, sehingga kurang memberi kesan terhadap responden. Berdasarkan hasil perbandingan diatas membuktikan bahwa membaca Al-Qur‟an memberikan pengaruh terhadap kualitas tidur lansia. Penutup Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan peneliti di Posyandu Lansia Matahari Senja Kedungdoro Surabaya dapat disimpulkan bahwa membaca Al-Qur‟an dengan tartil dan terjemahan yang dibaca dalam hati sebelum tidur dapat memberikan pengaruh terhadap kualitas tidur lansia.
Saran 1. Bagi Responden Metode membaca Al-Qur‟an dengan tartil dan memahami terjemahannya sebelum tidur dapat digunakan setiap hari untuk meningkatkan kualitas tidur, sehingga bisa mengurangi mengkonsumsi obat tidur. 2. Bagi posyandu lansia Acuan untuk menambah kegiatan di posyandu lansia dalam konteks ibadah untuk meningkatkan mutu tidur lansia dan kesehatan lansia. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Judul yang disarankan oleh peneliti untuk penelitian selanjutnya yaitu pengaruh membaca Al-Qur‟an terhadap peningkatan imunitas lansia.
Kepustakaan Arifin, Gus. 2009. Membuka Pintu Rahmat Dengan Membaca Al-Qur’an. Jakarta: Zikrul Hakim Asti. 2009. Pengaruh Al-Qur‟an Terhadap Fisiologi Dan Psikologi Manusia. Diakses pada tanggal 11april 2014 pukul 05.00, http://astitheminority.abatasa.co.id/p ost/detail/6971/pengaruh-alqur%E2%80%99an-terhadapfisiologi-dan-psikologi-manusia.html Baehr, Mathias., Michael Frotscher. 2010. Diagnosis Topic Neurologi Duus: Anatomi, Fisiologi, Tanda, Gejala. Jakarta: EGC BPS Jawa Timur 2012, Profil Lanjut Usia Jawa Timur. Badan Pusat Statistic
Jawa Timur. diakses tanggal 4 Maret 2014 jam 09.13 http://jatim.bps.go.id/index.php?hal=p ublikasi_detil&id=39 Depkes RI. 2013. Gambaran Kesehatan Lanjut Usia Di Indonesia, Publikasi Bulletin Jendela Data Dan Informasi Kesehatan, diakses 13 April 2014, pukul 09.22 http://www.depkes.go.id/downloads/B uletin%20Lansia.pdf Ganong, F William. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC Khasanah, K. dan W Hidayati 2012. „Kualitas Tidur Lansia Balai Rehabilitasi Sosial “Mandiri” Semarang‟, Journal Nursing Studies, vol 1, no. 1, hal 189-196 Kozier, Barbara et al. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 7 Vol 2. Jakarta: EGC Maryam, R Siti., Dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika Nugroho, Wahjudi. 2009. Komunikasi Dalam Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC Nursalam, 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrument Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Pedak, Mustamir. 2009. Mukjizat Terapi AlQur’an Untuk Hidup Sukses. Jakarta: Wahyumedia
Stanley, Mickey., Patricia Gauntlett Beare. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC
Potter, Patricia A., Anne G Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental: Konsep, Proses, Dan Praktik. Jakarta: EGC
Syaifuddin. 2009. Anatomi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika
Prasadja, Andreas. 2009. Ayo Bangun ! Dengan Bugar Karena Tidur Yang Benar. Jakarta: Hikmah
. 2011. Anatomi Fisiologi: Kurikulum Berbasis Kompetensi Untuk Keperawatan Dan Kebidanan. Jakarta: EGC
Rafiudin, Rahmat. 2004. Insomnia Dan Ganguan Tidur Lainnya. Jakarta: Elex Media Komputindo Setiadi. 2007. Konsep Dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia: Dari Sel Ke Sistem. Jakarta: EGC
Very J Dan M. Bhinnety E 2011. „The Effect Of Reciting Holy Qur‟an Toward Short-Term Memory Ability Analysed Trought The Changing Brain Wave‟. Jurnal Psikologi, vol 38, no. 1, hal: 17-29. Watson, roger. 2002. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Perawat Edisi 10. Jakarta: EGC