65 SUMBANGAN HUTAN KEMASYAIRAIGTAN MODEL SILVOFISHERY TERIIADAP PENDAPATAN MASYARAKAT SEKITAR HUTAN MANGROVE (Studi di Desa Grugu Kecamatan Kawunganten Kabupaten Cilacap) THE CONTRIBUTION OF SOCIAL FORESTRY SILVOFISHERY MODEL TO PEOPLE INCOME IN MANGROVE FOREST (Study al Grugu Village, Kawunganten District, Cilacap Regency) Oleh : Dyah Ethika N. dan Sri Widarni Program Studi Sosial Ekonomi/Agribisnis Fakultas Pertanian UNSOED Diterima : 22 Juni 2002; disetujui : I Agustus2002 ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuisumbanganhutan kemasyarakatan dengan model silvofishery terhadappendapatanmasyarakatdi sekitar hutan mangrove KabupatenCilacap.Penelitianini menggunakan metodesurveidengansampelsebanyak33 orang. Data pendapatan pesertahutankemasyarakatan dihitungrrrulaitahun 1997 sampai tahun 2000. Secarafinansialdiketahuimelalui analisisnilai Net PresentValue INPV), Benefit-CostRatio (BCR) dan InternalRateof Return(IRR). Hasil penelitianmenunjukkan bahwadiketahuiadanyakerusakanhutanmangrovekarenakepadatanpenduduk,pencurian kayu, kebutuhankayu bakardan defisit lahan.ProgramHutan Kemasyarakatan oleh Perum Perhutanidilakukan denganmodel silvofisherydengantanamanpokok jenis kayu galam atau kayu putih (Mel"alelucaleucadendron)dan tanamanmangrove seperti Rhizophora, dikombinasikandenganudang serta ikan bandeng.Semuaudang dan bandengdan hasil sampinganmenjadi milik KelompokTani Hutan kecualiuntuk jenis-jenistanamanyang sudahdiatur terlebih dahulu pemanfaatan hasilnyaoleh pihak Perum Perhutani,seperri tanamankayu putih dan tanamanbakauyang ada. Pendapatan Kelompok Tani Hutan yang diteliti sebenarnyaberlangsungselama5 tahun, tetapi hanyapada tahun ke I dan II yang menguntungkan,yaitu rata-rata sekitar Rp 10.018.434,131ha. Hasil analisis finansial menunjukkanbahwa, program ini belum memberikankeuntunganbagi petani. Hal ini terbukti dari besarnyanilai NPV yang positif, nilai BCR yang lebih dari satudan nilai IRR yang lebih tinggi dari tingkat bunga yang dianggapberlaku yaitu lgVo hanya sampai2 tahun. Pada tahun ketiga dan seterusnya,udang dan ikan sudah tidak menghasilkan keuntungan.Diduga hal ini karenapengaruhdari minyak sineol yang ada pada tanaman kayuputih atautanahyangmengandung pirit (suffidic). Kata Kunci : Hutan Kemnsyarakntan, modelsilvofisheryhutannumgrove,annlisisfinansial ABSTRACT The objectiveof this researchwas to find out the contributionof the social forestry silvofishery model on increasingfarmer silvofishery income in mangroveforest, Cilacap Regency.This researchwas a survey method with 33 respondents.Data of the social forestry on respondent'searn was done by the simple farm analysis in planting year of 1997-2000.Financially feasibility study was analyzedby the analysisof NPV, BCR and IRR. Resultof this researchshowedthat the local problemareawas forest damagesdue to the wood sheft, land deficit, fuel woods needsand populationdensity. The social forestry program from Perum Perhutaniwas done by silvofisheryamong speciesof forestry main Sumbangan Hutan Kemasyarakatan Model Silvofishery...(D.Ethika N. & S. Widarni)
66 crops (Kayu putih/Melaleluca, Rhizophora),fish, or shrimp or lobster. The supply of mangroveforest tree needsand fertilizers melalelucawere preparedby Perum Perhutani, exceptagriculturecrops or fish or shrimp. All yields of shrimp or fish and its by product were belong to agrisilviculture groups (KTH), except for the kinds which had been regulatedbeforeaboutthe benefitof its yields. Key Words:SocialMangroveForestry,SilvofisheryModel, Financial Analysis
PENDAHULUAN Hutan mangroveadalahhutan yang hidup di muara sungai,daerahpasangdan tepi laut. Hutan ini berfungsi,antaralain sebagai sumber penghasilan masyarakat desa pesisir, perlindungan pantai dari abrasi laut, tempat berkembangnyabiota laut tertentu, tempat berkembangnyaflora dan fauna pesisir, dan dapat juga dikembangkan sebagaiwanawisata.Bagian Hutan Cilacap mempunyai luas sekitar 17.540,5ha, terdiri atashutandarat kering dengan luas sekitar 3.941,5 ha dengan kondisi sebagianrusak. Hutan Rhizopora mudarusaksekitar2.929,9ha. Hutan laut tidak bernilai sekitar2.301,'l ha, tanaman Rhizophorasekitar 3.905,4 ha sebagian rusak, sedangkanlahan tidak produktif sekitar4.459,1 ha dalam kondisi kosong, dan lapangan dengan tujuan istimewa sekitar2,9 ha. (Biro Perencanaan Perum. PerhutaniUnit I Jateng,2000). Namun, saat ini kerusakan ekosistemhutan mangrove makin cepat, sehinggabanyakyang tidak berfungsilagi. Kerusakan disebabkan oleh tekanan penduduk bagi usaha pertambakan,persawahandan pemukiman,pencuriankayu untuk kayu bakar dan kayu pertukangan, serta karena bencana alam (banjir dan kekeringan), hama dan penyakit, dan
perilaku tidak bertanggungjawab oknum petugas.Apalagi pada tahun 1995 ketika udang menjadi primadona ekspor, hutan mangrovemenjadi obyek penanammodal kuat bagi investasi usaha pertambakan udang intensif secara besar-besaran,dan kemudiandiikuti oleh pendudukyang bermodal sedikit. Keduanyatidak mempertimbangkan kelestarian alam. Pertambakan intensif ini menjurus kepada penebangan hutan mangrove yang tidak terkendali. Tambak dibangun tanpa memperhatikan keberadaanvegetasimangroveyang sangat vital bagi terjaminnyakehidupanbiota laut dan perlindunganpantai. Dari segi sosial ekonomi, keadaan tersebut menimbulkan kesenjangan antara penanaman modal besar dan kecil. Apalagi petani tambak kecil yang kekurangan modal menjual lahan garapannyakepadapetambakbesar. Akibatnya, hutan mangrove tidak aman dan timbul konflik kepentinganpenggunaan lahannya.Persoalannyamenjadimakin kompleks denganadanyasengketaagrafla dari pihak-pihak yang mempunyai kepentingan sendiri-sendiri. Berdasarkan kenyataan di atas, peran serta masyarakatsangatdiperlukan untuk menjamin kelestarian sumberdaya, fungsi dan manfaat hutan mangrovebagi kesejahteraanmasyarakat. Pengelolaan
Jurnal Pembangunan Pedesaan Vol. II No. 3 Desember2002 : 65-76 ISSN : 1411-9250
67 hutan mangrove tidak dapat mengabaikan aspek fisik, sosial ekonomi dan budaya masyarakat. Pendekatanyang ditempuh oleh PerhutaniuntulCnierehabilitasihuran mangrove yang rusak, agar berfungsi kembali, denganmengajakmasyarakatdi sekitar hutan berpartisipasiaktif dengan pembentukandan pembinaan Kelompok Tani membangunhutan, melalui program hutan kemasyarakatanmodel silvofishery (empangparit atautambak).Padaprogram ini, masyarakatdijadikan mitra sejajar. Strategi utama adalah meningkatkan keberhasilan tanaman hutan mangrove, menurunkan gangguan keamanan, meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir dengan memberikan kesempatan kerjadanberusahakepadamereka. Wilayah hutan mangrove di desa Grugu dan sekitarnya di Kecamatan Kawungantendidominasi oleh empang parit dengan pola tumpangsari antara komoditastanamanpokok kayu putih dan bakau,denganmemeliharaikan dan udang (bandengatauudang).Tanamankayu putih ditanam pada plataran tambak dengan jalur-jalur guludan berjarak 6 m. Di beberapalokasi ditemukanjuga tancangdi antaratanirmankayu putih dan petak-petak lahan, yang ditumbuhi jenis tanamanrawa, seperti "wrakas, gadelan, nipah' dan beberapajenis yang lain. Sebagianbesar penduduksekitar hutan adalah petani dan pencari ikan. Desa-desayang letaknya berbatasandengan hutan di daerah ini, merupakandesatertinggal serta terisolasi. Tingkat pendapatanmasyarakatnyayang rendah, banyak tenaga kerja yang SumbanganHutan Kemasyarakatan
menganggur,pendidikan yang rendah dan ditambahdenganketerbatasanlahan garapan, menyebabkanpenduduk hidup dalam kemiskinan.Apalagi kebutuhanhidup terus meningkat,di sampingtingkat hargakebutuhanpokok yang semakintinggi. Keadaan ini dapatmendorongmasyarakatdi sekitar hutan mangrovemakin tergantungkepada hutan mangrove, yang berakibatmeningkatnya tekanan sosial ekonomi terhadap kelestarianhutanmangrove. Salah satu cara untuk mengatasi persoalan itu adalah mengikut-sertakan masyarakatsekitar hutan mangrovedalam pengelolaandan pemeliharaanhutan untuk jangka waktu tertentu (Dua tahun dan dapat diperpanjangkembali). Pesanggem atau petani pesertaberkewajibanmenanam tanaman hutan mangrove dan mendapat kesempatanmelakukanusaha silvofishery (empangparit/tambak),seluassekitar2 ha Kawasan hutan mangrove masih tetap berada di bawah pengawasanPerum Perhutani.Keberhasilantanamankehutanan yangdikelola akanmeningkatkankepercayaanPerum Perhutanikepadamasyarakat. Hal ini berarti merupakan jaminan bagi masyarakatuntuk mengikuti program hutan kemasyarakatan periodeberikutnya. Berdasarkanhal tersebut di atas, maka persoalanyang diteliti secaragaris besar adalah sebagai berilart : Apakah pelaksanaanhutan kemasyarakatanmelalui usahasilvofishery betul-betuldapat memberikan peningkatan pendapatan petani sekitar hutan mangrove atau peserta ? Apakah pelaksanaanhutan kemasyarakatan menyerap tenaga kerja ? Berapa besar Widarni)
68
kelayakan usaha silvofishery bila mengikuti program hutan kemasyarakatan? Bagaimana dampaknya terhadap kelestarianhutan mangrovedan konservasi lingkungannya ? Apakah tanaman yang dibudidayakansudahsesuaidengankondisi agroklimat dan biogeofisika di daerah pelaksanaan hutan kemasyarakatan melalui programSilvofishery? Berdasarkan perumusan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahuiperananhutan kemasyarakatanterhadaptingkat penyerapantenaga kerja melalui usaha silvofishery, dan menghitungarus biaya dan manfaatserta menghitungtingkat kelayakaninvestasidan efisiensi hutan kemasvarakatanmelalui usahasilvofishery. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah sebuahstudi kasus(case study), denganrespodenyang diambil secara acak (random sampling). Sasaran penelitian adalah petani yang mengikuti pelaksanaanhutan kemasyarakatan melalui program silvofishery dari tahun 1997 sampai tahun 2000 dengan jumlah sampel sebanyak 33 orang (Mubyarto dan Suratno, 1981). Lokasi penelitian adalah Desa Grugu Kecamatan Kawunganten, dengan pertimbangan bahwa di kecamatan ini produktivitas silvofishery relatif lebih tinggi dibanding daerah kecamatan lain di wilayah Kabupaten Cilacap. Di samping itu keberadaanhutan mangrove di daerah tersebutcukup luas.
Data penelitian meliputi data primer dan data selannder. Data primer diambil langsungdari petani atau pencari ikan atau masyarakatpesisir sebagairesponden,dan meliputi luas areal tambak, penggunaan benih ataubibit ikan atau udang,pestisida, pupuk, tenagakerja, dan sebagainyabaik dalam bentuk natura maupun nilai rupiah. Data sekunder diperoleh dari Perum Perhutani. Kecamatan, KPH Banyumas Barat, Kantor Statistik KabupatenCilacap, beberapa pustaka dan lain-lain, yang meliputi keadaaniklim, topografi, curah hujan dan hari hujan, keadaanpenduduk dan sebagainya. Dalam penelitian ini, penerimaanadalahhasil penjualanproduk usaha silvofishery selama jangka wakfu tertentu; biaya produksi adalah biaya investasi dan biaya operasi; penerimaan bersih adalah hasil penguranganarus penerimaan dengan biaya total; tingkat sukubungaadalahtingkat sukubungayang ditetapkan berdasarkan bunga pinjaman Bankyaitu sebesarl9Vo per tahun Metode Analisis 1. Perhitungan present value dari arus diperbiaya dan manfaat.Data pendapatan oleh denganmenghitung arus penerimaan dan arus biaya. Arus penerimaandiperoleh dari hasil perkalianantarajumlah produksi dengan harga jual pada tahun yang bersangkutan. Nilai pendapatan yang diperoleh merupakan indeks untuk menentukankriteria investasi. 2. PerhitunganNilai Bersih Sekarang(Net PresentValue atauNPV).
Pedesaan Vol. II No. 3 Desember2002 : 65-76 ISSN : l4Il-9250 Jurnal Pembangunan
69
n B,{, : NPV X ----
(Kadariah dkk., 1978)
t-1 (1 +i )t Keterangan: Bt : benefit(manfaa$padabulan t. Ct : biayapadabulant t - jangkawaktu n : umur usahasilvofisherv I - sukubunga Kriteria penilaian: NPV>0, usahasilvofisherylayak diteruskan kegiatannya NPV<0, usaha silvofishery tidak layak diteruskankegiatannya NPV:O, usaha silvofishery mengalami impas, yakni manfaat yang diperoleh hanya cukup untuk menutupbiayaproduksi. Perhitungan Net B/C Ratio Perhitunganini digunakanuntuk menentukan keefisienanusahasilvofishery. n B,-C,
r ----
r - 1 ( 1+ i ) t Net B/C :
n C,-B, t ---r-l (1 +i )' Net B/C adalahnisbahantara*net benefit" (manfaat)dengan*net cost" (biaya). Kriteria penilaiannya: Net B/C > l, usaha silvofishery sudah efisien Net B/C< l, usaha silvofishery belum efisien Net B/C:1, benefit(manfaat). Analisis Sensitivitas Menghitung kembali nilai NPV dan Net B/C yang dilakukan terhadapperubahanperubahan: Kenaikan biaya produksi sebesar lO%, 20Vodan3OVo.
Penurunanhasil produksi sebesarlOVo,Z0 Vodan30% HASIL DAN PEMBAHASAN Desa Grugu beradapada 7o38'52" LS - 7"41'6" LS dan 108'52'28"BT 108"56' BT. Daerahini termasukkawasan dengantingkat aksesibilitassedang,dapat dicapaimelalui rute perjalananPurwokerto (Banyumas)- Wangon(Banyumas)- Jeruk Legi (Cilacap) - Desa Bojong (Cilacap)Desa Grugu, lebih kurang 60 Km dengan kondisi jalan aspal yang baik (Purwokerto - Desa Bojong) dan 5 Km dalam kondisi jelek (DesaBojong- DesaGrugu). Secara umum lokasi studi memiliki iklim tropis yang ditandai dengan perbedaan musim yang jelas antara musim penghujandan musim kemarau. Curah hujan hampir sepanjang tahun rata-rata curah hujan tahunan berkisar antara 1.77O sampai 2.600 mm per tahun dengan4 - 6 bulan basah mulai dari bulan Oktober atau NopembersampaidenganApril atau Mei dan bulan kering 3 - 4 bulan bervariasi dari bulan Juni atau Juli sampai Agustus atau September. Zone iklim Oldeman berkisar dari C2 sampai D2 (LPPM, PemdaCilacap,1998). Lokasi studi merupakan wilayah atau .'landform" dataran pasang surut lumpur, termasuk ke dalam Grup Marin. Secaraumum lokasi srudi memiliki relief darar dengankcmiringanberkisarantara0 - 3%. Ketinggiantempalsekitar0 - 2 m dpl dan relatif sering tergenangair dan terpengaruhpasangsurut air laut. [-a]ran termasuk ke dalam lahan rawa pasang
Sumbangan Hutan Kemasyarakatan Model Silvofishery... (D. tihika N. & S. Widarni)
70 surut, yang genangannyasangatdipengaruhi oleh pasangsurutnyaair laut. Kualitas perairan sangat dipengaruhi oleh kualitas air laut dan air tawar yang secaraberkala bertemu dan bercampur melalui sungaisungaijalur aliran air di kawasanrawa. Desa Grugu berpenduduk3.500 jiwa atau 1.000 KK (Kepala Keluarga) yang sebagianbesarberagamaIslam. Desa Grugu memiliki 3 dusunatauKebaonyaitu dusun Rawareja I, Karangsalam dan Ajibarang. Penduduk yang bertempat tinggal di daerahrawa tersebardi 4 lokasi, yaitu Bondan, Citetel, Cibobo, dan Cikalong. Jumlah penduduk di daerah rawa yang terkait denganPerhutanisekitar 450 kepala keluarga atau 45%, yang sebagian besar pendatang dari daerah Karawang(JawaBarat). Jika dibandingkandenganmasyarakat umum, atau bahkan masyarakat pesanggemlainnya yang hidup di kawasan hutan darat, maka masyarakatpenghuni hutan mangrove memiliki karakter yang agak keras atau konservatif baik dalam berbicara maupun dalam perilaku kesehariannya.Hal ini adalahkarenainteraksi merekadenganlingkunganalam yang keras yang dihadapi.Untuk mempertahankan kehidupannya,merekaharusmenyesuaikan dengan lingkungan alam yang keras. Tantangan alam yang dihadapi adalah kencangnya angin, teriknya matahari, pasang surut air laut, ketersediaanair unfuk keperluan masak, minum, mandi, cuci, ditambahdenganbermacampenyakit yang ditimbulkan karena lingkungan, misalnya diare, kulit, demam berdarah,
radang paru dan lainnya. Tingkat pendidikan secara umum masih rcndafr (Sekolah Dasar), jumlah tangBungt\ keluargarata-ratasekitar 3 orang. Aspek Sosial Ekonomi Budaya. Masyarakat pesanggem memiliki mata pencaharian pokok sebagai petani dan petambak, sedangkan mata pencaharian tambahanadalah sebagaiburuh, pedagang dan pencari ikan. Biaya hidup sehari-hari dipenuhi dengan mencari kayu bakar, maupun kayu perkakas di Pulau mencari ikan, katak dan Nusakambangan, kepiting. Usaha pokok mereka adalah bertani dan budidayaikan. Tanamandapat dipanen dalam jangka waktu yang relatif lama (4 - 6 bulan) denganrisiko kegagalan yang tinggi. Cara-cara usaha yang dilakukan masyarakat hutan mangrove masih secaratradisional, artinya budidaya udang,bandengdan tanamanpanganmasih secaraalami. Sebagianbesarpetambakdi dalam memelihara ikan umurnnya tidak memberipakanutama, yaitu pelet, mereka hanyamengandalkanpakanalami yang ada di empang. Kehidupan sosial masyarakat pesanggem yang bertempattinggal di hutan mangrovesangatmemprihatinkan.Kondisi hunian atau gubuk yang mereka tempati jauh dari nilai kesehatan.Sanitasi lingkungan sangat buruk, fasilitas kesehatan, pendidikandan fasilitas umum tidak ada. Fasilitasumum yang ada di desa terdekat misalnyaPuskesmas,alat transportasidarat dan komunikasijaraknya cukupjauh. Jarak antar-huniancukup jauh baik antar-petak maupun anak-petak, sehingga proses komunikasi baik antar-keluargaapa lagi
Jurnal PembangunanPedesaanVol. II No. 3 Desember2002 : 65-76 ISSN : 141,1-9250
7l akses ke kampung di wilayah desa relatif lambat yaitu melalui sungai atau pematang tambak. Pada umumnya masyarakat pesanggem di wilayah hutan mangrove berasaldari Jawa Barat (Pendatang),yaitu dari daerah Ciamis dan Karawang. Oleh karena itu, mereka umumnya menggunakan bahasa Sunda dan sedikit bahasa Banyumasan.Mereka termasuk orang yang ulet, pekerja keras, dan pantangmenyerah. Hubungansosial antara pesanggemdengan warga asli desacukup baik. Hal ini terlihat jika ada kegiatan perbaikan jalan desa, pengajian dan pekerjaan yang terkait dengan pertanian, acara hajatan dan kegiatan ritual seperti upacara selamatan tabur yang menandai saat awal kegiatan baik petani maupun petambak, memperingati awal tahun Jawa (Satu Suro) dengan acara perrunjukan wayang kulit di Balai Desa dengan tujuan untuk minta keselamatan warga desa dan menjalin hubungan silaturahmi antar-warga desa. lrmbaga formal yang diikuti oleh semua pesanggem yang dibentuk oleh Perhutani adalah KTH (Kelompok Tani
Hutan) dan Koperasi
Wana Windu Lestari, sedangkan lembaga non-formal yang diikuti
warga adalah
lumbung desa dan pengajian. lrmbaga formal yang ada di desa misalnya LKMD, Polindes/Puskesmas.Rembuk Desa dan lainnya. kurang trerfungsi sebagaimana mestrn)'a. Persoalan yang dapat diidentifikasi t i m p en e l i t i d i
desa Grugu adalah
kegagalan usaha tambak mereka dengan tanarnanpokok (ka1'u putrh) yang ditanam
pada guludanyang terdapatdi dalam dan pinggir tambak. Menurut merekatanaman kayu putih ternyata dapat meracuni ikan, karena sebelumada kayu putih, budidaya udang atau bandeng yang mereka tebar pertumbuhannya baik, tidak ada yang mati tetapi denganadanyatanamankayu putih usahatambakmereka banyakyang gagal. Menurut mereka, daun kayu putih dan akar-akarnyamemiliki aroma yang sangat menyengatserta dapat meracuni air dan ikan atau tanaman padi. Pendapatyang sama juga terlontar dari perangkat desa setempat,bahkan ada yang pernah membandingkan antara empang atau tambak yang ditanami kayu putih hasil panennya sangat kurang, sedangkanempang yang guludannyatidak ada tanamankayu putih hasilnya lebih bagus. Pendapatini perlu didukung dengan hasil penelitian ilmiah melalui laboratorium. Tanamanpokok (kayu putih) yang telah berumur 3 tahun atau cukup dipangkas, maka secara periodik dan terjadwaloleh Perhutaniseharusnyasudah dipangkas, sehingga dapat menambah penghasilan pesanggem. Pada waktu penelitian ini dilakukan, hanya sebagian pesanggemyang melakukanpemangkasan daun kayu putih dan mendapat upah memangkas. Upah memetik daun kayu putih sekitar Rp 70,00/kg, sehinggabila petani dapat memangkas sebanyak 200 kg/hari hanya dapat memperoleh uang sebanyak Rp14.000,00 Sebagian petani yang bermodal tidak mau memangkas sendiri. Oleh karenaitu, diupahkandengan ongkos upah Rp10.000,00 sampai
Huun Kemasyarakatan Sumbangan Model Silvofishery... (D. Ethika N. & S. Widarni)
72
Rp 15.000,00/hari. Jadi, bila diupahkan
program Perhutani dengan tanaman pokok
maka petani tidak memperoleh tambahan
kayu putih di antara lahan tambak mereka.
pendapatan. Patokan upah daun kayu putih
Padahal menurut pihak Perhutani, dengan
dari Perhutani dirasa masih rendah, sehingga pesanggemmasih ada yang kurang
menanam tanaman kayu putih mereka dapat sekaligus memanen daun kayu putih
berminat dan kurang termotivasi untuk me-
untuk disuling jadi minyak kayu putih.
melihara dan terlibat dalam pemangkasan.
Penyulingan disediakan oleh Pihak
Usaha tambak akan menguntungkan
Perhutani, dengan cara petani perserta
bila dilakukan denganbudidaya yang baik.
program memperoleh kesempatan untuk
Desa Grugu
menjual daun kayu putih tersebut dengan
Program Silvffisery
di
Kecamatan Kawunganten Kab.
Cilacap
dilakukan sejak tahun 1995, tetapi data yang diambil adalahmulai tahun 1997. Hal
harga yang telah ditentukan oleh pihak Perhutani. Kegiatan program silvofishery
ini didasarkan atas hasil ikan dan kayu
dengan tanaman kayu putih
putih yang sudah mulai dapat dipanen.
banyak menghadapi kesulitan, terutama
Kombinasi antara ikan dan udang serta
menghadapi peserta program yang
tanaman kayu putih merupakan model
menghendaki tambak mereka betul-betul
tambak atau empang parit
hasil
terbuka tanpa ada tanaman apapun di
perencanaandari Perum Perhutani. Pada
tengah tambak. Hal ini terjadi mungkin
awalnya program sangat memuaskan,hal
karena usaha tambak udang dan ikan yang
ini sangat menggembirakanpetani karena
tidak berhasil lagi atau karena hal lain ?
ada hasil udang yang mempunyai harga
Apakah air telah tercemar oleh kandungan
sekitar Rp 10.000 per ekor dan dapat
minyak sineol yang ada pada tanamankayu
menghasilkan rata-rata Rp 10.000.000,-
putih atau karena hutan mangrove telah
sampai sekitar Rp 40.000.000,- per ha.
mereka babat menjadi lahan terbuka model
Namun, pada tahun kedua dan seterusnya
empang parit atau tambak yang selama ini
hasilnya tidak memuaskandan ada empang
mereka kerjakan ?
parit yang sama sekali tidak menghasilkan
memang
Pembabatan hutan mangrove sangat
Menurut hasil penuturan beberapa petani
tidak menguntungkan bagi kehidupan biota
peserta program, udang yang dipelihara
air yang ada. Maka, perlu perencanaan
hanya akan berumur satu bulan setelahitu
program yang dapat mengakomodasikan
mati. Sebagianpetani kehabisanmodal dan berakibat pada terjadinya proses jual beli
potensi lokasi dan persoalanlokal yang ada dengan tetap menjaga kelestarian
tambak kepadapara pemegangmodal kuat. atas,
Berdasarkan hasil penelitian, biaya
banyak petani yang meragukankualitas air
yang dikeluarkan oleh pesanggem untuk
sebagai tempat kehidupan biota hutan
budidaya tambak secara umum adalah
mangrove. Sebagian besar menyalahkan
biaya pembuatan tambak yaitu biaya tenaga
Berdasarkan kenyataan di
Jurnal PembangunanPedesaan
II No. 3 Desember2002 : 65-16 ISSN : l4ll-9250
kerja, pembelian Urea, TSP, saponin, waring, kapur, dan solar; mereka juga harus mengeluarkanbiaya pembelianbibit, biaya pembelian pakan antara lain pelet, karka dan berbagai pakan dengan merk yang beragam seperti bintang, marina, goldcoin dan sebagainya,biaya pemeliharaan yaitu jaga tambak baik siang maupun malam; biaya panen yaitu biaya tenaga kerja yang digunakan untuk panen serta biaya angkut. Penggunaan faktor produksi untuk usaha tambak dapat diuraikan sebagai berikut : Luas lahan yang digunakan bagi usaha tambak rata-rata per pesanggem seluas I,52 ha, dengan lahan terluas 4 ha dan tersempit 0,5 ha. Tenaga kerja yang digunakan meliputi tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Tenaga kerja paling banyak dicurahkan pada saat pembuatan tambak yaitu sebesar 480 HOK, dan pemeliharaansebesar35 HOK. Upah tenaga kerja rata-rata per hari sebesar Rp 12.500,00 per HOK. Bahan yang digunakan untuk suplemen tambak meiiputi saponin, kapur, Urea dan TSP. Penggunaan bahan rata-rata per hektar untuk saponin sebesar 30 kg,
kapur
sebanyak100 kg, Urea 15 kg, TSP sebesar 15 kg dan vitamin sebanyakl0 kg. Harga saponin Rp 3.000,-/kg, kapur Rp 2.000,/kg, Urea Rp 1.100,-/kg, TSP Rp 1.500,lkg dan Vitamin Rp 17.500,-/kg. Bibit yang digunakan untuk usaha tambak pada umumnya adalah udang dan sebagian bandeng. Rata-rata per hektar bibit udang yang ditebarkan sebanyak 3.000 ekor dan bibit bandengsebanyak 1.000 ekor. Harga
bibit udangRp 200,00 per ekor dan bibit bandengsebesarRp 150,00/ekor. Sebagian petambak (4OVo) ridak memberikan pakan secara lengkap dan sebagianlagi (30Vo) tidak memberikan pakansamasekali. Pakanyang digunakan untuk membesarkanudang dan bandeng antaralain pelet, bintang,d2, d3, d581, karka, dan goldcoin. Penggunaanpelet rata-rata per hektar sebanyak310 kg, bintangsebanyak10 kantong,d2 dan d3 masingsebanyak2O kg dan 25 kg, d581 sebanyak25 kantong,karka sebanyak100 kg dangolcoinsebanyakI kantong.Harga pelet rata-ratasebesarRp 10.000,00/kg, hargabintangsebesarRp 100.000,00per kantong, harga dZ dan d3 sebesarRp 21.000,00 per kilogram, harga d58l sebesar Rp 100.000,O0/kantong,harga karka sebesarRp 12.900,00/kgdan harga goldcoinsebesarRp 180.000,00/kantong. Pemeliharaantambak adalah menjaga tambak supaya tidak terjadi pencurian, mencegah masuknya hewan-hewanliar yang memangsa udang atau bandeng, memperbaikikebocoran. Biaya pemeliharaandiborongkankepadaseseorang dengan biaya sebesarRp 300.000,00ditambah1 doos mie instan dan 10 kg beras. Jika diuangkan kurang lebih sebesar Rp 350.000,00/bulan.Panen udang arau bandeng memerlukan tenaga kerja yang cukup banyak yaitu berkisar anrara 22 HOK sampaidengan 40 HOK, dengan rata-rataper hektarsebesar30 HOK. Upah per HOK sebesarRp 12.500,00Produksi udang rata-rata sebesar 325,87kg/ha dengan harga rata-rata Rp 60.000,00/kg
Sumbangan Hutan Kemasyarakatan Model Silvofishery... (D. Ethika N. & S. Widarni)
74
dan bandengsebanyak60 kg denganharga Rp 7.000,00/kg. Hasil analisis keuanganmenunjukkan bahwa ternyata usaha tambak hanya dapat menghasilkansampai pada tahun kedua. Akhir tahun kedua mereka mulai mencoba lagi dengan tetap memelihara udang dan bandeng, namun tidak bisa menghasilkankarena udang dan bandeng yang ditebarsekitarbulan September1998 hanya berumur 2 bulan setelah itu serempakmengalamikematian, sementara modalmerekasudahhabis(Tabel1).
tingkat bunga 24 persen usaha tambak sudah tidak menguntungkankarena nilai B/C sebesar 0,98. Menurut hasil Net Present Value pada tingkat bunga I9Vo usahatambak masih layak dijalankandan jika ditinjau dari besarnya IRR sebesar 21,34% menunjukkanbahwa pada tingkat suku bunga I9Vo pengusahatambakmasih dapat mengembalikan kredit bahkan sampai pada tingkat suku bunga 24Vo. Namun bila dihitung sampai pada tahun ke-empathasilnyamenjadi negatip,hal ini berarti program ini tidak layak untuk
Tabel l. Hasil PerhitunganNPV, B/C ratio dan IRR pada UsahaTambakdi DesaGrugu padaTahun 1997sampaiTahun 1998pada Tahun 1999 dan Tahun 2000 Tidak Menehasilkan
Tahun 0 I
Biaya (Rp)
DF 19% 7.556.07s.510.85 1.902.770-89 0.72
PV DF 24o/o 7.s56.075.510,806
PV 6.090.r96.86 1.236.801.08
1.619.789.93 0.61
1.366.189.500.85 986.452.07 0.524
Jumlah
1t.o78.636-33
11.922.63823
9.U2.188.9
Tahun
Pendapatan (Rp)
PV
PV
0 I
n
12.158.583-00 0.u7 819.900-14 0.72 -r.426.229-U0.61
588.688.30
10.29E.319.80 0,806 0.85 -868.s73.97 0.524
8.tw.774-86 3&.035,66 422.lil-03
Jrrmlah
15.t72.s76.11
10.019.434,13
8.051.646149 0.98
u
m
DF l9o/o
B/C ratio NPV IRR Sumber: Anaiisisdataprimer,20A. Namun, jika dilakukan perhitungan denganpenghasilanhanya untuk 2 tahun yaitu tahun 1997 hingga tahun 1998 dengan analisis finansial pada tingkat bunga bark l9%, usaha tambak di desa Grugu, masihmenguntungkan dengannilai Bl.C ratio sebesar1,011. Sampai pada
DF 240h
1- 0ll
tw.7t7-08
u8.76992
-r24.t21-37
21.34 dilaksanakan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan disertai denganpenelitian yang mendalam tentang kesesuaianlahan hutan mangrove dan penelitian tentang keadaan kualitas airnya yang sangat vital untuk kelangsungan biota yang ada.
Jurnal Pembangunan PedesaanVol. II No. 3 Desember2002 : 65-76 ISSN : l4ll-9250
/)
Berdasarkan hasil penelitian team Fakultas Pertanian Unsoed yang dilakukan
tumbuh di daerah paling ujung dan secara langsung menyentuh air laut yang berkadar
pada tahun 2000, terhadap kesesuaian
garam tinggi.
lahan dan kualitas air, diperoleh hasil
merupakan bagian lapisan kedua dengan kadar garam lebih rendah. Perakaran
bahwa tanah di hutan mangrove di desa Grugu mengandung pirit (Sulfidic). pada
Sesudah itu Rhizophora
tanaman itu tetap terendam selama pasang
kedalamanpaling dangkal dari permukaan
naik, tetapi juga tahan terhadap air dengan
tanah sekitar 30 cm dan hasil analisis
kadar garam yang tinggi. Datararr yang
kualitas air menunjukkan bahwa air
lebih tinggi dijumpai Bruguiera yang
empang parit atau tambak mengandung
perakarannya lebih peka dan hanya
minyak, salah satunya adalah minyak
terendam pasang naik dua kali sebulan (Tjardhanadan Purwanto 1995).
sineol yang berasal dari tanaman kayu putih. Hasil penelitian tersebut tidak
Tanaman nipah
tumbuh
di
menutup kemungkinan bahwa hutan
sepanjangsungaidapat dimanfaatkanuntuk
magrove di daerah penelitian tidak sesuai
menyembuhkansakit herpes, sakit gigt dan
untuk dijadikan empang parit karena harus
sakit kepala, sedangkan getah daun nipah
membalik tanah yang mengandung pirit,
dalam bentuk cair yang disadap dari
apalagi kalau dikombinasikan dengan tanaman di luar vegetasi atau tanaman
buahnya mengandung gula dengan kadar 14 - l77o sukrosa. Melalui proses fermen-
habitatnya meskipun tanaman tersebut
tasi getah ini dapat diubah menjadi alkohol
mempunyainilai ekonomi tinggi. Hal ini
atau arak. Apabila bahan ini dicampur
dibuktikan bahwa tidak saja udang dan
dengan gasolin dapat digunakan sebagai
bandeng yang tidak berhasil, juga kehi-
bahan bakar mesin tanpa karburator.
dupan biota lainnya menjadi terganggu.
Keistimewaan lain dari ekosistem hutan
Oleh karena itu, perlu perencanaanmodel
mangrove adalah tahan terhadap kadar
silvofishery dengan tanaman pokok yang
garam yang biasa terdapat di
sesuai dengan hutan mangrove tanpa harus
pasang surut (tidal) baik tropis maupun
mencemariair dan lingkungan.
sub-tropis. Hutannya tidak tergantung pada
daerah
Ekosistem hutan mangrove
iklim, melainkan terhadap tanah (edaphis).
merupakan ekosistem air garam yang
Lain halnya dengan hutan tropika yang
hanya memiliki sekitar 60 spesies pohon
komposisi tanahnya berlapis-lapis, hutan
dan semak belukar serta sekitar lebih dari
mangrove hanya mempunyai satu lapisan
2.000 sgrsies ikan dan invertebrata yang
tanah saja (single strata).( Suyanto, 1995).
berlainan. Jenis tanaman yang tumbuh di hutan mangrove berbeda-bedatergantung
KESIMPIJLAN
DAN SARAN
dari kekuatan akarnya dan dimulai dari
Program Hutan kemasyarakatan
garis pantai menuju daratan membenfuk
yang dilakukan oleh Perum Perhutani
prrbedaan vang gradual. Jenis Somneratia
dengan mengikutsertakan rnasyarakat
Sumbangan Hutan Kemasyarakatan Model Silvofishery... (D. Ethika N. & S. Widarni)
76 pesisir telah dilaksanakandi desa Grugu, dimulai sejak tahun 1995 dengan model silvofishery atau empang parit dengan tanaman pokok Kayu putih dan tanaman m{ngrove sepertitanamanjenis Bruguiera. PendapatanPesanggempada tahun ke I dan II masih menguntungkan rata-tata sekitar Rp 10.018.434,L3|ha.Namun setelah.itu selalu tidak berhasil karena terjadi kematianudangpadaumur sekitar2 bulan, sedangkanbudidayabandengmasih dapat diharapkan tetapi tingkat keberyang hasilannyamasihrendah.Pendapatan diperoleh dari model silvofishery atau empangparit dengantanamanpokok kayu putih umur 5 tahun Yang tata-rata menghasilkandaun kayu putih sebanyak R p 1 4 .0 0 0 ,0 0 /h r/a n d i ln a mun hasil tambaknyabelum menghasilkan.Program Silvofishery untuk empang parit dengan tanamanBruguiera dan budidayabandeng ternyata dalam pada tahun 2000 dalam waktu4 bulan dapatdilakukan 1 kali panen menghasilkan6 - 7 kw/andil denganharga tat^4ataRp 7.500,00/kg. Program silvofisherY Yang dilakukan di hutan mangore sebaiknya menggunakantanamanpokok yang sesuai denganhabitatnyasepertiRhizophoraatau Bruguiera atau tanamanyang mempunyai potensi ekonomi tinggi tanpa mencemari lingkungan, atau harus berwawasan lingkungansekaligusdapat meningkatkan, kesejahteraanmasyarakatdan menyadarkan merekatentangkelestarianlingkungan. Dukungandari pihak Perum Perhutanidan
partisipasi masyarakat dalam kelestarian lingkungan hutan mangrove sebaiknya melibatkan Perguruan Tinggi dengan berbagaibidang ilmu yang relevandengan kelestarianhutan mangrovedengansegala manfaatnya. DAFTAR PUSTAKA Perum PerhutaniUnit I Biro Perencanaan Jateng. 1999. Alternatif Pengelolaan Kawasan Hutan BH CilacaP KPH BanyumasBarat. Salatiga. . 2000. PengelolnanSumberdnYa Hutan Secara Holistik SebuahKaiian Konsepsual.Salatiga. Kadariah,L., Karlina dan C. Cray. 1978. PengantarEvaluasi Proyek. Fakultas Ekonomi,UI Press,Jakarta' LPPM PemdaCilacap. 1998. Rancangan Sistem PengelolaanHutan Bakau di Kawasan Segara Anakan. KabuPaten Cilacap,JawaTengah. Suyanto,Y. 1995. PartisipasiMasyarakat dalam RehabilitasiHutan Mangrove. Duta Rimba20 (1) : 179-200. Mubyarto dan Suratno. 1981. Metodologi Penelitian Ekonomi. YaYasan Agroekonomika,YogYakarta. Tim Peneliti Fakultas Pertanian Unsoed. 2000. Perencanaan Model Pengelolaan Alternatif Kawasan Hutan Mangrove Secara Holistik Di BH Cilacap KPH BanYumasBarat. Kerjasama Perum Perhutani Unit I JatengdenganUnsoed,Purwokerto. Tjardhanadan E. Purwanto. 1995. Hutan MangroveIndonesia.Duta Rimba, 20 ( l) : 177- r 78.
Jurnal PembangunanPedesaanVol. II No. 3 Desember2002 : 65-76 ISSN : 1411'-9250
UCAPAN TERIMA KASIH Disampikan kepada mitra bestari yang terlibat dalam (JPP)Volume Pedesaan penyuntingannaskahJurnal Pembangunan 2 Tahun 2402 1. dr. RetnoWidiastuti,MS ProgramSarjanaKesehatanMasyarakat UniversitasJenderalSsoedirman Furwokerto SP.,SH., MMR 2 . dr. Mambodyanto, ProgramPendidikanDokter UniversitasJenderalSoedirman Purwokerto
3 . Ir. V. Prihananto,M.Si JurusanTeknologi Pertanian FakultasPertanian UniversitasJenderalSoedirman Purwokerto 4 . Dra. Idha Sihwaningilffi,MSc.St ProgramSarjanaMIPA UniversitasJenderalSoedirman Furwokerto Redaksi