HUBUNGAN PARTIKEL DEBU KAPUR TULIS TERHIRUP DENGAN KELUHAN GANGGUAN PERNAFASAN PADA GURU SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH DI DESA SUNGAI KABUPATEN KUBU RAYA Cici Nurhana Septiyaningsih, Aryanto Purnomo dan Bambang Supraptono Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Pontianak E-mail:
[email protected]
Abstrak: Hubungan Partikel Debu Kapur Tulis Terhirup dengan Terjadinya Gangguan Pernafasan pada Guru SD/MI di Desa Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan Cross Sectional untuk melihat hubungan partikel debu kapur tulis terhirup dengan terjadinya gangguan pernafasan. Frekuensi sampel 42 responden guru di Desa Sungai Raya. Masing-masing variabel yang diteliti diuji dengan menggunakan uji Chi Square dengan α= 0,05. Variabel bebas berupa kadar debu terhirup, masa kerja, lama kerja, cara menghapus dan Frekuensi kapur yang dipakai. Variabel terikat berupa keluhan gangguan pernafasan. Hasil analisis statistik menunjukkan masa kerja p=0,022, Frekuensi kapur p=0,024 dan cara menghapus p=0,003 memiliki hubungan dengan keluhan gangguan pernafasan, untuk kadar debu terhirup p=0,320 dan lama kerja p=0,676, tidak memiliki hubungan dengan keluhan gangguan pernafasan. Kesimpulan ada hubungan antara masa kerja, Frekuensi kapur dan cara menghapus dengan keluhan gangguan pernafasan. Kata Kunci: Debu Kapur, Keluhan Gangguan Pernafasan Abstract: The Related of Chalk Dust Particles Inhaled with The Occurrence of Respiratory Problems in Elementary School Teacher/MI in Sungai Raya Sungai Raya Kubu Raya. This research is an observational study with cross sectional approach to look at the relationship of chalk dust particles inhaled by the respiratory disorders. Total sample of 42 respondents teachers in Sungai Raya. Each of these variables studied were tested using Chi Square test with α = 0.05. The independent variable in the form of respirable dust levels, length of employment, length of employment, how to remove limestone and the amount used. The dependent variable in the form of complaints of respiratory disorders. The result of statictic analysis show that there was significant correlation between level of tenure p = 0.022, the amount of lime p = 0.024, and how to remove p = 0.003 has a relationship with complaints of respiratory disorders, for the concentration of respirable dust p = 0.320 and length of employment p = 0.676, had no connection with complaints of respiratory disorders. Conclusion there is a relationship between length of service, the amount of lime and how to clear the respiratory disturbance complaint. Keywords: Chalk Dust, Respiratory Disorders Complaints
Pencemaran udara merupakan adanya bahan polutan di atmosfer yang dalam konsentrasi tertentu akan mengganggu keseimbangan dinamik atmosfer dan mempunyai efek pada manusia dan lingkungannya (Kumar, 1995). Pencemaran udara bersumber dari berbagi macam
pencemaran, pencemaran kimia, pencemaran biologi dan pencemaran fisik. Pencemaran fisik terdiri dari asap rokok, aerosol, suhu, kebisingan dan debu. Debu adalah partikel benda padat yang terjadi karena proses mekanis. Debu ini merupakan hasil sampingan dari proses industri yang 292
Cici, dkk, Hubungan Partikel Debu Kapur... 293
menggunakan bahan baku batuan seperti halnya pengolahan batu kapur. Keberadaan debu dalam lingkungan akan mengurangi nilai estetika dan dapat mengganggu kesehatan manusia. Salah satu bahan yang menghasilkan debu adalah kapur tulis. Kapur tulis yang digunakan akan menghasilkan debu karena terjadinya gesekan antara kapur dan papan tulis. Debu dari kegiatan tersebut yang terdapat diudara apabila terhirup oleh manusia dapat mengakibatkan penyakit pneumoconiosis, yaitu suatu penyakit pada paru-paru yang berupa penimbunan partikel debu. Debu kapur tulis yang masuk ke paruparu sangat tergantung pada berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut adalah meliputi ukuran partikel, bentuk, konsentrasi, daya larut, sifat kimiawi dan lama pemaparannya. Penggunaan kapur tulis tidak asing lagi dikalangan Sekolah Dasar, yang menggunakan kapur tersebut adalah tenaga kerja yang disebut dengan guru. Guru dapat diartikan sebagai orang yang tugasnya terkait dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua aspeknya, baik spiritual dan emosional, intelektual, fisikal, maupun aspek lainnya. Resiko bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja adalah bahaya kecelakaan dan penyakit akibat kerja,akibat kombinasi dari berbagai faktor yaitu tenaga kerja dan lingkungan kerja (Suma’mur, 2009). Lingkungan kerja yang sering penuh oleh debu, uap, gas dan lainnya yang disatu pihak mengganggu produktivitas dan mengganggu kesehatan dipihak lain. Hal ini sering menyebabkan gangguan pernafasan ataupun dapat mengganggu fungsi paru (Suma’mur, 2009). Dampak yang dapat terjadi pada tenaga pengajar adalah gangguan fungsi paru yang sebabkan penggunaan kapur tulis. Berdasarakan Ukuran individual partikel debu kapur tulis adalah1×10−6m-2×10−6m (deWitte dalam Sulistri dan Masturi, 2013 ). Sistem pendidikan di Kabupaten Kubu Raya ada menggunakan kapur tulis sebagai media pembelajaran di Sekolah Dasar. Penggunaan kapur tulis banyak dijumpai di daerah Desa Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya. Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan di salah satu Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah di Desa Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya yaitu terhadap 5 guru yang termasuk karakteristik responden yang sudah mengajar selama lebih dari 5 tahun dengan menggunakan kapur tulis dengan lama
kerja 4-6 jam setiap hari selama 6 hari kerja, didapatkan hasil sebanyak 60% dari responden mengalami gejala batuk dan 20% diantaranya mengalami sesak napas. Berdasarkan riwayat penyakit, 20% responden memiliki penyakit asma. Sementara hasil pengukuran kadar debu terhirup terhadap responden dengan menggunakan alat Personal Dust Sampler (PDS) didapatkan hasil kadar debu terhirup semua responden tidak melebihi NAB (Nilai Ambang Batas). NAB debu kapur (kalsium karbonat) sebesar 10 mg/m3 (SNI19-02322005). Berdasarkan observasi tersebut peneliti tertarik untuk mengukur kadar debu kapur tulis dan dampaknya terhadap terjadinya keluhan gangguan pernafasan pada tenaga pengajar di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah di Desa Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional study. Dalam penelitian ini mengambil data dari responden dengan metode survei menggunakan kuesioner, melakukan pengukuran kadar debu terhirup menggunakan alat personal dust sampler (PDS). pada tenaga pengajar SD/MI di Desa Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya. Populasi yang digunakan oleh peneliti adalah seluruh tenaga pengajar SD/MI di Desa Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya Frekuensi sampel dalam penelitian ini adalah Total Populasi Pengolahan data dilakukan secara program statistik uji Chi Square, yaitu asymtop signifikansi kurang atau sama dengan 5% atau 0,05 (p ≤ 0,05) maka H0 ditolak) Ha diterima artimya ada hubungan. Apabila asymtop signifikasi lebih dari 0,05 (p > 0,05) maka (Ho diterima) Ha ditolak artinya tidak ada hubungan variabel bebas dengan variabel terikat. Data yang telah dianalisis disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. HASIL Kadar Debu Terhirup Distribusi frekuensi kadar debu menunjukkan bahwa, kadar debu terhirup sebagaian besar responden Guru SD/MI di Desa
294 Sanitarian, Volume 8 Nomor 3, Desember 2016, hlm.292 - 299
Sungai Raya memenuhi syarat yaitu sebesar 61,9% dari 42 responden. Masa Kerja Distribusi frekuensi masa kerja menunjukkan bahwa, sebagaian besar guru SD/MI Di Desa Sungai Raya telah mengajar selama >5 tahun, yaitu sebesar 71,4% dari 42 responden.
Tabel 1. Hubungan Kadar Debu Terhirup dengan Keluhan Gangguan Pernafasan pada Guru SD/MI di Desa Sungai Raya Tahun 2016
n 1 ≥ 0,3 mg/m3 15 2 < 0,3 mg/m3 20 Frekuensi 35
Lama Kerja Distribusi frekuensi lama kerja menunjukkan bahwa, sebagian guru SD/MI Di Desa Sungai Raya mengajar dengan lama kerja yang memenuhi syarat yaitu ≤5 jam sebesar 57,1% dari 42 responden. Jumlah Kapur Ddistribusi frekuensi Jumlah kapur menunjukkan bahwa, sebagaian besar guru SD/MI Di Desa Sungai Raya menggunakan kapur di atas rata-rata yaitu sebesar 59,5% dari 42 responden. Cara Menghapus Distribusi frekuensi cara menghapus menunjukkan bahwa, sebagaian besar guru SD/MI Di Desa Sungai Raya cara menghapus lebih dari satu arah, yaitu sebesar 85,7% dari 42 responden. Keluhan Gangguan Pernafasan Distribusi frekuensi Keluhan Gangguan Pernafasan menunjukkan bahwa, sebagaian menunjukkan bahwa sebagaian besar guru SD/MI Di Desa Sungai Raya mengalami keluhan gangguan pernafasan Keluhan sebesar 83,3% dari 42 responden Hubungan antara Kadar Debu Terhirup dengan Keluhan Gangguan Pernafasan
Keluhan Gangguan Pernafasan
Kadar Debu No Terhirup
Ya % 93,8 76,9 83,3
Tidak n % 1 6,3 6 23,1 7 16,7
Frekuensi N
%
16 26 42
100 100 100
OR=4,500 (95% CI=0,489-41,447)
p = 0,222 Sumber: Data Primer, 2016
Pada tabel 1 diatas proporsi kadar debu diatas rata-rata lebih sedikit menimbulkan keluhan gangguan pernafasan yaitu 15 responden atau 93,8% dibandingkan dengan kadar debu terhirup dibawah rata-rata sebanyak 20 responden atau 76,9%. Berdasarkan analisis menggunakan uji chi square maka didapatkan nilai p=0,222 (p>0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kadar debu terhirup dengan keluhan gangguan pernafasan pada guru SD/MI di Desa Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya Tahun 2016. Hubungan antara Masa Kerja dengan Keluhan Gangguan Pernafasan Tabel 2. Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan Gangguan Pernafasan pada Guru SD/MI di Desa Sungai Raya Tahun 2016 Keluhan Gangguan Pernafasan Ya Tidak n % n %
No Masa Kerja
Frekuensi N
%
1
≥ 5 tahun
28
93,3
2
6,7
30
100
2
< 5 tahun
7
58,3
5
41,7
12
100
35
83,3
7
Frekuensi
p = 0,014
16,7 42 100 OR=10,000 (95% CI=1,593-62,784)
Sumber: Data Primer, 2016
Berdasarkan tabel 2, terlihat bahwa responden dengan masa kerja >5 Tahun lebih banyak mengalami keluhan gangguan pernafasan sebanyak 28 responden atau 93,3% dibandingkan dengan masa kerja ≤5 Tahun sebesar 7 responden atau 58,3%. Hasil analisis menggunakan uji chi square didapatkan nilai p=0,014 (p<0,05) sehingga dapat disimpulkan
Cici, dkk, Hubungan Partikel Debu Kapur... 295
bahwa ada hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan keluhan gangguan pernafasan pada guru SD/MI di Desa Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya Tahun 2016. Analisis hubungan antara variabel didapat OR=10,000 (95% CI: 1,593-62,784). Artinya guru yang masa kerjanya >5 tahun berisiko 10,000 kali lebih besar sebagai penyebab keluhan gangguan pernafasan dibandingkan dengan guru yang masa kerjanya ≤5 tahun.
Tabel 4. Hubungan Jumlah Kapur dengan Keluhan Gangguan Pernafasan pada Guru SD/MI di Desa Sungai Raya Tahun 2016 No
Jumlah kapur
keluhan gangguan pernafasan Ya Tidak n % n %
Frekuensi N
%
1
> 3 kapur
24
96,0
1
4,0
25
100
2
≤ 3 kapur
11
64,7
6
35,3
17
100
35
83,3
Frekuensi
Hubungan antara Lama Kerja dengan Keluhan Gangguan Pernafasan
p = 0,012
7 16,7 42 100 OR=13,091 (95% CI=1,402-112,238)
Sumber: Data Primer, 2016
Tabel 3. Hubungan Lama Kerja dengan Keluhan Gangguan Pernafasan pada Guru SD/MI di Desa Sungai Raya Tahun 2016 No
1 2
Keluhan Gangguan Pernafasan Ya Tidak n % n %
Lama kerja >5 jam/hari ≤5 jam/hari
Frekuensi
Frekuensi N
%
16
88,9
2
11,1
18
100
19
79,2
5
20,8
24
100
35
83,3
7
16,7
42
100
p = 0,679
OR=2,105 (95% CI=0,359-12,354)
Sumber: Data Primer, 2016
Pada tabel 3 menunjukan bahwa lama kerja pada kategori diatas rata-rata sebanyak 16 responden atau 88,9% lebih sedikit menimbulkan keluhan gangguan pernafasan dibandingkan dengan lama kerja dibawah ratarata yaitu sebanyak 19 responden atau 79,2%. Berdasarkan analisis menggunakan uji chi square maka didapatkan nilai p=0,679 (p>0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara lama kerja dengan keluhan gangguan pernafasan pada guru SD/MI di Desa Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya Tahun 2016. Hubungan antara Jumlah Kapur yang Dipakai dengan Keluhan Gangguan Pernafasan
Berdasarkan tabel 4, terlihat bahwa responden dengan Jumlah kapur di atas ratarata lebih banyak mengalami keluhan gangguan pernafasan sebanyak 24 responden atau 96,0% dibandingkan dengan Jumlah kapur dibawah rata-rata sebesar 11 responden atau 64,7%. Hasil penelitian menunjukkan nilai p=0,012 (< α) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara Jumlah kapur dengan keluhan gangguan pernafasan pada guru SD/MI di Desa Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya Tahun 2016. Analisis hubungan antara variabel didapat OR=13,091 (95% CI: 1,402-112,238). Artinya guru yang Jumlah kapur diatas rata-rata berisiko 13,091 kali lebih besar sebagai penyebab keluhan gangguan pernafasan dibandingkan dengan guru yang Jumlah kapur dibawah rata-rata. Hubungan antara Cara Menghapus dengan Keluhan Gangguan Tabel 5. Hubungan Cara Menghapus dengan Keluhan Gangguan Pernafasan pada Guru SD/MI di Desa Sungai Raya Tahun 2016 Cara No Menghapus
Keluhan Gangguan Pernafasan Ya Tidak n % n %
Frekuensi N
%
1
Lebih Dari Satu Arah
33
91,7
3
8,3
36
100
2
Satu Arah
2
33,3
4
66,7
6
100
35
83,3
7
16,7
42
100
Frekuensi p = 0,004
Sumber: Data Primer, 2016
OR=22,000 (95% CI=2,781-174,055)
296 Sanitarian, Volume 8 Nomor 3, Desember 2016, hlm.292 - 299
Berdasarkan tabel 5, terlihat bahwa responden dengan cara menghapus lebih dari satu arah lebih banyak mengalami keluhan gangguan pernafasan sebanyak 33 responden atau 91,7% dibandingkan dengan cara menghapus satu arah sebesar 2 responden atau 33,3%. Hasil penelitian menunjukkan nilai p=0,004 (< α) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara cara menghapus dengan keluhan gangguan pernafasan pada guru SD/MI di Desa Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya Tahun 2016. Analisis hubungan antara variabel didapat OR=22,000 (95% CI: 2,781-174,055). Artinya guru yang cara menghapus lebih dari satu arah berisiko 22,000 kali lebih besar sebagai penyebab keluhan gangguan pernafasan dibandingkan dengan guru yang cara menghapus dengan satu arah. PEMBAHASAN Hubungan antara Kadar Debu Terhirup dengan Keluhan Gangguan Pernafasan Hasil statistik Chi Square diperoleh nilai p=0,222 (p>0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kadar debu terhirup dengan keluhan gangguan pernafasan pada guru SD/MI di Desa Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya Tahun 2016. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dari 42 responden menunjukkan bahwa kadar debu terhirup sebagian besar guru SD/MI Di Desa Sungai Raya di bawah rata-rata sebanyak 20 responden atau 76,9% yang mengalami keluhan gangguan pernafasan. Keterbatasan penelitian yaitu waktu dalam pengukuran kadar debu terhirup yang singkat selama 30 menit sehingga hasil debu yang terhirup oleh alat personal dust sampler sangat sedikit selain itu responden yang diperiksa sebagian besar aktivitas guru kurang efektif dalam penggunaan kapur dikelas seperti mengajar mata pelajaran berbeda setiap harinya. Hal ini bertentangan dengan teori debu kapur yang terhirup kedalam pernafasan akan mempengaruhi saluran nafas menjadi tidak efektif karena CaCO dan MgCO3 yang terkandung di dalam kapur akan menurunkan daya recoil dari paru pada saat ekspirasi. Dalam kondisi normal ekspirasi merupakan proses pasif yang terjadi akibat kemampuan kembalinya paru (recoil) yang elastis ke
keadaan semula (Yulianti, 2015 dalam Utomo, 2005). Meskipun secara statistik kadar debu terhirup tidak berhubungan dangan keluhan gangguan pernafasan, secara teori mekanisme penimbunan debu dalam paru-paru dapat terjadi sebagai berikut, dengan menarik nafas maka udara yang mengandung debu akan masuk kedalam tubuh manusia melalui hidung, debu berukuran antara 5-10 mikron akan ditahan oleh jalan pernafasan bagian atas, ukuran 3-5 mikron ditahan oleh bagian tengah jalan pernafasan dan debu yang berukuran 1-3 mikron langsung ke permukaan alveoli paru-paru. Sedangkan debu yang berukuran 0,1-1 mikron bergerak keluar masuk alveoli sesuai dengan gerakan brown (Suma’mur PK, 2009). Sedangkan penelitian ini bertentangan dengan penelitian Yulaekah (2007) hasil Chi Square hubungan paparan debu terhirup dengan terjadinya gangguan fungsi paru menunjukkan p value (0,02) yaitu ada hubungan yang bermakna antara paparan debu terhirup dengan terjadinya gangguan fungsi paru. Upaya yang dilakukan untuk mengurangi keluhan gangguan pernafasan yaitu Saat guru mengajar menggunakan kapur diharapkan tidak sambil berbicara, sehingga debu tidak terhirup. Hubungan antara Masa Kerja dengan Keluhan Gangguan Pernafasan Hasil uji statistik Chi Square menunjukkan nilai p=0,014 (< α) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan keluhan gangguan pernafasan pada guru SD/MI di Desa Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya Tahun 2016. Analisis hubungan antara variabel didapat OR=10,000 (95% CI: 1,593-62,784). Artinya guru yang masa kerjanya >5 tahun berisiko 10,000 kali lebih besar sebagai penyebab keluhan gangguan pernafasan dibandingkan dengan guru yang masa kerjanya ≤5 tahun. Keluhan gangguan pernafasan yang terjadi pada guru dalam jangka waktu relatif lama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 guru dengan masa kerja >5 tahun terdapat 28 responden ada gangguan (93,3,%) dan 2 (6,7%) normal. Sementara pada 12 guru dengan masa kerja ≤5 tahun terdapat 7 responden (58,3%) mengalami ada keluhan gangguan pernafasan dan 5 responden (41,7%) normal. Hal ini terjadi dikarenakan semakin lama responden
Cici, dkk, Hubungan Partikel Debu Kapur... 297
menggunakan kapur untuk mengajar maka semakin besar tingkat paparan kalsium karbonat yang dialami oleh responden. Menurut Mukono (2008), periode paparan yang lama dapat menyebabkan timbulnya keluhan pernapasan. Efek paparan polutan udara terhadap kesehatan manusia sangat beragam tergantung pada Frekuensi dan lama pemaparan, juga pada status kesehatan orang yang terpapar (Widyastuti, 2005). Masa kerja mempunyai kecenderungan sebagai faktor risiko terjadinya obstruksi saluran pernafasan pada pekerja industri yang berdebu sejak mulai mempunyai masa kerja 5 tahun. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Khumaidah (2009) dengan nilai p=0,002 menyatakan bahwa pada pekerja yang berada di lingkungan dengan konsentrasi debu yang tinggi dalam waktu yang lama (>5 tahun) memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit gangguan paru menahun. Upaya yang dilakukan untuk mengurangi keluhan gangguan pernafasan yaitu dengan meroling atau merotasi guru dengan masa kerja lama dengan guru yang masa kerja nya baru sebentar. Hubungan antara Lama Kerja dengan Keluhan Gangguan Pernafasan Hasil statistik Chi Square diperoleh nilai p=0,679 (p>0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara lama kerja dengan keluhan gangguan pernafasan pada guru SD/MI di Desa Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya Tahun 2016. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa semua guru SD/MI bekerja dalam batas waktu yang memenuhi persyaratan, yaitu berkisar 4-7 jam sehari menunjukkan bahwa sebagian guru SD/MI Di Desa Sungai Raya mengajar dengan lama kerja dibawah rata-rata. Hal ini semakin memperkuat bahwa kejadian keluhan ganguan pernafasan pada guru SD/MI di Desa Sungai Raya tidak dipengaruhi lamanya jam kerja. Budiono (2003) menyatakan lama kerja sebagai durasi waktu pekerja terpapar risiko faktor fisika atau faktor kimia dalam melakukan pekerjaannya (time exposure). Penelitian ini sejalan dengan penelitian solech (2001) menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara pemaparan debu kapur tulis dan penurunan kapasitas fungsi paru dengan nilai p FVC = 0,633 dan nilai p FEVi = 0,618. Meskipun tidak berhubungan secara statistik,
namun secara teori lama kerja tetap merupakan salah satu penyebab keluhan gangguan pernafasan. Lamanya tenaga kerja terpajan oleh cemaran debu merupakan faktor penting timbulnya penimbunan debu di dalam paruparu. Semakin lama bekerja di tempat ruangan yang berdebu maka kemungkinan besar banyak pula debu yang tertimbun dalam paru -paru sebagai hasil penghirupan debu sehari-hari dalam bekerja. (Prasetyo,2010). Untuk mengantisipasi efek negatif paparan debu di tempat kerja, maka perlu dilakukan upaya pencegahan dan perlindungan terhadap keselamatan dan kesehatan tenaga kerja. Salah satu upaya pencegahan tersebut adalah menetapkan waktu bekerja sehari-hari yaitu selama tidak lebih dari 8 jam per hari atau 40 jam per minggu (UU Nomor 13, 2003). Hubungan antara Jumlah Kapur yang Dipakai dengan Keluhan Gangguan Pernafasan Hasil uji statistik Chi Square menunjukkan nilai p=0,012 (< α) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara Jumlah kapur dengan keluhan gangguan pernafasan pada guru SD/MI di Desa Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya Tahun 2016. Analisis hubungan antara variabel didapat OR=13,091 (95% CI: 1,402-112,238). Artinya guru yang Jumlah kapur diatas rata-rata berisiko 13,091 kali lebih besar sebagai penyebab keluhan gangguan pernafasan dibandingkan dengan guru yang Jumlah kapur dibawah rata-rata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 25 guru dengan Jumlah kapur diatas rata-rata terdapat 24 responden ada gangguan (96,0,%) dan 1 (4,0%) normal. Sementara pada 17 guru dengan Jumlah kapur dibawah rata-rata terdapat 11 responden (64,7%) mengalami ada keluhan gangguan pernafasan dan 6 responden (35,3%) normal. Semakin banyak responden menggunakan kapur maka semakin tinggi pula resiko keluhan gangguan pernafasan. Penggunaan kapur akan menghasilkan debu yang dapat membuat kotor barang- barang didekatnya dan juga membuat alergi serta memicu penyakit seperti asma pada beberapa orang dan menggunakan kapur untuk menulis di blackboard dapat menghasilkan bunyi yang bagi sebagian orang akan terasa sakit. Menurut Yulaekah (2007), menyatakan bahwa 60 pekerja di industri batu kapur di Desa
298 Sanitarian, Volume 8 Nomor 3, Desember 2016, hlm.292 - 299
Mrisi Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten Grobogan diperoleh hasil lebih dari 50% pekerja mengalami gangguan fungsi paru dengan kategori obstruksi ringan. Aditya (2007) menyatakan bahwa pekerja mengalami keluhan subyektif pada saluran pernafasannya akibat paparan debu di tempat kerjanya. Upaya yang dilakukan untuk mengurangi keluhan gangguan pernafasan terhadap guru yaitu dengan mengganti kapur tulis dengan media yang lebih canggih dan aman bagi kesehatan. Hubungan antara Cara Menghapus dengan Keluhan Gangguan Pernafasan Hasil analisis menggunakan uji Chi Square di dapatkan nilai p=0,004 (< α) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara cara menghapus dengan keluhan gangguan pernafasan pada guru SD/MI di Desa Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya Tahun 2016. Analisis hubungan antara variabel didapat OR=22,000 (95% CI: 2,781-174,055). Artinya guru yang cara menghapus lebih dari satu arah berisiko 22,000 kali lebih besar sebagai penyebab keluhan gangguan pernafasan dibandingkan dengan guru yang cara menghapus dengan satu arah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 36 guru dengan cara menghapus lebih dari satu arah terdapat 33 responden ada keluhan (91,7,%) dan 3 (8,3%) normal. Sementara pada 6 guru dengan cara menghapus satu arah terdapat 2 responden (33,3%) mengalami ada keluhan gangguan pernafasan dan 4 responden (66,7%) normal. Hal ini menunjukan bahwa cara menghapus dengan banyak arah di papan tulis maka semakin banyak pula debu kapur tulis yang dihasilkan. Lingkungan kerja dengan kadar debu yang tinggi memiliki kecenderungan terjadinya kapasitas vital paru restriksi sedang dan berat, sedangkan pada lingkungan kerja dengan kadar debu yang rendah memiliki kecenderungan pada kapasital vital paru restriksi ringan bahkan sebagian besar termasuk dalam kategori normal (Pudjiastuti, 2003). Kontak yang lama dengan lingkungan yang mengandung gas akan mengakibatkan stres yang berat pada organ saluran pernapasan sehingga menimbulkan berbagai penyakit saluran pernapasan (Harrianto, 2009). Hasil menunjukkan bahwa paparan debu kapur berpengaruh pada peningkatan gejala gangguan pernafasan. Hal
ini memberikan gambaran bahwa penurunan kapasitas vital paru disebabkan oleh adanya faktor banyaknya debu yang ada dalam lingkungan kerja seseorang. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Bwalya D et al., (2011) pada sebuah pabrik batu kapur di Zambia menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara pekerja batu kapur dengan kesehatan pernafasannya. Upaya yang dilakukan untuk mengurangi keluhan gangguan pernafasan terhadap guru yaitu dengan mengganti penghapus papan tulis dengan penghapus yang lebih lembab atau penghapus yang dapat menyerap debu kapur dari papan tulis. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Tidak ada hubungan antara kadar debu terhirup dengan keluhan gangguan pernafasan dengan p value sebesar 0,222 dan hasil uji statistik diperoleh nilai Odds Ratio (OR) = 4,500 dengan Confidence interval (CI) (95% CI: 0,489-41,447). Ada hubungan antara masa kerja dengan keluhan gangguan pernafasan dengan p value sebesar 0,014 dan hasil uji statistik diperoleh nilai Odds Ratio (OR) = 10,000 dengan Confidence interval (CI) (95% CI: 1,59362,784). Tidak ada hubungan antara lama kerja dengan keluhan gangguan pernafasan dengan p value sebesar 0,679 dan hasil uji statistik diperoleh nilai Odds Ratio (OR) = 2,105 dengan Confidence interval (CI) (95% CI: 0,35912,354). Ada hubungan antara Jumlah kapur yang dipakai dengan keluhan gangguan pernafasan dengan p value sebesar 0,012 dan hasil uji statistik diperoleh nilai Odds Ratio (OR) = 13,091 dengan Confidence interval (CI) (95% CI: 1,402-112,238 Ada hubungan antara cara menghapus dengan keluhan gangguan pernafasan dengan p value sebesar 0,004 dan hasil uji statistik diperoleh nilai Odds Ratio (OR) = 22,000 dengan Confidence interval (CI) (95% CI: 2,781-174,055). Bagi peneliti lain dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor lingkungan sekolah dengan kejadian keluhan gangguan pernafasan paru pada guru.
Cici, dkk, Hubungan Partikel Debu Kapur... 299
DAFTAR PUSTAKA Aditya S.A., dan Denny A. 2007.Identifikasi Kadar Debu Di Lingkungan Kerja Dan Keluhan Subyektif Pernafasan Tenaga Kerja Bagian Finish Mill. Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol 162L.3, NO.2,161 – 172. Bwalya D, Bråtveit M, Moen BE. 2011. Chronic Respiratory Symptoms Among Workers At A Limestone Factory In Zambia. Department for Public Health and Primary Health Care, University of Bergen, Bergen, Norway. Archives of Environmental & Occupational Health. Vol. 66, No. 1, 47-50. Budiono, 2003 dalam Yulianti, Diana. 2015. Hubungan Paparan Debu Kapur Tulis dengan Kapasitas Vital Paru Pada Guru Sekolah Dasar/Madrasah Iftidaiah Di Desa Rasau Jaya. Pontianak: Universitas Muhammadiyah Pontianak de Witte, A. J. 1967 dalam sulistri, emi ; Masturi. Analisis Interferensi Cahaya Laser Terhambur Menggunakan Cermin Datar “Berdebu” Untuk Menentukan Indeks Bias Kaca. Semarang: Universitas Negeri Semarang Harrianto, R. 2009. Buku Ajar Kesehatan Kerja. EGC, Jakarta Kumar, 1995 dalam Yulaekah, Siti. 2007. Paparan Debu Terhirup Dan Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja Industri Batu Kapur. Semarang: Universitas Diponegoro
Mukono. H.J, 1997 dalam Yulaekah, Siti. 2007. Paparan Debu Terhirup Dan Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja Industri Batu Kapur. Semarang: Universitas Diponegoro SNI 19-0232-2005 Nilai Ambang Bata (NAB) Zat Kimia Di Udara Tempat Kerja – Bagian 4 No. Nilai Ambang Batas Batu Kapur Utomo, 2005 dalam Yulianti, Diana. 2015. Hubungan Paparan Debu Kapur Tulis dengan Kapasitas Vital Paru Pada Guru Sekolah Dasar/Madrasah IftidaiahDi DesaRasau Jaya. Pontianak: Universitas Muhammadiyah Pontianak Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Prasetyo, 2010 dalam Yulianti, Diana. 2015. Hubungan Paparan Debu Kapur Tulis dengan Kapasitas Vital Paru Pada Guru Sekolah Dasar/Madrasah Iftidaiah Di Desa Rasau Jaya. Pontianak: Universitas Muhammadiyah Pontianak Purnomo, A., & Anwar, T. (2017). Exposure To Wood Dust (PM 10) And Respiratory Disease Symtomps In Meubel Informal Sector Workers. Jurnal Vokasi Kesehatan, 1(6), 181-187. Retrieved from http://ejournal.poltekkespontianak.ac.id/index.php/JVK/article/vie w/39/29 Yulaekah, Siti. 2007. Paparan Debu Terhirup Dan Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja Industri Batu Kapur. Semarang: Universitas Diponegoro