Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
STUDI KASUS PADA Ny. “E” UMUR 21 TAHUN YANG MENGALAMI MASALAH KEPERAWATAN NYERI AKUT DENGAN DIAGNOSA MEDIS POST SC DENGAN INDIKASI PREEKLAMSIA BERAT DI RUANG DAHLIA II DI RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI
KARYA TULIS ILMIAH
Disusun Oleh: RUPI’AH NPM. 12.2.05.01.0038
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2015
Rupi’ah| 12.2.05.01.0038 Fakultas ilmu kesehatan- Prodi DIII Keperawatan
simki.unpkediri.ac.id || 1||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
Rupi’ah| 12.2.05.01.0038 Fakultas ilmu kesehatan- Prodi DIII Keperawatan
simki.unpkediri.ac.id || 2||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
Rupi’ah| 12.2.05.01.0038 Fakultas ilmu kesehatan- Prodi DIII Keperawatan
simki.unpkediri.ac.id || 3||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
STUDI KASUS PADA Ny. “E” UMUR 21 TAHUN YANG MENGALAMI MASALAH KEPERAWATAN NYERI AKUT DENGAN DIAGNOSA MEDIS POST SC DENGAN INDIKASI PREEKLAMSIA BERAT DI RUANG DAHLIA II DI RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI
RUPI’AH NPM. 12.2.05.01.0038
Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi D-III Keperawatan
[email protected]
Dosen Pembimbing 1 : Endah Tri Wijayanti M.Kep,.Ns Dosen Pembimbing 2 : Dwi Retnowati S.Kep.,Ns.M.Kes UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
ABST Rupi’ah| 12.2.05.01.0038 Fakultas ilmu kesehatan- Prodi DIII Keperawatan
simki.unpkediri.ac.id || 4||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
ABSTRAK Studi Kasus Pada Ny. “E” Umur 21 Tahun Yang Mengalami Masalah Keperawatan Nyeri Akut Dengan Diagnosa Medis Post Sc Dengan Indikasi Peb Di Ruang Dahlia Ii Di Rsud Gambiran Kota Kediri, Rupi’ah (2015). Pembimbing I : Endah Tri Wijayanti M.Kep,.Ns Pembimbing 2 Dwi Retnowati S.Kep.,Ns.M.Kes
Sectio caesarea merupakan pengeluaran janin melalui insisi dinding abdomen. Teknik ini digunakan jika kondisi ibu menimbulkan distres pada janin atau jika telah terjadi distres janin. Sebagian kelainan yang sering memicu tindakan ini adalah malposisi janin, plasenta previa, diabetes ibu, dan disproporsi sefalopelvis janin dan ibu. Tujuan penulisan adalah untuk menerapkan dan mengaplikasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis Post SC dengan indikasi PEB. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pasien
Post SC dengan indikasi PEB yang di rawat di Ruang Dahlia II RSUD Gambiran Kota Kediri. Berdasarkan studi kasus pada Ny.E Ditemukan diagnosa utama yaitu nyeri akut yang tindakan keperawatan yang dilakukan adalah Managemnt nyeri , mengobservasi TTV, melakukan pengkajian nyeri dengan PQRST, mengobservasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan, mengajarkan tehnik nonfarmakologi, melakukan kolaborasi kolaborasi pemberian anlgesik Nyeri akut pada Ny.E dikarenakan telah dilakukan tindakan sectio saesaria. Nyeri merupakan masalah yang kompleks karena dapat mempengaruhi tingkat kenyamanan pasien dan bisa menganggu aktivitas pasien sehingga akan timbul rasa ketakutan untuk melakukan gerakan atau tindakan. Bila pada tahap persalinan ibu mengalami gangguan pada kehamilannya yang menyebabkan terjadinya kegawatan pada janin maka harus dilakukan tindakan segera mungkin yaitu Sectio Caesaria untuk mengurangi komplikasi dan menurunkan resiko kematian ibu dan bayi
Kata Kunci : Sectio Saesaria, Nyeri Akut
Rupi’ah| 12.2.05.01.0038 Fakultas ilmu kesehatan- Prodi DIII Keperawatan
simki.unpkediri.ac.id || 1||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
I.
LATAR BELAKANG Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2009). Banyak faktor yang menyebabkan diambilnya Section Caesaria yaitu factor ibu, janin, faktor jalan lahir, berdasarkan partograf, partus kasep dan kegagalan, Angka Section Caesaria
terus
meningkat dari insiden 3-4 % tahun yang lampau sampai insiden 10-15 sekarang ini. Angka terakhir mungkin bisa di terima dan benar. Bukan saja pembedahan menjadi lebih aman bagi ibu, tetapi juga anak ataupun keduanya juga menjadi lebih aman. Disamping itu, perhatian terhadap kualitas kehidupan dan pengembangan intelektual pada bayi telah memperluas indikasi post Sectio Caesaria ( Oxorn, 2010) . Sectio Caesaria menempati urutan ke dua setelah ekstraksi vacum dengan frekuensi yang di laporkan 6% sampai 15% (Mochtar, 2005). Angka kesakitan ibu yang berhubungan dengan persalinan SC mncapai 10-15x di banding persalinan normal, meskipun angka tersebut rendah tetapi ironis jika kematian dapat dihindari menimpa ibu hamil yang sehat dan sebetulnya tidak memerlukan tindakn pembedahan (Cunningham dkk, 2005). WHO memperkirakan pada tahun 2008 rata-rata bedah SC di antara 10 % dan 15% dari seluruh kelahiran di Negara-Negara berkembang di laporkan meningkat 4 kali di bandingkan 10 Tahun sebelumnya. di Indonesia berdasarakin Survei Demografi dan kesehatan tahun 2009-2010 mencatat angka persalinan SC secara Nasional berkurang lebih 20,5% dari total persalinan SC. Di Jawa Timur angka kejadian Sectio Caesaria mencapai 15,6% (Depkes, 2007). Data Rekam Medik Rumah Sakit Umum Daerah Gambiran Kota Kediri menunjukkan bahwa jumlah penderita post SC dengan indikasi pre-eklampsia berat pada tahun 2012 sejumlah 2.454 orang, 2013 sejumlah 2.748 orang dan tahun 2014 sejumlah 1.469 orang. Adapun indikasi tindakan SC adalah Plasenta previa, distosia serviks, rupture uteri mengancam, disproporsi cepalopelviks, eklamsia dan preeklamsia berat. Jika selama 24 jam faktor tersebut tidak teratasi maka akan terjadi resiko morbiditas dan mortalitas perinatal akibat prematurasi janin. Tindakan operasi SC menyebabkan nyeri karena terjadinya kontinuitas jaringan karena adanya pembedahan (Pratiwi, 2012). ibu yang mengalami gangguan persalinan yang menyebabkan terjadinya kegawatan pada janin maka harus dilakukan tindakan segera mungkin yaitu operasi Sectio Caesaria agar Rupi’ah| 12.2.05.01.0038 Fakultas ilmu kesehatan- Prodi DIII Keperawatan
simki.unpkediri.ac.id || 2||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
tidak terjadi komplikasi dan terjadi resiko kematian ibu dan bayi (Mochtar, 2005). peningkatan tindakan bedah SC perlu menjadi perhatian mengingat tindakan bedah SC menimbulkan resiko morbiditas dan mortalitas lebih tinggi dari pada persalinan pervagina, di samping itu lama persalinan pasca bedah SC pun lama dan turut memberikan konsekuensi pada biaya pelayanan kesehatan yang tinggi (Nurbaiti, 2009).
II.
METODE a. Wawancara : menanyakan atau tanya jawab dengan menggunakan komunikasi langsung dengan keluarga yang meliputi : biodata, riwayat kesehatan, data 5 biologi, psikologi, sosial dan spiritual. b. Observasi atau pengamatan : mengamati secara langsung keadaan pasien untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan dan keperawatan pasien. c. Pemeriksaan fisik : melakukan pemeriksaan fisik pada pasien untuk menentukan masalah kesehatan pasien dengan cara : inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi. d. Studi dokumentasi dengan cara mempelajari rekam medik pasien.
III. HASIL DAN KESIMPULAN A. Pengkajian Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan Pengkajian ini harus dilakukan secara komprehensif terkait dengan aspek biologis, psikologis, social, maupun spiritual klien. Tujuan pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi tentang klien, dan membuat perumusan masalah yang di alami klien. pasien datang ke Puskesmas Sambi dengan keluhan pasien mengatakan pusing sejak ± 4 bulan yang lalu jika tekanan darah naik yaitu 150/100 mmhg, pada tanggal 29 juni 2015 periksa ke Puskesmas Sambi kemudian dirujuk ke RSUD Gambiran dan periksa ke poli BKIA dengan diagnose G2P1001 PEB 37-38 mg tandatanda vital TD :140/100 mmhg RR:18x/menit Nadi :85 x/menit. kemudian dianjurkan MRS di ruang VK . pada tanggal 02 Juli 2015 pasien dilakukan operasi SC ,dan pada saat pengkajian pada tanggal 04 Juli 2013 pasien mengatakan P : nyeri pada daerah perut bagian bawah luka bekas operasi Q:seperti ditusuk-tusuk R:pada perut bagian bawah S:skala 4 T: setiap bergerak dan hilang jika istirahat. Pada tinjauan pustaka menurut Williams (2008), Sectio sesarea adalah pengeluaran janin melalui insisi abdomen. Teknik ini digunakan jika kondisi ibu menimbulkan distres pada janin atau jika telah terjadi distres janin. Sebagian kelainan yang sering memicu tindakan ini adalah Rupi’ah| 12.2.05.01.0038 Fakultas ilmu kesehatan- Prodi DIII Keperawatan
simki.unpkediri.ac.id || 3||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
malposisi janin, plasenta previa, diabetes ibu, dan disproporsi sefalopelvis janin dan ibu. Sectio sesarea dapat merupakan prosedur elektif atau darurat .Untuk sectio caesarea biasanya dilakukan anestesi spinal atau epidural. Apabila dipilih anestesi umum, maka persiapan dan pemasangan duk dilakukan sebelum induksi untuk mengurangi efek depresif obat anestesi pada bayi. Terdapat kesamaan antara hasil pengkajian secara langsung dengan indikasi tentang Sectio Caesaria yang di temukan pada pasien Ny “E” yang mengalami pre-eklamsia berat yang di cirikan sesuai dengan indikasi Sectio Caesaria. B. Diagnosa Keperawatan Menurut Nanda (2011) diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien Sectio Saesarea sebagai berikut : 1.
nyeri akut berhubungan terputunya jaringan
2.
defisif perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik
3.
resti infeksi berhubungan dengan invasi bakteri. Dalam kasus nyata diagnosa yang muncul tidak jauh berbeda dengan yang terdapat pada
teori, akan tetapi diagnosa yang muncul pada teori tidak semuanya muncul pada kasus nyata. Oleh karena itu penulis mengelompokkan dan membahas diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus nyata yang sesuai teori dan diagnosa keperawatan yang terdapat pada teori yang tidak muncul pada kasus nyata. a. Diagnosa keperawatan yang muncul 1. nyeri akut berhubungan terputunya jaringan Pengalaman sensori dan emosi tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial,awitan yang tiba-tiba atau perlahan dengan intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan (Aziz,2007) Penulis mengangkat diagnosa nyeri akut sebagai diagnosa utama dibandingkan dengan diagnosa lain yang muncul, karena nyei akut merupakan diagnosa yang perlu ditangani segera sebab dalam kasus nyata pasien akan mengalami nyeri yang dapat mempengaruhi tingkat kenyamanan. Di dalam kasus nyeri merupakan masalah yang komleks karena dapat
Rupi’ah| 12.2.05.01.0038 Fakultas ilmu kesehatan- Prodi DIII Keperawatan
simki.unpkediri.ac.id || 4||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
mempengarui tingkat kenyamanan sehingga kerap menimbulkan rasa tidak nyaman berkepanjangan yang dapat mengganggu aktivitas. C.
Rencana Tindakan Rencana keperawatan secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu dokumentasi
tulisan tangan dalam menyelesaikan masalah, tujuan, dan intervensi keperawatan (Nursalam, 2008). Pada diagnosa nyeri akut berhubungan dengan terputusnya jaringan. Intervensi yang penulis susun antara lain : observasi TTV untuk mengetahui keadaan umum pasien, kaji nyeri dengan PQRST , Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan, ajarkan tehnik nonfarmakologi, kolaborasi dengan tim medis pemberian analgesic, gunakan komunikasi terapeutik untuk mengetahuan pengalaman nyeri pasien. Dalam tahap ini penulis mendapatkan fakta bahwa rencana tindakan pada diagnosa pertama tersebut ada kesenjangan, seperti :observasi TTV untuk mengetahui keadaan umum pasien , kaji nyeri dengan PQRST , Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan , ajarkan tehnik nonfarmakologi, kolaborasi dengan tim medis pemberian analgesik, gunakan komunikasi terapeutik untuk mengetahuan pengalaman nyeri pasien. Hal ini terjadi karena intervensi direncanakan berdasarkan dengan kebutuhan dan masalah pasien, sehingga intervensi tersebut dapat mengatasi masalah yang dialami pasien. B.
Implementasi Implementasi atau pelaksanaan merupakan realisasi dari rencana tindakan yang telah
disesuaikan dengan diagnosa keperawatan yang telah dirumuskan pada diagnose: pad tanggal 04 juli 2015 jam 09:00 Mengobservasi TTV TD :120/80 mmhg, S: 36,6OC, N: 85 x/mnt, RR:20 x/mnt, Melakukan pengkajian nyeri dengan PQRST P : nyeri pada daerah perut bagian bawah luka bekas operasi Q:seperti ditusuk-tusuk R:pada perut bagian bawah S:skala 4 T: setiap bergerak dan hilang jika istirahat , Mengobservasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan Pasien tampak meringis kesakitan pasien tampak memegangi perutnya , Mengajarkan tehnik nonfarmakologi Ajarkan pasien tehnik nafas dalam ,melakukan Kolaborasi pemberian anlgesik injeksi ranitidine 5 mg/IV , asam mefenamat 500 mg/Oral Adapun implementasi yang dapat dilakukan oleh penulis kasus ini, hanya dapat dilakukan selama 3 hari rawat. Hal ini disebabkan karena secara umum kondisi kesehatan pasien yang sudah pilih atau membaik. C.
Evaluasi
Rupi’ah| 12.2.05.01.0038 Fakultas ilmu kesehatan- Prodi DIII Keperawatan
simki.unpkediri.ac.id || 5||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan
keberhasilan
dari
diagnosa
keperawatan,
rencana
intervensi
dan
implementasinya. Tahap evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor apa yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan, dan implementasi intervensi (Nursalam, 2008) Langkah terakhir dari proses keperawatan yang dilakukan pada Ny. E dengan masalah utama Sectio saesaria adalah dengan melakukan evaluasi dengan cara membandingkan data yang ada di kriteria hasil dengan data dievaluasi (subyektif, obyektif, assesment/analisa, planning). Evaluasi penulis lakukan sejak tanggal 04-06 Juli 2015 dengan hasil evaluasi pada diagnosa keperawatan; nyeri akut berhubungan dengan terputusnya jaringan yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diperoleh hasil: subyektif S: Pasien mengatakan sudah tidak nyeri pada daerah perut bagian bawah luka bekas operasi , P : sudah tidak merasakan nyeri pada daerah perut bagian bawah luka bekas operasi S:skala 1, Pasien sudah tidak tampak meringis kesakitan, pasien sudah tidak tampak memegangi perutnya, terdapat luka bekas operasi steril tertutp kasa ±10 cm. Assesment/Analisa: masalah teratasi. Planing: intervensi dihentikan. Alasan intervensi dihentikan. Kekuatan dari evaluasi yang penulis lakukan adalah evaluasi yang dilakukan penulis sesuai dengan kondisi klien setelah penulis memberikan asuhan keperawatan selama tiga hari. Dari hasil evaluasi didapatkan bahwa semua masalah teratasi. Adapun masalah keperawatan yang telah teratasi adalah sebagai berikut : nyeri akut berhubungan terputunya jaringan, defisif perawatan diri berhubungan kelemahan fisik. A. Simpulan Setelah mengetahui gambaran yang jelas tentang proses perawatan pada Ny. E dengan kasus Sectio saesaria baik secara teori dan kasus sebenarnya dialami di rumah sakit, maka dapat kesimpulan sebagai berikut : 1. Dalam pengkajian pada tanggal 04 juli 2015 mengatakan P : nyeri pada daerah perut bagian bawah luka bekas operasi Q:seperti ditusuk-tusuk R:pada perut bagian bawah S:skala 4 T: setiap bergerak dan hilang jika istirahat TD:120/80 mmhg, N :82x/mnt RR:20x/mnt S:36 C. 2. Diagnosa keperawatan yang muncul adalah nyeri akut berhubungan dengan terputusnya jaringan di tandai dengan Pasien mengatakan nyeri pada daerah perut bagian bawah luka bekas operasi ,nyeri dirasakan terus menerus seperti ditusuk-tusuk ,nyeri bertambah apabila di buat bergerak dan berkurang apabila dibuat istirahat, skala 4. KU :baik, pasien tampak meringis kesakitan, pasien tampak memegangi perutnya. keluar dari , terdapat luka Rupi’ah| 12.2.05.01.0038 Fakultas ilmu kesehatan- Prodi DIII Keperawatan
simki.unpkediri.ac.id || 6||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
bekas operasi steril tertutup kasa ±10 cm TTV: TD :120/80 mmhg, S: 36OC, N: 85 x/mnt, RR:20 x/mnt. 3. Rencana tindakan yang dilakukan pada diagnosa perioritas adalah observasi TTV, Lakukan pengkajian nyeri dengan PQRST, Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan, gunakan komunikasi terapeutik untuk mengetahuan pengalaman nyeri pasien, kurangi faktor presipitasi nyeri, ajarkan tehnik nonfarmakologi, kolaborasi pemberian anlgesik. 4. Implementasi yang dilakukan selama 3 hari. implementasi diagnosa perioritas pertama berdasarkan intervensi keperawatan adalah Mengobservasi TTV TD :120/80 mmhg, S: 36,6OC, N: 85 x/mnt, RR:20 x/mnt, Melakukan pengkajian nyeri dengan PQRST P : nyeri pada daerah perut bagian bawah luka bekas operasi Q:seperti ditusuk-tusuk R:pada perut bagian bawah S:skala 4 T: setiap bergerak dan hilang jika istirahat Mengobservasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan, Pasien tampak meringis kesakitan pasien tampak memegangi perutnya, Mengajarkan tehnik nonfarmakologi, Ajarkan pasien tehnik nafas dalam, melakukan Kolaborasi pemberian anlgesik, injeksi ranitidine 5 mg/IV , asam mefenamat 500 mg/Oral. 5. Pada tahap evaluasi ditemukan masalah sudah teratasi. Hal ini disebabkan karena secara umum kondisi pasien yang sudah pulih dan atau membaik.
IV.
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, F.G.2008. Obstetri Wiliams. Jakarta : EGC Hidayat. A. 2008 . Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Buku 1. Jakarta : Salemba Medika
Mochtar, (2007) . Sinopsis Obstetri . Jakarta : EGC Mansjoer.
(2002)
pengertian
section
saesaria
http://lpkeperawatan.blogspot.com/2013/11 12:19 . Diunduh tanggal 01 agustus 2015
Manuaba, IBG. 2009. Memahami kesehatan reproduksi. Jakarta : EGC NANDA, 2012, Nursing Diagnosis: Definitions and classification, Philadelphia. Jakarta: EGC
Rupi’ah| 12.2.05.01.0038 Fakultas ilmu kesehatan- Prodi DIII Keperawatan
simki.unpkediri.ac.id || 7||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
Oxoin, H & forte, WR 2010, Ilmu kebidanan . Yogyakarta : yayasan Essensial Medika (YEM) Potter P. A. Perry A. G. 2006. buku ajar fundamental keperawatan : konsep, proses , praktik . jakarta : EGC. Prawirohardjo. Sarwono. 2007 . ilmu kebidanan . Edisi kedua .Jakarta : Bina pustaka Sarwono. (2007).Buku Panduan Ilmu Kebidanan, Bina Pustaka.Jakarta : EGC
Wiknjosastro. Hanifa 2007. Ilmu kebidanan edisi ketiga . Jakarta : EGC
Rupi’ah| 12.2.05.01.0038 Fakultas ilmu kesehatan- Prodi DIII Keperawatan
simki.unpkediri.ac.id || 8||