Seminar dan Lokakarya Nasional Kerbau 2009
KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PEMELIHARAAN KERBAU DI DESA LENGKONG KULON, BANTEN (Economic Social Characteristics of Buffalo Breeding Livestock in Lengkong Kulon Village Banten) S. RUSDIANA dan L. PRAHARANI Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Jl. Raya Pajajaran Kav. E 59, Bogor 16151
ABSTRACT Buffalo has the role and important functions for the people in the village of Lengkong Kulon, Pangedangan Subdistrict, Tangerang District, Banten Province, since it can be maintained in simple technology and can contribute income to farmers. The aim of this study is to analyze the results of raising buffalo in attempt to determine the function of farmers' income. The experiment was conducted based on structured survey methods on 27 breeder respondents. Farming operation in a year is used to determine the level of maintenance revenues using the approach Cost and Return Analysis (CRA). Income level was calculated from the reduction of total recieved in cash out flow. Analysis of the economic function was calculated based on cash return B/C. While the allocation of time is calculated based on the man day/year. The result of CRA for growing male buffaloes resulted in the net profit of Rp. 4,290,500/year and analysis of B/C of 1.5 while maintaining the female buffaloes as breeding stock resulted in net profit of and Rp. 3,890,500/year, the B/C of 2.0. Female buffalo was still maintained at the breeder as an investment for next year which means that maintaining female buffalo can become source of additional income of farmers. Key Words: Socioeconomic, Characteristics, Income, Buffaloes ABSTRAK Kerbau mempunyai peran dan fungsi yang sangat penting bagi masyarakat di Desa Lengkong Kulon, Kecamatan Pangedangan, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, karena dapat dipelihara dengan teknologi yang sederhana dan hasilnya dapat menambah pendapatan petani. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisa hasil usaha pemeliharaan ternak kerbau sebagai upaya untuk mengetahui fungsi pendapatan petani. Penelitian dilaksanakan dengan metode survei berstruktur terhadap 27 peternak responden. Parameter ekonomik yang diperhitungkan setahun dipakai untuk mengetahui tingkat pendapatan usaha pemeliharaan ternak kerbau melalui pendekatan Cost and Return Analysis (CRA), tingkat pendapatan dihitung dari hasil pengurangan antara total penerimaan secara cash out flow. Analisis fungsi ekonomi dihitung berdasarkan return cash ratio B/C. Sementara itu, alokasi waktu dihitung berdasarkan HOK/tahun. Hasil perhitungan cost and return analysis (CRA) pemeliharaan ternak kerbau jantan untuk pembesaran mendapat keuntungan bersih sebesar Rp. 4.290.500/tahun lebih tinggi, dan analisis B/C 1,5 sedangkan pemeliharaan ternak kerbau induk untuk mendapatkan keturunan mendapat keuntungan bersih sebesar Rp. 3.890.500/tahun lebih rendah, analisis B/C 2,0. Betina induk masih dipelihara di peternak sebagai investasi untuk tahun berikutnya yang artinya usaha pemeliharaan ternak kerbau dapat dipertahankan sebagai sumber tambahan pendapatan petani. Kata Kunci: Karakteristik, Sosial Ekonomi, Pendapatan, Kerbau
PENDAHULUAN Kerbau merupakan salah satu ternak yang diharapkan kontribusinya guna meningkatkan pendapatan peternak yang sekaligus memberikan peranan dalam pertumbuhan ekonomi di pedesaan. Kerbau mempunyai peranan yang kompleks di dalam sistem
72
pertanian sebagai tenaga kerja keluarga dipedesaan. Fungsi ekonomi dan biologis kerbau yang telah dikenal sejak lama disamping menghasilkan daging dan susu yang merupakan sumber protein. Di Indonesia jumlah populasi ternak kerbau sekitar 2.191.636 ekor dan di Provinsi Banten sebanyak 144.944 ekor (BPS, 2009).
Seminar dan Lokakarya Nasional Kerbau 2009
Pada umumnya usaha pemeliharaan ternak kerbau di pedesaan masih sederhana, sehingga diupayakan suatu usaha introduksi inovasi teknologi peternakan yang sesuai dengan kondisi dan situasi wilayah sasaran dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan peternak kerbau. SADERI et al. (2005) berpendapat bahwa pemeliharaan ternak kerbau di pedesaan adalah secara turuntemurun, tetapi sangat diminati oleh penduduk di pedesaan karena pemeliharaannya sederhana dan hasilnya dapat bermanfaat bagi kesejahteraan petani. Menurut ROHAENI et al. (2007) perkembangan ternak kerbau dinilai lambat karena berbagai kendala antara lain modal, kekurangan kubangan dan langkanya bibit unggul. Usaha ternak kerbau sangat berperan dalam kehidupan penduduk pedesaan pada skala kecil terbukti mampu membantu pendapatan dengan pemanfaatan sumberdaya alam yang tersedia di sekitarnya. Ternak kerbau dapat berfungsi sebagai sumber protein hewani bagi masyarakat, juga sebagai tabungan, tambahan penghasilan, dan kotorannya dapat dijadikan sebagai sumber pupuk yang sekaligus memberikan keuntungan bagi petani. ABDULLAH et al. (2005) berpendapat bahwa tantangan terbesar dalam hampir semua sistem produksi ternak di berbagai negara berkembang adalah pakan dan lahan. Untuk memenuhi kebutuhan hijauan pakan, berbagai usaha telah banyak dilakukan seperti integrasi padi ternak, pemanfaatan lahan perkebunan kelapa, perkebunan karet, kakao dan tanaman pangan (PRIYANTO, 2008). Pada sistem integrasi tersebut dilakukan dengan memanfaatkan vegetasi alami yang tumbuh atau limbah tanaman utama sebagai sumber pakan. Pada komoditas tanaman pangan biasanya yang dapat digunakan sebagai sumber pakan ternak adalah limbah atau sisa-sisa panen yang mempunyai nilai ekonomis. Daya dukung lahan yang dimiliki di Desa Lengkong Kulon masih memungkinkan bagi pengembangan usahaternak kerbau seperti di lahan kosong perkebunan, tegalan, sawah, dan ladang. Selain itu, hijauan pakan ternak baik rumput atau berbagai limbah pertanian masih cukup tersedia untuk pengembangan usahaternak ruminansia, khususnya kerbau. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis karakteristik sosial ekonomi
pemeliharaan ternak kerbau dan analisis fungsi pendapatan petani di pedesaan. MATERI DAN METODE Lokasi penelitian di Desa Lengkong Kulon, Kecamatan Pagedangan, Kabupeten Tangerang, Provinsi Banten, dilakukan survei berstruktur terhadap 27 peternak responden pemelihara ternak kerbau. Parameter ekonomik setahun dipakai untuk mengetahui tingkat pendapatan usaha pemeliharaan ternak melalui pendekatan Cost and Return Analysis (CRA), berdasarkan petunjuk AMIR dan KIPSCHEER dalam PRIYANTO et al. (2008). Tingkat pendapatan dihitung dari hasil pengurangan antara total penerimaan dan total pengeluaran secara cash out flow. Sementara itu, analisis fungsi ekonomi dihitung berdasarkan return cash ratio B/C (CHAMDI, 2005). Untuk input usahaternak berupa biaya non tunai (alokasi tenaga kerja/tahun) dapat diperhitungkan (RUSDIANA dan PRIYANTO, 2008), dengan rumus: Nilai HOK =
CTH X 360 5 X UPH
dimana: HOK = nilai curahan tenaga kerja/tahun (Rp) CTH = Curahan tenaga kerja (jam/hari) 1 HOK = 5 jam kerja/hari UPH = Upah tenaga kerja harian buruh tani di lokasi (Rp. 5000/HOK) HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi umum Desa Lengkong Kulon berada di wilayah Kecamatan Pagedangan, Kabupaten Tangerang, dengan luas wilayah 208,6 ha. Terletak pada ketinggian 25 m dpl dan jarak dari Ibu Kota Kecamatan sekitar 1,4 km, kondisi topografi umumnya landai hingga datar. Tingkat kesuburan tanah dari luas yang ada 158 ha subur dan 50,6 ha sedang. Rata-rata jumlah curah hujan sebanyak 1,165 mm/tahun dengan bulan basah selama delapan bulan/tahun dari rata-rata hari hujan 85 hari/tahun, suhu udara berkisar 22 – 32C
73
Seminar dan Lokakarya Nasional Kerbau 2009
dengan kelembaban berkisar antara 60 – 65% . Keadaan ini cukup ideal untuk usaha pemeliharaan ternak kerbau. Sebagian besar lahan di Desa Lengkong Kulon terdiri dari lahan sawah, kebun, lahan kering, tegalan lahan kosong, perkebunan, padang rumput untuk pangonan, gubangan lumpur tempat peristirahatan ternak kerbau pada siang hari dan aliran sungai (Tabel 1). Profil responden Peternak kerbau sudah lama berpengalaman memelihara kerbau lama dan turun temurun sekitar 20 – 40 tahun. Usahatani kerbau sudah berkembang di wilayah Desa Lengkong Kulon Kecamatan Pagedangan, Kabupaten Tangerang. Lahan desa cukup luas, tetapi mulai pada tahun 1997 lahan mulai berubah menjadi fungsi bangunan perumahan dan pabrik sehingga petani banyak beralih fungsi dari usaha ternak kerbau ke usaha lain seperti kerja bangunan, dagang, petani atau buruh tani. Walaupun keadaan yang kurang mendukung tetapi petani ternak masih mempertahankan keberadaan kerbau, untuk di jadikan sebagai usaha dalam pemenuhan kebutuhan keluarga dan sebagai tenaga kerja di sawah dan kebun. Tujuan dan sistem kerbau cukup beragam pemeliharaanya seperti: 1. Pemeliharaan untuk mendapatkan keturunan anak atau bibit
2. Pemeliharaan sistem pembesaran 3. Pemeliharan sistem gaduhan atau bagi hasil 4. Pemeliharaan sistem tengkulak (dipelihara 1 – 7 hari untuk dijual kembali), baik untuk peternak ataupun ke pasar dan RPH Perkembangan perekonomian di masyarakat cukup baik, sehingga peternak sangat antusias sekali dalam mempertahankan keberadaan ternaknya. Kepemilikan ternak kerbau di peternak Petani disamping memelihara ternak kerbau juga menanam tanaman pangan seperti tanaman padi, jagung, ubi kayu, pepaya dan lainnya. Ternak kerbau bagi petani merupakan usaha utama yang diharapkan dalam pemenuhan kebutuhan keluarga. Petani dalam pemeliharaannya cukup sederhana tanpa menggunakan pakan tambahan/konsentrat dan digembalakan pada siang hari, dan malam harinya dikandangkan. Ternak kerbau jantan banyak dijual pada umur muda untuk kebutuhan keluarga. Pada umumnya kerbau yang dimiliki betina induk, dengan alasan untuk mendapatkan keturunan dan pada umumnya kerbau tersebut adalah milik sendiri. Kepemilikan, dalam usaha pemeliharaan kerbau merupakan faktor ekonomi yang sangat mempengaruhi suatu usaha yang dijalankan oleh petani dalam jangka waktu tertentu (Tabel 2).
Tabel 1. Penggunaan luas lahan di lokasi penelitian Luas lahan Uraian
(ha)
(%)
Sawah
51
24,45
Kering
65,3
31,30
21
10,07
Jalan
2,2
1,05
Bangunan umum dan pemukiman
65,8
31,54
3,3
1,58
208,6
100
Lahan pertanian
Padang rumput penggembalaan Non pertanian
Lain-lain Jumlah sementara Sumber: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN TANGERANG (2008)
74
Seminar dan Lokakarya Nasional Kerbau 2009
Tabel 2. Rataan pengelompokan kepemilikan ternak kerbau di lokasi penelitian (n = 27) Uraian
Peternak (orang)
Jumlah/ekor (rata-rata)
Persentase
Induk
14
31 (1,2)
65,86
Jantan
8
9 (0,3)
19,15
Pedet (jantan – betina)
5
7 (0,3)
14,90
Jumlah
27
47 (1,8)
100
Rataan jumlah pemeliharaan kerbau pada Tabel 2 menunjukkan struktur populasi ternak yang dipelihara di lokasi pengamatan nampak bahwa proposi tertinggi adalah betina induk (65,96%), jantan (19,15%) dan pedet jantan dan betina (14,89%) yang artinya keadaan ini menggambarkan usaha pemeliharaan ternak kerbau di peternak merupakan usaha cow calf production. Curahan waktu kerja peternak Berbeda dengan usahatani tanaman, tatalaksana usaha ternak umumnya meliputi kegiatan rutin menggembalakan, mencari pakan, memberi makan, membersihkan kandang, memandikan sehingga menyerap tenaga keluarga yang sangat besar. Rincian lengkap menunjukkan bahwa tenaga kerja keluarga yang dicurahkan untuk usaha pemeliharaan kerbau di peternak cukup besar yaitu 381,9 HOK/tahun. Hal ini menggambarkan sistem usaha pemeliharaan kerbau di peternak adalah di gembalakan bila dilihat curahan waktu kerja (Tabel 3). Karakteristik sosial ekonomi pendapatan (cash out flow) Pendapatan merupakan selisih antara total penerimaan langsung (cash out flow) dengan biaya-biaya selama pemeliharaan ternak kerbau. Menurut MUBYARTO, (1980), perkiraan pendapatan ini merupakan hasil usaha pemeliharaan ternak selama periode tertentu. Sementara itu, pendapat dari GITTINGER (1989), bahwa analisis perkiraan sosial ekonomi pendapatan adalah hasil usaha pemeliharaan ternak yang umumnya digunakan
untuk mengevaluasi kegiatan usaha dalam satu tahun atau periode tertentu. Berdasarkan hasil penelitian di Desa Lengkong Kulon dan informasi dari peternak usaha pemeliharaan ternak kerbau dengan skala 2 ekor induk betina untuk mendapatkan keuntungan dari keturunan anak dibandingkan pemeliharaan skala 2 ekor jantan umur 5 bulan untuk pembesaran tertera pada Tabel 4.. Penerimaan tunai hanya semata terkonsentrasi pada penjualan ternak kerbau/tahun dan hasil pembesaran. Di lokasi penelitian tidak dilakukan penjualan pupuk kandang, karena semuanya dimanfaatkan oleh petani untuk dikembalikan ke lahan petani sebagai pupuk kandang. Penjualan ternak kerbau tersebut berasal dari penjualan dalam bentuk, pejantan dewasa dan pedet yang dipelihara selama 3 bulan. Biaya tunai dalam usaha pemeliharaan kerbau berasal dari pembelian ternak atau bibit/bakalan, alat pertanian, penyusutan kandang dan biaya tidak terduga sewaktuwaktu. Sementara itu, biaya non tunai dialokasikan untuk biaya curahan waktu kerja keluarga. Pada Tabel 4, hasil perhitungan cost and return analysis (CRA) pemeliharaan ternak kerbau jantan untuk pembesaran mendapat keuntungan bersih sebesar Rp. 4.290.500/tahun, dan B/C 0,42 sedangkan pemeliharaan ternak kerbau induk untuk mendapatkan keturunan mendapat keuntungan bersih sebesar Rp. 3.890.500/tahun dan B/C 2,0 sedangkan betina induk masih dapat dipelihara di peternak sebagai investasi untuk tahun berikutnya. Artinya usaha pemeliharaan ternak kerbau dapat dipertahankan sebagai sumber tambahan pendapatan petani.
75
Seminar dan Lokakarya Nasional Kerbau 2009
Tabel 3. Rata-rata penggunaan waktu kerja keluarga peternak/tahun Desa Sumbung (n = 27) Jenis pekerjaan
Rata-rata (jam/hari)
Jam/tahun
HOK
Menggembalakan
3,6
1.296
259,5
Mencari pakan tambahan
1,2
432
86,4
Membersihkan kandang
0,5
180
36
Jumlah
5,3
1.908
381,9
1 HOK = ; 1 tahun = 360 hari Tabel 4. Perkiraan analisis ekonomi pendapatan ternak kerbau di peternak tahun 2009 Jumlah ternak yang diusahakan 2 ekor 2 ekor induk betina (Rp) pedet jantan (Rp)
Uraian Investasi Pembelian 2 ekor induk @ Rp. 8.000.000/ekor
16.000.000
-
-
7.500.000
Pembelian alat pertanian
250.000
250.000
Penyusutan kandang
400.000
400.000
Penyusutan induk 2 ekor/tahun
500.000
-
Biaya tidak terduga
150.000
150.000
Pembelian 2 ekor jantan umur 5 bulan @ Rp. 3.750.000/ekor Biaya produksi
Biaya tenaga kerja keluarga/tahun Total biaya produksi (Investasi + Biaya produksi
1.909.500
1.909.500
3.209.500
10.209.500
7.100.000
-
Pendapatan/penerimaan Penjualan 2 ekor anak umur 3 bulan @ Rp. 3.550.000/ekor Penjualan 2 ekor jantan umur 1 tahun @ Rp. 7.250.000/ekor Pendapatan B/C
14.500.000 3.890.500
4.290.500
2,0
1,5
Keterangan: Induk kerbau pada saat dibeli sedang bunting 5 bulan dan masih dipelihara di peternak sebagai investasi untuk tahun berikutnya, sedangkan 2 ekor jantan dipelihara untuk pembesaran habis terjual
KESIMPULAN Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa usaha pemeliharaan pembesaran kerbau di Desa Lengkong Kulon memiliki nilai jual ternak yang lebih tinggi daripada pembibitan sehingga sangat menguntungkan peternak dan dengan demikian dapat dimanfaatkan sebagai pemacu untuk mempertahankan eksistensi ternak kerbau di daerah ini.
76
Pendapatan dari usaha ternak kerbau menujukkan prospek yang cukup baik dalam mendukung secara sosial ekonomi bagi peternak. DAFTAR PUSTAKA ABDULLAH, L., P.D.M.H KARTI dan S. HARDJOEWIGNYO. 2005. Reposisi tanaman pakan dalam kurikulum Fakultas Peternakan Pros. Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak. Bogor 16 September 2005.
Seminar dan Lokakarya Nasional Kerbau 2009
BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) PETERNAKAN. 2009. Statistik Peternakan 20098. Direktorat Jenderal Peternakan. Departemen Pertanian, Jakarta. CHAMDI, A.N. 2005. Karakteristik sosial ekonomi usaha pemeliharaan ternak kambing di daerah lahan kering Desa Sambongbangi Kecamatan Kredenan Kabupaten Grobogan. Pros. Seminar Pengembangan Usaha Peternakan Berdaya Saing di Lahan Kering. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 258 – 266. DINAS PETERNAKAN KABUPATEN TANGERANG. 2008. Statistik Peternakan. GITTINGER, J.P. 1986. Analisis Ekonomi ProyekProyek Pertanian. Edisi Kedua. Universitas Indonesia, Jakarta. MUBYARTO, M. 1980. Pengantar Ekonomi Pertanian Penerbit LP3ES, Jakarta. PRIYANTO, D. 2008. Model Usahatani integrasi kakao kambing dalam upaya peningkatan pendapatan petani. Wartazoa 18(1): 46 – 56
ROHAENI, E.S., M. SABRAN dan HAMDAN. 2007. Potensi, peran dan permasalahan beternak kerbau di Kalimantan Selatan. Pros. Seminar dan Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau. Jambi, 22 – 23 Juni 2007. Puslitbang Peternakan bekerjasama dengan Direktorat Perbibitan Ditjen Peternakan, Dinas Peternakan Provinsi Jambi, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Batanghari. hlm. 70 – 76. RUSDIANA dan DWI PRIYANTO, D. 2008. Analisis Pendapatan Usaha Ternak Domba Tradisional di Kabupaten Sukabumi. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Inovasi Teknologi Mendukung Pengembangan Agribisnis Peternakan Nasional Ramah Lingkungan. Puslitbang Peternakan. SADERI, D.I., E.S. ROHAENI, A. DARMAWAN, A. SUBHAN dan RAFIQ. 2005. Profil pemeliharaan kerbau rawa di Kalimantan Selatan. (Studi Kasus di Desa Bararawa dan Desa Tampangan, Kecamatan Danau Panggang, Kabupaten Hulu Sungai Utara). Pros. Seminar Nasional. Hasil-hasil Penelitian/Pengkajian Spesifik Lokasi. Jambi, 23 – 24 Nopember 2005. hlm. 320 – 325
77