KANDUNGAN METODE PENDIDIKAN DALAM KELUARGA MENURUT SURAT IBRAHIM AYAT 37 MUSLI Abstrak Pendidikan tidak hanya menjadi tanggung jawab lembaga pendidikan formal seperti sekolah. Yang lebih urgen sesungguhnya pendidikan dalam keluarga. Pertanyaannya, bagaimanakah pendidikan dalam keluarga menurut Islam. Karena pendidikan Islam bersumber dari Alquran dan Hadis, dalam menjawabnya, penulis merujuk sebuah ayat Alquran, yakni surat Ibrahim: 37. Surat ini bercerita tentang pendidikan yang diterapkan Nabi Ibrahim dalam keluarganya. Dari kisah tersebut, penulis menyarikan metode-metode pendidikan yang bisa diterapkan dalam keluarga. Kata Kunci: pendidikan Islam, keluarga, metode.
Pendahuluan Pelaksanaan untuk mencapai tujuan dari pendidikan Islam, baik dalam sebuah lembaga pendidikan ataupun dalam keluarga, harus memerlukan alat. Alat yang menunjang tercapainya tujuan yang diinginkan, diantaranya dengan menggunakan metode yang tepat. Dalam mengarahkan pelaksanaannya. Metode merupakan kedudukan yang paling penting, metode pendidikan secara luas mengandung pengertian yang fleksibel sesuai dengan kondisi dan situasi, dan mengandung implikasi mempengaruhi, serta saling ketergantungan antara pendidik dan anak didik, maupun antar orang tua dan anak. Menurut Abdul Mujib, tugas utama metode pendidikan adalah mengadakan aplikasi prinsip-prinsip psikologis dan paedagogis, sebagai kegiatan antar hubungan pendidikan yang terealisasi melalui penyampaian keterangan dan pengetahuan agar siswa mengetahui, memahami, menghayati dan meyakini, materi yang disampaikan, serta
148
| Media Akademika Volume 25, No. 2, April 2010
meningkatkan keterampilan olah pikir. Dan selain itu tugas utama metode adalah, membuat perubahanm dalam sikap dan minat serta penemuan nilai dan norma yang berhubungan dengan pelajaran dan perubahan dalam pribadi dan diharapkan menjadi pendorong kearah perbuatan nyata.1 Metode pendidikan Islam bersumber dari Alquran dan Hadis, yang membicarakan cara-cara penerapan dalam pendidikan, sehingga dengan adanya metode pendidikan, dapat mempermudah anak didik dalam proses pendidikan yang berlangsung. Surat Ibrahim ayat 37 adalah bagian dari beberapa ayat yang diangkat sebagai topik permasalahan yang berkaitan dengan metode pendidikan Islam, khusus pendidikan Islam dalam keluarga, di antaranya bagaimana sikap Nabi Ibrahim as, ketika mendapatkan karunia anak dari Allah yaitu Nabi Ismail as, dan diuji meninggalkannnya di sebuah lembah, sehingga Allah menjadikan tempat tersebut, menjadi tempat yang sangat bersejarah dan dihormati hingga saat ini, itulah kota Makkah al Mukarramah, yang menjadi pusat ibadah kaum muslimin.
Metode Pendidikan Islam Dalam pengertian umum, metode diartikan sebagai cara menmgerjakan sesuatu. Metode berasal dari bahasa breek yang terdiri dari “meta” yang berarti “melalui” dan “hodos” yang berarti jalan, jadi metode berarti “jalan yang dilalui”.2 Secara luas metode berarti sarana untuk merealisasikan pengajaran sesuai dengan langkah itu sendiri, mungkin dapat merealisasikan pengajaran tersebut lebih banyak daripada metodenya itu sendiri.3 Sementara itu dalam pendidikan Islam menerangkan bahwa 1
2
3
Abdul Mujib dan Muhaimin, Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Filosofi dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya, (Bandung: Trigenda Karya, 1993), hlm. 232. HM. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum, ( Jakarta: Bumi Aksara, 1987), hlm. 97. M Athiyah Al Abrasy, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, alih bahasa Prof. H. Bustani A Gani dan Tohar Bahri, ( Jakarta: 1975), hlm. 285.
Musli, “Kandungan Metode Pendidikan dalam Keluarga Menurut Surat...” |
149
metode pendididkan Islam adalah suatu cara yang sebaik mungkin bagi pelaksanaan operasional dari ilmu pendidikan Islam. Pelaksanaannya berada di dalam suatu sistem yang diciptakan untuk mencapai tujuan pendidikan Islam.4 Edgart Bruce Wesley yang dikutip oleh al-Syaibani mengatakan bahwa metode pendidikan adalah rentetan kegiatan terarah bagi guru yang menyebabkan timbulnya proses belajar pada murid-murid, atau ia adalah proses yang pelaksanaannya yang sempurna menghasilkan proses belajar, atau ia adalah jalan yang dengannya pengajaran itu menjadi berkesan.5 Metode pendidikan merupakan segala kegiatan yang terarah yang dikerjakan oleh guru dalam rangka kemestian-kemestian pelajaran yang diajarkannya, ciri-ciri perkembangan murid-muridnya, dan suasana alam sekitarnya dan tujuan menolong murid-muridnya untuk mencapai proses belajar yang diinginkan dan perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku mereka. Selanjutnya menolong mereka memperoleh pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, sikap, minat dan nilai-nilai yang diinginkan. Dalam pendidikan Islam, menurut Al Ghazali seorang ahli tasawuf yang sangat terkenal menyebutkan metode yang dapat digunakan dalam pendidikan Islam berupa: 1. Metode latihan. Metode dasar melatih anak adalah, merupakan hal yang sangat penting dan perlu. Anak adalah amanat Allah yang dipercayakan kepada orang tuanya, hatinya bersih, murni, laksana permata yang amat berharga, sederhana dan bersih dari ukiran atau gambar apapun. Oleh karena itu bila ia dibiasakan dengan sifat yang baik, maka akan berkembang sifat-sifat yang baik pada dirinya.6 4 5
6
Nuruhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 99. Omar Muhmmad Al Taumy al Saibany, Falsafah Pendidikan Islam, alih bahasa Hasan Langgulung, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm. 552. Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al Ghazali, Ihya’ al Ulumuddin, (Beirut: Dar al Fikri, 1995), hlm. 63.
150
| Media Akademika Volume 25, No. 2, April 2010
2. Memberikan perhatian dan nasihat–nasihat. Menurut Al Ghazali apabila pertumbuhan anak itu baik, maka nasihat-nasihat akan meresap, berpengaruh, berguna, dan teguh dihatinya. Nasihat-nasihat itu diberikan kepada anak agar mendapatkan pengertian tentang perbuatan dan perilaku seharihari, sehingga ia menjadi teguh hatinya, kuat dalam pribadinya, pengertian terhadap sesuatu yang diperbuat oleh anak, serta nasihat tentang sesuatu yang penting bagi kehidupan dan pola hidup seseorang adalah menjadi urgen sekaligus sebagai sebagai masukan informatif yang sangat positif. 3. Melindungi dari pergaulan yang buruk. Al Ghazali berpendapat bahwa pokok dari pendidikan itu adalah menjaga dan melindungi dari pergaulan atau perbuatan yang buruk. Ia sangat memperhatikan pergaulan anak-anak dengan serius, karena pergaulan itu mempunyai pengaruh yang sangat dominan pada perkembangan anak.7 Berbagai macam metode pendidikan Islam yang ditawarkan oleh para pakar pendidikan Islam, diantaranya dikemukakan oleh Nuruhbiyati ia menyampaikan macam-macam metode pendidikan Islam adalah: 1. Metode mutual education, yaitu suatu metode mendidik secara kelompok yang pernah dicontohkan oleh Nabi saw, misalnya dicontohkan Nabi dalam mengerjakan salat dengan mendeontrasikan cara–cara salat yang baik. 2. Metode pendidikan dengan menggunakan cara instruksional, yaitu yang bersifat mengajar tentang ciri-ciri orang beriman dalam sikap dan tingkah laku agar mereka dapat mengetahui bagaimana seharusnya mereka bersikap dan berbuat sehari-hari. 3. Metode mendidik dengan bercerita, yaitu dengan mengisahkan peristiwa sejarah hidup manusia masa lampau yang menyangkut ketaatan dan kemungkarannya dalam hidup terhadap perintah
7
Zainuddin, dkk., Seluk Beluk dalam Pendidikan, ( Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hlm. 82.
Musli, “Kandungan Metode Pendidikan dalam Keluarga Menurut Surat...” |
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
151
Allah yang dibawakan oleh Nabi saw yang hadir di tengah mereka. Metode bimbingan dan penyuluhan, yaitu berupa bimbingan kepada manusia serta nasihat sehingga dapat memperoleh kehidupan batin yang tenang, dengan metode ini manusia akan mampu mengatasi segala bentuk kesulitan hdup yang dihadapi, atas dasar iman dan taqwa yang menjadikannya, metode ini dapat diambil dari kisah Luqman ketika mengajar anak lelakinya, untuk tidak memusyrikkan Allah. Metode pemberian contoh dan teladan. Metode yang cukup besar pengaruhnya dalam mendidik anak adalah, metode pemberian contoh dan teladan yang baik, Allah telah menunjukkan bahwa, contoh teladan dari keteladanan diri Rasulullah adalah mengandung nilai paedagogis bagi manusia. Metode diskusi. Metode diskusi juga diperhatikan dalam pendidikan Islam yaitu mendidik manusia dengan tujuan lebih memanfaatkan pengartian dan sikap pengetahuan mereka terhadap masalah. Metode soal-jawab. Metode ini sering dipaki oleh para Nabi dalam mengajarkan agama kepada umatnya, bahkan ahli fikir atau filosof pun banyak mempergunakan metode ini karena, dengan metode ini pengertian dan pengetahuan anak didik dapat lebih dimantapkan serta jelas. Metode imtsal (pemberian perumpamaan). Mendidik dengan mengunakan metode pemberian perumpamaan tentang kekuasaan Allah dalam menciptakan hal-hal yang hak dan yang batil. Metode targhib dan tarhib, yaitu cara memberikan pelajaran dengan memberi dorongan untuk memperoleh kegembiraan bila mendapatkan sukses dalam kebaikan, sedankan bila tidak sukses, kerena tidak mau mengikuti petunjuk yang benar, akan mendapatkan kesusahan. Metode tobat dan ampunan, yaitu suatu cara membangkitkan jiwa dari rasa frustrasi kepada kesegaran hidup dan optimisme
152
| Media Akademika Volume 25, No. 2, April 2010
dalam belajar seseorang dengan memberikan kesempatan bertobat dari kesalahan yang telah lampau diikuti dengan pengampunan atas kesalahan. 11. Metode acquisition (self education), explanation, dan exposition (penyajian), yaitu berupa penyajian disertai motifasi–motifasi belajar, dengan tujuan yang sama agar manusia sebagai hambanya dengan kemampuannya yang ada dalam dirinya bersedia menjalankan perintah Allah dan menjahui segala larangan-Nya.8 Dari berbagai macam metode pendidikan Islam diatas, pasti para pendidik baik di sebuah lembaga pendidikan atau dalam sebuah keluarga, telah banyak memakai penerapan dari metode-metode tersebut. Sebagai metode pendidikan Islam yang dikehendaki oleh umat Islam, pada hakikatnya adalah metode pendidikan melalui ajaran Islam yang terkandung dalam kitab suci Alquran atau Hadis. Penggunaan metode pendidikan dalam Islam tidak selalu baik untuk saat yang berbeda-beda, baik tidaknya tergantung pada beberapa faktor yang mungkin berupa situasi dan kondisi, atau persesuaian dengan selera, atau juga karena metodenya sendiri yang secara instrinsik belum memenuhi persyaratan sebagai metode yang tepat guna, semuanya sangat ditentukan oleh pihak yang menciptakan dan melaksanakan metode juga objek yang menjadai sasarannya.
Keluarga Keluarga merupakan inti terrkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau suami, istri dan anaknya, atau Ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya.9 Makna keluarga dapat ditinjau dari dimensi hubungan darah dan hubungan sosial. Keluarga dalam dimensi hubungan darah, merupakan suatu kesatuan sosial yang diikat oleh hubungan darah antara satu dengan yang lainnya. Berdasarkan dimensi hubungan darah ini, keluarga dapat dibedakan menjadi keluarga besar 8 9
Nuruhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, hlm. 110. UU. Kependudukan dan Keluarga Sejahtera, Pasal 1 Ayat 10.
Musli, “Kandungan Metode Pendidikan dalam Keluarga Menurut Surat...” |
153
dan keluarga inti. Sedangkan dalam dimensi hubungan sosial, keluarga merupakan suatu kesatuan sosial yang diikat oleh adanya saling berhubungan, atau interaksi dan saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya, walaupun di antara mereka tidak terdapat hubungan darah.10 Sementara itu, M. Quraish Shihab mengatakan bahwa keluarga adalah jiwa masyarakat dan tulang punggungnya. Karena itu kesejahteraan lahir batin yang dinikmati oleh suatu bangsa atau sebaliknya, kebodohan atau keterbelakangan suatu bangsa adalah cerminan dari keadaan keluarga-keluarga yang hidup dalam masyarakat tersebut.11 Keluarga yang merupakan jiwa masyarakat dan mata rantai kehidupan manusia itu, pada dasarnya adalah suatu satuan organisasi yang terkecil di dalam masyarakat, yang beranggotakan minimal suami dan istri serta anak-anak, atau tanpa anak yang diikat melalui tali pernikahan. Dari berbagai dimensi dan pengertian keluarga tersebut, esensi keluarga adalah kesatuarahan dan kesatutujuan atau keutuhan dalam mengupayakan anak untuk memiliki dan mengembangkan dasardasar disiplin diri. Keluarga yang utuh memberikan peluang besar bagi anak untuk membangun kepercayaan terhadap kedua orang tuanya yang merupakan unsur esensial dalam membantu anak untuk memiliki dan mengembangkan dasar–dasar disiplin diri. Keluarga dikatakan utuh, apabila disamping lengkap anggotanya juga dirasakan lengkap oleh anggotanya terutama anak-anaknya. Jika di dalam keluarga terjadi kesenjangan hubungan, perlu diimbangi dengan kualitas dan intensitas hubungan, sehingga ketidakadaan ayah atau ibu di rumah tetap dirasakan kehadirannya dan dihayati secara psikologis. Ini diperlukan agar pengaruh, arahan, bimbingan dan
10
11
Muhammad Sochib, Pola Asuh Orang Tua dalam Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri, ( Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hlm. 17. M. Quraisy Shihab, Membumikan Al Qur’an, (Bandung: Mizan, 1993), hlm. 253.
154
| Media Akademika Volume 25, No. 2, April 2010
sistem nilai yang direalisasikan orang tua senantiasa dihormati, mewarnai sikap dan pola perilaku anak-anaknya.12 Keluarga dalam hal ini orang tua, yang juga disebut sebagai pendidik utama karena banyak bergaul dengan anak–anaknya dalam rumah tangga siang dan malam, mulai dari lahir sampai anak-anak kelak menjadi orang tua dari anak-anak mereka. Ayah dan ibu menyandang pendidik pertama, anak-anak pertama kali mengenal seseorang di dunia ini adalah ayah dan ibu. Mereka merupakan figur yang dipujapujanya. Manakala ibu jauh dari sisinya, ia akan merasa kehilangan tempat berlindung, tempat mengadu. Dengan demikian pendidikan dalam keluarga janganlah dipandang mudah, tetapi harus dijunjung tinggi segala sesuatu tidak bisa diserahkan kepada siapapun urusan dalam rumah tangga kecuali ayah dan ibu.13 Dalam jalur pendidikan Islam dalam lingkungan keluarga materi pendidikan Islam melalui jalur keluarga dapat berupa: 1. Melengkapi materi-materi yang belum diberikan di sekolah, yaitu materi yang bersifat praktis untuk menjalankan ibadah, praktek akhlak yang mulia dan amalan sehari-hari. 2. Mengadakan pendalaman materi pendidikan Islam yang diberikan disekolah, seperti membaca Alquran dan terjemahannya, pendalaman tentang ibadah, ritual lainnya dan akhlak budi pekerti. 3. Mengontrol, mengoreksi, melatih, penghayatan dan pengamalan bidang–bidang pengajaran yang telah diberikan disekolah dalam kehidupan sehari–hari agar menjadi amalan yang nyata.14 Metode pendidikan Islam terutama dalam keluarga, harus bersifat manusiawi, di antaranya memberikan kesempatan aktif jiwa dan raga, memberi kepuasan jiwa yang meliputi kepuasan berpikir, kepuasan 12
13
14
Sochib, Pola Asuh Orang Tua dalam Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri, hlm. 18. Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, ( Jakarta: Gaung Persada, 2003), hlm. 107. Anonim, Tuntunan Pendidikan Kehidupan Berkeluarga, ( Jakarta: Departemen Agama RI, 1992), hlm. 55.
Musli, “Kandungan Metode Pendidikan dalam Keluarga Menurut Surat...” |
155
perasaan, kepuasan kemauan, memberi kesempatan terpenuhinya kepentingan duni dan akhirat. Sehingga nantinya akan tercipta keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah sebagaimana tujuan dari kehidupan berkeluarga dalam Islam melalui pendidikan Islam.
Kandungan Metode Pendidikan Islam dalam Keluarga pada Surat Ibrahim Ayat 37. Semua manusia pasti mendambakan anak yang sholeh dan keluarga yang taat dalam kehidupan berkeluarga. Untuk menjadikan anak sholeh dan keluarga yang taat tidaklah bisa langsung terjadi tanpa usaha-usaha yang nyata dan karunia dari Allah serta kegigihan orang tua dalam mendidik anak dan keluarganya. Dalam salah satu contoh Alquran menggambarkan kegigihan Nabi Ibrahim as yang mendapatkan karunia dari Allah keluarga yang taat, dan dalam mendidik anak dan keluarganya dengan cara Islami, sebagaimana tergambar dalam surat Ibrahim ayat 37. Merujuk dari ayat diatas, kiranya dapat dipahami ada beberapa metode pendidikan secara Islami untuk keluarga yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim as, ketika dia meninggalkan istrinya Siti Hajar dan anaknya Ismail as di sebuah lembah yang sangat tandus di tengah padang pasir yang tidak ada satu tumbuhan dan kehidupan di sana. Adapun beberapa metode yang penting yang dapat kita ambil dari ayat tersebut berupa metode pendidikan keluarga yang diterapkan dalam ayat tersebut adalah: 1. Menempatkan keluarga tidak di sembarang tempat melainkan dekat Rumah Allah (Baitullah). Dalam pendidikan, seorang anak dalam sebuah keluarga coraknya akan dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya lingkungan tempat tinggalnya sangat mempengaruhi sekali bagaimana masa depan maupun akhlak seorang anak. Pendidikan dalam keluarga, merupakan tanggung jawab orang tua terhadap anaknya, agar tidak terpengaruh oleh berbagai macam yang merusaknya, seperti lingkungan yang menjadi tempat tinggalnya, karena jika orang tua
156
| Media Akademika Volume 25, No. 2, April 2010
salah memilih lingkungan tempat tinggalnya, maka dikhawatirkan akan berpengerauh buruk terhadap anak dan keluarganya, berupa perbuatan tercela dan dan melanggar aturan syariat Islam. Dalam syariat Islam, setiap keluarga dianjurkan untuk pandaipandai memilih lingkungan tempat tinggal, yang terdapat di dalamnya pergaulan teman-teman yang dapat memberi pengaruh yang sangat penting bagi perkembangan pola piker, cara hidup, kebiasaan kita dan lainnya. Memilih lingkungan dan teman yang baik merupakan nikmat yang agung sebab, ia akan selalu mengingatkan kepada Allah ketika alpa, akan menolong kita ketika butuh dan memberi ketika meminta. Untuk menilai orang-orang yang saleh maka lihatlah kepada teman-temannya. Jika teman-temannya orang baik maka ia telah mendapatkan kebaikan yang sangat banyak. Dan bila mereka orang-orang yang buruk maka ia akan terpengaruh dengan keburukan teman-temannya, sebab setiap manusia selalu condong kepada teman bergaulnya.15 Dalam ayat tersebut, Nabi Ibrahim atas perintah Allah menempatkan keluarganya tidak sembarang tempat, melainkan di dekat Baitullah, yang tentunya akan dipelihara oleh Allah lingkungan dan orang yang berada di sekitarnya. Dan ini memang terbukti, tempat tersebut menjadi tempat pusat ibadah umat Islam, dan lingkungan ibadah kepada Allah serta jauh dari segala sesuatu yang tercela. 2. Mendoakan keluarga agar mendirikan salat. Pendidikan salat bagi keluarga merupakan hal yang sangat mutlak diajarkan, karena salat merupakan, disamping menjalankan perintah Allah, juga pendidikan awal mengenalkan keluarga ataupun anak kepada sang Khalik yang menciptakan alam 15
Al Maghribi bin Al Said Al Maghribi, Begini Seharusnya Mendidik Anak, ( Jakarta: Darul Haq, 2004), hlm. 198.
Musli, “Kandungan Metode Pendidikan dalam Keluarga Menurut Surat...” |
157
semester ini dan mengatur segalanya, sehingga memang sangat patut baginya untuk mengabdi kepada Allah sebagai bukti baktinya sebagai makhluk. Disamping itu juga ketika telah mengenal Allah melalui mendirikasn salat, keluarga pun dapat bermunajat dan memohoh permintaan kepada Allah, karena memang Allah sajalah yang dapat memberi pertolongan kepada siapapun yang mau meinta tolong kepadanya. Sebagaimana Allah sampaikan dalam Alquran.16 Dalam sejarah Nabi Ibrahim ss tersebut dikisahkan bahwa meskipun ketika itu nabi Ibrahim meninggalkan keluarganya di sebuah lembah yang sangat tandus lagi kering, tanpa ada tumbuhtumbuhan, namun Nabi Ibrahim ketika itu bukannya meminta kepada Allah makanan atau minuman yang bisa memberikan kehidupan pada mereka secara duniawi namun Nabi Ibrahim justru berdoa agar mereka mendirikan salat. Karena sesungguhnya permohonan yang dilakukan oleh Ibrahim ini bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah swt, ini ada permohonan yang jarang dilakukan para orang tua maupun para pendidik sekarang. Visi dan misi dunia pendidikan kita sekarang lebih dominan material oriented. Lebih menitikberatkan kepada kecerdasan dan mengabaikan kecerdasan spiritual. Salat yang merupakan simbol keharmonisan hubungan dengan Allah yang akan membuahkan kesuksesan, keberhasilan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Sebab, ia merupakan ciri orang yang bertaqwa yang mendapat jaminan dari Allah swt.17 Pendidikan salat dan pendirian ibadah ini, bagi anak dan keluarga, merupakan hal yang sangat mutlak dilakukan karena banyak sekali fadilah yang dap diambil melalui ibadah salat ini, diantaranya dosanya akan dihapus Allah dan diangkat derajatnya,
16 17
QS. 2: 45. Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. QS. 65: 3.
158
| Media Akademika Volume 25, No. 2, April 2010
sebagaimana yang di sabdakan nabi Muhammad saw dari riwayat Bukhari dan Muslim, yang artinya: Dari Abi Hurairah RA, berkata: Bersabda Nabi saw: Siapa yang bersuci di rumahnya kemudian berjalan ke masjid untuk menunaikan salat fardhu, maka semua langkahnya dihitung untuk menghapuskan dosa dan yangkedua mengangkatkan derajat.18
3. Permohonan agar hati sebagian manusia cenderung kepada mereka yang berakhlak mulia. Dalam ayat tersbut, Nabi Ibrahim as ketika meninggalkan keluarga di lembah yang tandus itu, beliau berdoa kepada Allah dan belikau juga berharap agar keluarganya menjadi orang-orang yang dicintai oleh masyarakat, dan seseorang itu dicintai karena kemuliaan akhlaknya. inilah indikasi keberhasilah metode pendidikan, yaitu ketika mampu meluluskan anak-anak yang berakhlak mulia. Karena seungguhnya kemuliaan seseorang adalah ketika seseorang itu memiliki dan berakhlak dengan akhlak yang terpuji. Dan akhlak mulia ini dimunculkan dari hati yang bersih yang tidak selalu dikalahkan olah hawa nafsu. Seseorang yang jiwanya sudah senantiasa dikalahkan oleh nafsunya, tentulah ia akan sukar untuk bersungguh-sungguh melatih jiwanya untuk mensucikannya serta membekasnya didikan budi pekerti. Keadaan seperti ini dikerenakan keteledoran hatinya dan dirinya untuk berakhlak mulia, padahal sebenarnya akhlak seseorang itu bisa dibentuk denga baik, jika ada usaha dari yang bersangkutan untuk mengubahnya kepada yang baik, dan tidaklagi mengikuti hawa nafsunya serta mau berlatih terus untuk berakhlak mulia dan selalu munajat pada Allah. Karena sesungguhnya manusia adalah makhluk yang paling sempurna diciptakan Alllah swt. Sebagai ilustrasi, seekor burung rajawali asalnya adalah ganas, namaun kalau mau melatih utnuyk 18
Imam Abu Zakaria Yahya, Riyadhus Shalihin, (Bandung: Al Ma’arif, 1985), hlm. 168.
Musli, “Kandungan Metode Pendidikan dalam Keluarga Menurut Surat...” |
159
mengubahnya, burung tersebut dapat menjadi jinak, ini membuktikan bahwa kalau manusia mau mengubah akhlak, memang akhlak dapat berubah dan mungkin mengalami perubahan. Induk dari seluruh akhlak dan merupakan sendi-sendinya itu, menurut al Ghazali yang dikutip oleh Adimasyqi, adalah: 1. Hikmah atau kebijaksanaan, yaitu suatu keadaan jiwa yang dengannya itulah dapat ditemukan hal-hal yang benar dengan menyisihkan mana-mana yang salah dalam segala urusan yang dihadapi secara ikhtiariyah. 2. Keberanian, yaitu suatu keadaan jiwa yang merupakan sifat kemarahan, tetapi yang dituntun dengan akal pikiran untuk terus maju atau mengekangnya. 3. Kelapangan dada, yaitu mendidik kekuatan syahwat atau kemauan dengan didikan yang bersendikan akal fikiran atau syariat Islam 4. Keadilan, yaitu suatu kekuatan dalam jiwa yang dapat membimbing kemarahan dan syahwat itu dan membawanya kearah yang sesuai dengan hikmat dan kebijaksanaan. Adakalanya dibiarkan dan adakalanya dikekang dan semua ini dengan mengingat keadaan dan suasana yang sedang dihadapinya.19 4. Penutup doa berupa permohonan rezeki material. Setiap makhluk yang hidup jelas mebutuhkan rezeki material untuk melanjutkan kahidupannya, dan ini harus dicari dan diusahakan oleh setiap orang. Dalam ayat tersebut, seharusnya permohonan mendapatkan rezeki materi berupa buah-buahan ataupun makanan yang mesti didahulukan oleh Nabi Ibrahim as, mengingat keberadaan keluarganya di lembah yang kering dan 19
Muhammad Jamaluddin Al Qasimi Addimasyqi, Bimbingan untuk Mencapai Tingkat Mukmin, terj. Mau’izhotu al Mukminin, (Bandung: Diponegoro, 1989), hlm. 506.
160
| Media Akademika Volume 25, No. 2, April 2010
tandus. Namun kenyataannya permohonan ini menempati tempat terakhir. Ini dilakukan agar mereka menjadi orang-orang bersyukur, sebab tidak semua orang yang selalu mendapatkan rezeki materi yang banyak dan yang kaya itu bersyukur, tetapi yang pasti orang yang bersyukur pasti kaya dan akan mendapat rezeki yang melimpah, sebagaimana dijanjikan oleh Allah.20 Sikap bersyukur sebenarnya merupakan ibadah manusia terdahulu hingga terakhir, ibadah para malaikat, para nabi, dan masyarakat bumi ahli surga. Di antara yang dilakukan para nabi adalah katika Nabi Adam (nabi yang pertama) bersin, mengucapkan hamdalah. Ketika Nabi Nuh dan orang-orang mukmin diselamatkan dari bahaya yang menimpa kaumnya, diperintahkan mengucapkan “segala puji bagi Allah yang menyelamatkan kami dari para penganiaya” serta berbagai macam ucapan syukur yang dilakukan oleh beberapa nabi terdahulu.21 Syukur yang dilakukan diwujud dalam bentuk, ketika menerima nikmat, ingat pemberian-Nya lalu mamuji kepada Allah, menerima nikmat dengan rela dan puas, dan tidak menggunakan nikmat dalam maksiat. Kemudian lebih jelas, Abu Laits as-Samarqandi mengatakan bahwa syukur itu terbagai kepada dua bagian, yaitu: 1. Syukur umum, artinya mengakui nikmat itu dari Allah lalu lesunya mengucapkan syukur. 2. Syukur khusus. Artinya mengucapkan lewat mulut, makrifat dalam hati, semua anggota tubuh dipelihara dari hal-hal yang tidak halal, termasuk memelihara omongan jorok, tidak berguna dan lain-lain.22
20
21
22
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti kami akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmatKu maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (QS. 13: 7). Abu Laits as-Samarqandi, Ancaman bagi yang Lupa, terj. Tanbihu al Ghafilin, ( Jakarta: Bintang Pelajar, t.t.), hlm. 782. as-Samarqandi, Ancaman bagi yang Lupa, hlm. 785.
Musli, “Kandungan Metode Pendidikan dalam Keluarga Menurut Surat...” |
161
Seseorang yang mau menjadi hamba yang bersyukur, baik hatinya, lisannya maupun yang dilakukan dengan amal perbuatannya, tentu nikmat Allah akan selalu melimpah padanya, dan ini pendidikan yang diajarkan nabi Ibrahim kepada keluarganya, sehingga memang benar kenyataannya mereka menjadi keluarga yang dijaga dan ditanggung rezekinya oleh Allah. Karena sesungguhnya Allah maha menepati janjinya. Sesungguhnya nikmat Allah sudah banyak dinikmati oleh manusia, namun sedikit sekali manusia yang pandai bersyukur, sehingga banyak bencana dan musibah yang terjadi didalam dunia ini. Sebagai manusia tak ada pantasnya untuk mengingkari Allah sebab disegala sisi semua terdapat nikmat Allah yang selalu manusia nikmati. Benarlah pernyataan Allah dalam firman-Nya bahwa kalau manusia akan menghitung nikmat Allah, pasti tidak dapat melakukannya. Biar semua ahli hitung bersatu untuk menghitungnya, pasti mereka akan kewalahan, sebab di setiap sudut alam ini di setiap ciptaan Allah pasti terdapat nikmat Allah, apalagi kalau mau menghitung berapa banyak nikmat lainnya, tumbuhan yang bermanfaat, sayur-sayuran, buah-buahan yang sangat di butuhkan, tanaman yang diolah menjadi obat dan lainnya, binatang darat dan laut yang dimanfaatkan dan lain sebagainya, semuanya ini membuktikan bahwa kita selalu menikmati karunia Allah, sudah sewajibnya mensyukurinya akan selalu barambah dan mendapatkan berkah.
Kesimpulan Metode pendidikan merupakan segala kegiatan yang terarah yang dikerjakan oleh guru dalam rangka kemestian-kemestian pelajaran yang diajarkannya, ciri-ciri perkembangan murid-muridnya, dan suasana alam sekitarnya dan tujuan menolong murid-muridnya untuk mencapai proses belajar yang diinginkan dan perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku mereka. Selanjutnya menolong mereka
162
| Media Akademika Volume 25, No. 2, April 2010
memperoleh pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, sikap, minat dan nilai-nilai yang diinginkan Awal sebuah pendidikan itu di mulai dari lingkungan keluarga, karena sebuah keluarga merupakan cerminan bagi sebuah bangsa, ketika tiap keluarga dalam sebuah bangsa baik, maka itu mencerminkan bangsa itu juga baik, begitu juga sebaliknya, sebuah bangsa itu akan buruk, ketika tiap keluarga yang berada di dalamnya buruk. Dalam surat Ibrahim ayat 37 digambarkan ada empat metode pendidikan Islam dalam sebuah keluarga muslim, yang dapat diambil, yaitu: 1. Pendidikan keluarga diawali dengan pemilihan tempat tinggal yang baik dan mendukung keberhasilan keluarga. 2. Didikan salat dalam keluarga perlu diterapkan, karena dengan salat keluarga akan selamat baik di dunia maupun di akhirat serta semua apa yang dikehendaki akan dikabulkan Allah. 3. Pendidikan akhlak keluarga dengan didikan akhlak yang mulia, kerana akhlak modal dalam kesuksesan hidup dunia dan akhirat. 4. Tanamkan rasa syukur yang mendalam kepada keluarga agar nikmat selalu dicurahkan kepada keluarga.
Musli, “Kandungan Metode Pendidikan dalam Keluarga Menurut Surat...” |
163
DAFTAR PUSTAKA Anonim, Al Qur’an dan Terjemahannya, ( Jakarta: Departemen Agama, 1995). Anonim, Tuntunan Pendidikan Kehidupan Berkeluarga, ( Jakarta: Departemen Agama, 1992). Al Abrasy, M Athiyah, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, terj. Bustani A Gani dan Tohar Bahri, ( Jakarta: 1975). Al Ghazali, Abu Hamid Muhammad Bin Muhammad, Ihya’ al Ulumuddin, (Beirut: Dar al Fikri, 1995). Al Maghribi, Al Maghribi bin Al Said, Begini Seharusnya Mendidik Anak, ( Jakarta: Darul Haq, 2004). Addimasyqi, Muhammad Jamaluddin Al Qasimi, Bimbingan untuk mencapai Tingkat Mukmin, terj. Mau’izhotu al Mukminin, (Bandung: Diponegoro, 1989). As Samarqandi, Abu Laits, Ancaman bagi yang Lupa, terj. Tanbihu al Ghafilin, ( Jakarta: Bintang Pelajar, TT.). Arifin, HM, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum, Jakarta: Bumi Aksara, 1987). Mujib, Abdul dan Muhaimin, Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Filosofi dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya, (Bandung: Trigenda Karya, 1993). Nuruhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1997). al Saibany, Omar Muahmmad Al Taumy, Falsafah Pendidikan Islam, terj. Hasan Langgulung, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1979). Shihab, M Quraisy, Membumikan Al Qur’an, (Bandung: Mizan, 1993). Sochib, Muhammad, Pola Asuh Orang Tua dalam Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri, ( Jakarta: Rineka Cipta, 1998). Yahya, Imam Abu Zakaria, Riyadhus Shalihin, terj. Al Ma’arif, (Bandung: Ma’arif, 1985). Yamin, Martinis, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, ( Jakarta: Gaung Persada, 2003).
164
| Media Akademika Volume 25, No. 2, April 2010
Zainuddin, dkk., Seluk Beluk dalam Pendidikan, ( Jakarta: Bumi Aksara, 1991).