Ot)A2-3)f!tE/iJJf;. '
-
'
,:'', i/\:\i
:
METODE PENDIDIKAN SOSIAL ANAK DALAM KELUARGA MUSLIM .
( Penelitian Terhadap llmu Pendidikan Islam ) .
Oleh:
Ors. A. KAHAR MUZAKAR HASBI
LEMBAGA PENELITIAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
1996
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Ilahi Robbi, yang telah memberi nikmat kurnia dengan dapat
menyelesai-
kan peneli tian ini, semoga shalawat dan salam dilimpahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa umatnya ke jalan lurus. Banyak hal di sekeliling kita dilupakan padahal sangat penting sekali bagi kehidupan umat,
yang
menyangkut
pendidikan sosial anak dalam keluarga, terutama
umat
Is-
lam. Untuk i tu tidak melupakan kepada semua telah membantu penyelesaian penelitian
ini,
pihak penulis
yang me-
nyampaikan terima kasih. Akhirnya semoga pahala bagi hambanya
yang
beramal
baik dilimpahkan sesuai dengan amalnya.
Bandung,
Ju 1 i Penulis
1996
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR
.....................................
ii
DAFTAR ISI BAB
BAB
i
1
I. P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . .
1
B. Perumusan Masalah
6
c.
7
Tujuan Penelitian
D. Kerangka Pemikiran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
7
E. Langkah-langkah Penelitian . . . . . . . . . . . . .
11
II. DESKRIPSI TENTANG ILMU PENDIDIKAN ISLAM...
15
A. Pengertian Ilmu Pendidikan Islam.......
15
B. Tujuan Ilmu Pendidikan Islam...........
24
C. Metode Pendidikan Islam................
30
D. Sumber Ilmu Pendidikan Islam...........
36
BAB III. KELUARGA MUSLIM DAN PENDIDIKAN SOSIAL
ANAK
DALAM KELUARGA MUSLIM.....................
41
A. Keluarga Muslim . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
41
1. Pengertian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
41
2. Konsep Dasar Pendidikan Keluarga Mus1 im . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
42
3. Problematika Pendidikan Keluarga Mus1 im . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
49
4. Ruang Lingkup Pendidikan Keluarga Mus lim
53
Halaman B. Pendidikan Sosial
Anak
Dalam
Keluarga
Muslim . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
56
1. Pengertian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
56
2. Tujuan Pendidikan Sosial
Anak
Dalam
Keluarg a Muslim . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3. Materi Pendidikan Sosial
Anak
Dalam
Keluarga Muslim . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . BAB
58
63
IV. METODE PENDIDIKAN SOSIAL ANAK DALAf1 KELUARGA MUSLIM . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
74
A. Pengertian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
74
B. Konsep Dasar Metode Pendidikan Sosial ..
75
C. Metode Pendidikan Sosial Anak Dalam Keluarga Muslim . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
8O
.............................
114
A. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
114
B. Implikasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
115
DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
118
BAB
V. P E N U T U P
BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk menjaga dan menjamin kelangsungan hidup bangsa yang bersangkutan.
Tanpa proses
pendidikan nilai-nilai budaya, sosial, pengetahuan dan nilai moral tidak dapat diwariskan kepada generasi berikutnya. Di sisi lain pendidikanpun merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan, baik secara individu maupun kelompok, sebab pendidikan merupakan salah satu sarana untuk rnencapai tu ju an hidup. H.M. Arifin dalam bukunya Pilsafat Pendidikan Islam, mengemukakan sebagai berikut : Suatu proses yang diingini dalam usaha kependidikan adalah proses yang terarah dan bertujuan yaitu mengarahkan anak didik (manusia) kepada titik optimal kemampuannya. Sedangkan tujuan yang hendak dicapai adalah terbentuknya kepribadian yang bulat dan utuh sebagai manusia individu dan sosial serta hamba Tuhan yang mengabdikan diri kepada-Nya (H.M. Arifin, 1987 : 10). Senada dengan hal di atas, menurut Hasan Langgulung (1988:35) pendidikan yang baik adalah yang memberikan sumbangan pada semua bidang pertumbuhan individu. Dalam pertumbuhan akal (intelektual) pendidikan yang baik dapat menolong individu mendidik dan menghaluskan perasaannya serta mengarahkan ke arah yang diingini sehingga menjadi kekuatan dan motivasi ke arah kebaikan. Dalam bidang spiritual, pendidikan dapat menolong individu untuk menguatkan
2
iman, aqidah dan pengetahuan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan ajaran serta moral agamanya. Dalam bidang sosial, pendidikan dapat memainkan peranan utama dalam menyiapkan individu mengbadapi kehidupan so.sial yang berhasil dan produkt-if. Jadi jelaslah bahwa pendidikan secara fungsional m mengemban tugas mewariskan, meneruskan, menanamkan, mengintegrasikan nilai-nilai hidup
m~nusia,
baik nilai inte.-
lektual, politik, sosial, budaya dan moral spiritual. Setiap kita renungkan keadaan. masyarakat di berbagai tempat akan didapati bahwa masyarakat itu mengalami berbagai masalah budaya, ekonomi, sosial dan politik. Untuk itulah diantara segi-segi pertumbuhsn dan persiapan yang mungkin disumbangkan oleh pendidikan kepada individu adalah membuka pribadinya dan mengembangkan berbagai seginya ke arah yang ingin dicapai oleh tujuan pendidikan tersebut, dengan cars memperkenalkan kepadanya akan hak-hak yang diberikan oleh Tuhan sebagai individu di dalam suatu masyarakat, begitu juga
kewajiban-kewajib~n,
tanggung ja-
wab dan kemestian-kemestian eebagai akibat dari hak-hak ini. Ia juga hilJ.>Ul!J;:diper!l:iapkan untuk mengadakan hubungan-hubungan sosial yang berhasil dan produktif. Kiranya merupakan kettetapan eksperimental dan taktual bahwa keselamatan dan kekuatan masyarakat tergantung pada keselamatan individu dan persiapannya.
3 Mass depsn yang mulis tergsntung di tsngsn generssi muds, ini bersrti bahwa di tangan ibu bapaklah terletak kendslinys. Kelusrgalsh sebagai pransts sosial pertams d dan utama tak dapst disangksl lsgi mempunysi srti penting strstegis dslsm mengisi dan membeksli puters-puteri yang tengsh mencsri mskns kebfpupsnnys. Dengsn demikisn, lsngksh snsk selsnjutnya tergsntung bsgailil111ns orang tus mem persaapksn pendidiksn bsgi snsk dalam kelusrgs.
K~rens
dengsn bergitu selur¢1 snsk dspst disndslksn menjadi benih yang bsik. Sebsgimsna yang dikemuksksn oleh
Boeh@~il
( 1993:47) : Ansk sdslsh snugersh dari Allah swt., Dis diterims demgsn sepuluh jsri terbuks oleh setisp orang tuanya. Bsiknya pemelihsrsan anak sekarang, akan sukseslsh di kemudian hari. Ibarat bercocok tanam, jika pemeliharaannya baik, maka baik pula tumbuhnya, dan niscaya bushnyapun akan baik. Tentu kelak akan akan menerima hasil yang menguntu~gkan. Namun sebaliknys, bile jelek peme1 iharaannys, akan jelek pula tumbuhnye, den buahnyapun tidsk mungkin berhaeil dengan baik. Demikiam jugs pe... meliharaan terhedap anak kits, tergentung bsgeimana care kits mendidiknya. Dalem @spek pendidiken anak ini, Islam telah banyak memberikan tuntunen yang bersifet praktis, sehingga mudsh sekali untuk diterapkan. Namun, akibat deri dampak negstif Ilmu Pengetshuan den Teknologi (IPTEK), bsnysk orang tua yang bersnggapsn bshwa pendidikan anak dalam
k~luarga
tidaklah penting.
Mereka beranggapan, bahwa dengan terpenuhinya kebutuhan materi anak, make tanggung jawab orang t.u1.1 sudah terpenuhi. Dengan memenuhi setiap permintaan anak-anaknya, msks tanggung jawsbnya sebegei orang tus sudah selessi.
4
Kita sering melihat, suatu keluarga di mane kedua @ rang tuanya sibuk bekerja. Pergi pagi pulang malam. Sedangkan anak-anaknya hanya diasuh oleh pembantu11.,Sehill:lg«i. ga tidaklah aneh apabila si anak lebih akrab dengan pembantu daripada orang tuanya. Tak jarang terjadi orang tua di kenal anaknya sebagai rekan dalam berpoya-poya dan bersenangsenang, bukannya dijadikan
panuta~
dan tauladan.
Kesimpulan hasil penelitian yang diungkapkan oleh Suharko dalam seminar sehari
11
Peran Orang Tua dalam Mening-
katkan Kualitas Anak 11 , menunjukan 85,5
% orang tua yang di-
teliti tidak mampu mengawasi anak-anaknya, hal ini menunjukan pule bahwa tidak banyak orang tua yang mampu mendidik anaknya, padahal
per~n
orang tua dalam mendidik anak dalam
keluarga sangat penting dan strategis, sebab tidak semua a aspek pendidikan diajarkan di aekolah, dianterenye pendidikan aikap prilaku den budi pekerti. Kedue maaalah ini tidak diajarkan di a@kolah, berdaaarkan Undang-undeng No. 2 Tahun 1989 tenteng pokok-pokok pendidikan {Republika, 12 Dea. 93). Dengan simpulan penelitian aeperti teraebut di ates, maka tak heran bile kite menyakaikan insiden etau tregedi yang menghebohken di kalangan enak atau remaje aemekin
me~
ningkat, umpamanya saja perkelahian massal, mencuri, ter libat nerkotik den aebagainya. Menurut Gerungan {1973:213) tindakan anak atau remaje yang bersifat anti sosial ter sebut, diaebabkan anak kurang mengalami perhatian orang tua akan perkembangan :p.orma-norma dan diaiplin keluarga.
5
Namun hal semacam ini kurang disadari oleh para orang tua, padahal menurut Baihaqi A.K.
: "Jika terjadi insiden di
kalangan anak atau remaja, maka orang tualah yang menjadi sorotan paling tajam, sebagai pihak pertama yang bersalah. Karena itu, adalah suatu hal yang ironis apabila peranan, fungsi dan pengembangan lembaga pendidikan formal semakin banyak dikaji, sedangkan metode atau tehnik orang tua mendidik anak, khususnya dalam rumah tangga, seakan terabaikan" (Baihaqi A.K., 1992: 12). Usaha yang paling argumentatif adalah peninjauan masalah ini dari kacamata Islam, sebab berhasil dan gagalnya pendidikan keluarga dalam Islam, sepenuhnya tergantung pada kemampuan kita memahami minhajul Islam (metode) yang diterapkan dalam lingkungan keluarga yang berlandaskan pada Al-Qur'an dan Sunnah (Jalaluddin Rahmat dan Muhtar G., 1993 : 119). Kita tidak dapat menyalahkan IPTEK, karena IPTEK telah menjadi tumpuan harapan manusia. Manusia mengharapkan kehidupan yang lebih baik berkat kemajuan yang telah diraihnya, namun pada gilirannya manusia harus menjaga dirinya agar setiap sikap dan tindakannya tidak menimbulkan dampak penyimpangan pada norma-norma sosial. Sudah merupakan keyakinan jika akan merasa terikat dengan ikatan aqidah, pemikiran, sejarah dan sosial, maka ia terdidik atas dasar taqwa. Bahkan akan memiliki benteng aqidah ketuhanan yang dapat mengungguli jahiliya, akan menang melawan naf su dan akan berjalan lurus di atas ke-
6
Berdasarkan uraian di atas. maka penulis tertarik untuk meneliti tentang bagaimana metode pendidikan sosial anak dalam keluarga muslim menurut kajian ilmu pendidikan Islam. Dengan demikian judul penelitian ini adalah : "METODE PENDIDIKAN SOSIAL ANAK DALAM KELUARGA MUSLIM" (tinjauan IlmucPendidikan Islam). B. Perumusan Masalah Dengan melihat later belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat ditetapkan persoalan pokok . yang akan dianalisis selanjutnya adalah : 1. Apakah yang dimaksud pendidikan sosial menurut Ilmu Pendidikan Islam ? 2. Bagaimana konsep pendidikan sosial anak dalam keluarga menurut Ilmu Pendidikan Islam ? 3. Bagaimana metode pendidikan sosial anak dalam keluarga menurut llmu Pendidikan Islam ? Untuk menjaga kesimpangsi'iu!an;.dan untuk memudahkan dalam mem.!llhami pembahasan ini, perlu dikemukakan beberapa pembatasan istilah yang tersangkut paut dengan uraian ini yaitu tentang metode, pendidikan sosial anak dan keluarga muslim. Metode menurut Winarno Surskhmad (1986:75) sdslah "cars yang di dalsm fungsinya merupaksn slat untuk mencapai tujuan". Sedangkan yang dimaksud dengan pendidikan sosial menurut Ulwan (1981:391) yaitu: pendidikan anak sejsk dini agar terbiasa menjalankan tatakrama sosial yang baik dan dasar-dssar kejiwaan yang mulia. den bersumberkan pa-
7
da akidah Islamiyah yang ablidi, agar di me,,yarakat nanti ia bisa tampil dengan pergaulan dan adab yang baik, keseimbangan akal yang matang den tindakan yang bijaksana. Adapun yang dimaksud dengan keluarga muslim yaitu "keluarga yang memegang ajaran Islam sebagai tatanan hidup anggota keluarganya (Majatah Nasehat Perkawinanj No. 227,: 50).
c.
Tu.luan Penelitian Dari pokok permasalahan tersebut di etas, dapat dite-
tapkan bahwa tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
.
1. Untuk mengetahui maksud pendidikan sosial anak menurut Ilmu Pendidikan Islam. 2. Untuk mengetahui konsep pendidikan sosial anak dalam keluarga manurut Ilmu Pendidikan Islam. 3. Untuk mengetahui metode pendidikan sosial anak dalam keluarga muslim menurut Ilmu Pendidikan Islam. D. Kerangka Pemikiran Keprihatinan terhadap tingk.ah laku anak tidaklah sekedar kejengkelan akan kenakalannya, melainkan jugs kepri.
hatinan dalam menghadapi mesa depan. Karena itu di samping masalah-masalah pemenuhan kebutuhan primer akan kelanjutan hidup, soaialisasi anak telah menjadi .salah satu tema utama dari dinamika peradaban. Semakin meningkat peradaban manu#ia ternyata tidak menjadikan sosialisasi anak tersebut semakin mudah, tetapi sebaliknya. Untuk menghadapinya disepskati bahwa pendidikan adalah media yang paling ampuh, den karenanya pendidikan anak menjadi sengat perlu (Baiheqi A.K. 1992:i2).
8
Dalsm aspek pendidikan ansk ini, Islam Telsh memberi banysk tuntunsn yang bersifst praktis, sehinggs mudah seksli diterapkan. Baik pendidikan yang mengarsh psda kesempurnaan akal, ketshanan fisik, maupun pendidikan agar anak memiliki kesucian jiwa sejati. Secars empiris dsn nyats, bahwa selamatnya masyarakat tergantung dari sehatnya snggota masyarakat dan cara mempersispkannya. Karenanya Islam memperhatikan pendidikan sosial dan tingkahfu lakunys sehingga, apabila mereks terdidik dan berkiprsh di panggung kehidupan, mereka dapat memberikan gsmbarsn yang bensr tentsng msnusia yang csksp, beraksl dan bijak (Nasih Ulwan, 1992:1). Hal tersebut di atas, merupakan tanggung jawab orang tus, ksrena telah diberi kuasa oleh Tuhan untuk mengaBuh anak-anaknya, karena:q.inak adalah amanat Allah yang wajib dipertanggung jawabkan, terutama tanggung jawab dalam penyelenggaraan pendidikan dalam rumah tangga. Salah satu firman Allah :
I'J r.0
·~µ-;;
•,
/
7,}
/~,:I 1/7-! .. ,,,,,,; / ) ~\\(~:(~
I!...l ;~~,;.)..J ,.. ·· I~ ICJ""'____./, · I · ..\lI ~• 1;•
Hsi orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka ••• (Depag RI, 1977:951). Dari uraian tersebut menjelaskan bahwa pendidikan yang diberikan keluarga 11w1rupiiikim: wng&h• pendidikan yang pertama dan utama jugs pendidikan keluarga ini merupakan dasar yang fundamental dari perkembangan anak. Keluarga belumlah cukup melengkapi tugaanya dengan sempurna dalam pendidikan anak-anak sehingga is dapat ~
-····
9 menolong anak-anak tumbuh dari segi sosial (Hasan Langgulung 1989:376). Berkai;l;_an dengan hal di atas, Ramayulis (1990:77) mengemukakan sebagai berikut : Pertumbuhna sosial melibatkan pendidikan sosial yang melibatkan pula bimbingan terhadap tingkah laku sosial, ekonomi dan politik dalam rangka akidah Islam yang betul dan ajaran-ajaran dan hukum-hukum agama yang depot meningkatkan iman, taqwa, takut kepada Allah dan mengerjakan ajaran-ajaran agamanya yang mendorong ke~ pado produksi, menhhargai waktu, jujur ikhlas dalam perbuatan, adil, kasih sayang, ihsan, mementingkan orang lain, menjaga kemaslahatan umum dan lain-lain bentuk akhlak yang mempunyai nilai-nilai sosial. Sehubungan dengan tugas serta tonggung jawab itu ada baiknya orang tua mengetahui sedikit tentang apa
~an_
bagaimana pendidikan anak dalam rumah tangga, Pengertahuan tentang metode itu sekurang-kurangnya dapat menjadi penuntun, rambu-rambu bagi orang tua dalam menjalankan tugasnya, khususnya dalam metode pendidikan soaial anak. Bagaimana cars mendidik yang berlaku dalam keluarga itu, demikianlah cars anak itu meraksi terhadap lingkungannya (Ngalim Purwanto,
1992:9~).
Dal®m~p®ndidikan
Islam, metode merupakan slat pen-
capaian tujuan, make diperlukan pengetahuan tentang tujuan itu sendiri. Perumusan tujuan dengan sejelas-jelasnya merupakan persyaratan terpenting sebelum seseorang menentukan dan memilih metode yang tepat (Zuhairini dkk, 1983:79). Sedangkan dalam proses perekmbangan pendidikan di Indonesia, khususnya yangtberkaitan dengan metode pendidikan dalam keluarga seakan terabaikan.
10
Berangkali keadaan seperti inilah yang menimbulkan pertanyrian
untuk memrari jawabannya. Kelau ditulis dengan
pertanyaan yang lebih kongkrit lagi, metode apakah yang paling tepat dalam pendidikan keluarga ? oleh karena itulah peran ilmu pendidikan Islam sensntiasa berusaha meneliti tentang metode pendidikan dalam keluarga khususnya dalam pendidikan sosial anak. Nmmun perlu diingat bahwa untuk menentukan suatu metode tidak terlepas dari materi yang akan disampaikan, tujuan yang ingin dicapai. Untuk itulah, make dalam penelitian ini dari permasalahan tersebut di ates, penulis terlebih dahulu menguraikan konsep pendidikan sosial dalam keluarga menurut Islam yang berisi pengertian, tujuan serta materi. Kemudian dilanjutkan dengan metode pendidikan sosial anak dalam keluarga muslim menurut kajian ilmu pendidikan Islam. Jika dibuat skema, maka metode pendidikan sosial anak dalam keluarga muslim menurut tinjauan ilmu pendidikan Islam sebagai berikut : Ilmu en Islam
ika-R
• Pengertian • Tujuan Met ode • Sumber
"Ke uarga Muslim dan Pendidikan Sosial Anak dalam Keluarga Mus lim A. Keluarga Muslim B. Pendidikan So sial Anak dalam Keluaraga Muslim
Anak dalam ke-
B.
c.
sial Anak dalam Ke1 uarga r·· Muslim
11 E. Langkah-langkah Penelitian Untuk merumuskan metode pendidikan sosial anak dalam keluarga Muslim ini diperlukan sejumlah data.
Perma-
salahan ini merujuk kepada pedoman penelitian. Sunan Gunung Djati Bandung (1987
8), bahwa proses langkah-langkah pe-
nelitian terdiri dari : penentuan jenis data, penentuan sumber data, cara pengolahan data dan analisis data. 1. Jenis Data Jenis data dalam penelitian ini adalah jenis data kualitatif. Sebagaimana Lexy J. Molleong (91 : 5) mengatakan bahwa prosedur penelitian kualitatif yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau tulisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Jenis data kualitatif ini meliputi a. Teori-teori ilmu Pendidikan Islam b. Konsep Pendidikan Sosial anak dalam keluarga Muslim c. Analisis metode pendidikan sosial anak dalam keluarga Muslim. 2. Sumber Data a. Sumber teori-teori ilmu pendidikan Islam diantaranya : - Ilmu pendidikan dalam perspektif Islam, Rosdakarya, Bandung. - Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, Rosdakarya, Bandung. b. Sumber Konsep Pendidikan Sosial anak dalam keluarga Muslim diantaranya :
12 - Pengantar Pendidikan Sosial, Usaha Nasional, 1981 1 Surabaya. - Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, CV Asy-Syifa', Semarang. - Prinsip-prinsip Metode Pendidikan Islam, Dipenogoro, 1989, Bandung. - Keluarga Islam Menyongsong Abad 21, Al
Bay~p
1993,
Bandung. ~·- s~er:. metode ,pen\i_;l;_dik_?,~'-.s.os!-:~i'i.J- dalam1_keluarga musl.im;
- Pendidikan dalam Rumah Tangga, Kalam Mulia, 1990, Jakarta. - Sosiologi Pendidikan, Tarsito, 1986, Bandung. - Pendidikan Berdaaarkan Al Quran, Rineka Cipta, 1990, Jakarta. - Islam Untuk Disiplin Ilmu Pendidikan, Bulan Bintang, 1987, Jakarta. - Kehidupan
M~mu>ut
Islam,
Diponegoro~
1993, Bandung.
- Psikologi Sosial, Eresco, 1991, Jakarta. 3. Pengumpulan
!2.!!!!.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumenter, karena dengan metode ini dapat mengungkapkan atau menguraikan spa yang ads dalam dokumen tersebut baik mesa sekarang maupun mass yang lampau. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Winarno Surakhmad (1990 : 132) bahwa metode dokumenter bertujuan untuk menguraikan dan menjelaskan spa yang terjadi pads mesa lampau
maupun masa sekarang. Yang dimaksud dalam penelitian ini adalall berupa buku-buku yang b'!lrhubungan dengan pembahasan masalah.: Adapun tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan studi literatur
(bookc@~rv~y),
yaitu dengan mengadakan pencarian data-data melalui bukubuku yang ada kaitannya dengan pembahasan masalah. 4. Analisis
~
Ur.tuk menganalisis tentang
~®t@d~
pendidik®n sosial
anak dalam keluarga muslim ini yaitu dengan melakukan pendekatan berfikir induksi dan deduksi. Sebagaimana yang dikatakan oleh
w.
Peospoprogjo (1985 : 15) blllhHlill-induksi ;
adalah proses pemikiran tentang pengetahuan yang bersif at khusus menuju ysmg bersifat umum, sedangkan deduksi; adalah proses pemikiran tentang pengetahuan yang bersifat umum menuju yang bersifat khusus. Dengan dl!lmiki@n dalam analisis data ini akan dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut : a. Menginventarisasi informasi yang berhubung®n dengan masalah pendidikan pada umumnya. b. Menginventarisasi buku-buku yang berhubungan dengan masalah pendidikan pada umumnya, pendidikan Islam jugs pendidikan sosial. c. Menginventarisasi konsep pendidikan sosial anak
dala~
keluarga muslim. d. Mengkategorisasikan konsep-konsep metode pendidikan sosial anak dalam keluarga muslim menurut ilmu pendi '. -
14
dikan Islam, sekaligus menganalisisnya secara logia serta menlengkapinya dengan bimbingan teori yang ada.
BAB II DESKRIPSI TENTANG ILMU PENDIDIKAN ISLAM A. Pengertian Pengertian pendidikan Islam erst hubungannya dengan pengertian pendidikan pada umumnya. Oleh karena itu:sebelum penulis mengemukakan pengertian pendidikan Islam, terlebih dahulu akan penulis kemukakan beberapa pengertian pada umumnya. Pengertian pendidikan mempunyai arti menanamkan tabiat yang baik agar anak-anak mempunyai s:i,flilt yang baik dan berbudi utama. Dalam mendidik, yang •lebih dipentingkan adalah segi pembentukan pribadi anak (Zuhairini, 1983 : 27). Menurut Lengeveld pendidikan adalah pemberian bimbinga n dan bantuan rohani bagi yang masih memerlukan. Jedi kalau sudah tidak memerlukan lagi pertolongan atau bimbingan ti dak perlu lagi didik (Imam Barnadib, 1987 : 25). Adapun menurut Jhon Dewey pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna pemgalaman, mungkin llkilill]..,-tilrjadi dalam pergaulan biasa
atau pergaulan orang deWD£1®-: dengan
orang muda, mungkin pula terjadi secure sengaja
dilembaga~~
kan untuk menghasilkan kesinambungan sosial. Proses ini terlihat melibatkan pengawasan dan perkembangan dari orang yang belum dewasa dan kelompok dimana ia hidup (Soekarno c:!ctn Ahmad Supardi, 1987 : 6-7). Dalam hal ini Hamdani Ali (1987:8) memberikan definisi pendidikan sebagai berikut : Pendidikan dalam arti umum mencakup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan pengala-
16
mannya, kecakapannya serta keterampilannya kepada generasi muda untuk memungkinkannya melakukan fungsi hi dupnya dalam pergaulan bersama, dengan sebaik-baiknya. Jadi pendidikan mencakup segala kegiatan yang
mem'L~~·,
punyai tujuan untuk membentuk generasi muda yang berwawasan luas dan mempunyai tanggung jawab dalam kehidupannya, dalam pengertian lain pendidikan ialah mengarahkan siswa ke arah kedewasaannya. Dan Ahmad Marimba ( 1987 : 19 ) memberikan pengertian bahwa :
11
Pendidikan adalah bimbingan dan pimpinan seca-
ra sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jaamani dan rohani menuju terbentuknya kepribadian yang utama\!. Abu Ahmadi ( 1977 : 8-9) mendukung pend!lpat di atas, bahwa pendidikan adalah segala usaha atau upaya orang yang telah dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan j asmani, rohanic'den pikiran anak-anak,.. Dengan kata lain, pendidikan adalah bantuan yang diberikan secara sadar dan sengaja kepada anak didik, dalam pertumbuhan jasmani serta rohaninya untuk mencapai tingkat dewasa. Ngalim Purwanto ( 1985 : 11 ) mengartikan pendidikan ialah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan abak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya. Lebih lanjut lagi ia mengatakan bahwa pendidikan adalah pimpinsn yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak didik, dalam pertumbuhannya ( jasmailtilldan rohaninya ). Herman H. Horne berpendapat bahwa :
11
Bendidikan ada..,
17 ~
lah
proses~yang
, ' '
terus menerus dari penyesuaian yang lebih
tinggi bagi manusis yang telah berkembsng, yang bebss dsn sadsr kepada Tuhsn, seperti
term~nipestasikan
dalam alam
intelektusl dan emosional" (Soekarno dan Ahmad Supardi, 1987 : 7). Ahmad Tafsir (1990 : 6) mendefinisikan, pendidikan adalah usaha meningkatkan diri dari segala sspeknya. Dslam pengertian tersebut mencakup kegiatan pendidikan, bsik yang melibatkan guru atau yang tidak melibatkan guru. Sedangksn aspek yang dibina dalam pengertian ~endidiksn tersebut adalah meliputi segala aspeknya. Dari beberapa
pendap~t
tersebut di atas, dspatlah
disimpulkan bahwa pendidikan ialah suatu proses penanamsn nilai (values imparting) yang sengaja dan disadsri, untuk menolong anak didik agar dapat berkembang (dewssa) jssmani dan rohani, sksl dan hati sehinggs dapat mencapai kua1 i ta s hidup (pribadi utama), sehingga·dapat
men~pai l
hidup
bahagis lahir dan batin, baik secars individu maupun dalam kehidupan masyarskat. Selanjutnys dalam
~emahami
pendidikan Islam berarti
kite harus menganaliss: secara pedagogis suatu . 11spek utama dsri misi agama yang diutrunkan pada manusia. Oleh karena itu Islam sebagai petunjuk ilahi mengsndung implikasi pedagogis (kependidikan) yang mampu
~embimbing
dan me-
ngarahkan manusia menjadi seorang mukmin, muslim dan muhsin melalui proses tshap demi tahap.
18
Bila kita ingin mengetahui pengertian pendidikan '
Islam, maka harus melihat kata arabnya karena ajaran Islam itu diturunkan dalam bahasa teraebut. Dalam bahasa arab ada beberapa istilah yang biasa dipergunakan dalam pengert ian pendidikan. Ada istilah yang biaaa dipergunakan yaitu kata
11
ta' lim" (
~ie;
) ,
hal ini sesuai dengan firman Allah
SWT. dalam aurat al-Baqarah : 31, yang berbunyi :
:1 -.r ;_~- .~1, ,:,;r.'·I _:J~ ~111 ~ /:::;,;:) ~~C-i1;~;t;~ . . ,., r-
. ,. . J ...
,I
•
/
,
....
/,
( '('I
Ar t i nya :
\ 1.>.,
~
ff
)-.!. I ) ....___,,,. r,;.. \r.\.,,.o ,••: .•:i.~~.A...
' ;,
"Dan Allah mengajarkan kepada Adam nama-nama benda itu aemuanya, kemudian menegmukakannya kepada para malaikat, lalu berfirman : 11 Sebutkanlah kepada-Ku nama-nama benda itu jika kamu memang yang benar" (Depag RI,1989: 14).
Ilmu yang telah diberikan kepada Nabi Adam, dengan segala fotensinya yang telah diciptakan untuknya, menyebabkan ia lebih utama daripada malaikat. Hal ini pulalah yang menyebabkan mereka harus sujud kepadanya. Kata
11
Ta' dib" ( '-:": ;~) artinya pendidikan khusus, ju-
g a dipergunakan seperti sebuah hadits Rasulullah SAW. yang berbunyi : Artinya : "Allah teleh mendidikku, maka ia memberikan ke:padaku sebaik-baik pendidikan (Naquib Alatas, 1984:60). Disamping itu kata "Tarbiyah" ( ~_;) dipergunakan juga untuk pendidikan. Seperti firman Allah dalam surat Al-Iara ayat 24, yang berbunyi :
19
Artinya : "Dan ucapkanlah, wahai Tuhanku kasihanilah mereks keduanya, sebageimana mereks teleh mendidikku di waktu kecil (Depag RI, 1989 : 428). Ketiga istilah tersebut di etas, dapst dipergunakan dengan pengertian yang sama. Namun demikisn istilah-istilah tersebut telah menimbulkan perbedssn pendspst serta perdebstan disntsrs para ahli pemdidiksn. Mereks berbeda pendspst dalam menentuksn istilah yang mansksh yang paling tepat untuk m0nimjl!lkkllin' p1J1d1:t 'kegiatsn pendidiksn. Disntsra mereks ads yang memilih Ts 1 lim ada yang memilih.Ta 1 dib den eds pula yang memilih Tarbiysh-lah yang paling tepat, dengsn mengemukakan argumentssi mesing-masing.
v.\.. d ari• mereka menganggap b ah wa, ..t a' lim . hsnya S e b again berarti pengajaran. Dengan demikisn maka istileh .ta'lim terbatas hanya
p~da
kegiatan penyampaian atau memssukksn
ilmu pengetahusn ke dalam otsk ansk didik, sehinggs
mempu~
nyai erti yang lebih sempit daripsda pendidiksn. Dengsn kata lain, te 1 lim merupakan bagian deri pendidiksn. Al~Att11w
·berp®!ndspiii!t. bahwa. kata Tarbiyah;.wang biass
dipergunakan sekarsng ini di negars-negara berbshsss sreb, terlalu luas. Sebsb untuk binatang den tumbuh-tumbuhan, yang berarti memelihsrs, membela dan lain-lain jugs dipergunskan kats Tarbiyah. Sedsngkan pendidiksn hsnys dipergunsksn untuk manusis. Dengsn demikien, make istilsh Tsrbiysh untuk pendidiksn
kursng
tepst. Istilsh
20
yang tepat untuk pendidikan menurut Al-Attas adalah Tef.dib sebab tidak terlalu sempit hanya mengajar saja, dan tidak meliputi makhluk-makhluk lain selain manusia. Jedi Ta 1 dib sudah meliputi kata ta 1 lim dan tarbiyah. Selain daripada itu kata ta'dib erat hubungannya dengan kondisi ilmu dalam Islam yang termasuk dalam hal ini pendidikan (Hasan : . . Langgull.uhg, 1988 : 5). Namun berbeda pula dengan pendapat Abu Tauhid yang menyatakan bahwa istilah yang tepat untuk pendidikan adalah Tarbiyah. Sebab istilah ta 1 lim lebih sempit, sedangkan ta 1 dib lebih tepat dipergunakan dalam pendidikan akhlak semata. Menurutnya istilah tarbiyah mempunyai pengetian yang lebih luas dai pada ta'lim dan ta 1 dib. Dengan demikian make istilah tarbiyah mencakup pengertian ta 1 lim dan ta'dib. Ditinjau dari segi asal bahasanya, sebagwimana dituturkan oleh Abdurrahman an-Nahlawi, bahwa kata tarbiyah memiliki tiga asal kata, yaitu : , ,,. , _,, (;'' 1• yang mempunyai arti bertambah nan tumbuh. ~./. - ,J 2.
3.
\ •, <.) ./, -
,,
,
r
.....__J.) , ,
yang mempunyai arti menjadi besar.
~
'· yang mempunyai arti memperbaiki, mengu'-:'J'. - --:J asai urusan, menuntun, menjaga dan memelihara, (Abdurrahman An-Nahlawi, 1989 : 30 - 31 ).
21
Dengan demikian, maka jelaslah seperti halnya pen .dapat Abu Tauhid, istilah yang tepat untuk diterapkan dalam pengertian pendidikan
adall~h .. 'Tarbiyah.
Sebab dalam
istilah Tarbiyah sudah tercakup segala kegiatan yang
.
be~
kaitan dengan proses pendidikan. Bertolak dari pengertian di atas, maka istilah yang tepat untuk pendidikan Islam adalah
11
Tarbiyah Islamiy.ah 11 •
Namun demikian, pengertian-pengertian di etas adalah pe .ngertian secara bahasa. Adapun pengertian secara istiloh, pendidikan Islam banyak didefinisikan para ahli, berdasarkan hasil ijtihadnya masing-masing. Oleh karenanya, maka pada saat ini banyak def inisi pendidikan Islam yang maaing-masing memilikft persamaan dan perbedaan. Namun demikian, perbedaan-perbedaan itu bukanlah pertentangan yang bersifat kontradiktif, akan tetapi
perbedaan itu hanya pad segi penekanan-
nya saja, sesuai dengan pengamatan
mer.~ka.
Endang Saifuddin Anshari (1986 : 186) mengatakan, pendidikan Islam dalam arti khas ialah pendidikan yang materi didikannya adalah Al Islam (aqidah, syari 1 ah, ibadah dan mua 1 malah). Namun dalam arti yang lebih luaa, pendic:tdikan Islam adalah : Proses bimbingan (pimpinan, tuntutan, asuhan) oleh aubjek didik terhadap perkembangan jiwa (pikiran, perasaan, kemauan, intuiai dan lain-lain) dan raga ob jek didik dengan bahan materi tertentu. Dan ~engttn alat perlengkapan yang ada ke arah tercapainya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai dengan ajaran Islam.
22
Omar Mohammad Altaumy Alsyaibani (1979 : 399) mengartikan pendidikan Islam sebagai usaha mengubah tingkah laku indi\Tidu dalam kehidupan pribadi atau kehdiupan kemasyarakatan dan kehid.upan alam sekitarnya melalui proses kehidupan. Abdul Fattah Jala (1989 : 11) mengatakan : Pendidikan Islam merupakan usaha manusia yang diarahkan kepada manusia lain, generasi muda, murid dengan harapan mereka ini berkat pendidikan itu kelak menjadi manusia yang shaleh, sebagaimana yang seharusnya diperbuat dan menjauhi apa yang tak patut dilaksanakan. Pendidikan Islam adalah penataan individual den sosial yang dapat menyebabkan seseorang tunduk dan teat pads Islam den menerapkannya se®ara sempurna di dalam kehidupan individu dan masyarakat (Abdurrahman An-Nahlawi, 1989 : 41). Pendidikan Islam juga bisa diartikan sebagai : "Usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam (Zuhairini, 1983 : 27). Sedangkan Ahmad D. Marimba (1986 : 23) memberikan definisi pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani - rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepadl!! terbentuknya kepribadian yang utama menurut ukuran-ukuran Islam. Dari beberapa definisi di etas, dapatlah diambil kesimpulan, bahwa pendidikan Islam adalah suatu proses bimbingan jasmani rohani yang berdasarkan ajaran Islam
un~uk
me-
MlLlK
23
nuju ke arah terwujudnya suatu kepribadian utama yang.-:nnenyeluruh secara Islami, sehingga berrnanfaat bagi dirinya dan juga bagi orang lain. Sehingga dengan pendidikan terbut anak didik mampu mengadakan hubungan dengan Allah. dengan masyarakat luas den alam sekitarnya. Peranan Pendidikan Islam di kalangan umat Islam menurut M. Arifin (1991 : 11) merupakan salah satu bentuk manifestasi dari cite-cite hidup Islam untuk melestarikan, mengalihkan den menanamkan (internalisasi) den mentransformasikan nilai-nilai kultural religius yang dic!ta-citakan dapat berfungsi den berkembang dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Mengingat pentingnya hal tersebut di ates, make kite, dituntt1:bntuk mampu menguasai dan menerapkan peranan Ilmu Pendidikan Islam itu. Adapun yang dimaksud Ilmu Pendi dikan Islam, A. Tafsir (1992 :) mendefinisikan bahwa Ilmu Pendidikan Islam adalah Ilmu Pendidikan yang berdasarkan Islam. Selanjutnya beliau mengungkapkan, bahwa Ilmu Pen didikan Islam merupakan kumpulan teori tentang pendidikan berdasarkan ajaran Islam. Bila dikaitkan dengan ajaran Islam yang bersumber pada Al-Quran dan Hadits serta akal, maka dengan demikian Ilmu Pendidikao Islam adalah Ilmu Pendidikan yang berdasarkan Al-Quran, Hadits dan !kal. M. Arifin secara teoritis die menyatakan bahwa pendidikan itu sebagai suatu Ilmu atau disiplirt ilmu adalah merupakan konsepsi kependidikan yang mengandung berbagai
24
teori yang dikembangkan dari hipotesa-hipotesa atau wawasan yang bersumber dari Al-Quran dan Hadits, baik dilihat dari segi sistem, proses dan produk (basil) yang diharapkan maupun dari segi misionirnya (tugas pokok) untilik membudayakan manusia agar bahagia dan sejahtera dalam hidupnya. Selamjutnya dis mengtingkapkan pula, bahwa Ilmu Pendidikan Islam adalah studi tentang sistem dan proses kependidikan yang b berdasarkan Islam
~ntuk
mencapai produk atau tujuannys,
baik studi secara tf'oritis maupun praktis ( 1991 : 7 Din•l· pernystlliiiillili.•tei•il:i:::'l:n.;t '..di_ i•:i.k
a.tllllfl~
p<1:nulis•. dapat
~·~ .mens~.
intiny®. b&ihw:'ll yang dimaksud dengan Ilmu Pendidikan Islam
adalah Ilmu Pendidikan yang berdasarkan Islam. Adapun teori yang dikembangkan
dalam pendidikan Islam ini berarti harus
mengacu kepada dasar ajaran Islam yaitu Al-Quran, Hadits dan Akal. Dengan teori pendidikan Islam itu, para pendidik muslim berusaha mengembangkan konsep-konsep baru sesuai dengan tuntutan zaman dan tempat (lingkungan) sehingga pendidikan Islam akan terus berkembang
secar~:dinamis-konstrulil:"1
tif menuju masa depan yang lebih sejahtera dan maju. B. Tu.Juan dan F.ungsi Sebagaimana layaknya suatu ilmu, ilmu pendidikan Islam memiliki tujuan dan fungsi. Seoara esensial, antara tujuan dan fungsi tidak dapat dibedakan. Keduanya merupakan sesuatu yang berhubungan de ngan keberhasilan suatu sistem atau proses. Dari kedua je-
25
nis pembahasan ini memiliki intensitas yang berbeda. Tujuan adalah sesuatu yang menekankan pads basil. maksud dan sasaran. Sedangkan fungsi lebih bersifat menunjllk:kan posisi atau jabatan sesuatu dalam mencapai tujuan atau mewujudkan tujuan suatu sistem atau proses {Mohammad Ali, t.t: 98 dan 570). :I. TujU!lll
H.M. Arifin (1991 : 20) mengemukakan bahwa : Ilmu Pendidikan Islam bertujuan memberikan pandangan atau pemikiran yang tepat dan terarah tentang kemungkinan -kemungkinan yang obyekti!' dari proses pertumbuhan dan perkembangan sasaran kepcndidikan. Dalam hal ini, tugas ilmu pendidikan Islam adalqpmenetapkan kaidah atau pedcman konsepsional dan operasional yang dapat menunjukkan alternatif-alternatif dalam proses mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan sasaran kependidikan tersebut (manusia) ke arah pendewasaan individualitas (kedirian pribadi), sosialitas (kemampuan kemasyarakatan) dan moralitas (kemampuan berakhlak susila). Selanjutnya pads kesempatan lain H.M. Arifin :U921 ·} 'f)-«rn
bahwa dalam proses kependidikan Islam terda-
pat problem-problem kompleks. Oleh karena itu diperlukan suatu ilmu untuk dijadikan sebagai landasan teoritis dan praktis dalam proses tersebut. Dalam
p~wisi
seperti ini,
tujuan ilmu pendidikan Islam adalah memberikan solusi terhadap problems-problems tergebut agar proses pendidikan Islam dapat terlaksana dengan efektif den efisien serta sesuai dengan cits-cite pendidikan Islam. Ditinjau dari segi bahwa pendidikan Islam merupakan suatu sistem yang hendak meno:::iJp(i;i satu tujuan tertentu, m maka ilmu pendidikan Islam sebagai ilmu yang berisi tentang teori-teori untuk mencapai tujuan tertentu dan memberikan
26
gambaran teoritis dan praktis tentang proses pendidikan agar tujuan pendidikannya dapat tercapai dengan berdasarkan I slam, Imam Barnadib (1976 : 11 dan 15) berpendapat bahwa : 11
!1empelajari ilmu pendidikan Islam bertujuan agar mem-
peroleh btikal den arah dalam melaksanakan pendidikan". l3®iiv
~u®tu
bahwa: program
yang mempersiapkan calon guru atau etnaga kependidikan yang profesional". Dengan demikian, dapatlah d:l.&lirtik:axL bmh'llla ilmu pendidikan Islam adalah suatu ilmu yang bertujuan mempersiapkan seorang pendidik yang profesional yang berdasarkan pada ajaran atau nilai-nilai Islam. Dengan kata lain, ilmu pendidkan Islam adalah suatu ilmu yang dijadikan sebagai pe doman, pengontrol dan pengawas bagi para pendidik dan calon pendidik yang berdasarkan pada niali-nilai Islam. Dari berbagai pendapat di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa ilmu pendidikan Islam sebagai suatu ilmu yang berisi teori tentang pendidikan yang berdasarkan ajaran Islam, bertujuan memberikan arah dan pedoman dalam me1 aksanakan pendidikan Islam sehingga terarah dan konsisten
27 terhadap cita-cita pendidikan Islam. Berkitan dengan hal tersebut, H.M. Arifin mengemukakan beberapa alasan perlunya flmu pendidikan Islam untilk keberhasilQn pendidikan Islam adalah sebagai berikut : Pendidikan sebsgsi usaha membenruk pribadi manusia harus melalui proses yang panjang, dengan resultat (hasil) yang tidak dapet diketahui dengen segC3r.a, berbeda dengan membentuk bends meti yang bise dilakukan sesuei dengen keinginen pembuatnye. Dalam proses pembentukan tersebut diperluken perhitungan yang matang den hati-heti berdesarken pandangan den pi kiran-pikiran atau teori yang tepat, sehingga kesalahan langkah pemebntukan terhadap anak didik dapat dihindari. Oleh karena lapangan tugas den sasaran pendidikan adalah makhluk yang sedang hidup berkembang yang bertumbuh yang mengandung berbagai kemungkinan, Bila kita salah bentuk, make kita ekan sulit memperbaikinye. Pendidiken Islam pada khususnye bersumberkan nilainilai agam Islam di samping menanamken den memben:tuk sikep hidup yang dijiwei nilei-nilei tersebut, juga mengembengkan kemempuen berilmu pengetahuen s sejelen dengen nilooi-nilei Islam yang meland~ai nya adeleh merupeken proses ikhtieriyeb yang secera pedagogis mempu mengembangkett hidu ~nak didik ke arah kematangen/kedeweseen yang menguntungkan dirinye. Oleh karene itu usaha tersebut tidek depet dilakukan dengen 11 trial am$J :,error" ( coba-cobe) a tau ates dasar kemuen pendidik tanpe dilandesi teoriteori ~cependidikan y~icig d!!jp,aill :
28 ;
·- 1
'
I --~,~-----
' "
~---
I
~
-·--·
Dengetahuan kependidikan. -· · - Terliri-teori, h_ipotesa dan asumsi-asunsi kependidikan yang bersumberkan ajaran Islam samapai kini masib belum tersusun secara ilmiah meskipun bahan-bahan ba!1.kunya telah tersedia, baik dalam kitab Al-Quran maupun Al-Hadits ae~~a qaul ulama. Untuk itu idperlukan penyusunan sistematis ilmiah yang didukung dengan hasil penelitian yang luas(1991 : 12-13). 2. Fungsi Sebagai suatu sistem, pendidikan Islam mengalami beberapa tahapan dalam proses pencapaian
tuj,~an.
Sealin itu,
dalam pencapaian tujuannya, pendidikan Islam memerlukan 1 landasan teoritis dan praktis yang ilmiah dan Islami. Dalam hal ini, ilmu pendidikan Islam sangat diperlukan, karena teori-teori yang
dija~ikan
landasan tersebut terdapat
dalam ilmu itu. Sejalan dengan dua jenis landasan tersebut, M. Arif in ( 1991 : 15) ,·membagi teori-teori dalam ilmu pendidikan Islam kepada teori
kepada yang bersifat teori-
tis dan praktis. Oleh karena itu, fungsi ilmu pendidikan Islam dibagi menjadi dua ·bagian, yaitu fungsi ilmu pendidikan Islam teoritis dan Meourut
~Dia.:.
pr~ktis.
(· 1991 : 7) fungsi ilmu Pendidikan
Islam teoritis adalah 11.ebagai penunjuk jalan bagi proses opersionalisasinya sebagai umpan balik yang akan mengoreksi berbagai teori yang disusun dalam ilmu pendidikan Islam, miimln;;:1'1
tentang bataimana cars mendidikkan keimanS1n pa-
da anak, atau berbagai dampak negatif dari kemajuan IPTEK (Ilmu dan Teknulogi) harus ditangkal melalui pendidikan Islam dan
sebagainu~•.
29
Sedangkan fungsi praktis menurut Arifin pula (1991 : 19) adalah sebagai berikut : - Melokukan pembuktian terhadap teori-teori keperididikan Islam yang merangkum aspirasi atau cita-cita Islam yang harus diikhtiarkan agar menjadi kenyataan. - Memberikan bahan-bahan informasi tentang pelaksanaan pendidikan dalam segala aspeknya bagi pengembangan ilmu pengetahuan pendidikan Islam. Hal ini m~rup111kan bahan masukan yang berhfll"g~ (input) bagi ilmu ini. Sedangkan Sudirman dkk. ( 1989 : :5) tidak memisahkan antara ilmu pendidikan teoritis den praltis. Menurut
Dia~"
fungsi ilmu pendi
•
Ditinjau dari segi kehidupan kultural umat manusia, pendidikan Islam difungsikan untuk mengar@hkan pertumbuhan dan perkembangan hidup manusia"(sebagai makhluk individu dan sosial), kepada titik optimal kerntlmpuannya untuk memperoleh kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan di akhirat. Dalam memfungsikan pendidikan sebagai slat pem budaya, sangat bergantung kepada pendidik sebagai pemegang posisi kunBi yang banyak menentukan keberhasilan proses pendidikan, sehingga mereka dituntut memiliki persayaratan tertentu, baik teoritis maupun praktis dalam melaksanakan tugasnya (H.M. Arifin, 1989 : 12) .. M'aka fungsi ilmu pendi-
'
dikan d®ll®filiif h!ill :fclr;i;, :!irdail.@h, !ir®bagri penjelas teori-teori i tu yang menjadi sumber teori yang ilmi!ilb ,pf>edagogis dan Islami (M. Arifin, 1991 : 77). Dari beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa fungsi ilmu pendidikan Islam adalah
sebagai
-
30
penunjuk jalan dalam proses oper.111;:ionalisasi pendidikan Islam.
c.
Metode Kata
11
metode" berasal dari bahasa Greek yang terdi-
ri dari due ksts, ysitu "mets" yang bersrti melalui den . 1l'!~odos11
'.!-
yang berarti jalsn, Dengsn demikian, make metode
bersrti ''jalsn yang dilalui''• Menurut istilah, ksta metode bersrti jslan atau cara yang dilslui dslam melaksanakan sesuatu. Metode diartiksn pule sebagai cara yang teratur den terfikir baik-baik untuk mencapai maksud; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guns mencapai tujuan yang ditentukan (Dep. Dik Bud, 1988:580). Selanjutnya Winarno Surakhmad (1986 : 75) mengemukakan'l>ahwa : Metode adalah care yang didalam fungsinya merupakan a slat untuk mencapai satu tujuan. Makin baik metode itu makin ef ektif pule pencapai tujuan. Untuk menetapkan lebih dahulu apakah sebuah metode dapat disebut baik, diperlukan patokan yang bersumber dari beberapa faktor. Faktor utamanya yang menentukan adalahntujuan yang dicapai. Dari beberapa batasan tersebut, dapat disiropulkan b bah~@
metode adalah suatu cars kerja yang sistematis den
tertentu dalam meneropuh jalan yang harus dilalui dalam mencapai tujuan yang ditetspkan. Metode pendidikan merupakam bsgian yang tidak dspat dipisahkan dari keseluruhan (sistem) komoonen pendidikan yang ikut menentukan tercapei tideknye suetu tujuen. Dengen kAtA 1Ain hAhWA metode
vAn~
tenat danat mambantu tercanai-
31
nya tujuan yang maksimal. Demikian pula hanya dalam sistem pendidikan Islam penggunaan metode yang tepat sangatlah ,' penting. Ilmu pendidikan Islam
~1®l"<mgkum
b!ilbW® mst,ode pendi-
dikan Islam 'Sangat luas. Tugas dan fungsinya adalah memberikan jalsn atau care yang sebaik mungkin bagi pelaksanaan operasional dari ilmu pendidikan Islam tersebut (Ahmad Supardi,·1989: 38). Pelaksanaannya berada dalam sustu sisdan struktur kelembagaan yang diciptakan untuk mencapai
~
tujuan pendidikan tertentu. Metode sebagai ilmu yang merupakan bagian integral dari sistem pendidikan Islam yang ikut menunjang keberha silan pencapai tujuan pendidikan Islam tersebut, maka metode tersebut harus merupakan substansi dan tujuan identik dengan tujuan pendidikan Islam tersebut. Sebab jika terjadi ketidak samaan salah satunya maka metode pendidikan tersebut tidak akan berfungsi dan bertugas sebagaimana mestinya. Keadaan demikian itu akan menyebabkan kemandulan ilmu pendidikan Islam .. itu sendiri (Ahmad Supardi, 1989 : 38). Dalam kaitannya dengan metode pendidikan Islam, sudah bsrang tentu banyak yang 1m11c1yangkut prinsip-prinsip keilmuan pendidikan Islam yang sumbernya berada dalam Al-Quran dan Hadits • H.M. Arifin ( 1991 : 199-209) mengemukakan mengenai prinsip-prinsip metodologis yang dijadikan landasan untuk memperlancl!lr proses pendidikan Islam yang sejalan dengan
32
ajaran Islam, prinsip-prinsip tersebut antara lain : 1. Prinsip memberikan suasana kegembiraan, sebagaima~~:tersebut dalam firman Allah surat Al-Baqarah; 2:5 ,,. I "r "'Js\(:~: .;:___·..;: ~ J. aL,;,J1~_, ~1..__;_;::.U1?_, ,,1./
...) ~
~
i..Y',..
-;.
'1--
',,
//
";1
.___.,,,
"'
/
.,_,,,,_..
,,
,._,,.,
,,.,
/
,,.~
·,,,,,,,
'
,,,,.
"Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik bahwa mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sun$ai di dalamnya dan seterusnya 11 (Depag RI, 1984 : 12). 2. ~rinsip-prinsip memberikan laaanan dan santunan dengan lemah lembut, seperti alam firman Allah surat Ali Imran : 159 1'/
..
11r
/f
/
:.:.u.r'Lr:, ~ ~ /
.,,,.
'-:"l:.li ,
( 10 \. CJ
,;.,_,;fl
~
//r).
\.);,.,;
,.~"":?j-/
/'
r
,,,,.
,,,, ,,, ",.
•
(,
~_,J_,}J ~~0 :-V"'C
,.,.,).""''""' y JI ) .. ,,J."r""" ,:;J._;.;.;1......-v' I_, ,y,A- ~ ~
"Maka disebabkan rakhmat dari Allah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu, karena itu maaf kanlah mereka memohonlah ampun bagi mereka •••••• (Depag RI, 1984 : 103). 3. Prinsi kebermaknaan ba i manusia didik Sa saw. se beri u :
Berbicaralah kamu kepada manusia sesuai dengan kadar kemampuan akal pikiran mereka 11 (H.M. Arifin, 1991 : 201). 4. Prinsip prasyarat Untuk menarik minat manusia didik diperlukan mukadimah dalam langkah-langkah mengajar bahan-bahan pelajaran yang baru yang dapat memadukan perhatian dan minat mereka ke arah bahan teraebut. 5. Prinsip komunikasi terbuka Kaitannya dengan iimu pengetahuan praktis adalah seperti firman Allah surat Al-Iara ayat : 36 11
;:,~ 2-l.:1)~ /~1jJ~~1_; ,, .
·::;:.i1;::,{' l "'"'· ~ ~(;jC,.;y; L,,,,r-::1,,, !1' ,,...>#"' (
'\"\
I
s/-1_,!i\)
,._,_,........ ~
"Dan janganlah kamu mengikuui apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Seaunggubnya penden~aran, penglihatan dan hati, semuanya itu
33 akan diminta pertanggungan jawabnya" (Depag RI, 1984 : 129) • G. Prinsi emberian en etahuan Sepert a am irman A a yang men orong manusia untuk menciptakan ilmu-ilmu alam dan biologi ser~a psikologi dalam surat al-Fushilat : 53 :
"Kami akan menunjukkan kepada mereka akan tandatanda kebesaran Kami di langit dan di dalam diri mereka sendiri sehingga jelaslah bahwa Dia adalah hak (kebenaran)" (Depag RI, 1984 : 781). 7. Prinsip memberikan model prilaku baik Firman Allah dalam sur~t al Ahzab ayat 21 : 'J' '''q ~ /J, I\:','.'~ J-:' .,_,,
t::
I) ,, .,,
I
.t
,~~
/
/
,_,,,,,
1C.-..'· '. L~ .;_;,,1 ~1_J_;....,,~ ~\ X" ·1~ ..uJ / '--"" . u ----c::__r,. , /
...7 :;:
\~':
'-:'lyyll
~'.-11~~~~~\
Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orangorang yang mengharapkan (rahmat) Allah dan (keda':tangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut (nama) Allah 11 ~(Depag RI, 1984 : 670). 8. Prinsip-prinsip lainnya, seperti prindip kasih sayang dan prinsip bimbingan dan penyuluhan terhadap manusia. 11
Adapun metode yang terdapat dalam pendidikan Islam menurut An;Nahlawi (1989 : 283) antara lain
adala~
:
1. Metode hiwar Qur 1 ani dan nabawi 2. Menididik dengan kisah-kisah Qur•ani dan Nabawi 3. Mendidik dengan amtsal (perumpamaan) Qura'ni dan Nabawi 4. Mendidik dengan teladan 5. Mendidik dengan pembiasaan diri dan pengamalan, 6. Mendidik dengan mengambil ibrah (pelajaran) dan mauidah (peringatan) 7. Mendidik dengan targhib (membuat senang) dan tarhib (membuat tattut). Untuk lebih jelasnya, di sini penulis uraikan satu persatu dari metode-metode tersebut di atas 1. Metode hiwar Qur•ani dan Nabawi Metode hiwar ialah percakapan silih berganti antara
34
y
dua fihak atau lebih melalui tanya jawab mengenai suatu tofik mengarah pada satu tujuan. Dalam Al-Quran dan Sunnah Nabi saw. menunjukkan berbegei jenis hiwar, yeitu : e. b. c. d.
Hiwar Hiwar ;awer Hiwar
Khitabi/Ta 1 abudi Weshfi Jedali Nebawi
2. Metode Kisah Qur'ani dan Nabawi Metode ini mempunyai keistimewaen dan fungsi adukatif yang dapat melahirkan perasaan serta aktivitas dalam jiwa, sehingga memotivasi para pendengen kisah
unt~k
merubah pri-
lakunya dan memperbaherui tekednye sesuai dengan tuntutan, pengarahan den pelajaran yang terdapat dalam kisah itE. Kisah Qur 1 ani merupakan kisah Tuhan di dalam Al-Quran dan kisah Nabawi adalah kisah
~engenai
cara mendidik Rasul
atas sahebat-sahabatnya. 3. Metode Amtsal (perumpamaan) Qur 1 ani dan Nabawi Metode perumpamaan artinya mengumpamakan sesuatu dengan cera menggambarken den menyingkap hakikatnya melalui mejez (ibarat) den haqiqah (keadaan yang sebenernye), dilakukan dengan cera mentasbihkannya, kadangkala perumpamaan yang tepat sesaran. 4. Metode dengan Teledan Metode dengan cara meneladani harus dimulai oleh guru/pendidik. Artinya seorang pendidik itu harus menjadi teladan bagi anak didiknya. Oleh karena itu semua tujuan pendidikan harus direlisasikan dalam prilaku seorang pendidik. Hal ini disebsbkan karena
setia~
anak didik senderung
35
meneladani pendidiknya. Seperti Rasulullah yang berakhlak Al-Quran merupakan teladan bagi seluruh umatnya.
5, Metode dengan Latihan dan Pengalaman Metode dengan latihan terjadi berulang-ulang dan metode pengalaman merupakan hal f!embiasaan. Metode pendidikan dengan latihan sesuatu
~rang
dan pengalaman sangat efektif, karena
diulang-ulang akan tumbuh dan tertanam dalam
hati, dan sesuatu yang dibiasakan akan menjadi lebih melekat dalam diri seseorang. 6. Metode Ibrah dan Mauidah Ibrah den i 1 tibar artinya ialah suatu kondisi psikis yang menyampaikan manusia akan intisari sesuatu yang disaksikan, diperhatikan, dihadapi dan diputuskan secara nalar, sehingga dapat menundukkan hatinya ( An-Nahlawi, 1989 : 390).
?. Metode Targhib dan Tarhib Metode Targhib kita gunakan dengan care menyebutkan janji-janji yang berupa bujukan dan yang dapat membangkitkan rasa senang terhadap kemaslahatan, kenikmatan, atau kebahagiann , sehingga dapat memotivasi sesorang untuk melakukan amal shaleh. Sedangkan metode Tarhib merupakan ancaman-ancaman berupa siksaan sebagai akibat melalrukan sesuatu yang dilarang Allah. Sedangkan Shalih Abdullah (1g91 : 221) .menyebutkan bahwa diant9ra metode pendidikan Islam itu ialah : 1. metode cerita/ceramah, 2, metode tanya jawab, 3. metode dis-
36
kusi, 4. metode metafora. Dari beberapa rumusan tentang metode pendidikan Islam yang telah dikemukakan di etas, ternyata ,·terdapat perbedaan dalam menentukan jumlah metode yang digunakan. Perbedaan itu terjadi karena perbedaan mereka dalam me nangkap implikasi metodologi yang terdapat dalam ayat AlQuran dan Hadits Rasul. Namun demikian terlepas dari perbedaan, yang penting pendidikan Islam berjalan dengan baik dan lancer sampai pads tujuan yang diharapkan. D. Sumber Allah SWT. mengutus Nabi Muhammad Saw. untuk membawa agama yang suci dan ajaran yang lengkap. Risalah tersebut adalah Islam. Risalah ini merupakan risalah yang universal. Ilmu pendidikan adal&h ilmu pendidikan yang berdasarIslam (Ahmad Tafsie, 1992 : 12), oleh kareba itu sangatlah tepat apabila ilmu pendidikan Islam bersumberkan pads sumber ajaran tersebut (Al-Quran, Hadits dan Ijtihad). Menurut Zakiyah Daradjat, dkk. (1992 : 19), sumbersumber tersebut dapat diperinci sebagai berikut : "A~'"QUY'l.ln
drm' znl-Hadits sebagai sumber pokok, hasil ijtihad dengan jalan al-maslahal, istihsan dan qiyas~
Klasifikasi tersebut, juga dikemukakan oleh Said Ismail Ali yang dikutif oleh Hasan Langgulung (1980 : 35) bahwa : 11
Pendidikan Islam hendaknya didasarkan pada teori-teori kependidikan yang bersumberkan pada Al-Quran, alHad its (Sunnah Rasul), pendapat para sahabat, al-maslahal al-Mursalah, nilai-nilai den kebiasaan masyarakat serta pendapat para pemikir Islam".
37 Dari beberapa pendap9t di ates, dapat disimpulkan, bahwa sumber ilmu pendidikan Islam adalah Al Quran, Sunnah dan Ijtihad. 1. Al-Quran Al Quran diturunkan oleh Allah melalui malaikat Jibril kepada Rasul-Nye untuk memberikan petunjuk kepada manusia ke jalan yang baik. Hal ini sesuai dengan firman Allah, surat An-Nahl : 44 : Artinya :
·~·.Jjj ~ ~l~.l\ ~·~'111&,CJ~;.;6 \';:..., ,, u,, _,v;··..A.f";1 . . .,, J .J
"Dan Kami turunkan kepadamu Al-Quran~ agar kamu menerangkan kepada umat manusia ape yang telah diturunkan kepada mereka" (Depag RI, 1989 : 408)~ Dalam ayat lain, Allah menyatakan bahwa Ia mengajarkan kepada manusia tentang sesuatu
yang belum diketahui
oleh manusia. Pengajarannya kepaea manusia itu tentu saja tidak seeara langsung, tetapi melalui perantara Rasul-Nye Allah berf irman : Artinya : "Dia mengajarkan kepada manusia ape yang tidak diketahuinya11 (Depag RI, 1989: 1079). Jelas kiranya, bahwa sumber pendidikan yang paling utama adalah Al-Quran, sebab merupakan sumber yang paling utama den pertama dalam ajaran Islam. Dalam sumber ini terkandung dua prinsip besar yaitu aqidah den syari'ah (yang berhubungan dengan amal). Dua prinsip ini dapat terealisasikan melalui bimbingan dan · pendidikan.
~
38
Berkaitan dengan hal itu, Zakiyah Daradjat dkk. (1992 : 20) berpendapat : Di dalam Al-Quran terdapat banyak ajaran yang berisi prinsip-prinsip tentang ke-giatan den materi pendidikan keimanan, ibadah, akhlak, sosial dan ilmu pengetahuan. Prinsip-prinsip ini terdapat dalem suret Luqmen ayat 12 sempai dengen 19. Selain itu, dalem al-Quran ter dapat ayat yang menceritakan tujuan hidup yang merupakan suetu tujuan yang harus dicapai oleh pendidikan den nilai kegiatan atau amal tersebut. Selain prinsip-prinsip di ates, masih banyak prin~ . sip-prinsip kependidikan yang terdapat dalam al-Quran, sebagaimana dikemukakan oleh Said Ismail Ali yang dikutif oleh Hasan Langgulung (1989 : 36) yaitu : - Prinsip menghormati akal manusia, yaitu banyak ayatayat yang mengajak manusia untuk menggunakan akalnya. Bimbingan ilmiah, dalam al-Quran ada beberapa ayat yang mengemukakan berbagai masalah metafisika yang membtutuhkan pemikiran. - Tidak menentang fitrah manusia. - Penggunaan cerita-cerita untuk tujuan pendidikan. - Memelihara keperluan-keperluan sosial (masyarakat) ant-era lain : ayat-ayat yang menganjurkan untuk saling tolong menolong dan bermusuhan serta melarang menyakiti sesama. Dari uraian di etas maka jelaslah bahwa, pada dasarnya ajaran Islam yang bersumber pada al-Quran, telah mengatur segala segi kehidupan manusia meskipun tidak secara rinci. Demikian juga halnya terhadap masalah-masalah kependidikan. 2. :Ai!J-Sunnah Sumber pendidikan yang kedua adalah As-Sunnah, Sunnah berati kumpulan sabda Rasulullah saw, perbuatan, pe.. ninggalan, sif at, larangan, apa yang telah disukainya, apa yang tidak disukainya, bela negara, ihwal dan kehidup-
39 annya (Abdurrahman An-Nahlawi, 1989 : 46). Dasar penggunaan As-Sunnah sebagai Islam adalah firman Allah swt. Surah
su.~ber
An~Nahl
ajaran
: 44 :
Artinya : dan Kami turunkan kepadamu Al Quran agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan 11 • • •
kepada mereka •• 11 (Depag RI, 1989 : 408). Untuk memberikan penjelasan ayat-ayat Al-Quran, maka ucapan dan perbuatan Nabi adalah merupakan cermin dan penjelasan dari ayat-ayat Al-Quran. Disamping itu As-Sunnah juga merupakan pedoman bagi umat manusia, khususnya umat Islam, sebagaimana sabda Nabi :
O/'Y:c,.::-::;
.>'N~; .' / ,~. /\;~'<•'3"11'1'~.~'j/ Artinya ;(d\l..•", 1,4!:r-'f~3~1 '-:'~ ~0_:,"' ~_,· J.:f ,~.-:.:-'-')
Aku telah meninggalkan kepadamu due perkara, jika kamu berpegang teguh kepada keduanya kamu tidak akan ter11
sesat yaitu Kitab Allah den Sunnah Rasul" (Hasbi AshShiddiqi, 1989 : 25). Dalam lapangan sistem pendidikan, As Sunnah mempunyai due fungsi yaitu : a. Menjelaskan sistem pendidikan yang terdapat dalam Quran dan memberikan:·.penjelasan terhadap hal yang tidak terdapat di dalamnya. b. Menyimpulkan metode pendidikan dengan cars bercermin kepll\'da pols hidup Rasulullah l!llaw, bersama para ., · aahabatnya.
40
3. I.jtihad Menurut Zakitah Daradjat dkk. (1992
21) Ijtihad
adalah '!! Berfikir dengan menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan syari 1 at Islam untuk menetapkan sesuatu hukum syari 1 at Islam dalam hal-hal yang eblum ditegaskan hukumnya oleh al-Quran dan al-Hadits, ijtihad meliputi seluruh sspek kehidupan, termssuk sspek pendidikan. Hssil ijtihad dapat diterima sebagsi sumber dalam me~ rumuskan teori kependidikan Ilam, apsbila tidak betentangsn dengan al-Quran dan al-Hadits, bahkan dspat dijadikan sebagai lsndasan dalam memahami al-Qursn dan sl-Hsdits bagi para tokoh
pendidikan psda umumnya. Oleh karens itu, teo-
ri dalam pendidikan Islam haruslah dilengkspi dengan argumen yang menjamin teori tersebut, karens pembuatan dan penulisen teori dslam ilmu pendidikan Islam tidak jauh berbeda dari pembuatan dan penulisan-: fiqh Islam.
42
falsafah hidup keluarga muslim itu. Dalam "mengembangkan" tercantum pengertian
mengubab~
maju dan tumbuh menuju satu
situasi yang lebih sempurna (BP 4, 227, 1991 : 50). Bertitik tolak pada uraian-uraian di atas, maka di sini dapat dikatakan bahwa keluarga muslim merupakan masyarakat kecil yang terdiri dari ayah, ibu dan anak, serta menjadikan ajaran Islam sebagai pegangan dan pedoman dalam merealisasikan tujuan hidupnya. 2. Konsep Dasar Pendidikan Keluarga Muslim Keluarga merupakan masyarakat alamiah yang pergaulan diantara anggotanya bersifat khas. Dalam lingkungan ini, terletak dasar-dasar pendidikan. Di sini pendidikan berlangsung dengan sendirinya sesuai dengan tatsnan pergaulan yang berlakU di dalsmnya, artinya tanpa harua diumumkan harus dituliakan terlebih dahulu agar diikuti hui oleh seluruh keluarga. Disini pengalaman
diletsk~~n
atau
dan diketadasar-dasar p
melalui rssa kasih sayang dan penuh keointaan,
kebutuhan akan kewibawaan dan nilai-nilai kepatuhan. Justru karena pergaulan yang demukian itu berlangsung dalam hubungan yang bersifat pribadi dan wajar, make penghayatan terhadapnyg mempunyai arti yang amat penting (Zakiyah Daradjat, 1992 : 66). Adapun
k~luarga
muslim, merupakan masyarakat
~~rke
oil yang terdiri dari ayah, ibu dan anak, serta menjadikan ajaran Islam sebagai pedoman dan pegangan dalam merealiaasilkan tujuan hidupnya. Upaya utnuk merealisasikan tujuan tersebut, tidak lain melalui pendidikan. Karena yang menja-
43
Agar tujuan pendidikan Islam yang dialkaanakn dalam keluargs muslim dapat terwujud, maka diperlukan auatu konsep dasar pendidikan yang harus dilaksahakan
dalam kelu-
arga Muslim. Sehubungan dengan hal diataa, Ibnu Mushtafa dalam bukunya yang berjudul "Keluarga 1'.nl:i!inil".Menyongaong Abad 21 11 mengemukakan dua konsep dasar pendidikan Islam bagi keluarga Muslim yakni : "Konsep tauhid dan konaep akhlak" ( Ibhtl Mustafa, 1993 : 85-95). Konsep dasar pendidikan Islam yang pertama, yaitu konsep tauhid, serta pengertian tentang hakekat, yakni, tentang sifat-sif at Allah serta tanda-tanda kekuasaan-Nya, perlu ditanamkan dalam kehidupan keluarga Muslim, sesuai dengan tingkat usianya. Dengan demikian, make anak-anak y yang terdidik dalam lingkungan keluarga Muslim akan menyadari bahwa Allah Maha Kuasa, dan karena kemahakuasaan-Nya ibu, maka hanya Allahlah yang patut disembah. Segala aesuatu yang ada di dunia ini hanyalah makhluk ciptaan Allah, aebagai tanda bukti kebeaaran Allah. Karena itu aemua makhyang ads di dunia ini, tak satupun yang paptut disembah. Dengan pendidikan tauhidlah akan tumbuh auatu generasi yang sadar akan akan sifat-sifat ilahiyah. Orang tua dalam keluarga Muslim wajib menanamkan konsep tauhid ini sejak dini. Kewajiban tersebut sesuai dengan firman Allah dalam surat Luqman ayat 13 yang berbunyi :
44
"Dan ingatlah, ketika Luqman berkata kepada anaknya, diwakti ia memberi pelajaran kepadanya. "Hai anaku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) adalah b~nar-benar kedhalinam yang besar11 (Depag RI, 1984 : 654). Dari ayat tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa orang tua dalam keluarga Muslim wajib mengajarkan.Ji:epada anaknya agar tidak mempersekutukan Allah. Manusia tidak layak menyembah dewa-dewa, karena dewa sifatnya
khayala~
belaka, yang ads hanyalah Allah Yang Maha Tunggal. Manusia tidak layak menyembah manusia lainnya, karena tingkatan mereka sejajar serta tidak berkuasa ates slam ini. Dengan demikian yang layak disembah hanyalah Allah Swt. yang memiliki kekuasaan. Konsep tauhid ini erst kaitannya dengan pembentukan keimanan, sebagaimana telah diungkapkan delam uraian di
a~
tas,,konsep dasar pendidikan ini harus ditanamkan oleh orang tua dalam keluarga Muslim seja dini. Bahkan dalam hal ;!:?'ii , Zakiyah Daradjat dalam tulisannya yang berjudul :
11
Pendidik-
an anak keluarga tinjauan psokologi agama 11 , yang disunting oleh Jalaluddin Rahmat dan Muhtar Gandaatmaja (1993 : 60), mengemukakan
bah~a
:
Pembentukan iman seharusnya mulai sejak dalam kendungan sejalan dengan pertumbuhan kepribadian. Berbagai hasil pengamatan pakar kejiwaan menunjukkan bahwa janin yang dalam kandungan telah mendapat pengaruh dari kewdaan sikap dan emosi ibu yang mengandungnya. Hal tersebut terbukti dalam perawatan kejiwaan bah~a ketika si anak dalam kandungan keadaan keluarga mempunyai pengaruh t terhadap kesehatan mental si janin di kemudian hari. Berdasarkan uraian dir:atas, dapat diketahui apabila ..•. ., '·
45
ibu bapak atau calon ibu bapak orahg yang beriman den bartaqwa. teat beribadah serta hatinya tentrem, ekan mendo•akan agar enakngan keturunannya beriman den bertaqwa kepeda Allah Swt •• Doe den herapen yang memenuhi relung hatinye, yang kadang diucapkan dengen lisan, diingat den dibisikkan dalam kaitannya, semua itu akan memantul kepada janin
ya~g
ads dalam kandungan ibu. Konsep dasar pendidikan Islam yang pertama, yakni konsep tauhid dapat ditanamkan dalam keluarga Muslim dengan menggunakan metode ketauladann, pembiasaan, contoh serta kasih sayang •• Misalnya
ibu bapaknya yang saleh , sering
terlihat oleh anaknya mereka sedang shalat, berdo 1 a dengan khusyu' den bergaul dengan sopan santun yang dapat
dir~iru.
Selain itu apabila orang tuanya sering membaca Al-Quran, berdo•a den mengajak anaknya memohon kepada Allah Swt, den sebagainya yang senantiasa bernafaskan Islam. Apabila keadaan lingkungan keluarga demikian, make secar•a tidak langsung anak-anak, den semua anggota keluarga tersebut senantiasa ads dalam suasana yang Islami, sehingga berpengaruh kuat terhadap keimanannya. Secara praktis, Shodiq Ihsan dalam berjudul :
11
tulisanny~
yang
Pendidikan Keluarga dalam Islam", yang disun -
ting oleh Jalaluddin Rahmat dan Muhtar Gandaatmaja (1993 ; 131), memberi dasar pendidikan keimanan sebagai berikut : 1. Setelah anak lahir disunatkan adzan ditelinganya, ini adalah awal dari pendidikan kQimanan. Dari sej ak dini hendaknya orang tua memperkenalkan kehidup-
46
2.
3.
4.
5.
6.
annya yang bernafaskan Islam sehingga anak tidak akan asing dengan tradisi den budaya Islam yang dijumpai di dalam runahnya atau pads lingkungannya. Mengajarkan kalimah La ilaha illallah. Riwayat dari al-Hakim dari ibnu Abbas r.a. dari Nabi saw, ia berkata : 11 Permulaan klimah yang harus diajarkan kepada anak-anakmu ialah kalimah La ilaha illallah. Anak sejak mulai berakal hendaknya dikenalkan dengan apa-apa yang tidak havam den apa-apa yang harem. Hadits ini dikeluarkan oleh Ibnu Jarir den Ibnu Mundzir dari Ibnu Abbas is berkata· : 11 Lakukanlah ketaatan kepada Allah dan takutlah kemaksiatan kepada Allah, perintahkan putermu agar menjalankan den menjauhkan diri dari larangan, yang serupa itu adalah pembentengan bagi mereka den bagi kamu dari neraka. Memperkenalkan suasana semangat (gemar) sbalat sedini mungkin, mengajarkannya muali umur tujuh tahun. Hadits riwayat Hakim dari Abu Daud dari Ibnu Amru bin Ash r.a. Rasul saw. berkato : 11 Perintahkanlah shalat pads anakmu sejak umur t'ujuh tahun, boleh kau memukulnya ketika ketika umur sepuluh tahun bile ia lengab, dan harus kamu pisahkan tidurnya 11 • Sejak dini perlu didik agar timbul rasa ointanya kepada Rasul saw, kepada keluarganya den auks membaca Al-Quran. Hadits riwayat Thabrani dari Ali r.a. babwa Nebi saw. berkata : "Didiklah anakmu ates tiga hal : MencntaL - ~Tabinya, mencintai keluarganya den membaca Al-Quran , bahwa pembawa Al-Quran itu berada di bawah naungan Arusyi Allah bersama-sama dengan para Nabi den bambanya yang suci pada hari tidak ads naungan kecuali hanya naungan Allah". Para ahli pQndidikan eependapat bahwa eetiap anak lahir dalam fitrah tauhid, dalam a~idah iman pads Allah den dalam keaslian suci den bersih, bile s& jak dini mendapat pendidikan baik make akan tumbuh dengan baik. Allah Swt. berfirman : 11 • • • fitrah Allah yang telah mencipta manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah ••• 11 (Depag RI, 1984 : 645). Adapun konsep daear pendidikan Islam yang kedua ada-
lah konsep akhlak atau pendidikan akhlak. Pendidikan akhlak dalam keluarga Muslim merupakan yang sangat panting setelah pendidikan tauhid. Konsep dasar pendidikan ini berisi perintah-perintah den larangan-larangan Allah dalam mengatur hubungan ber masvarakat. Seorang manusia dikatakan berakhlak mulia. apa-
47
bila segala tindakannya sesuai dengan segala perintah dan larangan Allah. Pendidikan akhlak sebagai konsep dasar pendidikan Islam yang kedua setelah Tauhid, wajib ditanamkan sedirii
·~
mungkin. Sebagai acuan bagi keluarga Muslim dalam melaksanakan konep seperti ini, seperti yang telah dicontohkan oleh Luqmanul Hakim dalam al-Quran surat Luqman ayat 14, '
15 1 18 den 19, yang berbunyi .• :
-{ \'f1 \;\< \D 11
z" ___:_,\]J}
Artinya : "Dan Kami telah menganatkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah me:.~ u~l.llOO]!,l.Jngnya dalam keadaan lemah semakin bertambah: •. li.emah juga, sampai mass penyapihan bayinya dalam umur dua tahun. Karena itu, bersyukurlah kepada-Ku.. ~ao kepada kedua orang tuamu, karena kepada-Ku-Lah tempat kembalimu", "Jika mereka keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan yang lain, sedang kamu tidak mempunyai pe -
48
ngetahuan apa-apa tentang itu, maka janganlah kamu turuti mereka itu. Namun pergaulilah mereka dengan sebaik-baiknya selama hidup di dunia ini. Ikutilah jalan orang-orang yang suka kembali tobat kepada-Ku. Kemudian kepada-Kulah kamu sekalian kembali pulang, dan aku beritahukan kepadamu a pa-a pa yang tel ah kamu ker jakan", "Dan j anganlah engkau membuang muka penuh kesombnngan terhadap orang lain dan jangal!!.il.ah berjalan dimuka bumitdengan angkuh. Sebab Allah tidak senang terhadap semua orang yang sombong, lagi angkuh","Selanjutnya, berlaku sederhana:J.ah dalam perjalananmu, dan lunakanleh suaramu! sesungguh ..·\nya suara yang paling buruk, adalah suara-suara keledai" (Depag, RI, 1984 : 655). Dalam ayat 14 dan 15, digambarkan mengenai akhlak anak terhadap ibu bapaknya, yaitu dengan cara berbuDt baik dan berterima kaaih kepada keduanya. Sedangkan dalam ayat 18 dan 19 digambarkan
meng~nai
akhlak terhadap orang lain terutama yang berkaitan dengan penampilan atau tingkah laku, misslnya adab sopan santun dalam bergaul, yaitu tidak sombong dan tidak angkuh, serta berjalan dengan sederhana, apabila berbicara dengan suara yang lembut. Orang tua dalam keluarga Muslim, hemdaknya selalu menunjukkan raso cinta dan kasih sayang terhadap anak-anaknya. Karena kondisi yang demikian akan menanamkan rasa cinta dan kasih sayang antara aesamanya, sehingga ia akan mempunyai akhlak yang mulia. Sebagimana telah dikemukakan dalam uraian-uraian sebelumnya, konsep pendidikan akhlak ini memegang peranan yang penting, karena itu menuntut tanggung jawab dari keluarga Muslim untuk merealisasikannya. Berkenaan dengan konep pendidikan akhlak ini, Ibnu Mustafa (1993 ; 95), berpendapat
49 bahwa : Dimensi akhlak merupakan dimensi yang cukup rumit dalam pendidikan keluarga Muslim, karena dalam dimensi tersebut pribadi seseorang sangat bergantung kepada pengalaman-pengalaman hidupnya. Pribadi seseor$ngtidak hanya diwarnai oleh pendidikan yang diperolehnya di dalam ke. t·.,.... luarga , tetapi dipengaruhi juga oleh variasi lingkungennya. Sehingga, ketika keluarga lengah dalam mendidik, peran lingkungan ambil bagian. Pendidikan sekolah biasanya beraifat netral karena kehidupan seseobang lebih lama berada dalam keluarga dan lingkungannya. Demikianlah dua konsep dasar pendidikan Islam dalam keluarga Muslim. Pads dasarnya kedua konsep tersebut, satu sama lain tidak dapa dipisahkan. Tauhid tanpa akhlak akan menciptakan umat yang lemah, sedangkan akhlak tanpa tauhid dapat membuat manusia tidak tahu tujuan hidupnya. Sela.in itu akhlak juga merupakan implrementasi dari keimanan dalam segala benruk dan prilakunya. 3. Problemtika Pendidikan Keluarga Muslim Melalui pendidikan Islam, dengan konsep dasar pendi
a~hlak,
ha untuk mencapai apa yang menjadi
keluarga Muslim berusat~juan
hidupnya.
Seiring dengan kemajuan zaman, banyak problema yang harus dihadapi oleh keluarga Muslim dalam melaksanakcn pendidikan Islam terse but •.
50
dalam posisi kemandulannya. Model pendidikan Barat yang oleh kritikusnya disebut sebagai J!iodel.pendidikan yang sudah tidak relevan lagi karena banyak menimbulkan kemerosotan dalam idealisasi pendidikan. Apalagi menurut kaiangan masyarakat Islam, model pendidikan selama ini. telah mengacu kepad model pendidikan Barat itu, tidak hanya menciptakan generasi Islam yang mandul, namun jugs telah mematikan k1•eativitas intelektualnya. Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah bahwa pesatnya arus informasi dan teknologi sangat berpangarur. terhadap proses pendidikan yang sedang berlangsung. Dalam kondisi yang demikian, semakin sulit bagi keluarga Muslim di dalam ilielaksanakan konsep dasar pendidikan seperti yang telah dij ela skan di atas pada pembahasan sebelumnya.
Setiap individu dalam masyarakat era informasi dan era globalisasi sekarang ini, dihadapkan kepada problemaproblema yang sering tidak dapat dipecahkan. Disatu pihak dia hidup dalam keterbatasan kemampuan, dan dipihak lain dia didorong untuk melampaui bates kemampuannya. Pandangan hddup materialistis._.pola hidup konsumerisme, atau hidup bebas, selslu didesakan oleh media-media massa yang secara tide~
langsung memberikan dorongan-dorongan mengenai apa
yang harus diperbuat oleh individu meskipun untuk melaksanakan dorongan tersebut, tanggung jawab kekeluargaan
~arus
dikorbankan. Di dalam kehidupan manusia yang semakin moderen, telah terjadi ketimpangan antara kehendak manusia yang luhur den baik dengan kenyataan yang ia lakukan. Sebagai dampaknya, terjadilah perubahan-perubahan yang sebenarnya tidak dikehendaki,
terma~uk
di dalamnya perubahan komunikasi
52
akan tetapi bukanlah segala-galanya dan bersif at sementara, esensi spiritual manusia dipandang lebih mulia dan
bersi~at
abadi, karena itu ajaran Islam memberikan jalan kepada manusia untuk melepaskan diri dari perbudakan msteri (Ibnu Musthafa, 1993 : 31). Berdasarkan uraian di.etas, maka jelaslah bahwa tugas dan tanggung jawab orang tua tidak hanya selesai apabila telah berhasil memenuhi segala kebutuhan materi anak, karena kebutuhan anak tidak semata-mata terletak pada kebutuhan materi akan tetapi hal cyijng sangat penting yang harus diberikan oleb orang tua adalah pendidikan, terutama pendidikan dalam lingkungan keluarga yang berdasarkan konsep tauhid dan konsep akhlak. Keluarga Muslim memiliki kewajiab untuk menyelamatkan generasinya agar tumbuh menjadi menusia yang sadar akan dirinya, lingkungannya dan sadar akan masa depannya. Selain itu keluarga Muslim juga mempunyai tanggung jawab untuk mendidik generasinya agar mampu menghindarkan diri dari perbudakan materi • Karena lingkup masyarakat itu lebih luas telah terjebak dalam pola hidup materialistis, dan secara tidak
dissdari
bahwa sebagilim besar keluarga Muslim te-
lah tercemari olehnya, dan hal
i~i
merupakan kendala besar,
maka keluarga Muslim yang sadar wajib membina generasi penerusnya dididik menjadi manusia-manusia pengendali materi, bukan menjadi budak materi. Selah satu upaya untuk mengarah ke sane tidak lain
agar setiap keluarga Muslim berusaha untuk memahami kembali akan peran dan tanggung jawabnya dalam pendidikan.
~endidik
an Islam yang berdasarkan konsep tauhid dan konsep akhlak harus senantiasa dijalankan. Dengan demikian segala problema yang sedikitnya akan dapat dikendalikan. \i-• Ruang Lingkup Pendidikan Keluarga Muslim
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi bagi anak mereka, karena dari merekalah anak muala-mula menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dari pend idikan terdapat dalam keluarga (Zakiyah Daradjat, 1992 : 35). Kelnarga Muslim sebagai lingkungan pendidikan pertama dan utama, menanamkan ajaran-ajaran Islam dalam pendidiksnnya. Karena itu pendidikan yang diterapkan dalam keluarga Muslim adalah pendidikan Islam. Adapun ruang lingkup pendidikan Islam adalah pendidikan yang tidak mengenal bates umur dan jenis kelamin. Hal tersebut, mengaou kepada Hadits Nabi saw. ,:c;::·:o:;t:i
~\~} ;j1 ~.,,~~\ 1;1.b\ Artinya : "Tuntutlah ilmu sejak dari ayunan sampai ke liang lahat ( mul111i dari kecil sampai mati)" ( Zakiyah Daradjat, 1992 : 6). J • ,
,' ~ ,.:'\ P.-'; ,(-c U'\(. <Sf" (",~
Artinya :
~: ~ l~t1~ .../ J,1~
'~Menuntut ilm:t itu adalah kewajiban ates setiap orang Islam, laki-laki atau perempuan" (Zakiyah Daradjat, 1992 : 6).
Bertitik tolak dari ruang lingkup pendidikan Islam s seperti tersebut di atas, dengan demikian, maka di sini
54
dapat dikatakan bahwa yang menjadi ruang lingkup dalam pendidikan keluarga Muslim adalah pendidikan seluruh individu yang menjadi anggota keluarga, dalam hal ini ayah,ibu dan anak-anaknya. Senada dengan hal di atas, Ibnu Musthafa (1993 : 98), mengemukakan sebagai berikut : Kualitas orang tua, ayah dan ibu, berpengaruh sekali terhadap e.naknya, karena dari diri. merekalah, pertamatlil11m,. si. ai;iak belsj11r mengenal lingkungan masyarakatnya. Dalam sebuah keluarga biasanya pengaruh aya~ sangat dominan. Ini dikarenakan perannya sebagai kepala rumah tangga atau pemimpin. Apa saja keputusannya selalu dinantikan oelh si anak. Dan biasanya, seorang ibu akan menjadi penghubung ~an~:mengakrabkan jalinan antar anggota keluargp~·:·dan pandangan-pandangannya sering diherapkan oleh si enak, karena sebagai seorang wanita, seorang ibu biasanya memiliki naluri yang peka. Dewesa ini, seiring dengan perkembangan zaman, keberadean pendidikan Islam dalam lingkup keluarga Muslim sangat penting terutama dalam rangka
membentengi.~setiap
anggo-
ta keluarga dari informasi yang menyesatkan. Fatimah Heeren, seperti yang dikutif oleh Ibnu Mustafa ( 1993 : 101), mengatakan bahwa
11
Lingkungan keluarga Islam
sangat berpengaruh dalam prcaies, pendidikan anak agar dapat menjadi Muslim yang baik'.'. Dia membagi tahapan pendidikan dalam empat bagian yang semuanya berdasarkan pada konsep Islam, yang digambarkan dalam skema berikut : JIHAD
'"""'K~E~WA~JIABA.~Nr-~-
. ·BERAGAMA GERI TA DAN: .."'T""RAD""""I""s""'r-LINGKUNGAN ISLAM (S• 3 10 15 20
·-------,-..--,=------.,,.
55
Pads tahapan pertama, sejak anak lahir, yaitu dari usia 0 sampai 20 tahun, ketika anak tumbuh dewasa dan akan meninggaRkan rumah, hendaknya ia hidup dalam lingkungan yang sesuai dengan ajarah Islam, dan sedapat mungkin dihindarkan dari lingkungan yang tidak Islami Tahap kedua, adalah tahap cerita dan tradisi. Di sini terdapat suatu medan yang luas bagi orang tua yang dikerµ-,. niai daya imajinasi dan niat yang baii:k. Melalui ini, mereka akan mengkaji
tahapan
kembali cerita para Nabi seper-
ti yang dikisahkan dalam al-Quran, terutama kisah dan perbuatan Nabi Muhammad saw. yang penuh ketauladanan dan kisahkisah yang lainnya. Pada tahap ketiga, ketika anak mulai menginjak usia 10 tahun, kewa j iban-kewa j ib4ln agama1 •Jliilulai di terapkan dengan
ketat kepada anak, terutama kewajfu(lll,l shalat dan puasa. Pada tahap ini, si anak harus sudah mulai mendapat teguran apabila lengah atau lalai dalam menjalankan kewajiban agamanya. Selain itu pada tahap ini juga mulai diajarkan mengenai kebiaaaan-kebiasaan yang baik,,mulai diterangkan mengenai kewajiban-kewajiban yang harua dijalankan oleh seorang anak laki-laki dan anak perempuan.
.
... -.· ·:.· ...-,.....~
Pada tahap ke empat, dalam diri anak, harus ditanamkan semangat jihad, aeperti semangat jihad dalam
mem.tnt~t
ilmu, dalam bekerja dan sebagainya. Dalam lingkungan keluarga Muslim, orang tua juga waj
ib memberikan pendidikan yang meliputi pendidikan jasmani
56
dan rohani, Agar si anak memperoleh keseimbangan dalam hidupnya. Berkenaan dengan hal tsrsebut, di sini Salwa Shahab (1989 : 24), mengemukakan
beberapa masalah pendi-
dikkan, yang termasuk dalam ruang lingkup pendidikan Islam yang harus diberikan dalam keluarga Muslim, yaitu : 1. 2. 3. 4,
Pendidikan Pendidikan Pendidikan Pendidikan 5, Pendidikan
keimanan budi pekerti akal terhadap lawan jenis sosial.
B. Pendidikan Sosial Anak dalam Keluarga Muslim 1. Pengertian Istilah Pendidikan Sosial merupakan gabungan dari kata Pendidikan dan Sosial. Dalam bab terdahulu telah diuraikan bahwa yang di maksud dengan pendidikan adalah suatu proses penanamaan nilai (values imparting) yang sengaja dan disadari, untuk menolong anak didik agar dapat berkembang (dewasa) jasmani den rohani, akal dan hati sehingga dapat mencapai kuali tas hidup (pribadi utama), sehingga dapat mencapai hi dup bahagia lahir den batin, baik secara individu maupun dalam kehidupan masyarakat.
Sedangk~n
yang dimaksud dengan
sosial menurut Kamus Beser Bahasa Indonesia Depatemen Pendidikan den Kebudayaan, berarti (1) berkenaan dengan masyarakat, perlu adanya komunikasai, (2) suka memperhatikan kepentingan 1rrnum (suka menolong, menderma dsb,) (1989 :
855). Berkaitan dengan hal tersebut, Soelaeman Joesoef
57
(1987 : 87) mengemukakan bahwa kedua kata tersebut (sos.tel dan pendidikan) pada hakekatnya membicarakan kehidupan manusia sebagai anggota masyarakat. Sedangkan para ahli sosiologi memandang bahwa "mempersoalkan kehidupan manusia sebagai anggota masyarakat (suatu kelompok sosial) berarti membicarakan proses sosial", yang istilah populernya yaitu "sosialis11ili". Istilah sosiwlisasi ini, menurut Frank J. Miflen den Sydney
c.
Miflen
yaitu mencakup seluruh proses mempelajari nilai-nilai, sikap-sikap, penge·!;ahuan, berbagai keterampilan den berba_,:gai tehnik yang dimiliki masyarakat (1986: 268).
<,
Dengwn demiki!ii'.I meJt»i;ka berpendapat bahwa Pendidikan Sosial berarti mengenalkan
11
anak 11 pada soal masyarakat
dan lingkungan budaya. st. Vembriarto mengartikan Pendidikan Sosial yaitu "usaha mempengaruhi dan mengembangkan sikap sosial" (Soelaeman Joesoef, 1987 : 87). Dari beberapa pendapat etrsebut, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Pendidikan Sosial secara umum adalah peni.;naman nilai-nilai sosial pada anak.
Adapsun~·,
pengertian Pendidikan Sosial dalam Islam adalah pendidikan sosial yang berdasarkan ajaran Islam_. Hi;l i:rni sesUBi dengan pendapat Nashih Ulwan (1981 : 391) sebagai berikut : Yang dimaksud dengan pendidikan sosial adalah pendi~ dikan anak sejak kecil agar terbiasa menjalankan adab sosial yang baik dan dasar-dasar kejiwaan yang mulia, dan bersumber.. p!llda akidah Islamiyah yang abadi den perasaan keimanan yang mendalam, agar di dalam masyarakat nanti ia bisa tampil dengan pergaulan dan adab
58
yang baik , keseimbangan akal yang matang dan tindakan yang bijaksana. Selanjutnya Ulwan jugs mengemukakan bahwa pendidikan sosial ini merupakan tanggung jawab para pendidik,-.khususnya orang tua
da~am
upaya mempersiapkan anak, karena
pendidikan sosial inipun berkaitan dengan pendidikan moral dan psikologis yang eksisitensinya merupakan fenomena tingkah laku dan watak yang dapat mendidik anak guna menunaikan segala kewajiban, sopan santun, kontrol sosial, k@li"·jegan intelektual, politik
den interaksi yang baik dengan
orang lain (1992 : 1). Jedi jelaslah bahwa pendidikan sosial ini merupakan tanggung jawab pendidtkan dalam keluarga. Dari uraisn;diatas. maka dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan sosial anak dalam keluarga muslim adalah penanaman nilai-nilai sosial pads snlllk yang dilaksanakan dalam keluarga yang memegang ajaran Islam sebagai pegangan dan tatanan hidup
seti~p
anggo-
tanya dalam menjalani kehidupan mereka di dunia ini, agar ansk dapat terbiasa menjalankan tatakrama sosial yang utama yang bersumber dari akidah Islamiyah. 2. 'l'ujuan Pendidikan Sosial Anak,·dalam Kellilarga Muslim. · Setiap pembicaraan mengenai pendidikan, akan selalu melibatkan tujuan pendidikan. Ini berarti tujuan pendidikan merupakan sesuatu yang penting, sebab tujuan itulah yang menentukan proses, fasilitas, metode dan materi, Demikian
59
juga halnya dengan pendidikan sosial. Oleh karena itu, dalam pembahasan ini akan mencoba mencari rumusan mengenai tujuan pendidikan sosial anak dalam keluarga muslim. Perumusan tentang tujuan pendidikan sosial, dida13a:ti oleh satu pemikiran bahwa manusia berfungsi sebagai khalifah di muka bumi. Khalaifah adalah sosok yang memiliki kepribadian utama yang seimbang, karenanya khalifah tidak akan hidup dalam keterasingan dan kesendirian. Itu sebabnya dari sekian ayat al-Quran yang berbicara tentang manusia lebih banyak menunjukkan manusia dengan bentuk jama '. (plural). Salah satu contohnya adalah ayat yang menggunakan kata: Wahai sekalian manusia (
'
./'> > \ &,
(
~
).
lj-"\.J\ W\\,
) dan
wahai anak AP.am .
Kedua bentuk kalimat ini lebih sering mun-
cul ketimbang kalimat: wahai manusia dengan menggunakan kalimat:.
(>l...;,.~\~\\., . ..
. Dalam surat Al-Anfal ayat 65, dika-
takan bahwa daya tahan masing-masing individu manusia.dalam perjuangannya dirumuskan sebagai bagian dari usaha kolektif manusia. Allah berfirman: 1
..J
,,,,,..,,,
/
11
~
.,,,.1/.:0
/
~.>'/.,..?
o / ....
,
.111
:~l
/ /J
1:"'t-
,,,.,,
,,.,.
..,r
/
~. 0_;_;.,,~ 0_,h. . . 7--. \ :~f.Y-l.0~0uJl~iJ8/';J-410f~~'~'~· ,,. ../ .,.. .J
.. ,, ...
~) ;;,,:\, :;~[;~1 ~(j\ ~.~i~ ~ ~~;1; ~~ ; ... .,,. .. .<( 1 ---1 \j:,'::l \ ):..>~. ~ .>~·""""
<) :
Wahai Nabi~ gemarkanlah kaum mukminin berperang. Jika ada dua puluhorang diahtara kamu yang berhati sabar, niscaya mereka akan mampu mengalahkan dua ratus orang musuh, dan jika ada seratu:s orang di antara kamu, tentu mereka dapat mengalahkan seribu orang kafir, kirena mereka itu orangorang yang tidak mengerti (Depag RI:, 1989:271).
60
Kalau dihitung secara aritmatik, rasio dua puluh berbanding dua ratus atau seratus berbanding seribu adalah sama dengan perhitungan satu berbaliding sepuluh (1 : 10), Akan tetapi Al-Quran menghindari perbandingan seperti itu, meskipun tampaknya lebih . ringkas dan lebih jelas. Hal ini secara implisit ayat Al-Quran tersebut telah memberi petunjuk kepada sesuatu yang bukan hanya berbentuk rasio·perhitungan belaka•·Menurut Zamakhsyari; bahwa pelipatgandaan ini memberi maksud yang mungkin menunjukkan adanya perbedaan antara perlawanan dua puluh orang melawan dua ratus orang, seratus orang melawan seribu orang kafir:·(Abdurrahman Saleh, 1990:149); Kalau hal ini benar, maka bisa dirumuskan daya tahan perjuangan yang diusahakan oleh satu orang secara individual dalam dua kasus kelompok itu, maka satu orang bisa mengalahkan sepuluh orang~_Hal ini merupakan semangat baru bagi seju¢lah anggota perorangan dalam satu kelompoknya. Ini berarti bahwa Islam menekankan dan mendorong umat Islam untuk hidup berkelompok, grup atau jama'ah. Hal ini juga bisa kita lihat dalam perilaku ibadah. Dalam setiap shalat, kaum muslimin berdo'a kan kalimat:
11
d~ngan
mengguna-
Tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus", yang
berarti tidak untuk pribadi orang yang berdo'a saja tapi juga melibatkan orang lain. Dengan demikian tampaklah bahwa aspek sosial dari khilaf ah harus senantiasa dipelihara. Atas dasar itulah,
61
Abdurrahman Saleh (1990:149) menganggap bahwa pendidikan yang mengingkari dorongan sosial bagi masing-llll8sing individu pelajarnya adalah pendidikan yang tidak mempunyai alasan memadai. Secara psikologis, dorongan akan rasa persatuan dan rasa memiliki anggota kelompoknya tidak akan dapat dihindarkan, sebab dorongan untuk mendapat kasih sayang, mendapat perhatiah dan ingin lebih dari orang lain,
dipero~eh
dari adanya suatu kelompok. Dengan demikian, memenuhi dorongan individual secara psikologis bergantung kepada peranan yang dimiliki di dalam suatu kelompok. Sedangkan kelompok yang paling penting dan besar pengaruhnya adalah keluarga. Oleh karena itu, pendidikan dalam keluarga harus diarahkan kepada pemberian bantuan terhadap perkembangan sikap-sikap yang diperlukan di antara anggota-anggota keluarga, seperti rasa kasih sayang kepada anak-anak, saling menghormati, menumbuhkan rasa tanggung jawab, dan sebagainya. Seseorang
adal~h
anggota suatu keluarga yang pada wak-
tu bersamaan juga sebagai anggota kelompok sosial yang dimilikinya. Individu merupakan bagian integral dari anggota kelompok di dalam masyarakat atau keluarga, atau sebagai anggota keluarga dan pada waktu yang sama sebagai anggota masyarakat. Daiam kaitan itu ada satu konsep yang perlu dikembangkan, yang oleh Abdurrahman Saleh disebut sebagai kunci konsep sosial dalam Islam yai tu
11
persaudaraan 11 yang menghen-
daki setiap individu memperlakukan individu-indivi.du lainnya
62
dengan cara-cara tertentu. Sikap sombong atau mengganggap diri lebih merupakan sikap yang tidak dibenarkan •.. ~1-Quran menawarkan konsep ideal yang akan mampu menghilangkan ketegangan-ketegangan yang mungkin timbul di antara anggota-anggota
masyarakat~
Kontradiksi akan timbul manakala seorang
individu mencoba mengingkari aturan Islam sebagai idealitas kehidupan masyarakat. Akan tetapi meskipun Islam m'enghendaki hidup dalam kebersamaan, tidak berarti menghilangkan hak perorangan, K.ese-, rasian antara individu dan masyarakat akan terwujud manakala tidak terjadi kontradiksi antara tujuan sosial dan tujuan individual. Sebab pendidikan dalam Islam menitikberatkan perkembangan karakter-karakter manusia yang unik, agar mampu beraddptasi dengan standar-standar masyarakat bersama-sama dengan cita-cita yang ada padanya, Keharm.onisan seperti inilah yang merupakdn karakteristik pertama yang akan dicapai dalam tujuan pendidikan Islam. Karakteristik kedua dari tujuan pendidikan Islam adalah labirnya sikap realistis dan idealistis secara bersamaan. :.ffal · yang berkenaan
d~an
sikap realistis adalah seperti dorongan biologis dan dorongan akal. Dorongan ingin tabu dan dorongan seksual diakuai sebagai kebutuhan yang kaitannya dengan produktivitas dan kekhalifahan manusia di muka bumi. Sedangkan yang bersifat idealistis adalah berkenaan dengan keharusan manusia untuk menyerap nilai-nilai ke-Mahaagungan dan ke-Mahasempurnaan
63
Allah swt. agar ImlUsia dapat mendekati kesempurnaan pribadi (Abdurrahman Saleh, 1990:152-153). Dengan demikian, maka dapat diidentifikasi bahwa tujuan pendidikan sosial adalah terwujudnya keharmonisan, kebersamaan dan persaudaraan. Karena dalam hal ini hubungannya dengan pendidikan dalam keluarga, make menjadi suatu keharusan bagi orang tua yang berperan sebagai pendidik pertama dan utama untuk menanamkan nilai-nilai sosial kepada anak-anak dalam keluarga •.. Diharapkan kelak anak dapat m.enerapkan nilai-nilai tersebut dalam pergaulan dengan kelompokny atau dengan masyarakat sekitarnya. 3. Materi Pendidikan Sosial Anak dalam Keluarga Muslim Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa yang dimaksud dengan pendidikan sosial anak dalam keluarga muslim adalah penanamanan nilai-nilai sosial pada anak yang dilaksanakan dalam keluarga yang menjadikan ajaran Islam sebagai pegangan dan tatanan hidup setiap anggotanya.dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Adapun cakupan materi dalam pendidikan sosial ini sangat luas, sebab m.enyangkut aspek kehidupan bersama antara manusia. Akan tetapi penulis akan mencoba untuk mencari rumusan materi pendidikan sosial tersebut meskipun hanya dalam garis besarnya. ·A. Sadali (1987: 96) .m.enetapkan, bahwa adanya tanggung jawab sosial itu tercermin pada enam hal: a. Ketaatan kepada hukum dan ketentuan bersama.
64
b. Partisipasi sosial yang bertanggung jawab. c. Distribusi
kekaya~n
secara proporsional yang di anta-
ranya disalurkan lewat zakat, shadaqah, hadiyah, jizyanh dan sebagainya. d. Suasana saling tolong-menolong, meringankan dan bahkan menghilangkan bahaya yang akan mengganggu keamanan bersama. e. Melangsungkan tata nilai dan norma serta produk masyarakat sebagai basil berpikir dan berbuat, mengembangkan, meningkatkan bahkan mencoba usaha baru untuk menemukan hal-hal yang bermantaat buat masyarakat. f, Tumbuhnya partisipasi masyarakat di dalam segala kegiatan sebagai gambaran dari rasa sepenanggungan dari semua masyarakat untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu. Keenam komponen terse but . lanjut Sadali, harus menjadi suatu kesataan yang integral dalam satu sistem untuk memperoses terciptanya tatanan masyarakat atau Baldatun/ThayYibatun Warabbun Ghafur.,•Hal itu dapat direalisasikan dengan ";!::• . , cara membentuk, membina dan mengembangkan hal-hal sebagai berikut: a. Ukhuwah (persuadaraai1 sesama muslim). Ukhuwah adalah ikatan kejiwaan yang melahirkan perasaan yang mendalam dengan kelembutan, cinta dan sikap hormat terhadap sesama yang didasari oleh aqidah Islamiyah,
65
iman dan taqwa. Bentuk ukhuwah seperti ini akan melahirkan perasaan-perasaan mulia dan sikap
positif~.dan
jauh dari si-
kap-sikap negatif seperti menjauhi perbuatan yang membahayakan jiwa, harta bend.a, nama baik dan kemuliaan orang lain. Islam telah mewajibkan untuk menjalin hubungan persausaudaraan ini lewat Al-Qurcin dan hadits Nabi, antara lain: dalam surat Al-Hujurat ayat 10:
Sesungguhnya orang-orang mukmin addlah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu danbertakwalah kepad.:i Allah supaya kamu mendapat rabm·at (Depag RI, 1989:846). . Sabda Nabi saw. yang diriwayatkan oleh Muslim: .
~,,,
.,,
J
,,.
/
.J
~
/
.,.y
~~.I
"'.:t
-
Tidak beriman salah di antara kamu sehingga ia menyintai sa·udaranya sebagaimana ia menyintai dirinya sendiri (Nashih Ulwan, 1992:6). Implikasi dari ayat Al-Quran dan hadits di atas adalah bahwa seorang muslim itu menjadi saudara muslim lainnya. Karenanya ia tidak boleh menganiayanya, tidak boleh membiarkannya, tidak boleh merendahkannya dan tidak boleh menghinanya. b. Silaturrahmi (menjalin kasih sayang). Kasih sayang merupakan kelembutan hati dan kepekaan perasaan sayang terhadap orang lain, merasa sependeritaan, dan ikut merasakan kesedihan dan penderitaan mereka. Hal inilah yang mendasari seorang mukmin untuk menghindari
BAB III KELUARGA MUSLIM DAN PENDIDIKAN SOSIAL ANAK DALAM KELUARGA MUSLIM A. Keluar$a Muslim 1. Pengertian Keluarga merupakan salah satu meta rantai kehidupan yang esensial dalam'sejarah perjalanan hidup anak manusia. Selain itu keluarga jugs merupakan bagian mutlak dari masyarakat yang mendukung terhentuknya masyarakat. Menurut Kemus Umum Bahasa Indonesia, keluarga berarti (1) sanak saudara, kaum kerabat, (2) orang seisi rUiiiah; anak bini; batih {Poerwadarminta, 1984 : 471). Sedangkan yang dimaksud Muslim menurut kamus tersebut yaitu :
11
Penga-
nut agama Islam" ( Poerwadarminta~ 1984 : 664). Jadi secara sederhana yang dimaksud dengan keluarge Muslim adalah keluarga yang menganut agame Islam. Yang dimeksud keluarga Muslim menurut An-Nahlawi (1989: 193), yaitu
11
Sepesang suami istri yang kedua tokoh
itninya (ibu den ayah) berpadu dalem merealisesikan tujuen pendidikan. Dalam majelah Nesehat Perkawinen tertulis, yang di maksud dengan keluarga Muslim yeitu : "Keluerga yang memegang ajaren Islam
sebagai pegengan den tatenan hidup se -
tiap anggota keluerge Islam delem menjelani kehidupen mereka di dunis ini" •. Me!l'bengun keluarga Muslim, mengandung arti membentuk, memelihara, membina den mengembangkari menuju ke arah tertentu etas dasar aspirasi, cita-oita den
66
/J
dan menjauhi setiap kejahatan dan penderitaan, dan rasa kasih sayang inilah yang manjadi sumber kebaikan, kebijakan dan kedamaian bagi seluruh manusia. Dalam. sebuah haditsnya Rasulullah menjelaskan: ,,..
;..>
I
• .1
/
., ,,.
.J~t: ~'5' ~01~\_j;_:~v"1)0I1;;-J~~'.f GJ · ,,·~~-h ii-~,,~-<:_; ("'.G..:-G ~ . .,, ·"< Y,,,.;;.\ ,·;U.V, , .. ~ Sekali-kali tidaklah kalian beriman sebelum kalian mengasihi. Wahai Rasul, semua kami pengasih, jawab mereka. Sabda Rasul, kasih sayang itu tidak terbatas pada kasih sayang kepada sahabatnya, tetapi bersifat UIDUl11 (untuk seluruh umat manusia) (Nashih Ulwan, 1992:12). Dalam hadits lain Rasul mengatakan bahwa Allah akan mengasihi orang yang kasih sayang kepada sesamanya: ./....
.,
,,.
•
1
·-::r
,,,.,,., "",.,,
/
1·"
,
z;:·~~ uf~~\~~\~J)_-0--<"";:;,' ~J.·~~~-1
.
~W'~ Qrang yang mengasihi itu akan dikasihi oleh Yang Yang Maha Pengasih. Maka kasihanilah siapa yang ada di bumi, niscaya yang ada di langit akan mengasihi kalian (Nashih Ulwan, 1992:11). Kedua hadits di atas menjacti dasar bagi keharusan setiap mukmin untuk senantiasa menebarkan kasih sayang kepada ~esama
makhluk Allah, dan sikap inilah yang menjadi sumber
kebaikan dan kedamaian. c. Tlil'wun (tolong menolong)'. Sebagai akibat logis dari terjalinnya persaudaraan yang didasari oleh rasa kasih sayang, maka akan melahirkan sikap saling tolong menolong dalam hal positif, menolong yang lemah dan membantu yang susah. Dengan saling tolong
67
menolong mendekatkan dan melekatkan rasa kebersamaan. Secara tegas Al-Quran memerintahkan untuk membangun sikap ta'awun dalam hal kebaikan, yaitu dalam surat Al-Maidah ayat 2 :
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dose dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah seseunsguhnya Allah amat berat siksa.-Nya (Depag RI, 19-
89:157),
d. · •AfWun (maaf...memaafkan). Sikap saling maaf-memaafkan juga merupakan hal yang dianjur~n
dalam Islam: untuk mencegah terjadinya permusuhan
atau pertengkaran, menjegal teman sejawat dan sebagainya. Memaafkan orang yang bersalah merupakan sikap yang terpuji di hadapan Allah. Di antara ayat Al-Quran yang memerfntahkan untuk maaf-memaafkan adalah surat An-Nuur ayat 22 : -: '. (•"{'-',
~
.,,... •
1.i,'~.. \\.J./11) :;,~\ ·~\~ 'L; ,. ,. r. --u..Gj, ,)_,\ u;,~;~ ~;
'---"'~
/
./
t
/
J
,;
/
/
/
#
.J
#/I
I
•
/
II
,/.) f
/
~.01 u~~' ~_;,µ,; ~w\}. '.~ :.. ~<J.~W'J ,,.
_.(~\"':
./_01
f
'J"
/
,,,,.
(t
J
/
•'
t .Jw
J/
/
I
""'..,:"..},..
~...>.)yU-dJJ\J ~,,WI
Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi {bantuan) kepada kaum kerabat~nya), orangorang yang miskin dan.orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (Depag RI, 1989:547).
68
e. Sa bar (m.enahan diri). Sabar adalah orang yang stabil emosinya ketiak tertimpa bencana atau musibah, tidak cepat m.engeluh dan putus asa. Sikap sabar yang paling sederhana adalah mampu menahan diri dari segala keinginan yang belum waktunya harus terwujud, tergesa-gesa dan tergopoh-gopoh dalam melakukan sesuatu. Tergesa-gesa merupakan desakan emosi.yang tidak terkendalikan. Sifat dan sikap seperti ini oleh Rasul disebut sebagai dorongan dari syaitan, sedangkan sabar adalah dari Allah. Orang yang sabar dalam Al-Quran dikategorikan sebagai orang yang mendapat keberkatan dan rahmat dari
Allah, serta ter-
llllasuk orang yang mendapat petunjuk. Firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 155-157 : ,,,
u;~.:/j1:J --~1;f-j1 ~u-;;~ e).1J0)1~~-~(~_;
{~
1...1...
!J
.>.,,.
G
:;.;
,,., .. ,,,.,
'J-'v
•
.J•J""'"<',.. --: .... t" 1 ~r~L.o1 ))0'.'.:.u1. ,,. ... ... ,
1
,,.
..
,,,1_,
.,,. /~
11.. ,..~ "':"// (y..~1~3 ,,. .., ...
.... \
/
,,,,,, . . , ·~11..J 0;,.; v--''-"
/"'/
i
i;-~~~~j u-:0·')...:p ·.l\~~3\. ~~~_)~~-(;~.} ~ \
~ ••
-< \OY-, 00 .. V}',.
/
,.. ,_,
..J
"'
\
J
/
~;~, "r~_,v
Dan sungguh akan Kami beri cobaan padamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buahbuahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musiba.h, mereka mengucapkan 11 Innaa lillaahi wainnaa ilaihi raaji'uun". Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk (Depag RI, 1989:39). t. Tasamuh (toleran).
Ungkapan :J.ain ; dari istilah toleran adalah"tepa salira'(. tenggang rasa terhadap orang lain, memberikan kebebasan pada
orang lain untuk menggunakan hak pribadi selama dalam garis yang benar dan selama tidak mengganggu hak orang lain, demikian juga selama tidak menyangkut persoalan akidah. Kalau sudah menyangkut hubungan dengan orang yang berbeda agama, dan sudah menyangkut persoalan akidah, maka Islam telah memberikan garis yang tegas untuk tetap pada keyakinan dan syari'at Islam. Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam surat ~1-Kafirun
ayat 1-6 :
~,~~0;y·~\-~_;. 0~~l:~~ .0;~,~.\~~ •
J~
:t
..
y
,;
_,/
r~::(\ ~,1 \:..~;~·(' ~:, . .<(_\-I"
.
'! ~c. yCI~;
~Jfa\ 'y- c;.?,~J
Katakanlah: 11 Hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi ~e nyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak 'pernah~pu la) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamamu, dan untukkulah agamaku (Depag RI, 1989:1112). g. Musawah (persamaan), yakni memperlakukan same kepada sesama orang mukmin. Mendamaikan dua kelompok orang mukmin saling bertikai secara adil tanpa keberpihakan pada golongan atau kelooipok tertentu. Sebagiaman firman Allah dalam surat Al-Hujurat ayat 9 :
dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain, maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah; jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku sdillah. Sesungguhnya Allah m.enyukai orang-orang yang berlaku adil (Depag RI, 1989:846). h. Adil. Pengertian adil secara definitif adalah menempatkan sesuatu sesuai pada tempatnya. Adil:adalah satu istilah yang mudah untuk diucapkan, tapi paling sulit untuk dilaksanakan. Sebab ketika seseorang memiliki kepentingan pada satu kelompok, seringkali membuat dia berbuat curang kepada kelompok lainnya, atau ketidak senangan kepada seseorang menjadi penghalang untuk berlaku adil. Itu sebabnya Allah sering memperingatkan manusia untuk senantiasa menegakkan keadilan. Dengan keadilan kedamaian akan tegak, dan dengan keadilan ketenteraman akan terwujud. Ketidakadilan menjadi salah satu sebab terjadinya gejolak dan pertengkaran. Perintah untuk m.enegakkan keadilan ini dcipat ki ta temukan dalam Al-Quran, di antaranya surat Al-Maidah ayat 8 : -',~;/"'.'-'/.,;'/•/'.'..\/ i
'>
_.
I
/
I,..
~
,..,,,..-;! ~ · • \""(· :ii .J ~ ""~ ~ ~ 1J9 ~ J!J ..Y ' .. ,l
} . ) -1 ,..I
I'
/
\.
-,
~
""' ,-
:J1t -".'1('
r ...<.r.. , \.l!:r!.,,,,,1.; ~Ji\~~ ~ 11;;'-' <5A~51~·)~~ ~~gi ~f.; ,,,,,,,,
u ~ ~ <'!· \
. . . V7
...
.,)
,,,,.
.,.;
/
(.
/
-{ ,_, aJ,\j,1)- ~~~,~ Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang•orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekalikali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Mengetahui apa yang kamu kerjakan (Depag RI, 1989:159). .. .
71
i. Kreatif. Orang yang kreatif adalah orang gemar melakukan kegiatan yang bernilai positif, baik untuk untuk kepentingan dirinya maupun untuk kepentingan orang lain (masyarakat). Gemar menyiptakan terobosan-terobosan baru untuk kepentingan orang banyak. M,:isyarakat ikut menikmati hasil karyanya, dan apa yang dia lakukan memberikan dampak positif bagi lingkungan sekitarnya. Sikap kreatif ini disinyalir oleh Al-Quran dalam sura t Al-Kahfi ayat 7 : 'l
,,,. ,,, _,
,,,. ,,
.... $
,1 c. · -....>-\ . /\.J- u
..
~:,,,
\
._,
""µ-' .... ,. , , . . . , , . ~ · f • t ,. •
,~. ~
. -~
•
·
.J"'. . {/ ,,,./
.. ~
~~ ~..>
I
.
,.
/
t':"\
y.~(,
.
~
Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya (Depag RI, 1989:444), j. Dinamd.s.
Dinamis adalah satu sifat yang senantiasa bergerak dan berbuat, dan orang yang dinamis adalah orang yang memiliki mobilitas hidup yang tinggi, senantiasa berencana dan berbuat secara berkesinambungan, ;baginya tidak ada istilah berhenti dan selesai berbuat. Selesai
m~lakukan
satu kegi-
atan terus membuat dan merencanakan kegiatan berikutnya. Lawan dari dinamis adalah statis dan malas. Kedua sifat ini sangat dicela oleh Islam. Firman Allah yang mengisyaratkan keharusan bersifat dinamis terdapat dalam Al-Quran surat
Al~m
Nasyrah ayat 7-8 :
72
4._t<-'v"T~( 1
,,.
/
,I
,,..
,;
..
_,.
,..
.. ,,,
,/
/
/
J- c.:._;,.j\_; ~~_)____3}3 ~\_;~I:_,~
Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu·urusan), kerjakanlah dengan sungguh~s~ngguh (urusan) yang lain,· dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap (Depag RI, 1989:1073). Selain pendapat yang telah dikemukakan Sadali di ata;:; • Nashih Ulwan m.enambahkan, bahw1il yang juga termasuk memiliki nilai sosial adalah Itsar, yakni mementingkan orang lain daripada diri sendiri, dan al-Jurah yaitu berani karena benar. Sikap mementingkan orang lain merupakan suatu perasaan kejiwaan yang lebih mengutarnakan orang lain daripada diri sendiri dalam hal kebaikan dan kemaslahatan. Itsar termasuk akhlak yang mulia yang apabila dimaksudkan untuk mencari keridhaan Allah merupakan bagian terpenting bagi integritas dan solidaritas sosial dan kebaikan bagi lli'8.nusia pada umumnya-(Nashih Ulwan, 1992:14-23). Al-Jurah a.dalah kekuatan jiwa yang tinggi yang m:emancar dari keimanan seorang mukmin kepada Allah dan kebenaran ajaran yang dianutnya. Dia siap untuk menegakkan kebenaran meskipun pahit dan penuh risik6, berani karena benar
merupa~
kan salah satu jihad yang agung. Karenanya, mati karena mengatakan yang benar dianggap mati syahid_(Nashih Ulwan,
1992:23-27). Dari tanggung jawab sosial dan jiwa sosial di atas, akan melahirkan disiplin etika sosial yang cukup banyak.
73
Di antaranya, etika makan dan minum, etika mengucapkan salam, etika meminta izin masuk rumah, etika duduk dalam perternuan, sopan santun bergurau, etika menjenguk orang sakit dan sebagainya (Nasih Ulwan,. 1992:102). Setelah menyim2k uraian di atas, maka dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa yang termasuk materi pendidikan sosial yang harus ditanamkan kepada anak dalam keluarga muslim adalah : 1. Keharusan menjalin ukhuwah (persaudaraan; 2. Menjalin hubungankasih sayang (silaturrahmi);
3. Menumbuhkan sikap tolong-menolong; 4. Menanamkan sikap maaf-memaafkan; 5. Mengembangkan sikap ramah tamah; 6. Menanamkan kesabaran (menahan diri); 7. Mengembangkan sikap tasamuh (toleran);
B. Menumbuhkan sikap musawah (persamaan); 9, Menanamkan keadilan; 10. Mengembangkan sikap kreatif; 11. Mengembangkan dikap yang dinamis; 12. Nenumbuhkan sikap lebih mementingkan orang lain dari-
pada diri sendiri; dan 13. Menanamkan sikap berani karena benar.·
BAB IV
METODE PENDIDIKAN SOSIAL ANAK DALAM KELUARGA MUSLIM A, Pengertian Kata "metode" berasal dari bahasa Greek yang terdiri dari dua kata, yai tu
11
m:eta 11 yang berarti melalui, dan
11
ho-
dos" yang berarti jalan. J adi, metode:·berarti jalan yang dilalui, Secara definitif, menurut Soelaiman Joesoef dan Slam:et Santoso (1981:38) metode berarti suatu kerangka kerja dan dasar-dasar pemikiran digunakannya cara-cara khusus. Dengan demikian, metode merupakan jalan menuju suatu tujuan. Kalaulah metode berarti jalan,cara-cara yang dilalui dalem melaksanakan sesuatu untuk mencapai tujuan. Maka, m·etode pendidikan sosial anak dalam keluarga muslim. dapatdiartikan sebagai jalan atau cara-cara yang digunakan dalam proses pendidikan sosial pada anak dalam keluarga yang menjadikan ajaran Islam sebagai pegangan dan pedoman hidupnya. Metode merupakan salah satu faktor yang tidak dapat diabaikan, sebab metode ikut berperan dalam menentukan sukses atau tidaknya pendidikan. Antara metode dan tujuan dapat dikatakan sebagai hubungan sebab akibat. Apabila metode pendidikan yang digunakan itu baik dan tepat, maka tujuan pendidikan yang telah dirumuskan besar kemungkinan dapat tercapai dengan baik.
75
B. Konsep Dasar Metode Pendidikan Sosial Sebagaimana telah disinggung pada pembahasan sebelumnya bahwa metode merupakan salah satu faktor yang tidak
dapa~
diabaikan, karena metode ikut berperan dalam menentukan sukses atau tidaknya pendidikan. Pada aasarnya, metode bukan hanya sekedar alat untuk menyampaikan pengetahuan ke dalam otak murid· (peserta didik), tapi lebih dari itu metode juga merupakan alat untuk manbantu anak didik memperoleh keterampilan-keterampilan, kebias aan~ke biasaan, sikap, minat dan nilai-nilai sosial yang diinginkan. (Al-Syaibany, 1979:55-2). Metode pendidikan Islam yang digunakan harus berfungsi secara efektif dan efisien dalam proses pencapaian tujuan pendidikan. Keanekaragaman metode harus paralel dengan konprehensivitas tujuan, baik metode yang bersifat verbalistik-simbolisme maupun interaksi langsung dengan situasi belajar mengajar. Dalam metode pendidikan Islam senantiasa diusahakan untuk diungkapkan melalui berbagai metode yang didasarkan atas pendekatan yang multi dimensional sebagai yang dicontohkan dalam langkah-langkah·. paedagogis dari firman-firman Allah dalam Al-Quran dan sunnah Rasul. Begitu penting kedudukan metode dalam proses pendidikan, sebab tanpa metode, pikiran, pengetahuan,·keterampilan, pengalaman dan sikap tidak akan berpindah dari
76
pendidik kepada anak didik. Metodelah yang menjadi penghugung dan perantara antara pendidik dan peserta didik. Untuk menambahkan tekanan pada pentingnya metode pads proses pendidikan, para pendidik mengganggap bahwa metode merupakan dasar yang dibina dalam profesi pengajaran
dan
segi yang menentukan keberhasilan guru/pendidik dalam pekerjaannya. Karenanya keberhasilan guru dalam mearilih den menerapkan metode mengajar/m.endidik dapat dinilai sebagai keberhasilan..dalam pekerjaannya sebagai guru atau pendidik. Al-Syaibeny, 1979:554). Mengingat pentingnya kedudukan metode dalam proses pendidikan, dalam ilmu pendidikan dan dalam pekerjaan mendidik, maka para pendidik dalam setiap zaman menaruh perhatian besar untuk mengangkat derajat metode dan alat-alat mengajar dan mendidil( m.elalui penentuan syarat-syarat dan prinsipprinsip yang harus dipelihai'a pada metode ini, dan menjalankan serangkaian percobaan-percobaan dan penyelidikan-penyelidikan yang bertujuan untuk memperbaikinya serta m:enyiptakan alat-alat audio-visual yang membantu dalam pencapaian tujuan serta menjelaskan makna dan pikiran-pikiran abstrak yang ingin diperoleh oleh si terdidik. Oleh karena itu, bagi pendidikan yang m:enyadari akan pentingnya peranan metode maka ia akan terus mencari den menggali berbagao metode yang dianggap lebih efektif, mencari kaidah-kaidah pendidikan yang inf luentif untuk mempersiapkan anak didik baik dari
77
aspek mental, moral, saintikal, spiritual dan sosial, sehingga anak dapat mencapai kematangan yang sempurna (Nashih Ulwan, 1988:1), Dengan demikian, dapat dipahami bahwa pendidikan -termasuk pendidikan dalam keluarga -- tidak mungkin akan tepat diajarkan, melainkan diberikan dengan cara khusus, Ketidaktepatan dalam penerapan metode kiranya akan menghambat proses pendidikan yang akan berakibat membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu. Itu sebabnya, kalau kita menyimak ayat-ayat Al-Quran secara implisit dapat kita temukan berbagai cara Allah mengungkapkan firman-Nya agar bisa mempengaruhi pembacanya sehingga mencapai sasaran yang diharapkan. Karenanya, bila dipandang bahwa suatu cara atau metode adalah suatu subsistem dari pendidikan Islam yang berfungsi sebagai alat pendidikan, m8ka jelaslah seluruh firman Allah dalam Al-Quran sebagai sumber pendidikan Islam itu mengandung implikasiimplikasi metodologis yang konprehensif, mencakup semua aspek dari kemungkinan pertumbuhan dan perkembangan pribadi manusia. Kunci pembentukan karakter dalam proses pendidikan menurut Al-Quran menunjukkan, bahwa manusia itu lahir dengan fitrah yang baik. Keyakinan akan hal ini akan mempengaruhi implikasi-implikasi praktis bagi metode-metode yang seharusnya diterapkan dalam proses pendidikan.
78
Dalam implementasi pendidikan sosial dalam keluarga bukan merupakan hal yang mudah, sebab masalah sosial bukan saja wilayah cakupannya yang sangat luas tapi juga persoalan sosial m:enyangkut masalah hak orang lain. Bagaimana kita memenuhi hak orang yang lebih tua untuk dihormati, demikian juga hak orang yang lebih kecil untuk dikasihi; hak fakir, miskin dan anak yatim untuk disantuni; sampai-sampai kepentingan pribadi diakhirkan karena ada keharusan untuk mendahulukan kepentingan orang lain daripada diri sendiri. Karena ini masalah berat, maka untuk menanamkan nilai-nilai sosial ini juga tugas yang maha berat. Itulah sebab111ya, dalam Islam' yang namanya proses pendidikan bukan dimulai sejak anak dianggap cukup matang untuk menerima pengajaran dan pendidikan melainkan
ha~us
su-
dah dimulai sejak masa konsepsi, bahkan sejak pemilihan jodoh. Abdurrahman Saleh (1990:203) menegaskan, apa yang mesti dilakukan ketika mendidik ternyata harus ditanamkan sejak dini fondasi yang kokoh. Ketika telah datang kecenderungan anak yang anti-pendidikan, maka hal ini tidak boleh dianggap sebagai dasar pijakan kependidikan. Sekalipun demikian tugas pendidik (orang tua) adalah mempengaruhi anak agar mereka tertarik kepada aktivitas-aktivitas yang re1evan demi terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan pokok dasariah mereka. Usaha ke arah ini adalah persoalan metode •. berhasil atau tidaknya pendidikan akan tergantung atas cara ·
79
pendekatan atau metode yang
ditempuh~
Seperti yang telah dikemukakan di atas, bahwa manusia terlahir dengan dibekali fitrah yang baik, karenanya dalam memeberi pengaruh kepada anak didik tidak boleh de• ngan metode yang hanya akan merusak fitrah tersebut. Hal ini diisyaratkan oleh sabda Rasul: "Allah tidak mengutusku untuk membuat kerusakan atau perbuatan yang tidak ada gunanya .. melainkan mengutusku untuk m.engajar dan malakukan hal-hal yang mudah 11 (Abdur· rahman Saleh, 1990:204). Agar pendidikan sosial anak dapat mencapai tujuan secars 9ptimal, maka seorang pendidik mesti memiliki pertimbangan metode-metode mana yang seharusnya diterapkan, sebagaimana juga harus memilih waktu yang tepat bila dengan metode tertentu. Jika pendidik gagal memilih waktu yang tepat, maka sangat dimungkinkan akan berakibat negatif. Penerapan metode secara bertahap, mulai dari yang sederhana menuju yang kompleks merupakan prosedur kependidikan yang juga diperintahkan Al-Quran. Dalam kata-kata bani jama'nya Rabbaniyyun di dalam
~1-Quran
~
ada tiga ayet,
oleh Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari bahwa sebagei pendidik yang baik hendaklah memulai mengajarkan dengan materi pengetahuan yang mudah sebelum mengajarkan yang sulit-sulit. Sebagai bukti istilah ini benesal dari Hadits yang
isinya senada dimane kata Rabb merupakan bentuk kata
dasar yang mengindikasikan pentingnya penerapan metode dalam. proses pendidikan atau pengajaran.(AbdurrhmBn Saleh,1990:205).
80
c. Metode Pendidikan Sosial
~
dalam Keluarga Muslim
Sebelum sampai pada perumusan konsep metode pendidikan sosial dalam keluarga, terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa pendapat disekitar penentuan jenis-jenis atau macam-macam metode yang biasa digunakan atau yang seharusnya digunakan dalam pendidikan Islam. Dalam pendidikan Islam ada beberapa istilah yang dapat diperguhakan untuk menunjuk kepada metode. Istilah-is., tilah tersebut adalah: minhaj, kaifiyah, wasilah, dan thariqah. Istilah-istilah itu pada dasarnya mempunyai arti yang sama, sebab semuanya merupakan persamaan kata (muradif). Dengan demikian kata metode dapat dipakai dengan menggunakan istilah-istilah tadi, tanpa perlu menimbulkan kebingungan. Namun demikian di antara istilah-istilah yang biasa digunakan adalah "thariqah" yang berarti jalan atau cara yang harus ditempuh. Ahmad Supardi (1989:52) m:enyatakan bahwa secara operasional, dalam ajaran Islam memiliki banyak implikasi pendidikan, terutama secara metodologis, misalnya: 1. metode mendidik secara berkelompok yang sering disebut metode mutual education, 2. metode instruksional, 3. metode bercerita, 4. metode bimbingan dan penyuluhan, 5, metode pemberian contoh dan teladan, 6. metode diskusi, 7. metode tanya jawab, . 8. metode perumpamaan atau metode internal, 9, m.etode targhib dan tarhib yaitu dengan memberikan motivasi,
81
10, metode taubat dan ampun, 11. metode acquisition, explanation dan exposition. Ahmad Sadali (1987:161-163) membagi metode-metode pendidikan ke dalam empat macam, yaitu: 1. Metode diakronik, yaitu suatu metode yang menonjolkan aspek sejarahnya. Dengan metode ini kemungkinan bagi anak didik untuk mengadakan studi komperatif tentang berbagai basil penemuan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Metode ini juga dapat digunakan untuk mempelajari Islam sebagai ilmu pengetahuan. Hal ini untuk mengetahui kecenderungan perkembangan Islam sebagai agama, dari masa ke masa, dari dulu sampai sekardng, Dengan demikian, maka perkembangan agama Islam dapat menjadi ilham
atau
bimbingan bagi pemikir kegamaan yang akan datang di masyarakat. 2. Metode pemecahan masalah, yaitu suatu metode yang merupakan latihan bagi para peserta didik yang dihadapakan pada berbagai masalah dengan alternatif pemecahannya. 3. Metode sinkronik-analitik, yaitu suatu metode pendidikan Islam yang memberikan kemampuan analisis teoritis. Metode ini amat berguna bagi perkembangan keimanan dan mental intelektual yang tidak semata-semata mengutamakan segi peleksanaan atau aplikasi praktis. 4, Metode empiris, yaitu metode penyampaian pelajaran yang memungkinkan bagi anak didik untuk mempelajari ilmu agama
82
melalaui proses realisasi dan
~tualisasi
tentang norma-
norma ·dan kaidah-kaidah agama melalui suatu proses aplikasi. Abdurrahman An-Nahlawi (1989:283) membagi m:etode pendidikan Islam menjadi tujuh metode, yaitu: 1. metode hiwar (percakapan) qur'ani dan nabawi, 2. m'etode bercerita kisahkisah, 3. metode amtsal atau perumpamaan, 4. metode dengan memberi tduladan, 5. metode pembiasaan diri dah pengamalan, 6. I!letode mengambil 'ibroh (pelajaran), dan mau '·izhah (peringatan, dan 11.. metode targhib dan tarhib (me¢buat senang dan membuat takut). Abdurrahman Saleh (1990:205) mengidentifikasi metode pendidikan ke dalam tujuh mac am metode, yai tu: ·1.,.. metode cer.amah, 2. metode cerita, 3. metode tanya jawab atau dialog, 4. metode diskusi, 5. metode perumpamaan atau metifora, 6. metode simbolisme verbal, dan 7. metode hukuman dan ganjaran. Itulah beberapa pendapat mengenai penentuan metode pendidikan Islam secara umum. Antusiasme para pakar pendidikan Islam dalam merumuskan metode pendidikan menunjukan bahwa dalam pendidikan Islam, peranan metode sangat menentukan bagi keberhasilan proses pendidikan. Sebab, setiap usaha yang dilakukan individu senantiasa berusaha untuk mencapai tujuan secara ef ektif dan efisien dengan mengguna- · kan m:etode yang dianggap baik dan tepat. Demikian juga __ ..·
83
halnya dengan pendidikan sosial yang merupakan sub-sistem pendidikan Islam secara umum .• Berkaitan dengan metode pendidikan sosial, dari beberapa buku pendidikan yang penulis telaah -- baik buku pendidikan umum maupun pendidikan Islam -- belum ada yang se-. cara rinci dan eksplisit membicarakan dan merumuskan mengenai metode pendidikan sosial, terlebih metode pendidikan sosial dalam keluarga. Nampaknya hal ini menuXl(jukkan bahwa para pakar pendidikan sepakat, bahwa metode yang bisa digunakan pada pendidikan pada umum·nya juga dapat diterapkan dalam pendidikan sosial. Demikian juga halnya dengan para pakar pendidikan Islam memandang bahwa dari beberapa metod e pendidikan Islam yang biasa digunakan, juga dapat digunakan dalam menanamkan nilai-nilai sosial pada anak. Hal ini dapat dipahami, bahwa dalam banyak perilaku ibadah dalam ajaran Islam ternyata memiliki nilai-nilai sosial. Sedangkan upaya atau kegiatan yang dilakukan dalam menanamkan ajaran Islam itu disebut dengan pendidikan Islam. Oleh karena itu dapat ditetapkan, bahwa upaya yang dilakukan dalam m;enanamkan nilai-nilai sosial yang baik itu termasuk dalam lingkup pendidikan Islam. Karena dia termasuk dalam lingkup pendidikan Islam, maka metode yang digunakan
~alam
pendidikan Islam secara umum•, juga dapat
dipergunakan dan diterapkan dalam pendidikan sosial. Dari beberapa metode pendidikan Islam yang telah
84
dikemukakan di atas, tentu saja tidak semuanya dapat digunakan untuk pendidikan sosial dalam keluarga. Hal ini mengingat perbedaan kondisi dan beberapa keterbatasan yang ada dalam lingkungan keluarga. Dengan beberapa kesulitan yang dialami, penulis mencoba menetapkan dan merumuskan metode-metode yang dapat digunakan dalarn pendidikan sosial anak dalam keluarga muslim, yakni: 1. metode ceramah, 2. metode tanya jawab, 3, metode cerita, 4. metode dengan keteladanan, 5. metode dengan latihan dan pengamalan, 6. metode dengan adat kebiasaan, 7. metode dengan perhatian, 8. metode dengan memberi hukuman, 9. metode arotsal (perumpamaan), 10. metode hiwarqur' ani dan nabawi, 11. m'etode 'ibrah dan mau'izhah, dan 13. metode targhieb dan tarhieb. Penjelasan mengenai metode-metode tersebut akan dikemukakan di bawah ini. 1. Metode Cer41mah Metode ceramah merupakan salah satu metode pendidikan sosial dengan cara m:enyampaikan materi yang berhubungan dengan sosial lewat penjelasan secara lisan. Metode ini diperlukan dalam pemberian ini'ormasi dan pemberian materi yang berhubungan dengan kehidupan bermasyarakat. Metode ceramah ini banyak digunakan oleh para Nabi dalam menyampaikan syari'at Allah. Seperti nabi Musa tatkala diperintah Allah untuk berda'wah kepda Fir'aun dan pengikutnya, beliau berdo'a agar diberi kelancaran dalam berbicara. Firman Allah
85
surat Thaha ayat 25-28 :
·).u,,,,v.,.,.. \ . . "2>.)i; 1r :.-'; o),/ c1 ~-' <5;! J;p ~ ;;., 0; ~(j
q
~-
,,.J,...·-;
,/~
,,,,,,.
,,,....
.-{ \-' (\ - y 0 :
..J /
0/
"1..b }- ~~ '~·
Berkata Musa: 11 Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekeluan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku" (Depag RI, 1989:478). Demikian juga halnya dengan pendidikan sosial dalam, keluarga, metode ceramah dapat digunakan oleh pendidik (orang tua) dalam memberikan pengertian dan penjelasan tentang tata cara hidup bermasyarakat, seperti cara bergaul dengan sesama teman sebaya, dengan yang lebih tua dan dengan yang lebih muda, tata cara dalam bertetangga dan sebagainya. 2; Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab merupakan metod·e penyampaian materi dan menanamkan nilai-nilai sosial dengan jalan mengajukan pertanyaan dan anak didik menjawab pertanyaannya. Hal ini selaras dengan hadits Nabi tatkala jibril datang kepada nabi Muhammad untuk mengajarkan Islam, iman dan ihsan serta tan-! da-tanda hari kiamat, kemudian nabi Muhammad menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh Jibril (Shahih Muslim, t.t:22). Metode tanya jawab ini dalam kondisi tertentu termasuk metode yang cukup efektif dalam menanamkan nilai-nilai sosia l kepada anak. Pada···am.a:k usia s ekolah, misalnya, tumbuh dalam jiwanya perasaan selalu ingin tahu dan selalu penasaran terhadap
86
sesuatu yang dianggap asing atau sesuatu yang tidak memuaskan pengetahuannya. Ketidakpuasan mereka sering kali mereka lontarkan melalui pertanyaan, sehingga tidak jarang terjadi pertanyaan yang dikemukakan akan bersifat kritis dan di luar dugaan orang tua tatkala mereka melihat fenomen sosial di sekitarnya. Hal ini disebabkan pertumbuhan dan perkembangan otak dan kecerdasan anak tengah berkembang pesat, bahkan anak pada usia ini disebut sebagai periode intelektual. Metode tanya jawab menurut Zuhairini, dkk. (1983:83) adalah penyampaian pelajaran dengan jalan guru/pendidik mengajukan pertanyaan dan murid menjawab, atau sebaliknya. Dalam istilah lain adalah suatu metode di dalam pendidikan di mana guru bertanya sedang murid menjawab tentang bahan atau materi yang ingin diperolehnya. Dari pernyataan di atas dapat dipahami, bahwa prinsip kejiwaan bertanya pada anak dapat disalurkan melalui metode tanya jawab yang dalam prcikteknya dapat berlangsung secara timbal balik. Dalam hal ini antara orang tua dengan anak, Ketika anak itu bertanya, kadang kala pertanyaan itu bersandar kepada kuantitas pengetahuan yang dimilikinya. Dengan demikian orang tua dapat mengukur bentuk pertanyaan yang diajukan. Namun yang per.lu diingat, di saat tidak mampu menjawab pertanyaan si anak, jangan malu, atau menutupi ketidak-
87
ketidakbisaan kita dengan berbalik marah kepada anak. Sebab perlu diketahui, bahwa tidak ada orang yang akan mampu menjawab semua pertanyaan, karena tidak ada orang yang tahu segalanya. Apalagi jika pertanyaan itu menyangkut pendidikan sosial dan keimanan, misalnya anak bertanya:
Mengapa semut
11
i tu berjalannya selalu beriringan?'!' Jangan lantas dijawab dengan nada emosi:
11
ya memang sudah diatur dari sananya m1e-
reka harus begitu! 11 • Seb.etulnya bisa saja dijawab:
11
Allah
menciptakan binatang sekecil itu adalah sebagai perumpamaan bagi manusia, agar senantiasa hidup dalam keteraturan dan saling tolong-menolong dengan sesama 11 • Maka dari proses tanya jawab ini, anak akan mencoba merenungkan akan ciptaan dan kekuasaan Allah tersebut dan
m~engambil
pelajaran dari
kehidupan semut untuk hidup teratur dan tertanam; rasa solidari tas sosial pada diri anak. Abu Ahmadi (1976:35) mengatakan: Pertanyaan-pertanyaan baik lisan maupun tulisan adalah alat yang terutama untuk menimbulkan jawaban atau respons. Pertanyaan yang pada umumnya diajukian oleh guru kepada pelajar adalah pertanyaan yang m.enuntut jawaban tentang fakta-fakta. Pendapat Abu "'hmadi tersebut dapat dipahami, bahwa metode tanya jawab berfungsi untuk mengumpulkan jawaban melalui fakta-fakta. Jika dihubungkan dengan penerapan nilainilai pendidikan sosial pada anak, maka tuntutan jawaban melalui fakta-fakta yang diharapkan oleh mereka sangat
88
sesuai dengan daya berpikir mereka yang masih bersi£at kongkri t. 3, Metode Cerita
Metode cerita mempunyai pengaruh tersendiri bagi jiwa dan akal, dengan cara mengemukakan argumentasi yang logis. Dalam Al-Quran banyak ditemukan kisah-kisah atau cerita mengehai para rasul dan kaumnya, seperti cerita nabi Musa dengan kaumnya (Al-Baqarah:67-74), (Al-A'ra£:104-107);
Clil.""
rita nabi Ibrahim (Adz-Dzariyat:24). Demikian juga tentang rasul-rasul yang lain. Dengan demikian anak terdidik mendapat pelajaran yang berkesan dari kisah-kisah tersebut. Metode cerita telah biasa digunakan dalam pengajaran di sekolah padci umumnya •. Metode cerita memberikan pengaruh besd.r bagi perkembangan jiwa dan akal anak. Dengan cerita orang tua dapat membangun sendi-sendi sosial pada anak, menanamkan nilai-nilai kebersamaan dan sopan santun kepada sesame. Dalam Al-Quran banyak ditemukan yang pengungkapannya dalam bentuk cerita, seperti kisah Luqman ketika m:engajar anaknya agar bersikap ramah tamah, tidak memalingkan muka kepada orang lain dan tidok bersikap sombong dalam kehidupan, dan sebagainya. Cerita-cerita dalam Al-Quran tersebut oleh Abdurrahman An-Nahlawi ·disebut dengan Metode Kisab Qurani dan Nabaw1:1Dalam pendidikan Islam., kisah mempunyai £ungsi edukati£ yang tidak dapat diganti dengan bentuk peJ nyampaian lain selain bahasa.· Hal ini disebabkan kisah qurani
89
dan nabawi memeiliki beberapa keistimewaan yang membuatnya mempunyai dampak psikologis dan edukatif yang sempurna (Abdurrahman An-Nahlawi, 1989:331). Berdasarkan pernyataan di atas, tampaklah bahwa tujuan yang ingin dicapai oleh metode kisah ini adctlah menyampaikan pesan-pesan kebenaran yang berasal dari quran atau kisah nabi. Dampak positifnya terhadap pembentukan pribadi anak akan nampak ketika ia mendengarkan kisah, terlebih bila orang tua pandai m.embawakannya dengan gaya yang menarik sehingga tidak menimbulkan kesan yang membosankan terhadap anak, tapi justeru mereka akan merasa tertarik dan tersentuh hatinya, menghayati don mercisakan isi kisah itu, seolaholah ia sendiri yang menjadi tokohnya. Sehubungan dengan itu, jika metode ini digunakan dengan menyisipkan pendidikan sosial di dalamnya akan sangat mudah diserap anak, karena pendidik telah m:engetahui gambaran psikis anak yang dunia kehidupannya penuh dengan kecenderungan berfantasi. Untuk nenanainkan nilai-nilai pribadi yang baik, dapat dikemukakan beberapa kisah nabi yang banyak terdapat dalam Al-Quran, misalnya menceritakan kisah nabi Yusuf yang selalu mendapatkan cobaan dan rintangan dalam menjalani kehidupannya, atau kisah nabi Ayyub yang diberi cobaan oleh ;\llah dengan berbagai penderitaan baik ketika sakit, harta kekayaannya habis, semua anaknya diwafatkan oleh Allah, tetapi mereka tetap sabar dan tabah. Kisah
90
qurani ini bukan hanya kisah atau karya seni yang indah semata, tapi juga suatu metode Allah dalam mendidik umat manusia agar mengikuti syari'at-Nya, untuk menguatkan keimanan kaum muslimin, menghibur mereka dari kesedihan atas musibah yang menimpa. Demikian juga halnya dengan cerita-ceri ta lainhya, seperti kisah Malinkundang yang durhaka dan tidak meu mengakui ibunya, lalu disumpah oleh ibunya, den dengan kehendak Allah kapalnya tenggelam dan berubah wujud menjadi batu; cerita Bdwang Putih dan Bawang Merah; dan sebagainya. Cerita-cerita seperti itu akan memberikan pengaruh pada jiwa anak yang mungkin akan dicontoh dan ditirunya. Dalam kaitan ini, Dirjen Binbaga Isl<:im (1985:71) mensinyalir: Sesungguhnya perhatian ceritu Al-Quran itu mencakup nilai-nilai keislaman dalam segala bentuk dan aspeknya. Sila-sila aqidah adalah dasar segala nilai Islam, karena itu cerita dalam Al-Quran banyak memfokuskan gambarangambaran yang melekat pada orang mukmin, justeru itulah dakwah Islamiyah diarahkan kepadanya, Cerita-cerita dalam Al-Quran membekali manusia dengan nilai yang lain, oleh karena itu Al-Qurun dalam semua ceritanya mengajak kepada mengimanai Allah dan menjalankan syari'at-Nya. Dengan demikian betapa besar peran atau jasa metode kisah bagi pembentukan perasaan sosial anak, Sehingga diharapkan anak kelak akan dapat menerapkan dan mengembangkan nilai-nilai sosial yang diperolehnya dari lingkungan keluarga kepada lingkungan masyarakat sekitarnya, Ia tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang pandai-·hidup- bermasyarakat.
91
4. Metode Keteladanan An-Nahlawi (1989:367) mengatdkan, bahwa kebutuhan akan teladan lahir dari naluri yang bersemayam dala.m jiwa manusia. Naluri tersebut mendorong anak, orang lemah dan orang yang dipimpin untuk meniru perilaku orang dewasa, orang kuat ddn pemimpin. Kehidupan anak dalam keluarga sangat membutuhkan suri teladan, khususnya dari kedua orang tuanya. Ini per.lu disadari oleh orang tua dan anggota keluarga lainnya yang sudah lebih dewasa, agar sejak mesa kanak-kanak, anak telah menyerap dasar tabiat dan perilaku yang islami dan berpijak pada landasannya yang. luhur.
•
Mendidik dengan cara ini tentu saja harus dimulai dari pendidik itu sendiri, Maksudnya seorang pendidik harus m.enjadi teladan bagi anak didiknya. Oleh karena itu, semua tujuan pendidikan harus direalisasikan dalam perilaku seorang pendidik, Hal ini disebabkan karena setiap anak didik cenderung meneladani dan mengidentifikasi setiap sikap dan perilaku pendidiknya, Seperti halnya Rasulullah yang menjadi figur central yang merupakan teladon bagi seluruh umatnya, Nashih Ulwan (1990:2) menjelaskan, bahwa met©de keteladanan dalam pendidikan merupakan metode influentif
yang
paling meyakinkan keberhasilannya dalam
dan
m~persiapkan
membentuk pribadi anak dalam aspek mordl, spiritual dan
92
sosial. Hal ini didasari bahwa pendidik (orang tua) adalah contoh terbaik dalam pandangan anak, yang akan ditirunya · dalam tindak-tanduknya, dan tata santunnya, disadari atau tidak, Dengan demikian, maka metode keteladanan merupakan salah satu cara atau jalan yang memiliki pengaruh yang sangat besar dalam proses pendidikan sosial. Hal inilah yang dimaksudkan dalam gaya kepemimpinan (pendidik) "ing ngarso sung tulodo 11 • Menanamkan nilai-nilai sosial dengan terlebih memberikan contoh. Metode ini erat kaitannya dengan potensi dasar anak yang suka meniru dan m:engidentifikasi perilaku orang-orang yang ada di sekitarnya, terutama orang tuanya. Orang tua harus mampu memberikan contoh yang terbaik kepada anak-anak. Bagaimana sopan santun dalam berbicara, sopan santun dalam bersikap dan berbuat, bagaimana adab dalam bertetangga, adab tatkala menerima dan memperlakukan tamu dan sebagainya. Anak akan mendengar dan melihat apa yang diucapkan dan diperbuat oleh orang tuanya.Anak cepat sekali menangkap dan meniru apa yang terjadi di sekitarnya. Anak yang biasa mendengar perkataan yang kasar dan keras di lingkungan keluarganya, maka sangat dimungkinkan anak akan berwatak kasar dan keras. Sementara suasana kehidupan
kelu~
arga akan terbawa-bawa dalam pergaulan sehari-hari di masyarakat.
93
Menyadari akan pentingnya metode keteladanan ini maka Ahmad Tafsir (1992:142) m.enyatakan: Kita dapat saja menyusun sistem pendidikan yang lengkap, tetapi semua itu masih memerlukan realisasi, dan realisasi itu dilaksanakan oleh pendidik. Pelaksanaan realisasi i tu memerlukan seperangkat metode, metode i tu merupakan pedoman untuk bertindak dalam merealisasikan tujuan pendidikan. Pedoman itu memang diperlukan karena pendidik tidak dapat bertindak secard alamiah saja agar tindakan pendidikan dapat dilakukan lebih ef ektif dan lebih efisien. Di sinilah teladan merupakan salah satu pedoman bertindak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa metode keteladanan amat menunjang dalam menciptakan pribadi anak
yang
beriman, bertakwa dan memiliki sikap dan tanggung jawab sosial yang tinggi. Sedangkan teladan untuk para pendidik (orang tua) ialah Rasulullah. Sebab Rasul itulah teladan yang paling baik; Rasul meneladankan bagaimana kehidupan yang dikehendaki Tuhan, karena Rasul itu adalah penafsir ajaran Tuhan, Dasar pernyataan tersebut dapat kita temukan dalam firman Allah surat Al-Ahdzab ayat 21, sebagai berikut: ;
I
.J • /
~ ~·.I/
M''r.J..V
t
!J ,,,. _,, /
IJ /
., -'I'
I
~.,I
1
./
,
04,, ·~.-.;.>-op\fa ~~..J--? ~I)
./
/:..
//(.//
/,
o~.,.
,; "' "'""""' \(~
, ~.
~
\~ ~,,, ~'J
4.. y \: y'?-::l',. ~ ~\,,-> ).) '~ ")L
'
.•
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik ba~imu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharapkan (rahmatJ Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah (Depag RRI, 1989:670), Sejalan dengan pemaparan di atas, H.M. Arifin (1991: 212) juga menjadikan metode keteladanan sebagai salah satu metode yang sangat berpengaruh terhadap tingkah laku dan
94
pembentukan kepribadian anak. Melalui keteladanan, anak dengan potensi menirunya, menjadikan segala tingkah laku, ucapan, dan gerak langkah orang tuanya sebagai patokan dalam melahirkan konsep dirinya yang tidak terlepes dari jiwa (ruh) aqidah yang didapatnya secara tidak langsung dari metode tersebut, yang kemudian direfleksikan dalam tingkah laku sosial. 5. Metode Pembiasaan Penerapan metode pembiasaan ini didasari oleh pemikiran, bahwa nanusia diciptakan oleh Allah mempunyai nalu.,..· ri beragama, yakni agama tauhid. Karenanya, dalam
pertum~
buhan dan perkembangan anak pembiasaan memiliki peran yang cukup besar dalam menghantarkan anak menemukan tauhid yang murni, keutamaan-keutamaan budi pekerti, spiritual dan etika agama yang lurus. Pernyataan di atas, diperkuat oleh Nashih Ulwan (1988: 42), beliau mengatakan bahwa setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan fitrah. Yang dimaksud dengan fitrah tersebut adalah tauhid yang murni, agama yang lurus dan iman kepada Allah. Allah menciptakan manusia dilengkapi dengan naluri beragama, yaitu agama tauhid. Namun pada proses selanjutnya m-anusia akan banyak dipengaruhi oleh lingkungannya. Di sinilah peranan pembiasaan untuk tetap mengarahkan manusia kepada kemurnia ketauhidan tersebut agar manusia dapat mendekati kesempurnaan.
95
Inti pembiasaan adalah pengulangan. Jika orang tua atau anggota keluarga lainnya setiap masuk dan keluar rumah m·engucapkan salam, sudah dapat diartikan sebagai usaha meinbiasakan, dan anak akan mengikuti serta akan terbiasa dengan suasana seperti itu. Sebab kultur yang hidup dalam keluarga akan membentuk watak dan kepribadian anak. Itu seba:t;mya Rasulullah menegaskan dalam sabdanya: ,,.,.
/ I ,,,,,,..
.0
/
I
/
,,,,
/
.:~ c,' v::, ~ 1···~ ~ .. 4 ._;;I •
,,,,
f~
., ./
0-"
Barangsiapa yang membiasakan sesuatu pada waktu muda, maka kebiasaan itu dimiliki sampai masa tuanya, Hadits di atas bermakna bahwa suatu kebiasaan yang dilakukan sejak kecil secara menetcip akan terus m.elekat hingga dewasa dan akhirnya menjadi satu kebiasaan • Jika sejak dini anak dibiasakan hidup teratur, berdisiplin maka kebiasaan itu maka kebiasaan yang baik itu akan melekat dan menetap dalam diri anak bahkan menjadi bagian dari hidupnya. Anak-anak yang dibiasakan bangun pagi,ia-aj{an bangun pagi ·sebagai suatu kebiasaan, dan jelas itu akan mempengaruhi jalan hidupnya, Anak yang dibiasakan hidup bersih, maka ia akan memiliki sikap hidup yang bersih, dan hatinya pun akan bersih, begitu pula pikirannya. Metode pembiasaan merupakan metode pendidikan yang cukup efektif dan ji tu. Panpiasaan tidak hanya m.enyangkut yang batini, tapi jug a lahiri. Orang yang bias a mem.egang stir mobil, ia akan lebih baik ketim:bang orang yang mengusai
96
teorinya tapi jarang bawa mobil. Karenanya ada pepatah yang mengatakan "alah bisa karena oiasa". Jika hal itu dihubungkan dengan pendidikan, maka bermakna bahwa kemampuan seseorang dapat ditunjang oleh kebiasoan yang sering dilakukan, terutama kebiasaan yang berkaitan dengan keutamaan dari aspek-aspek sosial, Sebenarnya, metode kebiasaan ini berjalan bersama-sama dengan metode keteladanan, dan satu sama lain saling m,em.pengaruhi dan saling terkait. Sebab pembiasaan itu harus dicontohkan atau merupakan penerapan dari keteladanan, An-Nahlawi (1989:376) m.engatakan: Pendidik dituntut menggugah siswanya agar berusaba keras untuk m:enerapkan apa yang telah pelajari di dalam kehidupan mereka, untuk keperluan tersebut pendidik hendaknya menghadapkan para siswanya dengan berbagai permasalahan dalam realita kehidupan. Agar mereka mampu mencari jalan keluar serta menerapkan ilmu di dalam pelbagai kondisi khusus di dalam kehidupan pribadi atau sosialnya. Metode pembiasaan ini sangat cocok diterapkan pada m:asa
anak-anak, karena pada masa itu m'asih mudah membentuk
watak mereka dengan corak yang diinginkan oleh Islam. Secara tegas Ulw©'n (1990:43) menyatakan, bahwa p:eranan pembiasa...t an, pengajaran dan pendidikan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak akan menemukan keutamaan-keutamaan dan budi pekerti sPif.itual dan etika agama yang lurus. Dalam. bubungannya dengan pendidikan sosial, jika menggunakan metode pembiasaan, dapat dilakukan dengan cara mem.biasakan mereka (anak) untuk menggunakan perasaan dan
97
pikirannya agar selalu mern-iliki kesadaran dan tanggung jawab sosial. Anak akan selalu menaruh sikap horinat kepada yang lebih tua, solider kepada teman sebaya den sayanag kepada yang lebih kecil. Dia akan memiliki kesadaran secara instingitf tatkala melihat orang yang tertimpa meusibah atau orang yang butuh bantuan, tergerak hatinya untuk mem.bantu, dan dia akan senantiasa menebarkan sikap persaudaraan dan kedamaian. Di lain pihak, Ahmad Tafsir (1992:144) mengatakan, bahwa pembiasaan sebenarnya berintikan pengamalan. Sebab yang dibiasakan itu ialah sesuatu yang diamalkan. Oleh karena itu uraian tentang pembiasaan selalu menjadi satu dengan uraian tentang perlunya mengamalkan kebaikan yang telah diketahui. Bernyataan di atas dapat dipahami, bahwa pengamalan yang dilakukan oleh anak tentunya tidak terlepas dari pembiasaan yang yang berlaku di lingkungan keluarga, irerutama orang tua yang dianggap sebagai figur anak, sikap dan perilakunya akan banyak ditiru oleh anak, baik disari ataupun tidak. Oleh karena itu merupakan suatu tantangan bagi para orang tua sebagai pendidik untuk secara tetap dan terus-menerus menanamkan kebiasaan yang baik sesuai dengan ajaran yang dianut. Orang tua setiap saat ditantang, bahkan dipaksa untuk senantiasa m.enciptakan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan Islami agar anak mampu menyerap kebaikan tersebut.
98
l
6. l!!letode Perhatian Maksud dari metode perhatian ini m1enurut Ulwan (1990:
123) adalah pendidikan dengan cara mencurahkan, memperhati-
kan dan senantiasa mengikuti perkembangan anak dalam: pembinaan aqidah dan moral, persiapan spiritual dan sosial,_di samping selalu bertanya tentang situasi pendidikan jasmani dan daya hasil ilmiahnya. Pendidika,n dengan m.enggunakan metode ini oleh Ulwan dianggap sebagai asas terkuat dalam pembentukan manusia secara utuh, yang menunaikan hak setiap orang, termasuk mendorongnya untuk m:enunaikan tanggung jawab dan kewajibannya secarci sempurna, Karenanya, Islam memerintahkan kepada para pendidik, khususnya orang tua untuk memperhatikan dan senantiasa mengikuti serta mengontrol anak-anaknya, dalam. segala segi kehidupan sosial khususnya dan pendidikan universal pada umumnya. Dasar keharusan di atas dapat diambil dari firman Allah dalam surat At-Tahrim ayat 6 berikut ini: '
'
~;q,~ ~iJ,~~;,; ,:c·'<:.,:~\:, ·'/::.::\ 1) 1~\ ~/~,~~\ ~ S,'/ ,,
0\~:ll'~';.\1.:~, ". ,_·~~sr~)\0\b~;;~~ \ v
,.-
.)._,
~
~..:;-r-··
I
..,,;
..( 1
.,;
"(v'0' 'r
...
;>..J/"..J
~Jv"_}J. \.:.
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan (Depag RI, 1989:951).
99
Dari ayat di atas dapat diambil satu pemahaman, bahwa keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama dan utama, dan orang tua merupaka pendidik utama yang paling bertanggung jawab terhadap keselaltratan anggota keluarganya, Namun persoalannya adalah, bagaimana pendidik memelihara keluarga dan anak-anak dari api neraka jika ia tidak memrintah dan m:elarang mereka, tidak memperhatikan dan mengontrol m·ereka? Sayyidina Ali mena.fsirkan kata · .
dengan
"Didiklah dan ajarilah mereka 11 • Sementara Sayyidina Umar mena.fsirkan: 11Melarang mereka dari apa yang dilarang oleh Allah, dan memerintahkan kepada mereka apa yang diperintahkan oleh Allah. Dengan demikian
terciptralah pemeliharaan
mereka dari api neraka 11 • (Nashih Ulwan, 1990: 124), Atas dasar itulah, pendidik dituntut untuk senantiasa 1111.emperhatikan anak, agar tidak menyimpang dari aturan yang digariskan oleh Islam. Dalam hubungannya dengan kehidupan sosial, apakah ia telah menunaikan hak orang lain atau belum. Seandainya dijumpai bahwa si anak melalaikan hak dirinya, hak ibunya, hak saudara dan kerabatnya, hak orang yang lebih tua, maka pendidik hendaknya menjelaskan keburukan dan akibat buruk yang bakal timbul dari perlakuan tersebut. Disinilah fungsi pengawasan yang ketat, peringatan dan perhatian yang terus-menerus. Dari itu diharapkan anak menjadi m:anusia yang berbudi luhur, berjiwa besar, memiliki tanggung jawab sosia_l tanpa meremehkan orang lain.
100
Pendidik juga hendaknya memperhatikan etika sosial anak. Tatkala menjumpai anak berlaku kurang sopan, baik dalam cara makan, mengucapkan salam, dalam bercanda, berbicara, atau etiak sosial lainnya, maka hendaknya pendidik berusaha mendidik dan memberikan pengertian tentang tata cara bergaul yang baik m·enurut ajaran Islam, mem.biasakannya dengan kebiasaan utama dan berperilaku yang baik. Tanamkanlah benih cinta kepada sesama, jauhkan dia dari sifat egois, dan tanamkan kejernihan jiwa, jauhkan dia dari sifat pemarah dan bersikap brutal. Diharapkan anak akan tumbuh dengan pikiran yang jernih, jiwa yang bersih, hidup berdampingan dengan sesame penuh keakraban dan kedamaian. 7·, Metode Hukuman dan Ganjaran Pada dasarnya hukum-hukum dalam syari'at Islam berkisar di sekitar penjagaan bermacam keharusan asasi yang tidak dapat dipungkiri oleh manusia, sebab manusia tidak dapat hidup tanpa hukum. Keharusan itu dikenal dengan sebutan
11
~~ "n\ L \i,: ", ;
atau sebutan lain yaitu
11 ;J~\" /
(lima keharusan), Yakni menjaga agama, m.enjaga jiwa, m;enjaga_• kehormatan, menjaga akal dan menjaga harta benda. Untuk memelihara hal tersebut, syari'ah telah meletakkan berbagai hukuman yang mencegah, bahkan setiap pelanggar dan perusak kehormatannya akan merasakan kepedihan. Demikian juga halnya dengan dunia pendidikan, metode hukuman dan ganjaran memiliki peran yang tidak sedikit bagi pembentukan
101
pribadi yang baik. Efektifitas metode
huk~an
dan ganjaran berasal dari
fakta yang menyatakan, bahwa m·etode ini secara kuat berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan individu. Seorang pelajar yang menerima ganjaran akan m.emahaminya sebagai tanda penerimaan kepribadiannya yang membuat dia merasa aman. Sedangkan rasa aman merupakan salah satu kebutuhan psikologis, sementara hukuman karena berkaitan dengan hal-hal yang tidak disukainya akan dapat menguatkan rasa amen tersebut. Dalam Al-Quran
surat Quraisy m.engisyaratkan, bahwa aman ·dari ra-
sa takut diungkapkan sebagai rahmat Allah yang mesti dibayar dengan taqwa,.(Abdurrahman Saleh, 1990:220). Dalam dunia pendidikan, relevansi hukuman dan ganjaran hend&knya dilihat ke arah tabiat atau sifat dasar manusia melalui pengaruhnya ates keamanan individu dan pilihanpilihan yang dilakukan. Hal ini akan mengacu. kepada pengujian terhadap kekuatan motivasi. Hukum1an dan ganjaran berfungsi m.eneguhkan atau mel.emahkan respon-respon khusus tertentu. Metode hukuman akan menekan perbuatan yang sangat bertentangan, namun hmkuman hendaknya menjadi pijakan awal yang tidak akan diberikan kecuali ganjaran telah gagal membawa hasil yang diharapkan (Abdurrahman Saleh, 1990:221). Dalam proses kependidikan, ganjaran yang diberikan oleh pendidik dapat mengarahkan belaj&r muridnya secara efektif untuk sebagian, namun pada saat lain justru akan :·.
102
gagal menciptakan respon yang baik •• Seorang anak yang mendapat perhatian lebih, kadangkala bukannya menghargai pendidik, malah sebaliknya. Maka dalam hal ini pendidik harus memberi nasehat untuk mengingat!rnh anak-anak berkenaan dengan akibat yang tidak baik yang telah diperbuat oleh anak tersebut. Peringatan dan nasehat itu akan membantu pribadi anak dalam mengevaluasi tingkah lakunya sendiri. Dalam Al-Quran kita menemukan adanya bentuk hukuman bagi yang melanggar syari'at Allah, yang dikenal dengan istilah "hudud" dan "qishash". Dalam' penerapan metode hukuman dan ganjaran, tentu saja dalam batas-batas kewajaran, sesuai dengan prestasi yang mereka raih atau kesalahan yang mereka perbuat, dan sesuai dengan tarap perkembangan anak. Dalam. hal ini RasulAllah te;ah meletakkan metode untuk para pendidik dalam memperbaiki penyimpangan anak. Sebagai contoh, dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim yang ditujukan kepada Umar bin Abi Salmah, ia berkata: Ketika aku kecil, berada dalam asuhan Rasulullah. Pada suatu hari ketika tanganku bergerak ke sana kemari di atas piringan berisi makanan, berkatalah Rasulullah: "Wahai anak, sebutlah nama Allah. Makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah apa yang dekat denganmu 11 (Nashih Ulwan, 1990:159). Karena penanaman nilai-nilai sosial dalam keluarga t:erm:asuk akti vi tas kependidikan, maka orang tua hendaknya m.emberi yang terbaik untuk memotivasi anak dengan ·cara yang bijak. Pemberian ganjaran dan hukuman jugld merupakan kekuata·Il··
103
yang membangkitkan motivasi. Pemberian ganjaran selaras dengan fitrah manusia yang condong kepada kebaikan dan
berpre~~
tasi, dan hukuman juga perlu karend manusia juga memiliki kecender.ungan menyimpang dan berbuat salah. Dengan Ganjaran diharapkan anak akan semakin termotivasi melakukan kebaikan, dan dengan hukuman anak akan semakin berhati-hati den enggan melakukan keburukan. 8, Metode Amtsal (perumpamaan) Metode amtsal (perumpamaan) yaitu metode pendidikan sosial dengan cara m1engumpamakan sesuatu dengan jalan menggambarkan dan menyingkap hakikat melalui majaz (ibarat) dan haqiqah (keadaan yang sesuungguhnya). Dalam Al-Quran banyak ditemukan yang pengungkapannya dengan menggunakan perumpamaan, Seperti ketika Allah menggambarkan sifat-sifat orang munafik dalam surat Al-Baqarah ayat 17 : / //
///?/
w
,
////
y-',..,,,.
-< 1v:&-01 r .;C ..G~10.,.Jj' ~ ~ 1
Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api ••• (Depag RI, 1989:11). Demikian juga dalam surat Al-Ankabut ayat 41, Allah m,engumpamakan sesembahan atau tuhan orang kafir dengan sarang laba-laba : /
•
0Ll1,,,U~ . :J<:,,,
~/
,_,
/'
\
.,,
?
. ..
.,_,,,.'
' /?·.\"
;~ /
" y u ~ .. . '-:!.Y- . -. ,
~ 1 ~-;)~
..(i..1,
J
,,.,,,
C>~' r
104
Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laha yang mem:buat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui (Depag RI, 1989: 634). Bagi orang yang berpikir, hal seperti itu dapat diterima dengan jelas, kecuali bagi orang yang hati dan akalnya tertutup untuk menerima kebenaran. Cara seperti itu dapat digunakan oleh orang tua dalam mengajar dan mendidik anaknya. Menurut Ahmad Tafsir (1992: 142), metode ini memiliki kebaikan, yaitu: a. Mempermudah siswa memahami konsep yang abstrak; ini terjadi karena perumpamaan itu mengambil benda kongkri t, seperti m.enyebutkan kelemahan tuhan orang kafir
diumpamakan dengan sarang laba-laba yang mudah rusak, b, Perumpamaan dapat merangsang kesan terhad.ap
makna
yang tersirat dalam perumpamaan tersebut. c. Merupakan pendidikan agar bila menggunakan perumpamaan haruslah logis, mudah dipahami. Jangan sampai dengan menggunakan perumpamaan malah pengertianhya kabur atau hilag sama sekali. d, Amtsal Qurani dan Nabawi memberikan motivasi kepada pendengarnya untuk berbuat amal kebaikan dan menjauhi kejahatan. Pendapat Tafsir di etas bermakna, bahwa pendidikan dengan menggunakan metode amtsal haruslah lebih mempermudah si terdidik memahami hal-hal yang abstrak; perumpamaan
105
yang diberikan hendaknya dapat merangsang kesan terahadap makna yang tersirat dalam perumpamaan tersebut • .Artinya, pendidik, dalam hal ini orang tua, harus mampu memberikan perumpamaan yang melahirkan kesan dalam benak dan pikiran anak. Demikian juga dalarn menggunakan perumpamaan haruslah logis sehingga rnudah dipahami oleh anak. Sebab sesuatu yang dimengerti oleh akal akan lebih kuat dcin tahan lama. Tentu saja basil yeng diharapkan dari penggunaan metode ini adalah agar anak terdorong untuk berbuat baik dan menjauhi setiap ahal yang m:endatangkan keburukan. Dalam kaitannya dengan pendidikan sosial anak dalam keluarge, rnetode amtsal m.erupakan salah satu metode yang tepat dalarn menam11!l:kan dan menumbuhkan jiwa sosial pada · anak dengan cara membuat perumpamaan yang kongkrit yang dapat dijangkau oleh pemikiran anak, baik itu perurnpamaan yang telah dibuat oleh Allah dalarn Al-Quran maupun perumpamaan yang dibua.t sendiri oleh pendidik (orang tua) dengan m.engarnbil contoh dalam kehidupan sehari-hari atau benda-benda lain yang telah diketahui oleh anak.
9. Metode Hiwar Qurani dan Nabawi Hiwar (dialog) adalah percakapan silih berganti
anta~
ra dua pihak atau lebih rnengenai suatu topik yang sengaja diarahkan kepada satu tujuan yang dikehendaki (pendidik atau ordng tua). Sehingga kedua pihak salihg bertukar pendapat tentang suatu masalah tertentu (An-Nahlawi, 1989:284).
106
mengingat begitu pentingnya komunikasi yang harus dilakukan antara orang tua dengan anak, maka m.etode hiwar merupakan salah satu metode yang dapat menyampaikan anak kepada nilai-nilai sosial. Jika kita perhatikan ketika seorang pendidik atau orang tua bercakap-cakap dengan anak akan ditemukan kebiasaan mereka untuk bertanya tentang sesuatu yang belum diketahuinya, maka dari sinilah awal mula terjadinya percakapan di antara mereka. Meskipun hasil akhir dari percakapan itu tidak selalu memuaskan kedua belah pihak, namun dalam hal ini jika rasa ketidakpuasan berada di pihak anak m:aka paling tidak ia dapat m;engambil pelajaran dari komunikasi tadi, Karenanya, seyogyanya sebagai pendidik mampu menanamkan ideide yang berhubungan dengan masalah sosial kepada mereka, sehingga ketika mereka mengambil pelajaran pada peristiwa dialog tersebut akan memiberikan dampak yang besar terhadap mereka. Namun tentu saja, dalam menanamkan nilai-nilai sosial melalui metode hiwar para orang tua hendaknya menyesuaikan dengan taraf perkembang.§ln dan kemampuan mereka, Hal ini sejalan dengan hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Ali bin Abi Thalib, sebagai berikut :
Ajaklah manusia berbicara sesuai dengan apa yang 1111ereka ke:trahui (Nashih Ulwan, 1990:318), Demikian juga hadits riwayat Ad-Dailami dan Hasan Bin Sufyan dari Ibnu Abbas r.a.
107
"
,,,,._,
"',,,..
J
,,.
.>
. ('t;;~i:J~D,~C:\~'10~\ Aku diperintahkan untuk berbicar.a dengan lll311us~a sesuai dengan kadar berpikir mereka (Nashih Ulwan, 1990:318). Kedua hadits di atas mengisyaratkan kepada pendidik hendaknya menyesuaikan isi pembicaraan dengan kadar kemampuan pikir mereka, serta mengisyaratkan agar pendidik memilih bahan-bahan bacaan, seperti buku-buku, majalah-majalah dan kisah-kisah yang sesuai dengan usia dan tingkat kecerdasan mereka. Sehingga hasilnya akan tampak lebih baik. 10. Metode 'Ibrah dan Mau'izhah Setelah mengadakrm peneli tian m;engenai pengertian dua kata, yaitu 'ibrah dan mau'izhah, An-Nahlawi tiba pada satu kesimpulan bahwa kedua kata itu memiliki perbedaan dari segi makna. 'Ibrah dan i'tibar berarti suatu kondisi psikis yang m:enyampaikan manusia kepada intisari sesuatu yang disaksikan, yang dihadapi, der:igan menggunakan nalar, yang m;enyebabkan hati mengakuinya. Sedangkan mau' izhah ialah nasehat yang lembut yang diterima oleh hati dengan cara menjelaskan pahala a tau ancamannya (Abdurrahman An-Nahlawi, 1989:390-403). Dalam Al-Quran dan hadits,:penggunaan kalimat 'ibrah berbeda-beda sesuai dengan obyek 'ibrah itu sendiri. Pengamibulan 'ibrah dari kisah hanya akan dapat dicapai oleh orang yang berpikir dengan akal dan hatinya, seperti £irman Allah swt :
108
..(111,~y,}-y_(fst1-);ll__ ~~~~~\{:;J Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal (Depag RI, 1989:366). Pendidikan Islam mem:berikan perhatian khusus kepada metode 'ibrah, agar anak didik dapet mengambil pelajaran dari kisah,..kisah dalam Al-Quran,. sebab kisah-kiseh itu bukan sekedar sejarah, melainken sengaja diceritaken Tli1han karena terdapat pelajaran ( 1 1brah) yang penting di dalamnya. Oleh sebab itu, orang tua hendaknya pandei m:emeni'aat• kan metode ini di dalam m.enanamkan dan menumbubkan .sifat:, sikap den nilai-ni;ai sosiel pada diri anak. Sedangkan meu 1 i zhah menurut Rasyid Rid ha bel!arti naseha t dengen cara m.enyentuh kalbu (Abdurrahman An-Nahlawi, 1989:403). Kata wa'ezh juge berarti bermacam-macellli. Perta-
ma, berarti nasehat, yaitu sajian bahasan mengenai kebenaran dengan maksud mengajak orang yang dinasehati untuk m.engamalkannya. Nasehat yang baik i tu harus bersum.ber pada Yang Mahebaik, yaitu Allah. Kedua, mau 1 1zhah berarti tadzkir (peringatan), Dalam kaitan ini, yang memberi nesehat hendaknya berulang kali mengingetkan agar meninggalkan kesan dalalll hati dan pikiran, sehingga orang yang dinasehati tergerak untuk mengikuti nasehat itu. Perlu diingat, bahwa pendidikan dengan menggunakan metode
1
ibrah den mau'izhah ini harus
dilakukan secare ikhlas dan dilakukan secare beruleng-uleng, Delam penerapan metode 'ibrah, menurut An-Nahlawi
109
(1989:392) sebaiknya dengan menggunakan teknik, Seperti, diawali dengan lllengajukan sejumlah pertanyaan, yang diharapkan anak dapat m.enangkap pelajaran dari setiap kisah qurani. Kemudian memajukan pertanyaan-pertanyaan lain untuk m,embimbing perasaan anak menghayati isi serta pesan tersirat dalam kisah tersebut, selanjutnya mengajukan pertanyaan tathbigiyyah (formatif) yaitu membimbing anak untuk membandingkan antara sikap para pelaku kisah dengan sikap masyarakat sehari-hari. Adapun metode m:au'izhah, salah satu contoh penggunaannya adalah seperti yang pernah dipraktekkan oleh Luqman terhadap anaknya, yang dapat kita temukan dalam Al-Quran surat Luqman ayat 13 sebagai berikut : 'S..t
/!?"-'""/
w
1
'
'
?
.... .,,_...., ...
;
\"
J
,,.,,,,,.
....
,,,....,,,.,.,,
~P-~l__,~ 0~~\A?p&.~~~-'~ioL&U~~)_,
Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya di sasaat memberi pelajaran (nasehat) kepadanya: "Wah,ai anakku janganlah kamu menyekutukan Allah. Sesungguhnya syirik itu adalah benar-benar kezhaliman yang besar (Depag RI, 1989: 654). Kemudian nasehat Luqman berikutnya yang menyangkut etika dan perilaku sosial terdapat dalam ayat 18-19 surat. Luqman: ~"
.A..,;
,.
-':t
,,,..,..,..,,
-;:,.>::~ :W1~l... G;.:J.d~)il ~~--J.J u_,_;8.\~.G..~)l~ .,,,,. t/ ,,,... ,,,, / ,,,.. ~::/' /": \\ ,.,.:-, ..., •. : ~!\.;(;I .~:G~\3· '-'Ub j? I...
~
.,
-- ~
~.rP ~ (j-ll4l.>
~- ,.. /
Q
/
.
11'
.,,,;
'iY::.
/
.J
.( ' 't - \ /\ : ..__:_..,., \.i> )>- .;:/; 0
,, ,.,.
/
,, .,.,,
/
~
;/J q 'y-.o ~\
,.,,
u; .\
~~ /
/
Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong* dan janganlah kamu berjalam di muka bumi dengan angkuh. Ses~ngguhnya Allah tidak m:enyukai orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlaqr suaramu. Sesangguhnya ,
111
.ii, Metode Targhib dan Tarhib
Targhib adalah janji yang diserta dengan bujukan yang menyenangkan dan membahagiakan. Sedangkan tarhib adalah ancaman dengan siksaan sebagai akibat melakukan dosa atau kesalahan yang dilarang oleh Allah, atau akibat lengah dalam menjalankan kewajiban yang diperintahkan-Nya (Abdurrahman An-Nahlawi, 1989:412). Metode targhib dan tarhib dalam pendidikan Islam terdapat perbedaan dengan metode ganjaran dan hukurnan yang berlaku pada pendidikan pada umumnya. Targhib dan tarhib merupakan penjabaran dari keistimewaan yang lahir dari nilai RabbaniyYah, dan diselaraskan dengan fitrah manusia, yang merupakan salah satu ciri khas pendidikan Islam. Di antara ciri.. ciri pokok yang membedakan metode
targhib dan tarhib dengan metode ganjaran dan hukuman adalah: a, Targhib dan Tarhib bersandar kepada argumentasi dan keterangan. Sebab bersumber dari Al-Quran den hadits, den berorientasi atau berhubungan dengan urusan akhirat. b'. Targhib dan Tarhib disertai dengan gambaran tentang
keindahan dan kenikmatan di surga atau dahsyatnya siksaan neraka, dan dipaparkan secara jelas sehingga dapat dipahami oleh seluruh manusia. c. Targhib dan tarhib bersandar kepada upaya m.enggugah
112
serta mendidik perasaan ketuhanan; sementara pendidikan perasaari ini termasuk salah satu tujuan syari'at Islam (A)Jdurral:mta:n An-Nahlawi, 1989:413-415). Sebagai salah satu contoh ayat Al-Quran yang berhubungan dengan penerapan metode targhib dan tarhib adalah surat Al-Hajj ayat 58 : /
~
/
/
~<--~j;.0\j~~~7 ~Ji\ cb~J~j';J;~~~\~
'
:.< 011,
~1
,., ,'°'
,.
r c,~jf)~~ ,l-9 0
JI>
/
.,J /
<"
I
~
/
L -_,..
-
/'
/
,/. •
•
.::--G.;-2
Dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, kemudian mereka di bunuh atau ·.mati, .bimar-benar Allah akan memberikan kepada mereka rezki yang baik (surge), Dan sesungguhnya Allah adalah sebaik-baik pemberi rezki,(Depag RI, 1989:520). ,
/
/
/
"'
~
wJ
I'.
"'. ~t~:.~. -;,~i;.:;~L:/.;i:-0-:D\. ;{.'t ;.'~ \{\ ~~~ ..______-- · l . , ,. ~ v ~Lr' ... q::. u~
..z~-, 'O~,,,. ·~iw~~s w. 0~:.J~
Kecelakaanlah bagi $etiap pengumpat lagi pencela, yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung, dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya, sekali-kali tidak! sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam huthamah (Depag RI, 1989:1101). Dalam penerapan metode targhibdalam pendidiken sosial adalah meni;inamkan etika sosial dan nilai-nilai sosial pada anak dengan cara menyebutkan akibat-akibat baik atau keuntungan yang akan diperoleh dari sikap den perbuatan itu. Sehingga anak akan termotivasi untuk m;elakukan amal kebaikan kepada sesame. Demikian juga·metode tarhib dengan cara m;enjelaskan hal-hal yang tidak boleh dilakukan diserta dengan ancaman siksaan bagi yang melakukan larangan tersebut.
BAB
V
PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah menganalisis bebrapa sumber data yang dihimpun tentang metode pendidikan sosial anak dalam keluarga muslim, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Dalam merumuskan konsep pendidikan sosial anak dalam. keluarga muslim dilakukan berdasarkan tfnjauan Ilmu pendidikan Islam. Konsep dan tenri pendidikan Islam: secara umum dijadikan sebagai acµan dalam perumusan konsep pendidikan sosial anak, baik dari segi materi maupun metodenya. Hal ini dilakukan m.engingat, bahwa pendidikan Islam secara makro memuat seluruh aspek kependidikan, mulai dari pendidikan aqidah/keimanan, pendidikan yang berkaitan dengan masalah ibadah, dan pendidikan sosial, Karenanya pendidikan sosial merupakan bagian dari pendidikan Islam. Dari pengkajian terhadap sumber data, dapat dirumuskan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan sosial anak dalam keluarga muslim adalah upaya penanaman nilai-nilai sosial kepada anak yang dilaksanakan dalam lingkungan keluarga yang menjadikan ajaran Islam sebagai pegangan' dan tatanan hidup setiap anggotanya dalam menjalani kehidupan di dunia, agar ahak terbiasa menjalankan tatakrama sosial yang
utamar·--~~--····
I
.·
M l;.11(
l P ~,-- iJ Pt '< -r it h: A A 1' ¥ fTA l\.l
115
bersumber dari akidah Islamiyah. 2. Metode pendidikan sosial anak dalam keluarga, pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan m:etode pendidikan Islam pada umumnya. Namun, karena pendidikan sosial yang dimaksudkan dalam pembahasan ini dilakukan dalam. keluarga, dengan beberapa keterbatasan dan perbedaan situasi dan kondisi dengan lembaga pendidikan pada umumnya, maka tidak semua metode pendidikan yang lazim digunakan dapat diterapkan. Dengan demikian, metode yang dapat diterapkan dalam pendidikan sosial dalam keluarga adalah metode ceramah, metode tanya jawab, metode cerita, metode keteladanan, metode latihan dan pengamalan, metode pembiasaan, metode dengan perhatian, metode ganjaran dan hukuman, metode amtsal (perumpamaan), metode hiwar qurani dan nabawi, metode
1
ibrah dan mau-
' izhah, dan metode targhib dan tarhib. B. Implikaai Pendidikan dipandang sebagai salah satu aspek
yang
memiliki peranan penting dalam membentuk generasi mendatang. Dengan pendidikan diharapkan dapat menghasilkan manusia yang berkualitas dan bertanggung jawab serta mampu mengan:frisipasi masa depan, seiring dengan perubahan dan perkembangan yang begitu pesat. Oleh karenanya, upaya pendidikan, dalam hal ini pendidikan sosial, hendaknya mampu menghantarkan dan membimbing perubahan dan perkembangan hidup serta
116
kehidupan umat manusia. Keluarga sebagai salah satu jalur pendidikan Islam: yang memiliki peranan penting dan strategis bagi pembinaan anak, hendaknya difungsikan secara baik oleh pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap pendidikan di lingkungan keluarga, yang tentu saja dalam hal ini adalah orang tua dan seluruh anggota keluarga yang telah menginjak dewasa; sehingga tercipta suasana keluarga yang kondusif dan islami. Untuk kepentingan itulah, kiranya pendidik (orang tua) perlu memiliki konsep yang jelas dan terinci. Hal ini tidak bermaksud menafikan peranan pendidikan formal (sekolah), akan tetapi orang tua perlu menyadari bahwa tugas membimbing dan membina kepribadian anak tidak hanya terpikul di pundak para guru agama, tokoh·· agama atau masyarakat, tetapi orang tua harus ikut ambil bagian dalam tugas tersebut, dan bahkan pendidikan keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan utama yang akan membentuk kepribadian anak. Penelitian ini dilakukan bukan hanya sekedar menjadi keharusan akademik sebagai persyaratan dalam menyelesaikan studi, tapi juga didorong oleh keinginan yang tinggi untuk ikut memberikan sumbangsih pemikfan, melalui penelitian ini penulis mencoba mengemukakan sebuah konsep tentang metode pendidikan sosial anak dalam keluarga muslim. Namun penulis m.enyadari bahwa peneli tian ini masih jauh dari sempurna, masih sangat terbatas dan sangat ,
117
sederhana untuk dianggap sebagai konsep pendidikan yang mapan. Untuk itu, diperlukan adanya penelitian lebih lanjut agar dapat disempurnakan.
DAFTAR PUSTAKA Abdurrahrnan An-Nahlawi Prinsip-peinsip Dan Metode Pendidikan Islam, 1989 CV Diponegoro, Bandung. Ahmad Tafsir 1992
Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Rosdakarya, Bandung.
Ahmzi d '.!\1 t: s :Lr . Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, Remaja 1990 Rosdalrarya, Bandung. Arief Ichwani 1988 Ilmu Pendidikan Teoritis, IAIN Sunan Gunung Djati, Bandung. Abdul Malik 1991
Ahmad Supardi 1989 Ilmu Pendidikan Djati, Bandung.
IslsIDiii~
.. IAIN Sunan Gunung
Ahmad Isa Asyur 1992 Berbakti Kepada !bu Bapak, Geme Insan Press, Jakarta. Abdullah Nashih Ulwan 1992 Pendidikan Anak Menurut Islam, Kaidah-kaidah Dasar, Remaja Rosdakarya, Bandung, Abdullah Nashih Ulwan 1981 Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, CV AsySyifa', Semarang. Abdullah Nashih Ulwan 1992 Pendidikan Sosial Anak, Remaja Rosdakarya, Bandung. Abdul Fatah Jalal 1988 Asas-asas Pendidikan Islam, CV. Dipenogoro Bandung. Agus Soedjono 1980 Ilmu Pendidikan Umum, CV. Ilmu Bandung, ,,,.J.bdullah Nashih Ulwan 1988 Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam II, Tarjamah Saifullah Kamalie, Asy-Syifat
Bandung.
Abdurrahman Saleh Abdullah Pendidikan Berdasarkan Al-Quran, Rineka Cip1990 TA, Jakarta. Ahmad Sadeli
1987
Islam untuk Disiplin Ilmu Pendidikan, Bulan Bintang, Jakarta.
Ahmad SUpardi den Soekarno
1983
~F~i-1.s.a~r.a.t...,_P_e.n.d""""id_...i~k.a.n-.....I.s.1.a... m,
Yogyakarta.
Ahmad D. Marimba
1987
Abu Ahmadi
1977
Pen~antar
Kota Kembang
Filsafat Pendidikan, Al Ma 1arif,
Ban ung. Ilmu Pendidikan Jilid I dan II, CV. Toha Putera, Semarang.
/ Bimo Walgito y
1991
Anonimous t.t.
Psikologi Sosial,
C~.
Haji Mas Agung, Jakarta.
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan, Pusat Pembinaan den Pengembangan Bahasa Departemen Kebudayaa.
Anonimous
1987
Pedoman Pembuatan Skripsi, IAIN Sunan Gunung Djati, Bandung.
Baihaqi A.K.
1992
"Pendidikan Anak dalam Keluarga Muslim Mep.yongsong Era Global 11 , dalam Mimbar Studi . Niimolt"' ~l:.;,42/xrr r/199~·. hlm. 12-17.
Endang Saefudin Anshari 1986 Wawasan Islam, Pokok-pokok Pikiran tentang Islam den Umatny~ CV. Rajawali, Jakarta. Fathiyah Hasan Suleiman 1986 Sistem Pendidikan Versi Al-Ghazali, PT. AlMa1arif, Bandung. Frank J. Miflen den Sydney 1986 Sosiologi Pendidikan, Tarsito, Bandung. Hamda11'i . ·Ali
1990
Filsafat Pendidikan, Kota Kembang, Yogyakarta.
li~san Langgulung 1986
Manusia den Pendidikan, Pustaka Al-Husna, Jakarta.
Hasan Langgulung 1991 Asas-asas Pendidikan Islam, Pustaka Al Husna, Jakarta. H.M. Arifin 1991 H .Mo Ari.fin
1987
Ilmu Pendidikan Islam, Bruni Aksara, Jakarta. Filsafat Pendidikan Islam. Bina Aksara, Jakarta.
Hammudah Abd Al 1 Ati 1984 Kelua~ga Muslim, Bina Ilmu, Surabaya. Ibnu Mustafa 1993
Keluarga Islam Menyongsong Abad 21, Al Bayan, Bandung,
Imam Barnadib Pengantar Ilmu Pendidikan Sitematis, Fakultas 1976 Ilmu Pendidikan IKIP, Yogyakarta. Jalaluddin Rahmat dan Muhtar Gandaatmaja Keluar a Muslim dalam Mas arakat Modern, 1993 Rema a Rosdakarya, Bandung, Jalalud.:i.n den Ramayulis Pengantar Ilmu Jiwa Agama, Kalam Mulia, 1987 Jakarta. M. Athiyah Al-Abrasyi Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Bulan 1979 Bintang, Jakarta. M.
Nglill"l111 Purwanto Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Remaja 1992 Rosdakarya, Bandung.
Mansyur dan Mohammad Najib 1986 Agama, Demokrasi dan Transformasi Sosial, LKPSM NU, Yogyakarta. Muhammad Rusli Karim t.t. Seluk Beluk Perubahan Sosial, Usaha Nasional, Mustafa Husni Assiba 1 .i Kehidupan Sosial Menurut Islam, CV. Diponegoro, 1993 Bandung. Mohammad Qutb 1984 Sistem Pendidikan Islam, Al-Ma 1 arif, Bandung. Mohammad Al-Tsaruni Al-Syaibani 1979 Falsafah Pendidikan Islam, Terjemah Hasan Langgulung, B lan Bintang, Jakarta,
Muhaimin 1991
Konsep Pendidikan Islam, Ramsdani, Solo.
Ramayulis, dkk Pendidikan Islam dalam Rumah Tangga, Kalam 1990 Mtilia Jakarta. Soelaiman Joesoef dan Slamet Santoso Pengantar Pendidikan Sosial, Usaha Nasional, 1981 Surabaya. Syed M. Al-Naquib Al-Attas 1990 Konsep Pendidikan dalam Islam, Mizan, Bandung. Soelaiman Joesoef Konsep Pendidikan Luer Sekolah, Bumi Aksara, 1992 Jakarta. Salwa Sahab 1989
Membina Muslim Se.jati, Karya Indonesia, Jakarta.
W.A Gerungan 1991
Psikologi Sosial, PT. Sresco, Jakarta.
Winarno Surakhmad 1980 Penelitian Ilmiah, Dasar, Metode, Tehnik, Tarsito, Bandung. Zakiyah Darajst t.t. Kesehatan Mental, CV. Haji Mas Agung, Jakarta. Zuhairini 1992
Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Bandung.
Zakiyah Daradjat, dkk 1992 Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta. Zuhairini, dkk 1983 Metodik Khusus Pendidikan Agama, Biro Ilmiah Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel, Malang.
~
MILI.lh
~:1
KRFllS.TAK.'AAN UTAMA .
__ t:1N JA
._.
..__~
.!Ji
-~~,
4