KAMMA 1 Bukan kata lain
dari fatalisme atau takdir
Pariyatti Sāsana www.pjbi.or.id; hp.0813 1691 3166; pin !
2965F5FD
KEMUNCULAN TEORI KAMMA •
Ciri khas agama-agama di India sejak awal periode Vedic (1750-500 SM)
•
Realisasi para pertapa tentang kehidupan yang berulang-ulang.
NON BUDDHIS: KAMMA •
Pada jaman Vedic, kamma berarti “perbuatan-yang-telahdilakukan” atau “kurban dalam tradisi Veda”.
•
“Ada cukup bukti untuk menegaskan bahwa masyarakat pada jaman ini mempunyai keyakinan bahwa ritual yang mereka lakukan mempunyai konsekwensi yang cukup untuk mempengaruhi kehidupan setelah mati. Secara khusus, ritual dilakukan untuk mencegah leluhur supaya tidak meninggalkan surga tertentu, yang dengan demikian tidak menderita karena kematian yang berulang-ulang.” (Reichenbach 1990:10)
UPANIṢADS Ajaran esoteris:
•
•
Transmisi ajaran secara rahasia. (Catatan: penegasan Buddha bahwa ajaranNya tidak mempunyai “tangan guru” [D 16.2.25a])
•
“Ārtabhāga, sahabatku, peganglah tanganku. Hanya kita berdua yang mengetahui hal ini; janganlah kita menyebarkannya untuk umum.”
Keduanya pergi dan kemudian berdiskusi. Apa yang telah mereka
katakan dan puji adalah kamma, yakni oleh pekerjaan baik
maka dia menjadi baik, oleh pekerjaan-jahat dia menjadi jahat.
Kemudian, Ārtabhāga diam. (Bṛhad Āraṇyaka Upaniṣad 3.2.11.13)
•
“Teori kamma adalah usaha penting yang dilakukan untuk pertama kalinya di dalam sejarah spekulasi manusia untuk menjelaskan tujuan hidup manusia kaitannya dengan usaha personal diri-sendiri. Penekanan pada usaha sendiri sebagai jalan yang pasti untuk pemurnian moral dan pencerahan pribadi adalah bentuk ‘perlawanan’ yang sangat penting terhadap ajaran suku-suku tentang tanggung jawab kolektif. Kamma ‘mengumandangkan’ teori individualisme, dan, pada tataran keagamaan melawan takdir dan kesewenang-wenangan tuhan pada tataran sosial.” (The Origin and Sociology of the Early Buddhist Philosophy of Moral Determinism, Varma VP, 1963:35f)
KEHIDUPAN ADA DI TANGAN KITA •
Setiap orang bertanggung jawab atas pembebasannya sendiri.
•
Menolak mahluk-super yang menghukum dan menganugerahi manusia.
•
Hukum moral universal yang bekerja secara independen.
•
Utu-, bīja-, kamma-, citta-, dhamma,niyāma.(DA 2:432; DhsA 272).
BUDDHISME: KAMMA •
“Seperti benih yang ditanam, demikianlah yang akan dipetiknya; kebaikan datang pada mereka yang berbuat baik; kejahatan kepada mereka yang berbuat jahat —dia yang telah menanam benih akan memetik buahnya.” (S 11.10)
•
Berasal dari cerita rakyat; peribahasa; tidak menggambarkan kamma yang diajarkan Buddha secara menyeluruh.
CAṆḌĀLA SUTTA (A 3.206) •
Kualitas murid-semu atau murid-buangan (upāsaka,caṇḍāla):
1. Tidak mempunyai keyakinan.
2. Tidak mempunyai moralitas.
3. Percaya pada ritual untuk mendapatkan keberuntungan.
4. Bergantung kepada keberuntungan, bukan kamma.
5. Mencari hadiah-pantas di luar Ajaran dan memprioritaskannya.
LOṆAPHALA SUTTA (A 3.99) •
“Para bhikkhu, untuk siapapun yang berkata, ‘setiap kamma yang dilakukan seseorang, dia akan mengalami hasil yang sama dengan kamma tersebut,’ maka tidak ada kehidupan suci, tidak ada kemungkinan untuk mengakhiri penderitaan.
•
Tetapi untuk siapapun yang berkata, ‘seseorang yang melakukan kamma yang ‘mempunyai potensi untuk berbuah’ akan memetik hasilnya, maka ada kehidupan suci, ada kemungkinan untuk mengakhiri penderitaan.”
•
Kamma bukan kata lain untuk fatalisme / takdir.
LOṆAPHALA SUTTA (A 3.99) •
Perumpamaan:
1. Perumpamaan tentang butir garam.
2. Perumpamaan tentang kekayaan.
3. Perumpamaan tentang penjagal dan pencuri.
LOṆAPHALA SUTTA (A 3.99) •
Pribadi Besar
•
Tubuh-, moralitas-,batin-,kebijaksanaantelah-berkembang, batinnya luas tak terbatas
•
Sekkhā (ariya non-arahat)
•
Tubuh-telah-berkembang: vipassanā bhāvanā
•
Batin-telah-berkembang: samatha bhāvanā.
Merubah pribadi-kerdil menjadi pribadi-besar melalui mettā dan sati.
PILIHAN ADA DI TANGAN KITA
•
Kematian YA. Mahā Moggallāna. (Ref: DhA 10.7)
•
Perumpamaan 2 roda (ref: Rathakāra Sutta, A 3.15)
SELESAI Pariyatti Sāsana www.pjbi.or.id; hp.0813 1691 3166; pin !
2965F5FD
KAMMA 2 Interpretasi Psikologis
Pariyatti Sāsana www.pjbi.or.id; hp.0813 1691 3166; pin !
2965F5FD
KAMMA: FAKTOR PSIKOLOGIS •
Kamma adalah cetanā (Nibbedhika Sutta, A 6.63)
•
Cetanā (kehendak) muncul disetiap momen kesadaran; dan bertanggung jawab dalam merancang dan mengarahkan batin serta pikiran untuk mencapai yang dikehendakinya.
•
Kelenyapan cetanā meninggalkan kamma-satti (potensi kamma) yang mampu memperkuat kecenderungan-kecenderungan batin.
•
Kamma: non-Buddha, Pacceka Buddha dan Arahat.
•
Bukan kamma: Buddha, Pacceka Buddha dan Arahat; avijjā dan taṇhā hancur; sakit tubuh bukan batin.
JENIS KAMMA •
Kamma buruk adalah perbuatan yang membuat batin menjadi tidak sehat, secara moral pantas dicela dan menghasilkan penderitaan.
•
•
Terlahir di 4 alam apāya.
Kamma-baik adalah perbuatan yang membuat batin menjadi sehat, secara moral pantas dipuji dan menghasilkan kebahagiaan.
•
Duniawi: terlahir di alam bahagia.
•
Adi-duniawi: JMB 8 = kamma yang mengakhiri kamma.
KAMMA: INTERPRETASI PSIKOLOGIS •
Kamma adalah kehendak (mencakup juga pilihan dan keputusan kita) yang ‘mengalir-keluar’ ke pintu tubuh, ucapan dan pikiran.
•
Perbuatan-sadar —tubuh, ucapan dan pikiran —berakar pada 3 akar jahat atau 3 akar baik.
•
Perbuatan-tidak-sadar adalah perbuatan yang dilakukan tanpa ‘perhatian-penuh’ (sati) yang ‘didorong’ oleh anusaya (kecenderungan-yang-tertidur), misal: kebiasaan-kebiasaan kita.
Kita: Gabungan dari Kamma-saat-ini dan Buah Kamma-lampau Buah Kamma Lampau
Kamma Saat-ini
Indera-mata
Objek-mata
Respon/reaksi
Indera-telinga
Suara
Respon/reaksi
Indera-hidung
Bau/aroma
Respon/reaksi
Indera-lidah
Cita-rasa
Respon/reaksi
Indera-tubuh
Objek-sentuhan
Respon/reaksi
Indera-batin
(Objek-dhamma)
Respon/reaksi
KAMMA: INTERPRETASI PSIKOLOGIS Pp-Mata
Pc Bv Bv Bv Cv Sm Sn Vo J Obj. Warna d Pp Batin
Melihat Warna Pp Batin
Nama Warna Pp Batin
saññā: paham Ppobjek Batin
Awal kognisi
J
J
J
J
J
J Td Td Bv
Bv Bv Mdv
J
J
J
J
J
J
J Td Td Bv Bv
.
.
.
Bv Bv Mdv
J
J
J
J
J
J
J Td Td Bv Bv
.
.
.
Bv Bv Mdv
J
J
J
J
J
J
J Td Td Bv Bv
.
.
.
Bv Bv Mdv
J
J
J
J
J
J
J Td Td Bv Bv
.
.
.
Cetanā di Javana = kamma-saat-ini
Sisa=buah-kamma-lampau
SYARAT & KONDISI UNTUK REAKSI DAN KEMATANGAN BUAH KAMMA
Menyirami Benih Kamma
Efek Gelombang Air
MENYIRAMI BENIH KAMMA Benih kamma akan subur dan berbuah di karenakan kondisi-kondisi (ṭhāna) sbb:
!
Ref: VbhA XVI.X:
1. Kesuksesan / kegagalan kelahiran (Gati sampatti / vipatti)
!
2. Kesuksesan / kegagalan penampilan-fisik (Upadhi sampatti / vipatti)
!
3. Kesuksesan / kegagalan waktu (Kāla sampatti / vipatti)
!
4. Kesuksesan / kegagalan Cara (Payoga sampatti / vipatti)
EFEK GELOMBANG AIR Efek yang kembali ke kita
sbg kondisi utk kamma baru
Efek kamma ke dunia
Kamma
TUJUH ANUSAYĀ 1. Nafsu-sensual (kāma,rāga);
2. Kebencian (paṭigha);
3. Pandangan-salah (diṭṭhi);
4. Keraguan-spiritual (vicikicchā);
5. Kesombongan (māna)
6. Keinginan untuk hidup (Bhava,rāga)
7. Kebodohan (avijjā)
Ketika membenci perasaan-sakit, kecenderungan-tertidur-kebencian (paṭighānusaya) muncul.
!
Ketika menikmati kepuasan-inderawi, kecenderungan-tertidur-nafsuinderawi (kāma,rāgānusaya) muncul.
!
Ketika tidak memahami perasaanperasaan tersebut apa adanya, kecenderungan-tidur-kebodohan (avijjānusaya) muncul. (Sallatthena Sutta, S 36.6)
HANYA ADA PERBUATAN,
TIDAK ADA PELAKU Nāma-rūpa, fenomena yang terus berubah.
Cetanā adalah pelaku, vedanā (perasaan) adalah yang memetik buah kamma.
Tidak ada pelaku yang berbuat,
Tidak ada seseorang yang merasakan buahnya,
Hanya peristiwa yang terus berputar,
Sesungguhnya, inilah pandangan-benar,
!
Awal mula dari kamma dan buahnya,
Bergerak bersama dengan penyebab-penyebabnya,
Tidak bisa diketahui, seperti halnya dengan pohon, benihnya, dan yang tumbuh bersamanya (Vism. 19.20)
PARATO,GHOSO DAN YONISO MANASIKĀRA •
Keduanya adalah sebab kemunculan pandangan-benar, yang pada gilirannya unsur Jalan yang lain berkembang. (MN 43)
•
Mendengar-suara-orang-lain (parato,ghoso) melalui pariyatti sāsana (belajar Tipiṭaka).
•
Yoniso manasikāra melalui perenungan anicca, dukkha, anatta dan asubha.
CAṄKAMANA SUTTA (S 14.15) • Kemudian, sang
Bhagavā bertanya kepada para bhikkhu:
• “Apakah
kamu, para bhikkhu, melihat Sāriputta berjalan ‘naikturun’ bersama beberapa bhikkhu?”
• “Ya, Bhante.”
• “Mereka
semua, para bhikkhu, adalah pertapa yang bijaksana.”
• …
• “Apakah
kamu, para bhikkhu, melihat Devadatta berjalan ‘naik-turun’ bersama dengan beberapa bhikkhu?”
• …”Mereka
semua, para bhikkhu, adalah pertapa yang jahat.”
CAṄKAMANA SUTTA (S 14.15) • Dikarenakan
elemen, para mahluk berkumpul dan cocok. Di masa lalu, masa depan dan sekarang, mereka yang berkecenderungan ‘rendah’ berkumpul dan merasa cocok dengan mereka yang berkecenderungan ‘rendah’.
• Mereka
yang mempunyai kecenderungan kearah baik berkumpul dan merasa cocok dengan mereka yang mempunyai kecenderungan baik.
SELESAI Pariyatti Sāsana www.pjbi.or.id; hp.0813 1691 3166; pin !
2965F5FD