Kalimaya, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016
STUDI DESKRIPTIF MINAT BACA SISWA SEKOLAH DASAR KELAS V DI KOTA SERANG Dwi Novi Antari1 Nenden Sundari2 Neneng Sri Wulan3 Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Kampus Daerah Serang, Universitas Pendidikan Indonesia
[email protected] Abstrak Membaca menjadi salah satu aspeksignifikan dalam kegiatan literasi. Aspek tersebut ialah aspek yang mengembangkan aspek-aspek lain pada kegiatan literasi. Membaca pula menjadi keterampilan yang harus dimiliki siswa untuk menambah wawasan dan mengembangkan diri di era globalisasi. Pada observasi awal yang dilakukan peneliti di tiga sekolah dasar di Kecamatan Cipocok, Kota Serang, belum tersedia data mengenai minat baca di masing-masing sekolah dasar serta belum adanya data minat baca di sekolah dasar di Kota Serang. Hal-hal tersebut yang mendasari munculnya penelitian minat baca ini. Penelitian ini bermaksud untuk menggambarkan minat baca di sekolah dasar di Kota Serang, khususnya pada siswa kelas V, serta untuk mengetahui faktor pendorong dan penghambat minat baca. Studi deskriptif ialah metode yang diterapkan dalam penelitian ini sebagai langkah ilmiah untuk mencitrakan keadaan minat baca di sekolah dasar di Kota Serang. Enam kecamatan yang terdapat di Kota Serang menjadi tempat penelitian, masingmasing kecamatan dipilih satu sekolah dasar secara acak untuk diteliti. Adapun enam kecamatan tersebut diantaranya Walantaka, Curug, Cipocok, Taktakan, Serang, dan Kasemen. Penelitian ini dimulai dengan penyebaran angket yang berisi 20 soal dengan lima indikator minat baca di dalamnya. Selain penyebaran angket, penelitian menyertakan wawancara terhadap kepala sekolah, guru kelas V, serta pustakawan. Untuk menambah keabsahan data, peneliti juga mengadakan observasi untuk melihat keadaan perpustakaan. Hasil angket yang diisi oleh siswa dari enam sekolah setelah diolah memperlihatkan nilai 62% untuk total minat baca di Kota Serang. Dalam pengklasifikasikan yang telah dikonsepkan, hasil tersebut berada pada taraf minat baca sedang. Faktor penghambat minat baca diantaranya ketersediaan buku yang menarik, fasilitas dan jadwal kunjungan wajib perpustakaan, serta motivasi. Sedangkan faktor penghambat minat baca meliputi faktor internal siswa, diantaranya keinginan, tindakan, dan tanggapan siswa terhadap kegiatan membaca yang masih kurang, serta lingkungan di luar sekolah yang belum mendukung tumbuhnya minat baca. Kata Kunci: Minat Baca, Sekolah Dasar, Kota Serang.
1
Penulis Dosen Pembimbing 3 Dosen Pembimbing 2
Dwi Novi Antari, Nenden Sundari, Neneng Sri Wulan. Studi Deskriptif Minat Baca Siswa Sekolah Dasar Kelas V Di Kota Serang.
Descriptive Studyof InterestReading atFifthGradeStudents of ElementarySchools in Serang City Abstract Reading becomes one of the important aspects of literacy. These aspects are aspects of developing other aspects of the activity literate. Reading is also a skill that must be owned by the students to increase their knowledge and develop themselves in this era of globalization. In preliminary observations by a researcher at three elementary schools in SubdistrictCipocok, Serang City, it has not available data on interest reading at each elementary schools and the lack of interest read data in elementary school in Serang City itself. Those things that underlie to research that interest reading in elementary school. This research aimed to describe the interest reading in elementary schools in Serang city, especially in class V, as well as to identify factors driving and inhibiting reading interest. Descriptive study is the method used in this study as a scientific step to represent the condition of interest reading in elementary schools in the city of Serang. Six subdistricts located in Serang city a place of research, each district selected an elementary school at random to be scrutinized. The six subdistricts are Walantaka, Curug, Cipocok, Taktakan,Kasemen. The research began with a questionnaire containing 20 questions with five indicators of reading interest in it. The questionnaire was filled by fifth-grade students at elementary schools that have been selected. In addition to a questionnaire, the study was also conducted by interviewing principals, teachers grade V, and librarian each elementary school. To increase the validity of the data, the researcher also observation to determine the state of the library that facilitates the reading interest of students in the school. The results of a questionnaire completed by students from six schools after treatment showed 62% of the total value of reading interest in the city of Serang. In the categorization that has been provided, the results make the reading interest criteria average. Other findings in this research are still a school that does not have a library, which is in SubdistrictKasemen. Keywords: Descriptive Study, Reading Interest, Elementary School.
Kalimaya, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016
Dunia pendidikan erat kaitannya dengan kegiatan literasi, terutama pada aspek membaca. Aspek membaca pada kegiatan literasi menjadi kunci untuk mengembangkan aspek-aspek lain seperti menulis atau menyimak. Keterampilan yang diajarkan pertama kali oleh guru sejak di bangku sekolah dasar atau sejak usia tertentu di lingkungan keluarga ini memiliki fungsi yang sangat penting. Membaca bukan hanya sebagai modal untuk kelancaran dalam pembelajaran di kelas tetapi juga bekal penting yang harus dimiliki untuk masa depan. Membaca memiliki manfaat serta peran penting dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan membaca yang baik mampu menjadi pondasi untuk memperoleh informasi di masyarakat dan mengembangkan diri di era modern. Segala informasi yang hadir saat ini lebih didominasi oleh kata-kata, terlebih memasuki masa digital yang menyediakan informasi melalui teknologi dengan tampilan kata-kata. Selain itu keterampilan membaca merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dengan dunia pendidikan. Sebagaimana yang dipaparkan oleh Farr (Dalma, 2013, hlm 5) membaca merupakan suatu substansi yang berperan besar dalam pendidikan. Hal ini berarti, orang yang sering membaca, pendidikannya akan maju dan ia akan memiliki wawasan yang ekstensif. Urgensi membaca selain untuk menambah informasi tertentu yang dibutuhkan serta untuk memenuhi hal yang esensial dalam pendidikan. Senada dengan pendapat tersebut, Rahim (2007, hlm 5) juga menyatakan hal penting pada kegiatan sosial berupa aktivitas di dalam masyarakat adalah membaca. Setiap unsur kehidupan di masyarakat baik secara sempit ataupun luas akan melibatkan kegiatan membaca di dalamnya. Maka, pendidikan yang maju akan cenderung diiringi dengan kemampuan membaca yang baik untuk
bisa berperan aktif, dan bermanfaat dalam kehidupan sosial. Salah satu di antara faktor yang mempengaruhi perkembangan pendidikan di negara maju adalah tingginya minat baca dan pembiasaan kegiatan membaca yang mengakar. Minat baca menjadi kunci dalam meningkatkan kegiatan membaca. Hal yang diimplementasikan untuk menghadirkan pembiasaan membaca adalah dengan memupuk hadirnya minat baca. Maka, minat membaca tidak serta-merta bisa hadir tanpa adanya kemauan dan keinginan si pembacanya itu sendiri. Kegiatan membaca yang diikuti dengan minat baca akan menjadi suatu kebiasaan yang bernilai sebab telah menjadi kemaun atau keinginan pembaca dan menjadikan hal tersebut sebagai suatu kebutuhan. Indonesia apabiladibandingkandengannegaramajula innyamasihjauhdalamkontekskegiatanme mbacadanminatbaca. Pernyataan tersebut diperkuat oleh hasil studi UNESCO pada tahun 2013(Nirmala, 2015)yang berisi sebuah perbanding minat baca perindividu di Indonesia yang intinya bahwasatu orang yang membacasebandingdenganseribu orang yang tidakmembaca. Hal tersebut mengindikasikan minat baca di Indonesia secara keseluruhan masih begitu rendah. Kegiatan membaca yang mulai dibiasakan siswa sejak sekolah dasar dengan diiringi minat baca tinggi akan banyak memberi manfaat besar. Di jenjang pendidikan selanjutnya membaca tetap menjadi aspek yang bersifat esensial serta minat baca juga menjadi satu di antara modal utama untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Pembiasaan membaca yang dihadirkan sejak dini akan menjadi bibit yang baik untuk tumbuh di jenjang pendidikan berikutnya. Membacabukupadajenjangpendidi kan di masalalumemiliki cerita yang menyedihkan, dimana pernah terjadi sebuah tragedi yang disebut sebagai
Dwi Novi Antari, Nenden Sundari, Neneng Sri Wulan. Studi Deskriptif Minat Baca Siswa Sekolah Dasar Kelas V Di Kota Serang.
1. 2. 3. 4. 5. 6.
tragedi nol buku untuk siswa Indonesia. Hal ini yangtimbul keenganan untukmembaca yang hingga kini pun belum menjadi suatubudaya. PemerintahmelaluiMendikbudseja k 2015 secaraaktifsudahmenyediakanGerakanLit erasiSekolahsebagaisatu di antaraupayauntukmeningkatkanliterasi di sekolah. Upaya ini diusung untukmenanamkan kebiasaanmembaca pada siswa sekolah dasar. Hal lain yang ingin dipupuk dari gerakan ini ialah
mengenai budi pekerti dari pembiasaan yang baik.Iniberarti, kegiatanmembacadanminatbacaberperan pula sebagaipenumbuhbudipekerti pada siswa sekolah dasar. Beberapa hal tersebut akhirnya menjadi dasar dilaksanakan penelitian ini yang bertujuan untuk memberi paparan atau uraian mengenai minat baca di Kota Serang, khususnya kelas V Sekolah Dasar. Serta untuk menjabarkan faktor pendorong dan penghambat minat baca.
METODE PENELITIAN Metode deskriptif melalui pendekatan kualitatif merupakan metode yang diimplementasikan dalam penelitian minat baca sekolah dasar ini. Metode deskriptif dipilih untuk memenuhi tujuan penelitian, yakni memaparkan serta mencitrakan keadaan minat baca siswa sekolah dasar di Kota Serang. Pemilihan sumber data menyertakan teknik sampel random atau acak. Sumber data yang disertakan yaitu siswa kelas V sekolah dasar. Pengambilan sumber data diambil dari lokasi keberadaan sekolah dasar yang bersangkutan berdasarkan kecamatan. Kota Serang memiliki 6 kecamatan, yakni Cipocok Jaya, Curug, Kasemen, Kecamatan Serang, Taktakan, dan Walantaka. Adapun sekolah yang dipilih sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: SDN Tembong 2Kecamatan Cipocok Jaya SDN Cipete 2Kecamatan Curug SDN JiputKecamatan Kasemen SDN Umbul Tengah IKecamatan Taktakan SDN SayabuluKecamatan Serang SDN Nyapah 3Kecamatan Walantaka. Teknik pengumpulan data yang diterapkan ialah melalui tiga teknik yang meliputi, kuisioner atau angket, wawancara mendalam, dan observasi partisipan.Pemberian angket yang diadakan dalam penelitian ini untuk
mengetahui capaian siswa dari indikatoryang tersedia. Indikator minat baca pada penelitian ini menyertakan lima aspek yang diambil menurut pendapat Burs dan Lowe (Prasetyono, 2008, hlm 59). Angket yang dibagikan pada siswa terdiri dari 20 soal yang dikembangkan dari lima indikator minat baca, di antaranya yaitu: 1. Kebutuhan Terhadap Bacaan a. Semangat yang dimiliki siswa jika anjurkan atau dimotivasi untuk membaca buku oleh guru b. Memiliki koleksi buku bacaan di luar buku pelajaran di rumah c. Berkunjung ke bazar ataupameranbuku d. Jenis buku yang biasa dibaca di perpustakaan 2. Tindakan untuk Mencari Bacaan a. Tindakan siswa untuk berkunjung ke perpustakaan sekolah b. Tindakan siswa untuk mengunjungi toko buku c. Tindakan siswa untuk membeli buku bacaan d. Menabung uang jajan untuk membeli buku bacaan sendiri e. Berkunjung ke taman baca masyarakat atau perpustakaan yang ada di sekitar rumah 3. Rasa Senang terhadap Bacaan a. Rasa suka dalam membaca buku b. Aktivitas membaca di rumah c. Membaca menjadi salah satu hobi
Kalimaya, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016
d. Jenis buku ataubacaan yang disukai 4. Keinginan untuk Membaca a. Aktivitas membaca buku di rumah b. Jumlah buku yang dimiliki di rumah c. Kegiatan yang biasa dilakukan di perpustakaan 5. Menindaklanjuti Apa yang Dibaca a. Membuat ringkasan hasil buku bacaan yang telah dibaca b. Bertanyakepada guru atau orang tuabilaada yang tidakdimengertiketikamembaca buku HASIL DAN PEMBAHASAN 1. HASIL PENELITIAN Penelitian ini diawali dengan penyebaran angket pada siswa di sekolah yang dipilih untuk mewakili setiap kecamatan yang ada di Kota Serang. Setelah angket disebar pada enam sekolah yang mewakili tiap kecamatan, kemudian peneliti mengecek hasil isian angket siswa menjadi persentase sehingga peneliti dapat melihat secara khusus capaian indikator minat baca di tiap sekolah dasar. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Hamalik (Sudarsana dan Bastiano, 2007, hlm 5.5) minat baca memiliki beberapa indikator yang meliputi faktor berap faktor, yakni faktor internal yang tumbuh dari motivasi dalam diri sendiri dan faktor eksternal yaitu hal-hal di luar diri sendiri. Penelitian ini juga diterapkan dengan menggunakan observasi pada siswa yang secara acak dipilih dari hasil angket yang diisi, hal ini disertakan untuk melihat kebenaran pengisian angket, yakni merupakan wawancara mendalam terkait kegiatan membaca siswa di sekolah ataupun di rumah. Peneliti juga melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang berkenaan dengan minat baca di sekolah.Upaya tersebut untuk memperoleh citraan minat
c. Membicarakan atau menceritakanisibukubacaankepadao rang lain. Untuk menambah keabsahan data, selain melakukan penyebaran angket pada siswa kelas V pada 6 sekolah dasar di Kota Serang, dilakukan pula wawancara terhadap kepala sekolah, guru kelas V, dan pustakawan dengan pertanyaan seputar minat baca, serta diadakan juga observasi ke sekolah untuk melihat kondisi perpustakaan. Hasil wawanacara juga observasi yang telah diadakan akan disertakan sebagai data pendukung angket. baca. Kepala sekolah sangat berperan penting
untuk menghadirkan kebijakan di sekolah terlebih untuk memfasilitasi siswa dengan adanya perpustkaan. Guru memilikiperan yang sangat central dalam proses pembelajaran siswa di kelas juga dalam pemberian pembiasaan berupa kegiatankegiatan yang mengarah pada penumbuhan minat baca. Begitu juga dengan pustakawan sebagai teknisis tunggal dalam kegiatan di perpustakaan. Ketiganya berperan penting dalam memberi uraian atau kondisi minat baca di sekolah masingmasing. Senada dengan hal tersebut, Soeatminah (Rahmi, 2015, hlm. 27) mengungkapkan faktor luar yang mempengaruhi minat baca meliputi jenis bahan bacaan berupa buku apa yang dibaca serta lingkungan sekitar individu untuk mendukung tumbuhnya minat baca. Berdasarkan data angket yang diisi siswa, kemudian diolah sehingga menghasilkan nilai persentase persoal. Persentase persoal tersebut dihitung kembali sehingga memperoleh persentase perindikator. Soal yang tersedia dalam angket merupakan pengembangan dari lima indikator, sehingga 20 soal yang disajikan dalam angket diklasifikasikan
Dwi Novi Antari, Nenden Sundari, Neneng Sri Wulan. Studi Deskriptif Minat Baca Siswa Sekolah Dasar Kelas V Di Kota Serang. berdasarkan indikatornya. Masing-masing indikator tersebut diolah menjadi persentase minat baca. Nilai yang didapat merupakan nilai presentasi yang dicapai persekolah yang yang dipilih dari setiap kecamatan. Sekolah yang dipilih dalam penelitian ini merupakan perwakilan kecamatan. Berikut ini ialah hasil persentase minat baca perkecamatan yang telah dianalisis: 4. 35 Tabel Persentase Minat Baca di Kota Serang Kecamatan Cipocok Kasemen Curug Walantaka Taktakan Serang
Perolehan Persentase 59% 50% 66% 69% 63% 67%
Dari data di atas, dapat dilihat gambaran nilai-nilai persentase minat baca yang ada di Kota Serang. Kecamatan Serang merupakan kecamatan dengan minat baca dari kecamatan lain yang persentase tertinggi, yakni 69%. Sedangkan Kecamatan Kasemen menjadi peraih nilai persentase terendah diantara yang lain, yaitu 50%. Berdasarkan klasifikasi pada skala yang digunakan, maka lima dari enam sekolah sebagai perwakilan kecamatan yang ada di Kota Serang memiliki minat baca yang sedang, yakni 59%, 63%, 66%, 67% dan 69%. Klasifikasi dalam tarif sedang dalam minat baca pada penelitian ini adalah dari 55% hingga 75%. Satu kecamatan lainnya, yakni Kecamatan Kasemen masih dalam tarif minat baca rendah dengan nilaian capaian 50%. Persentase untuk klasifikasi minat baca rendah berada pada rentang, antara 40%50%. Hal ini sebagaimana yang diungkap oleh kepala sekolah SDN Jiput Kecamatan Kaseman yang masih belum memiliki perpustakaan untuk memfasilitasi siswa dalam hal minat baca di sekolah. Jawaban
yang disampaikan oleh kepala sekolah tersebut ternyata serupa dengan hasil angket yang telah diisi siswa, berupa nilai persentase minat baca. Seperti yang diungkapkan kepala sekolah SDN Jiput tersebut bahwa minat baca di sekolahnya masih belum bisa difasilitasi dan memungkinkan rendahnya minat baca siswa disana. Hasil persentase minat baca persekolah yang didapat mewakili kecamatan yang ada di Kota Serang kemudian dihitung persentase akhir untuk menentukan tingkat minat baca di Kota Serang. Dari keenam persentase minat baca yang mewakili kecamatan yang ada di Kota Serang dapat dicari persentase secara keseluruhan, yakni dengan mengakumulasikan hasil persentase yang ada kemudian membaginya dengan jumlah kecamatan di Kota Serang sehingga menghasilkan satu nilai persentase. Dari total 6 kecamatan didapatkan rerata nilai 62%. Pada skala yang digunakan dalam menentukan kategori minat baca, nilai yang dihasilkan dari presentasi minat baca di Kota Serang masuk ke dalam kategori sedang. Sehingga dapat ditafsirkan jika secara umum minat baca siswa sekolah dasar kelas V di Kota Serang dalam kategori sedang. 2. PEMBAHASAN Permasalahan yang ditemukan pada penelitian minat baca ini antara lain terkait peran perpustakaan. Sebagaimana perpustakaan yang menjadi salah satu kunci terpenting dalammenumbuhkan minat baca pada siswa. Semua perpustakaan yang diteliti masih belum memiliki pustakawan tenaga ahli yang sesuai. Seperti yang diakui oleh beberapa kepala sekolah, pihak sekolah lebih mengutamakan pengrekrutan guru dengan jam mengajar longgar, atau pegawai lain yang bisa mengisi posisi sebagai pustakawan. Hal ini berdampak pada beberapa hal terkait kemaksimalan peran pustakawan. Dari enam sekolah dasar yang diteliti, tidak ada satu sekolahpun yang mampu menunjukkan kelengkapan
Kalimaya, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 administrasi, yang meliputi daftar jumlah buku, buku pengunjung, atau buku peminjaman. Selain itu jika pun adabuku yang tersedia tetapi tidak ada edisi yang terbaru, atau data-data dalam buku admistrasi yang sudah lama tidak digunakan, yakni sudah tahun-tahun lalu. Sebagaimana yang dinyatakan oleh beberapa kepala sekolah dari SDN di Kota Serang yang menjadi sumber data penelitian ini, tenaga perpustakan sebagai petugas yang direkrut merupakan guru yang memiliki jam mengajar longgar atau petugas operator sekolah yang merangkap tugas. Selain masalah pengrekrutan pegawai perpustakaan yang belum sesuai, ada hal lain mengenai perpustakaan yang membuat peneliti resah yaitu masih adanya sekolah yang belum memiliki gedung perpustakaan. Masih ditemukan sekolah yang tidak memiliki perpustakaan, hal ini kemudian mempengaruhi persentase minat baca seperti yang diulas sebelumnya terlebih sekolah-sekolah tersebut masih berada dalam lingkup Kota Serang yang merupakan pusat pemerintahan Provinsi Banten. Ini menjadi hal yang memprihatinkan. Ada pula sekolah yang hanya memiliki banyak buku pelajaran dan kurangnya variasi buku bacaan yang tidak termasuk ke dalam buku pelajaran. Selain perpustakaan, tindakan siswa untuk mencari bacaan masih terklasifikasi rendah. Hal ini dibuktikan dengan indikator yang berisi presentase rendah di beberapa sekolah yang diteliti. Tindakan siswa terhadap pencarian buku merupakan usaha dari diri siswa untuk memenuhi minat baca pada diri sendiri. Dipastikan jika indikator ini tidak terpenuhi, pembiasaan pada dirinya tidak akan terbentuk. Serupa dengan hal tersebut, indikator mengenai kebutuhan siswa terhadap bacaan juga menjadi indikator yang rendah. Alasan yang banyak disampaikan oleh siswa saat diwawancarai adalah karena membaca bukan hobi atau kegiatan yang disukai. Ketersediaan buku yang kurang di sekitar lingkungan juga
menjadi alasan minimnya rasa membutuhkan siswa pada kegiatan membaca. Indikator yang beberapa kali muncul dalam persentase tinggi di beberapa sekolah adalah indikator mengenai keinginan yang dimiliki siswa dalam membaca. Minat baca memang dimulai dari adanya motivasi dalam diri sendiri, tetapi hal ini menjadi suatu kendali jika ternyata jika usaha untuk mendapatkan bacaan tidak dilakukan secara maksimal. Begitu pula jika fasilitas seperti perpustakaan dan taman baca masyarakat tidak berperan maksimal dalam memenuhi indikator ini. Hal berikutnya yang akan dipaparkan ialahfaktor-faktor yang mendukung maupun menghambat minat baca, dalam pembahasan ini faktor tersebut merupakan pendapat berbagai pihak yang terlibat dalam penelitian ini, yakni narasumber tiap sekolah dari hasil wawancara dan berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti. a. Faktor Pendukung Minat Baca Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, hal-hal yang mendukung tumbuhnya minat baca pada siswa sekolah dasar, khususnya pada siswa kelas V SD di Kota Serang adalah sebagai berikut; 1.) Ketersediaan buku bacaan yang menarik Sebagaimana yang disampaikan oleh beberapa guru kelas V di kecamatan Kota Serang saat diwawancara, bahwasanya buku cerita bergambar mampu membuat anak senang ketika membaca. Kebosanan akan melanda siswa terhadap buku yang dibaca karena hanya berisikan tulisan penuh. Hal ini didukung oleh pendapat Dalman (2013, hlm 141) yang menyatakan bahwa minat baca merupakan suatu tindakan yang melibatkan proses pemahaman kata demi kata, suatu gagasan dalam teks yang ditelaah, dan keseluruhan isi dalam tulisan. Maka kegiatan membaca suatu bacaan harus didukung dengan halhal yang menarik di dalamnya, salah satunya gambar-gambar yang menarik
Dwi Novi Antari, Nenden Sundari, Neneng Sri Wulan. Studi Deskriptif Minat Baca Siswa Sekolah Dasar Kelas V Di Kota Serang. perhatian siswa dan yang disenangi siswa karena membaca merupakan proses pemahaman yang panjang. 2.) Fasilitas yang terdapat di perpustakaan Perpustakaan sebagai tempat untuk siswa agar mudah mengaskses buku di sekolah menjadi penunjang utama untuk menumbuhkan minat baca di lingkungan sekolah. Sama halnya dengan yang diungkapkan oleh beberapa kepala sekolah saat menjawab soal mengenai keadaan minat baca di sekolah.Perpustakaan membantu sekolah untuk aktif mengajak siswa untuk membaca, yakni dengan mengadakan jadwal bergilir untuk mengunjunggi perpustakaan di hari-hari tertentu sesuai tingkat kelas. 3.) Kunjungan ke perpustakaan yang bersifat wajib Beberapa sekolah dalam penelitian ini sudah konsep berupa jadwal giliran untuk siswa. Hal ini dinilai kepala sekolah sebagai langkah efektif untuk mulai menumbuhkan budaya dalam taraf baca siswa.Terciptanya aturan ini pula membantu siswa untuk mengingat keberadaan perpustakaan di sekolah. hal ini didasari terhadap aktivitas siswa yang lebih dominan bermain dan membeli makan di kanting daripada berkunjung ke perpustakaan. 4.) Motivasi yang berulang-ulang Guru sebagai panutan utama di kelas dan di sekolah berperan penting memberi arahan siswa untuk aktif membaca. Usaha yang dilakukan oleh guru secara terus menerus dapat mendorong minat siswa membaca. Dalam implementasinya, guru dapat menyelipkan pembelajaran yang mengarah pada pembentukan minat baca pada siswa, seperti membentuk kelompok belajar untuk membaca, mengadakan pembiasaan membaca 15 menit sebelum belajar dimulai, hingga memberi tugastugas yang berkaitan dengan aktivitas membaca. b. Faktor Penghambat Minat Baca Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, hal-hal yang menghambat
minat baca, khususnya pada siswa kelas V SD di Kota Serang adalah sebagai berikut: 1) Tidak adanya keinginan untuk membaca Motivasi yang timbul dari diri sendiri merupakan salah satu faktor internal dari minat baca dalam pandangan Hamanik (Sudarsana dan Bastiano, 2007, hlm. 5.5). Merujuk pada hasil angket dari siswa kelas V SDN di Kota Serang, indikator mengenai keinginan siswa untuk membaca di beberapa SDN tidak dipenuhi secara maksimal oleh siswa. Hal demikian karena dalam diri siswa sendiri masih belum terpupuk keinginan untuk membaca. Jika faktor internal pada diri siswa belum menunjukkan kemaksimalan maka akan menimbulkan banyak faktoryang bersifat menghambat lainnya. 2) Kurang adanya tindakan siswa dalam usaha memperoleh bacaan Selain keinginan siswa yang masih rendah, hal lainnya ialah tindakan siswa dalam mencari bahan bacaan yang masih kurang. Salah satu indikator membaca menurut Burs dan Lowe (Prasetyono, 2008, hlm 59) adalah adanya tindakan atau suatu usaha untuk membaca. Banyak faktor yang mempengaruhi hal ini, selain karena keinginan membaca yang kurang juga karena fasilitas buku yang belum cukup memadai di perpustakaan. 3) Kurang menanggapi motivasi yang telah diberi untuk aktif membaca Motivasi yang dilakukan guru di kelas berdasarkan hasil wawancara bahwasannya yang telah dilakukan sudah maksimal, tetapi siswa-siswa kurang menanggapi. Hal tersebut dikarenakan, siswa hanya aktif di sekolah dalam pelaksanaan kegiatan membaca tetapi tidak dapat dikontrol di luar sekolah. 3) Lingkungan di luar sekolah yang kurang mendukung
Kalimaya, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 Dari hasil wawancara dan hasil angket siswa dapat diketahui bahwa banyak kepala sekolah dan siswa yang kurang mengetahui keberadaan taman baca masyarakat. Hadirnya taman baca masyarakat dinilai dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam kegiatan membaca di luar sekolah. Pembiasaan orang tua sebagai lingkungan utama di luar lingkungan KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil pengolahan data dari tanggapan siswa di enam kecamatan di Kota Serang, dapat disimpulkan bahwa minat baca siswa kelas V di Kota Serang dalam ketegori sedang, yakni 62%. Merujuk pada hasil wawancara, faktor pendukung minat baca meliputi ketersedian buku bacaan yang menarik, fasilitas dan jadwal kunjungan ke perpustakaan sekolah, juga motivasi di luar diri siswa. Sedangkan faktor yang menghambat ialah faktor internal, di antaranya keinginan dan tindakan dalam mencari bacaan yang masih kurang, juga kurangnya siswa dalam menanggapi motivasi yang didapat, serta lingkungan di luar sekolah yang kurang mendukung tumbuhnya minat baca. Dari kesimpulan yang telah dijelaskan merupakan keseluruhan hasil penelitian, hal yang dapat disarankan, di antaranya kepada Pemerintah Kota Serang khususnya Dinas Pendidikan untuk memperhatikan pengadaan perpustakaan di sekolah yang minat bacanya rendah. Sekolah sebagai tempat memperoleh pendidikan juga harus terus memaksimalkan usaha menumbuhkan budaya minat baca. Serta dukungan orang tua dalam memberi pembiasaan membaca.
sekolah juga menjadi nilai utama dalam penumbuhan dan pencapaian minat baca. Sebagaimana yang disampaikan oleh Tampubolon (1993, hlm 45) bahwa adanya minat baca salah satunya dipengaruhi oleh peran orang tua. Tetapi banyak siswa yang tidak memiliki pembiasaan membaca di rumah.
BIBLIOGRAFI Dalman. (2013). Keterampilan Membaca. Jakarta: Rajawali Pers. Nirmala, Siska. (2015, 29 Mei). Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mencanangkan gerakan 'Membaca 10 Menit Sehari'. Tempo [Online]. Diakses dari: http://www.pikiranrakyat.com/pendidikan/2015/05/29/32 9082/kemendikbud-canangkangerakan-membaca-10-menit-sehari. [6 Februari 2016]. Prasetyono, Dwi Sunar. (2008). Rahasia Mengajarkan Gemar Membaca padaAnak Sejak Dini. Yogyakarata: Think. Rahim, Farida. (2015). Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara. Sudarsono, Undang-Bastiano, 2007. Pembinaan Minat Baca. Jakarta: Universitas Terbuka. Tampubolon. (1993). Mengembangkan Minat dan Kebiasaan Membaca pada Anak. Bandung: Angkasa.