Kalibrasi Transmitter Set VHF El. 752 Bandara Soekarno Hatta Aris Hidayat 21060110141037 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jln. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia ABSTRAK Sistem komunikasi penerbangan adalah hal yang penting dalam perjalanan pesawat dari posisi take off awal keberangkatan sampai proses landing di tempat tujuan. Dalam hal ini pesawat membutuhkan rambu rambu udara untuk mencapai titik lokasi yang dituju. Dalam hal ini komunikasi antar ATC (Air Traffic Controller) dengan pilot adalah hal yang sangat penting, karena ATC yang akan mengarahkan pilot agar pesawat mencapai titik tujuan. Pada tahap awal saat pesawat akan mulai take off atau start engine semuanya itu di control oleh ADC. Setelah lepas dari kawasan bandara pesawat akan menyesuaikan frekuensi dengan ATC yang akan dikontrol oleh APP. APP ini berfungsi sebagai pemberi informasi ke arah mana seorang pilot akan membawa pesawatnya. Tahapan selanjutnya adalah ACC apabila seorang pilot akan melakukan penerbangan internasional maka sektor dan frekuensi inilah yang akan digunakan.Untuk mengirimkan informasi itu semua dari ATC ke pesawat salah satunya menggunakan perangkat transmitter VHF EL. 752. Untuk menangani agar informasi yang diberikan dari ATC ke pilot mempunyai suara yang jernih, maka di lakukan maintenance dan kalibrasi pada perangkat transmitter VHF EL. 752. Kata kunci: ATC, ADC, APP, ACC, kalibrasi, transmitter set VHF EL. 752
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bandara Internasional Soekarno Hatta seperti yang kita ketahui adalah bandara internasional dimana kita mendapatkan jasa penerbangan baik untuk dalam negeri ataupun luar negeri. Bandara Soekarno Hatta juga tidak hanya melayani jasa penerbangan tetapi terdapat juga pusat pengendalian komunikasi yang mengontrol semua penerbangan yang melalui Bandara Soekarno Hatta. Seperti yang telah diketahui sistem komunikasi ini sangat penting dan tidak dapat terputus dalam kondisi apa pun , karena jika terputus dapat membahayakan jalur penerbangan dan komunikasi antara bandara dengan pesawat. Air Navigation yang khusus membidangi teknik elektronika memiliki divisi dan dinas yang mengatur komunikasi yang terjadi di bandara. Dibutuhkan banyak pengaturan untuk mengontrol komunikasi antar pesawat dan antar bandara. Maka dari itu penulis merasa tertarik sekali untuk mengetahui lebih dalam mengenai radio komunikasi penerbangan yang khususnya mengatur lancarnya jalan komunikasi, sebab komunikasi ini merupakan hal yang sangat penting dalam penerbangan dalam menjaga kondisi keselamatan penerbangan. Salah satu dinas teknik yang mengatur komunikasi pesawat dari dalam maupun luar negeri di Bandara Soekarno-Hatta, yaitu Dinas
radio komunikasi(Radkom). Radkom menangani komunikasi aerodrome control(ADC), Approach Control(APP), Area Control Centre(ACC), Major World Air Route Area(M. Wara), dan Regional Domestik Air Route Area(R. Dara). 1.2 MAKSUD DAN TUJUAN Maksud dan tujuan dilaksanakannya Kerja Praktek ini antara lain : 1. Sebagai syarat dalam mengambil mata kuliah kerja praktek 2. Sebagai pertanggungjawaban atas hasil pelaksanaan praktek kerja 3. Sebagai salah satu cara memperluas gagasan dan tukar pengalaman 4. Untuk mengkomunikasikan akademis
hasil-hasil
5. Untuk menjalin hubungan kerja sama antara dunia kerja dengan dunia pendidikan. 1.3 WAKTU DAN PELAKSANAAN
TEMPAT
Kerja praktek ini berlangsung mulai tanggal 15 Juli 2013 dan berakhir pada tanggal 15 Agustus 2013, di PERUM Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI) Air Navigation bidang teknik elektronika divisi
teknik telekomunikasi penerbangan teknik radio komunikasi.
dinas
bidang kerja lokasi yang dilakukan, serta menguraikan alat pada transmitter set VHF EL. 752 dan cara kalibrasi pada alat tersebut.
1.4 RUANG LINGKUP MASALAH Untuk menyederhanakan permasalahanpermasalahan yang timbul di dalam melakukan pengamatan dan analisa parameter, maka penulis membatasi pada bidang system komunikasi penerbagan yang kegiatannya meliputi: 1. Mempelajari prinsip dari sistem komunikasi penerbangan 2. Mengetahui secara umum cara kerja sistem komunikasi penerbangan 3. Pembagian secara umum sektor-sektor dalam sistem komunikasi penerbangan 4. Mempelajari cara pengkalibrasian sistem transmitter set.
Bab V
PENUTUP
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran yang diperoleh dari hasil analisa pembahasan sehingga dapat memberikan manfaat yang berarti. BAB II PROFIL PERUSAHAAN 2.1
Air Navigation
1.5 SISTEMATIKA PENULISAN Adapun sistematika penulisan dari Kerja Praktek ini meliputi : BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini berisikan tentang latar belakang, maksud dan tujuan, waktu dan tempatpelaksanaan praktek kerja, ruang lingkup masalah, dan sistematika penulisan. BAB II
GAMBARAN PERUSAHAAN
UMUM
Bab ini menguraikan tentang profil dari lembaga yang digunakan sebagai objek penelitian dalam hal ini yaitu Perum LPPNPI Air Navigation. BAB III
DASAR TEORI
Gambar 2.1 Logo AirNav Indonesia Logo AirNav memiliki pita berwarna merah putih (bukan hanya merah) yang dengan cerdas melintas menyiratkan sambungan huruf "A" dan "N". Lintasan pita ini kemudian dipotong oleh jalur pesawat origami berwarna putih sehingga kesan huruf A menjadi sempurna. Dilihat sekilas pun logo AirNav Indonesia bisa dibilang sarat makna. Menurut Dewan Direksi makna atau filosofi lambang LPPNPI (AirNav Indonesia) adalah:
Latar belakang berbentuk lingkaran solid ibarat bola dunia yang bermakna bahwa perusahaan ini berkelas dunia dan warna biru melambangkan keluasan cara berpikir dan bertindak.
Garis lengkung berwarna putih yang melintang ibarat garis lintang yang mengelilingi bumi, melambangkan perusahaan ini siap bekerjasama dengan semua stakeholder yang terkait.
Bab ini akan memberikan gambaran tentang semua data dan dasar teori yang berkaitan dengan penerbangan yang ada di bandara Soekarno-Hatta. BAB IV
SISTEM KOMUNIKASI PENERBANGAN DAN KALIBRASI TRANSMITTER SET VHF EL. 752
Bab ini berisi tentang penjelasan singkat sektor dalam komunikasi penerbangan,
Tulisan "AirNav" adalah kependekan dari Air Navigation atau Navigasi Penerbangan yang menunjukkan identitas perusahaan yang menyelenggarakan pelayanan navigasi penerbangan. Terletak di tengah yang berarti harmoni. Pita berwarna merah putih berbentuk huruf "A" dan "N" melambangkan bahwa perusahaan didirikan atas dasar persatuan dan kesatuan serta didedikasikan untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Antena HF Antena VHF
Pada antenna HF gelombang radio dibagi menjadi dua bagian yaitu : 1. Sky Wave pancarannya diarahkan keudara bebas dan dipantulkan oleh lapisan ionosfer kembali ke bumi 2. Ground Wave dibagi menjadi :
Bentuk pesawat kertas berwarna merah putih yang mengudara melambangkan bahwa perusahaan ini siap membawa Indonesia menuju bangsa yang maju dan disegani oleh dunia Internasional.
2.2 Visi & Misi 2.2.1 Visi: Menjadi partner terpercaya 2.2.2 Misi:
Menyediakan layanan lalu lintas penerbangan yang aman, nyaman dan ramah lingkungan. Memenuhi ekspektasi pemilik modal dan regulator. Meningkatkan mutu, kinerja dan karier personil.
BAB III DASAR TEORI 3.1 Tranceiver Tranceiver adalah suatu sistem yang dikembangkan untuk proses penyampaian dan penerimaan informasi, juga didefinisikan sebagai proses pengiriman sinyal informasi ke suatu sistem jaringan.
3.2 Antena Peralatan ini digunakan untuk memancarkan atau menerima sinyal informasi. Antena adalah sistem pemancar terbagi menjadi dua bagian yaitu:
Space wave : Pancaran sejajar dengan permukaan tanah tetapi tidak menyentuh tanah. Survace Wave : Tidak dapat untuk komunikasi jarak jauh karena diserap tanah. Ground Reflected Wave :Pancaran yang disampaikan ke ionosfer dipantulkan kembali ke bumi.
3.2 Modulasi Modulasi adalah proses dimana sinyal informasi dari sumber diubah kebentuk sinyal lain yang lebih sesuai dengan saluran transmisi yang tersedia. Modulasi juga digunakan untuk menentukan menekan pengaruh derau. 3.3 Media Transmisi Sinyal yang akan diperoleh diperalatan pemancar harus disalurkan ke tempat tujuan melalui suatu media transmisi (chanel) pada media tansmisi ini sinyal merambat dalam bentuk gelombang elektromagnetik dengan kecepatan maksimum 300.000 KM/det. 3.4 Noise Noise dapat diartikan sebagai sifat-sifat listrik banyaknya bentuk-bentuk energi yang tidak diinginkan, cenderung mengganggu pada penerima dan membentuk sinyal yang tidak digunakan karena banyak gangguan sifat listrik, maka menghasilkan noise pada pesawat penerima. 3.5 Penerima (Rx) Pada peralatan penerimaan terdapat peralatan demodulasi yaitu peralatan yang
digunakan untuk merubah sinyal dari bentuk gelombang elektro magnetik menjadi gelombang informasi. 3. 6 Komunikasi Radio Penerbangan Komunikasi radio dilingkungan penerbangan dikelompokan dalam komunikasi antar stasiun penerbangan yang lebih dikenal dengan Aeronautical Fixed Service (AFS) dan komunikasi a. Komunikasi Antar Stasiun Penerbangan Komunikasi antar stasiun penerbangan dalam istilah lain disebut sistem komunikasi point to point diperlukan dalam rangka pertukaran informasi berita penerbangan antar petugas diunit Air Traffic Sevice (ATS) b. Komunikasi Lalu Lintas Penerbangan Komunikasi anatara petugas ATC dengan penerbangan dalam rangka pelayanan lalu lintas udara berupa pemberian informasi atau pengendalian untuk keperluan komunikasi darat atau udaranya biasanya digunakan perlatan VHF A/G atau High Frequency (HF) RDARA atau MWARA pada daerah yang tidak terjangkau pancaran VHF seperti di atas lautan atau di bawah yang sulit dipasang peralatan VHF. 3.7 Peralatan VHF A/G Peralatan VHF A/G yang digunakan untuk komuniksi lalu lintas penerbangan diklasifikasikan berdasarkan penggunaan pada ruang udara yang menjadi kewenangan petugas pengatur lalu lintas udara yang menggunakan: 1. Aerodrome Flight Information Service (AFIS) Pelayanan pemberian informasi kepada pesawat udara yang akan berangkat atau datang di Bandar udara. Informasi tersebut meliputi keadaan cuaca, keadaan fasilitas navigasi, keadaan Bandar udaraan itu sendiri, ada atau tidak udara lain yang beroperasi di bandar udara dan mungkin yang membahayakan pesawat udara yang akan datang atau berangkat di Bandar udara tersebut serta informasi yang berkaitan lainnya.
2. Aerodrome Control (ADC) Unit pelayanan lalu lintas yang memberikan pelayanan pengendalian ruang udara di bandara udara termasuk pelayanan pendaratan atau pelayanan lepas landas pesawat udara. 3. Approach Control (APP) Unit pelayanan lalu lintas udaralalu yanglintas penerbangan memberikan pelayanan pengendalian ruang udara jelajah. Peralatan komunikasi yang digunakan untuk pelayanan unit ini biasanya VHF Towerset tanpa voice recorder. 4. Area Control Center (ACC) Unit pelayanan lalu lintas udara yang memberikan pelayanan pengendalian ruang udara jelajah. Peralatan yang digunakan untuk pelayanan adalah VHF yang untuk memperluas cakupan biasanya menggunakan VHF extended Range (ER) yang dioperasikan dari pesawat control. 5. ATIS, fasilitas di bandara yang secara terus menerus menyiarkan informasi penting seperti cuaca, R/W in use dan terminal area. 3.8 Fasilitas Komunikasi Penerbangan Fasilitas Komunikasi Penerbangan dapat dikelompokkan atas dua kelompok yaitu Peralatan Komunikasi Antar Stasiun Penerbangan Aeronautical Fixed Services (AFS) dan Peralatan Komunikasi Lalu Lintas Penerbangan Aeronautical Mobile Services (AMS). Peralatan Komunikasi Antar Stasiun Penerbangan (AFS) Komunikasi Antar Stasiun Penerbangan yaitu hubungan atau komunikasi antara tempat-tempat yang tetap dan tertentu pointto-point. Peralatan-peralatan yang digunakan adalah: a. Automatic Message Switching Centre (AMSC) Sarana komunikasi teleprinter antar unitunit ATS point to point dengan memakai sistem transmisi satelit VSAT, dimana berfungsi sebagai pengontrol berita.
b. Teleprinter Machine Peralatan komunikasi yang digunakan untuk mengirim dan menerima beritaberita penerbangan dalam bentuk berita tertulis, dimana peralatan ini terhubung dengan suatu jaringan yang mencakup seluruh dunia yang ditetapkan. c. HF SSB Transceiver Peralatan komunikasi yang digunakan untuk melakukan pertukaran berita penerbangan melalui suara atau untuk koordinasi antar unit-unit Air Traffic Services (ATS), dalam bentuk Single Side Band. d. Very Small Aperture Terminal (VSAT) Fasilitas transmisi dimana pemancar dan penerimanya pada frekuensi yang berbeda sehingga komunikasi dapat berlangsung secara full duplex dengan menggunakan media satelit. e. Radio Link Suatu pemancar dan penerima dengan frekuensi yang berbeda sehingga komunikasi dapat berlangsung secara full duplex. f. Direct Speech Peralatan komunikasi yang digunakan untuk melakukan pertukaran berita secara langsung khusus untuk koordinasi antar unit–unit Air Traffic Services (ATS). g. ATS Message Handling System (AMHS) Sistem di dalam ATN yang digunakan untuk menggantikan AFTN atau suatu struktur jaringan hubungan komunikasi seluruh dunia yang ditetapkan berdasarkan ketentuan ICAO (Annex 10, Volume II), dimana berita secara tertulis disimpan dan disalurkan dengan menggunakan prosedur yang berorientasi pada karakter dalam melakukan pertukaran berita-berita penerbangan. b.
VHF A/G (AFIS, ADC, APP) Peralatan tranceiver (pemancar dan penerima) yang digunakan untuk
h. ATN System (Ground – Ground)
Jaringan global yang menyediakan komunikasi digital untuk sistem automasi yang mencakup Air Traffic Service Communication (ATSC), Aeronautical Operational Control (AOC), Aeronautical berdasarkan ketentuan ICAO Ae Administrative Communication (AAC) dan Aeronautical Passenger Communication (APC). i. HF Data Link Untuk komunikasi darat - udara digunakan di daerah oceanic dan ruang udara dengan lalu lintas sedikit. Kombinasi penggunaan HF Data Link dengan AMSC akan meningkatkan availabilitas karena dual redundant. Peralatan Komunikasi Lalu Lintas Penerbangan (AMS) Komunikasi lalu lintas penerbangan yaitu hubungan atau komunikasi timbal balik antara pesawat udara dengan unit–unit ATS di darat. Peralatan–peralatan yang digunakan adalah: a. High Frequency Air/Ground Communication (HF A/G)
Peralatan tranceiver atau pemancar frekuensi yangdan berbeda sehingga k penerima yang digunakan untuk komunikasi antara pilot pesawat udara dengan unit-unit ATS (FSS, FIC) dalam bentuk suara yang bekerja pada frekuensi HF. Ditujukan untuk melayani suatu daerah tertentu yang dibagi atas dua wilayah yaitu: 1. Regional and Domestic Air Route Area (RDARA ), untuk pelayanan penerbangan domestik dengan menggunakan pemancar sebesar 1 KW atau lebih kecil. 2. Major World Air Route Area (MWARA), untuk pelayanan penerbangan dengan area yang lebih luas dengan menggunakan pemancar sebesar 3-5 KW. komunikasi antara pilot pesawat udara dengan pemandu lalu lintas udara (unit ATS) dalam bentuk suara yang bekerja pada frekuensi VHF.
c.
VHF- Extended Range (VHF-ER). Pemancar penerima serta tiang antena VHF yang sangat tinggi ditempatkan di daerah pegunungan atau didaerah dataran tinggi.
VHF - ER (ACC) Untuk memenuhi kebutuhan pelayanan ACC yang mempunyai wilayah tanggung jawab yang sangat luas, maka dibeberapa tempat dipasang peralatan
BAB IV SISTEM KOMUNIKASI PENERBANGAN DAN KALIBRASI TRANSMITTER SET VHF EL 752 4.1 TAHAPAN SEKTOR PENERBANGAN
Terlihat pada gambar 4.1 data dan informasi diolah VSCS yang mengorganisir semua komunikasi yang berhubungan dengan tugas ATC menggunakan tombol simulasi pada layar sentuh kemudian dibawa oleh media transmisi untuk disampaikan pada pesawat di antaranya VSAT dan Ground Cable, akan tetapi untuk ground cable hanya digunakan dalam kawasan bandara. Di dalam pesawat juga terdapat tranceiver akan tetapi yang mebedakannya yaitu dari segi daya yang diberikan. Di pesawat daya tranceiver lebih kecil karena sesuai hukum energi semakin tinggi pesawat semakin kecil pula daya yang dikeluarkan. Pesawat dapat terbang tidak lepas dari peranan Air Traffic Control (ATC). ATC ini berfungsi sebagai pemberi petunjuk dan informasi kepada pilot yang akan menerbangkan pesawat, pemberian informasi mulai dari kelayakan run way sebagai landasan pacu, cuaca terakhir dan trafik penerbangan yang sedang terjadi di udara. Pembagian wilayah menurut keudaraan dibagi tiga yaitu Aerodrume Control (ADC),
Approach Control (APP), dan Area Control Center (ACC). 4.2 SEKTOR DALAM ATC 1. ADC (Aerodrome Control) ADC (Aerodrome Control) adalah pelayanan lalu lintas yang memberikan pelayanan pengendalian ruang udara di sekitar bandar udara termasuk pelayanan pendaratan atau pelayanan lepas landas pesawat udara.
Gambar 4.2 ADC ADC dengan sektor ketinggian 0-2500 feet berfungsi untuk melakukan pelayanan udara di sekitar bandar udara, dibagi menjadi 3 bagian:
Tower
Gambar 4.3 Tower
Pengendali Udara bertanggung jawab atas gerakan-gerakan di landasan pacu serta untuk lalu lintas udara di sekitar bandara. Membersihkan pesawat untuk lepas landas atau pendaratan. Tower menggunakan frekuensi kerja 118.75 MHz, Tx dan Rx terdapat pada gedung 710 dan 720 pada lingkungan bandara Soekarno Hatta.
Ground Control
Ground Control bertanggung jawab atas daerah "gerakan" bandara. Termasuk semua landasan pacu, memegang daerah, dan beberapa daerah atau persimpangan manuver pesawat tiba di mana setelah meninggalkan landasan pacu atau gerbang keberangkatan. Ground Control menggunakan Frekuensi kerja 121.60 MHz. Tx dan Rx terdapat pada gedung 710 dan 720 pada lingkungan bandara Soekarno Hatta.
Delivery
Izin pengiriman adalah posisi yang mengambil koordinasi dengan satu pihak yang bertanggung jawab untuk keseluruhan pengelolaan arus lalu lintas udara di Indonesia dan di sisi lain dalam perjalanan kontrol lalu lintas udara pusat untuk memberikan izin untuk berangkat pesawat. Dalam kondisi normal, hal ini dilakukan secara otomatis. Delivery dengan frekuensi kerja 121.95 MHz Tx dan Rx terdapat pada gedung 710 dan 720 pada lingkungan bandara Soekarno Hatta.
b.
APP (Approach control)
Unit pelayanan lalu lintas udara yang memberikan pelayanan pengendalian ruang udara jelajah . peralatan komunikasi yang digunaka untuk pelayanan unit ini biasanya VHF Towerset tanpa voice recorder. APP hampir ada di seluruh bandara. APP dengan ketinggian 2500-1800 feet . Tx dan Rx terdapat pada gedung 710 dan 720 pada lingkungan bandara Soekarno Hatta.
c.
bertanggung jawab untuk mengendalikan instrumen peraturan penerbangan pesawat di volume wilayah udara tertentu (Flight Information Region). ACC hanya ada di bandara besar, di Indonesia hanya ada di Bandara Soekarno hatta untuk mengawasi regional barat dan bandara di Makasssar untuk mengawasi regional timur.
ACC (Area Control Center)
Dalam kontrol lalu lintas udara, sebuah Area Control Center (ACC), juga dikenal sebagai Pusat, merupakan fasilitas yang
4.3 BIDANG KERJA LOKASI 4.3.1
Maintenance Transmitter
Transmitter atau yang biasa dikenal dengan sebutan pemancar adalah perangkat elektronika yang berfungsi memancarkan gelombang elektromagnetik. Transmitter pada Air Navigation menggunakan gelombang radio HF dan VHF. Gelombang radio tersebut dipancarkan dengan modulasi AM (Amplitude Modulation). Transmitter biasanya didukung oleh sebuah antena. Antena yang digunakan untuk proses komunikasi penerbangan adalah antena jenis Broadband Monopole. Antena ini digunakan agar dapat memancarkan ke segala arah (Omni directional). 4.3.2
Maintenance Receiver
Receiver atau yang juga disebut penerima adalah perangkat yang berfungsi untuk menerima sinyal informasi yang dipancarkan oleh transmittter. Sistem yang digunakan tidak berbeda dengan transmitter. Hal itu dikarenakan agar sinyal yang diterima dapat diterima dengan baik. Receiver memilik fungsi dasar yaitu :
Reception : menerima sinyal yang di pancarkan TX. Tioselcon : memilih salah satu dari beberapa flek Detection : memisahkan sinyal carrier dan sinyal informasi Reproduction : merubah sinyal listrik menjadi sinyal gelombang suara Karakteristik RX: Sensitivity : kemampuan menangkap sinyal yang lemah kemudian dirubah.
Selectivity : kemampuan untuk menolak sinyal yang tidak di inginkan. Fedolity :kemampuan untuk menerima sinyal secara utuh.
Power Meter Reading Power meter reading adalah proses pengukuran yang dilakukan pada perangkat transmitter atau receiver yang berguna untuk mengetahui output dari perangkat transmitter atau receiver.
13. VOLMET : 14. ATIS : Spesifikasi Pemancar VHF : 1.
4.3.3
4.3.4
Pengukuran Modulasi Modulasi adalah proses penumpangan sonyal informasi ke sinyal carrier. Pengukuran modulasi dimaksudkan agar modulasi tersebut bisa sampai pada standar yang ditentukan, yakni 80%. 4.4
RADIO PEMANCAR/TRANSMITTER
Radio pemancar yang dipergunakan pada operasi penerbangan bekerja pada daerah frekuensi HF dan VHF. Klasifikasi frekuensi berdasarkan peraturan CCIR : VLF
:
10 – 30 Khz
LF
:
10 – 300 Khz
MF
:
300 – 3000 Khz
HF
:
3 – 30 Khz
VHF
:
30 – 300 Khz
UHF
:
300 – 3000 Khz
SHF
:
3000 – 30000 Khz
a. Frekuensi Radio VHF Bandara Soekarno-Hatta 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
TWR 1 TWR 2 AN LN AE DE TE EM TW HE HW HW
: : : : : : : : : : : :
118,2 Mhz 118,750Mhz 135,9 Mhz 124,350Mhz 125,450Mhz 127,9 Mhz 127,950Mhz 121,5 Mhz 119,750Mhz 125,550Mhz 123,850Mhz 123,850Mhz
2. 3. 4. 5. 6. -
128,250Mhz 126,850Mhz
Jenis pemancar berfungsi sangat tinggi dengan frekuensi kerja berkisar antara 118 – 137 Mhz. Jenis modulasinya AM (Amplitudo Modulasi) Jarak antara frekuensi 25 Mhz. Prosentasi Modulasi 80%. Pancaran gelombangnya OMNI (menyebar ke segala arah). Pancaran jenis VHF pada Bandara Soekarno-Hatta memiliki 3 jenis power output, yaitu : 100 watt dipergunakan pada ACC. 50 watt dipergunakan pada APP. 10 watt dipergunakan pada ADC.
Keterangan Gambar : 1. Osilator Berfungsi untuk pembangkit carrier berkesinambungan sebesar 118 Mhz, dengan frekuensi kristal sebesar 56 Mhz. 2. Exitter/Modulator Berfungsiuntuk pencampur/pemodulasi pembawa dengan modulasi, hingga dihasilkan gelombang termodulasi. 3. Amplifier 1 watt Berfungsi untuk sebesar 5 watt. 4.
penguat
depan
Hybrid Berfungsi untuk mencabangkan power yang akan dihasilkan masingmasing 25 watt, sekaligus mendeteksi tingkat penguatan tersebut balance/tidak.
5. Compressor Berfungsi untuk pembatas besar kecilnya sinyal audio agar didapat hasil yang benar-benar stabil. 6. Filter Berfungsi untuk pembatas band frekuensi dari 118 Mhz hingga 144
4.5 TRANSMITTER 100 W TYPE EL. 752 Dalam operasinya beberapa module:
terdiri
dari
1. Regualator Module (REGU 26001) 2. Exitter dan Modulasi Module (EXCI 26003) 3. Module Amplifier (AMPL 26005)
Mhz / menyaringnya frekuensi liar dari frekuensi tersebut. 7.
Direct Coupler Berfungsi untuk mengontrol sinyalsinyal SWR dan power agar benarbenar stabil untuk kemudian diumpankan ke memori pengaman.
8.
Memory Pengaman Berfungsi untuk mengontrol sinyalsinjyal unbalance, SWR, dan power yang cacat untuk kemudian diumpankan ke pengaman modulasi.
9.
Pengaman Modulasi Berfungsi untuk mendeteksi/mengontrol AGC dan sinyal audio untuk diumpankan ke modulator.
10. PTT Berfungsi untuk mengaktifkan modulasi jika saat memancar / meresetnya. 11. Regulator Berfungsi sebagai pencatu tegangan stabil, yaitu 28 V untuk sirkuit amplifiere, 15 V dan 5 V untuk sirkuit lainnya. 12. Antena Berfungsi gelombang gelombang
untuk memancarkan termodulasi berupa elektromagnetik.
4. Module P.A (PUSH 26006) 5. Tiga Module Hybryde Coupler (HYBR 26010, 26011, 26012) 6. Module Harmonic Filter (FILT 26008) 7. Module Directional Coupler (CODI 26013) 8. PCB Power slaving (ASSE 16004) 9. PCB Compressor (COMP 16005)
10.PCB Safety (SECU 16006)
1. REGU 26001 I/P = -28 V, O/P = 4 Regulator untuk Tx:
+5V untuk transistor logic x dan supply diode sebagai indicator Tx alarm +15V untuk Analog CTT.(AF) +20V untuk 2 RF (RF Small Stage) yaitu RF Power Control di module ASSE 16004 dan RF pada Module EXCI 26003 +5V untuk Module Amplifier class AB yaitu module (AMPL 26005, PUSH 26006(5 buah))
2. Module EXCI 26003 : Termasuk dalam module ini adalah module intergreted am (Q.1) dengan Automatic Gain Control (AGC) yang dihubungkan seri output ini dihubungkan hybrid melalui module ampl dan push dengan dua terminal input dan iso dengan phase 90 dan impedansi 50 . 3. Module AMPL 26005 berisi 2 transistor Q.1 dan Q.2 dengan o/p max 3 watt pada saat terjadi modulasi dengan gain lebih dari 20 dB masingmasing transistor di hubungkan secara common emitter 4. P.A PUSH 26006 dengan o/p 25 watt pada saat modulasi dengan range VHF lebih dari 10 dB. Radio VHF ini mempunyai push sebanyak 4 buah, 2push dihubungkan jadi satu dengan hybr 26012, sehingga pada VHF ini mempunyai 2 hybr karena dengan 4 push i/p beda phase 90antara in dan iso dan impedansi 50, kemudian dari 2 hybr menjadi satu hybr dengan 2 input in dan iso masih beda phase 90 impedansi 50 selanjutnya push
P.A masuk ke Module Filter (FILT) unutk di filter terus multicoupler langsung ke antena.
5. Hybr 26011 : mendapat 2 input dari preamplifier PUSH 26006. Semua informasi yang masuk ke hybr 26011 diproses di secu 16006 yaitu treshold detektor dan disjunction trip out deteksi power, jika power input coupler melebihi treshold, PA input ditentukan. 6.
HYBR 26012 Module ini ada 2, masing-masing module menjumlahkan 2 push dan masingmasing push out-putnya 25 watt. Jadi setiap module Hybr 26012 output = 50 watt dengan input in dan iso beda phase 90 dengan impedansi 50 ohm. Sehingga untuk 2 module menjumlahkan 2 push (100 watt) dengan sistem ini konsekuensinya apabila ada yang rusak maka mempengaruhi outputnya.
7. Hybr 26010 disebut hybr akhir karena mendapat input dari dua module sebelumnya. Tetapi out-put ini terpengaruh oleh PUSH 26006 jika push rusak maka akan turun ½ perbedaan power out-put dari 4 P>A, informasi ini semua akan diproses pada module SECU 16006. 8. FILT 26008 merupakan Convensional Third rate Low Pass Filter dengan menurunkan rejeksi sama dengan 80 dB. 9. CODI 26013 adalah coupler yang mempunyai prinsip kerja sebagai penghubung yang melalui kerja sama antara 2 garis di sebut Strip Line. 10. PCB Power Supply (ASSE 16004) merupakan card yang dapat dilepas dan dipasang dengan mudah dan
terdiri dari beberapa komponen yang dapat mengontrol informasi mengenai karakteristik VHF TX antara lain komponen yang disetting dan harus di perhatikan:
R. 13 Jika adjust dapat memberikan % modulasi yang dikehendaki R. 47 digunakan meng-adjust meter transmitter di TX ke penunjukkan Zero “0”. R. 46 digunakan untuk mengadjust pembacaan meter yang diinginkan di TX dengan pembacaan meter di watt meter harus sama. R. 15 digunakan meng-adjust o/p power sesuai yang diinginkan.
R. 104 untuk mengatur penunjukkan jarum meter voltage. 4.6.
Pada setting kalibrasi ini yang hanya di set adalah pada PCB Power Supply (ASSE 16004) : R. 13 , PCB Safety (SECU 16006) : R. 104 dan PCB Safety (SECU) : R. 82 , PCB Power Supply (ASSE 16004) : R. 15 a.
Alat dan Butuhkan
R. 52 untuk mengatur transmitter cut off dan source di bawah 24 V DC atau 22 DC setting. R.42 mengatur lampu test nyala atau mati sesuai kondisi
12. PCB Safety (SECU 16006) Card ini modelnya sama card ASSE dan Comp disamping sebagai pengaman VHF transmitter juga di perhatikan adalah R. 72 untuk setting jarum meter apabila penunjukkan meter melewati Zerro ke kiri serta indicator line R. 82 untuk pembacaan meter output power dengan pembacaan VU-Meter output power.
Bahan
Yang
di
Tabel 4.1 Alat dan Bahan Kalibrasi Transmitter Set N o.
Nama Alat
1.
Watt Meter
2.
Dummy Load
11. PCB Compressor (COMP 16005) Card ini model dan bentuknya sama dengan card ASSE 16004 dan potensiometer yang harus diperhatikan:
KALIBRASI TRANSMITTER
Fungsi Di gunakan untuk mengukur besarnya daya suatu peralatan yang akan di uji. Adalah alat penguji suatu peralatan dengan beban penuh. Dalam praktek yang dipakai adalah dummy load ukuran 50 ohm.
Gambar
3.
4.
5.
6.
Modulat ion Meter
Adalah alat yang di gunakan untuk mengukur besarnya persentase modulasi dari pesawat radio
Power Supply 28 V DC / 30 A
Adalah alat yang digunakan untuk mensuplai tegangan 28 volt dc dengan kekuatan arus 30 ampere ke pemancar.
Obeng Tune
Berfungsi sebagai alat yang membesarkecilkan potensiome ter di peralatan dengan memutarny a sesuai kondisi yang di perlukan.
Obeng (+)
Berfungsi untuk membuka kap transmitter unit.
b.
Langkah Kerja
1.
Posisikan pemancar: local (set local).
2.
Buka penutup transmitter unit dengan menggunakan obeng (+)
3.
SET R. 13 pada Card Asse untuk set presented modulasi dengan menggunakan obeng tune(di putar). Kemudian lihat di Modulation Meter. Catat dan perhatikan. Standar persentase modulasi adalah 80 %.
4.
SET R. 104 pada Card Secu untuk kalibrasi power supply 28 volt. Perhatikan pada penunjukkan jarum volt meter di transmitter unit. Jika < 28 volt, maka naikkanlah dengan memutar R. 104 memakai obeng tune sampai jarum menunjukkan ke angka 28 volt. Standar volt yang dibutuhkan adalah 28 volt. Dalam kasus ini tidak mungkin terjadi kelebihan dari 28 volt, karena power supplynya adalah 28 volt.
5.
SET R. 82 pada Card Secu untuk kalibrasi power meter dengan menggunakan obeng tune. Lihat jarum penunjukkan pada transmitter set. Kondisikan ke kondisi power ideal, yaitu 100 watt.
6.
SET R. 15 pada Card Asse untuk menaikkan / menurunkan power dengan menggunakan obeng tune. Lihat jarum penunjukkan di watt meter apakah sesuai atau tidak dengan hasil kalibrasi dari jarum penunjukkan transmitter set. Jika tidak sesuainya sedikit, maka sesuaikanlah ke posisi ideal, yaitu 100 watt. Namun, jika tidak sesuainya terlampau jauh maka system transmitter set tersebut
harus ada yang di perbaiki di dalamnya. Hasil pengukuran pada transmitter set di Bandara Soekarno-Hatta sudah sesuai dengan hasil dari jarum penunjukkan watt meter, yaitu 100 watt. 7.
Setelah selesai tutup kembali semua kap dan kemudian posisikan pemancar ke remote. Artinya bahwa peralatan transmitter set sudah siap untuk operasi.
BAB V PENUTUP 5.1
KESIMPULAN
Hasil dari Kerja Praktek di PERUM LPPNPI Air Navigation Bidang Teknik Elektronika Divisi Teknik Telekomunikasi Penerbangan Dinas Teknik Radio Komunikasi di Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng sangatlah berguna bagi penulis selaku pelaksana kerja praktek tersebut. Selama kerja praktek ini yang di mulai dari tanggal 15 Juli – 15 Agustus 2013, ternyata peralatan transmitter set di gedung 710 Bandara Soekarno – Hatta dibutuhkan perawatan yang rutin. Transmitter set harus selalu di cek minimal 2 minggu sekali. Masalah yang sering muncul pada transmitter set adalah: 1.
Modulasi
Modulasi harus di sesuaikan ke 80 % sesuai dengan ketentuan ICAO(International Civil Aviation Organization) atau Penerbangan Sipil Internasional. 2.
Power
Power standar adalah 100 watt. Jika kurang dari 100 watt maka daya pancarnya juga akan berkurang.
3.
Power Supply
Kalibrasi pada suplai ke transmitter set juga diperlukan, sebab tegangan yang dibutuhkan untuk menyuplai transmitter set adalah 28 V DC. 5.2
Saran
Pada peralatan transmitter set jika sudah tidak bisa untuk pengkalibrasian lagi, maka ada yang harus diganti di dalam sistem transmitter set tersebut DAFTAR PUSTAKA [1] Thomson. 1983. VHF 12 WATT TRANSMITTER EL 769 A. France: Thomson-CSF Communication Division Telecomunication Co. [2] Thomson. 1981. VHF 50 WATT TRANSMITTER EL 750 A. France: Thomson-CSF Communication Division Telecomunication Co. [3] Thomson. 1980. VHF 100 WATT TRANSMITTER EL 752 A. France: Thomson-CSF Communication Division Telecomunication Co. [4] Thomson. 1982. VHF RECEIVER LB 740. France: Thomson-CSF Communication Division Telecomunication Co. [5] Hawlett_Packard. 1977. 8654B SIGNAL GENERATOR. California. USA: Hawlett_Packard Company Semarang , 14 November 2013 Dosen Pembimbing,
DR. Munawar A. Riyadi NIP.197708262006041001
Mahasiswa
Aris Hidayat 21060110141037