KAJlAN KEAMANAN PANGAN DlTlNJAU DARl KANDUNGAN PEWARNA SlNTETlS DAN PENlANlS BUATAN DALAM MINUMAN JAJANAN (Studi pada SDN Dukuh Menanggal 111425 Gayungan Surabaya) Ony Ardiarini' dan lnong Retno Gunanti2
ABSTRACT
The objective of thrs research were to find out the sellers' characteristic (age, lenght of selling, education grade), knowledge degree, their opinion about food additive and type of synthetic color and the contents (type and dose) of sweeteners from street food (beverage). The research was done in Dukuh Menanggal11/425 Goverment Elementary School, Gayungan District,Surabaya, by involving four sellers and 18 taste of street food (beverage). The information about knowledge degree of sellers and their opinion about food additive was collected by using questionnaire. The sellers' knowledge degree was measured with scoring system. The types and dose of food additive (synthetic colors and sweeteners) were obtained by chemical analysis in laboratory. The result of the research showed that 75% of the sellers were in 60-65 years old, had been selling for more than 20 years, elementary school graduated, and had less degree of knowledge about food additive. There were 75% of the sellers stated that students strongly like street food (beverage) that were sold. All of permanent seller sold syrup. Es potong was sold by non pennanent seller. From 18 types of street food (beverage) that were examined in laboratory. I I . 1% contained the dangerous synthetic cdors (Rhodamin 6)and 61.1% contained sweeteners (saccharine and syclamate) that excess the mavimum limit of use. The conclusions are the most sellers have less degree of knowledge about food additive. There are a lot of street food (beverage) contains sweeteners that excess the maximum limit of use and dangerous synthetic colors. Based on the result, the control of street food distribution and counseling to the sellers about food additive should be done to prevent the bad effect Key words: Synthetic colors, Sweeteners, Street food (beverage)
7
Alumni FKM Unair Bagian Gizi, FKM Unair
Buletin Penelftian Sistern Kesehatan - Vol. 7 . No. 1 Juni 2004:65-75
PENDAHULUAN Menurut survei yang.dila'kukan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM, 2004) dalam Anonymous, (2004), setidaknya 50% makanan jajanan yang dijual di sekolah sama sekali tidak baik untuk kesehatan karena ditemukan adanya beberapa zat: pewarna tekstil, MSG, formalin, boraks, gula biang yang dapat merusak sistem syaraf, hati, dan pernafasan. Upaya yang dilakukan oleh pedagang makanan jajanan untuk menarik minat pembeli biasanya dengan menambahkan Bahan Tambahan Makanan (BTM). Produk makanan jajanan, terutama produk minuman yang berasal dari home industry sering kali menampilkanwarna dan rasa manis yang lebih mencolok. Sebanyak 88% makanan dan minuman mengandung pewarna sintetis dan di antaranya mengandung zat pewarna yang dilarang, yaitu Rhodamin B yang memberi warna merah dan Metanil Yellow yang memberi warna kuning (Husaini MA, dkk, 1993). Penelitian yang dilakukan oleh proyek makanan jajanan IPB tahun 1990 menunjukkan bahwa dari 251 contoh minuman jajanan yang dianalisis, 14,7% mengandung zat pewarna yang dilarang, yaitu Rhodamin B (merah) dan juga mengandung Amaranth (merah) serta Metanil Yellow (kuning). Hasil lain yang diperoleh, semua contoh minuman jajanan tersebut mengandung siklamat, yaitu BTM yang digunakan sebagai pemanis buatan yang mempunyai tingkat
kemanisan 30-80 gula alami pada kopi, susu, dan teh pahit (Fardiaz, S. dan Fardiaz D, 1992). Pemilihan jenis BTM dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan produsen atau penjual. Dari hasil wawancara dengan 22 produsen dan atau penjual makanan jajanan di beberapa SD di Kelurahan Mulyorejo, pada umumnya pengetahuan mereka tentang zat pewarna kurang (73%) dan sisanya cukup baik (Windarti R, 2001). Penggunaan pewarna berbahaya, terutama Rhodamin B dapat menimbulkan efek rasa pahit, alergi, gangguan pencernaan, kulit menjadi merah, meradang, bengkak, pandangan kabur pada penderita asma. Efek jangka panjang adalah merusak jaringan, sehingga dapat memicu terjadinya kanker hati maupun ginjal (Anonymous, 2004). Efek jangka pendek yang dapat ditimbulkan dari mengkonsumsi pemanis buatan antara lain: menimbulkan rasa pahit, batuk, kegemukan, dan gigi kropos pada anak. Mengkonsumsi pemanis buatan yang melampaui batas maksimum penggunaan, dapat menimbulkan terputusnya plasenta akibat mengkonsumsi sakarin, kanker kandung kemih akibat mengkonsumsi siklamat (Budiyanto, 2002). Efek lain yang ditimbulkan antara lain gangguan syaraf dan penyakit lupus. Menurut Arafah Madjid dalam www.faiar.co.id, tahun 2003, menyatakan jajanan yang mengandung pemanis buatan kurang baik untuk pertumbuhan fisik anak-anak
sekolah. Jajanan yang mengandung pemanis buatan yang berlebihanmemiliki nilai kalori yang rendah, sehingga stamina dan daya tahan tubuh kurang dapat dijaga dan siswa menjadi loyo pada pukul 10.00 pagi. Melihat efek yang ditimbulkan, masyarakat perlu dilindungi dari makanan dan minuman yang menggunakan Bahan Tambahan Makanan (BTM) berbahaya dan melakukan upaya pembinaan dan pengawasan dalam rangka meningkatkan keamanan makanan jajanan. Hal ini tertuang dalam Permenkes No. 236/Menkes/lV/1997 tentang Persyaratan Kesehatan Makanan dan Minuman Jajanan (Budiyanto,2002). Makanan jajanan mempunyai kontribusi terhadap asupan energi dan protein dalam menu sehari-hari anak SD, yaitu 36% dan 29% atau 27% dan 29% terhadap RDA. Di samping efek positif tersebut, konsumsi makanan jajanan juga mempunyai dampak negatif jika dilihat dari segi keamanannya. Mutu biologi dan kimiawi makanan jajanan masih rendah (Fardiaz S dan Fardiaz D, 1992). Berdasarkan bentuk hidangan, makanan jajanan dapat dibagi menjadi 3 bentuk (Guhardja, 1994 dalam Windarti, 2001), yaitu: minuman (cendol, es campur, ronde), kudapan (pisang goreng, kue putu), dan santapan (gado-gado, mi bakso, nasi goreng). Menurut hasil survei pendahuluan di SDN Dukuh Menanggal111425 Gayungan Surabaya, tidak terdapat kantin di dalam
sekolah. Semua makanan jajanan diperoleh di luar gedung sekolah. Terdapat warung tetap dan pedagang keliling yang jumlahnya tidak tetap. Mereka menawarkan berbagai macam jenis makanan jajanan, termasuk minuman jajanan. Minuman jajanan yang dijual sebagian besar merupakan produk tradisional, belum terdaftar di BPOM, dan belurn mempunyai kemasan khusus, antara lain: es sirup, es roti, es dawet, es teh, es jeruk, es potong, maupun es sari buah. Harga dari setiap rninumanjajanan tersebut berkisar antara Rp200,OO sampai Rp500,OO. Tingkat penjualan produsen atau penjual tergolong tinggi, ha1 ini dapat terlihat pada saat istirahat sekolah. Hampir semua siswa membeli jajanan, terutama minuman jajanan, yang dijual di kantin sekolah atau pedagang keliling. Minuman yang mereka beli, umumnya mempunyai warna yang terang. Melihat ha1 tersebut, peneliti mencurigai adanya penggunaan BTM (pewarna sintetik dan pemanis buatan) yang tidak memenuhi syarat kesehatan, sehingga merasa perlu melakukan penelitian mengenai kandungan BTM tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik penjual (umur, lama berjualan, tingkat pendidikan), tingkat pengetahuan, pandangan penjual tentang BTM, jenis pewarna sintetis, dan jenis maupun dosis pemanis buatan.
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan - Vol. 7 . No. 1 Juni 2004: 65-75
METODE PENELlTlAN Jenis penelitian ini adalah observational dan bersifat crossectional. Penelitian dilaksanakan di SDN Dukuh Menanggal 111425 Gayungan Surabaya. Sampel adalah total populasi dari penjual tetap dan minumanjajanan (7 jenis) yang dijual di lingkungan SDN Dukuh Menanggal 111425 Gayungan Surabaya. Besar sampel penelitian adalah ernpat orang penjual yang bersifat menetap dan 7 jenis minuman jajanan dengan 18 variasi warna dan rasa, yaitu espotong (coklat, merah muda, kuning), es sirup, es teh (pada 2 warung), es jeruk, es dawet, Frutang, dan es sari buah (rasa kopi krim, melon, anggur, sirsak, strawberry, orange, kawis, kratingdaeng, dan rasa sprite). Data yang dikumpulkan adalah data tentang karakteristik penjual (umur, lama berjualan, tingkat pendidikan,dan tingkat pengetahuan), jenis rninuman jajanan yang dijual, pandangan penjual tentang pewarna sintetis, pemanis buatan, dan penampilan produk akhir. Data tersebut diperoleh melalui wawancara dengan alat bantu kuesioner. Tingkat pengetahuan penjual diperoleh dengan metode skoring. Penjual yang mendapat 'skor = 60% dari total skor maksimal masuk dalam klasifikasi baik dan yang mendapat skor < 60% dari total skor maksimal masuk dalarn klasifikasi kurang. Data lain yang dikumpulkan adalah data tentang jenis pewarna sintetis dan jenis maupun dosis pemanis buatan
(sakarin dan siklamat) dalam minuman jajanan. Untuk mengetahui kandungan pewarna sintetis dan pemanis buatan, dilakukan pemeriksaan kirnia di Laboratorium Kesehatan Surabaya. Jenis pewama sintetis diukur secara kualitatif dengan metode chromatography (Laboratorium Kesehatan Surabaya, 2004). Jenis dan dosis pemanis buatan diukur secara kualitatif dan kuantitatif dengan metode titrasi (Laboratorium Surabaya, 2004).
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterlnik Penjual Sampel penjual pada penelitian ini, sebagian besar (75%) berumur 60-65 tahun dan telah berjualan lebih dari 20 tahun. Sebesar 25% penjual berumur 50-55 tahun dan telah berjualan antara 11-15 tahun. Tingkat pendidikan sebagian besar penjual (75%) adalah setingkat Sekolah Dasar dan 25% penjual tidak mengenyam pendidikan di bangku sekolah (Tabel 1). Tabel 1 Distribusi Penjual Menurut Tingkat Pendidikan di SDN Dukuh Menanggal 111425 Gayungan, Surabaya, Tahun 2004
1 2
Tidak sekolah SD
Jumlah
100
Kajian Keamana:) Panyari (Ony Ardiarini dan lnong Retno Gurian?i)
Pendidikanberpengaruhpadafaktor sosial ekonomi, seperti pendapatan, pe kerjaan, life style, makanan yang dikonsumsi dan disajikan, perurnahan dan tempat tinggal (Utomo, 1985
A r d i ~ a n t iT, 2003). Di samping itu, ~ e n d i d i k a njugs dapat b e r ~ e n g a r u h fehada~ hygiene ~erseoranganmauPun sanitasi lingkungan. Menurut hasil penelitian, tingkat pengetahuan sebagian
Tabel 2. Distribusi Penjual Menurut Tingkat Pengetahuan tentang BTM di SDN Dukuh Menanggal 111425 Gayungan, Surabaya, Tahun 2004
Buletin Penellial~ Sistem Kesehatan - Vol. 7 . No. I Juni 2004:65-75
besar (75%) penjual tentang BTM (pewama sintetis dan pemanis buatan) tergolong rendah (Tabel 2).
Jenis Minuman Jajanan Yang Dijual Makanan jajanan adalah makanan atau minuman siap dimakan yang dijual di tempat umum, terlebih dahulu telah dipersiapkan atau dimasak di tempat produksi atau di rumah atau di tempat berjualan terdapat dua tipe penjual minuman jajanan, yaitu penjual yang menetap dan penjual keliling. Jenis minuman jajanan yang dijual oleh penjual tetap antara lain: es sirup, es teh, es jeruk, es dawet, Frutang, darl es sari buah, sedangkan es potong dijual oleh penjual keliling (Tabel 3).
Pandangan Penjual Tentang Pewarna Sintetis dan Pemanis Buatan Permenkes RI No. 722lMenkeslPerl 1x11988 tentang Bahan Tambahan
Makanan telah mengatur jenis dan dosis BTM yang diijinkan. Untuk pewarna sintetis dalam minuman 70-100 mglkg produk akhir, sedangkan untuk pemanis buatan (sakarin dan siklamat) mempunyai batas maksimum penggunaan 300 mgkg produk. Semua (100%) penjual menyatakan selalu menggunakan gula asli dalam pembuatan minumanjajanan (esjeruk, es sirup, es teh), sedangkan untuk minuman jajanan yang lain merupakan jenis minuman jadi. Alasan yang dikemukakan oleh sebagian besar penjual (75%) tentang penggunaan pewarna sintetis dalam minuman jajanan adalah bahwa harga pewama sintetis tidak mahal dan tergolong praktis. Semua penjual menyatakan bahwa pewarna sintetis mudah diperoleh di toke kecil. Pandangan penjual tentang BTM disajikan dalam tabel 4.
Tabel 3. Distribusi Penjual MenurutJenis MinumanJajanan yang Dijual di SDN Dukuh Menanggal 111425 Gayungan, Surabaya, Tahun 2004
No.
1 2 3 4 5 6 7
Jenls Mlnuman Jajanan
Es sirup Es the Es jeruk Es dawet Frutang Es potong Es sari buah
Tidak
Ya
n
%
n
4 2
100 50 75 50 25 0 25
0 2 3
1 2 1
0 1
2
3 4
3
'70 0 50 75 50 75 100 75
Total n
%
4 4
100 100 100 100 100 100 100
4 4 4 4 4
Kajiar; Kearnai~ii!lPanyan jO!ly Ardiarini dao 11wng Retno Gur:anti i
Tabel 4. Distribusi Penjual Menurut Pandangan tentang BTM di SDN Dukuh Menanggal111425 Gayungan, Surabaya, Tahun 2004
Bila dibandingkan dengan pewarna alami, sebesar 100% penjual menyatakan bahwa pewarna sintetis harganya lebih murah dan praktis. Pewarna alami diperoleh dari tumbuhan, hewan, dan beberapa sumber mineral (Hardjanto, 1991 dalam Windarti, 2001). Dengan menggunakan pewarna sintetis, penjual dapat menghemat waMu dan biaya. Menurut pengakuan semua penjual (loo%), mereka telah menggunakan gula asli dalam memproduksi minuman jajanan. Setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium, ternyata masih banyak ditemukan minuman jajanan yang menggunakan sakarin dan siklamat yang melebihi batas maksimal. Jenis minuman jajanan tersebut merupakan jenis produk minuman yang tidak diproduksi oleh penjual tetap, namun merupakan minuman titipan dari produsen luar. Berdasarkan hasil wawancara, seluruh penjual (1 00%) menyatakan bahwa penampilan produk menjadi lebih menarik setelah ditambahkan pewama. Di samping itu, pemanis yang ditambahkan dapat mempertajam rasa
minuman jajanan yang dibuat. Menurut Fardiaz, S., (1992), karena makanan jajanan merupakan makanan yang disukai banyak anak, maka penjual berupaya untuk memberikan penampilan yang menarik dan rasa yang disenangi dengan menambahkan bahan tertentu dan terkadang tidak memperdulikan keamanannya. Makanan jajanan merupakan makanan yang disukai banyak anak, maka penjual berupaya untuk memberikan penampilan yang rnenarik dan rasa yang disenangi dengan rnenambahkan bahan tertentu dan terkadang tidak memperdulikan keamanannya. Penambahan pewarna sintetis dalam minuman jajanan diakui oleh 100% penjual dapat memberikan kesan menarik pada produk akhir, sehingga minuman jajanan yang mereka jual dapat laku 90% per hari. Namun, untuk es dawet hanya laku berkisar 50% dan es potong hanya laku sebesar 5-10 potong per hari.
>
Hasil Pemeriksaan Kirnia Pewarna Sintetis Penggunaan pewarna yang aman pada pangan diatur melalui Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/ PerllXl88, yang mengatur mengenai pewarna yang dilarang digunakan dalam pangan, pewarna yang diizinkan, serta batas penggunaannya, termasuk penggunaan bahan pewama alami. Akan tetapi, masih banyak penjual pangan, terutama pengusaha kecil, yang
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan - Vol. 7 . No. i Juni 2004: 65-75 menggunakan bahan pewarna yang dilarang dan berbahaya bagi kesehatan. Hasil Pemeriksaan Kimia Pewarna Sintetis disajikan dalam tabel 5. Berdasarkantabel 5 dapat diketahui bahwa terdapat pewama sintetis yang dilarang penggunaannyadalam minuman jajanan, yaitu Rhodamin B. Prewarna sintetis tersebut ditemukan pada es potong merah dan es sari buah rasa kopi cream. Bila mengkonsumsi makanan yang mengandung Rhodamin B, dalam tubuh akan terjadi penumpukan lemak, sehingga bila dikonsumsi terus menerus jumlah kandungan dalam tubuh menjadi bertambah dan dampaknya akan terlihat setelah puluhan tahun kemudian. Di
samping itu, dampak lain yang dapat dirasakan antara lain rasa pahit, alergi, gangguan pencernaan, kulit menjadi merah, meradang, bengkak, pandangan kabur pada penderita asma. Efek jangka panjang adalah merusak jaringan, sehingga dapat memicuterjadinyakanker hati maupun ginjal (Anonymous, 2004). Hasil Pemeriksaatl Kimia Pemanis Buatan Menurut BPOM, (2002), pemanis buatan yang paling sering digunakan dalam pengolahan pangan di Indonesia adalah sakarin dan siklamat yang mempunyai tingkat kemanisan masingmasing 300 kali dan 30-80 kali gula alami. Menurut Peraturan Menteri
Tab015. Hasil Pemeriksaan Kimia Menurut Jenis Pewama Sintetis pada Minuman Jajanan di SON Oukuh Menanggal111425Gayungan, Surabaya, Tahun 2004
1
Jonis Mlnuman Jajman Es potong merah
1 Es potong kuning *
'
,
Es potong coklat Frutang orange Es teh (1) Es teh (Ill) Es dawet Es jeruk Es s~rup
Sari buah kopi cream
Pewama Sintetlr
Rhodamin 0' Tartrazine Tattrazine,Sunset YJlow Tattrazine, wama biru Ponceau 4R, Carmoisin Tartrazine,Sunset Yellow,Ponceau 4R,Carmoisin, wama biru, Rhodamin 0' Tartrazine,warna biru Ponceau 4R,Carmoisin,wama biru
Sari buah melon Sari buah anggur Sari buah sirsak Sari buah srtawberry Ponceau 4R Sari buah orange Sari buah kaw~s Ponceau 4R,Tartrazine,Carmoisin Sari buah kratindaeng Sari buah sprite Merangan: adalah pewarna sintetis yang dilarang
Kajian Keamznarl Panyan (Or?y Ardiarini dan lnong Retno Gunanti )
Kesehatan No. 722/Menkes/Per/lX/88, kedua pemanis tersebut hanya ditujukan untuk orang yang menderita diabetes atau sedang menjalani diet kalori. Hasil Pemeriksaan Kimia Pewarna Sintetis disajikan dalam tabel 6. Berdasarkantabel 6 dapat diketahui bahwa dari semua minuman jajanan yang diperiksa laboratorium, empat diantaranya mengandung sakarin dan siklamat yang melebihi batas maksimum. Jenis minuman jajanan tersebut antara lain: es potong merah, es potong kuning, es potong coklat dan sari buah sirsak. Untuk es potong dan sari buah mempunyai kandungan sakarin dan siklamat tertinggi, yaitu 2.678,82 dan
1.583,33 ppm. Terdapat satu jenis minumanjajanan yang tidak mengandung sakarin maupun siklamat, yaitu Frutang. Menurut hasil penelitian, diketahui bahwa es teh menempati urutan pertama sebagai minuman jajanan favorit, dilanjutkan dengan es jeruk dan es sirup. Ketiga minuman jajanan tersebut tidak mengandung pewarna sintetis yang berbahaya dan kandungan pemanis buatan masih berada dibawah batas maksimum penggunaan yang direkomendasi oleh Permenkes RI no 722/MenkeslPerN/1988. Kadar sakarin maupun siklamat yang diijinkan dalam Permenkes RI no 7221 Menkes/Per/lX/1988 adalah sebanyak
Tabel 6. Hasil Perneriksaan Kirnia Menurut Jenis dan Dosis Pemanis Buatan pada Minurnan jajanan di SDN Dukuh Menanggal 111425, Gayungan, Surabaya, Tahun 2004
I
Pemanis Buatan
Es potong coklat Frutang orange Es teh (I) Es teh (Ill) Es dawet Es jeruk Es sirup Sari buah kopi cream Sari buah melon Sari buah anggur Sari buah sirsak Sari buah strawberry Sari buah orange Sari buah kawis [eterangan: adalah jumlah pemanis buatan yang rnelebihi batas maksirnurn penggunaan
I
-
TI Kesehatan Vot. 7 KG. ? Jun, 200d:65-75 Elitetin Penelitian Sisfe~
300 ppm. Sakarin tidak dilararrg penggunaannya bila digunakan sesuai dengan aturan, namun bagi anak sekolah efeknya sangat berpengaruh. Pemanis buatan tersebut rendah kalori, sedangkan anak sekolah membutuhkan kalori yang cukup untuk pertumbuhannya (www.alonanetsra). KESIMPULAN DAN SARAN Keslmpulan Tingkat pengetahuan yang rendah tentang BTM dapat menyebabkan pemilihan BTM (pewarna sintetis dan pemanis buatan) yang kurang benar. Hal ini juga dapat diakibatkan karena tingkat pendidikan penjual yang rendah, yaitu setara dengan Sekolah Dasar. Penambahan BTM pada minuman jajanan dilakukan untuk memberikan kesan yang menarik bagi siswa sekolah. Sebagian besar minuman jajanan yang dijual ternyata mengandung pemanis buatan yang melebihi batas maksimum penggunaan dan terdapat beberapa minuman jajanan yang mengandung pewarna sintetis berbahaya, berupa Rhodamin B.
Saran Pada penelitian ini ditemukan minuman jajanan yang mengandung pewarna sintetik beibahaya dan pemanis buatan yang melebihi batas maksimum penggunaan dalam minuman jajanan, oleh karena itu, sebaiknya diadakan
pengawasan oleh petugas kesehatan maupun instansi terkait terhadap jajanan yang dijual di lingkungan sekolah. lnformasi dan pendidikan tentang keamanan pangan perlu diberikan oleh petugas kesehatan kepada penjual melalui penyuluhan maupun memberikan contoh serta penggunaan pewarna sintetis maupun pemanis buatan yang aman bagi kesehatan. Upaya lain yang dapat dilakukan adalah dengan mengadakan penyediaan kantin di dalam lingkungan sekolah'dengan jenis jajanan yang bervariasi dan sesuai keinginan siswa dengan kualitas yang baik, sehingga dapat mencegah siswa membeli jajanan di luar lingkungan sekolah. DAFTAR PUSTAKA Anonymous, 2004. JajananAnak-anak Apakah Sudah Sehat? Memo Segar dan Bugar Edisi 18 Januari. Ardiyanti, Tanti, 2003. Hubungan kegemanin Ibu tehadap Makanan Selingan dengan Kebiasaan Mengkonsumsi Makanan Selingan pada Anak Prasekolah.
Surabaya: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. Skripsi. BPOM, 2002. Materi Penyuluhan Keamanan Pangan Bagi Penyuluh Keamanan Pangan lndustri Rumah Tangga.
Jakarta. Budiyanto,2002. Dasar-dasar llmu Gizi. UMM. Malang.
Kajiar? Keanenan m y a n (Dny Ardiarini dan inong Retrio Gunanti ) Fardiaz, Srikandi, Fardiaz, dan Dedi, 1992. Makanan Jajanan dan Peluang Peningkatannya. Gizi Indonesia Vd XVll No. 1-2. Husaini MA, dkk. 1993. Kebiasaan Makan, Konsumsi Jajanan, dan Aspek-aspek Kesehatan Anak,SD. Info Pangan dan GiziVol. IV No. 3. Internetf 90% Jajanan Mengandung Pemanis Buatan. hltp: // www.faiar.co.id(sitasi 10 Oktober 2003).
Permenkes RI No. 722hienkeslPerIlW1988. Bahan Tambahan Makanan. Windarti, Ritma, 2001. Kajian Keamanan Makanan Jajanan Ditinjau dari Penggunaan Zat Pewarna Sintetik dalam Beberapa Makanan Jajanan. Surabaya: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. Skripsi.